sehingga quick ratio jauh lebih ketat dari current ratio. Cara penghitungan quick ratio yaitu: Liquidity Ratio Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya saat jatuh tempo. Current Ratio Penghitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva perusahaan yang likuid pada saat ini atau aktiva lancar (current asset). Beberapa hal yang tergolong dalam aktiva lancar adalah kas, piutang, persediaan, dan beberapa aktiva lain. Sementara itu yang termasuk dalam utang lancar antara lain utang dagang dan wesel, utang bank, utang gaji, dan sebagainya. 𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕 Current ratio =𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔 Jika angka rasio lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali, maka perusahaan tersebut punya kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya. Karena perbandingan aktivanya lebih besar dibanding kewajiban yang dimiliki. Namun jika ratio lancar yang dimiliki perusahaan nilainya di bawah 1,0 kali, maka kemampuannya dalam melunasi utang masih dipertanyakan. Dan jika rasio lancar suatu perusahaan nilainya lebih dari 3,0 bukan berarti perusahaan tersebut dalam keadaan keuangan yang baik. Bisa jadi perusahaan tersebut tidak mengalokasikan aktiva lancarnya secara optimal, tidak memanfaatkan aktiva lancarnya secara efisien, dan tidak mengelola modalnya dengan baik. Quick Ratio Quick ratio merupakan penjelasan lebih lanjut dari current ratio. Penghitungan quick ratio hanya menggunakan aktiva lancar yang paling likuid untuk dibandingkan dengan kewajiban lancar. Inventory tidak termasuk ke dalam perhitungan quick ratio karena sulit untuk ditukar dengan kas, 𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕−𝑰𝒏𝒗𝒆𝒏𝒕𝒐𝒓𝒚 𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔 Quick ratio = Hasil penghitungan quick ratio jika lebih dari 1,0 maka menunjukkan kemampuan perusahaan yang baik dalam memenuhi kewajibannya. Namun, jika nilainya di atas 3,0 kali maka bukan berarti keadaan likuiditas perusahaan sedang baik. Boleh jadi kas perusahaan jumlahnya besar karena tidak dialokasikan kemana pun sehingga tidak produktif. Sebab lain adalah karena tingginya piutang perusahaan tersebut. Quick ratio dapat dijadikan acuan yang lebih baik karena berfokus pada aktiva lancar yang mudah diubah menjadi kas. Cash Ratio Cash Ratio adalah perbandingan antara kas dan aktiva lancar dengan utang lancar. Aktiva lancar ini diharapkan bisa segera dicairkan menjadi uang kas. Kas yang dimaksud di sini setara dengan uang yang ada di perusahaan yang disimpan di kantor maupun bank. Manfaatnya yaitu untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan menjadikan kas sebagai acuan. 𝑲𝒂𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒕𝒂𝒓𝒂 𝑲𝒂𝒔 𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔 Cash ratio = Nilai Cash Ratio yang baik adalah mencapai 100% atau lebih, karena nilai ini akan menggambarkan kekuatan perusahaan dalam menutup utang lancar mereka menggunakan kas dan harta setara kas. Rasio kas jarang digunakan oleh perusahaan karena kurang realistis dan tidak mudah dipertahankan nilainya. Jumlah kas berlebih yang ada pada perusahaan yang mampu menutupi kewajiban lancar sering dianggap sebagai kas tidak produktif yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Working Capital Ratio Rasio yang mengukur kemapuan perusahaan untuk membayar Current Liabilities dengan Current Assetts. Padahal, perusahaan yang sehat memiliki tingkat utang yang tidak melebihi modal sendiri agar beban perusahaan tidak terlampau tinggi. 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝒆𝒃𝒕 Debt to Equitt ratio =𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 Working Capital Ratio 𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕−𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔 = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔 Solvability Ratio Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio) atau disebut juga dengan Rasio Leverage (Leverage Ratio) adalah rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Hal itu termasuk kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka pendek. Perusahaan yang tergolong solvable adalah perusahaan yang memiliki harta atau aktiva yang relatif cukup membayar semua utang yang dimilikinya. Jika nilai DTA = 0,75 menunjukan bahwa perusahaan dibiayai oleh utang yang nilainya 75% dari total ekuitas. Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar utang yang dimiliki oleh perusahaan. Artinya semakin besar kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada pihak lain Time Interest Earned Ratio 𝑬𝑩𝑰𝑻 TIE Ratio =𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕 𝑬𝒙𝒑𝒆𝒏𝒔𝒆 Debt to Asset Ratio DTA Ratio adalah Perbandingan yang mengukur persentase besar dana yang asalnya dari utang, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Mengukur Debt Ratio ini menggunakan rumus berikut: **) Bunga Hutang Jangka Panjang Long Term Debt To Equity Ratio 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝒆𝒃𝒕 Debt to Asset ratio =𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒆𝒕𝒔 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑳𝑻 𝑫𝒆𝒃𝒕 Long TermDebt to Equitt ratio = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 Jika nilai DTA = 0,5 menunjukan bahwa kreditor mendanai perusahaan 50% dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar utang yang dimiliki oleh perusahaan. Artinya semakin besar kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada pihak lain. Debt to Equity Ratio Pperbandingan antara utang perusahaan dengan modal yang dipunyainya. Ketika nilai rasio ini relatif tinggi (mencapai 100% atau lebih dari itu), artinya perusahaan memiliki modal yang relatif sedikit dibandingkan dengan total utangnya. Profitability Ratio Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (profit) dari pendapatan (earning) yang berhubungan dengan penjualan, aset dan ekuitas. Gross Profit Margin Gross Profit Margin adalah perbandingan yang mengukur laba kotor terhadap penjualan bersih yang dilakukan perusahaan. Rasio ini mengukur sejauh mana laba kotor yang bisa diraup perusahaan pada setiap penjualannya. Laba Kotor ini mengungkapkan seberapa besar laba yang diperoleh perusahaan dengan mempertimbangkan biaya yang ditimbulkan untuk memproduksi produk atau jasanya. 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑮𝒓𝒐𝒔𝒔 𝑷𝒓𝒐𝒇𝒊𝒕 investment berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan terhadap jumlah aktiva secara keseluruhan yang tersedia pad perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik kondisi suatu perusahaan. 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝑨𝑻 ROI =𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 Gross Profit Margin =𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 ROI =Net Profit Margin x Asset Turn Over Profit Margin Net Profit Margin adalah rasio profitabilitas yang menghitung persentase kelebihan laba bersih setelah pajak terhadap pendapatan penjualan. Dari rumus yang didapatkan, bila nilai rasio ini relatif tinggi (mendekati 100%, 100% atau lebih dari itu) maka perusahaan dikatakan memiliki kemampuan menghasilkan laba yang tinggi. 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝑨𝑻 Profit Margin =𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 Return on Asset Return on Assets adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan memanfaatkan semua aktiva yang dimilikinya. Rasio ini mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam persentase (%).Laba yang dihasilkan menurut perhitungan rasio ini adalah EBT. Semakin tinggi nilai rasio yang didapatkan maka semakin baik kemampuan perusahaan tersebut untuk mendapatkan laba dengan memanfaatkan semua aktivanya. 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝑩𝑻 ROA =𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 Return on Investment Return on investment merupakan rasio profitabilitas yang dihitung dari laba bersih setelah dikurangi pajak terhadap total aktiva. Return on Return on Equity Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase. ROE dihitung dari penghasilan (income) perusahaan terhadap modal yang diinvestasikan oleh para pemilik perusahaan (pemegang saham biasa dan pemegang saham preferen). Return on equity menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengelola modalnya (net worth) sehingga tingkat keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau pemegang saham perusahaan. ROE yaitu rentabilitas modal sendiri atau yang disebut rentabilitas usaha. 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝑨𝑻 ROE =𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔 Return on Capital Employed Return on Capital Employed (ROCE) merupakan rasio profitabilitas yang mengukur keuntungan perusahaan dari modal yang dipakai dalam bentuk persentase (%). Modal yang dimaksud adalah Ekuitas suatu perusahaan ditambah kewajiban tidak lancar atau total asset dikurangi kewajiban lancar. ROCE mencerminkan efisiensi dan profitabilitas modal atau investasi perusahaan. Laba sebelum pengurangan pajak dan bunga dikenal dengan istilah ”EBIT” yaitu Earning Before Interest and Tax. 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝑩𝑰𝑻 ROCE =𝑾𝒐𝒓𝒌𝒊𝒏𝒈 𝑪𝒂𝒑𝒊𝒕𝒂𝒍 **) Working Capital = Total Asset – Current Liabilites Earning Per Share Earning per share merupakan rasio profitabilitas yang menilai tingkat kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba untuk perusahaan. Manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat memperhatikan earning per share karena menjadi indikator keberhasilan perusahaan. 𝑬𝑨𝑻−𝑫𝒊𝒗𝒊𝒅𝒆𝒏 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑷𝒓𝒆𝒇𝒆𝒓𝒆𝒏 EPS =𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑩𝒊𝒂𝒔𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑩𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓 Activity Ratio Receivables Turnover Rasio ini mengukur rata-rata piutang yang dikumpulkan dalam satu tahun sehingga kualitas piutang dan efisiensi perusahaan dalam pengumpulan piutang dan kebijakan kreditnya juga terlihat. Rasio ini biasanya digunakan untuk menganalisis modal kerja karena ukuran seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas bisa ditentukan. 𝑵𝒆𝒕 𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝑷𝒊𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑹𝒂𝒕𝒂−𝑹𝒂𝒕𝒂 Receivables TO = Makin tinggi rasio (turnover) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijak sanaan pemberian kredit. **)The formula for net credit sales is = Sales on credit – Sales returns – Sales allowances. **)Average accounts receivable is the sum of starting and ending accounts receivable over a time period (such as monthly or quarterly), divided by 2. AR Collection Period Ratio Rasio ini mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan, serta menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk untuk menagih setiap piutang ke customer atau merubah piutang menjadi kas. 𝟑𝟔𝟓 𝒅𝒂𝒚𝒔 𝑹𝑻𝑶 ACP = Inventory Turnover Inventory turnover is a measure of how efficiently a company can control its merchandise, so it is important to have a high turn. This shows the company does not overspend by buying too much inventory and wastes resources by storing nonsalable inventory. It also shows that the company can effectively sell the inventory it buys. 𝑪𝑶𝑮𝑺 Inventory TO =𝑨𝒗𝒆𝒓𝒂𝒈𝒆 𝑰𝒏𝒗𝒆𝒏𝒕𝒐𝒓𝒚 This measurement also shows investors how liquid a company’s inventory is. Think about it. Inventory is one of the biggest assets a retailer reports on its balance sheet. If this inventory can’t be sold, it is worthless to the company. This measurement shows how easily a company can turn its inventory into cash. Creditors are particularly interested in this because inventory is often put up as collateral for loans. Banks want to know that this inventory will be easy to sell. Inventory turns vary with industry. For instance, the apparel industry will have higher turns than the exotic car industry. Total Assets Turnover Rasio ini mengukur tingkat efektivitas perusahaan dan manajemen memanfaatkan aset perusahaan untuk mendapatkan penjualan bersih (penjualan neto). Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan atau diperbesar. 𝑵𝒆𝒕 𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔 Total Asset TO = 𝑨𝒗𝒆𝒓𝒂𝒈𝒆 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔 Fixed Assets Turnover Rasio ini mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. Fixed Asset TO = 𝑵𝒆𝒕 𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔 𝑭𝒊𝒙𝒆𝒅 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕 Working Capital Turnover Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha.periode perputaran modal kerja (working capital turn over period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dimana saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau makin tinggi perputarannya (turn over ratenya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. 𝑵𝒆𝒕 𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔 Fixed Asset TO = 𝑨𝒗𝒆𝒓𝒂𝒈𝒆 𝑾𝒐𝒓𝒌𝒊𝒏𝒈 𝑪𝒂𝒑𝒊𝒕𝒂𝒍 Jika Working Capital Turnover menghasilkan nilai sebesar 5.17 maka, hal tersebut menandakan bahwa dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 5,17 kali dalam satu tahun. Payables Turnover Tujuan menghitung rasio payable turnover adalah untuk mengukur perputaran utang usaha yang dimiliki perusahaan kepada para supplier. Semakin cepat pembayaran utang pada pemasok, menunjukkan bahwa perusahaan bisa mengelola utang usahanya dengan tepat dan juga menunjukkan perusahaan memiliki kecukupan kas dan aset lancar untuk membayar utangnya pada pemasok. Namun turnover yang nilainya besar juga dapat mengindikasikan bahwa perusahaan tsb kurang dapat memanfaatkan However, an increasing ratio over a long period could also indicate the company is not reinvesting back into its business, which could result in a lower growth rate and lower earnings for the company in the long term. Ideally, a company wants to generate enough revenue to pay off its accounts payable quickly, but not so quickly the company misses out on opportunities because they could use that money to invest in other endeavors. 𝑪𝑶𝑮𝑺 Working Capital TO = 𝑨𝒄𝒄𝒐𝒖𝒏𝒕𝒔 𝑷𝒂𝒚𝒂𝒃𝒍𝒆 ***) Cost of Goods Sold (COGS) = Beginnging Inventory + Purchase of stock during the year – Ending Inventory Net Sales = Cash Sales + Credit Sales – Sales returns Payable Payment Period Rasio ini mengukur rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk melunasi utang usaha.