Uploaded by User7898

KELOMPOK 3 (DM TIPE 2, POST NEFRECTOMY, ILO)

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI III
FARMAKOTERAPI PASIEN GANGGUAN HORMON ENDOKRIN
Disusun oleh:
Mia Rachmiati Nur Hidayah (I1C015044)
Mia Nur Utami
(I1C015068)
Muhammad Yogha Gugah P. (I1C015078)
Mega Dewi Legiana
(I1C015082)
Muhammad Roy Hanif
(I1C015090)
Maya Siti Wulandari
(I1C015110)
Asisten
: Vintya Rosalinda P
Dosen Pembimbing
: Laksmi Maharani, M.Sc.Apt
Tanggal Diskusi Kelompok
: 14 Maret 2018
Tanggal Diskusi Dosen
: 21 Maret 2018
LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018
I. Kasus
Nama
: Tn.S
No rekam medik
:-
Umur
: 52 tahun
Berat Badan
: 50 kg
Tinggi Badan
: 165 cm
Status Jaminan
: Umum
Tanggal MRS
: 12 Desember 2017
Riwayat MRS
: Luka bekas operasi merembes, nyeri dibekas
operasi, mual, muntah saat malam hari
RPD
: Hipertensi, Diabetes Mellitus Tipe II. Asma
Riwayat Obat
: Glibenklamid dan Metformin
Merokok
:-
Kopi
:-
Alergi makanan
:-
Alergi obat
:-
Diagnosa
: Post nefrectomy , Infeksi luka operasi (ILO),
diabetes mellitus tipe II
 Parameter Penyakit
TTV
Parameter
11/12
12/12
13/12
14/12
15/12
TD (mmHg)
130/80
120/80
110/80
120/80
130/80
Nadi (x/menit)
80
89
91
70
84
Suhu (OC)
36,4
36,5
36
36
36
Nafas (x/menit)
18
20
16
20
20
SPO2
96
96
96
97
95

Data Laboratorium
Pemeriksan
Satuan
8/12
11/12
12/12
13/12
14/12
15/12
Leukosit
/mm3
11,8
-
-
9,1
-
-
GDS
mg/dL
88
-
-
172
-
73
GD2PP
mg/dL
-
201
-
82
-
-
Kultur Swab
-
-
-
-
-
-
Negatif
II. Dasar Teori
A. Patofisiologi
Post Nefrectomy
Nefrektomi adalah prosedur bedah untuk mengangkat salah satu
(parsial) atau kedua buah ginjal. Banyak hal yang dapat memicu kerusakan
pada struktur dan kinerja ginjal. Kerusakan atau penyakit ringan dapat
ditangani dengan pemberian obat, konsumsi obat-obatan dan penyesuaian
gaya hidup. Namun jika kondisi ginjal rusak parah atau pasien mengalami
gagal ginjal yang dapat mengancam nyawanya, maka diperlukan prosedur
nefrektomi perlu dilakukan. Umumnya, nefrektomi akan dilanjutkan dengan
prosedur transplantasi ginjal jika kedua ginjal diangkat (Kavoussi, 2011).
ILO (Infeksi Luka Operasi)
Infeksi
pada
pasien diabetes sangat
berpengaruh
terhadap
pengendalian glukosa darah. Infeksi dapat memperburuk kendali glukosa
darah, dan kadar glukosa darah yang tinggi meningkatkan kerentanan
atau memperburuk infeksi. Kadar glukosa yang tidak terkendali perlu
segera diturunkan, antara lain dengan menggunakan insulin, dan setelah
infeksi
teratasi
dapat
diberikan
kembali pengobatan seperti semula.
Kejadian infeksi lebih sering terjadi pada pasien dengan diabetes akibat
munculnya
lingkungan
patogen, menurunkan
hiperglikemik
yang
meningkatkan
virulensi
produksi interleukin, menyebabkan terjadinya
disfungsi kemotaksis dan aktifitas fagositik, serta
kerusakan
fungsi
neutrofil, glikosuria, dan dismotitilitas gastrointestinal dan saluran kemih.
Sarana untuk pemeriksaan penunjang harus lengkap seperti pemeriksaan
kultur dan tes resistensi antibiotic (Perkeni, 2015).
Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes
adalah
penyakit
metabolik
yang
ditandai
dengan
hiperglikemia dan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Diabetes melitus dibagi menjadi diabetes melitus tipe 1 dan 2. Diabetes tipe 2
ditandai dengan adanya resistensi insulin dan relatif adanya penurunan jumlah
insulin. Resistensi insulin ditandai dengan meningkatnya lipolisis dan
produksi asam lemak bebas, meningkatnya produksi glukosa hepatik, dan
menurunnya uptake glukosa di otot skeletal. Komplikasi mikrovaskular yang
dapat terjadi yaitu retinopati, neuropati, dan nefropati (Dipiro, 2015).
B. Guideline Terapi
ILO
(HNEHS, 2010)
Diabetes Mellitus Tipe 2
(Perkeni, 2015)
III. Penatalaksanaan Kasus dan Pembahasan
1. Subjective
Nama
: Tn.S
No rekam medik
:-
Umur
: 52 Tahun
Berat Badan
: 50 kg
Tinggi Badan
: 165 cm
Status Jaminan
: Umum
Tanggal MRS
: 12 Desember 2017
Riwayat MRS
: Luka bekas operasi merembes, nyeri dibekas
operasi, mual, muntah saat malam hari
RPD
: Hipertensi, Diabetes Mellitus Tipe II. Asma
Riwayat Obat
: Glibenklamid dan Metformin
Merokok
:-
Kopi
:-
Alergi makanan
:-
Alergi obat
:-
Diagnosa
: Post Nefrectomy, ILO, Diabetes Mellitus
Tipe II
2. Objective
Table 1 : Data Klinik
Parameter
11/12
12/12
13/12
14/12
15/12
TD (mmHg)
130/80 120/80
110/80
120/80
130/80
Nilai
Normal
Keterangan
100-140/
Normal
60-90
Nadi (x/menit)
80
89
91
70
84
60-100
Normal
Suhu (0C)
36,4
36,5
36
36
36
36-37
Normal
Nafas (x/menit)
18
20
16
20
20
16-20
Normal
SPO2
96
96
96
97
95
95-100
Normal
TTV
(Kemenkes, 2011)
Table 2 : Data Laboratorium
Nilai
Pemeriksan
Satuan
8/12
11/12
12/12
13/12
14/12
15/12
Leukosit
/mm3
11,8
-
-
9,1
-
-
3,2 - 10
Normal
GDS
mg/dL
88
-
-
172
-
73
≤ 200
Normal
201
-
82
-
-
≤ 200
Meningkat
GD2PP
mg/dL
Normal
-
Keterangan
pada tanggal
11/12
Kultur Swab
-
-
-
-
-
-
Negatif
(Kemenkes, 2011)
-
3.
Assessment
Diagnosa pasien
: Post Nefrectomy, ILO, Diabetes Mellitus Tipe II
Problem medik pasien
: Post Nefrectomy, ILO, Diabetes Mellitus Tipe II
Terapi Pasien
Terapi yang telah diterima pasien
Terapi (Nama
Aturan
Obat, Kekuatan)
Pakai
Ceftriakson 1 gr
2x1



Novorapid 4 unit
3x1


-
Metronidazole
3x1


Antrain
3x1

Omeprazole
3x1
Rantin
2x1
Infus Aminofluid
SIMM
11/12
12/12
13/12
14/12
15/12


-
-





-
-




-
-






Terapi Parenteral
500 mg
Terapi Oral
IVPD

-
DTP
Tanggal
Subjektif
Objektif
15/12
PLAN Penatalaksanaan
Medik
DRP
Uraian DRP
Post
ADR
Antrain memiliki ESO
Antrain (NSAID) yang
Nefrectomy
(ESO)
yaitu mual dan muntah
digunakan untuk nyeri diganti
dikarenakan antrain
dengan selective COX-2
merupakan inhibitor
inhibitor, yaitu celecoxib dan
Mual,
COX – 1 kuat, sehingga
PPI (esomeprazole) karena
muntah
produksi prostaglandin
kombinasi kedua obat tersebut
saat
terhambat yang
paling baik untuk proteksi
malam
menyebabkan tidak
terhadap lambung (Yuan et al,
hari, nyeri
adanya proteksi
2016; Sostres et al, 2010).
dibekas
terhadap lambung
operasi
(Konijenbelt – Peters et
-
11/12 –
Assesment
Problem
al, 2017
-
Post
Terapi
Pada daftar terapi
Rantin dalam daftar terapi
nefrectomy
Tidak
pasien, pasien diberikan
dihilangkan dan omeprazole
omeprazole dan rantin,
diganti dengan esomeprazole
Efektif
sedangkan menurut
karena kombinasi celecoxib
Yuan et al, 2016
dengan esomeprazole terbukti
kombinasi antara coxib
baik dalam proteksi lambung,
(celecoxib) dan PPI
sehingga mual dan muntah
(esomepraole) lebih
teratasi (Yuan et al, 2016).
baik dalam proteksi
lambung sehingga
rantin dihilangkan dan
omeprazole diganti
dengan esomeprazole
11/12 –
13/12
-
13/12 GDS: 172
Diabetes
mg/dl
11/12
GD2PP:201mg/dl
A1C: 8,6%
Underdose
Dosis insulin yang
Diberikan insulin dengan
Mellitus
diberikan kurang dari
dosis diantara rentang, yaitu 9
Tipe 2
ketentuan berdasarkan
u/sekali pakai atau 36 u/sehari
BB pasien yaitu:
(Dipiro,2015).
0,7 – 2,5 U/kg x 50
kg=3,5-125 U/hari
Sehingga 3,5 – 125
U/(24/6 jam)= 8,75 -
31,25 U/sekali pakai
(Dipiro, 2015)
13/12
GD2PP: 82 mg/dl
A1C: 4,5%
11/12-
-
15/12
TD (mmHg):
Diabetes
Indikasi
Pasien dengan indikasi
Diberikan obat antidiabetes
Mellitus
tanpa
Diabetes Mellitus tipe 2
oral sesuai first-line terapi
tipe 2
terapi
tidak diberikan terapi
(metformin), yaitu obat
antidiabetes pada 13-15
dengan efek hipoglikemik
desember
rendah (Dipiro, 2015).
Indikasi
Pada pasien hipertensi
Pasien DM dengan riwayat
tanpa
harus terus diberikan
hipertensi akan lebih baik jika
terapi
terapi antihipertensi
menerima terapi antihipertensi
walaupun sasaran sudah
yaitu benazepril dengan dosis
tercapai. (Perkeni,
10 mg 1 kali sehari (ADA,
2015)
2017 ; Gismondi, 2015).
Aminofluid
Aminofluid digantikan dengan
mengandung glukosa
Ringer Laktat karena laktat
75 gram/ 1 Liter, dan
yang terkandung lebih banyak
Hipertensi
11/12 130/80
12/12 120/80
13/12 110/80
14/12 120/80
15/12 130/80
11/12 –
15/ 12
-
-
DM Tipe 2,
Post
ADR
Nefrectomy
dalam penggunaanya
dikonversi menjadi glikogen
perlu perhatian khusus
daripada glukosa oleh hati dan
untuk pasien DM
tidak meningkatkan glukosa
karena meningkatkan
darah secara signifikan
risiko hiperglikemia
(Billiodeaux et al, 2014)
(MIMS ,2018)
11/12 –
Luka
15/ 12
dibekas
operasi
merembes
Leukosit
8/12 11,8/mm3
13/12 9,1/mm3
GD2PP : 11/12
201 mg/dL
Infeksi
Terapi
Pada daftar terapi,
Antibiotik yang diberikan 0-2
Luka
Tidak
pasien diberikan
jam sebelum operasi
Operasi
Efektif
antibiotik ceftriaxon
(profilaksis) lebih efektif
dan metronidal.
mencegah terjadinya infeksi
Berdasarkan guideline
(Noor, 2013). Namun riwayat
HNEHS (2010) bahwa
dan penyakit sekarang pasien
antibiotik golongan
DM dan setelah operasi
cefalosforin generasi
abdomen nefrektomi pasien di
pertama (cefazoline)
diagnosa ILO. Cefazolin dan
dan metronidazol
metronidazol merupakan
merupakan first line
rekomendasi first line therapy
therapy antibiotik,
profilaxis antibiotic (HNEHS,
sehingga golongan
2010) , pada MIMS (2018)
sefalosporin generasi
terdapat perpanjangan dosis
ketiga (ceftriaxon) tidak untuk post-operative Cefazolin
direkomendasikan
IV 1 gr/vial dan metronidazol
untuk pasien infeksi
oral tablet 500 mg tiap 8 jam
luka pasca operasi
abdomen
4. Plan
a. Tujuan Terapi
- Mengontrol Glukosa Darah
- Mengatasi Luka dibekas operasi
- Mengatasi nyeri dibekas operasi
b. Terapi Non Farmakologi
 Terapi non farmakologi untuk Post nefrectomy
- Membatasi gerak/istirahat cukup
- Menghindari makanan yang dapat memicu asam lambung seperti
makanan pedas dan kopi (Sukandar, 2008).
 Terapi non farmakologi untuk DM tipe 2
- Diet karbohidrat dan rendah kalori (Dipiro,2015).
 Terapi non farmakologi untuk ILO
- Menjaga asupan makanan (Permenkes, 2011).
c. Terapi Farmakologi
1. Celecoxib
Celecoxib digunakan sebagai pengganti Antrain dimana celecoxib
termasuk inhibitor COX – 2 yang dapat meredakan nyeri dibekas operasi
serta dapat melindungi lambung sehingga tidak menimbulkan efek
samping obat berupa mual dan muntah. Kombinasi antara celecoxib dan
esomeprazole terbukti lebih baik dalam proteksi lambung (Yuan et al.,
2016 ; Sostres et al., 2010).
2. Esomeprazole
Esomeprazole digunakan sebagai pengganti omeprazole dikarenakan
kombinasi antara esomeprazole dan celecoxib terbukti lebih baik dalam
proteksi lambung sehingga tidak menyebabkan mual dan muntah (Yuan et
al., 2016 ; Sostres et al., 2010).
3. Novorapid
Novorapid diberikan karena efek penurunan gula darah oleh insulin aspart
bekerja secara cepat sehingga dianggap lebih efektif dalam mengontrol
kadar gula darah yang tinggi (IAI, 2017).
4. Metformin
Metformin diberikan untuk terapi antidiabetes OHO pada 13/12 karena
terapi tersebut merupakan first line dan tidak memiliki efek samping
dengan resiko tinggi hipoglikemik (Perkeni, 2015).
5. Benazepril
Benazepril adalah obat antihipertensi golongan ACEi, dipilih karena
menurut Gismondi (2015), dianggap lebih efektif dalam menurunkan C
reaktif protein dibandingkan golongan ARB.
6. Infus Ringer Laktat
Aminofluid digantikan dengan Ringer Laktat karena laktat yang
terkandung lebih banyak dikonversi menjadi glikogen daripada glukosa
oleh hati dan tidak meningkatkan glukosa darah secara signifikan.
Sedangkan jika menggunakan Normal Saline akan menyebabkan asidosis
metabolic hiperkloremik (Billiodeaux et al, 2014).
7. Cefazolin
Cefazolin merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi pertama
yang memiliki aktivitas spektrum luas. Mekanisme kerjanya yaitu
berikatan dengan satu atau lebih protein pengikat penisilin (PBP) yang
menghambat langkah transpeptidasi akhir sintesis peptidoglikan di
dinding sel bakteri, sehingga menghambat biosintesis dan menahan
perakitan dinding sel yang mengakibatkan kematian sel bakteri (MIMS,
2018).
8. Metronidazole
Metronidazole merupakan antimikroba golongan nitroiimidazole yang
memiliki aktivitas spektrum terbatas. Mekanisme kerja imidazole yaitu
berinteraksi dengan DNA yang akan merusak struktur DNA heliks dan
strand yang mengarah ke inhibisi protein dan kematian sel pada
organisme yang rentan. Metronidazole aktif terhadap sebagian besar
protozoa anaerobik, beberapa gm+ve, gm-ve dan anaerobik fakultatif
(MIMS,2018).
Aturan Pakai
Obat
Dosis
Frekuensi
Celecoxib
200 mg
2 x 1 hari
Esomeprazole
20 mg
1 x 1 hari
Novorapid
9U
4 x 1 hari
Metformin
500 mg
2 x 1 hari
Benazepril
10 mg
1 x 1 hari
Infus Ringer Laktat
500 ml
Tiap 5 jam
Cefazolin
1 gr/vial
3 x 1 hari
Metronidazol
500 mg
3 x 1 hari
Terapi Pasien setelah keluar dari RS
Tanggal
Tanggal
16/12
17/12
v
v
Obat
Dosis
Frekuensi
Metronidazol
500 mg
3 x 1 hari
Metformin
500 mg
2 x 1 hari
Jika penyakit kambuh
Benazepril
10 mg
1 x 1 hari
Jika penyakit kambuh
IV. Konseling, Informasi dan Edukasi
 KIE kepada pasien
-
Diet karbohidrat cukup dan rendah kalori (Dipiro,2015).
-
Memberitahu kepada pasien obat antibiotic harus habis agar tidak terjadi
resistensi (Utami R.E, 2011).
-
Memberitahu kepada pasien agar selalu menjaga higienitas dengan cara
mencuci tangan (Utami R.E, 2011).
-
Mengurangi asupan natrium (Sukandar, 2008).
-
Edukasi perawatan kaki, yaitu :
1. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan di air.
2. Periksa kaki setiap hari, dan dilaporkan pada dokter apabila kulit
terkelupas, kemerahan, atau luka.
3.
Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya.
4.
Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan
mengoleskan krim pelembab pada kulit kakiyang kerng.
5 . Potong kuku secara teratur.
6. Keringkan kaki, sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar
mandi.
7. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan
pada ujung-ujung jari kaki.
8. Kalau ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur.
9. Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat
khusus.
10. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak
tinggi.
11. Hindari penegunaan bantal atau botol berisi air panas/batu untuk
menghangatkan kaki (Perkeni, 2015).
 KIE kepada keluarga pasien
-
Memotivasi kepada pasien mengenai obat antibiotic harus dihabiskan agar
tidak terjadi resistensi (Utami R.E, 2011).
 KIE kepada tenaga kesehatan
-
Perlu dilakukan monitoring oleh tenaga kesehatan setiap hari yaitu GD 2
PP (Pekeni,2015).
-
Cara penyuntikan insulin:
1. Insulin umumnya diberikan dengan suntikan di bawah kulit
(subkutan), dengan arah alat suntik tegak lurus terhadap cubitan
permukaan kulit.
2. Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau drip
3. Insulin campuran
insulin
(mixed insulin) merupakan kombinasi antara
kerja pendek dan insulin kerja menengah, dengan
perbandingan dosis yang tertentu, namun bila tidak terdapat sediaan
insulin campuran tersebut atau diperlukan perbandingan dosis yang
lain, dapat dilakukan pencampuran sendiri antara kedua jenis
insulin tersebut.
4. Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara insulin harus
dilakukan dengan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat
suntik. Penyuntikan insulin dengan menggunakan semprit insulin
dan jarumnya sebaiknya hanya dipergunakan sekali, meskipun
dapat dipakai 2-3 kali oleh penyandang diabetes yang sama,
sejauh sterilitas penyimpanan terjamin. Penyuntikan insulin dengan
menggunakan pen, perlu penggantian jarum suntik
setiap
kali
dipakai,
meskipun
dapat dipakai
2-3
kali
oleh
penyandang
diabetes yang sama asal sterilitas dapat dijaga.
5. Kesesuaian konsentrasi insulin dalam kemasan (jumlah unit/mL)
dengan semprit yang dipakai (jumlah unit/mL dari semprit) harus
diperhatikan, dan dianjurkan memakai konsentrasi yang tetap. Saat
ini
yang tersedia hanya U100 (artinya 100 unit/ml). Penyuntikan
dilakukan pada daerah: perut sekitar pusat sampai kesamping,
kedua lengan atas bagian luar (bukan daerah deltoid), kedua paha
bagian luar (Perkeni, 2015).
-
Dilakukan pemantauan efek samping obat antibiotic secara rutin dengan
mengkaji kondisi klinik pasien, data laboratorium, dan data penunjang
lainnya.
-
Diberikan informasi kepada pasien tentang cara penggunaan antibiotic.
-
Dilakukan konseling dengan penggunaan antibiotic sebaiknya dengan
metode show and tell.
(Permenkes,2011).
Table 6 : tabel pemberitahuan kepada pasien
No
Nama Obat
Jadwal
Pemberian
1
Celecoxib
Pagi dan Malam
2
Esomeprazole
Pagi
(11/12 dan
3
Novorapid
12/12) Pagi,
siang, sore, dan
Jumlah
Manfaat
1 tablet
tiap minum
Meredakan
1 tablet
tiap minum
Mengatasi mual
9 unit
(pada
sediaan
dengan
Nyeri
muntah
Mengontrol
kadar gula darah
Hal yang
perlu
diperhatikan
Diminum 1
jam sebelum
makan
Obat diberikan
10 menit
sebelum
malam
konsentrasi
100 U/mL
setara
dengan
0,04 mL)
tiap
pemberian
makan
Obat diberikan
selama 3
bulan, kondisi
pasien harus
(13/12 sampai 3
bulan)
4
Metformin
Pagi dan sore
1 tablet
500 mg
tiap minum
Mengontrol gula
darah
(Perkeni, 2015).
selalu
dikontrol
untuk
penyesuaian
terapi
antidiabetik
yang sesuai
Pagi, siang,
Monitoring
sore, dan malam
(sejak 11/12
5
6
Benazepril
Ringer Laktat
selama 3 bulan)
kondisi
1 tablet 10
mg tiap
minum
Cefazolin
tekanan darah
tekanan darah
pasien, untuk
(Gismondi,
penyesuaian
2015).
terapi
Setiap 5 jam
500 mL
setiap
pemberian
Pagi, siang,
7
Mengontrol
malam
1 gr/vial
Infus segera
Regulasi cairan
diganti jika
akan habis
Eradikasi
bakteri
Obat diberikan
selama 5 hari
dari hari
pertama
dirawat
Tablet 500
mg tiap
minum
Pagi, siang,
8
Metronidazol
malam
Eradikasi infeksi
Obat diberikan
bakteri anaerob
selama 7 hari
V. Monitoring
Table 7: Monitoring
Monitoring
Obat
Target
Keberhasilan
Keberhasilan
Efek Samping
Celecoxib
Nyeri dibekas operasi
Pneumonia
Nyeri dibekas
operasi teratasi
Esomeprazole
Mual dan muntah
Pusing, Sakit Kepala
Mual dan muntah
teratasi
Hipoglikemik, udema
GD2PP <180
mmHg
Novorapid
Gula darah terkontrol
(IAI, 2017).
A1c <7%
Gastrointestinal
Metformin
Gula darah terkontrol
(Perkeni, 2015).
Menurunkan A1c
1-2% (Perkeni,
2015).
Benazepril
Tekanan darah
Batuk (Gismondi,
TD terkontrol
<130/80 mmHg
2015)
Cefazolin
Eradikasi Bakteri
Diare (MIMS,2018)
Tidak terinfeksi
bakteri
Metronidazol
Eradikasi Bakteri
Muntah, pusing
Tidak terinfeksi
bakteri
(MIMS,2018)
VI. Kesimpulan

Beberapa DRP yang terjadi pada kasus ini diantaranya terapi tidak efektif yaitu
omeprazole dan rantin pada post nefrektomi, ceftriaxon pada ILO, Indikasi tanpa
terapi pada DM tipe 2 dan hipertensi, ADR yaitu antrain pada post nefrektomi
dan Aminofluid pada DM tipe2 dan post nefrektomi.

Penatalaksanaan terapi yang diberikan yaitu celecoxib dan esomeprazole pada
post nefrektomi, cefazolin dan metronidazol pada ILO dan novorapid, metformin,
benazepril dan infus ringer laktat untuk DM tipe 2 dan hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Billiodeaux, S.T., Samuelson, C.G., Willett, O., Arulkumar, S., Thomas, D.,
Hamilton, C.S., Jain, S.K., Mosieri, C., Fox, C.J., 2014. Intraoperative and
Postoperative Blood Glucose Concentrations in Diabetic Surgical Patients
Receiving Lactated Ringer’s Versus Normal Saline: A Retrospective Review
of Medical Records. Ochsner J. 14, 175–178.
Dipiro.JT., 2015, Pharmacoterapy Handbook 9th edition, Mc Graw Hill, New York.
Gismondi R., Whille O., Ricardo B., 2015, Comparison of Benazepril and Losartan,
JRAAS, 16 (4); 967-974.
IAI. 2017. Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 51. Ikatan Apoteker Indonesia.
Jakarta ISFI Penerbitan.
Kemenkes RI, 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Konijnenbelt-Peters, Jorieke, Charlotte van der Heijden, Corine Ekhart, et al. 2017
Metamizole (Dipyrone) as an Alternative Agent in Postoperative Analgesia in
Patients with Contraindications for Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs.
Pain Practice, 17(3): 402–408.
Medscape, 2018, Esomeprazole: Adverse Raction, www.medscape.com (diakses pada
14 Maret 2017).
MIMS. 2018. Cefazolin. ( diakses pada 26 Maret 2018).
MIMS. 2018. Metronidazole. ( diakses pada 26 Maret 2018).
Permenkes. 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Permenkes. Jakarta
Perkeni, 2015, Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia,
Perkeni, Indonesia.
HNEHS. 2010. Clinical Practice Guidelines Version One. Number HNEH CPG
09_17
Sostres, C., Gargallo, C.J., Arroyo, M.T., Lanas, A., 2010. Adverse effects of nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs, aspirin and coxibs) on upper
gastrointestinal tract. Best Pract. Res. Clin. Gastroenterol. 24, 121–132.
https://doi.org/10.1016/j.bpg.2009.11.005
Sukandar, Elin, dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta : ISFI.
Utami R.E. 2011. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. UIN. 1(4):191198.
Yuan, J.Q., Tsoi, K.K.F., Yang, M., Wang, J.Y., Threapleton, D.E., Yang, Z.Y., Zou,
B., Mao, C., Tang, J.L., Chan, F.K.L., 2016. Systematic review with network
meta-analysis: comparative effectiveness and safety of strategies for
preventing NSAID-associated gastrointestinal toxicity. Aliment. Pharmacol.
Ther. 43, 1262–1275. https://doi.org/10.1111/apt.13642.
LAMPIRAN
Download