TUGAS MANDIRI TAFSIR AYAT EKONOMI ISLAM Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Tafsir Ayat Oleh: MELA EVIANA NPM. 1502100086 Kelas E Jurusan S1 Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1440 H / 2018 M TAFSIR AYAT EKONOMI ISLAM A. Q.S. An-Nisa: 11 1. Ayat dan Terjemah Artinya: Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 2. Penjelasan Secara jelas Allah memberikan ketentuan tentang pembagian harta pusaka untuk anak-anak, “yushikumullah fi auladikum”. Pembagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan, “lidzakari mitslu huzhzhil-unsayayni”. Ada yang berpendapat bahwa bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena kewajiban lakilaki lebih berat dari perempuan, seperti kewajiban membayar mas kawin dan memberi nafkah. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. an-Nisa’ ayat 34, “wabima anfaqu min amwalihim.” Namun, jika anak itu semuanya perempuan lebih dair dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan, “fainkunna nisa’a fauqats-natayni falahunna tsulutsa ma taraka.” Dan apabila anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh setengah harta, “wa in kanat wahidatan falahin-nishfu”. Dalil bagian waris ini ialah hadis istri Sa’d bin ar-Rabi’, ketika menemui Rasulullah SAW serayat berkata, “ini dua putri Sa’d, yang ayah mereka terbunuh bersama engkau dalam perang Uhud sebagai syahid. Sementara paman mereka mengambil harta mereka dan sama sekali tidak meninggalkan meski sedikit pun, padahal keduanya tidak menikah kecuali dengan memiliki harta.” Beliau bersabda, “Allah tentu akan memutuskan perkara ini.” Maka turunlah ayat tentang pembagian waris. Lalu beliau memanggil sang paman dan bersabda, “serahkan dua pertiga kepada kedua putri Sa’d dan serahkan seperdelapan kepada ibu mereka, adapun sisanya menjadi milikmu.” menshahihkannya). (Diriwayatkan Abu Dawud dan At-Tirmidzi Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak, “wa li’abawayhi likulli wahidim-minhu-mas-sudusu mim-mataraka in kanalahu waladun.” Bila orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya saja, maka ibunya mendpat sepertiga, “fail-lam yakullahu waladun wawaritsahu abawahu fa liummihits-wtsulutsu.” Jika yang meninggal tersebut mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam, “fain kanalahu ikhwatun falaummihis-sudusu.” Pembagian-pembagian tersebut sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau/dan ssudah dibayar utangnya, “mim-ba’di wa shiyyatiy-yushi biha au-daynin.” Wasiat dari segi bahasa berarti pesanan. Berwasiat berarti pesan untuk melakukan sesuatu hal, atau janji kepada pihak lain untuk melakukan sesuatu ketiak ia masih hidup atau setelah wafat. Dikaitkan dengan suatu perbuatan hukum, wasiat itu pada dasarnya jug abermakna transaksi pemberian sesuatu kepada pihak lain. pemberian tersebut bisa berbentuk pen ghibahan harta atau pengurangan utang atau pun pemberian manfaat dari harta milik pemberi wasiat kepada pihak yang menerima wasiat. Ketetapan tersebut diberikan karena tidak ada yang mengetahui secara pasti siapa di antara orangtua dan anak yang lebih banyak memberikan manfaat bagimu di dunia, “abaukum wa abnaukum la tadruan ayyuhum aqrabu lakum naf’an.” karena itulah ketetapan tersebut ditentukan oelh Allah, “faridhatam-minallahi.” Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, “innallaha kana alayma hakiman.”.1 B. Q.S. Shad: 24 1. Ayat dan Terjemahan 1 Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 275-230 Artinya: Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. 2. Penjelasan Pada beberapa ayat sebelumnya yakni Q.S. Shad: 21-23, dijelaskan bahwa Dawud mendapat kehormatan untuk menjadi hakam atas perselisihan dua orang yang menemuinya. Seorang dari mereka mengatakan bahwa di antara mereka ada yang menzalimi salah satu pihak, “khashmani bagha baghdhuna ala ba’dhin.” Karenanya, Dawud diminta untuk memberikan keputusan atas sengketa tersebut secara adil dan sesuai kebenaran, “fahkum baynana bilhaqqi,”. Lalu diceritakan sengketanya bahwa seseorang dari merkea yang memiliki sembilan puluh sembilan ekor kambing betina mengambils atu ekor kambing milik temannya melalui perdebatan. Karena itu, Dawud berkata bahwa yang mengambil satu kambing tersebut telah berbuat zalim, “qilla laqad zhalamaka bisuali na jatika ila ni ajihi.” Dawud juga berkata bahwa kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, “wa inna katsiram-minalkhalatha’i layabghi ba’dhuhum ‘ala ba’dhin.” Perselisihan dalam partnership sering berakhir dengan slaing menzalimi rekannya. Sebenarnya hal tersebut tidak akan terjadi apabila orang-orang tersebut beriman dan berdamai yang menjadi bagian dair amal saleh, “illal-ladzina ‘amanu wa amilush-sha-lihati.” Namun, sedikit sekali orang yang tidak saling menzalimi itu, “wa qalilum-mahum.” Semua ini merupakan bagian dari ujian kepada Dawud sheingga ia meminta ampun kepada Allah lalu menyungkur sujud dan bertobat, “wazhinna dawudu annama fatannahu fastaghfara rabbahu wa kharra raki’a wa anaba.”.2 C. Q.S. Al-Muzzamil: 20 1. Ayat dan Terjemahan 2 Ibid., h. 189-191 Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orangorang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 2. Penjelasan Q.S. Al-Muzzamil ayat 20 secara umum membicarakan tentang shalat malam yaitu 2/3 malam, ½ nya atau 1/3 nya. Hanya saja, shalat tersebut tidaklah wajib terlebih bila adanya uzur seperti sakit, bekerja atau sedang dalam peperangan. Ayat ini juga tidak membedakan antara usaha dalam berjihad mengangkat senjata dengan bekerja menjemput rejeki. Selain itu, dianjurkan juga unutk memberikan pinjaman kepada Allah.3 3 Ibid., h. 184