ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS Pada Ny.R G2P2A0 dengan Post SCTP + MOW DPH 7 Indikasi Oligohidroamnion Placenta Akreta serta Post Aff Packing Abdomen + Sepsis di Ruang HCU Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta Disusun Oleh : AINUL NUR WULANSARI NASHIKIN HAKIM DEWI MUTIATUL AZIZAH RISKI RAMADANI FAJAR KURNIANSYAH SILVI OCSIE ROSDYANTI M. FIKA DWI NURBAITIZ SITI AISYAH IGNASIUS TITO RAHMAT DARMAWAN INDRA AULIA RAHMAN VERA RIZKI FEBRIANA MIMBAR ILMIAH, 21 MARET 2019 1-12 KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS Tahun 2018/2019 ABSTRAK Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny.R G2P2A0 dengan Post SCTP + MOW DPH 7 Indikasi Oligohidroamnion Placenta Akreta serta Post Aff Packing Abdomen + Sepsis di Ruang HCU Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakartao Latar Belakang: Sectio caesaria adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres janin. Standart rata-rata sectio caesaria disebuah negara adalah 5-15% per 1000 persalinan didunia, rumah sakit pemerintah ratarata 11% sementara dirumah sakit swasta bisa lebih dari 30%. Tujuan: Tujuan penulisan adalah untuk melakukan asuhan keperawatan maternitas Post Partum dengan Sectio Caesaria Pada Ny.R. Metode: Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan studi kasus di Ruang HCU Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta Pada Ny.R yang dilakukan pada tanggal 28 - 31 Januari 2019. Tindakan yang dilakukan dari pengkajian, ananilisa data, menetapkan diagnosa keperawatan, menentukan perencananaan, melakukan tindakan dan evalusi dari asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Hasil : Setelah dilakukan pengkajian di dapatkan hasil pasien mengeluh nyeri pada daerah post op, luka post SCTP ± 12cm, merembes, terdapat pus dan bau, pasien mengatakan ASI tidak keluar, payudara besar dan keras, pasien mengatakan tidak mengetahui mengenai penyakitnya. Setelah dilakukan implementasi yang sesuai dengan intervensi keperawatan selama 3x24 jam Asuhan Keperawatan Maternitas MIMBAR ILMIAH, 21 MARET 2019 1-12 didapatkan hasil evaluasi masalah nyeri dan defisit pengetahuan teratasi, resiko infeksi tidak terjadi, dan ketidakefektifan pemberian ASI teratasi sebagian. Kesimpulan: Kerja sama dengan pasien atau keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien, komunikasi terapeutik dapat mendorong pasien lebih kooperatif, pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan, dan mendemontrasikan cara perawatan atau pengobatan dapat meningkatkan kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga. Kata Kunci : Asuhan keperawatan, post partum, sectio caesaria. ABSTRACT Maternity Nursing Care towards Mrs.R G2P2A0 with Post SCTP + MOW DPH 7 Indications of Oligohidroamnion Placenta Akreta and Post Aff Packing Abdomen + Sepsis in the HCU Melati Room 1 at Dr. Moewardi Public Hospital of Surakarta Background: Sectio caesaria is fetal discharge through abdominal incision. This technique is used if the condition of the mother causes distress in the fetus or if fetal distress has occurred. The average standard sectio caesaria in a country is 5-15% per 1000 deliveries in the world, public hospitals on average 11% while in private hospitals can be more than 30%. Objective: The purpose of the writing was to carry out Post Partum maternity nursing care with Sectio Caesaria toward Mrs.R. Method:The method used was descriptive method with a case study in the HCU Melati Room 1 Dr. Moewardi public hospital of Surakarta toward Mrs.R conducted on 28 - 31 January 2019. Actions taken from assessment, analysis of Asuhan Keperawatan Maternitas MIMBAR ILMIAH, 21 MARET 2019 1-12 data, establishing nursing diagnoses, determining planning, carrying out actions and evaluating nursing care carried out. Results: After the assessment obtained, the patients complained of pain in the post op area, post SCTP ± 12cm, leaking, there is pus and smelling, the patient said the breast milk did not come out, the breast enlarged and rigid , the patient said he did not know about the disease. After implementation according to nursing interventions for 3x24 hours, the results of evaluation of pain problems and knowledge deficits were resolved, the risk of infection did not occur, and the effectiveness of breastfeeding was partially resolved. Conclusion: Collaboration with patients or families is very necessary for the success of nursing care for patients, therapeutic communication can encourage more cooperative patients, health education to increase knowledge, and demonstrate how care or treatment can improve the family's ability to care for family members. Keywords: Nursing care, post partum, sectio caesaria. Asuhan Keperawatan Maternitas MIMBAR ILMIAH, 21 MARET 2019 1-12 I. pemerintah PENDAHULUAN Sectio caesaria adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini rata-rata 11% sementara dirumah sakit swasta bisa lebih dari 30% (Gibbons,2010). digunakan jika kondisi ibu menimbulkan Di daerah jawa timur, Rumah sakit distres pada janin atau jika telah terjadi Umum daerah Dr. Soetomo sebagai rumah distres janin. Sebagian kelainan yang sakit rujukan terbesar di jawa timur sering adalah ditemukan bahwa angka kejadian persalinan malposisi janin, plasenta previa, diabetes dengan sectio caesaria pada tahun 2008 ibu dan disproporsi sefalopelvis janin dan adalah 1478 kasus (23.3%) dari 6335 total ibu. Sectio sesarea dapat merupakan persalinan (Yudoyono,2008). memicu prosedur sectio tindakan ini elektif atau darurat. Untuk caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih anestesi umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi (Muttaqin, Arif.2010). Persalinan dengan operasi sectio caesaria ditujukan untuk indikasi medis tertentu, yang terbagi atas indikasi untuk ibu dan indikasi untuk bayi. Persalinan sectio caesari atau bedah ceasar harus dipahami sebagai alternatif persalinan Dari data tersebut penulis tertarik untuk membahas terkait seminar kasus yang berjudul “Seminar Kasus Keperawatan Maternitas Pada Ny.R G2P2A0 dengan Post SCTP + MOW DPH 7 Indikasi Oligohidroamnion Placenta Akreta serta Post Aff Packing Abdomen + Sepsisdi Ruang HCU Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Tujuan dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah untuk mengetahui proses asuhan keperawatan pada pasien dengan post Sectio Caesaria sesuai dengan prosedur perawatan. ketika dilakukan persalinan secara normal tidak bisa lagi (Lang,2011). Menurut Word Health Organization (WHO,2010) angka persalinan dengan II. METODE Asuhan keperawatan disusun metode sectio caesaria cukup besar yaitu menggunakan metode deskriptif dengan sekitar 24% sampai 30% dari semua pendekatan studi kasus yaitu asuhan proses persalinan. Standart rata-rata sectio keperawatan berupa mengumpulkan data, caesaria disebuah negara adalah 5-15% menganalisa data, menegakkan diagnosa, per 1000 persalinan didunia, rumah sakit Asuhan Keperawatan Maternitas MIMBAR ILMIAH, 21 MARET 2019 1-12 menyusun intervensi, melakukan SC. Kemudian saat hamil kedua pasien implementasi, dan melakukan evaluasi. datang ke rumah sakit untuk kontrol karena Pengumpulan data didapatkan dari sudah terlewat waktu HPL dan tidak merasa wawancara dengan pasien, observasi, kenceng-kenceng, setelah diperiksa dokter dan pemeriksaan fisik. Sumber data pasien diminta operasi SC, setelah dibuka diperoleh saat dari pasien, penunggu operasi terdapat plasenta akreta pasien, perawat Ruang HCU, dan sehingga pasien harus dirujuk ke RSDM. Rekam Medis pasien. Selain itu kami Saat tiba di RSDM pasien menunggu2 hari juga melakukan pendidikan kesehatan untuk persiapan operasi. tentang ASI Eksklusif kepada pasien. Sampling adalah pasien post Riwayat persalainan pasien G2P2A0 adalah pada Gestasi ke-2 Pasien post re Sectio Caesaria DPH-7 yang berusia 26 SCTP atas indikasi oligohidreoamnion tahun. Pengambilan kasus dilakukan di placenta akreta UK 40+6 minggu operasi Ruang HCU Melati 1 RSUD Dr. lahir tanggal 18 januari 2019. Pasien juga Moewardi Surakarta pada tanggal 28 memiliki riwayat SC pada kehamilan Januari - 31 Januari 2019. pertama dengan hidroamnion dan Usia Kehamilan 39 minggu pada tahun 2017. Riwayat kesehatan keluarga pasien III. HASIL Dari hasil pengkajin yang dilakukan adalah mereka mengatakan tidak ada pada tanggal 28 Januari 2019 pukul 10.30 penyakit keturunan dari keluarga ayah WIB Ny.R maupun ibu terutama asma, jantung tidak alamat ada, DM tidak ada, HT tidak ada, Hepatitis Dorpoyudan, tanggal masuk ke rumah tidak ada. Pasien mengatakan tidak ada sakit 16 Januari 2109 pada pukul 10.11 riwayat bayi kembar atau keguguran. didapatkan berusia 26 hasil tahun Pasien dengan WIB. Keluhan utama yang dirasakan oleh Riwayat Kontrasepsi pasien pasien adalah pasien mengeluh nyeri post mengatakan tidak pernah menggunakan alat operasi: nyeri pada luka post operasi di kontrasepsi, pasien menggunakan MOW perut, terasa berdenyut panas, terlokalisir setelah operasi ini. Riwayat Imunisasi di area operasi, skala 6, hilang timbul. adalah TT terakhir sebelum menikah, saat Riwayat Penyakit Pasien adalah hamil tidak ada imunisasi. Saat melahirkan Pasien mengatakan saat hamil pertama anak pertama pasien memberikan ASI untuk mengalami KPD (ketuban pecah dini) anak kedua pasien memompa ASI untuk sehingga menyebabkan cairan amnion anaknya yang berada di rumah. Saat ini berkurang dan akhirnya dilakukan operasi pasien mengatakan ASI tidak keluar saat Asuhan Keperawatan Maternitas MIMBAR ILMIAH, 21 MARET 2019 1-12 dipompa. Saat ini bayi rawat pisah dan kemampuan berada di ruang bayi Ruang3 Melati1. membaca tidak ada masalah Pasien mengatakan sedih karena ASI belum keluar. bicara Tanda-tanda baik, vital kemampuan Tekanan darah: 128.85 mmHg, RR: 20x/menit, suhu: Pola fungsional gordon persepsi dan 37,3’C, nadi 68x/menit. Pemeriksaan fisik pemeliharaan kesehatanPasien mengatkan didapatkan kulit kepala tidak ada lesi, selama hamil maupun sakit selalu rambut bersih, lebat dan berwarna hitam. kesehatan ke tenaga Mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva kesehatan seperti rumah sakit maupun tidak anemis, pupil isokor. Telinga, simetris pukesma. Saat ini pasien sudah post kanan dan kiri tidak memiliki gangguan operasi SC hari ke 7 dirawat di HCU pendengaran. Hidung tidak terdapat sekret karena demam dan luka merembes. dan tidak ada nafas cuping hidung. Mulut Aktifitas pasien di HCU dibantu oleh bersih, ada sedikit bau mulut. Pada leher perawat, pasien sudah bisa mika miki dan tidak ada nyeri telan, tidak terdapat duduk. Mandi, gosok gigi masih dibantu pembesaran kelenjar betah bening dan JVP. perawat. Pasien mengatkan tidak ada Thorak paru inspeksi pada kulit tidak masalah tidur, dalam sehari tidur 8 jam. terdapat lesi, pengembangan dada kanan Pola nutrisi dan cairan pasien mengatakan dan kiri seimbang, perkusi sonor di semua makan 3x sehari habis setengah porsi lapang tidak muali, minum 800 ml habis, BB:58 Berdasarkan inspeksi, tampak payudara kg, TB:155cm, dan IMT:29, Hb: 10,7 membesar dan keras, puting susu menonjol mg/dl, Ht: 31%, Trombosit: 366 juta/dl, keluar, aerola berwarna coklat kehitaman. Diit: Tinggi kalori tinggi protein. Pasien Pada Abdoment, Inspeksi: Terdapat luka mengatakan 2 hari yang lalu mengalami jahitan post SCTP ±12 cm kemerahan di diare dalam sehari BAB 3x konsistensi sekitar luka, luka basah tampak kemerahan, cair. feces pus (+), bau (-), terdapat lubang bekas drain ditemukan biastecystis homonis pada dan jahitan agak terbuka, Palpasi: Abdomen sampel feses. Saat ini pasien sudah tiak masih nyeri, UC keras TFU 3 jari di bwah BAB sering dan BAB 3 hari sekali pusat, konsistensi lunak, kering, kecoklatan Auskultasi: Bising usus 10x/menit. Pada Pasien mengatakan BAK melalui selang daerah genetalia Keluar darah nifas, lochea pipis dan lancar, BAK ±1100cc dalam sanguolenta berwarna merah, berisi darah sehari, warna nomal urine. Pola kognitif dan vernik kaseosa ±200cc/hariT= dan tidak ada masalah fungsi panca indera terpasang selang kateter. memeriksakan Hasil lab parasitologi dan auskultasisuara Perkusi: Suara vesikuler. Thympani, dan Asuhan Keperawatan Maternitas MIMBAR ILMIAH, 21 MARET 2019 1-12 Dari hasil pemeriksaan laboratorium rembes dan badan panas. Data obyektif: k/u pada tanggal 27/01/2019 didapatkan kadar lemah, Hemoglobin 10,7 gr/dl, Hematokrit 31%, postsctp kurnag lebih 12 cm, luka basah Leukosit 14,3 ribu/ul, Trombosit 366 tampak kemerahan, pus (+), bau (-), Lubang ribu.ul, Eritrosit 3,61 juta/ul, Creatinin 0,5 bekas drain jahitan agak terbuka, Bekas mg/dl, Glukosa urin normal, Glukosa jahitan operasi sc anak pertama , TD : Eritrosit Positif1, Glukosa keton negatif. 128/85 mmHg, N : 68 x/mnt, RR : Pemeriksaan 201x/mnt, S : 37.3 0C, Leukosit : 14.3 tanggal Parasitologis Fese 23/01/2019 pada kesimpulan: ditemukan Blastocytis homonis pada sampel feces. tampak terdapat medis Diagnosa yang ketiga adalah Pemberian ASI tanggal berhubungan dengan suplai ASI yang tidak 28/01/2019: infus RL 36cc/jam, injeksi cukup ditandai dengan pasien mengatakan Metil prednisoton dosis 62,5 mg/12 jam, ASI tidak keluar saat dipompa dan pasien Injeksi Antibiotik Levofloxacin dosis mengatakan 750mg/24 jam, dan injeksi analgetik keluar. Data obyektif: Saat ini bayi rawat Paracetamol dosis 1gr/8 jam. pisah dan berada di ruang bayi Ruang3 Diagnosa pada jahitan ribu/ul. Ketidakefektifan Terapi luka keperawatan sedih karena ASI belum yang Melati1, tampak payudara membesar dan ditegakkan dan berdasarkan prioritas yang keras, puting susu menonjol keluar, aerola pertama adalah Nyeri Akut berhubungan berwarna coklat kehitaman. dengan Agen Cidera Fisik (Post Operasi Diagnosa yang keempat adalah Defisit Sectio Caesari) ditandai dengan pasien pengetahuan mengeluh nyeri post operasi: nyeri pada kurangnya informasi tentang prognosis luka penyakit post operasi di perut, terasa berhubungan ditandai dengan dengan pasien berdenyut panas, terlokalisir di area mengatakan tidak tahu apa penyebab dari operasi, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul. penyakitnya. Data obyektif: Pasien tampak Data objektif: K/U lemah , Grimace +, bingung dan cenderung banyak bertanya Wong baker face scale 8 , Terdapat luka mengenai penyakitnya dan bagaimana cara post op , TD : 128/85 mmHg, N : 68 pengobatannya. x/mnt, RR : 20x/mnt, S : 37.3 0C. Tujuan dan kriteria hasil pada diagnos Diagnosa keperawatan yang kedua adalah dengan Resiko Infeksi Kontaminasi berhubungan Area keperawatan yang pertama adalah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Operasi 3x24 jam diharapkan nyeri teratasi dengan ditandai dengan pasien mengatakan luka kriteria hasil : Pasien mampu mengontrol Asuhan Keperawatan Maternitas MIMBAR ILMIAH, 21 MARET 2019 1-12 nyeri, Pasien mengetakan nyeri berkurang hygiene 6 langkah, Kolaborasi dengan tim secara verbal, Pasien mengatakan rasa medis dalam pemberian antibiotiK. nyaman setelah Intervensinya nyeri antara berkurang. lain: Lakukan Tujuan dan Kriteria hasil Untuk diagnosa ketiga: Setelah dilakukan tindakan pengkajian nyeri secara komprehensif , keperawatan Observasi dari ketidakefektifan pemberian ASI dapat teratasi ketidaknyamanan, Ajarkan tentang teknik dengan kriteria hasil : Kemantapan dalam non-farmakalologis, Tingkatkan istirahat, pemberian ASI; bayi/ibu,, Produksi ASI Ajarkan keluarga untuk mengendalikan meningkat, Pemeliharaan dalam pemberian factor reaksi nonverbal selama 3x24 jam, yang dapat ASI baik. Intervensi diagnosa ini antara lain: nyeri pasien Kaji keadaan payudara pasien, Memberikan (kegaduhan, cahaya, suhu), Kolaborasi terapi pijat oksitosin pada klien, ajarkan pada liongkungan mempengaruhi respon dengan tim medis dalam pemberian obat langkah pijat oksitosin, serta Memberikan analgetik. Tujuan dan kriteria hasil untuk dignosa kedua : setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan resiko infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil: Mengenali tanda dan gejala yang mengindikasikan resiko dlam penyebaran infeksi, Mengetahui cara mengurangi penularan infeksi, TTV dalam batas normal. Intervensi diagnosa ini antara lain: Kaji tanda-tanda infeksi suhu tubuh, nyeri, perdarahan dan pemeriksaan laboratorium, Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local, Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang beresiko, Beritahu pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan jika terjadi infejksi pasien dan keluarga mengenai langkah- laporkan nkepada petugas kesehatan, Anjurkan intake nutrisi yang baik , Ajarkan pasien dan keluarga hand informasi tentang pentingnya gizi untuk klien menyusui dan pentingnya ASI eksklusif untuk bayi. Tujuan diagnosa dan Kriteria keempat: tindakan Setelah keperawatan diharapkan klien hasil dilakukan selama mampu Untuk 1x24jam menyatakan paham mengenai proses penyakit dengan Kriteria Hasil : Melakukan perubahan pola hidup yang penyembuhan. mendukung Intervensi proses diagnosa ini antara lain: Berikan informasi yang jelas dan lengkap berkenaan dengan tindakan keperawatan, Kaji ulang proses penyakit/prognosis, Diskusikan perawatan dan pengobatan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka pada hari ketiga dilakukan pada evaluasi tanggal pada 31/01/2019 diagnosa Asuhan Keperawatan Maternitas MIMBAR ILMIAH, 21 MARET 2019 1-12 keperawatan yang pertama adalah: Nyeri abdomen dan uterus. Prosedur ini biasanya Akut berhubungan dengan Agen Cidera di lakukan setelah viabilitas tercapai, misal Fisik Teratasi ditandai dengan pasien usia kehamilan lebih dari 24 minggu mengatakan nyeri berkurang menjadi (Myles. 2011). Persalinan dengan operasi skala 2, nyeri hilang timbul, grimace -, sectio caesaria ditujukan untuk indikasi TD : 120/80 mmHg, N : 84 x/menit, RR : medis tertentu, yang terbagi atas indikasi 20 x/menit, S : 36,5°C. Evaluasi untuk untuk diagnosa Resiko Persalinan sectio caesari atau bedah ceasar Infeksi berhubungan dengan Kontaminasi harus dipahami sebagai alternatif persalinan area operasi tidak terjadi ditandai dengan ketika dilakukan persalinan secara normal pasien mengatakan luka masih merembes tidak bisa lagi (Lang,2011). keperawatan kedua ibu dan indikasi untuk bayi. dan badan sudah tidak panas, luka jahita Menurut PPNI (2017) Nyeri akut tertutup kasa steril, TD : 120/80 mmHg, adalah pengalaman sensorik atau emosional N : 84 x/menit, RR : 20 x/menit, S : yang berkaitan dengan kerusakan jaringan 36,5°C. actual Evaluasi keperawatan untuk ketiga diagnosa atau fungsional, dengan onset ketidakefektifan mendadak atau lambat dan berintensitas pemberian ASI berhungan dengan suplai ringan hingga berat yang berlangsung ASI yang tidak cukup teratasi sebagian kurang dari 3 bulan. Diagnosa nyeri di ditandai mengatakan angkat dan diprioritaskan diagnosa ke-1 produksi ASI masih belum lancar tetapi karena Apabila masalah nyeri ini tidak sudah mulai menetes saat dipencet puting segera diatasi akan menimbulkan rasa tidak susunya, payudara sudah tidak keras, nyaman pada pasien dan mengganggu kolostrum belum keluar. Untuk diagnosa aktivitas klien. Resikotinggi infeksi adalah defisit pengetahuan dapat tertatasi yang keadaan ditandai dengan pasien dapat menjelaskan beresiko terangsang agens oportunistik atau tentang patogenik dengan pasien penyakitnya dan tata cara prosedur perawatannya. dimana seseorang (virus, individu jamur, bakteri, protozoa,atau parasit) dari beberapa sumber baik dalam maupun luar tubuh (Carpenito, 2015). Penulis memprioritaskan menjadi IV. PEMBAHASAN Seksio caesaria merupakan prosedur diagnosa ke-2 berdasarkan kesehatan karena adanya ancaman luka akan operatif, yang di lakukan di bawah berpotensi untuk kemasukan bakteri-bakteri anestesia sehingga janin, plasenta dan patogen atau mikroorganisme dengan bebas, ketuban di lahirkan melalui insisi dinding jika tidak segera di tangani maka akan Asuhan Keperawatan Maternitas MIMBAR ILMIAH, 21 MARET 2019 1-12 menimbulkan sepsis dengan kenaikan di RS Kota Bandung” dapat disimpulkan suhu badan, luka tidak kering. bahwa terdapat hubungan yang signifikan Ketidakefektifan pemberian ASI antara pijat oksitosin dengan kolostrum dan waktu adalah keadaan dimana posisi ibu dan pengeluaran bayi yang tidak benar, perlekatan bayi hubungan yang signifikan antara frekuensi yang tidak tepat, ketidakefektifan hisapan menyusui bayi dengan waktu pengeluaran bayi pada payudara dan transfer ASI yang kolostrum pada ibu post SC. Pijat oksitosin tidak maksimal (Carpenito, 2015). Penulis ini mulai efektif dari saat pengeluaran memprioritaskan masalah ini menjadi kolostrum yakni pada hari- hari pertama diagnosake-3 karena ASI belum keluar, pasca melahirkan. Durasi pijat oksitosin ini sehingga belum dapat dilakukan selama 2-3 menit tiap sesi tercukupi secara penuh, hal ini perlu dan dalam satu kali sesi pemijatan dapat segera ditangani agar kebutuhan ASI bayi diulang hingga 3 kali. Pijat ini di Srilanka terpenuhi. Defisit pengetahuan merupakan dapat dilakukan dalam beberapa menit. ketiadaan Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon pemenuhan atau ASI kurannya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik prolactin tertentu (PPNI, 2018) dengan kriteria dipengaruhi oleh hormone oksitosin. Pijatan mayor pasien atau keluarga menanyakan pada tulang belakang menyebabkan hormon masalah oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar, yang penangnana. dihadapi Defisit dan cara pengetahuan sedangkan terdapat sehingga ibu merasa pengeluaran tenang, rileks, dijadikan prioritas terakhir karena tidak meningkatkan ambang rasa nyeri dan perlu segera ditangani tetapi tetap perlu mencintai bayinya. Berdasarkan teori dan dilakukan karena tidak segera mengancam jurnal yang telah disebutkan, perawat nyawa. menggunakan terapi pijat Oksitosin sebagai Pijat oksitosin merupakan usaha salah satu cara untuk merangsang hormon prolaktin dan ketidakefektifan oksitosin setelah melahirkan dengan cara pasien. melakukan massase atau pemijatan pada untuk pemberian mengatasi ASI pada Prinsip utama dalam perawatan luka sepanjang tulang belakang (vertebrae) adalah sampai tulang costae kelima-keenam perlindunganluka. Perawatan luka yang (Bobak, 2015). berdasarkan jurnal “Pijat diberikan Oksitosin Menyusui meningkatkan penyembuhan luka, serta Berhubungan dengan Waktu Pengeluaran memperbaiki hasil kosmetik. Sedangkan Kolostrum pada Ibu Post Sectio Caesarea penggunaan dan pemilihan produk-produk dan Frekuensi pembersihan, dapat penutupan menurunkan dan nyeri, Asuhan Keperawatan Maternitas MIMBAR ILMIAH, 21 MARET 2019 1-12 perawatan luka yang kurang sesuai akan menyebabkan proses inflamasiyang Pendidikan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi, dan atau memanjang dan kurangnya suplai oksigen mempengaruhi orang lain, baik individu, di tempat luka. Hal-hal tersebut akan kelompok, memperpanjang melaksanakan waktu penyembuhan atau masyarakat, perilaku hidup agar sehat. luka. Luka yang lama sembuh akan Sedangkan secara operasional, pendidikan disertai dengan penurunan daya tahan kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk tubuh pansien membuat luka semakin memberikan rentan untuk terpajan mikroorganisme pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat yang dalam menyebabkan infeksi (Sjam- dan memelihara atau dan meningkatkan meningkatkan suhidajat, 2010). Disebutkan oleh Boyle kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, (2009) yang 2013). Menurut Undang-undang Kesehatan menunjukkan bah-wa angka infeksi luka No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan post sectio caesarea dapat mencapai pendidikan kesehatan adalah meningkatkan 25,3%, oleh karenanya perlu adanya kemampuan masyarakat untuk memelihara perawatan luka post sectio caesarea. Pada dan meningkatkan derajat kesehatan; baik penelitian yang dilakukan oleh Lisa dkk secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga pada tahun 2013 tentang Perbedaan produktif secara ekonomi maupun social, Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria pendidikan kesehatan disemua program yang Dilakukan Perawatan Lika dengan kesehatan; baik pemberantasan penyakit NaCl 0.9% dan Povidon Iodine 10% di menular, RSUD Tugurejo Semarang didapatkan masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun hasil ses program kesehatan lainnya. Dalam hal ini, signifikan perawat memberikan pendidikan kesehatan antara pasien post Post Sectio Caesaria mengenai proses penyakit, perawatan dan yang diberikan perawatan luka dengan pemeliharaannya terhadap pasien, juga menggu-nakan povidon 10% dan NaCl mengenai pentingnya ASI eksklusif bagi 0,9%. pasien dan bayinya. terdapat adanya penyembuh-an penelitian perbedaan luka berdasarkan penelitian yang yang teori telah pro dan jurnal sanitasi lingkungan, gizi dilakukan, perawatan yang dilakukan oleh perawat adalah dengan menggunakan NaCl 0,9% V. PENUTUP guna untuk meminimalkan resiko infeksi A. Kesimpulan pada pasien. Sectio caesaria adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini Asuhan Keperawatan Maternitas MIMBAR ILMIAH, 21 MARET 2019 1-12 digunakan jika kondisi ibu menimbulkan benar serta memberikan edukasi terkait distres pada janin atau jika telah terjadi intake nutrisi yang tinggi protein untuk distres janin. Sebagian kelainan yang mempercepat proses penyembuhan luka. sering memicu tindakan adalah Masalah ketidakefektifan pemberian malposisi janin, plasenta previa, diabetes ASI karena produksi ASI yang tidak lancar ibu dan disproporsi sefalopelvis janin dan masih ibu. Sectio sesarea dapat merupakan berdasarkan prosedur elektif atau darurat. Dari kasus memberikan efek terhadap produksi ASI yang telah di bahas terkait pasien post pasien. Diharapakan pasien dan keluarga SCTP dengan indikasi placenta akreta tetap menjalankan terapi. Masalah kurang memerlukan pengetahuan observasi ini ketat terkait teratasi sebagian. terapi Akan pijat pada tetapi oksitosin pasien perawat perdarahan. Dari pengkajian di dapatkan memberikan intervensi berupa pemberian beberapa diagnosa keperawatan yaitu edukasi nyeri akut,resiko infeksi dan kurang penanganan yang di berikan, pencegahan pengetahuan. terjadinya kembali penyakit yang sama pada Masalah nyeri akut merupakan terkait masalah penyakitnya, pasien maupun keluarga. Di harapkan masalah utama pasien dimana pasien dengan merasakan nyeri pada luka post SCTP. pencegahan penyakit, pasien bisa lebih care Berikut salah satu intervensi keperawatan terkait yang memberikan informasi kepada keluarga diberikan adalah dengan pemberian edukasi kehamilannya memberikan teknik non farmakologi yaitu yang dengan memeriksakan kehamilan. memberikan distraksi untuk mengalihkan rasa nyeri sehingga nyeri lain maupun Kerja pentingnya sama untuk dengan selalu atau keluarga resiko infeksi dimana pasien memiliki keberhasilan luka post SCTP bekas insisi pada pasien, abdomen yang menyebabkan terbukanya mendorong jaringan sehingga akan memicu adanya pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kontaminasi pada area operasi. Kolaborasi pengetahuan, dan mendemontrasikan cara dengan tim medis yaitu dengan pemberian perawatan antibiotik dan di lakukannya rawat luka meningkatkan kemampuan keluarga untuk 2x sehari pagi dan sore. Intervensi merawat anggota keluarga keperawatan B. Saran diberikan adalah asuhan komunikasi pasien atau diperlukan dapat akan berkurang. Masalah kedua yaitu yang sangat pasien terkait untuk keperawatan pada terapeutik dapat lebih kooperatif, pengobatan dapat dengan mengajarkan cuci tangan dengan Asuhan Keperawatan Maternitas MIMBAR ILMIAH, 21 MARET 2019 1-12 1. Bagi institusi pendidikan, diharapkan hasil karya tulis ini dapat dijadikan reverensi pada penatalaksanaan klinik untuk khusunya praktik keperawatan Maternitas pada Pasien dengan Post Sectio Caesaria. 2. Bagi perawat, diharapkan hendaknya mampu melaksakan asuhan keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan dan memberikan terapi sesuai EBP yang sudah diketahui agar tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu dan bermanfaat. 3. Bagi keluarga pasien diharapkan mampu menerapkan terapi yang sudah diberikan perawat agar dilanjutkan dirumah dan untuk selalu mendukung pasien dalam perannya sebagai Ibu. DAFTAR PUSTAKA Abdul bari, Saifuddin. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP. Bobak. 2015. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Carpenito, L. J. 2015. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 13. Jakarta: EGC. Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta. EGC. Hadianti, D.N., & Resmana, R. 2016. Pijat Oksitosin dan Frekuensi Menyusui Berhubungan dengan Waktu Pengeluaran Kolostrum pada Ibu Post Sectio Caesarea di RS Kota Bandung. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia. 4(3): 148-156. Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. Muttaqin, A. & Sari, K. 2008, Buku pre operatif. Jakarta: EGC. Myles textbook for midwives,2011,Buku ajar bidan Edisi :14,Jakarta :EGC Norwis, E. 2011. Anatomi dan Fisiologi Obstetric dan Ginekologi. Jakarta: EGC. Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika. Nurarif, A.H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta: MediaAction. Oxorn, Harry, & Willia, R. F. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica (YEM). Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. SDKI, DPP & PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan indikator diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPPP. Setyawati, L dkk. 2013. Perbedaan Penyembuhan Luka Post Sectio Caesaria yang Dilakukan Perawatan Lika dengan NaCl 0.9% dan Povidon Iodine 10% di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Kebidanan Indonesia. 2(4): 1-9. Asuhan Keperawatan Maternitas