Uploaded by User4531

MAKALAH Epidemiologi

advertisement
MAKALAH
Epidemiologi
(Ukuran
Frekuensi Penyakit)
by Unknown | in Makalah at 6:57 PM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Epidemiologi (Ukuran Frekuensi Penyakit)
Mengukur kejadian penyakit, cacad ataupun kematian pada populasi. Merupakan dasar dari
epidemiologi deskriptif. Frekuensi kejadian yang diamati diukur dengan menggunakan Prevalens
dan Incidens. Ukuran-ukuran frekuensi penyakit menggambarkan karakteristik kejadian
(“occurrence”) suatu penyakit atau masalah kesehatan didalam populasi.
1. Proporsi :
Digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasinya. Apabila menggunakan
angka dasar (konstanta) adalah 100, maka disebut persentase.
Ciri proporsi :
a.
Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan dari pembilang dan penyebutnya sama,
sehingga saling meniadakan.
b. Nilainya antara 0 dan 1
2. Rate :
a.
Adalah perbandingan antara jumlah kejadian terhadap jumlah penduduk yang mempunyai risiko
terhadap kejadian tersebut yang menyangkut interval waktu tertentu. Rate untuk menyatakan
dinamika atau kecepatan kejadian dalam suatu populasi masyarakat tertentu. Rate merupakan
konsep yang lebih kompleks dibandingkan dengan dua bentuk pecahan yang terdahulu.
Rate yang sesunguhnya merupakan kemampuan berubah suatu kuantitas bila terjadi perubahan pada
kuantitas lain.
Kuantitas lain yang digunakan sebagai patokan ini biasanya adalah kuantitas waktu.
Bentuk ukuran ini sering dicampuradukkan penggunaannya dengan proporsi.
Contoh: Kecepatan mobil pada satu saat tertentu bentuknya adalah suatu rate.
kecepatan sebuah mobil yang sedang berjalan dapat berubah setiap saat, maka yang diukur adalah
kecepatan rata-rata dari mobil tersebut.
kecepatan (speed) diukur dengan membagi jarak tempuh mobil tersebut dengan waktu yang
digunakan untuk mencapainya.
Misalnya: Jakarta-Bogor yang jaraknya 60 Km ditempuh dalam waktu 1 jam.
Maka kecepatan mobilnya = 60 Km per jam.
Ciri rate :
a.
Mempunyai satuan ukuran, yaitu per satuan waktu.
b. Besarnya tidak terbatas. Secara teoritis nilainya terbentang antara 0 sampai tak terhingga.
3. RATIO
Merupakan perbandingan antara 2 kejadian atau 2 hal antara numerator dan denominator tidak
ada sangkut pautnya. Ratio merupakan pecahan yang pembilangnya bukan merupakan bagian
dari penyebutnya. Ini yang membedakannya dengan proporsi. Ratiomenyatakan hubungan antara
pembilang dan penyebut yang berbeda satu dengan yang lain.
Jenis ratio :
a.
Ratio yang mempunyai satuan, misalnya:
1)
Jumlah dokter per 100.000 penduduk
2)
Jumlah kematian bayi selama setahun per 1.000 kelahiran
hidup.
b. Ratio yang tidak mempunyai satuan oleh karena pembilang dan penyebutnya mempunyai satuan
yang sama, misalnya:
1) Ratio antara satu proporsi dengan proporsi lain atau ratio antara satu rate dengan rateyang lain,
contohnya Relative Risk dan Odds Ratio
4. Prevalence
Prevalence adalah proporsi populasi yang sedang menderita sakit pada satu saat tertentu.
Prevalens = jumlah individu yang sedang sakit pada saat tertentu per jumlah individu pada
populasi tersebut pada saat tertentu
Ciri prevalence :
a.
Berbentuk proporsi
b. Tidak mempunyai satuan
c.
besarnya antara 0 dan 1
----------------------------------------------------------------------------------------BAB II
PEMBAHASAN
A. Frekuensi Masalah Kesehatan
Menurut perkembangan epidemiologi, upaya melakukan pengukuran terhadap frekuensi
masalah kesehatan, bukanlah merupakan hal yang baru.Pekerjaan ini telah di lakukan oleh john
graunt sejak tahun 1662, dan pada saat ini makin berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu
hitung dan ilmu kesehatan masyarakat.
Frekuensi masalah kesehatan kesehatan adalah keterangan tentang banyaknya suatu
masalah kesehatan yang ditemukan dalam sekelompok manusia dengan dinyatakan angka
mutlak, rate atau ratio. Berdasarkan batasan sederhana tersebut, terlihat dalam melakukan
pengukuran masalah kesehatan yang merupakan epidemiologi deskriptif ini, ada beberapa hal
pokok yang harus diperhatikan, yakni:
1.
Mengupayakan agar masalah kesehatan yang diukur hanya masalah yang
dimaksudkan.
Jika saudara ingin mengukur kejadian anemia pada ibu hamil, haruslah dapat diyakini
bahwa masalah yang diukur tersebut hanya anemia pada ibu hamil. Apabila penyakit atau
masalah kesehatan yang lain masuk dalam pengukuran, tentu saja data yang diperoleh tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
2.
Mengupayakan agar semua masalah kesehatan yang akan diukur dapat masuk dalam
pengukuran.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam mengukur masalah kesehatan adalah kelengkapan
data yang tersedia. Jika data tidak lengkap, dalam arti ada sebagian dari masalah kesehatan yang
luput dari pengukuran, maka hasil yang diperoleh juga tidak mencerminkan keadaan yang
sebenarnya.
3.
Mengupayakan agar penyajian hasil pengukuran adalah dalam bentuk yang
memberikan keterangan yang optimal.
Untuk menjelaskan suatu keadaan, maka penyajian hasil haruslah dapat dilakukan
sedemikian rupa sehingga memberikan keterangan yang optimal secara umum, bentuk penyajian
yang dimaksud dapat dibedakan atas 4 macam yakni:
a.
Angka mutlak
Merupakan bentuk penyajian data menggunakan angka mutlak, apa adanya.
Contoh penyajian dalam bentuk angka mutlak adalah dari hasil pengukuran anemia pada
ibu hamil dari suatu daerah ditemukan jumlah penderita anemia sebanyak 31 orang.
Segera dapat dilihat bahwa keeterangan yang dimilikinya sangat terbatas, sehingga data
yang diperoleh kurang dirasakan manfaatnya.
b. Rate
Rate adalah perbandingan suatu peristiwa(event) dibagi dengan jumlah penduduk yang
mungkin terkena peristiwa yang dimaksud (population at risk) dalam waktu yang sama yang
dinyatakan dalam persen atau permil. Rumus yang digunakan untuk menghitung rate ialah:
Rate (t0-t1) =
jumlah suatu peristiwa
x 100%
Jumlah penduduk yang mungkin Terkena peristiwa tersebut (tO-t1)
Contoh penyajian data dalam bentuk rate adalah dari hasil pengukuran anemia pada ibu
hamil di suatu daerah sebanyak 18%. Penyajian tersebut menunjukan keterangan yang lebih
lengkap yakni menggambarkan besarnya masalah anemia ibu hamil di daerah pengukuran.
c. Ratio
Ratio adalah perbandingan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya yang tidak
berhubungan. Rumus yang di gunakan untuk menghitung ratio adalah:
Ratio (t0-t1)= jumlah pristiwa A (t0-t1)
Jumlah peristiwa B (t0-t1)
Contoh penyajian data dalam bentk ratio adalah dari pengukuran terhadap penderita
anemia pada ibu hamil trimerter 1 dan trimester 3 adalah 0,33.
Dalam hal ini pernyataan yang penting dalam epidemologi adalah jumlah orang sakit
dibandingkan dengan jumlah orang sehat, misalnya : ratio orang sakit kanker dibandingkan
dengan jumlah orang sehat.
Rumus :
Proporsi =
𝑥
𝑦
𝑥𝐾
Dimana :
X = Banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih atribut tertentu
Y = Banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih atribut yang
berbeda atribut dengan X )
K = 100 (persen)
d.
Distribusi proporsional
Adalah persentase (proporsi) di antara jumlah keseluruhan kejadian suatu seri data yang
muncul dalam suatu kategori-kategori (atau subgroup) dari seri tadi. Rumusnya sebagai berikut :
Distribusi proposional = Jumlah peristiwa tertentux
100
Jumlah seluruh peristiwa
Contoh penggunaan rumus diatas:
Pada suatu autbreak yang melibatkan 26 kasus dari penyakit tertentu, 7 di antaranya
perempuan dan 19 priya.Jumlah penduduk menurut jenis kelamin pada kelompok tersebut tidak
di ketahui.Berapakah distribusi proporsional dari kasus tersebut menurut jenis kelamin?
Penyelesaian adalah sebagai berikut:
Distribusi proporsional pria
: 19 x 100 = 73,2
7
Distribusi proporsional perempuan
:7 x 100 = 26,9
26
Distribusi proporsional di atas dapat di sajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 5.1 distribusi proporsional kasus berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin
Jumlah kasus
Distribusi proporsional
Pria
19
73,1
Perempuan
7
26,9
Jumlah
26
100,0
Dalam mengukur frekuensi masalah kesehatan dapat terjadi kesalahan yang umumnya
berasal dari dua sumber, yakni:
1.
Kesalahan akibat penggunaan data yang tidak sesuai
Contoh timbulnya kesalahan karena penggunaan data yng tidak sesuai:
a.
Mempergunakan data yang tidak representif, misalnya hanya data dari fasilitas
pelayaanan kesehaatn,padahal telah diketahui cakupan pelayanan kesehatan sangat terbatas dan
tidak semua masyarakat datang berobat ke fasilitas tersebut.
b.
Memanfaatkan data dari hasil survei khusus yang pengambilan respondenya tidak
memenuhi syarat rekomendasi.
c.
Memanfaatkan data dari hasil survei khusus yang sebagian be sar respondenya tidak
memberikan jawaban (drop out)
2.
Kesalahan adanya faktor bias
Bias yang dimaksudkan di sini adalah terdapatnya pembedaan antara hasil pengukuran
dengan nilai yang sebenarnya. Kesalahan dalam bias dapat berasal dari sang pengumpul data dan
ataupun dari masyarakat yang dikumpulkan datanya. Contoh kesalahan yang bersumber dari diri
pengumpul data adalah:
a.
Mempergunakan alat ukur yang berbeda-beda ataau yang tidak terstandarisasi.
b.
Mempergunakan teknik pengukuran yang berbeda-beda
c.
Mempergunakan cara pencatatan hasil yang berbeda-beda.
Contoh kesalah dari bias yang bersumber dari mesyarakat adalah:
a.
Terdapatnya perbedaan persepsi masyarakat terhadap akan penyakit yang
ditanyakan
b.
Terdapatnya perbedaan respon terhadap alat ataupun test yang dipergunakan.
B. Ukuran epidemiologis
Ukuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi mencakup Rate (angka), rasio dan
proporsi.Ketiga bentuk perhitungan ini digunakan untuk mengukur dan menjelaskan peritiwa
kesakitan, kematian, dan nilai statistic vital lainnya. Misalnya kesakitan bias diukur dengan
angka insidensi, prevalensi dan angka serangan, sedangkan kematian bias diukur dengan angka
kematian.
Ukuran epidemiologis selalu dipengaruhi oleh berbagai factor, diantaranya factor person
atau orang, yng dinilai di sini adalah dari aspek jumlah atau fekuensi orang yang berkaitan
dengan suatu peristiwa, selain itu factor place atu tempat adalah factor yang berkaitn dengan
darimana orang-orang yang mengalami peristiwa tersebut berasal. Factor time atau waktu adalah
periode atau waktu kapan orang-orang tersebut mengalami suatu peristiwa.
Dalam epidemiologi, ada dua ukuran penyakit yang harus dibedakan, yaitu insidensi yang
menggambarkan jumlah kasus baru yang terjadi dalam satu periode tertentu, dan prevalens yang
menggambarkan jumlah kasus yang ada pada satu saat tertentu.Untuk memudahkan pemahaman,
setiap individu dalam populasi dianggap masuk dalam salah satu dari dua kategori “sakit” atau
“tidak sakit”.Prevalens menggambarkan proporsi populasi yang sakit pada satu saat tertentu,
sedangkan insidens menggambarkan perpindahan dari kategori tidak sakit. Oleh karena itu,
1) Insidens = kejadian (kasus baru)
2) Prevalens = (kasus lama + kasus baru)
1)
Insidens
Ukuran yang lazim untuk mengukur masalah penyakit adalah angka insiden dan pervalen
Insiden adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan
pada suatu waktu tertentu di satu kelompok msyarakat. Angka insidenb ini hanya dapat di hitung
pada suatu penelitian yang bersifat longitudinal karena untuk menghitung angka insiden
diperlukan dua angka yakni jumlah pendeeerita baru dan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit tersebut (population atrisk)
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan ats tiga macam, yakni incidence rate,
attack rate dan secondary attack rate.
a. Incidence rate
Incidance rate adalah jumlah penderita beru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
mungakin terkena penyakit tersaebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam
persen atau permil.
Rumus yang digunakan untuk mengukurincidence arte adalah:
Incidence
rate
=
jumlah penderita baru x k
Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada
pertengahan tahun (t0-t1)
Kontanta (k) meruapkan suatu harga yang ditetapkan, biasanya 100.000, namun harga
100, 1.000, 10.000, juga sering di gunakan. Pemilihan harga k ini biasanya dibuat sehingga rate
terkecil yang dipakai dalam perhitunagn paling kurang memili satu decimal (4,5/100 bukan
0,42/1000, dan seterusnya).
Agar dapat memahami rumus di atas, simaklah contoh kasus berikut ini.
Pada suatu daerah di suatu penduduk pada tanggal 1 juli 2009 sebanyak 100.000 orang
yang semuanya rentan terhadap penyakit, ditemukan laporan penderita baru sebagai berikut:
bulan januari 50 orang, bulan maret 100 orang, bulan juni 150 orang, bulan september 10 orang
dan dan bulan desember 90 orang. Berapakah incidence rate per1.000 penduduk didaerah itu
selama tahun tersebut ?
Incidence rate =
(50 + 100 +150 + 10+ 90)x 1.000
100.000
= 4/1000 penduduk
Diketahui pula bahwa 100 diantara kasus tersebut adalah perempuan di bawah usia 10
tahun. Pada saat itu perempuan di bawah 10 tahun pada bulan juli 2009 adalah 20.000
orang.Berapakah incidence rate menurut umur dan jenis kelamin selama kurun waktu tersebut?
Incidance rate
=
100
x 1.000
20.000
= 5/1000 penduduk
Angka incidence rate ini dapat di manfaatkan untuk mengetahui masalah kesehatan yangf
di hadapi, resiko untuk terkena masalah kesehatan yang di hadapi, serta untuk mengetahui beban
tugas yang harus di selenggarakan oleh suatu fasilitas pelayanan kesehatan.
Di dalam praktek epidemiologi, incidance rate pada umumnya di paaki dalam mengukur
besar atau ferkuensi dari penyakit infeksi yang di alami suatu kelompok masyarakat. Bila suatu
kelompok masyarakat mempunyai incidance rate ayng lebih tinggi dari suatu kelompok
masyarakat yang lain, maka ini berarti kelomppok pertama tedi mempunyai resiko yang lebih
tinggi untuk mendapatkan kejadian tertentu (penyakit infeksi) di banding kelompok dua.
Dalam menganalisis suatu data tentang penyakit, maka yang di katakan suatu kelompok
masyarakat masyarakat menurut hasil satu atau lebih sensus, area sosial ekonomi perkotaan,
wilayah kabupaten, negara. Namun mungkain pulan suatu masyarakat yang lain misalnya rumah
sakit, sekolah kelompok milioter.
Kelompok masyarakat memiliki karakteristik umur, jenis kelamin dan jenis pekerjaan
atau mungkin mempunyai karakteristik tertentu yang lain yang dapat di kelompokan sesuai
dengan kegunaan epidemiologi. Pada prakteknya dalam memilih populasi untuk suatu analisis
data adalahkurangnya perincian data yang dai laporkan (jumlah penderita beru) dan kurangnya
informasi tentang jumlah penduduk pada berbaagi kelomppok masyarakat, terutama pada
periode antar sensus.
b. Attack rate
Attack rate adalah jumlah pennderita baru suatu penyakit ayng dai temukan pada suatu
sat terjadi wabah atau kejadain luar biasa di bandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit tersebut pada saatyang asama dalam persen atau permil.
Rumus yang di gunakan untuk mengukur:
Attack rate
Jumlah penderita beru suatu saat
xk
Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebu pada waktu itu
Konstanta yang di pakai biasanya 100.
Contoh kasus.
Dalam kejadian luar biasa yang mengenai 26 kasus dari suatui penyakit cikungunya, 7
dari aksus adalah perempuan, sedangkan 19 adalah prai. Klb tersebut muncul pada masyarakat
yang aterdiri dari 9 perempuan dana 87 pria. Berapakah attack rate masing-masing jenios
kelamin dan keseluruhan masyarakat tadi?
Agar mudah membaca kasus tersebut, maka dapat di agmbarkan pada tabel berikut ini.
Tabel 5.2 jumlah kasus berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin
Jumlah
Jumlah kasus
Pria
19
87
Perempuan
7
9
Jumalh
26
96
Penyelesaian adalah sebagai berikut.
Attack rate pada pria
= 19 x 1000
87
=2,18/ 1000 penduduk
Attack rate pada perempuan
= 7 x 1000
9
= 7,78/1000 penduduk
attack rate keseluruhan
= 26 x 1000
96
= 2,71/1000 penduduk
Perlu diingat bahwa attack rate keseluruhan didapat dari hasil pembagian total kasus
dengan jumlah penduduk keseluruhan, tidak dengan penjumlahan attack rate pria dan wanita.
Nilai attack rate dapat di manfatatkan dalam memperkirakan derajat seranga atau
penularan suatu penyakit. Makin tinggi nilai attack rate, maka penyakit tersebut semakin
memiliki derajat serangan dan atau penularan yang lebih tinggi pula.
c. Secondary attack rate
Secondary attack rate ialah jumlah penderita baru suatu penyakit byang terjangkit pada
serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi yang telah pernah terkena
pada serangan pertama dalam persen atau permil pada saat terjadi KLB/wabah. Secondari attack
rate biasanya dihitung untuk sutu penyakit menular serta untuk populasi penduduk yang
kecil,misalnya satu keluarga.
Rumus yang digunakan untuk mengukur secondari attack rate ialah:
Secondary Attack rate = jumlah penderita baru pada serangan kedua
xk
jumlah penduduk – penduduk yang terkena serangan pertama
Ada dua jenis insidens
1.
Mengukur risiko untuk sakit (cumulative incidence)
Cumulative incidence
Probabilitas dari seorang yang tidak sakit untuk menjadi sakit selama periode waktu
tertentu, dengan syarat orang tersebut tidak mati oleh karena penyebabb lain. Risiko ini biasanya
digunakan untuk mengukur serangan penyakit yang pertama pada orang sehat tersebut.Misalnya,
insidens penyakit jantung mengukur risiko serangan penyakit jantung pertama pada orang yang
belum pernah menderita penyakit jantung.
Jumlah individu yang menjadi sakit selama periode tertentu
Cumulative incidence =
Jumlah individu dalam populasi pada permulaan periode
Baik pembilang maupun penyebut yang digunakan dalam perhitungan ini adalh individu
yang tidak sakit pada permulaan periode pengamatan, sehingga mempunyai risiko untuk
terserang.Kelommpok individu yang berisiko terserang ini disebut population at riskatau
populasi yang berisiko.Cumulative incidence adalah proporsi individu yang pada awal periode
pengamatan berada dalam kategori tidak sakit, yang berpindah ke kategori sakit selama periode
pengamatan.
Ciri dari cumulative incidence (CI) meliputi berbentuk proporsi, tidak memiliki satuan,
besarnya berkisar antara 0 dan 1.Konsep risiko ini harus dinyatakan dalam periode waktu yang
menunjukan rentang waktu yang dibutuhkan untuk mencari kasus baru karena cumulative
incidence, lamanya peride pengamatan harus selalu disertakan.Untuk mudahnya, cumulative
incidence adalah proporsi individu sehat yang menjadi sakit.
Contoh:
Hasil sensus pada tahun 1990 di Swedia menunjukan 3076 laki-laki berumur 20-64 tahun
bekerja di perusahaan plastik. Berdasarkan data dri Register Kanker Swedia, antara tahun 19912003, sebelas orang di antara pekerja ini terserang tumor otak. CI tumor otak yang terjadi di
antara pekerja ini terserang tumor otak yang terjadi padda pekerja pabrik plastik ini selama 13
tahun adalah
11
CI =
= 0.004 atau 0,04%
3076
Dalam investigasi wabah penyakit menular, periode pengamatan yang dipakai biasanya
adalah selama periode wabah berlangsung, atau periode waktu ketika kasus primer terjadi.
Dalam kejadian yang demikian ini cumulative incidence (risk) seringkali disebut attack rate,
walaupun bentuknya bukan rate yang sesunguhnya.
Contoh:
Selama tiga bulan terjadi wabah kolera di desa Warna Sari, Kecamatan Belimbing.Dari
3800 penghuni desa tersebut, 162ndiantaranya terserang kolera.
CI atau attack rate = 162
= 0,043 atau 4,3 %
3800
2.
Mengukur kecepatan untuk sakit (incidence rate/incidence density)
Incidence rate dari kejadian penyakit adalah potensi perubahan status penyakit per satuan
waktu, relative terhadap besarnya populasi individu yang sehat pada waktu itu. Rumusnya,
Jumlah kasus baru yang terjadi selama periode tertentu
Incidence density (ID) =
Jumlah orang waktu yang disumbangkan oleh seluruh
individu yang diamati selama periode waktu tersebut
Jumlah orang-waktu yang disumbangkan oleh seluruh individu yang diamati disebut time
at risk.Jumlah inni merupakan jumlah dari waktu saat individu masih belum terserang penyakit.
Contoh:
Lama pengamatan 1
(Tahun)
2
3
4
5
6
7
Time at rist
(tahun)
Orang
1
7
2
7
3
S
S
S
M
2
4
7
5
H
6
S
S
3
S
7
S
S
2
S
S
5
33
Catatan :
SS: period sehat
H : hilang dari pengamatan
S: period sakit
M : mati
Salama 7 pengamatan, 3 orang menderita penyakit yang diteliti.Jumlah time at risk adalah
33 orang-tahun.
3 orang
ID =
= 0,091/tahun
33 orang-tahun
Artinya, dalam setahun itu rata-rata 0,091 individu terserang penyakit yang diteliti itu.
Bila tidak ada yang berubah, maka dalam satu dasawarsa (10 tahun), akan terjadi 0,091 × 1000 =
9,1 kasus dalam seabad (100 tahun).
Tanpa keteranagan waktu, angka dalam incidence density tidak mempunyai makna sama
sekali, oleh karena besarnya angka tersebut sangat bergantung pada satuan waktu yang
digunakan. 33 orang-tahun dalam contoh diatas disumbangkan oleh 1 orang yang tetap tidak
sakit selama 33 tahun pengamatan, atau waktu yang disumbangkan oleh 33 orang yang tetap
tidak sakit selama 1 tahun pengamatan, atau waktu yang disumbangkan oleh 11 orang yang tetap
tidak sakit selama 3 tahun pengamatan.
Ciri dari incidence density meliputi mempunyai satuan yaitu per waktu, tanpa satuan ini
incidence density kehilangan maknanya. Ciri lain adalah besarnya berkisar antara 0 sampai tak
terhingga. Sesunguhnya incidence density mengukur jumlah orang orang yang berpindah status
dari tidak sakit kestatus sakit selama periode waktu tertentu.Incidene density merupakan hasil
paduan antara tiga faktor, yaitu ukuran besarnya populasi dan lama periode pengamatan, dan
kekutan penyebaran penyakit (force of mobidity).Oleh karena besarnya populasi dan lama
periode pengmatan telah ditentukan oleh pengamatan telah ditentukan oleh pengamatan/peneliti,
maka yang diukur dengan incidence density ini adalah kekuatan penyebaran penyakit (force of
morbidity).
2)
Prevalens
Prevalens adalah sinonim dengan status suatu penyakit, sedangkan insidens adalah
kejadian (event) penyakit atau perubahan dari status sehat ke status sakit.
Prevalens adalah proporsi populasi yang sedang menderita sakit pada saat tertentu.
Rumus untuk menghitung prevalens :
Ciri pravalens meliputi berbentuk proporsi, tidak mempunyai satuan, dan besarnya antara
0 dan 1.Bila disebut tanpa tambahan apa-apa, “prevelens” yang dimaksud adalah point prevelens,
yaitu probobalitass dari individudalam populasi berada dalam keadaan sakit pada satu waktu
tertentu. Ukuran prevelens yang lain adalah period prevalens yaitu proporsi populasi yang sakit
pada satu periode tertentu.
Oleh karena pembilangnya adalah mereka yang ditemukan sakit pada satu saat tanpa
membedakan apakah mereka baru saja tertular (kasus baru) atau sudah lama menderita penyakit
(kasus lama), dengan sendirinya penyakit yang berlangsung lama cenderung tinggi prevalensinya
dibandingkan dengan penyakit yang berlangsung singkat.
Kegunaan prevalens:
1.
2.
Untuk menentukan situasi penyakit yang ada pada suatu waktu tertentu.
Dibidang kesehatan ukurang prevalens member informasi tentang pengobatan,
jumlah tempat tidur dan peralatan rumah sakit yang dibutuhkan, sehingga berguna dalam
perencanaan fasilitas kesehatan dan ketenagaan.
C.
Prevelensi dan Insidensi
Hubungan prevalensi dan insiden bervariasi untuk berbagai macam penyakit.Pada
umumnya hubungan keduannya mempunyai hubungan terbalik.Misalnya : pada kasus Diabetes
Melitus (DM) angka prevelensinya tinggi akan tetapi angka insidensinya rendah. Begitu juga
dengan kasus penyakit flu akan didapat angka prevalensi dan insidensi menjadi berguna apabila
dikonversikan ke dalam tingkat atau rate, yaitu tingkat penyakit yang dihitung dengan membagi
jumlah dari kasus dengan jumlah dari orang – orang yang terdapat dalam populasi yang terkena
resiko.
Tingkat prevalensi seringkali diekspresikan sebagai jumlah kasus per1000 atau per100
populasi.
Prevalensi harus dikalikan dengan factor 10n yang tepat. Beberapa factor yang
mempengaruhi tingkat prevalensi yang terutama adalah :
1.
Keganasan dari penyakit (bila banyak orang yang mati karena menderita sebuah
penyakit, maka tingkat prevalensinya menurun).
2.
Durasi dari penyakit (bila sebuah penyakit itu hanya berlangsung dalam waktu yang
singkat, maka tingkat prevalensinya lebih rendah dibandingkan dengan apabila penyakit tersebut
dalam waktu yang lama).
3.
Jumlah kasus – kasus baru (bila banyak orang yang menderita sebuah penyakit,
maka tingkat prevalensinya lebih tinggi dibandingkan dengan bila menderita penyakit itu hanya
beberapa orang saja).
Jadi, tingkat prevalensinya dipengaruhi oleh beberapa factor yang tidak mempunyai
hubungan terhadap penyebab penyakitnya.oleh karena itu, biasanya tingkat prevalensinya tidak
memberikan bukti-bukti yang kuat tentang penyebabnya.
Aplikasi tingkat prevalensinya amat berguna untuk: menaksir besarnya kebutuhan akan
pelayanan kesehatan, dan mengukur berlangsungnya keadaan penyakit dengan onset atau
permulaan gejala yang berlangsungnya secara gradual. Misalnya : DM yang muncul pada usia
dewasa (maturity onset).
Adanya peningkatan kasus tingkat prevalensi apabila:
1. Durasi penyakit yang lebih lama
2. Pemanjangan usia penderita tanpe pengobatan
3. Peningkatan kasus-kasus baru (peningkatan insidensi)
4. Kasus-kasus migrasi kedalam populasi
5. Migrasi keluar dari orang-orang yang sehat
6. Migrasi kedalam dari orang-orang yang rentan
7. Peningkatan sarana diagnostic (pelaporan yang lebih kuat)
Waktu observasi dan masa orientasi penyakit
1
2
3
waktu
4
5
6
Ket : nomor 1,3 = insidensi
: nomor 2,4 = prevalensi
: nomor 5,6 = di luar pengamatan
1)
Prevalensi adalah jumlah seluruh kejadian penyakit atau jumlah kasus pada suatu
populasi pada suatu saat atau periode waktu tertentu
Ada 2 jenis prevalensi yaitu:
1.
Point prevalensi rate : jumlah mereka yang masih sakit pada waktu tertentu. nilai ini
untuk mengetahui besarnya insidensi serta lamanya masa sakit.
→Bila data dikumpulkan pada titik waktu tertentu =
Point prevalence rate (point PR)
Jumlah seluruh kasus (lama dan baru
Jumlah pop at risk pada saat yang sama X 1000
2.
Period prevalence rate : jumlah mereka yang pernah dan masih sedang menderita.
→ bila data dikumpulkan pada rentang waktu tertentu
= period prevalance rate (period PR)
Jumlah penderita kasus tertentu dalam
jangka tertentu X 1000
Jumlah pop at risk pada jangka waktu tertentu
2)
Insiden adalah jumlah seluruh kasus baru pada suatu populasi pada suatu saat atau
periode waktu tertentu.
= Jumlah seluruh kasus baru dalam
populasi pada waktu tertentu
Jumlah pop at risk pada periode waktu tertentu
Insiden kasus (IK) = Jumlah kasus dalam periode
waktu tertentu
Jumlah pop at risk pada awal periode pengamatan
Beberapa hal tentang IK :
1.
Dalam pengertian statistic, maka IK merupakan probabilitas atau resiko dari para
individu – individu yang berada dalam populasi tersebut untuk terkena penyakit dalam periode
waktu tertentu. periode waktu bisa sembarang waktu, tetapi biasanya sebanyak beberapa tahun.
2.
IK sesuai untuk disampaikan kepada para pembuat keputusan sebagai informasi
kesehatan.
Contoh kasus :
1.
Diketahui jumlah populasi = 20 orang yang mengalami kasus baru (misal : diare ) =
5 orang
Hitung IR pada bulan desember 2009
IR = 5
= 5 ORANG BULAN
20 x bulan 20
20 orang populasi tersebut diketahui :
Sebanyak 15 orang tinggal di wilayah tersebut 1 bulan = 15 orang bulan
Sebanyak 3 orang tinggal di wilayah tersebut 1/3 bulan = 1 orang bulan
Sebanyak 2 orang tinggal di wilayah tersebut ½ bulan = 1 orang bulan
17 orang bulan
Hitung IR nya !
Jawab : IR = 5/17 Orang bulan.
D.
Angka/Rate/Purata
Rate (Angka) merupakan ukuran yang umum digunakan untuk peristiwa yang akan
diukur, biasanya untuk analisis statistic di bidang kesehatan, sebagai hasilnya akan didapatkan
ukuran yang objektif dengan mengetahui jumlaj bilangan atau angka mutlak suatu kasus atau
kematian. Peristiwa yang biasanya diukur dalam bentuk angka diantaranya adalah kesakitan,
dimana yang digunakan untuk perhitungan kasus adalah incidence rate, prevalence rate (point
prevalence rate), periode prevalence rate, attack rate dan dalam hubungan dengan kematian
akan dibicarakan crude death rate, age specific death rate, cause disease specific death rate
Rate adalah suatu jumlah kejadian dihubungkan dengan populasi yang bersangkutan.
Angka yang dihitung dari total populasi diadalam suatu area sebagai penyebutnya disebut crude
rate atau angka kasar (purata kasar). Sedangkan rate yang dihitung dari kelompok tertentu
disebut specific rate atau angka spesifik (purata spesifik).
Factor-factor yang mempengaruhi penyusunan rate diantaranya adalah :
a.
b.
Frekuensi orang (person) yang menderita penyakit atau kasus dan orang meninggal
Frekuensi penduduk darimana penderita berasal (place)
c.
Waktu (Time) atau periode dimana orang-orang terserang penyakit.
Angka yang dapat menggambarkan jumlah peristiwa statistic kesehatan perlu
memperhatikankarakteristik dari pembilang dan penyebutnya. Apabila pembilang terbatas pada
umur, jenis kelamin, atau golongan tertentu maka penyebut juga harus terbatas pada umur, jenis
kelamin atau golongan yang sama, selain itu bila penyebut terbatas pada mereka yang berisiko
dapat terserang penyakit maka penyebut tersebut dinamakan populasi yang mempunyai risiko
(population at risk).
1. Incidence Rate (Angka Insidensi)
Incidence rate (angka insideni) adalah jumlah kasus baru penyakit tertentu yang terjadi di
kalangan penduduk pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun) di bandingkan
dengan jumlah
Penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan tahun jangka
waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Rumus :
Incidence Rate = jumlah kasus baru suatu penyakit selama periode tertentu X K
Populasi yang mempunyai resiko
Konstanta (K) adalah bilangan konstan yang biasanya bernilai 100, tetapi nilai 100
(persen), 1000, 10.000, bahkan 1.000.000 sering digunakan. (pemilihan nilai K biasanya dibuat
sehingga angka terkecilo diperoleh dalam seri yang hanya mempunyai satu digit pada sebelah
kiri titik decimal, dimana dihasilkan angka yang kecil, supaya dapat memudahkan dalam
membaca hasil).
Untuk pengukuran incidensi diperlukan penentuan waktu atau saat timbulnya
penyakit.Bagi penyakit-penyakit yang akut seperti gastroenteritis, acute myocardial information
(AMI), cerebral hemorrhage dan penyakit akut lainnya.Penentuan incidence rate ini tidak begitu
sulit berhubung waktu terjadinya dapat diketahui pasti atau medekati pasti, tetapi jika penyakit
timbulnya tidak jelas, disini waktu ditegakkan diagnosis dapat diartikan sebagai waktu mulai
penyakit.
Kegunaan incidence rate adalah mempelajari faktor-faktor penyebab dari penyakit yang
akut atau kronis. Incidence adalah sauatu ukuran langsung dari kemungkinan ( probabilitas )
untuk menjadi sakit. Dengan membandingkan incidence rate suatu penyakit dari berbagia
penduduk yang berbeda di dalam satu atau lebih factor ( keadaan ) maka kita dapat memperoleh
keterangan mana yang menjadi factor resiko dari penyakit yang bersangkutan.
2.
Attack Rate ( angka serangan )
Incidence rate dalam hubungannya dengan waktu tertentu seperti bulan, tahun dan
seterusnya perlu diperhatikan. Apabila penduduk berada dalam ancaman diserangnya penyakit
hany auntuk waktu yang terbatas ( seperti pada epidemi ). Maka periode waktu terjadinya kasus
– kasus baru adalah sama dengan lamanya epidemic. Incidence rate pada suatu epidemic disebut
attack rate.
Angka serangan adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada satu
saat tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut
pada saat yang sama dalam persen atau permil. Angka serangan diterapkan terhadap populasi
tertentu yang sempit dan terbatas pada suatu periode, misalnya dalam suatu wabah.
Incidence rate dihitung untuk periode waktu bertahun – tahun, biasanya untuk penyakit
yang jarang. Di dalam waktu yang panjang ini penyebut dapat berubah karena dalam waktu ini
jumlah populasi yang mempunyai resiko juga dapat berubah.
Rumus :
Attacke Rate =
jumlah kasus selama epidemi
x K
Populasi yang mempunyai resiko – resiko
3. Sekunder Attack Rate ( Angka serangan sekunder )
Sekunder Attack Rate adalah jumlah penderita baru sutau penyakit yang mendapat
serangan kedua dibandingkan dengan jumah penduduk dikurangi jumlah orang yang telah
pernah terkena pada serangan pertama dalam persen atau permil.
Rumus :
Sekunder Attack Rate =
baru pd serangan kedua
Jumlah penderita
x K
Jumlah pddk – pddk yg terkena serangan pertama
4. Point Prevalence Rate
Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan
pada waktu jangka tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Point Prevalence rate mengukur
jumlah penderita lama dan baru yang ditemukan di sekelompok masyarakat tertentu pada satu
titik waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk saat itu dalam persen atau permil. Point
prevalence rate biasa juga disebut Prevalence Rate saja.
Faktor – faktor yang mempengaruhi Prevalence rate, yaitu :
a) Frekuensi orang ( person ) yang telah sakit pada waktu yang lalu
b) Frekuensi orang ( person ) yang sakit yang baru ditemukan
c) Lamanya ( time ) menderita sakit
od population )
Dalam analisis statistik prevalence rate sulit untuk membandingkan prevalence rate
suatu penyakit dari berbagai penduduk yang berbeda didalam satu atau lebih faktor ( keadaan ).
Meskipun hanya sedikit orang yang sakit dalam setahun, apabila penyakit tersebut kronis,
jumlahnya akan meningkat dari tahun ke tahun dan dengan demikian prevalence secara relatif
akan lebih tinggi dari incedance. Sebaliknya apabila penyakitnya akut ( lamanya sakit pendek
baik oleh kerena penyembuhan ataupun oleh karena kematian ) maka prevalence secara relatif
akan lebih rendah daripada incedance. Prevalence ( terutama untuk penyakit kronis ) penting
untuk perencanaan kebutuhan fasilitas, tenaga dan pemberantasan penyakit.
Rumus :
Point Prevalence Rate = Jumlah kasus penyakit yang ada pada satu titik waktu
x K
Jumlah penduduk seluruhnya
5.
Periode Prevalence Rate
Periode Prevalence Rate adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu waktu jangka tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan
jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.Periode prevalence terbentuk dari
point prevalence rate ditambah incidence rate dan kasus – kasus yang kambuh selama periode
observasi.
Rumus :
Periode Prevalence Rate = Jumlah penderita lama dan baru x
K
Jumlah penduduk pertengahan
6.
Crude Death Rate ( Angka Kematian Kasar )
Crude Death Rate adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu
( satu tahun ) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang
bersangkutan dalam persen atau permil.
Berbagai golongan umur mempunyai kemungkinan meniggal yang berbeda – beda.
Karena hal tersebut jumlah penduduk pada crude death rate bukanlah merupakan penyebut yang
sebenarnya, sehingga perbedaan dalam susunan umur antara beberapa penduduk akan
menyebabkan perbedaan – perbedaan dalam crude death rate meskipun rate untuk berbagai
golongan umur sama.
Crude death rate digunakan untuk perbandinkgan angka kematian antar berbagai
penduduk yang mempunyai susunan umur yang berbeda – beda, tetapi tidak dapat secara
langsung melainkan harus melalui prosedur penyesuaian ( adjustment ). Crude death rate ini
digunakan secara luas, karena sifatnya yang merupakan summary rate dan dapat dihitung dengan
adanya informasi yang minimal.
Rumus :
Crude Death Rate = jumlah kematian di kalangan penduduk di suatu daerah dalam 1 bulan x
K
Jumlah penduduk rata – rata (pertengahan tahun, di daerah & tahun
yang sama)
7.
Cause Disease Specific Death Rate ( Angka Kematian Penyebab Khusus )
Cause Disease Specific Death Rate adalah jumlah keseluruhan kematian karena suatu
penyebab khusus dalam satu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada
pertengahan waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Rumus :
Cause Specific Death Rate = Jumlah kematian karena penyebab khursus x K
Jumlah penduduk pertengahan
8.
Age Specific Death Rate ( Angka Kematian Pada Umur Tertentu)
Age Specific Death Rate adalah jumlah keseluruhan kematian pada umur tertentu dalam
satu jangka waktu tertentu ( satu tahun) dibagi dengan jumlah penduduk pada umur yang
bersangkutan pada daerah dan tahun yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Rumus :
Misalnya, Age Specific Death Rate pada golongan umur 1 – 5 tahun
Age Specific Death Rate = jumlah kematian antara umur 1 – 5 tahun di suatu
daerah dalam waktu 1 tahun
x K
Jumlah penduduk berumur antara 1 – 5 tahun
pada daerah dan tahun yang sama
E.
Proporsi
Proporsi merupakan hubungan antar jumlah kejadian dalam kelompok data yang
mengenai masing – masing kategori dari kelompok itu atau hubungan antara bagian dari
kelompok dengan keseluruhan kelompok yang dinyatakan dalam persen. Oleh karena itu suatu
perbandingan merupakan dasar dari setiap system proporsi yaitu suatu nilai yang memiliki harga
tetap, dapat digunakan sebagai pembanding yang lain.
Proporsi umumnya digunakan jika tidak mungkin menghitung angka insidensi, karena
itu proporsi tidak dapat menunjukan perkiraan peluang keterpaparan atau infeksi, kecuali jika
banyaknya orang di mana peristiwa dapat terjadi adalah sama pada setiap sub kelompok. Tetapi
biasanya hal ini tidak terjadi.
Disini membilang menjadi penyebut, umumnya dinyatakan dalam persen.Misalnya :
presentase penderita kanker disebuah lain.
Proporsi umumnya digunakan jika tidak mungkin menghitung angka insidensi, karena
itu proporsi tidak dapat menunjukan perkiraan peluang keterpaparan atau infeksi, kecuali jika
banyaknya orang di mana peristiwa dapat terjadi adalah sama pada setiap sub kelompok. Tetapi
biasanya hal ini tidak terjadi.
Disini membilang menjadi penyebut, umumnya dinyatakan dalam persen.Misalnya :
presentase penderita kanker disebuah rumah sakit adalah jumlah penderita kanker yang berobat
di RS dibandingkan dengan jumlah penderita (kanker dan non kanker) yang berobat di RS.
Rumus :
Proporsi =
X
( X + Y)
Keterangan :
x K
X = Banyaknya kejadian atau orang, dll yang terjadi dalam kategori tertentu atau sub
kelompok dari kelompok yang lebih besar.
Y = Banyaknya kejadian atau orang, dll yang tidak terjadi atau tidak termasuk dalam
kategori yang dimaksud dari kelompok data tersebut.
K = 100 ( persen )
F.
Rasio
Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi perbandingan peristiwa atau orang yang
memiliki perbedaan antara suati kejadian terhadap kejadian lainnya. Dalam hal ini pernyataan
yang penting dalam epidemiologi adalah jumlah orang sakit dibandingkan dengan jumlah orang
sehat, misalnya: ratio orang sakit kanker dibandingkan dengan orang sehat.
Rumus :
Proporsi = Xx K
Y
Dimana :
X
= Banyaknya peritiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih atribut tertentu
Y
= Banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih atribut yang
berbeda atribut dengan X
K
:1
G. Mengukur Frekuensi
Frekuensi penyakit dalam epidemiologi dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1.
Dengan angka absolut atau mutlak (ukuran mutlak), yaitu jumlah kejadian kesakitan
sesungguhnya.
2.
Dengan angka perbandingan (ukuran relatif), yaitu dengan memproyeksikan angka
absolut tersebut kepada populasi beresiko atau diantara group di dalam populasi beresiko.
Perhitungan frekuensi penyakit dimaksudkan untuk menilai keadaan penyakit pada suatu
populasi tertentu.Dalam hal ini penggunaan nilai absolut sering menimbulkan keselahan
penilaian terutama membandingkan keadaan penyakit antara dua atau lebih kelompok penduduk
atau antara dua waktu tertentu.
Beberapa ukuran relatif / angka perbandingan yang banyak dipergunakan dalam
epidemiologi :
1.
Rate = mengukur kemungkinan terjadinya peristiwa / kejadian.
2.
Rasio = “dibanding dengan “ yaitu perbandingan antara kuantitas pembilang (
numerator) dan kuantitas penyebut (denominator). Keduanya tidak harus memiliki sifat atau ciri
yang sama. Nilai rasio jarang digunakan kecuali pada beberapa hal khusus seperti : rasio jenis
kelamin, nilai BOR.
3.
Proporsi = apabila pembilang merupakan bagian dari penyebut. Proporsi merupakan
perbandingan mirip dengan rate tetapi dasarnya adalah jumlah semua yang mengalami peristiwa
yang sejenis, bukan jumlah penduduk. Misalnya proporsi sebab kematian karena X =
Jumlah yang mati karena sebab x
Jumlah seluruh kematian
Beberapa ukuran yang sering dipakai sebagai indicator kesehatan
Mortality rate : adalah angka kematian akibat suatu penyakit yang muncul dalam kurun
waktu tertentu.
Rumus :
Jumlah
seluruh
kematian
akibat
suatu
penyakitX K
Jumlah population at risk
Case fatality rate (CFR ) : untuk menbgetahui seberapa fatal penyakit dapat menyebabkan
kematian .
Rumus :
Jumlah
seluruh
kematian akibat suatu penyakit pada periode waktu tertentu X K
Jumlah populasi yang menderita penyakit yang sama
1.
Maternal mortality rate ( MMR) =
Jumlah
kematian
ibu
XK
Jml seluruh kelahiran hidup pada tahun yang sama
2.
Infant mortality rate ( IMR)
Jumlah kematian bayi< 1th dalam 1
thn
XK
Jumlah seluruh kelahiran hidup pada tahun yang sama
3.
Crude Death Rate ( CTR)
Jumlah kematian bayi dalam 1 thn
XK
Jumlah seluruh kelahiran hidup pada tahun yg sama
4.
Specific Death Rate ( SDR)
Jumlah kematian karean sebab tertentu
dalam 1 thn
XK
Jumlah seluruh penduduk pada pertengahan thn
5.
Age Specific Date Rate ( ASDR )
Jumlah kematian pada golongan umur tertentu
XK
Jumlah populasi golongan umur tertentu
6.
Proportional Mortality Rate ( PMR)
Jumlah kematian karena penyakit A
X K
Jumlah kematian seluruhnya dalam populasi tersebut
7.
Morbidity Rate
Jumlah penderita penyakit A pada periode ttt
XK
Jumlah penduduk pada pertengahan thn
H.
Mortalitas dan Morbiditas
Ukuran mortalitas (kematian) yang sering dijadikan indikator status kesehatan diuraikan
di bawah ini.
a.
Crude Death Rate
Ukuran ini sering digunakan secara luas. CDR dapat digunakan untuk perbandingan
tingkat kematian kasar menurut waktu dan perbandingan internasional.
Jumlah kematian pada periode tertentu
CDR
=
× 10n
Populasi total rata-rata selama periode tersebut
b.
(Group) Specific Death Rate
Death rate dapat pula diekspresikan menurut segmen populasi tertentu yang lebih spesifik
seperti age-spesific death rate atau sex-spesific death rate, apabila kita memperkirakan adanya
variasi angka kematian diantara segmen populasi tertentu.
Jumlah kematian pada segmen
tertentu selama periode tertentu
SDR
=
× 10n
Perkiraan segmen populasi tersebut selama
periode waktu yang sama
c.
Cause Spesific Death Rate
Sejenis death rate untuk penyakit, kejadian atau sebab tertentu yang merupakan penyebab
kematian tersebut.
Jumlah kematian akibat penyakit
tertentu selama periode tertentu
Cause
Spesific
× 10n
populasi rata-rata selama periode
tersebut mid-interval
Death
Rate
=
Dapat pula diekspresikan menurut segmen populasi tertentu yang lebih spesifik, misalnya
menurut umur atau jenis kelamin, apabila kita memperkirakan adanya variasi angka kematian
akibat penyebab atau penyakit tertentu menurut segmen atau populasi tertentu.
d.
Propotinal Mortality Ratio
Angka kematian akibat penyakit atau sebab tertentu selama periode waktu tertentudapay
pula dihitung proporsinya terhadap seluruh kematian akibat berbagai sebab atau penyakit yang
melaporkan selama periode waktu yang sama.
Jumlah kematian akibat penyakit tertentu
pada periode tertentu
Propotional
Mortality
Ratio
(%)
=
× 100
Jumlah kematian akibat segala sebab
yang dilaporkan pada periode tersebut
e.
Infant Mortality Rate
Sering digunakan sebagai indikator tingkat kesehatan disebuah komunitas, berdasarkan
asumsi bahwa ukuran ini cukup sensitif terhadap perubahan sosio-ekonomi dan intervensi
pelayanan kesehatan.Infant adalah anak yang berusia dibawwah satu tahun.
Jumlah kematian infant dalam periode
waktu tertentu
Infant
Mortality
Rate
× 1000
=
Jumlah kelahiran hidup dalam periode
waktu yang sama
f.
Neonatal Mortality Rate
Indikator kesehatan lain yang termasuk kateegori angka kematian bayi adalah neonatal
mortality rate. Neonatus adalah bayi berumur kurang dari 28 hari.
Jumlah kematian neonatus dalam
periode waktu tertentu
Neonatal
Mortality
Rate
=
× 1000
Jumlah kelahiran hidup dalam periode
waktu yang sama
g.
Maternal Mortality Rate
Ukuran ini merupakan statistik penting yang sering diabaikan karena kesukarannya dalam
menghitung secara akurat.
Kematian berkaitan dengan
kehamilan ibu dalam 1 tahun
Maternal
Mortality
Rate
=
× 10n
Jumlah total kelahiran pada bulan
yang sama
h.
Case Fatality Rate
Rumusan ini digunakan untuk mengukur keparahan suatu penyakit atau kejadian dan
didefinisikan sebagai proporsi kasus dari penyakit atau kejadian terteutu yang berakibat fatal
dalam kurun waktu tertentu.
Jumlah kematian pada periode
tertetu
Case
Fatality
Rate
(%)
×100
=
Jumlah kasus yang terdiagnosis
selama periode tersebut
I.
Angka Kematian
Untuk mengukur masalah kematian antara lain menggunakan crude date rate (CDR),
abortus rate (AR), late abortus rate (LAR), perinatal mortility tare (PMR), still date rate (SDR),
neonatal mortality rate (NMR),infant mortality rate (IMR), under five mortality rate
(UNFM),maternal mortality date rate (MMR), age specific mortality rate (ASFR) dan casa
fatality rate (CFR). Berikut ini table yang dapat digunakan sebagai memahami ukuran tersebut.
Ukuran
Deskripsi
Numerator (x)
Denominator
Dinyatakan
(y)
perjumlah
beresiko (k)
Angka
Jumlah
Jumlah
kematian
seluruh
kematian yang jumlah
dipengaruhi
dilaporkan
penduduk
distribusi
pada
penduduk
kasar
(crude kematian.
Perkiraan
1.000
date
Angka
selama
rate/CDR)
kematian
periode waktu pertengahan
spesifik
yang tertentu
menurut
menurut umur
periode waktu
yang sama
umur,
sex,
status
social
ekonomi
Angka
CFR spesifik Jumlah
kematian oleh menurut
penyebab
umur,
spesifik
status
Jumlah
100.000
kematian yang penduduk
sex, disebabkan
social karena
yang
menderita
(AKPS) atau ekonomi
penyebab
kasus
yang
angka
(kasus)
sama
yang
penyebab
tertentu
menyebabkan
kematian atau
selama
kematian sela
case
periode waktu periode waktu
fatality
rate (CFR).
tertentu
tertentu.
Ratio
AKPT kasar, Jumlah
Perkiraan
kematian
spesifik,
kematian yang jumlah
arti
penting
karena
menurut
disebabkan
secara
relative
penduduk
Mencerminkan
penyebab
umur,
ras, oleh
karena pada
tertentu
jenis kelamin, penyebab
pertengahan
penyebab
kematian
(AKPT) atau status, sosek, tertentu
periode waktu tertentu,
angka
yang sama
dsb
selama
presentase
penyebab
periode waktu
kematian karena
kematian
tertentu
penyebab
tertentu
membandingkan
ukuran ini anaar
komonitas tidak
bias digunakan
100 atau 1000
Angka
AKF
kasar, Jumlah
Jumlah kasus 100
fatalitas kasus, spesifik
kematian yang baru penyakit kekuatan
ratio
disebabkan
atau menurut
death to case umur,
ratio (AFK)
ras, oleh
tertentu yang mematikan dari
karena dilaporkan
penyakit,
atau
resiko
mati
jenis kelamin, penyebab
selama
status
periode waktu selama
dsb
sosek, tertentu
selama
ukuran
yang sama
perjalanan klinis
periode waktu
penyakit
tertentu.
penderita
penyakit
tertentu.
pada
Angka
AKF I kasar, Jumlah
kematian fatal spesifik
(AKF)I
Jumlah
1.000
kematian fetus kematian
menurut umur pada
umur fetius
pada
ibu, ras, status kehamilan 28 umur
sosek, dsb
minggu
atau kehamilan 28
lebih
yang minggu
diperlukan
lebih
selama
ditambah
atau
periode waktu jumlah
tertentu.
kelahiran
hidup
yang
dilaporkan
selama
periode waktu
yang sama
Angka
AKF II kasar, Jumlah
kematian fatal spesifik,
(AKF)II
1.000
kematian fetus kematian fetus
menurut umur pada
ibu,
Jumlah
umur pada
umur
ras, kehamilan 20 kehamilan 20
statussosoek,
minggu
atau minggu
dsb
lebih
yang lebih
diperoleh
ditambah
selama
jumlah
atau
periode waktu kelahiran
tertentu.
hidup
yang
dilaporkan
selama
periode waktu
yang sama
Angka
AKF I kasar, Jumlah
kematian fetal spesifik
(AKF) I
Jumlah
kematian fetus kelahiran
menurut umur pada
umur hidup
ibu, ras, status kehamilan
sosek, dsb
1.000
atau
yang
dilaporkan
lebih selama
yang
periode yang
dilaporkan
sama
selama
periode waktu
tertentu
Download