Uploaded by rifqimuhammad841

427068 163746 STUDIO PERANCANGAN KOTA

advertisement
STUDIO PERANCANGAN KOTA
(Studi kasus: Desa Sampulungan, Kabupaten Takalar)
Oleh:
Muh. Adhy Fachruddin
D101171312
Andreadmaja
D101171514
Nurainun Magfirah
D101171008
Nur Aisyah
D101171314
DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Galesong Utara merupakan salah satu dari enam kecamatan pesisir yang
berada di Kabupaten Takalar. Luas wilayah Kecamatan Galesong Utara sekitar 15,11
km2 atau sebesar 2,67 persen dari total Kabupaten Takalar yang memiliki 9 desa dan 1
kelurahan.
Kondisi Geografis Desa Sampulungan yang berada pada kecamatan Galesong Utara,
Kabupaten Takalar dan sebagian wilayah berada di pantai Barat Selat Makassar dengan
memiliki
luas
wilayah 12,22 km2 ,
dan
secara
administratif
memiliki
sebanyak 4 (Empat) wilayah Dusun yakni : Dusun Sampulungan Caddi dan Dusun
Sampulungan Lompo, Dusun sampulungan Beru dan Dusun Sampulungan. Dan
memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatas dengan Desa Aeng Batu – Batu
- Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Bonto Lebang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tamalate
- Sebelah Barat berbatasan dengan selat Makassar
Dengan kondisi sebagai Desa pantai di wilayah selat Makassar, maka keadaan
topografi DesaSampulungan yang merupakan dataran dengan ketinggian 0 - 0,25 meter
dari permukaan laut, dan secara geologis wilayahnya memiliki jenis tanah hitam dan
berpasir. Di samping itu wilayah Desa Sampulungan berada persis di garis pantai selat
makassar memiliki 2 (dua) iklim tropis dengan suhu rata –rata mencapai 20 - 34 C
dengan curah hujan 241 mm/tahun serta memiliki dua tipe musin kemarau dan musin
hujan, dimana musin hujang terjadi mulai bulan Desember sampai April sementara
musin kemarau terjadi pada bulan mei sampai Nopember yang berputar setiap tahunnya.
Disamping
memiliki
jumlah
curah
hujan
rata
–
rata
setiap
tahun
di
Desa Sampulunganmencapai 2.000 mm sampai 30 mm.
Dalam wilayah Dsa Sampulungan saat ini jumlah penduduknya yaitu 2.358 jiwa
yang sebagian besar dan memiliki pekerjaan pokok nelayan sebagai desa pantai.
B. Identifikasi masalah
Hal-hal yang telah di identifikasi pada lokasi survey di Pantai Galesong, Desa
Sampulungan, kecamatan Galesong Utara yaitu mengenai kondisi fisik dan dampakdampak yang telah terjadi disebabkan oleh abrasi disana.
C. Tujuan penelitian
Mengidentifikasikan dan melakukan perencanaan terhadap lokasi yang telah
ditetapkan di survey agar tanggap terhadap abrasi tepatnya di pantai Galesong, Desa
Sampulungan, kecamatan Galesong Utara.
D. Hasil Penelitian
Berikut adalah hasil dari data sekunder berdasarkan survey yang telah dilakukan
di lapangan:
Desa
Panjang Abrasi Pendekatan
Pantai (km)
Struktur
Kondisi
Sampulungan
0,894
Kurang
Baik
Pemecah
Ombak
Fungsi
Lahan
Pertanian,
Perikanan,
Pariwisata,
Permukiman.
Tinggi
Gelombang
Tertinggi
2,5 meter
sampai
empat
meter
Pintu masuk Desa Sampulungan
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Kawasan Pertanian Desa Sampulungan
(Sumber: Dokumetasi Pribadi)
Pantai Galesong Utara di Desa Sampulungan merupakan salah satu wilayah
pantai yang mengalami abrasi cukup parah. Bencana abrasi ini telah terjadi dalam kurun
waktu 5 tahun. Menurut masyarakat, Abrasi yang terjadi penyebab awal terjadinya
abrasi adalah buruknya kondisi diakibatkan gelombang pasang yang terjadi pada musim
barat pada bulan Desember sampai dengan bulan April. Selama lima tahun terakhir,
abrasi telah menyebabkan kemunduran garis pantai yang mengancam kehidupan dan
penghidupan masyarakat setempat dan mengakibatkan lahan di salah satu tempat
pemakaman umum (TPU) nyaris habis. Hal ini terjadi karena terdapat kegiatan
penambangan pasir yang dilakukan untuk membuka lahan reklamasi di kawasan CPI
Kota Makassar.
Tempat Pemakaman Umum
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pada indikator kerentanan social, tingginya tingkat kerentanan menunjukkan
bahwa tingginya jumlah jiwa penduduk yang menerima dampak abrasi tersebut. Tingkat
kerentanan ekonomi yang tinggi menunjukkan besarnya kerugian yang muncul dan
tingginya gangguan aktivitas perekonomian yang diakibatkan oleh bencana abrasi.
Tingkat kerentanan fisik yang tinggi menunjukkan bahwa jika terjadi abrasi maka akan
menyebabkan kerusakan besar terhadap bangunan fisik yang terdiri dari bangunan
permukiman, bangunan kesehatan dan bangunan fasilitas umum lainnya. Selain itu,
tingkat kerentanan lingkungan yang rendah menunjukkan bahwa jika tejadi abrasi maka
kerusakan lingkungan yang teerjadi juga rendah diakrenakan oleh jumlah luas area
hutan alam,hutan buatan, hutan bakau, semak belukar, dan rawa tidak ada atau sangat
kecil. Dampak dari kerentanan wilayah pesisir adalah terganggunya kegiatan
masyarakat pesisir kabupaten Takalar khususnya pariwisata, karena pada umumnya
pesisir kabupaten Takalar merupakan kawasan wisata.
Oleh karena itu perlu dilakukan kajian kerentanan fisik di wilayah pesisir
kabupaten Takalar agar kerusakan yang terjadi dapat diatasi dengan benar. Tindakan
mitigasi yang dilakukan berupa mitigasi struktur dan mitigasi non strktur. Mitigasi
struktur berupa pengadaan tanggul disepanjang pesisir kawasan observasi, sedangkan
mitigasi non struktur adalah perbuatan zona kawasan pesisir terhadap bencana abrasi
menjadi zona konservasi dan zona pemanfaatan umum.
(a)
(b)
(c)
(d)
Kawasan Pariwisata Desa Sampulungan
(Sumber: Dokumetasi Pribadi)
Berikut adalah hasil dari data primer berdasarkan survey yang telah dilakukan di
lapangan:
1. Masyarakat desa sampulungan tidak mengetahui persis bahwa gelombang air bisa
naik akibat dari penambangan pasir yang dilakukan untuk proyek yang akan
membangun Center Point of Indonesia (CPI) dan berfungsi sebagai waterfront
city tersebut, dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah
Kota Makassar
2. Sejak adanya penambangan, jumlah tangkapan ikan nelayan, terutama nelayan
pancing mengalami penurunan drastis. Hal ini disebabkan air laut mengalami kekeruhan
sehingga nelayan sulit mendapatkan ikan saat melaut.
3. Penanggulangan/Tondakan mitigasi yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk
menangani abrasi tersebut adalah pembangunan tanggul laut (seawall). Tipe seawall
yang dibuat adalah tipe Curved Seawall yaitu seawall yang mencerminkan bentuk
gelombang ketika bergerak menuju daratan. Desainnya akan menghilangkan dampak
dari gelombang dengan membelokkannya keatas, menjauh dari bagian bawah struktur.
Dinding ini biasanya terbuat dari beton dan dirancang untuk mengurangi
gerusan/penghilangan sedimen dari sekitar struktur yang akan melemahkan seawall di
dasar dinding,. Akan tetapi, seawell yang telah dibangun rusak 1 minggu setelah
pemasangan.
Kondisi Tanggul dan Abrasi Di Pantai Galesong Utara
(Sumber: dokumentasi pribadi)
E. Kaitan dengan RTRW
1. Menurut
RTRW
Kabupaten
Takalar
Tahun
2012-2031
lokasi
di Kabupaten Takalar yang merupakan kawasan rawan bencana abrasi adalah
Kecamatan Galesong Utara. Hal ini di karenakan sepanjang lokasi kecamatan
Galesong Utara langsung berbatasan dengan laut Selat Makassar dengan
curah hujan yang tinggi. Pada tahun 2017 rata-rata hujan dalam setahun sekitar 12
hari denganratarata curah hujan setahun sekitar 165 (Kecamatan Galesong dalam
Angka 2018)
2. Menurut RTRW Kabupaten Takalar Pasal 26 ayat (2) dikatakan bahwa ditetapkan
Kawasan Sempadan Pantai di sepanjang pesisir pantai di Kecamatan Galesong
Utara, Kecamatan Galesong, Kecamatan Galesong Selatan, Kecamatan Sanrobone,
Kecamatan Mappakasunggu, dan Kecamatan Mangarabombag ,dengan ketentuan:
A. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter
dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat;
B. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam
atau terjal dengan jarak proposional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.
3. Menurut RTRW Kabupaten Takalar Pasal 33 ayat (2) tentang Kawasan
Peruntukan Pertanian tanaman pangan , dikatakan bahwa :
A. Kawasan peruntukan pertanian lahan basah ditetapkan di sebagian Kecamatan
PolobangKeng Utara, sebagian Kecamatan Polombangkeng Selatan, sebagian
Kecamatan Mappakasunggu, sebagian Kecamatan Sanrobone, sebagian
Kecamatan Mangarabombang, sebagian Kecamatan Galesong Selatan, sebagian
Kecamatan Galesong, dan sebagian Kecamatan Galesong Utara dengan luasan
kurang lebih 18.688 hektar; dan
B. Kawasan peruntukan pertanian lahan kering ditetapkan di sebagian KKecamatan
PolobangKeng Utara, sebagian Kecamatan Polombangkeng Selatan, sebagian
Kecamatan Mappakasunggu, sebagian Kecamatan Sanrobone, sebagian
Kecamatan Mangarabombang, sebagian Kecamatan Galesong Selatan, sebagian
Kecamatan Galesong, dan sebagian Kecamatan Galesong Utara dengan luasan
kurang lebih 8.800 hektar.
4. Kawasan peruntukan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Polombangkeng Utara,
sebagian Kecamatan Polombangkeng Selatan, sebagian Kecamatan Pattalassang,
sebagian Kecamatan Mangarabombang dan sebagian Kecamatan Galesong Utara
dengan luasan kurang lebih 4.554 (empat ribu lima ratus lima puluh empat) hektar;
5. Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan kawasan perkebunan dengan luasan kurang lebih 4.815 (empat ribu
delapan ratus lima belas) hektar, terdiri dari:
a. kawasan peruntukan perkebunan kapok ditetapkan di sebagian Kecamatan
Pattalassang, sebagian Kecamatan Galesong Utara, sebagian Kecamatan
Mappakasunggu, sebagian Kecamatan Sanrobone, sebagian Kecamatan
Mangarabombang, dan sebagian Kecamatan Galesong Selatan;
b. kawasan peruntukan perkebunan kelapa ditetapkan di sebagian
Kecamatan Pattalassang, sebagian Kecamatan Galesong Utara,
Kecamatan Mappakasunggu, sebagian kecamatan Sanrobone
Kecamatan Mangarabombang, dan sebagian Kecamatan Galesong
sebagian Kecamatan Galesong;
wilayah
sebagian
sebagian
Selatan,
6. Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
berupa Kawasan peruntukan pengembangan ternak besar dan ternak unggas
ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Mangarabombang, sebagian wilayah
Kecamatan Mappakasungggu, sebagian Kecamatan Sanrobone, sebagian wilayah
Kecamatan Polombangkeng Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Polombangkeng
Utara, dan sebagian wilayah Kecamatan Galesong Selatan, sebagian Kecamatan
Galesong, sebagian Kecamatan Galesong Utara dengan luasan kurang lebih 2.808
(dua ribu delapan ratus delapan) hektar.
F. PERENCANAAN
1. Konsep Waterfront City
 Menurut Butuner (2006) Konsep Waterfront City menjelaskan bahwa pertama
kali pada abad ke-19, Konsep ini diaplikasikan untuk merevitalisasi kawasan
industri yang ada di Kawasan pesisir San Fransisco. Tujuan dari
pengembangan ini dilakukan untuk menata kembali dari suatu kawasan
industri.
 Menurut Wen-Cheng Huang dan Sun-Ken Kao (2014), Waterfront City adalah
suatu daerah atau area yang terletak di dekat perbatasan dengan kawasan
perairan dimana terdapat kegiatan dan aktivitas berupa ekonomi maupun sosial
pada area pertemuan tersebut (Malone,1996).
 Selama proses pengembangan Waterfront City, Perda perlu mengambil peran
utama selama perencanaan dan administrasi. Sebuah rencana yang
komprehensif biasanya terdiri dari kegiatan pembangunan yang masing-masing
mungkin memiliki perkembangan dan metode perencanaan tersendiri. Dengan
begitu diperlukan 4 tahap pembangunan yaitu Perencanaan, Konstruksi,
Manajemen, dan Realisasi (Huang et al, 2008)
 Untuk Desa Sampulungan itu sendiri, berdasarkan Breen dan Rigby (1996),
bahwa jenis Waterfront City , cocoknya menggunakan tipe pembangunan
Redevelopment yaitu memanfaatkan kembali fungsi-fungsi Waterfront lama
yang masih ada sampai saat ini dan tetap digunakan.
 Dan berdasarkan fungsinya yang cocok digunakan untuk Desa Sampulungan itu
sendiri adalah Residential Waterfront, yaitu perumahan, apartemen, dan resort
yang dibangun di pinggir perairan dan Recreational Waterfront untuk rekreasi.
2. Konsep Mitigasi Bencana
- Pemasangan Bronjong
Karena abrasi yang terjadi di Desa Sampulungan dan di sepanjang Pantai
Galesong yang sudah parah, pemerintah telah melakukan penanggulangan
mitigasi yang telah dilakukan untuk menangani abrasi adalah pembangunan
tanggul laut (seawall). Tipe seawall yang dibuat adalah tipe curved seawall
,akan tetapi setelah dibangun seawall rusak 1 minggu setelah pemasangan.
Untuk itu, rencana perencanaan penanggulangan abrasi yaitu
pemasangan Bronjong. Pemasangan ini dilakukan untuk menanggulangi abrasi
dan meredam hantaman gelombang.
- Pemasangan Breakwater
Break Water atau pemecah Gelombang Laut adalah bangunan yang
digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang .
bentuk/tipe pemecah gelombang berdasarkan tipe bangunannya yaitu Breakwater Sisi
Tegak dengan berupa Blok Beton.
3. Konsolidasi Lahan
Konsolidasi lahan merupakan upaya untuk membangun kawasan dengan biaya
pembangunan dari masyarakat sendiri. Biaya pembangunan di peroleh dari
pengurangan luas persil dari para pemilik lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Sakka, Arif Samsu, Eka Wahyuni Syahrir. Analisis Kerentanan Pantai di Kabupaten
Takalar, 164.
https://www.scribd.com/presentation/399394229/ppt-pptx
Download