1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi manusia. Sejak lahir manusia telah memulai proses belajarnya. Dari mulai belajar duduk, belajar berdiri, belajar berjalan hingga belajar berlari. Dengan belajar maka manusia akan memperoleh pengetahuan yang berguna bagi kehidupannya. Sama halnya dalam dunia pendidikan, kegiatan belajar juga sangat dibutuhkan. Dalam dunia pendidikan belajar merupakan kegiatan yang berproses dan menjadi unsur yang sangat penting dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan keluarga. Bagi peserta didik kegiatan belajar merupakan sesuatu yang wajib dilakukan. Agar dapat memahami materi pelajaran yang diajarkan, peserta didik dituntut untuk rajin dalam belajar. Namun sayangnya banyak peserta didik yang cenderung merasa malas untuk belajar dan lebih memilih bermain sehingga prestasi belajar mereka menurun. Apalagi jika dihadapkan pada mata pelajaran yang sifatnya abstrak seperti matematika. Kenyataannya, sebagian besar peserta didik menganggap bahwa matematika adalah ilmu yang tidak mudah. Ketika peserta didik telah menganggap matematika tidak mudah maka akan mengakibatkan tidak tertariknya peserta didik dalam belajar matematika. 2 Hal ini didukung oleh data statistik National Assesment Programme (INAP) DKI Jakarta memiliki kategori kurang yaitu sebesar 76,42 dan hanya diminati 1,44 berbeda jauh dengan minat membaca sebesar 48,64 dan diminati sebesar 2,47.1 Hal tersebut akan berpengaruh pada pencapaian peserta didik dalam belajar matematika sehingga menyebabkan hasil belajar matematika peserta didik rendah. Salah satu keberhasilan peserta didik dalam belajar dapat dilihat dari hasil belajar yang didapatkan oleh peserta didik. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Nawawi dalam Susanto yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.2 Dengan demikian hasil belajar didapatkan dari suatu proses dalam pembelajaran dan dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik atau efektif tidaknya proses pembelajaran. Berdasarkan hasil test pra siklus yang telah dilakukan dan diikuti oleh 35 peserta didik dari 36 peserta didik, menunjukan bahwa nilai matematika masih rendah khusunya di kelas X MIPA-1 SMA Negeri 94 Jakarta. Rata-rata nilai dari 35 peserta didik di kelas X MIPA-1 hanya mencapai 62,97 sedangkan nilai KKM yang ada di sekolah tersebut untuk mata pelajaran matematika adalah 75. 1 International National Assesment Programme (INAP). Data Statistik Minat Belajar Matematika dan Cara Mengajar Guru. Puspendik.kemdikbud.go.id/inap-sd/ Diakses pada 28 Desember 2018 pukul 16:28 WIB. 2 Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media Group, hal. 5. 3 Oleh karena itu 71 % dari keseluruhan siswa di kelas X MIPA-1 SMA Negeri 94 Jakarta belum mencapai KKM. Tabel 1.1 Hasil Nilai Test Pra Siklus Materi Bilangan Berpangkat Kelas X MIPA-1 SMA Negeri 94 Jakarta Tahun Pelajaran 2018/2019 No Skala Nilai Jumlah Siswa Persentase 1 0-74 25 71% 2 75-100 10 29% Nilai Rata-rata 62,97 Dari Tabel 1.1 dapat dilihat perolehan nilai matematika peserta didik pada materi fungsi eksponensial, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika kelas X MIPA-1 rendah. Hal tersebut dikarenakan dalam proses belajar lebih banyak guru yang menjelaskan dan peserta didik hanya menerima saja apa yang diberikan oleh guru sehingga peserta didik kurang paham dengan konsep dasar. Peserta didik hanya bisa mengerjakan soal yang sama persis dengan contoh dan seringkali peserta didik kesulitan mengerjakan soal yang berbeda dengan contoh yang diberikan oleh guru. Antisipasi yang baik untuk mencegah rendahnya hasil belajar matematika peserta didik adalah model pembelajaran di dalam kelas yang dibuat semenarik mungkin oleh guru, sehingga peserta didik dapat terpancing untuk ikut berperan aktif dalam materi yang diberikan. Salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik untuk aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif mengenal berbagai tipe, salah satunya adalah Learning Cell. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif di harapkan membuat peserta didik dapat bekerja sama dan adanya partisipasi 4 aktif, peserta didik dapat mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari peseta didik lain. Peran guru dalam proses belajar adalah membimbing peserta didik untuk belajar mandiri, karena keberhasilan peserta didik sebagian besar bergantung pada kemampuannya untuk belajar secara mandiri. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Muzaini bahwa, Model pembelajaran tipe learning cell merupakan sistem pembelajaran kelompok kecil yang dapat memicu peserta didik untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, melatih peserta didik untuk banyak bertanya, berbicara atau berkomunikasi, menulis ide-ide dan bekerja sama dengan temannya yang lain dalam memahami materi yang sedang dipelajari sehingga mereka akan mudah dalam menerima pelajaran dan tentunya ini di harapkan dapat berdampak terhadap hasil belajar peserta didik yang semakin bagus.3 Oleh karena itu, model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti adalah model pembelajaran tipe Learning Cell. Model pembelajaran tipe Learning Cell menunjuk pada suatu bentuk belajar kooperatif dalam bentuk berpasangan, dimana peserta didik bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasar pada materi bacaan yang sama. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Tipe Learning Cell Berbasis Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas X MIPA-1 SMA Negeri 94 Jakarta.” 3 Muzaini, M. 2016. EFEKTIVITAS METODE THE LEARNING CELL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA. Prosiding, 2(1) hal. 595. 5 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1. Mengapa hasil belajar matematika peserta didik di kelas X MIPA-1 SMA Negeri 94 Jakarta rendah? 2. Apakah ada faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar matematika peserta didik di kelas X MIPA-1 SMA Negeri 94 Jakarta? 3. Apa saja tindakan yang mampu mengurangi faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar matematika peserta didik di kelas X MIPA-1 SMA Negeri 94 Jakarta? 4. Bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik di kelas X MIPA-1 SMA Negeri 94 Jakarta? 5. Bagaimana penerapan model pembelajaran tipe Learning Cell berbasis Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik di kelas X MIPA-1 SMA Negeri 94 Jakarta? 6. Apakah model pembelajaran tipe Learning Cell berbasis Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik di kelas X MIPA-1 SMA Negeri 94 Jakarta? C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas serta mengingat keterbatasan waktu dan luasnya cakupan masalah dari topik 6 penelitian, agar penelitian ini tidak terlalu meluas dan menjadi lebih terarah, maka dibutuhkan batasan masalah sebagai berikut : 1. Model pembelajaran tipe Learning Cell, Learning Cell merupakan suatu model pembelajaran kooperatif dimana perserta didik bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasarkan materi pelajaran yang sama. Pertanyaan yang diajukan adalah tentang materi yang sedang dipelajari yang belum mereka pahami. Materi pada penelitian ini menyesuaikan materi pembelajaran yang sedang berjalan disekolah yaitu materi fungsi eksponensial dan fungsi logaritma. 2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), LKPD merupakan salah satu sumber belajar yang dapat di kembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKPD yang disusun dikembangkan sesuai dengan model pembelajaran tipe Learning Cell dengan penyesuaian materi yaitu fungsi eksponensial dan fungsi logaritma. 3. Hasil belajar matematika peserta didik dibatasi pada pencapaian yaitu tes hasil belajar dalam penguasaan mata pelajaran matematika khususnya materi fungsi eksponensial dan fungsi logaritma yang dipelajari pada kelas X di tingkat Sekolah Menegah Aatas. Materi fugsi eksponen dan fungsi logaritma tersebut berdasarkan kompetensi dasar yang meliputi: (1) Mendeskripsikan dan menentukan penyelesaian fungsi eksponensial dan fungsi logaritma menggunakan masalah kontekstual, serta keberkaitannya., (2) Menyajikan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan fungsi eksponensial dan fungsi logaritma. 7 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran tipe Learning Cell berbasis Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik pada materi fungsi eksponensial dan fungsi logaritma di kelas X MIPA1 SMA Negeri 94 Jakarta?” E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik pada materi fungsi eksponensial dan fungsi logaritma di kelas X MIPA-1 SMA Negeri 94 Jakarta dengan menggunakan model pembelajaran tipe Learning Cell. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penilitian ini dapat berfungsi sebagai sumbangan untuk memperkaya khasanah ilmiah khususnya tentang pemanfaatan salah satu model pembelajaran tipe Learning Cell dalam pembelajaran di kelas. 8 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Bagi Peserta Didik Dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik melalui pembelajaran yang tidak biasa dilakukan sebelumnya. b. Bagi Guru Sebagai tambahan informasi bahwa salah satu cara yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik dapat menggunakan model pembelajaran tipe Learning Cell. c. Bagi Peneliti lain Sebagai bahan pertimbangan bila ingin mengkaji lebih mendalam lagi berkenaan dengan pengembangan pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe Learning Cell.