Uploaded by User4606

3. ISI MAKALAH (AutoRecovered)

advertisement
A.
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dalam penulisan penelitian penulis sekiranya mempunyai empat alasan dalam
latar belakang, latar belakang tersebut memiliki kaitan tentang penulisan penelitian,
maka untuk alasan pertama yaitu, ada perbuatan melawan hukum.
Alasan kedua yaitu, banyak sekali bentuk-bentuk dari pemalsuan, lalu apakah
bentuk pemalsuan akta autentik sudah diatur didalam KUHP, jika dilihat, kalua
KUHP belum mengatur tindak pidana pemalsuan akta autentik maka disini ada situasi
atau keadaan hokum ketinggalan zaman out of date. Maksudnya ada perkembangan
baru dalam peradaban manusia. Namun, perkembangan baru tersebut tidak mendapat
perhatian hukum.
Alasan ketiga yaitu, ada konflik dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang delik tertentu. Sebagai contoh dalam setiap putusan pengadilan
khusunya putusan pengadilan pidana selalu saja ada konflik peraturan perundangundangan.
Disatu sisi penuntut umum yang mewakili negara berpendirian bahwa telah
terjadi tindak pidana atau pelanggaran hukum pidana dalam KUHP. Namun, disisi
yang lain terdakwa maupun penasehat hukumnya yang notabene seorang ahli hukum
karena harus membela kepentingan kliennya merasa yakin pula tidak ada pelanggaran
hukum pidana dalam KUHP. Alasan keempat adalah ada kekaburan konsep dalam
peraturan perundang-undangan.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana tindak pidana pemalsuan akta autentik?
3. Tujuan Penelitian
Menggambarkan dan menganalisis tindak pidana pemalsuan akta autentik.
B.
Metode Penelitian
Penelitian hukum berbeda dengan penelitian ilmu-ilmu lain. Termaksud
berbeda dengan penelitian dalam ilmu sosial. Orang mengatakan bahwa sifat yang
berbeda itu adalah Sui Generis, atau unik. Penelitian hukum tidak dapat disamakan
dengan penelitian ilmu lain.
Jenis penelitian hukum adalah jenis penelitian normative yang dicari dalam
penelitian ini hanya norma dan asas hukum yaitu delik-delik dalam KUHP. Penelitian
hukum normatif meneliti bahan hukum primer yaitu undang-undang. Undang-undang
yang diteliti adalah undang-undang dalam putusan pengadilan. Disamping undangundang adapula peraturan perundang-undang lainnya. Bahan hukum primer yang juga
penting adalah putusan pengadilan. Hal ini sejalan dengan teori keadilan bermartabat.
Teori itu mengatakan bahwa apabila bila orang mau mencari hukumnya, keadilannya
maka keadilan itu harus dicari dalam jiwa bangsa dua wujud dari jiwa bangsa tersebut
yaitu, satu pertauran perundang-undangan dan kedua yaitu, putusan pengadilan.
Bahan hukum yang kedua yaitu bahan hukum sekunder. Dimaksud dengan
bahan hukum sekunder adalah buku-buku teks yang ditulis oleh dosen yang
mengampu mata kuliah tersebut. Dalam hal ini mata kuliah yang membahas delik-
delik dalam KUHP. Selanjutnya bahan hukum yang ketiga yaitu bahan hukum tersier.
Dimakusd dengan bahan hukum tersier adalah kamus, ensiklopedia, baik kamus
hokum maupun kamus umum.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana tindak
pidana pemalsuan akta autentik? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah
menggambarkan dan menganalisis tindak pidana pemalsuan akta autentik.
C.
Hasil Penelitian
1.
Studi Pustaka
a. Van Hattum pernah berpendapat tindak pidana ialah suatu peristiwa yang
menyebabkan seseorang dipidana. Dalam rumusan Van Hattum ini yang
dikemukakan bukan perbuatannya tetapi orangnya 1. Selanjutnya pengertian tindak
pidana menurut Teguh Prasetyo “merupakan terjemahan straffbaar feit adalah
diperkenalkan oleh pihak pemerintah C.Q Departemen Kehakiman2. Secara substansi,
pengertian dari istilah peristiwa pidana lebih merujuk kepada suatu kejadian yang
dapat ditimbulkan baik oleh peristiwa manusia maupun oleh gejala alam. Oleh karena
itu, dalam percakapan sehari-hari sering didengar suatu ungkapan bahwa kejadian itu
merupakan peristiwa alam3. Menurut Moeljatno perbedaan itu ditimbulkan karena
perkataan ‘straafbaar’ dapat (dihukum). Itu secara resmi dipakai kata ‘feit’
1
H. M. Rasyid Ariman, Hukum Pidana, Cetakan Kedua, Setara Press, Malang, 2016, hlm.,
2
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Cetakan ke-4, RajaGrafindo Persada, Depok, 2013, hlm.,
62.
49.
(perbuatan atau peristiwa) maupun terhadap orang yang melakukannya. Pompe
berpendapat bahwa ‘tindak pidana ialah pebuatan yang dalam suatu ketentuan
undang-undang dirumuskan dapat dipidana’4.
Menurut J. C. T. Simorangkir, memberikan pengertian mengenai delik yaitu,
tindak pidana atau perbuatan pidana, delik yang dalam rumusannya meletakkan titik
berat pada akibat yang ditimbulkan oleh kelakuan sedangkan kelakuannya sendiri
telah tersimpul dalam akibat itu.5 Pengertian kedua tentang tindak pidana adalah
gerak-gerik atau tingkah laku dan gerak-gerik jasmani seseorang. Hal-hal tersenit
terdapat juga seseorang untuk tidak berbuat, akan tetapi dengan tidak berbuatnya dia,
dia telah melakukan tindak pidana.6 Tindak pidana artinya apa yang menjadi tanda
yang membedakan tindakan-tindakan manusia sehingga ada yang dilarang dan
diancam pidana dan adapula yang tidak7. Pengertian selanjutnya tentang delik adalah
suatu perbuatan aktif atau pasif, yang untuk delik materiel disyaratkan terjadinya
akibat yang mempunyai hubungan kausal dengan perbuatan, yang melawan hokum
formil dan materiel, dan tidak adanya dasar yang membenarkan perbuatan itu.8
Kemudian menurut sudarsono dalam bacaanya memberikan pengertian delik yaitu
perbuatan yang dapat dikenakan pidana karena merupakan pelanggaran terhadap
3
Ibid.
H.M. Rasyid Ariman., Loc Cit.
5
J.C.T. Simorangkir, dkk., Kamus Hukum, cetakan ke-12, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm.
4
35.
6
Teguh Prasetyo, (2017), Loc Cit.
H.M. Rasyid Arifin, Op Cit., hlm. 63-64.
8
Zainal Abidin, Hukum Pidana, cetakan ke-4, Sinar Grafika, Jakarta, 2014
7
undang-undang; tindak pidana; perbuatan pidana9. Moeljatno berpendapat bahwa,
setelah memilih “perbuatan pidana” sebagai terjemahan dari “strafbaar feit”, beliau
memberikan perumusan (pembatasan) sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan pidana barangsiapa melanggar larangan tersebut dan perbuatan itu harus pula
betul-betul dirasakan masyarakat sebagai perbuatan yang tak boleh atau menghambat
akan terciptanya tata pergaulan masyarakat yang dicita-citakan oleh masyarakat itu.10
a.
Pemalsuan
Pemalsuan adalah suatu perbuatan yang disengaja meniru karya orang lain
untuk tujuan tertentu tanpa izin yang bersangkutan (illegal) / melanggar hak cipta
orang lain.
b.
Akta
Akta adalah surat tanda bukti berisi pernyataan (keterangan, pengakuan,
keputusan) resmi yang dibuat menurut peraturan yang berlaku, disaksikan dan
disahkan oleh notaris atau pejabat pemerintah yang berwenang; kelahiran;
perkawinan.11 Sedangkan dalam tulisan J. C. T. Simorangkir arti dari akta adalah
naskah, piagam. Dalam hal ini tidak memberikan perluasan makna terkait arti akta.
9
Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan Ketujuh, Rineka Cipta, Jakarta, 2013, hlm. 92
10
Andi Sofyan, Nur Azisa., Buku Ajar Hukum Pidana, cetakan pertama, Pustaka Pena Press,
Makassar, 2016, hlm., 99.
11
Sudarsono, Op Cit. hlm., 25.
1.
Akta Bawah Tangan: tidak ada tuntutan formalitas
2.
Akta Autentik
Akta otentik adalah suatu akta yang dibuat didalam bentuk yang ditentukan
oleh undang-undang dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang
berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya 12. Menurut sudarsono dalam
tulisannya menyatakan bahwa akta otentik adalah akta yang dibuat oleh atau
dihadapan pegawai umum yang berwenang membuat akta dalam bentuk yang
ditentukan oleh Undang-Undang13.
c. alat bukti (surat)
Menurut Pasal 187 KUHAP, Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat
(1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah: berita
acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang
kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai
dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu; surat yang dibuat
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat
mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya
dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan. surat
keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
12
13
J.C.T. Simorangkir, dkk., Loc Cit hlm., 6.
Sudarsono, Op Cit.
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dan padanya;
surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat
pembuktian yang lain14.
2.
Temuan Tindak Pidana Pemalsuan Akta Autentik
Hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap tindak pidana pemalsuan
akta autentik menemukan hal-hal sebagai berikut dibawah ini. Dalam putusan Nomor
991/K/PID/2001 diketahui bahwa tindak pidana yang terbukti adalah tindak pidana
pemalsuan sebagai delik dalam KUHP. Tindak Pidana ini diatur di dalam Pasal 263
ayat (1) KUHP. dirumuskan:
“barang siapa membuat surat palsu atau melalsukan surat dapat menimbulkan
sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang atau yang diperuntukan
sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau
menyuruh orang lain, memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan
tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan
kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama enam
tahun”15
atau memalsukan surat bahan hokum primer yaitu putusan pengadilan adalah
sebagai berikut. PUTUSAN NOMOR: 991/K/PID/2001
Pokok masalah: Tindak pidana Lain-lain vide Pasal 263 ayat (1) KUHP,
Kaidah Umum: Judex facti telah salah menerapkan hokum, terutama hokum
pembuktian, yaitu hanya memerhatikan keterangan seorang saksi, sementara hak-hak
saksi lainnya diabaikan, sekalipun semua saksi disumpah menurut agamanya masingmasing(unus testis nullus testis).
PERTAMA:
PRIMER:
Bahwa ia, terdakwa alwi, selaku ahli waris alm. Suandi kongsi, dahulu
bernama Khong Tong Tian, selaku presiden komisaris direkrut PT Kwala Gunung
atau selaku presiden direktur PT Kwala Gunung, pada tanggal 14 November 1991
atau setidak-tidaknya pada waktu lain-lain dalam tahun 1991 dan pada tanggal 11
Januari 1995 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 1995,
bertempat di kantor notaris Djaidir, S.H., di Jalan Ahmad Yani VII No. 24
Medan,ataupun setidak-tidaknya pada salah satu tempat dalam daerah hokum
pengadilan negeri medan yang berwenang memeriksa dan mengadilinya, melakukan
atau turut melakukan perbuatan menyuruk memasukkan keterangan palsu ke dalam
suatu akta autentik mengenai suatu hal yang kebenarannya harus ditanyakan oleh akta
itu dengan maksud untuk memakai akta atau menyuruh orang lain memakai akta itu
seolah-olah keterangannya sesuai dengan kebenaran dan pemakaian akta itu dapat
menimbulkan kerugian,* Meskipun terdakwa mengetahui bahwa ia tidak berhak atas
perusahaan tersebut karena sejak tanggal 24 Februari 1981 jabatan terdakwa selaku
presiden komisaris telah berakhir dan belum ada pengangkatan lagi sampai saat ini
dan selanjutnya terdakwa selaku salah seorang ahli waris alm. Suandi kongsi, tanpa
15
hlm. 82.
Redaksi Bhafana Publishing, cetakan 2018, Bhafana Publishing, Perpustakaan Nasional,
melalui rapat umum pemegang saham luar biasa dan tanpa persetujuan para ahli waris
alm. Suandi kongsi yang lain, yaitu alm. Kosatria (yang dialihkan kepada istrinya,
yaitu Ny. Subijaty). Lazuardi, Kurniadi dan Sumilan Awal serta Yayasan Sosial,
tanggal 14 November 1991. Mengaku sebagai presiden komisaris PT. Kwala Gunung
yang membawahi PT. Sijabut, PT. Sri Perlak, dengan pemberitahuan/pengumuman di
harian Analisa tertanggal 16 Desember 1991 pada halaman 2 kolom 4 dan 5, setelah
kematian alm. Suandi kongsi; sejak saat itu, segala urusan/kepemimpinan perusahaan
diambil alih oleh terdakwa, selanjutnya terdakwa mengadakan rapat umum pemegang
saham luar biasa dengan mengundang para ahli waris lainnya melalui surat kabar pos
sebanyak 2 kali, yaitu terbitan 27 Desember 1984 untuk rapat umum pemegang sham
yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 2 januari 1995 dan terbitan tanggal 3
januari 1995, untuk eapat pemegang saham yang dilaksankan pada hari rabu tanggal
11 januari 1995 dan pada saat diadakan rapat pemegang saham tersebut tidak ada
seorang ahli waris alm. Suandi kongsi yang lain dating, melaikan hanya hanya
dihadiri oleh saksi Helena (istri terdakwa) dan saksi johan alwi (anak terdakwa), saksi
cristo Ng dan saksi Soemarko dan dengan mempergunakan akta akta pendirian
perseroan no. 64 tanggal 18 Oktober 1961 dan perubahannya pada tanggal 11 Januari
1995 terdakwa datang ke kantor notaris Djaidir, S.H., di Jalan Ahmad Yani VII No.
24 Medan, dan langsung meminta kepada notaris tersebut agar dicatat hasil keputsan
rapat perseroan meskipun tanpa mengadakan rapat antara mereka telebih dahulu dan
tanpa membawa hasil rapat secara formal, hanya lisan, maka dibuatkan akta Berita
Acara Penggantian Pengurus PT Kwala Gunung dihadapan noaris Djaidir, SHn
tersebut.
SUBSIDER:
Bahwa ia, terdakwa alwi, pada waktu dan tempat sebagaiman pada dakwaan
pertam primer diatas dengan sengaja menggunakan surat palsu atau yang dipalsukan
yang dapat menerbitkan sesuatu perjanjian/kewajiban atau yang boleh dipergunakan
sebagai keterangan suatu perbuatan seolah-oleh surat itu asli tidak dipalsukan, seolaholah surat itu tidak dipalsukan, seolah-olah keterangannya sesuai dengan kebenaran,
dan pemakaian akta itu dapat menimbulkan kerugian,*
Meskipun terdakwa mengetahui bahwa ia tidak berhak atas perusahaan
tersebut karena sejak tanggal 24 Februari 1981 jabatan terdakwa selaku presiden
komisaris telah berakhir dan belum ada pengangkatan lagi sampai saat ini, dan
selanjutnya terdakwa salah seorang ahli waris alm. Suandi kongsi, tanpa melalui rapat
umum pemegang saham luar biasa dan tanpa ahli waris alm. Suandi kongsi yang lain,
yaitu alm. Kosatria (yang dialihkan kepada istrinya yaitu ny. Subijty), lazuardi
kurniadi dan sumilan awal serta yayasan sosial, tanggal 14 November 1991 mengaku
sebagai presiden komisaris PT Kwala Gunung yang membawahi PT Sijabut dan PT
Sri Perlak dengan pemberitahuan/pengumuman di harian Analisa tertanggal 16
desember 1991 pada halaman 2 kolom 4 dan 5, setelah kematian alm. Suandi kongsi ;
sejak saat itu, segala urusan/kepemimpinan perusahaan diambil alih oleh terdakwa
selanjutnya terdakwa mengadakan rapat umum pemegang saham luar biasa dengan
mengundang para ahli waris lainnya melalui surat kabar pos sebanyak 2 kali yaitu
terbitan tanggal 27 desember 1984 untuk rapat pemegang saham yang dilaksanakan
pada hari senin tanggal 2 januari 1995 dan terbitan tanggal 3 januari 1995 untuk rapat
pemegang saham tersebut tidak ada seorang ahli waris alm. Suandi kongsi yang lain
dating, melaikan hanya hanya dihadiri oleh saksi Helena (istri terdakwa) dan saksi
johan alwi (anak terdakwa), saksi cristo Ng dan saksi Soemarko dan dengan
mempergunakan akta akta pendirian perseroan no. 64 tanggal 18 Oktober 1961 dan
perubahannya pada tanggal 11 Januari 1995 terdakwa datang ke kantor notaris
Djaidir, S.H., di Jalan Ahmad Yani VII No. 24 Medan, dan langsung meminta kepada
notaris tersebut agar dicatat hasil keputsan rapat perseroan meskipun tanpa
mengadakan rapat antara mereka telebih dahulu dan tanpa membawa hasil rapat
secara formal, hanya lisan, maka dibuatkan akta Berita Acara Penggantian Pengurus
PT Kwala Gunung dihadapan noaris Djaidir, SHn tersebut.
MENIMBANG:
Bahwa terhadap keberatan-keberatan. Mahkamah Agung berpendapat bahwa
keberatan-keberatan tersebut dapat dibenerkan, oleh karena judek facti telah salah
menerapkan hokum, terutama hokum pembuktian, karena: I. perbuatan terdakwa alwi
menempatkan keterangan pals uke dalam suatu akta, yakni dalam akta no. 37 Tahun
1995 (surat bukti V), dengan mengabaikan hak ahli waris lainnya, dengan cara:
segala urusan/kepengurusan diambil alih oleh terdakwa, sehingga mengakibatkan
kerugaian para ahli waris lainnya (vide keterangan saksi I : Djoedjoe Widyadikrama
Kurniadi, vide surat bukti IV halaman 387); II. Akta no. 37 Tahun 1995 (surat Bukti
V) isinya bertentangan dengan surat wasiat tahun 1982, yang menyatakan bahwa
masing-masing ahli waris mendapat bagian waris (vide keterangan saksi II:
Lazuardi); III. Akta no.37 tahun 1995 in casu dibuat dalam bentu akta notaris (vide
keterangan saksi III: H.Djaidir, S.H.); IV. Ahli waris tidak hanya terdakwa saja, tetapi
ada ahli waris lainnya, semuannya ada 9 orang (Keterangan Saksi IV: Subiyati); dari
hal-hal sebagaimana dikemukakan pada ad. I s.d. IV, maka telah terbukti bahwa
terdakwa melakukan tindak pidana: “Menyuruh memassukan keterangan palsu ke
dalam suatu akta autentik”, sebagaimana didakwakan oleh Jaksa/Penuntut Umum,
dalam dakwaan primer; menimbang bahwa berdasarkan alasan-alasan yang diuraikan
diatas mahkamah agung berpendapat, bahwa putusan pengadilan negeri di medan
tanggal 18 Desember 2000 no. 1441/Pid.B/2000/PN.Mdn. tidak dapat dipertahankan
lagi, oleh karena itu harus dibatalkan, dan mahkamah agung akan mengadili sendiri
perkara tersebut, seperti tertera dibawah in; menimbang oleh karena permohonan
kasasi penuntut umum/jaksa dikabulkan dan termohon-kasasi/terdakwa dipidana,
maka terdakwa dibebani membayar biaya perkara dalam semua tingkat pengadilan;
memerhatikan UU 14/1970, UU 14/1985 dan perundang-undangan lainna yang
bersangkutan;
MENGADILI:
Mengabulkan permohonan kasasi dari permohon-kasasi jaksa/penuntut umum
pada kejaksaan negeri di medan tersebut; membatalkan putusan pengadilan negeri di
medan tanggal 18 Desember 2000 no.1441/Pid.B/2000/PN.Mdn.;
MENGADILI SENDIRI:
Menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan tindak
pidana “menyuruh memasukkan keterang palsu kedalam suatu akta autentik”;
memidana terdakwa dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun;16 membebani
termohon-kasasi/terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara dalam semua
tingkat peradilan dan dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebesar Rp2.500,- (dua ribu
lima ratus rupiah)
Bagian ini berisi dua sub-bagian, sub-bagian pertama diberi sub-sub judul
studi pustaka. Dalam bagian ini dikemukakan. Apa kata bahan pustaka atau buku teks
tentang pengertian konsep-konsep. Yang dimaksud dengan konsep-konsep adalah
kata-kata yang terdapat didalam judul. Kata-kata sambung dan, sebagai, dalam,
mengenai, tentang, dan sebagainya. Bukan konsep oleh sebab itu kata-kata tersebut.
Tidak perlu dikemukakan definisinya dalam sub-sub bagian yang pertama ini.
Disamping pengertian-pengertian konsep-konsep yang diambil dari buku teks. Ambil
pula atau kutip pengertian-pengertian dari kata-kata dalam judul yang terdapat
didalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Catatan penting, konsepkonsep yang dijelaskan didalam bagian ini adalah konsep-konsep yang berkaitan
dengan delik-delik dalam KUHP.
Segera seketika pengertian dari setiap konsep yang diambil dari buku-buku
teks dikemukakan maka sertakan sumber dari pengertian konsep-konsep tersebut.
Adapun urutan-urutan dari cara menulis sumber rujukan dari buku teks adalah
16
266 ayat 1.
Putusan hakim di atas adalah delik dalam KUHP dalam hal ini rumusannya adalah Pasal
sebagai berikut: 1. Nama penulis, judul buku, cetakan, penerbit, kota terbitan, tahun
terbitan, halaman tempat dari mana kutipan tentang pengertian konsep-konsep itu
diambil. Usahakan setiap konsep diambil dari buku teks yang berbeda penulisnya.
Dalam menulis nama penulis. Urutan nama tidak diubah. Judul buku dicetak miring.
Kecuali kata sambung seperti dan atau tentang, sebagai, dll. Tidak dicetak miring.
Halaman dapat disingkat ‘hlm’., atau hal., atau h. yang terpenting adalah apabila telah
dipilih hlm maka semuanya hlm. Dan seterusnya.
Bagian yang kedua diberi sub-judul yang disesuaikan dengan judul makalah
atau laporan penelitian. Dalam bagian ini putusan pengadilan tentang delik dalam
KUHP yang telah dipilih dan telah diketik kembali. Dimasukan disini atau
ditempatkan disini. Bagian ketiga yaitu bagian analisis. Dalam bagian ini apa yang
terdapat dalam sub-tinjauan pustaka dibandingkan dengan putusan pengadilan yang
telah diolah kemukakan pula dalam bagian ini. Pendapat penulis atau peniliti yaitu
anda yang menuls.
D.
Penutup Penelitian
1. Kesimpulan
Tindak pidana artinya apa yang menjadi tanda yang membedakan tindakan-
tindakan manusia sehingga ada yang dilarang dan diancam pidana dan adapula yang
tidak. Moeljatno berpendapat bahwa, setelah memilih “perbuatan pidana” sebagai
terjemahan dari “strafbaar feit”, beliau memberikan perumusan (pembatasan) sebagai
perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana barangsiapa melanggar larangan
tersebut dan perbuatan itu harus pula betul-betul dirasakan masyarakat sebagai
perbuatan yang tak boleh atau menghambat akan terciptanya tata pergaulan
masyarakat yang dicita-citakan oleh masyarakat iu sendiri.
Menurut Pasal 187 KUHAP, Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat
(1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah: berita
acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang
kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai
dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu; surat yang dibuat
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat
mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya
dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan. surat
keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dan padanya;
surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat
pembuktian yang lain.
Dalam putusan Nomor 991/K/PID/2001 diketahui bahwa tindak pidana yang
terbukti adalah tindak pidana pemalsuan sebagai delik dalam KUHP. Tindak Pidana
ini diatur di dalam Pasal 263 ayat (1) KUHP.
Download