Uploaded by Muhammad Ihda Hlz

DAMATRIYANI-FST-converted

advertisement
DAMATR
RINGKASAN
Damatriyani. Analisis Pb-210 Dalam Sumber Air Panas Daerah Ciseeng Dengan
Metode Pencacahan Integral Sinar Gamma.
(Di bawah bimbingan Sofyan Yatim dan Yustina Tri Handayani).
Analisis Pb-210 dalam sumber air panas daerah Ciseeng dengan metode
pencacahan integral sinar gamma telah dilakukan. Isolasi Pb dalam sampel air
dilakukan dengan metode pengendapan, meliputi metode pengendapan
hidroksida, metode pengendapan sulfat, dan metode pengendapan bertingkat.
Analisis kualitatif dilakukan dengan spektrometer gamma untuk masing-masing
metode pengendapan dan analisis kuantitatif dengan metode pencacahan integral
sinar gamma. Tingkat kemurnian Pb-210 yang tinggi sangat diperlukan untuk
keakuratan nilai analisis kuantitatif secara pencacahan integral. Hasil analisis
kualitatif berdasarkan spektrum menunjukkan bahwa isolasi Pb dengan metode
pengendapan bertingkat dapat memberikan hasil pemurnian yang baik. Metode
pengendapan bertingkat digunakan sebagai metode isolasi Pb dalam analisis Pb210 dalam sampel air dengan metode pengukuran pencacahan integral sinar
gamma. Penentuan Recovery dilakukan dengan senyawa standar Pb(NO 3)2
dianalisis secara gravimetri, diperoleh nilai recovery sebesar (13,2 ± 0,7)%.
Sampel air yang dianalisis diambil dari mata air pegunungan kapur dan sumur
yang berjarak sekitar 50 m dari sumber mata air tersebut di daerah Ciseeng.
Sampel air dari mata air panas mengandung Pb-210 sebesar (4,04 ± 0,44) Bq/L,
dan air sumur yang berjarak sekitar 50 m dari mata air panas tersebut sebesar
(2,40 ± 0,26) Bq/L. Nilai batas pengukuran terendah dari metode tersebut sebesar
(1,48 ± 0,16) Bq/L untuk waktu pencacahan 1 jam.
Kata kunci : analisis, Pb-210, pengendapan, pencacahan integral.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat
manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak
dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan
manusia membutuhkan air, antara lain membersihkan diri, menyiapkan makanan
dan minuman. Sebagian besar pemenuhan keperluan air sehari-hari berasal dari
sumber air tanah dan sungai. Bahan baku air yang dikelola oleh Perusahaan Air
Minum juga berasal dari sungai.(Achmad, 2004).
Sepanjang sejarah, kuantitas dan kualitas air yang sesuai dengan
kebutuhan manusia merupakan faktor penting yang menentukan kesehatan
manusia. Kualitas air yang buruk yang disebabkan adanya berbagai jenis
mikroorganisme patogen dan kandungan bahan-bahan kimia berbahaya dapat
mengganggu kesehatan manusia yang menggunakan air tersebut. Salah satu
kandungan bahan kimia yang berbahaya adalah radionuklida, baik berasal dari
alam ataupun buatan manusia. (Achmad, 2004).
Aquifer dari air tanah terdiri atas batuan atau mineral yang mengandung
radionuklida alam, antara lain deret Uranium-238. Karena air bersentuhan
langsung dengan mineral tersebut maka mineral tersebut akan terlarut dalam air
tanah. Pb-210 merupakan salah satu anak luruh dari radionuklida deret Uranium238 yang berasal dari perut bumi.(Bennet,B.G.,1997).
1
2
Dari penelitian sebelumnya, telah dipastikan sampel air sumber mata air
panas dan sampel air sumur yang berjarak ±50 meter dari sumber mata air panas
di daerah pegunungan kapur Ciseeng mengandung radionuklida Ra-226 yang
merupakan salah satu induk dari radionuklida Pb-210. Kedua sampel air tersebut
secara langsung digunakan oleh manusia dan secara langsung atau tidak langsung
akan memberi dampak pada kesehatan manusia yang menggunakannya. Sumber
mata air panas tersebut digunakan sebagai tempat pemandian air panas umum dan
air sumur yang berjarak ±50 meter dari sumber mata air panas digunakan sebagai
air minum. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kandungan Pb-210 terhadap
kedua sampel air tersebut.
Nilai batas kandungan Pb-210 dalam air sesuai SK Ka. BAPETEN No.
02/Ka-BAPETEN/V-99 sebesar 4 Bq/L. (BAPETEN,2002). Kandungan Pb-210
tersebut setara dengan 1,45 x 10-12 g, tidak memungkinkan untuk diukur dengan
menggunakan metode seperti gravimetri, volumetric, UV-Vis, AAS. Sehingga
perlu dilakukan analisis Pb-210 berdasarkan radiasi yang dipancarkannya.
Pb-210 merupakan radionuklida yang dapat memancarkan sinar beta
dengan energi 0,064 MeV dan sinar gamma dengan energi 46,5 keV yang
memiliki umur paro yang relatif lama yaitu 22,6 tahun.. Pengukuran suatu
radionuklida pemancar sinar beta dengan energi pancaran yang rendah pada
umumnya dengan sistem pencacahan sintilasi cair (LSC), namun metode LSC
memiliki kekurangan yaitu : adanya sinyal gangguan listrik (noise), adanya
quenching yang akan mengurangi efisiensi pencacahan dan adanya peristiwa
chemiluminescence. (BATAN,2003). Karakteristik energi gamma yang
3
dipancarkan oleh Pb-210 yang sangat kecil (46,5 keV), tidak memungkinkan
untuk dianalisis menggunakan spektrometer gamma dengan detektor HPGe. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini dilakukan pengukuran aktivitas Pb-210 dengan
teknik pecacahan integral sinar gamma, dimana sampel yang diperlukan dalam
pengukuran tersebut harus dalam keadaan murni, sehingga perlu dilakukan isolasi
Pb.
I.2. Perumusan Masalah
1. Pb-210 merupakan unsur radioaktif pemancar beta dan gamma, yang dapat
menyebabkan berbagai kerusakan biologis apabila masuk ke dalam tubuh
karena tidak ditangani dengan benar, sehingga keberadaannya harus
diketahui.
2. Kandungan Pb-210 dalam sampel air panas daerah Ciseeng diukur dengan
teknik pengukuran radiasi memerlukan teknik isolasi untuk memisahkan
Pb dari unsur-unsur lain.
I.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu :
1. Untuk memenuhi mata kuliah guna melengkapi jumlah SKS yang telah
diterapkan oleh Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Isolasi Pb dalam sampel air sumber air panas pada pegunungan kapur
daerah Ciseeng dan sumur di wilayah sekitarnya .
4
3. Menentukan kandungan Pb-210 dalam sampel air sumber air panas pada
pegunungan kapur daerah Ciseeng dan sumur di wilayah sekitarnya .
I.4. Kerangka Penelitian
Isolasi Pb
Analisis kualitatif
Penentuan Recovery (perolehan kembali)
Pb-210 dalam sampel air.
Pengukuran kandungan Pb-210 dalam sampel air.
Perhitungan Konsentrasi Pb-210 dalam sampel air.
I.5. Hipotesis
Air di daerah pegunungan kapur Ciseeng mengndung Pb-210. Pb-210
dapat diukur dari sinar gamma yang dipancarkan menggunakan sistem pencacah
integral, dengan syarat Pb-210 dalam keadaan murni. Isolasi Pb dapat dilakukan
dengan pengendapan. Dengan metode pengendapan yang sesuai, diharapkan Pb210 memiliki tingkat kemurnian radionuklida yang tinggi, karena adanya radiasi
dari radionuklida lain akan mengkontribusi nilai cacahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Radioaktivitas
Pada tahun 1896 Becquerel menemukan zat yang dapat memancarkan
sinar yang tidak tampak, yang dapat menembus dan mengionisasi medium yang
dilewatinya serta dapat menghitamkan plat film yang terbungkus kertas hitam. Zat
tersebut disebut radioaktif. Sinar yang dipancarkan disebut sinar radioaktif dan
peristiwanya disebut radioaktivitas.(MIPA UI, 2000).
Unsur yang memiliki inti atom tak stabil akan meluruh mencapai keadaan
yang lebih stabil secara spontan dengan memancarkan radiasi. Unsur yang
menunjukkan radioaktivitas atau unsur yang memancarkan radiasi secara spontan
disebut
dengan
unsur
radioaktif
dan
inti
atom
tersebut
disebut
radionuklida.(Akhadi, 1997).
II.1.1. Peluruhan Radioaktif
Radioaktivitas merupakan peristiwa pemancaran radiasi secara spontan
karena terjadi peluruhan inti atom yang tidak stabil menuju inti atom yang lebih
stabil. Inti atom yang stabil adalah atom yang memiliki perbandingan jumlah
neutron dan jumlah proton tertentu, untuk atom yang ringan, nilai N/P mendekati
1. Hubungan jumlah neutron (N) dan jumlah proton (Z) suatu atom stabil dan aton
tidak stabil dapat digambarkan dalam kurva kestabilan pada Gambar 2.1. Dalam
5
6
peristiwa
tersebut
inti
atom
mengalami
peluruhan
menjadi
inti
lain.(BATAN,1990).
Gambar 2.1. Kurva Stabilitas Nuklida.
140
130
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0
10
20
30
40 50
60
70 80
90
proton (Z)
N/Z = 1
Nuklida Stabil
Radiasi diartikan sebagai suatu aliran energi yang dipancarkan oleh suatu
materi ke materi lain melalui ruang hampa, dapat berupa gelombang
elektromagnetik atau gelombang partikel yang mengalir.(BAPETEN,2002).
7
Ada tiga jenis peluruhan, yaitu (Frederick,1986):
a. Peluruhan Alpha (α)
Peluruhan alpha adalah suatu pemancaran atau radiasi inti Helium
( 2 4 e ) ,sehingga suatu inti yang mengalami peluruhan alpha akan
mengalami pengurangan nomor massa 4 dan nomor atom 2. Secara umum
peluruhan alpha terjadi pada nuklida yang memiliki nomor massa besar.
Inti yang dihasilkan dari peluruhan alpha biasanya masih berada pada
tingkat eksitasi dan meluruh lebih lanjut. Peluruhan alpha (α) dapat
dituliskan sebagai berikut :
A
 
Z
A4
Z 2

 
Spektrum energi alpha adalah karakteristik.
Sifat dari sinar Alpha (α) adalah sebagai berikut :
a)
Partikel α berupa inti atom He dan bermuatan listrik positif sebesar
dua kali muatan elektron.
b)
Daya ionisasi partikel α sangat besar sehingga jarak tempuhnya di
materi pendek bergantung pada energi sinar α.
c)
Karena bermuatan listrik positif maka berkas partikel α akan
dibelokkan jika melewati medan magnet atau medan listrik.
b. Peluruhan Beta (β)
Pada peluruhan beta, dari inti atom dipancarkan sinar beta. Sinar
ini dibedakan menjadi dua macam, sinar β- (elektron) dan sinar
(positron). Sinar β- bisa dilambangkan -1e0 atau e-. Sedangkan sinar β+
β+
8
dilambangkan +1e0. Peluruhan β- terjadi bila nuklida tidak stabil berada di
atas kurva stabilitas nuklida, yang artinya jumlah neutron dalam nuklida
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah protonnya sehingga di dalam
inti terjadi penambahan satu proton dan pengurangan satu neutron.
Sedangkan peluruhan β+ terjadi bila nuklidanya berada di bawah kurva
stabilitas nuklida, yang artinya jumlah neutron dalam nuklida lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah protonnya, sehingga pada peluruhan
β+,
terjadi pengurangan satu proton dan penambahan satu neutron. Peluruhan
β- dapat dituliskan sebagai berikut :
A
Z
n
 
→
A
Z1
 
p
0
1

e-
+
Peluruhan β+ dapat dituliskan sebagai berikut :
A
Z
p
 
→
 
A
Z1
n
+
0
1

β+
Spektrum energi beta yang dihasilkan bersifat kontinu.
Sifat dari sinar beta (β) adalah sebagai berikut :
a)
Daya ionisasinya di materi 1/100 kali daya ionisasi partikel α.
b)
Kecepatan partikel β yang dipancarkan antara 1/100 hingga 99/100
kecepatan cahaya.
c)
Karena sangat ringan, maka partikel β mudah sekali dihamburkan
jika melewati medium.
9
d)
Partikel β akan dibelokkan jika melewati medan magnet atau
medan listrik dengan sudut pembelokan yang lebih besar
dibandingkan sinar alpha.
c. Peluruhan Gamma (γ)
Peluruhan gamma memancarkan sinar γ yang merupakan radiasi
gelombang elektromagnetik. Peluruhan gamma biasanya mengikuti
peluruhan alpha atau beta. Komposisi proton dan neutron sudah berada
pada komposisi stabilnya, tetapi tingkat energinya masih di atas energi
dasar, sehingga untuk mencapai tingkat energi dasar atau keadaan stabil
dilakukan pelepasan energi melalui peluruhan γ. Peluruhan γ dituliskan
sebagai berikut :
*
A
Z
 
 
A
Z
 (X* adalah nuklida yang tereksitasi)
Spektrum energi gamma yang dihasilkan adalah karakteristik
Sifat d
adarailashinsaerbγagai berikut :
a)
Sinar γ adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
antara 0,005 hingga 0,5 Ao.
b)
Karena tidak bermuatan, daya ionisasinya di dalam medium sangat
kecil sehingga daya tembusnya sangat besar dibandingkan dengan
daya tembus partikel α atau β.
10
II.1.2. Waktu Paro dan Aktivitas
Peluruhan unsur radioaktif merupakan sebuah proses yang acak dan tidak
dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti perubahan temperatur. Kecepatan
peluruhan radioaktif makin lama makin kecil dan hanya dipengaruhi oleh
banyaknya nuklida tersebut. Peluruhan radioaktif merupakan reaksi tingkat satu
(orde 1). (Chase, G.D.,et al, 1989). Peluruhan radioaktif memenuhi hukum
eksponensial atau yang lebih dikenal dengan hukum peluruhan. Peluruhan bukan
merupakan kejadian yang berlangsung serentak atau bersamaan, melainkan
merupakan peristiwa statistik dan dirumuskan sebagai berikut :
d
   
dt
................... (2.1)
λadalah suatu konstanta yang disebut konstanta peluruhan. Apabila N
adalah jumlah nuklida yang belum meluruh pada suatu saat, dN adalah jumlah
nuklida yang meluruh dalam waktu dt maka dapat ditulis:

d 
   dt


 t 
∫
o

d
t
    ∫ dt
o
ln t  ln  0    t
ln
t
0
t
11
Jadi:
t
t   0 e
...................(2.2)
Keterangan :
No = jumlah nuklida radioaktif awal (t = 0)
N(t) = jumlah nuklida radioaktif setelah selang waktu t
Waktu paro yang biasa diberi lambang t½, adalah waktu yang diperlukan
suatu unsur radioaktif untuk meluruh sehingga jumlah radionuklida pada unsur
tersebut menjadi setengah dari jumlah radionuklida semula. Waktu paro masingmasing unsur radioaktif adalah karakteristik.(BAPETEN,2002).
Waktu paro suatu nuklida dicapai pada saat Nt = ½ No, dan hubungannya
didapat sebagai berikut :
  t1
1
e
2
 ln
1
2
 t
2
t1
2
1
2
1
2
1
ln
2
  

t

ln 2


0,693

...................(2.3)



Aktivitas suatu radionuklida (A) adalah kecepatan radionuklida tersebut
melakukan peluruhan, dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut
(Susetyo,1988):
12
   
...................(2.4)
Berdasarkan persamaan (2.2) dan (2.4), maka diperoleh hubungan :
t   0 e
t
...................(2.5)
Keterangan:
Ao
= aktivitas radiasi awal (t = 0). (Bq).
At
= aktivitas radiasi setelah selang waktu t. (Bq).
λ
= konstanta peluruhan radioaktif untuk jenis radionuklida tertentu
Satuan aktivitas secara internasional telah disepakati suatu satuan aktivitas
yang disebut Bacquerel, disingkat Bq. Satu Bq didefinisikan sebagai satu
disintegrasi per sekon (dps). Disamping satuan Bq, masih dipergunakan satuan
lama yang disebut satuan Curie disingkat Ci.
1 Bq
= 1 peluruhan per detik
1 Ci
= 3,7 x 1010 Bq
1 Bq
= 2,27027 x 10-11 Ci
II.2. Timbal
Timbal dengan simbol Pb adalah unsur golongan IVA dengan sifat umum
diuraikan pada Tabel 2.1.(Cotton, 1989).
Tabel 2.1. Sifat Umum Timbal
Nama / Simbol
Nomor atom
Titik leleh
Titik didih
Konfigurasi elektron
Klasifikasi
Warna
Timbal (Pb)
82
600.61 K(327.46 °C, 621.43 °F)
2022 K(1749 °C, 3180 °F)
[Xe] 4f14 5d10 6s2 6p2
Logam
Abu-abu kebiruan (bluish white)
13
Timbal dalam susunan periodik unsur merupakan logam berat yang
terdapat secara alami di dalam kerak bumi. Timbal secara alami berasal dari
batuan kapur dan galena (PbS) yang merupakan sumber timbal pada perairan
alami. Timbal terdiri dari beberapa isotop. Beberapa isotop dari timbal diuraikan
pada Tabel 2.2, sebagian bersifat radioaktif.(Parrington, 1996).
Tabel 2.2 Isotop Timbal
Isotop
Waktu paro (T1/2)
Sinar yang dipancarkan
Energi (keV)
Kelimpahan di
Alam
Pb-201
9,33 Jam
Beta
550
Gamma
331,2 ; 361,3 ; 945,9
Pb-202
3,53 Jam
Gamma
960,7 ; 422,1
Pb-203
2,16 Hari
Gamma
279,2
Pb-204
Pb-205
Stabil
1,53 x 107
Epsilon
-
1,4%
51
-
Pb-206
Stabil
24,1%
Pb-207
Stabil
22,1%
Pb-208
Stabil
52,4%
Pb-209
3,25 Jam
Pb-210
22,3 Tahun
Pb-211
Pb-212
Pb-214
Beta
645
-
Beta
64
Gamma
46,5
Beta
1380
Gamma
404,9 ; 831,9
36,1 Menit
10,64 Jam
Beta
335 ; 569
Gamma
238,6 ; 300
Beta
670 ; 730
Gamma
351,9 ; 295,2
27 Menit
-
-
-
Pb-210 terdapat di alam sebagai produk peluruhan dari seri peluruhan
radioaktif deret Uranium dengan skema peluruhan deret Uranium ditunjukkan
pada Gambar 2.2. .(Parrington, 1996).
14
4,47.109 tahun
238
U92
Gambar 2.2. Skema Peluruhan deret Uranium
234
Th90
Keterangan : 1. Peluruhan Alpha
24,1 hari
234
Pa91
2. Peluruhan Beta
1,17 menit
3. (…) = Nilai probabilitas
2,46.105 tahun
7,54.104 tahun
U92
230
Th90
226
Ra88
1599 tahun
3,8 hari
234
222
Rn86
218
Po84
3,1 menit
214
218
Pb82
At85
27 menit
214
218
Rn86
Bi83
19,9 menit
214
Po84
163,7
210
s
22,6 tahun
Pb82
Eβ1 = 0,0150 keV (80%)
Eβ2 = 0,0615 keV (20%)
(Martin,1970)
210
Bi83
5,01 hari
206
210
Tl81
Po84
206
Pb82
stabil
138,38 hari
Eγ1 = 10,8 keV (9,52%)
Eγ2 = 13,0 keV (10,2%)
Eγ1 = 15,4 keV (2,29%)
Eγ1 = 46,5 keV (4,05%)
(Reus, 1983)
15
II.3. Isolasi Pb
Pada analisis Pb-210 dengan metode pencacahan integral sinar gamma,
dilakukan isolasi Pb dalam sampel air. Isolasi Pb dalam sampel air dilakukan
dengan metode pengendapan.
Pengendapan banyak digunakan dalam analisis anorganik. Endapan adalah
zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan
berupa kristal (kristalin) atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan
penyaringan atau pemusingan (centrifuge). Endapan terbentuk jika larutan
menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan (S) suatu endapan,
menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya.
Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi
bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan pada komposisi pelarutnya. (Vogel,
1979).
Bila tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawa dilampaui dan
pengendapan mulai terjadi, terbentuk sejumlah partikel kecil yang disebut inti-inti
(nuclei). Pengendapan selanjutnya terjadi pada partikel yang mula-mula terbentuk
ini, yang ukurannya akan meningkat sampai cukup besar sehingga relatif mudah
untuk dipisahkan. (Underwood, 1986).
Proses suatu zat yang biasanya dapat larut, terbawa mengendap selama
pengendapan pada suatu endapan yang diinginkan, disebut pengendap-ikutan atau
kopresipitasi.
16
Kopresipitasi dapat terjadi dengan berbagai mekanisme sebagai berikut :
1. Pembentukan kristal campur;
2. Adsorpsi ion-ion selama proses pengendapan;
3. Ion-ion yang teradsorpsi ditarik ke bawah bersama-sama endapan
selama proses koagulasi.(Underwood, 1986).
Dalam analisis Pb, kation Pb harus dipisahkan dahulu dari unsur pengotor
logam alkali tanah lainnya. Pemisahan kation Pb secara umum dapat dilakukan
dengan pengendapan sulfat dan pengendapan hidroksida. (Vogel, 1979).
Pada proses pengendapan Pb, secara umum kation Pb mengalami reaksireaksi seperti di bawah ini :
a)
Timbal mudah larut dalam asam nitrat dan terbentuk juga nitrogen oksida,
sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
3Pb + 8HNO3 → 3Pb2+ + 6NO3- + 2NO↑ + 4H2O
b)
Timbal akan bereaksi dengan larutan amonium hidroksida, membentuk
endapan putih timbal hidroksida yang tidak larut dalam reagensia
berlebihan, sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Pb2+ + 2NH4OH +2H2O → Pb(OH)2↓ + 2NH4+
c)
Timbal akan bereaksi dengan natrium hidroksida, membentuk endapan
putih timbal hidroksida, sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Pb2+ + 2NaOH → Pb(OH)2↓
Endapan larut dalam reagensia berlebihan, dimana terbentuk ion
tetrahidroksoplumbat(II), sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Pb(OH)2↓ + 2NaOH → [Pb(OH)4]2-
17
d)
Timbal akan bereaksi dengan asam sulfat encer membentuk endapan putih
timbal sulfat yang tidak larut dalam reagensia yang berlebihan, sesuai
dengan persamaan reaksi sebagai :
Pb2+ + H2SO4 → PbSO4↓
e)
Endapan timbal sulfat larut dalam larutan amonium asetat yang agak
pekat, karena akan terbentuk ion-ion tetraaetoplumbat(II), sesuai dengan
persamaan reaksi sebagai :
PbSO4↓ + 4CH3COONH4 → [Pb(CH3COO)4]2- + (NH4)2SO4
f)
Kestabilan ion-ion ini tidak terlalu besar maka ion kromat dapat
mengendapkan kompleks tersebut menjadi timbal kromat, sesuai dengan
persamaan reaksi sebagai :
[Pb(CH3COO)4]2- + CrO42-
PbCrO4↓ + 4KOH
[Pb(OH)4]2- + CrO42-
PbCrO4↓ + 4KOH
Reaksi tersebut bersifat reversibel; penambahan natrium hidroksida
akan melarutkan timbal kromat, dan dengan penambahan asam asetat,
timbal kromat mengendap lagi.
Senyawa PbSO4 dan Pb(OH)2 memiliki jenis struktur yang sama dengan
CaSO4 dan RaSO4 yaitu orthorombik seperti pada Gambar
2.3.
Sedangkan,
Ca(OH)2 memiliki struktur trigonal rombohedral, seperti pada Gambar 2.4, dan
Ra(OH)2 memiliki struktur kristal jenis oktahedral.
18
Gambar 2.3. Struktur Kristal Trigonal Gambar 2.4. Struktur Kristal Orthorombik
Pada proses pengendapan PbSO4, kopresipitasi senyawa PbSO4 dalam
senyawa CaSO4 dapat terjadi karena mekanisme pembentukan kristal campur.
Sedangkan pada proses pengendapan Pb(OH)2, kopresipitasi terjadi bukan karena
pembentukan kristal campur, karena jenis struktur Pb(OH)2 berbeda dengan
Ca(OH)2.
Pada setiap proses isolasi suatu unsur termasuk proses pengendapan, tidak
mungkin unsur tersebut dapat terisolasi semua, karena ada kemungkinan unsur
tersebut tertinggal dalam peralatan yang digunakan selama proses isolasi dan
kondisi pengendapan yang tidak sempurna. Untuk mengoreksi hilangnya unsurunsur yang dianalisis dalam suatu proses isolasi digunakan nilai Recovery
(perolehan kembali), yang merupakan besaran atau nilai yang menunjukkan
besarnya perolehan kembali unsur yang diinginkan pada akhir proses kimia. Nilai
tersebut diperoleh berdasarkan perolehan kembali unsur standar.(BATAN,1998).
Pada analisis Pb-210 dengan metode pencacahan integral sinar gamma
digunakan standar Pb(NO3)2 dalam penentuan Recovery, yang dilakukan secara
gravimetri. Nilai Recovery dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Re c 
M terukur
x 100%
M standar
Keterangan : M = massa unsur (gram)
...................(2.6)
19
Setelah didapat hasil perhitungan dari persamaan di atas, maka aktivitas
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
A sampel 
A terukur
...................(2.7)
Re c
Keterangan :
Asampel
= aktivitas sampel (Bq)
A terukur
= aktivitas hasil pengukuran (Bq)
Rec
= nilai recovery (%)
II.4. Sistem Pengukuran Radiasi
Sistem pencacah merupakan suatu sistem pengukur radiasi. Terdiri atas
detektor dan peralatan penunjang. Pada sistem pencacah radiasi, peralatan
penunjang terpisah dan terdiri atas beberapa modul yang mengikuti standar
tertentu yaitu NIM (Nuclear Instrument Module), misalnya modul amplifier,
modul HV (sumber tegangan tinggi), modul ’counter’ (pencacah) dan sebagainya.
Modul-modul tersebut bersifat ’bongkar-pasang’, sehingga suatu modul dapat
digunakan untuk berbagai macam konfigurasi sistem pencacah. (BATAN, 2005).
Sistem pencacah radiasi digunakan dalam aplikasi dan penelitian yang
menggunakan radiasi, yaitu untuk mengukur kuantitas dan atau energi radiasi.
Kuantitas radiasi merupakan jumlah radiasi yang memasuki detektor. Nilai
kuantitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : aktivitas sumber, jenis dan
energi radiasi, serta jarak dan jenis penahan diantara sumber dan detektor.
(BATAN, 2005).
Energi radiasi merupakan kekuatan dari setiap radiasi yang dipancarkan
oleh sumber. Tingkat energi radiasi ini bergantung pada jenis nuklidanya. Jenis
20
nuklida yang berbeda akan memancarkan radiasi dengan energi yang berbeda.
(BATAN, 2005).
Detektor radiasi merupakan suatu bahan yang peka atau sensitif terhadap
radiasi, yang bila dikenai radiasi akan menghasilkan suatu tanggapan. Setiap jenis
radiasi mempunyai cara berinteraksi yang berbeda, sehingga suatu bahan yang
sensitif terhadap suatu jenis radiasi belum tentu sensitif terhadap jenis radiasi
yang lain. Detektor radiasi bekerja dengan cara mendeteksi perubahan yang
terjadi di dalam medium penyerap, karena adanya perpindahan energi ke medium
tersebut. Terdapat beberapa mekanisme yang sering digunakan untuk mendeteksi
dan mengukur radiasi yaitu seperti proses ionisasi, proses sintilasi, proses
termoluminisensi, reaksi kimia, dan lain-lain. (BATAN, 2005).
Salah satu jenis detektor adalah detektor semikonduktor. Bahan
semikonduktor yang diketemukan relatif lebih baru daripada detektor lain, terbuat
dari unsur golongan IVA pada tabel periodik yaitu silikon dan germanium.
Detektor ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu lebih efisien dibandingkan
dengan detektor lain, karena terbuat dari zat padat, serta mempunyai resolusi yang
baik. (BATAN, 2005).
Interaksi radiasi gamma dengan materi akan mengionisasikan atom-atom
detektor dan menghasilkan pasangan elektron lowongan. Karena pengaruh medan
listrik yang diberikan oleh tegangan maka elektron lowongan akan di arahkan
menuju ke terminal yang berlawanan dan akan dideteksi sebagai pulsa. (H.T.
Hendriyanto, 2003).
21
Terdapat tiga kemungkinan proses interaksi radiasi gamma dengan materi
yaitu efek fotolistrik, efek compton, dan pembentukan pasangan ion. Pada efek
fotolistrik, energi radiasi gamma akan diserap seluruhnya oleh atom dan akan
dipancarkan sebuah elektron berenergi yang hampir sama dengan energi gamma.
Bila proses tersebut berlangsung di dalam detektor maka elektron berenergi
tersebut akan mengionisasi detektor sehingga akan menghasilkan sekumpulan
elektron. Kumpulan elektron tersebut akan dikonversikan menjadi pulsa listrik
dengan energi yang sebanding dengan jumlah elektron. Dengan demikian bila
suatu radiasi gamma berinteraksi secara efek fotolistrik di dalam detektor, maka
seluruh energinya ditransfer menjadi pulsa listrik dengan energi tertentu, yang
sebanding dengan energi gamma dan disebut sebagai fotopeak.
Di dalam efek compton, hanya sebagian energi radiasi gamma yang
diserap oleh atom sedangkan sisanya masih berbentuk radiasi gamma.
Perbandingan antara energi gamma yang diserap dan yang diteruskan sangat
dipengaruhi oleh sudut penyimpangan antara radiasi gamma yang datang dan
yang diteruskan. Oleh karena sudut ini dapat beragam, maka energi gamma yang
diserap detektor juga beragam sehingga tinggi pulsanya akan berbeda-beda.
Spektrum yang dihasilkan dari proses ini bersifat kontinu yang dikenal dengan
daerah compton.
Pada proses produksi pasangan, radiasi gamma yang berenergi lebih besar
daripada 1,022 keV akan diserap seluruhnya oleh atom sehingga dipancarkan
elektron dan positron. Proses ini dapat menyebabkan single escape peak dan
22
double escape peak muncul dalam spektrum radiasi gamma. (H.T. Hendriyanto,
2003).
Berdasarkan kegunaannya, untuk mengukur kuantitas atau energi, sistem
pencacah radiasi dapat dibedakan menjadi dua konfigurasi yaitu sebagai sistem
pencacah integral dan sistem spektroskopi. (BATAN, 2005).
a.
Sistem pencacah Integral
Sistem ini digunakan untuk mencacah atau menghitung jumlah radiasi
yang mengenai detektor. Sistem pencacah integral tidak memperdulikan energi
radiasi sedang sistem pencacah diferensial mengukur pada selang energi tertentu
saja. (BATAN, 2005). Adapun rangkaian sistem pencacah integral ditunjukkan
dalam Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Skema sistem pencacah integral
Preamplifier
Amplifier
Counter
Det. PIPS
Timer
Sumber Radiasi
b.
HV
Sistem Spektroskopi
Rangkaian ini digunakan untuk mencacah atau menghitung jumlah radiasi
pada setiap rentang energi. Hasil pengukuran sistem ini akan berupa suatu
spektrum distribusi radiasi terhadap energinya. Merupakan suatu fenomena alam
bahwa spektrum distribusi energi radiasi setiap nuklida bersifat spesifik sehingga
spektrum suatu nuklida berbeda dengan spektrum nuklida lainnya.
23
Detektor HPGe adalah salah satu jenis detektor gamma yang paling sering
digunakan pada spektrometer gamma.. (BATAN, 2005).
Adapun skema spektrometer gamma dengan detektor HPGe dapat dilihat
pada Gambar 2.6.:
Gambar 2.6. Skema alat spektrometer gamma
Shielding
Printer
Sampel
Ge
Pre-Amp
Amplifier
ADC
MCA
Komputer
HV
Sinyal yang dilepas oleh detektor akan diproses oleh preamplifier yang
akan melakukan penguatan dan pembentukan pendahuluan terhadap sinyal.
Setelah itu amplifier akan melakukan penguatan dan pembentukan akhir terhadap
sinyal. Kemudian sinyal disalurkan ke Analog to Digital Converter ( ADC ) yang
berfungsi mengubah pulsa analog menjadi pulsa digital atau alat yang mengubah
sinyal amplifier analog
yang datang akan menjadi kelompok pulsa bentuk
standar.Jumlah pulsa tiap kelompok akan dicatat oleh analisator saluran ganda
atau Multi Channel Analyser (MCA). MCA merupakan komputer digital kecil
yang digunakan untuk menyimpan, menampilkan, dan mengolah hasil spektrum
energi radiasi. (BATAN, 2005).
Nilai cacahan yang ditampilkan oleh setiap pengukur radiasi sebenarnya
tidak hanya berasal dari sumber radiasi yang sedang diukur saja melainkan juga
24
berasal dari radiasi lingkungan dan sinyal gangguan listrik (noise). Cacahan yang
tidak berasal dari sumber yang sedang diukur disebut sebagai cacahan latar
belakang. Cacahan latar belakang ini harus diukur sebelum melakukan
pengukuran sumber, yaitu dengan melakukan pengukuran tanpa sumber radiasi di
dekat detektor. (BATAN, 2005).
Ketika melakukan pengukuran sumber radiasi, nilai laju cacah radiasi
dapat dihitung dengan persaman:
Rs = Rt - Rlb
Keterangan :
......................(2.8)
Rs = laju cacah sumber (cps),
Rt = laju cacah total (cps)
Rlb = laju cacah latar belakang (cps)
Bila aktivitas sumber yang akan ditentukan sangat lemah maka pengaruh
cacahan latar belakang sangat mengganggu. Oleh karena itu terdapat suatu
parameter yang dapat menunjukkan batas terendah dari cacahan sumber yang
masih dapat diukur dengan kondisi pengukuran tertentu. Batas itu berkaitan
Minimum Detectable Activity (MDA). (BATAN, 2005).
CMDA
Keterangan :
CMDA
Clb
 3 Clb
.................................(2.9)
= Cacah Minimum Detectable Activity
= Cacah Latar Belakang
Sumber yang menghasilkan cacahan lebih kecil dari pada
nilai
CMDA,
dengan waktu pencacahan yang sama, tidak layak diukur dengan kondisi tersebut.
Nilai batas pengukuran ini dapat diturunkan dengan cara memperpanjang waktu
pengukuran atau menggunakan sistem perisai radiasi yang lebih baik. (BATAN,
2005).
25
Nilai laju cacah hasil pengukuran, meskipun sudah dikoreksi dengan laju
cacah latar belakang, belum menunjukkan nilai aktivitas sumber yang sedang
diukur. Parameter yang menghubungkan laju cacah dan aktivitas sumber adalah
efisiensi sistem pengukur. Parameter ini dapat ditentukan dengan cara mengukur
sumber radiasi standar yaitu sumber radiasi yang telah diketahui jenis nuklida
serta aktivitasnya. (BATAN, 2005). Parameter tersebut dapat dihitung dengan
persamaan :



 

R
....................(2.10)
  
Keterangan : η = efisiensi sistem pengukur (Bq/cps)
R = laju cacah sumber standar (cps)
A = aktivitas sumber standar (Bq)
p = probabilitas pancaran sinar radiasi (%)
Bila efisiensi sudah diketahui maka laju cacah yang dihasilkan sistem
pengukur tersebut dapat dikonversikan langsung ke nilai aktivitas.
 
R
  
....................(2.11)
Keterangan : A = aktivitas sumber standar (Bq)
η = efisiensi sistem pengukur (Bq/cps)
R = laju cacah sumber standar (cps)
p = probabilitas pancaran sinar radiasi (%)
II.5. Ketidakpastian pengukuran
Ketidakpastian yang merupakan suatu parameter yang menyatakan
kisaran, yang didalamnya diperkirakan terletak nilai benar dari sifat yang diukur.
Sumber ketidakpastian berasal dari kesalahan semua faktor yang mempengaruhi
hasil akhir pengukuran.
26
Secara umum, faktor yang berkontribusi terhadap penyimpangan adalah:
1. Ketidaksempurnaan alat ukur
2. Ketidaksempurnaan metode pengukuran
3. Pengaruh personil (ketidakterampilan yang dimiliki seseorang)
Perhitungan ketidakpastian dilakukan dengan menyusun suatu model dari
sistem pengukuran untuk mengetahui semua faktor yang dapat memberikan
kontribusi kesalahan terhadap hasil akhir pengukuran. Faktor-faktor tersebut
dievaluasi dan dikuantifikasi untuk mendapatkan ketidakpastian baku yang
ekuivalen dengan deviasi standar (simpangan baku). Sesuai dengan kategori
kesalahannya,
maka
dilakukan
kuantifikasi
masing-masing
komponen
ketidakpastian sebagai berikut :
1. Tipe A berdasarkan pekerjaan eksperimental dan dihitung dari rangkaian
pengamatan
berulang
(berupa
data
primer).
Dengan
melakukan
pengukuran berulang, maka akan diperoleh nilai deviasi standar, sehingga
ketidakpastian baku dapat ditentukan (u). Peluruhan radioaktif merupakan
suatu proses yang bersifat random dan mengikuti model statistik distribusi
Gauss. Hal ini merupakan salah satu sumber ketidakpastian yang tidak
dapat dihindari dalam setiap pengukuran radiasi.
2. Tipe B berdasarkan pada sekelompok informasi yang dapat dipercaya
(berupa data sekunder). Contoh : informasi pada sertifikat kalibrasi
ataukatalog pemasok. nilai ketidakpastian yang diperoleh dikonversikan
menjadi nilai ketidakpastian baku (u).
27
Bila C = f (x, y, z), maka persamaan umum untuk menggabungkan nilai
ketidakpastian baku dari komponen-komponennya menjadi ketidakpastian baku
gabungan u c sebagai berikut:
Uc 
C
2
C
2
C 2 
u 
y  y
u2 
x  x
2
z 
uz 2
Berdasarkan persamaan umum tersebut, secara umum dapat digunakan
peraturan penggabungan sebagai berikut:
Uc
C

Ux
2
X 

Uy
2

Y 
Uz
2
Z 
....................(2.12)

Agar mempunyai arti, pernyataan ketidakpastian harus mempunyai suatu
tingkat kepercayaan. oleh karena itu diperlukan pernyataan probabilitas bahwa
nilai benarnya berada dalam rentang tersebut. Penetapan tingkat kepercayaan
berdasarkan pada asumsi bahwa distribusi hasil pengukuran merupakan distribusi
normal (Gauss). Dengan penetapan tingkat kepercayaan tersebut, diperoleh
ketidakpastian diperluas. (BATAN, 2003).
Ketidakpastian diperluas dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
U = k . uc
Keterangan :
U
= ketidakpastian diperluas
k
= faktor cakupan
uc
= ketidakpastian baku gabungan
.............................. (2.13)
28
Nilai faktor cakupan (k) dan hubungannya dengan tingkat kepercayaan
dapat dilihat pada Tabel 2.3.(BATAN,2003).
Tabel 2.3. Tingkat kepercayaan berdasarkan Distribusi Gauss
k
Tingkat Kepercayaan (%)
1,00
68,3
1,64
90
1,96
95
2,00
95,5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan di Pusdiklat BATAN Pasar Jumat, pada bulan
Maret sampai dengan Juli 2007 di Laboratorium Radiokimia dan Laboratorium
Spektroskopi, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional
(Pusdiklat BATAN), Pasar Jumat, Jakarta.
III.2. Metode Kerja
Pada penelitian ini dilakukan tahap awal dari analisis sampel yaitu
pemilihan metode pemurnian Pb yang sesuai. Metode pemurnian yang diuji
adalah metode pengendapan, meliputi metode pengendapan hidroksida, metode
pengendapan sulfat, dan metode pengendapan bertingkat yang merupakan
gabungan metode pengendapan hidroksida dan sulfat. Terhadap hasil pemurnian
sampel dari setiap metode dilakukan analisis kualitatif menggunakan spektrometer
gamma. Berdasarkan hasil analisis kualitatif, dilakukan perbandingan dan dipilih
metode pemurnian terbaik yaitu yang menghasilkan Pb-210 yang bersih dari
pengotor, akan dipakai sebagai teknik isolasi sampel dalam analisis Pb-210 dalam
sampel air.
Analisis kuantitatif dalam analisis Pb-210 dalam sampel air meliputi
penentuan recovery, pengukuran aktivitas sampel menggunakan sistem pencacah
integral, serta perhitungan kandungan Pb-210 dalam sampel air.
29
30
Secara garis besar, skema metode kerja ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Pengendapan Hidroksida
Pengendapan Sulfat
Analisis Kualitatif
Pengendapan Bertingkat
Penentuan Recovery
Analisis Kualitatif
Analisis Kuantitatif
Perhitungan
Gambar 3.1. Skema Metode Kerja
III.3. Bahan dan Alat
a) Bahan
1. Sampel air diambil dari sumber mata air panas dan dari sumur
yang berjarak 50 meter dari sumber mata air panas yang berada di
daerah pegunungan kapur Ciseeng pada tanggal 8 April 2007
dengan menggunakan botol sampling ukuran 1,5 L.
31
2. Bahan kimia yang dipakai diantaranya : HNO3 (p.a), NH4OH
(teknis), NaOH (p.a), CH3COOH (p.a), H2SO4 (p.a), CH3COONH4
(p.a.), K2CrO4 (p.a), Pb(NO3)2 (p.a.).
3. Aquabidest, kertas pH, kertas saring, plastik wrap 67,5 sq ft,
isolasi.
4. Planchet
Pembuatan Larutan
1. Larutan HNO3 0,1 M
Dipipet sebanyak 0,7 mL larutan HNO3 14,6 M ke dalam labu
ukur 100 mL dan diencerkan dengan aquabidest sampai tanda
batas.
2. Larutan H2SO4 0,1 M
Dipipet sebanyak 0,6 mL larutan H2SO4 17,8 M ke dalam labu
ukur 100 mL dan diencerkan dengan aquabidest sampai tanda
batas.
3. Larutan CH3COOH 0,1 M
Dipipet 0,6 mL larutan CH3COOH 17 M ke dalam labu ukur
100 mL dan diencerkan dengan aquabidest sampai tanda batas.
4. Larutan NaOH 1 M
Dilarutkan 4 g NaOH (Mr = 40 g/ mol) ke dalam labu ukur 100
mL dan diencerkan dengan aquabidest sampai tanda batas.
32
5. Larutan ammonium asetat 10%
Dilarutkan 10 g ammonium asetat (Mr = 77 g/mol) ke dalam
labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan aquabidest sampai
tanda batas.
6. Larutan K2CrO4 0,1 M
Dilarutkan 1,942 g K2CrO4 (Mr = 194,2 g/mol) ke dalam labu
ukur 100 mL dan diencerkan dengan aquabidest sampai tanda
batas.
b) Alat
1. Spektrometer gamma CANBERRA : serial number 8973853,
detector HPGe model GC3018, preamplifier model 2002CSL,
cryostat model 7500SL.
2. Sistem pencacah integal counter CANBERRA : 7401 detektor
PIPS Volt Bias +40 Tipe FD
3. Hot Plate.
4. Oven.
5. Alat-alat Gelas.
III.4. Langkah Kerja
III.4.1. Kalibrasi Energi Spektrometer Gamma
Kalibrasi energi erhadap spektrometer gamma dilakukan menggunakan
sumber standar Eu-152. Pengukuran dilakukan selama 1000 detik.
33
III.4.2. Pengukuran Radiasi Latar Belakang (Backgound)
Dalam analisis kualitatif, sebagai spektrum pembanding dilakukan
pencacahan radiasi latar belakang sistem spektrometer gamma selama 2 jam.
Sedangkan untuk faktor koreksi analisis kuantitatif sampel dilakukan pencacahan
radiasi latar belakang sistem pencacah integral terhadap planset kosong selama 1
jam.
III.4.3. Isolasi Pb
a.
Pengendapan Hidroksida.
Sampel air 1 liter diuapkan sampai kering. Residu yang dihasilkan
dilarutkan dengan 150 mL HNO3 0,1 M. Selanjutnya larutan dididihkan
perlahan-lahan selama beberapa menit, didinginkan lalu disaring. Filtrat
yang dihasilkan ditambah 25 mL NH4OH pekat (teknis), lalu disaring.
Residu ditambah 150 mL larutan NaOH 1 M panas untuk membentuk
kompleks Pb(OH)42- dan disaring. Filtrat diasamkan dengan asam asetat
dan ditambah larutan 10 mL K2CrO4 0,1 M dan 1 g senyawa pengemban
Pb(NO3)2 lalu disaring. Endapan kuning dikeringkan dalam oven. Setelah
kering, endapan kuning dimasukkan ke dalam planset dan ditutup dengan
plastik wrap. Lalu dilakukan pengukuran menggunakan
gamma selama 2 jam.
spektrometer
34
b.
Pengendapan Sulfat
Sampel air 1 liter diuapkan sampai kering dan
residu
yang
dihasilkan dilarutkan dengan 150 mL HNO3 0,1 M. Selanjutnya larutan
dididihkan perlahan-lahan selama beberapa menit,
didinginkan
lalu
disaring. Filtrat yang dihasilkan ditambah 150 mL larutan H2SO4 0,1 M
untuk pengendapan PbSO4, dan dipanaskan dalam kamar asam sampai
muncul uap putih. Larutan didinginkan, ditambah 10 mL
aquabidest,
diaduk, didiamkan 2-3 menit lalu disaring. Melalui kertas saring, dituang 2
mL larutan amonium asetat 10% untuk melarutkan Pb. Filtrat yang
mengandung Pb diasamkan dengan asam asetat dan ditambah larutan 10
mL K2CrO4 0,1 M dan 1 g senyawa pengemban Pb(NO3)2 lalu disaring.
Endapan kuning dikeringkan dalam oven. Setelah kering, endapan kuning
dimasukkan ke dalam planset dan ditutup dengan plastik wrap. Lalu
dilakukan pengukuran dengan spektrometer gamma selama 2 jam.
c.
Pengendapan Bertingkat
Sampel air 1 liter diuapkan sampai kering dan
residu
yang
dihasilkan dilarutkan dengan 150 mL HNO3 0,1 M. Selanjutnya larutan
dididihkan perlahan-lahan selama beberapa menit,
didinginkan
lalu
disaring. Filtrat yang dihasilkan ditambah 25 mL NH4OH pekat (teknis)
sampai pengendapan sempurna, lalu disaring. Residu ditambah 150 mL
larutan NaOH 1 M panas dan disaring. Filtrat diasamkan dengan asam
asetat dan diuapkan sampai kering. Residu yang dihasilkan dilarutkan
35
dengan 50 mL HNO3 0,1 M, diaduk sampai larut. Filtrat ditambah 50 mL
larutan H2SO4 0,1 M, dipanaskan dalam kamar asam sampai muncul uap
putih. Larutan didinginkan, ditambah 5 mL air, diaduk, didiamkan
2-3
menit lalu disaring. Melalui kertas saring, dituang 2 mL larutan amonium
asetat 10%. Filtrat diasamkan dengan asam asetat dan ditambah larutan 10
mL K2CrO4 0,1 M dan 1 g Pb(NO3)2 lalu disaring. Endapan kuning
dikeringkan dalam oven. Setelah kering, endapan kuning dimasukkan ke
dalam planset dan ditutup dengan
plastik
wrap.
Lalu
dilakukan
pengukuran dengan spektrometer gamma selama 2 jam dan diukur dengan
sistem pencacah integal untuk analisis
kuantitatif
dengan
waktu
pencacahan selama 1 jam.
III.4.4. Penentuan Recovery
Sampel air ditambahkan Pb(NO3)2 sebanyak 4 g, selanjutnya
dipreparasi dengan langkah kerja seperti pengendapan bertingkat. Endapan
ditimbang untuk analisis kuantitatif dan dilakukan spot-test untuk analisis
kualitatif.
Endapan PbCrO4 hasil preparasi dilarutkan dalam larutan NaOH 1 M,
lalu disaring. Filtrat ditambah CH3COOH pekat hingga terbentuk endapan.
Uji positif ditandai jika endapan PbCrO4 hasil preparasi dapat larut dengan
larutan NaOH dan dapat terendapkan kembali dengan penambahan
CH3COOH pekat.
36
III.4.5. Perhitungan Kandungan Pb-210 dalam Sampel Air
.
ec)ovNeirlyai R
1
M terukur
Re c 
x 100%
.................. (3.1)
M standar
Keterangan :
M terukur = massa sampel terukur (g)
M standar = massa sampel standar (g)
Rec
= nilai recovery (%)
2) Nilai MDA (Minimum Detectable Activity).
CMDA
3
Clb
........................... (3.2)
Keterangan :
CMDA = cacahan batas pengukuran terendah (cacahan)
Clb
= cacahan latar belakang (cacahan)
R MDA

CMDA
...........................
t
Keterangan :
CMDA = cacahan batas pengukuran terendah (cacahan)
t
= waktu pengukuran (sekon)
RMDA = laju cacahan batas pengukuran terendah (cps)
MDA

R MDA
P.. Rec. V
Keterangan :
MDA = Batas pengukuran terendah (Bq/L)
RMDA = laju cacahan sampel (cps)
P
= probabilitas pemancaran sinar radiasi (%)
η
= effisiensi sistem alat (Bq/cps)
V
= volume sampel (L)
Rec = nilai recovery (%)
..................
(3.4)
(3.3)
37
3) Nilai aktivitas Pb-210.
R 
Ct
t

Clb
t
........................... (3.5)
Keterangan :
Ct
= cacahan total hasil pengukuran (cacahan)
= cacahan latar belakang (cacahan)
Clb
= waktu pengukuran (sekon)
t
R
= laju cacahan sampel (cps)
A 
R
P.. Rec
..................
(3.6)
Keterangan :
A
= aktivitas (Bq)
R
= laju cacahan sampel (cps)
P
= probabilitas pemancaran sinar radiasi (%)
η
= effisiensi sistem alat (Bq/cps)
Rec = nilai recovery (%)
4) Kandungan Pb-210.
K

A
V
.................. (3.7)
Keterangan :
K
= kandungan Pb-210 (Bq/L) A
= aktivitas (Bq)
V
= volume sampel (L)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Kalibrasi Energi Spektrometer Gamma
Jenis kalibrasi spektrometer gamma yang dilakukan adalah kalibrasi
energi. Dalam kalibrasi sistem ini, digunakan sumber standar Eu-152 karena
memiliki range energi yang cukup lebar yaitu berkisar 39,5-1528,1 keV, seperti
pada Tabel 4.1. Hasil pengukuran kalibrasi spektrometri gamma dengan Eu-152
didapatkan spektrum seperti pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Spektrum Kalibrasi Energi Spektrometer Gamma
38
39
Tabel 4.1. Energi Sinar Gamma Eu-152
Energi (keV)
Probabilitas pemancaran sinar gamma (%)
121,8
28,4
344,3
26,6
778,9
13,0
1112,1
13,6
1408,0
20,8
Kalibrasi energi dilakukan dengan membandingkan
posisi
dari
suatu
puncak energi tertentu terhadap energi radionuklida standar yang telah diketahui.
Dari hasil kalibrasi energi spektrometer gamma dapat dibuat suatu kurva kalibrasi
energi. Kurva kalibrasi energi merupakan kurva yang mehubungkan antara posisi
puncak energi (channel) dengan energi pancaran gamma seperti terlihat pada
Gambar 4.2. Dari kurva kalibrasi energi didapatkan persamaan kalibrasi yaitu, y =
(2,5x10-2) x + (2,091x10-2).
Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Energi Spektrometer Gamma
40
IV.2. Pengukuran Radiasi Latar Belakang (Background)
Pencacahan radiasi latar belakang perlu dilakukan sebelum dilakukannya
suatu analisis sampel. Cacahan radiasi latar belakang adalah cacahan yang tidak
berasal dari sumber. Radiasi latar belakang pada spektrometer gamma berkaitan
dengan adanya radiasi alam. Hasil spektrum radiasi latar belakang spektrometer
gamma dapat dilihat dalam Gambar 4.3.
Gambar 4.3. Spektrum radiasi latar belakang
41
Hasil pengukuran cacahan radiasi latar belakang yang telah dilakukan
selama 2 jam, digunakan untuk membandingkan spektrum sampel dalam analisis
kualitatif sampel. Dari hasil spektrum radiasi latar belakang, terlihat daerah
spektrum tidak bersih, melainkan terdapak peak-peak pada daerah energi tertentu.
Hal ini berkaitan dengan radiasi alam, seperti K-40 yang mempunyai energi
pancaran gamma 1461 keV.
Hasil pencacahan radiasi latar belakang sistem pencacah integral untuk
analisis kuantitatif, dapat dilihat dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil cacah radiasi latar belakang sistem pencacah integral
No.
Bulan
Waktu
Cacahan
Keterangan
484
Dipakai untuk koreksi cacahan
(sekon)
1.
Juni
3600
sampel air sumber
2.
Juli
3600
512
Dipakai untuk koreksi cacahan
sampel air sumur
Nilai cacah radiasi latar belakang pada sistem pencacah integral sinar
gamma digunakan untuk mengoreksi hasil cacahan sampel dalam analisis
kuantitatif sampel.
IV.3. Isolasi Pb
Isolasi Pb dilakukan dengan metode pengendapan. Metode pengendapan
yang dilakukan adalah metode pengendapan hidroksida, pengendapan sulfat, dan
pengendapan bertingkat. Hasil analisis kualitatif sampel dengan metode
pengendapan hidroksida, didapat hasil spektrum seperti pada Gambar 4.4a.
42
Setelah dibandingkan dengan spektrum latar belakang, dapat terlihat
adanya peak yang lebih tinggi pada daerah energi dari Ra-226 (186,0 keV). Hal
tersebut menjelaskan bahwa dalam sampel masih terdapat Ra-226. Adanya Ra226 akan memberi kontribusi pada pengukuran kuantitatif radiasi gamma Pb-210
secara integral. Oleh sebab itu, metode pengendapan hidroksida tidak dapat
digunakan untuk pemurnian Pb.
Kation Ca2+ dan Ra2+ yang berasal dari sampel air juga ikut mengendap
dengan penambahan amonium hidroksida pekat. Nilai Ksp Ca(OH)2 yaitu 7,9 x 106
jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai Ksp Pb(OH)2 (3x10-16) dan Ksp
Ra(OH)2 (10-14), sehingga ketika ditambahkan amonium hidroksida pekat, Ca2+
akan mengendap terlebih dahulu menjadi Ca(OH)2. Keberadaan Ra, karena ikut
terbawa dalam matriks Ca.
Karena metode pengendapan hidroksida tidak dapat digunakan untuk
isolasi Pb dalam analisis Pb-210 dengan metode pencacahan integral, maka
dilakukan isolasi Pb dengan metode pengendapan sulfat. Hasil analisis kualitatif
sampel dengan metode pengendapan sulfat, didapat hasil spektrum seperti
Gambar 4.4b.
Setelah dibandingkan dengan spektrum latar belakang, peak energi Ra-226
(186,0 keV) tidak bertambah tinggi. Hal tersebut menjelaskan bahwa dengan
metode asam sulfat ini Ra sudah tidak terbawa. Namun dalam spektrum tersebut
terlihat adanya peak energi Cs-137 (661,6 keV). Hal tersebut menjelaskan bahwa
dalam sampel masih terdapat Cs-137. Metode pemurnian Pb yang diinginkan
adalah yang hasil akhirnya tidak terdapat radionuklida pengotor. Adanya Cs-137
43
yang merupakan radionuklida pengotor akan memberi kontribusi pada
pengukuran Pb-210 secara integral. Oleh sebab itu, metode pengendapan sulfat
tidak dapat digunakan untuk pemurnian Pb.
Kation Ca2+ dan Ra2+ serta Cs+ yang berasal dari
sampel
air
ikut
mengendap dengan penambahan asam sulfat. Nilai Ksp CaSO4 yaitu 2.4 x 10-5
jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai Ksp PbSO4 (1.8 x 10-8) dan Ksp
RaSO4 (4,25 x 10-11) serta Ksp Cs2SO4, sehingga ketika ditambahkan sulfat, Ca2+
akan mengendap terlebih dahulu menjadi CaSO4. Karena nilai Ksp Cs2SO4 terlalu
kecil, membuat Cs2SO4 yang mengendap bersama matriks Pb dapat terelusi oleh
amonium asetat. Berbeda dengan RaSO4, Ra memiliki sifat spesifikasi yang tidak
dapat larut oleh amonium asetat, dan cenderung mengendap bersama
matriks
CaSO4.
Metode pengendapan hidroksida dan metode pengendapan sulfat, masingmasing memiliki karakteristik pemurnian yang berbeda dan saling melengkapi,
sehingga perlu dilakukan penggabungan kedua metode pengendapan menjadi
metode pengendapan bertingkat dengan harapan tidak terdapat pengotor Ra-226
dan Cs-137. Hasil analisis kualitatif sampel Pb dengan metode pengendapan
bertingkat, didapat hasil spektrum seperti Gambar 4.4c.
Setelah dibandingkan dengan spektrum latar belakang, peak energi Ra-226
(186,0 keV) tidak bertambah tinggi dan peak energi Cs-137 (661,6 keV) tidak
ada. Hal tersebut menjelaskan bahwa dengan metode pengendapan bertingkat
yang menggabungkan metode pengendapan hidroksida dan metode pengendapan
sulfat, sudah cukup memberikan hasil pemurnian yang baik secara kualitatif..
44
Gambar 4.7. Spektrum radiasi gamma hasil pengujian metode pengendapan :
a) Pengendapan Hidroksida b) Pengendapan Sulfat
c) Pengendapan Bertingkat
a
b
c
45
IV.4. Penentuan Recovery
Pada Penentuan Recovery, terhadap endapan PbCrO4 hasil preparasi
dilakukan uji kuantitatif secara gravimetri dengan penimbangan endapan. Adapun
nilai hasil penentuan Recovery dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Nilai Recovery
No.
Sampel
Recovery (%)*
1.
Sampel air sumber
10,4 ± 0,5
2.
Aquabidest
13,2 ± 0,7
* Tingkat kepercayaan 68%.
eNciolavierR
y
yang didapat, baik untuk sampel air sumber ataupun
aquabidest, merupakan suatu persentase nilai yang kecil. Hal tersebut
menunjukkan masih banyak isotop Pb yang tidak terbawa atau hilang selama
proses preparasi sampel. Hal ini karena, nilai Ksp senyawa Pb lebih kecil dari
nilai Ksp senyawa Ca, yang merupakan senyawa makro dari sampel, sehingga Pb
lebih banyak terkopresipitasi dengan senyawa-senyawa Ca serta terperangkap
dalam matriks Ca, sehingga pada proses pelarutan hanya sebagian kecil Pb yang
tidak terperangkap yang bisa larut.
IV.5. Kandungan Pb-210 dalam Sampel Air
Hasil pengukuran kandungan Pb-210 dalam sampel air ciseeng, dapat
dilihat dalam Tabel 4.4, dengan metode perhitungan pada lampiran 1.
46
Tabel 4.4. Hasil pengukuran kandungan Pb-210.
No.
Sampel Air
Jumlah cacahan
Cacahan Background
Aktivitas Pb-210 (Bq/L) *
1.
Mata Air
595
484
4,04 ± 0,44
2.
Sumur
618
512
2,40 ± 0,26
*Tingkat kepercayaan 68%.
Batas pengukuran terendah (MDA) dihitung berdasarkan nilai 3 deviasi
standar dari cacah belakang, diperoleh nilai sebesar (1,48 ± 0,16)Bq/L, dengan
tingkat kepercayaan 68%. Nilai tersebut untuk kondisi analisis volume sampel 1
liter dan waktu pencacahan 1 jam.
Nilai batas kandungan Pb-210 dalam air untuk keperluan sehari-hari sesuai
SK Ka. BAPETEN No. 02/Ka-BAPETEN/V-99 sebesar 4 Bq/L. Berdasarkan
ketentuan tersebut, didapatkan bahwa sampel air sumber Ciseeng telah melampaui
nilai batas tersebut dan sampel air sumur berjarak ± 50 meter dari mata air sumber
Ciseeng memiliki nilai kandungan Pb-210 dibawah nilai batas tersebut. Air sumur
tersebut masih aman digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Secara umum nilai konsentrasi sampel air sumber Ciseeng dan sampel air
sumur berjarak ± 50 meter dari mata air sumber Ciseeng tidak memiliki perbedaan
yang signifikan. Hal ini dikarenakan sifat akumulasi Pb yang tinggi. Timbal
memiliki derajat titik didih dan titik lebur yang tinggi, sehingga pada siklusnya di
alam, timbal tidak ikut menguap pada proses penguapan di daerah perairan
(aerasi). Selain itu timbal merupakan jenis logam yang sulit terdegradasi oleh
lingkungan.
47
Jika dibandingkan dengan kandungan Pb-210 dalam perairan di negaranegara lain, seperti di Nova Scotia, Canada (0,24 Bq/L), di perairan Sabah,
Malaysia (2,767 dpm/g), air sumur di kawasan Amerika (4,14 pCi/L), kandungan
Pb-210 sampel air sumber ciseeng dan sampel air sumur jarak ± 50 meter dari
mata air sumber ciseeng cukup tinggi jika dibandingkan dengan sampel air yang
lain. Oleh sebab itu, pembatasan penggunaan sampel air tersebut dalam kehidupan
sehari-hari perlu diantisipasi.
BAB
V
PENUTU
P
V.1.
KESIMPULAN
1.
Metode
gabungan metode pengendapan Sulfat dan
metode pengendapan Hidroksida dapat digunakan untuk
isolasi Pb dalam sampel air lingkungan untuk analisis Pb-210
secara pencacahan integral sinar gamma.
2.
Nilai batas terendah pengukuran sebesar (1,48 ± 0,16)Bq/L dengan
waktu pencacahan 1 jam.
3.
Kandungan Pb-210 dalam sampel sumber mata air panas kapur
Ciseeng sebesar (4,04 ± 0,44) Bq/L dan dalam sampel air
sumur yang berjarak kurang lebih 50 meter dari sumber mata
air panas kapur Ciseeng sebesar (2,40 ± 0, 26) Bq/L.
V.2.
SARAN
1.
Metode analisis yang lebih peka untuk penentuan Pb-210 dalam
sampel air, perlu dikembangkan.
2.
Pemetaan zat-zat radioaktif alam dalam sumber air panas di
Indonesia diperlukan untuk kesehatan masyarakat.
4
8
Lampiran 1. Contoh Perhitungan
a) Recovery Pb2+ Sampel Air Sumber
0,26 gram
Re c 
x 100%
2,5 gram
= 10,4 %
b) Recovery Pb2+ Sampel Air Sumur
0,33 gram
Re c 
x00%
1
2,5 gram
3,2%1
=
c) Nilai Batas Pengukuran Terendah (MDA)
CMDA
 3 498
RMDA

MDA 
cacahan
3 498
3600 sekon
 0,0186 cps
0,0186 cps
,481
Bq / L
0,365 . 0,2606 . 0,132 . 1L
c) Laju cacahan Pb-210 pada sampel air sumber
C = 595 cacahan, Clb = 484 cacahan, t = 3600 sekon.
Rt

595 cacahan
3600 sekon
,17 0
cps
484 cacahan
Rlb 
,13 0
cps
3600 sekon
maka, Rs
= 0,17 cps – 0,13 cps
= 0,04 cps
e) Aktivitas Pb-210 pada sampel air sumber
A 
0,s04 c
p
0,365 . 0,2606 . 0,104 . 1L
,04 4

Bq / L
f) Laju cacahan Pb-210 pada sampel air sumur
C = 618 cacahan, Clb = 512 cacahan, dan t = 3600 sekon.
Rt

618 cacahan
,17 0
cps
3600 sekon
512 cacahan
Rlb 
,14 0

cps
3600 sekon
maka, Rs
= 0,17 cps – 0,14 cps
= 0,03 cps
g) Aktivitas Pb-210 pada sampel air sumber
A 
0,s03 c
p
0,365 . 0,2606 . 0,132 . 1L
,402
Bq / L
h) Perhitungan Ketidakpastian (uncertainty)
uc
uc

c
2
c 
uVs

2
Vs 
uVc

ueff
Vc 
u Re c 2
2
2

eff  
Re c 
Keterangan :
uc
c
 ketidakpastian cacahan
uVs
 ketidakpastian relatif volume sampel
Vs
uVc
 ketidakpastian relatif volume cuplikan
Vc
ueff
eff
 ketidakpastian relatif effisiensi alat
u Re c
Re c
 ketidakpastian re cov ery
uc
c

uc
c
 0,109
0,042  0,012  0,0012  0,0882  0,052
Nilai uncertainty aktivitas Pb-210 pada sampel air sumber :
0,109 x 4,04 Bq/L = 0,44
Nilai uncertainty aktivitas Pb-210 pada sampel air sumur :
0,109 x 2,40 Bq/L = 0,26
Nilai uncertainty Batas Pengukuran Terendah :
0,109 x 1,48 Bq/L = 0,16
i) Perhitungan Cara Pembuatan Larutan
1)
Larutan HNO3 0,1 M
Larutan HNO3 65% dengan massa jenis 1,41 kg/L memiliki
konsentrasi yang didapat dari persamaan :
Konsentrasi (M)
=
% .  . 10

Mr
sehingga perhitungannya :
Konsentrasi (M)
2)
=
65% .  kg/L . 10


=
14,5 M
Larutan H2SO4 0,1 M
Larutan H2SO4 95% dengan massa jenis 1,84 kg/L memiliki
konsentrasi yang didapat dari persamaan :
Konsentrasi (M)
=
% .  . 10

Mr
sehingga perhitungannya :
Konsentrasi (M)
3)
=
95% .  kg/L . 10


=
17,8 M
Larutan CH3COOH 0,1 M
Larutan CH3COOH 96% dengan massa jenis 1,06 kg/L memiliki
konsentrasi yang didapat dari persamaan :
% .  . 10
Konsentrasi (M)
=
sehingga perhitungannya :
Konsentrasi (M)
=

Mr
96% .  kg/L . 10


=
17 M
Download