TUGAS 5 INSTRUMENTASI DAN PENGENDALIAN PROSES PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT RATIO KELAS A Kelompok 2 Anggota: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Dwiki Surya Luh Gede Gandis A.W Yuliana Nufus Rizki Ajin Restu Aji Santosa Muhammad Aditya Pratama Kusumah (121160027) (121160029) (121160043) (121160042) (121160044) (121160051) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2019 SOAL Merancang sistem pengendalian ratio pada proses pencampuran larutan NaOH. Gambar. Sistem tangki pencampuran larutan NaOH Penjelasan Proses Sistem proses pencampuran larutan NaOH dengan laju alir massa dan komposisi (fraksi massa) pada kondisi tunak ditunjukkan seperti pada gambar. Volume cairan di dalam Tangki 101 dan Tangki 102 dikendalikan dengan memanipulasi bukaan katub V-101 dan V-103, berturut-turut. Dalam kasus ini, dianggap komposisi umpan masuk ke Tangki 101 tidak berubah (konstan), namun laju alir umpan masuk Tangki 101 dianggap sebagai variabel gangguan. Masalah yang harus ditangani adalah perbandingan (ratio) laju alir masuk Tangki 102 (f 2 dan f3) harus terpenuhi sehingga komposisi NaOH keluar Tangki 102 tetap. TUGAS : 1. Tentukan arus liar (wild flow) untuk sistem tersebut (Gambar 6.2.3) 2. Gambarkan dan jelakan jawaban saudara pada 2 (dua) alternative pengendalian 𝑓3 ratio sehingga memenuhi 𝑅 = 𝑓2 = 0,6 3. Tentukan aksi control vale yang tepat untuk V-101, V-102, dan V-103, apakah Fail-Close-Air-to-Open (FC-AO) atau Fail-Open-Air-to-Close (FO-AC)? Jelaskan pertimbangan yang saudara pilh! 4. Tentukan aksi pengendali (controller action) untuk LC-101, LC-102 dan flow controller pada pengendalian ratio, apakah Direct atau Reverse? Jelaslan pertimbangan yang saudara pilih! 5. Simulasikan dengan Xcos jika F1 tiba-tiba ΔF1 = + 10 kg/jam. Dengan diasumsikan : Gm(s) = Gf(s) = 1 dan FC PI control. Penyelesaian : 1. Arus liar (wild stream) untuk sistem tersebut, yaitu pada 𝑓2 . Hal ini disebabkan karena laju alir 2 (𝑓2 ) merupakan manipulated variable (MV) dari Tangki-101. Dimana komposisinya selalu konstan dan tidak berubah dan kasus tersebut termasuk dalam kondisi interacting tank, sehingga apabila pada laju alir 2 (𝑓2 ) mengalami perubahan atau gangguan maka dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada Tangki-101 dan Tangki-102. Jika laju alir 2 (𝑓2 ) diperbesar maka level cairan pada Tangki-101 akan semakin turun, sedangkan level cairan pada Tangki-102 akan semakin naik. Oleh karena itu hal ini menyebabkan laju alir 2 (𝑓2 ) menjadi wild flow atau wild stream. 2. Berikut 2 alternatif pengendalian ratio : Alternatif 1 FY 102 x R Pengendalian ratio alternatif 1 di atas dirancang sebagai berikut. Pengukuran laju alir f2 (wild flow) dan mengalikannya dengan rasio (R). Jadi, seiring berubahnya laju alir f2, maka set point pengendali laju alir di f3 akan berubah untuk menjaga kedua aliran pada rasio yang diinginkan dan sistem yang dijalankan berupa sistem linear. Alternatif 2 FY 102 Pengendalian ratio alternatif 2 di atas dirancang sebagai berikut. Pengukuran laju alir f2 dan laju alir f3, dan pembagiannya di FY 102 merupakan perbandingan rasio yang sesungguhnya. Sinyal aktual rasio (R) dikirim ke pengendali RC 101, dimana set point nya adalah rasio yang diinginkan dan dapat di set ditempat (local) dan sistem yang dijalankan berupa sistem tidak linear. 3. Aksi Control Valve a. V-101 menggunakan aksi control Fail Open – Air to Close (FO-AC), karena jika utilitas tidak bekerja dan valve tertutup (FC-AO) maka Tangki-101 akan penuh dan mengakibatkan cairan dalam Tangki-101 meluap (overflow) sehingga tidak aman dan karena 𝑓2 merupakan arus liar, jika flow nya berubah masih bisa di kendalikan dengan mengubah 𝑓3 . V-101 akan lebih baik jika menggunakan valve jenis (FO-AC). b. V-102 menggunakan aksi control Fail Open-Air to Close (FO-AC), karena diinginkan konsentrasi NaOH keluar Tangki-102 sebesar 25% berat dan rasio yang diinginkan tetap terjaga yang disebabkan oleh kondisi V-101 FO-AC, sehingga V-102 lebih aman pada kondisi FO-AC untuk mengimbangi konsentrasi. c. V-103 menggunakan aksi control Fail Open-Air to Close (FO-AC), karena jika utilitas tidak bekerja dan valve tertutup (FC-AO) maka Tangki-102 akan penuh dan mengakibatkan cairan dalam Tangki-102 meluap (overflow) sehingga tidak aman. 4. Aksi pengendali (controller action) untuk LC-101, LC102, dan flow controller pada pengendali ratio sebagai berikut : a. LC-101 menggunakan aksi pengendali (controller action) Direct, karena seiring meningkatnya level pada Tangki-101 yang dikarenakan laju alir f1 bertambah, maka valve V-101 perlu ditambahkan bukaan valve nya untuk menghindari terjadinya volume yang meluap (overflow) kemudian sebaliknya apabila menurunnya level pada Tangki-101 yang dikarenakan laju alir f1 berkurang, maka valve V-101 perlu dikurangi bukaan valve nya untuk menghindari terjadinya kekosongan pada tangki. Sehingga dengan menggunakan aksi pengendali Direct, level pada Tangki-101 dapat terkontrol dan aman. b. LC-102 menggunakan aksi pengendali (controller action) Direct, karena seiring meningkatnya level pada Tangki-102 yang dikarenakan laju alir f2 dan f3 bertambah, maka valve V-103 perlu ditambahkan bukaan valve nya untuk menghindari terjadinya volume yang meluap (overflow) kemudian sebaliknya apabila menurunnya level pada Tangki-102 yang dikarenakan laju alir f2 dan f3 berkurang, maka valve V-103 perlu dikurangi bukaan valve nya untuk menghindari terjadinya kekosongan pada tangki. Sehingga dengan menggunakan aksi pengendali Direct, level pada Tangki-102 dapat terkontrol dan aman. c. Flow Controller pada pengendali rasio menggunakan aksi pengendali (controller action) Direct, karena seiring meningkatnya laju alir f2, maka valve V-102 perlu ditambah bukaan valve nya untuk mencapai konsentrasi NaOH keluar Tangki-102 sebesar 25% berat dan rasio tetap terjaga konstan, begitu pula sebaliknya apabila menurunnya laju alir f2, maka valve V-102 perlu dikurangi bukaan valve nya untuk mencapai konsentrasi NaOH keluar Tangki102 sebesar 25% berat dan rasio tetap terjaga konstan. Sehingga dengan menggunakan aksi pengendali Direct, konsentrasi pada Tangki-102 yang diinginkan dapat tercapai dan rasio tetap tejaga konstan. 5. Simulasikan dengan Xcos jika F1 tiba-tiba ΔF1 = + 10 kg/jam. Dengan diasumsikan : Gm(s) = Gf(s) = 1 dan FC PI control. Neraca massa Tangki-101 Input – Output +Rgen = Akumulasi Asumsi: 𝜌 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 dm dt dρv f1(t). ρ1 − f2(t). ρ2 = dt dh1(t) f1(t). ρ1 − f2(t). ρ2 = ρA dt 1 1 dh1(t) f1(t) − f2(t) = 𝐴 𝐴 dt f1(t). ρ1 − f2(t). ρ2 = (1) Keadaan Tunak (t=0): 1 ̅ 𝑓 𝐴 1 ̅ 1 dh − 𝑓̅2 = 1 𝐴 (2) dt Term Deviasi: F1(t) = f1(t) − f1̅ F2(t) = f2(t) − f̅2 H1(t) = h1(t) − ̅̅̅ h1 (3) (4) (5) Konstanta Gain K1 = 1 (6) 𝐴1 Persamaan (1) - (2): 1 𝐴 1 dH1(t) 𝐴 dt F1(t) − F2(t) = K1. F1(t) − K1. F2(t) = (7) dH1(t) (8) dt Transformasi Laplace persamaan (8) K1. F1(s) − K1. F2(s) = sH1(s) H1(s) = 𝐾1 𝐹1(𝑠) 𝑠 F2(s) = − (9) 𝐾1 𝐹2(𝑠) 𝑠 (10) 𝐾1 𝐹1(𝑠)−𝐻1(𝑠) 𝑠 𝐾1 𝑠 (*) Diagram Blok F1(s) 𝐾1 𝑠 + + F2(s) 𝐾1 𝑠 + H1(s) Neraca Massa Tangki-102: Input – Output + Rgen = Akumulasi Asumsi: 𝜌 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑑𝑚 𝑑𝑡 𝑑𝑣𝜌 − 𝑓4(𝑡). 𝜌 = 𝑑𝑡 𝑑𝐴2.ℎ2(𝑡).𝜌 − 𝑓4(𝑡). 𝜌 = 𝑑𝑡 𝑑𝐴2.ℎ2(𝑡).𝜌 − 𝑓4(𝑡). 𝜌 = 𝑑𝑡 𝑑ℎ2(𝑡) − 𝑓4(𝑡). 𝜌 = 𝜌. 𝐴2 𝑑𝑡 𝑑ℎ2(𝑡) 𝑓2(𝑡). 𝜌 + 𝑓3(𝑡). 𝜌 − 𝑓4(𝑡). 𝜌 = 𝑓2(𝑡). 𝜌 + 𝑓3(𝑡). 𝜌 𝑓2(𝑡). 𝜌 + 𝑓3(𝑡). 𝜌 𝑓2(𝑡). 𝜌 + 𝑓3(𝑡). 𝜌 𝑓2(𝑡). 𝜌 + 𝑓3(𝑡). 𝜌 𝑓2(𝑡) + 𝑓3(𝑡) − 𝑓4(𝑡) = 𝐴2 (11) 𝑑𝑡 Kondisi tunak (t=0): ̅̅̅̅ 𝑑ℎ 𝑓̅2 + 𝑓̅3 − 𝑓̅4 = 𝐴2 2 (12) 𝑑𝑡 Term Deviasi: F2(t) = f2(t) − f2̅ F3(t) = f3(t) − f̅3 F4(t) = f4(t) − f̅4 ̅̅̅2 H2(t) = h2(t) − h (13) (14) (15) (16) Persamaan (11) dikurangi (12): 𝐹2(𝑡) + 𝐹3(𝑡) − 𝐹4(𝑡) = 𝐴2 1 𝐴2 𝐹2(𝑡) + 1 𝐴2 𝐹3(𝑡) − 1 𝐴2 𝑑ℎ2(𝑡) (17) 𝑑𝑡 𝐹4(𝑡) = 𝑑ℎ2(𝑡) (18) 𝑑𝑡 𝐾2. 𝐹2(𝑡) + 𝐾2. 𝐹3(𝑡) − 𝐾2. 𝐹4(𝑡) = 𝑑ℎ2(𝑡) 𝑑𝑡 (19) Konstanta Gain: 1 𝐾2 = 𝐴2 (20) Jika A1 = A2, maka 𝐹2(𝑡) = 𝐾1 = 1 𝐴1 Transformasi laplace persamaan (15) 𝐾1. 𝐹2(𝑠) + 𝐾1. 𝐹3(𝑠) − 𝐾1. 𝐹4(𝑠) = 𝑠. 𝐻2(𝑠) 𝐾1 𝐹2(𝑠) 𝑠 + 𝐾1 𝐹3(𝑠) 𝑠 − 𝐾1 𝐹4(𝑠) 𝑠 = 𝐻2(𝑠) (21) (22) F2(s) 𝐾1 𝑠 F3(s) F4(s) + 𝐾1 𝑠 Gp1 𝐾1 𝑠 Gp2 + + H2(s) + + Substitusi persamaan *) ke persamaan (22) 𝐾1 𝐾1 𝑠 𝐹1(𝑠)−𝐻1 (𝑠) 𝐾1 [ ] + 𝐹3(𝑠) 𝐾1 𝑠 𝑠 − 𝑠 𝐾1 𝐹1(𝑠) 𝑠 + 𝐾1 𝐹3(𝑠) 𝑠 − 𝐾1 𝐹4(𝑠) 𝑠 𝐾1 𝐹4(𝑠) 𝑠 (23) − 𝐻1(𝑠) = 𝐻2(𝑠) F2(s) 𝐾1 𝑠 Gd1 F3(s) 𝐾1 𝑠 Gp1 𝐾1 𝑠 Gp2 F4(s) = 𝐻2(𝑠) (24) + + + + H2(s) ++ H1(s) Asumsi : Gm= Gf =1 Tho =1 𝑅= 𝑓3 𝑓2 = 0.6 + Simulasi Xcos: Kesimpulan: Jadi setelah diberi gangguan pada laju alir f1 yang meningkat sebesar 10 kg/jam, maka sistem akan menghasilkan respon yang stabil pada nilai set point yang baru setelah diberi gangguan.