PERANCANGAN TATA LETAK DAN FASILITAS Disusun Oleh Fridi Agus Dwi Prasetyo 1513048 Moch. Fauzan Al Ayubi 1513065 Imam Zamrudi 1513070 Achmad Jaenuri 1513071 Muhammad Masyayid 1513082 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Desain fasilitas merupakan perancangan dan perencanaan, dimana fasilitas produksi akan ditempatkan, bagaimana mengatur/menata fasilitas produksi, serta bagaimana merencanakan fasilitas pemindahan bahan (material handling). Ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi dimana fasilitas produksi akan ditempatkan, yang pada prinsipnya menilai masing-masing alternatif lokasi yang memungkinkan untuk ditempatkan, dan lokasi terbaik yang akan dipilih yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan lokasi yang lain. Pengaturan fasilitas produksi harus diatur penempatannya sedemikian rupa, dengan menggunakan teknik - teknik pengaturan fasilitas, beberapa faktor dipertimbangkan yang pada prinsipnya pengaturan yang baik adalah pengaturan fasilitas (Lay-Out) yang memberikan kontribusi efisiensi dalam penggunaan space dan keseimbangan lintasan dalam setiap stasiun kerja, jarak material handling yang pendek serta material handling cost yang rendah. 1.2. Latar Belakang Persoalan dimana suatu pabrik akan didirikan bukanlah suatu hal mudah untuk dipecahkan. Pada umumnya ada beberapa kondisi yang akhirnya dapat membawa persoalan penentuan lokasi pabrik, yaitu: perluasan pabrik (expantion), pemecahan pabrik kedalam sentra-sentra unit kerja (decentralization) dan faktorfaktor ekonomis (perubahan pasar, penyediaan tenaga kerja). Perluasan atau ekspansi pabrik adalah suatu hal yang paling sering membawa manajemen kearah persoalan penentuan lokasi. Suatu industri pada hakekatnya akan memperluas sistem usahanya bilamana: fasilitas-fasilitas produksi sudah dirasakan jauh ketinggalan, kebutuhan pasar (market demand) tumbuh dan berkembang diluar jangkauan kapasitas produksi yang ada serta service yang tidak mencukupi dan memuaskan konsumen. Dalam pemilihan lokasi pabrik, banyak metode dan pendekatan yang sebelumnya harus di lakukan, salah satunya metode Brown Gibson. Dalam metode ini, pada dasarnya pemilihan lokasi pabrik yang paling ideal adalah 2 terletak pada suatu tempat yang akhirnya mampu memberikan total biaya produksi yang rendah dan keuntungan yang maksimal, jadi lokasi yang terbaik dari suatu pabrik adalah lokasi dimana unit cost dari proses produksi distribusi akan rendah sedangkan harga dan volume penjualan produk akan mampu menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya bagi perusahaan. Kekeliruhan dalam pemilihan lokasi pabrik tidaklah mungkin dapat dengan segera dikoreksi tanpa kehilangan investasi yang sudah terlanjur ditanamkan, serta tambahan modal/investasi untuk mencari alternatif lokasi ditempat lain. Setelah menentukan lokasi pabrik, diperlukan perencanaan pengaturan layout fasilitas produksi guna mengoptimalkan hasil produksi. Lay out fasilitas produksi dapat dilakuakan dengan metode OPC ( Operation Procec Chart) Menurut Sutalaksana (1979) OPC merupakan peta yang menggambarkan langkahlangkah proses perakitan yang akan dialami komponen berikut pemeriksaannya dari awal sampai produk jadi selesai. Kemudian ada motode Bill Of Materials (BOM). Menurut Gaspersz (2002), struktur produk atau bill of materials (BOM) didefinisikan sebagai cara komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufakturing. Struktur produk akan menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke dalam komponen-komponen fabrikasi kemudian komponen-komponen itu bergabung secara bersama untuk membuat sub assemblies, kemudian sub assemblies bergabung bersama membuat assemblies dan seterusnya sampai produk akhir. Persoalan-persoalan yang sering terjadi pada pengaturan layout fasilitas produksi: sering terjadinya bottle neck (sumbatan), karena ketidak teraturan jalur lintasan perpindahan barang dan ketidak seimbangan lintasan, jarak pemindahan yang jauh, pemborosan penggunaan space, yang pada akhirnya akan mengganggu smooth production serta material handling cost yang tinggi. Dalam praktikum ini mengetengahkan bagaimana mengetahui dan mampu menganalisa kondisi dan situasi yang berkaitan dengan penentuan lokasi dan pengaturan layout fasilitas produksi yang di dukung dengan metode – metode yang ada sehingga mampu memberi solusi yang berkaitan dengan perencanaan, penentuan lokasi pabrik dan layout fasilitas produksi dengan benar. 3 Para pelaku industri kadang mengesampingkan pengelolaan lingkungan yang menghasilkan berbagai jenis-jenis limbah dan sampah. Limbah bagi lingkungan hidup sangatlah tidak baik untuk kesehatan maupun kelangsungan kehidupan bagi masyarakat umum, limbah padat yang di hasilkan oleh industri-industri sangat merugikan bagi lingkungan umum jika limbah padat hasil dari industri tersebut tidak diolah dengan baik untuk menjadikannya bermanfaat. 1.3. Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara menentukan lokasi yang tepat untuk mendirikan pabrik? 2. Bagaimana cara menetukan jumlah mesin yang kita butuhkan? 3. Bagaimana cara membuat layout sebuah pabrik? 1.4. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam laporan ini adalah : 1. Memahami faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi produksi/ pabrik. 2. Mampu mengevaluasi serta menentukan lokasi produksi yang memiliki production cost yang rendah. 3. Mampu melakukan analisa produk. 4. Mampu melakukan analisa proses. 5. Mampu melakukan analisa kebutuhan material, efisiensi mesin dan kebutuhan mesin/peralatan serta kebutuhan space mesin/peralatan. 6. Mampu merancang plant lay-out dengan menggunakan metode from to chart. 7. Mampu melakukan analisa kebutuhan space perkantoran. 4 BAB II DATA PERANCANGAN LAY OUT 2.1 Gambar Produk Perindustrian merupakan suatu rangkaian kegiatan bertujuan menghasilkan produk itu sendiri yang diharapkan berguna untuk membantu masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Pada studi kasus ini, akan dibuat perancangan layout mesin pembuatan Sosis disebuah pabrik yang berada di daerah Malang Dalam proses pembuatan sosis terdiri dari beberapa proses dan jenis mesin yang akan di rancang sedemikian rupa. Sosis yang akan di produksi adalah memiliki tiga komponen yaitu sosis, plastik pembungkus dan plastik kemasan. Berikut ini adalah gambar desain sosis kantor yang akan diproduksi di perusahaan Malang. Gambar 2.1 Produk Sosis 5 2.2. OPC (Operating Planning Control) dan BOM (Bill Of Material) 2.2.1. OPC (Operating Planning Control) Operating Planning Control merupakan merupakan peta yang menggambarkan langkah-langkah proses produksi yang akan dialami komponen berikut pemeriksaannya dari awal sampai produk jadi selesai. Pada studi kasus ini produk sosis mempunyai 3 buah komponen utama yaitu sosis, plastik pembungkus, dan plastik kemasan. Pada proses OPC ini terdapat jesin proses dan persentase kecacatanya. Berikut ini adalah proses OPC : Gambar 2.2 Operation Proses Chart 6 2.2.2. BOM (Bill Of Material) Bill Of Material merupakan cara komponen-komponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufakturing. Struktur produk akan menunjukkan bahan baku yang dikonversi ke dalam komponen-komponen fabrikasi kemudian komponen-komponen itu bergabung secara bersama untuk membuat sub assemblies, kemudian sub assemblies bergabung bersama membuat assemblies dan seterusnya sampai produk akhir. Berikut ini adalah proses Bill of Material sosis yang akan dibuat di pabrik di daerah Malang. Sosis Kemasan Plastik Pembungkus Sosis Daging Plastik kemasan Bumbu Tepung Gambar 2.3 Bill of Material 2.3. Penetapan Jumlah Permintaan Produk Jadi Permintaan sosis yang semakin hari semakin banyak membuat pabrik sosis di daerah malang ini harus mampu mengimbangi antara permintaan dengan hasil produksi. Dalam memproduksi sosis ada beberapa faktor yang harus diperhatikan seperti bahan baku, pasar dan keterampilan tenaga kerja. Keterampilan pekerja akan mempengaruhi banyaknya produk yang dihasilkan. Semakin cekatan pekerja yang bekerja sosis yang dihasilkan akan semakin banyak hali ini tentu akan menguntungkan pihak perusahaan. Oleh karena itu ditentukan jumlah sosis yang harus diproduksi setiap harinnya. Pada perusahaan sosis di daerah Malang ini akan memproduksi sosis kantor dengan jumlah permintaan sekitar 1000 kilogram sosis setiap bulannya. Sehingga pabrik harus mampu mebuat minimal 40 kilogram sosis yang harus di produksi setiap harinnya. 7 2.4. Penetepan Jumlah Cacat Penentuan Jumlah cacat pada setiap unit di dapat dari asumsi, Yaitu Sebagai Berikut : DT ST Cacat (Menit) (Menit) (%) A 10’ 15’ 2 B 4’ 5’ 1 C 6’ 7’ 0,5 D 3’ 3’ 1 E 7’ 8’ 2 F 6’ 2’ 4 G 4’ 4’ 3 H 8’ 6’ 1 I 5’ 3’ 2 J 2’ 7’ 0,5 K 5’ 5’ 3 Mesin 2.5 Penentuan Ukuran Mesin Panjang Lebar Luas Mesin (m) (m) (m2) a. Mesin pemotong 6 4 24 b. Mesin Penggiling 3 5 15 c. Conveyor 2 5 10 d. Mesin Pengaduk 4 4 16 1,5 3 4,5 f. Mesin Pencetak 8 4 32 g. Mesin Perebus 10 4 40 h. Mesin Pendingin 8 3 24 i. Mesin Pemotong 4 2 8 j. Mesin Plastik Kemasan 4 2 8 Departemen e. Mesin Plastik Sosis 8 k. Mesin Pack 4 8 32 2.5 Analisa Make Or Buy οΌ Garis “Buy” y = ax = Rp 60.000 x 1000 Unit = Rp 60.000.000 a = harga komponen per unit x = banyak barang yang dibeli οΌ Garis “Make” y = b + cx = Rp 400.000 + (Rp 30.000 x 1000 unit) = Rp 30.400.000 b = fixed cost c = variabel cost x = banyak barang yang dibuat οΌ BEP ( Break Even Point) Beli atau tidak pada titik ini harganya sama ax = b + cx ax – cx = b π₯= π (π−π) = π π 400.000 (π π 60.000 − π π 30.000) = 13,3 x = break even point Buy BEP Make Cost V <10 V= 10 V> 10 Gambar 2.4 Grafik Analisa Make or Buy 9 Dari Gambar 2.4 Grafik menunjukan keputusan untuk membuat di karenakan biaya membuat cenderung lebih rendah di banding dengan biaya membeli, maka dapat di putuskan dalam kasus ini perusahaan lebih memilih untuk membuat di banding untuk membeli. 10 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Plant Location 3.1.1 Penentuan Faktor Objektif Adapun penentuan faktor objektif, sebagai berikut : 1. Penentuan lokasi yang mungkin akan didirikan pabrik. 2. nentuan faktor objektif yang dipertimbangkan. 3. Penentuan biaya/ annual cost untuk setiap faktor objektif. Jenis produk yang akan dibuat adalah Sosis 1. Perusahaan Sosis ini akan didirikan dengan alternatif pilihan 6 lokasi : a. Lokasi I : daerah Blitar b. Lokasi II : daerah Lumajang c. Lokasi III : daerah Malang d. Lokasi IV : daerah Probolinggo e. Lokasi V : daerah Pasuruan f. Lokasi VI : daerah Ngawi 2. Faktor obyektif dipengaruhi 5 jenis biaya : a. Biaya / tahun karyawan b. Biaya / tahun pajak c. Biaya / tahun produksi d. Biaya / tahun pemeliharaan e. Biaya / tahun distribusi produk 3. Faktor subyektif dipengaruhi 5 faktor : a. Bahan baku b. Kondisi jalan c. Kentrampilan karyawan d. Sarana penunjang e. Iklim Perusahaan Sosis menetapkan bahwa faktor obyektif ( OFi ) 6 kali lebih penting dari pada faktor subyektif ( Sfi). 11 3.1.2 Kondisi Faktor Objektif (OFi) yang Dianalisa 1. Lokasi I, di daerah Blitar Faktor obyektif yang berpengaruh adalah : annual cost/tahun untuk karyawan sebesar Rp 200.000.000 ; annual cost/tahun untuk distibusi produk sebesar Rp 35.000.000 ; annual cost/tahun untuk pajak sebesar Rp 15.000.000 ; annual cost/tahun untuk pemeliharaan sebesar Rp 30.000.000; 2. Lokasi II, di daerah Lumajang Faktor obyektif yang berpengaruh adalah : annual cost/tahun untuk karyawan sebesar Rp 350.000.000 ; annual cost/tahun untuk distibusi produk sebesar Rp 50.000.000 ; annual cost/tahun untuk pajak sebesar Rp 25.000.000 ; annual cost/tahun untuk pemeliharaan sebesar Rp 45.000.000 3. Lokasi C, di daerah Malang Faktor obyektif yang berpengaruh adalah : annual cost/tahun untuk karyawan sebesar Rp 250.000.000 ; annual cost/tahun untuk distibusi produk sebesar Rp 40.000.000 ; annual cost/tahun untuk pajak sebesar Rp 20.000.000 ; annual cost/tahun untuk pemeliharaan sebesar Rp 35.000.000 4. Lokasi D, di daerah Probolinggo Faktor obyektif yang berpengaruh adalah : annual cost/tahun untuk karyawan sebesar Rp 300.000.000 ; annual cost/tahun untuk distibusi produk sebesar Rp 45.000.000 ; annual cost/tahun untuk pajak sebesar Rp 25.000.000 ; annual cost/tahun untuk pemeliharaan sebesar Rp 40.000.000 5. Lokasi E, di daerah Pasuruan Faktor obyektif yang berpengaruh adalah : annual cost/tahun untuk karyawan sebesar Rp 150.000.000 ; annual cost/tahun untuk distibusi produk sebesar Rp 30.000.000 ; annual cost/tahun untuk pajak sebesar Rp 15.000.000 ; annual cost/tahun untuk pemeliharaan sebesar Rp 25.000.000 6. Lokasi F, di daerah Ngawi Faktor obyektif yang berpengaruh adalah : annual cost/tahun untuk karyawan sebesar Rp 100.000.000 ; annual cost/tahun untuk distibusi produk sebesar Rp 25.000.000 ; annual cost/tahun untuk pajak sebesar Rp 10.000.000 ; annual cost/tahun untuk pemeliharaan sebesar Rp 20.000.000 12 3.1.3. Kondisi Faktor Subyektif Yang di Analisa Kondisi faktor subyektif (SFi) yang diharapkan perusahaan adalah kondisi dimana faktor kentrapilan tenaga kerja (1), faktor bahan baku (2), dan faktor pasar (3), dinilai lebih penting dari pada faktor keadaan iklim (4). Sedangkan faktor kentrampilan tenaga kerja, faktor bahan baku dan pasar dinilai sama pentingnya Kondisi Faktor Subyektif dari tiap-tiap lokasi yang dianalisa : 1. Lokasi A, di daerah Blitar Faktor Subyektif yang dipertimbangkan adalah faktor pasar (3) artinya mudahnya penjualan produk Sosis di daerah tersebut. Sedangkan ketrmpilan tenaga kerja (1) dan bahan baku (2) juga sama-sama mendukung. Sedangkan iklim (4) tidak cukup baik. Kondisi faktor Subyektif untuk lokasi A (daerah Blitar) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< bahan baku (2) Dalam hal ini, faktor ketrampilan tenaga kerja (1) sama penting dengan faktor bahan baku ( 2) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< pasar (3) Dalam hal ini, faktor ketrampilan tenaga kerja (1) sama penting dengan faktor pasar (3) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor ketrampilan tenaga kerja (1) lebih penting daripada faktor iklim (4) ο· Bahan baku (2) >< pasar (3) Dalam hal ini, faktor bahan baku (2) sama penting dengan faktor pasar (3) ο· Bahan baku (2) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor bahan baku (2) lebih penting daripada faktor iklim (4) - Pasar (3) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor pasar (3) lebih penting daripada faktor iklim (4) 2. Lokasi B, di daerah Lumajang Faktor Subyektif yang dipertimbangkan adalah faktor bahan baku (2) dan ketrampilan tenaga kerja (1). Sedangkan faktor pasar (3) dan iklim (4) kurang terjamin. 13 Kondisi Faktor Subyektif untuk lokasi B di daerah Lumajang) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< bahan baku (2) Dalam hal ini, faktor ketrampilan tenaga kerja (1) sama penting dengan faktor bahan baku ( 2) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< pasar (3) Dalam hal ini, faktor ketrampilan tenaga kerja (1) lebih penting daripada faktor pasar (3) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor ketrampilan tenaga kerja (1) lebih penting dengan faktor iklim (4) ο· Bahan baku (2) >< pasar (3) Dalam hal ini, faktor bahan baku (2) lebih penting daripada faktor pasar (3) ο· Bahan baku (2) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor bahan baku (2) lebih penting daripada faktor iklim (4) - Pasar (3) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor pasar (3) sama jeleknya dengan faktor iklim (4) 3. Lokasi C, di daerah Malang Faktor Subyektif yang dipertimbangkan adalah faktor pasar (3) dan bahan baku (2). Sedangkan faktor ketrampilan tenaga kerja (1)dan iklim (4) kurang terjamin. Kondisi Faktor Subyektif untuk lokasi C (di daerah Malang) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< bahan baku (2) Dalam hal ini, faktor bahan baku (2) lebih penting daripada faktor ketrampilan tenaga kerja (1) ο· Ketrampilan tenaga kerja (1) >< pasar (3) Dalam hal ini, faktor pasar (3) lebih penting daripada ) faktor ketrampilan tenaga kerja (1) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor ketrampilan tenaga kerja (1) sama jeleknya dengan faktor iklim (4) ο· Bahan baku (2) >< pasar (3) Dalam hal ini, faktor bahan baku (2) sama penting dengan faktor pasar (3) ο· Bahan baku (2) >< iklim (4) 14 Dalam hal ini, faktor bahan baku (2) lebih baik daripada faktor iklim (4) - Pasar (3) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor pasar (3) lebih baik daripada faktor iklim (4) 4. Lokasi D, di daerah Pasuruan Faktor Subyektif yang dipertimbangkan adalah faktor pasar (3) dan ketrampilan tenaga kerja (1). Sedangkan faktor bahan baku (2) dan iklim (4) kurang terjamin. Kondisi Faktor Subyektif untuk lokasi D (di daerah Pasuruan) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< bahan baku (2) Dalam hal ini, faktor ketrampilan tenaga kerja (1) lebih baik daripada faktor bahan baku (2) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< pasar (3) Dalam hal ini, faktor ketrampilan tenaga kerja (1) sama baiknya dengan faktor pasar (3) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor ketrampilan tenaga kerja (1) lebih baik daripada faktor iklim (4) ο· Bahan baku (2) >< pasar (3) Dalam hal ini, faktor pasar (3) lebih baik daripada faktor bahan baku (2) ο· Bahan baku (2) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor bahan baku (2) sama jeleknya dengan kaktor iklim (4) - Pasar (3) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor pasar (3) lebih baik daripada faktor iklim (4) 5. Lokasi E, di daerah Probolinggo Faktor Subyektif yang dipertimbangkan adalah faktor bahan baku (2) dan iklim (4). Sedangkan faktor pasar (3) dan kerampilan tenaga kerja (1) kurang terjamin. Kondisi Faktor Subyektif untuk lokasi E (di daerah Nambaigan Lor) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< bahan baku (2) Dalam hal ini, faktor bahan baku (2)) lebih baik daripada faktor ketrampilan tenaga kerja (1) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< pasar (3) 15 Dalam hal ini, faktor pasar (3) dan faktor ketrampilan tenaga kerja (1) sama jeleknya ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor iklim (4) lebih baik daripada faktor ketrampilan tenaga kerja (1) ο· Bahan baku (2) >< pasar (3) Dalam hal ini, faktor bahan baku (2) lebih baik daripada faktor pasar (3) ο· Bahan baku (2) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor bahan baku (2) sama baiknya dengan kaktor iklim (4) - Pasar (3) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor iklim (4) lebih baik daripada faktor pasar (3) 6. Lokasi F, di daerah Ngawi Faktor Subyektif yang dipertimbangkan adalah faktor bahan baku (2) dan ketrampilan tenaga kerja (1). Sedangkan faktor pasar (3) dan iklim (4) kurang terjamin. Kondisi Faktor Subyektif untuk lokasi B di daerah Ngawi) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< bahan baku (2) Dalam hal ini, faktor ketrampilan tenaga kerja (1) sama penting dengan faktor bahan baku ( 2) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< pasar (3) Dalam hal ini, faktor ketrampilan tenaga kerja (1) lebih penting daripada faktor pasar (3) ο· Kentrampilan tenaga kerja (1) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor ketrampilan tenaga kerja (1) lebih penting dengan faktor iklim (4) ο· Bahan baku (2) >< pasar (3) Dalam hal ini, faktor bahan baku (2) lebih penting daripada faktor pasar (3) ο· Bahan baku (2) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor bahan baku (2) lebih penting daripada faktor iklim (4) - Pasar (3) >< iklim (4) Dalam hal ini, faktor pasar (3) sama jeleknya dengan faktor iklim (4) 16 3.1.4. Hubungan Faktor Obyektif (OFi) dan Faktor Subyektif (SFi) Industri Sosis dalam hal ini menetapkan bahwa faktor obyektif (OFi) 6 kali lebih penting daripada faktor Subyktif. Ini berarti bahwa faktor obyektif = K = 0,84 sedangkan faktor subyektif = 1 – K = 0,14 A. Kondisi faktor obyektif ( OFi ) dan kondisi faktor subyektif ( SFi ) 1. Kondisi faktor obyektif ( OFi ) Tabel 3.1. faktor obyektif lokasi pabrik baru Biaya tahunan ( juta Rp. ) Lokasi Pemelihar Distribusi aan produk Total ( Ci ) Karyawan Pajak Produksi I ( blitar ) 200 15 25 30 35 305 II ( lumajang ) 350 25 40 45 50 510 III ( Malang ) 250 20 30 35 40 375 300 25 35 40 45 445 V ( Pasuruan ) 150 15 20 25 30 240 VI ( ngawi ) 100 10 15 20 25 170 Total 2045 IV ( Probolinggo ) 2. Kondisi faktor subyektif ( SFi ) Nilai perbandingan antar faktor subyektif : οΎ Bahan baku >< kondisi jalan Bahan baku dinilai lebih penting daripada kondisi jalan οΎ Bahan baku >< kentrampilan tenaga kerja Bahan baku dinilai sama penting dengan kentrampilan tenaga kerja οΎ Bahan baku >< sarana penunjang Bahan baku dinilai lebih penting daripada sarana penunjang οΎ Bahan baku >< iklim Bahan baku dinilai sama penting dengan iklim οΎ Kondisi jalan >< kentrampilan tenaga kerja Kondisi jalan dinilai kurang penting dibandingkan dengan kentrampilan tenaga kerja 17 οΎ Kondisi jalan >< sarana penunjang Kondisi jalan dinilai kurang penting dibandingkan dengan sarana penunjang οΎ Kondisi jalan >< iklim Kondisi jalan dinilai kurang penting dibandingkan dengan iklim οΎ Kentrampilan tenaga kerja >< sarana penunjang Kentrampilan tenaga kerja dinilai lebih penting daripada sarana penunjang οΎ Kentrampilan tenaga kerja >< iklim Kentrampilan tenaga kerja dinilai sama penting dengan iklim οΎ Sarana penunjang >< Iklim Sarana penunjang dinilai kurang penting dibandingkan dengan iklim 3.1.5 Pengolahan Data Analisa Kondisi Faktor Obyektif (OFi) Tabel 3.1 faktor subyektif No Pairwise Comparisson Faktor subyektif 1 2 3 4 1 Bahan baku 1 1 1 1 2 Kondisi jalan 0 3 4 5 Kentrampilan tenaga kerja Sarana penunjang 1 5 6 7 0 0 0 1 0 Iklim 1 1 8 9 1 1 0 1 0 1 B. Hubungan faktor obyektif ( OFi ) dan faktor subyektif ( SFi ) Industri Sosis dalam hal ini menetapkan bahwa faktor obyektif ( OFi ) 6 kali lebih penting daripada faktor subyektif ( SFi ). Ini berarti bahwa faktor obyektif = K = 0,84 sedangkan faktor subyektif = 1 – K = 0,14. K = 0,84 ; 1 – K = 0,14 ( K ) : ( 1 – K ) = ( 0,84 ) : ( 0,14 ) = 6 : 1 C. Pengolahan data 1. Analisa kondisi faktor obyektif ( OFi ) 18 10 1 Tabel 3.2 data biaya faktor obyektif alternatif Biaya tahunan ( juta Rp. ) Lokasi Pemelihara Distribusi an produk 25 30 35 25 40 45 50 250 20 30 35 40 300 25 35 40 45 V ( Pasuruan ) 150 15 20 25 30 VI ( ngawi ) 100 10 15 20 25 Karyawan Pajak Produksi I ( blitar ) 200 15 II ( lumajang ) 350 III ( Malang ) IV ( Probolinggo ) Kemudian untuk menghitung nilai performance measurements faktor oyektif menggunakan rumus : Rumus : ο ο OFi = Ci x ο₯ ο¨1 / Ci ο© ο1 οΎ OF ( BLITAR ) = [(305)(0,02018)]−1 = 0,1624 οΎ OF ( LUMAJANG ) = [(510)(0,02018)]−1 = 0,0971 οΎ OF ( MALANG ) = [(375)(0,02018)]−1 = 0,1321 οΎ OF ( PROBOLINGGO ) = [(445)(0,02018)]−1 = 0,1113 οΎ OF ( PASURUAN ) = [(240)(0,02018)]−1 = 0,2064 οΎ OF ( NGAWI ) = [(170)(0,02018)]−1 = 0,2914 + =1 Total OFi =1 19 Proses pencarian diatas dapat digambarkan pada tabel dbawah ini : Tabel 3.3 faktor obyektif lokasi pabrik baru Biaya tahunan ( juta Rp. ) Lokasi OFi 305 0,00327 0,1624 50 510 0,00196 0,0971 35 40 375 0,00267 0,1321 35 40 45 445 0,00224 0,1113 15 20 25 30 240 0,00416 0,2064 10 15 20 25 170 0,00588 0,2914 Total 2045 0,02018 1 Distribusi aan produk Karyawan Pajak Produksi I ( blitar ) 200 15 25 30 35 II ( lumajang ) 350 25 40 45 III ( Malang ) 250 20 30 300 25 V ( Pasuruan ) 150 VI ( ngawi ) 100 IV ( Probolinggo ) Total 1/Ci Pemelihar ( Ci ) Analisa kondisi faktor subyektif ( SFi ) Tabel 3.4 relative infortance index ( Wj ) Pairwise Comparisson No Faktor subyektif 1 2 3 4 1 1 1 1 Bahan baku 1 2 Kondisi jalan 0 3 4 5 Total Kentrampilan tenaga kerja Sarana penunjang Iklim 5 0 1 6 0 7 1 1 1 9 10 1 1 indeks 0,307 0 0 4 0,307 0 1 0,076 1 4 0,307 13 Total = 1 1 0 inportant 4 0 1 0 8 ( Ci ) Relatif 20 a. Tabel rangking Tabel 3.5 rangking bahan baku ( 1 ) Pair wise companison Lokasi (1) (2) (3) (4) I 0 0 0 0 II 0 III (5) (7) 1 0 (9) (10) (11) rangking (Ri I) 0 1 1 V (8) 0 0 IV (6) Site 0 1 1 1 1 1 VI 1 0 1 0 4/12 = 0,33 1 4/12 = 0,33 1 4/12 = 0,33 0 0 0 Total = 1 Tabel 3.6 rangking kondisi jalan ( 2 ) Pair wise companison Lokasi (1) (2) (3) (4) I 1 1 1 1 II 1 III IV V VI (5) (7) (8) (9) (10) (11) rangking (Ri I) 4/8 = 0,5 1 0 (6) Site 1 1 0 0 0 0 0 4/8 = 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Total = 1 21 Tabel 3.7 rangking kentrampilan tenaga kerja ( 3 ) Pair wise companison Lokasi (1) (2) (3) (4) I 1 1 1 1 II 1 III (5) (7) 1 1 (9) (10) (11) 1 1 0 rangking (Ri I) 4/16 = 0,25 1 0 V (8) 4/16 = 0,25 1 IV (6) Site 0 0 0 VI 1 1 0 1 4/16 = 0,25 0 0 0 0 1 1 4/16 = 0,25 Total = 1 Tabel 3.8 rangking sarana penunjang ( 4 ) Pair wise companison Lokasi (1) (2) (3) (4) I 0 0 0 0 II 1 III IV V VI (5) (7) (8) (9) (10) (11) rangking (Ri I) 0 1 0 (6) Site 1 1 0 1 0 1 0 4/12 = 0,33 1 0 1 0 0 1 0 1 4/12 = 0,33 0 0 1 1 4/12 = 0,33 Total = 1 22 Tabel 3.9 rangking iklim ( 5 ) Pair wise companison Lokasi (1) (2) (3) (4) I 0 0 0 0 II 0 III (5) (6) (7) 1 0 (9) (10) (11) rangking (Ri I) 0 1 0 1 1 V (8) 0 0 IV Site 1 1 1 1 1 VI 4/12 = 0,33 0 1 0 1 4/12 = 0,33 1 4/12 = 0,33 0 0 0 Total = 1 Tabel 3.10 evaluasi faktor subyektif Pair wise companison Faktor Relatif important subyektif I II III IV V VI index (Wj) Bahan baku 0 0 0,33 0,33 0,33 0 0,307 Kondisi jalan 0,5 0,5 0 0 0 0 0 0,25 0,25 0,25 0 0 0,25 0,307 0 0,33 0 0,33 0 0,33 0,076 0 0 0,33 0,33 0,33 0 0,307 Kentrampilan tenaga kerja Sarana penunjang Iklim Total = 1 Rumus : SFi = ο₯ Rij . wj 23 Faktor subyektif untuk setiap alternative lokasi adalah : SF ( I ) = (0) (0,307) + (0,5) (0) + (0,25) (0,307) + (0) (0,076) + (0) (0,307) =0,07675 SF ( II ) = (0) (0,307) + (0,5) (0) + (0,25) (0,307) + (0,33) (0,076) + (0) (0,307) =0,10183 SF ( III ) = (0,33) (0,307) + (0) (0) + (0,25) (0,307) + (0) (0,076) + (0,33) (0,307)= 0,27937 SF ( IV ) = (0,33) (0,307) + (0) (0) + (0) (0,307) + (0,33) (0,076) + (0,33) (0,307)= 0,2277 SF ( V ) = (0,33) (0,307) + (0) (0) + (0) (0,307) + (0) (0,076) + (0,33) (0,307) =0,20262 SF ( VI ) = (0) (0,307) + (0) (0) + (0,25) (0,307) + (0,33) (0,076) + (0) (0,307) =0,10183 = 0,9901 Total ∑ ππΉπ = 1 D. Pemecahan masalah : Untuk menentukan setiap alternatif lokasi diperlukan kombinasi antara hasil evaluasi faktor obyektif ( OFi), hasil analisa faktor subyektif ( SFi ) dan bobot K = 6. Dalam hal ini industri Sosis telah menetapkan bobot faktor obyektif ( K ) 6 kali lebih penting daripada bobot faktor subyektif ( 1 – K ). Sehingga : OF = 6 X SF OF = K = 0,84 SF = 1 – K = 0,14 ( K ) : ( 1 – K ) = 0,84 : 0,14 = 6 Harga LPMi untuk setiap alternatif lokasi ditentukan dengan rumus : Rumus : LPMi = k ( OFi ) + ( 1-k ) ( SFi ) 24 Tabel 3.11 hasil analisa Ofi dan SFi Alternatif OFi SFi Blitar 0,1624 0,07675 Lumajang 0,0971 0,10183 Malang 0,1321 0,27937 Probolinggo 0,1113 0,2277 Pasuruan 0,2064 0,20262 Ngawi 0,2914 0,10183 Dimana ∑ πΏπππ = 1 LPM blitar = ( 0,84 ) ( 0,1624 ) + ( 0,14 ) ( 0,07675 ) = 0,14716 LPM lumajang= ( 0,84 ) ( 0,0971 ) + ( 0,14 ) ( 0,10183 ) = 0,09582 LPM Malang = ( 0,84 ) ( 0,1321 ) + ( 0,14 ) ( 0,27937 ) = 0,15007 LPM Probolinggo = ( 0,84 ) ( 0,1113 ) + ( 0,14 ) (0,2277 ) = 0,12537 LPM Pasuruan = ( 0,84 ) ( 0,2064 ) + ( 0,14 ) ( 0,20262 ) = 0,20174 LPM ngawi = 0,25903 = ( 0,84 ) ( 0,2914 ) + ( 0,14 ) ( 0,10183 ) + = 0,97919 Total ∑ πΏπππ = 1 Dari evaluasi yang telah dilakukan sesuai dengan metode pendekatan brown gibson maka industri Sosis tersebut memilih lokasi VI ( daerah ngawi ) untuk lokasi pendirian industri Sosis, karena memiliki nilai location preformence measure ( LPM ) yang terbesar. 25 Analisa sensitivitas pemilihan lokasi berdasarkan harga LPM terbesar Gambar 3.1. Analisa Sensitivitas LPM Dari gambar diatas : faktor subyektif lokasi III lebih baik daripada lokasi I, II, IV, V dan VI. Sedangkan faktor obyektif lokasi VI lebih baik daripada lokasi I, II, III, IV dan V. Karena industri Sosis menetapkan bobot faktor obyektif 6 kali lebih penting daripada faktor subyektif maka perusahaan sebaiknya memilih lokasi III (Malang) sebagai lokasi yang tepat untuk mendirikan industri Sosis. 3.2. Kebutuhan Produk Per Proses Set up time (ST ) = 65 menit Down time ( DT ) = 60 menit Jumlah permintaan ( Demand ) = 1000 kg/bl 1 bulan = 25 hari 1 hari = 8 jam 1 hari = 1000/25 = 40 unit 26 jadi permintaan = 40 unit/ hari 3.2.1 Kebutuhan Produk per Proses Untuk Sosis (P1) 40 ο½ 41,27 ο» 41 1 ο 3% ο· P(0-11) = ο· P(0-9) = 41 ο½ 41,83 ο» 42 1 ο 2% ο· P(0-8) = 42 ο½ 42,42 ο» 42 1 ο 1% ο· P(0-7) = 42 ο½ 43,29 ο» 43 1 ο 3% ο· P(0-6) = 43 ο½ 44,79 ο½ 45 1 ο 4% ο· P(0-4) = 45 ο½ 45,45 ο» 45 1 ο 1% ο· P(0-3) = 45 ο½ 45,25 ο» 45 1 ο 0,5% ο· P(0-2) = 45 ο½ 45,45 ο» 45 1 ο 1% ο· P(0-1) = 45 ο½ 45,91 ο» 46 1 ο 2% 3.2.2 Kebutuhan Produk per Proses Untuk Plastik Pembungkus Sosis ο· P(0-05) = 40 ο½ 40,81 ο» 41 1 ο 2% 3.2.3 Kebutuhan Produk per Proses Untuk Plastik Kemasan ο· P(0-10) = 40 ο½ 41,23 ο» 41 1 ο 3% 27 3.3 Efisiensi Mesin Mesin A : Mesin G : ( DT ο« ST ) E = 1ο D (10 ο« 15) ο½ 0,94 E = 1ο 60 * 8 Mesin B : ( DT ο« ST ) E = 1ο D (4 ο« 5) ο½ 0,98 E = 1ο 60 * 8 Mesin C : ( DT ο« ST ) E = 1ο D (6 ο« 7 ) ο½ 0,97 E = 1ο 60 * 8 Mesin D : ( DT ο« ST ) E = 1ο D (3 ο« 3) ο½ 0,99 E = 1ο 60 * 8 Mesin E : ( DT ο« ST ) E = 1ο D (7 ο« 8) ο½ 0,97 E = 1ο 60 * 8 Mesin F : ( DT ο« ST ) E = 1ο D ( 6 ο« 2) ο½ 0,98 E = 1ο 60 * 8 E ( DT ο« ST ) D (4 ο« 4) ο½ 0,98 E = 1ο 60 * 8 Mesin H : ( DT ο« ST ) E = 1ο D (8 ο« 6) ο½ 0,97 E = 1ο 60 * 8 = 1ο Mesin I : ( DT ο« ST ) D (5 ο« 3) ο½ 0,98 E = 1ο 60 * 8 Mesin J : ( DT ο« ST ) E = 1ο D ( 2 ο« 7) ο½ 0,98 E = 1ο 60 * 8 Mesin K : ( DT ο« ST ) E = 1ο D E = 1ο E = 1ο (5 ο« 5) ο½ 0,98 60 * 8 28 3.4. Perhitungan Jumlah Mesin Mesin A = 30' x 46 ο½ 3,4 ο½ 4 60 x8 x0.95 Mesin G = 40' x 43 ο½ 4,25 ο½ 5 60 x8 x0.98 Mesin B = 20' x 45 ο½ 2,27 ο½ 3 60 x8 x0.98 Mesin H = 50' x 42 ο½ 5,19 ο½ 6 60 x8 x0.97 Mesin C = 30' x 45 ο½ 3,34 ο½ 4 60 x8 x0.97 Mesin I = 30' x 42 ο½ 3,11 ο½ 4 60 x8 x0.98 Mesin D = 20' x 45 ο½ 2,22 ο½ 3 60 x8 x0.917 Mesin J = 20' x 41 ο½ 2,02 ο½ 2 60 x8 x0.98 Mesin E = 30' x 41 ο½ 3,04 ο½ 3 60 x8 x0.97 Mesin K = 40' x 41 ο½ 3,64 ο½ 4 60 x8 x0.98 Mesin F = 45' x 45 ο½ 5,01 ο½ 5 60 x8 x0.98 3.5 From to Chart Tabel 3.12 Volume Handling Product % of Handling Departemen Flow Sequence Group Volume I 60 A, B, C, D, F, G, H, I, K II 30 E, F, G, H, I, K III 10 J, K 29 Tabel 3.13 From to Chart A B C D E F G H I J K A B 0 60 C 60 60 D 60 60 60 E 0 F 60 30 G 90 90 H 90 90 I 90 90 90 J 0 K ∑ ∑ 60 60 60 60 30 90 90 90 90 10 90 10 100 0 640 3.6. Forward Backward Tabel 3.14 Forward Backward Forward Distance from Diagonal Backward Distance from Diagonal 1. 60 + 60 + 60 + 30 + 90 + 90 + 90 + 10 = 490 2. 60 + 90 = 150 Total = 640 Total = 3.7 Analisis Moment Tabel 3.15 Analisis Moment Forward Distance from Diagonal Backward Distance from Diagonal 1 x 490 = 490 1x 0 = 0 2 x 150 = 300 2x0=0 TOTAL = 790 TOTAL = 0 30 3.8 Luas Jumlah Mesin 3.8.1 Luas Departemen Tabel 3.16 Luas Departemen Luas Jumlah (m2) Mesin A. Mesin pemotong 24 4 1,44 2 100 200 B. Mesin Penggiling 15 3 0,68 1 100 100 C. Pasteurizer 10 4 0,60 1 100 100 D. Mesin Pengaduk 16 3 0,72 1 100 100 4,5 3 0,20 1 100 100 F. Mesin Pencetak 32 5 2,40 3 100 300 G. Mesin Perebus 40 5 3,00 3 100 300 H. Mesin Pendingin 24 6 2,16 3 100 300 I. Mesin Pemotong 8 4 0,48 1 100 100 8 2 0,24 1 100 100 32 4 1,92 2 100 200 213,5 43 14 19 Nama Mesin E. Mesin Plastik Sosis J. Mesin Plastik Kemasan K. Mesin Pack TOTAL x 150% Jumlah Luas Luas Modul Departemen (m2) (m2) Luas modul 31 3.8.2 LayOut Departemen 32 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.1.1 Brown Gibson Faktor subyektif lokasi III lebih baik daripada lokasi I, II, IV, V dan VI. Sedangkan faktor obyektif lokasi VI lebih baik daripada lokasi I, II, III, IV dan V. Karena industri Sosis menetapkan bobot faktor obyektif 6 kali lebih penting daripada faktor subyektif maka perusahaan sebaiknya memilih lokasi III (Malang) sebagai lokasi yang tepat untuk mendirikan industri Sosis. 4.1.2 OPC Jumlah Operasi (kegiatan) sebanyak 10 dengan inspeksi sebanyak 2. 4.1.4 Kebutuhan Produk PerProses ο· P(0-11) = 40 ο½ 41,27 ο» 41 1 ο 3% ο· P(0-10) = 40 ο½ 41,23 ο» 41 1 ο 3% ο· P(0-9) = 41 ο½ 41,83 ο» 42 1 ο 2% ο· P(0-8) = 42 ο½ 42,42 ο» 42 1 ο 1% ο· P(0-7) = 42 ο½ 43,29 ο» 43 1 ο 3% ο· P(0-6) = 43 ο½ 44,79 ο½ 45 1 ο 4% ο· P(0-05) = 40 ο½ 40,81 ο» 41 1 ο 2% ο· P(0-4) = 45 ο½ 45,45 ο» 45 1 ο 1% ο· P(0-3) = 45 ο½ 45,25 ο» 45 1 ο 0,5% ο· P(0-2) = 45 ο½ 45,45 ο» 45 1 ο 1% ο· P(0-1) = 45 ο½ 45,91 ο» 46 1 ο 2% 33 4.1.5 Kebutuhan Jumlah Mesin (N) ο§ Mesin A = 4 unit ο§ Mesin B = 3 unit ο§ Mesin C = 4 unit ο§ Mesin D = 3 unit ο§ Mesin E = 3 unit ο§ Mesin F = 5 unit ο§ Mesin G = 5 unit ο§ Mesin H = 6 unit ο§ Mesin I = 4 unit ο§ Mesin J = 2 unit ο§ Mesin K = 4 unit 4.1.6 From to Chart Tabel 4.1 Routing Sheet Product % of Handling Departemen Flow Sequence Group Volume I 60 A, B, C, D, F, G, H, I, K II 30 E, F, G, H, I, K III 10 J, K 34 Tabel 4.2 From To Chart A B C D E F G H I J K A B 0 60 C 60 60 D 60 60 60 E 0 F 60 30 G 90 90 H 90 90 I 90 90 90 J 0 K ∑ ∑ 60 60 60 60 30 90 90 90 90 10 90 10 100 0 640 4.1.7 Forward – Backward Tabel 4.3 Forward – Backward Forward Distance from Diagonal Backward Distance from Diagonal 2. 60 + 60 + 60 + 30 + 90 + 90 + 90 + 10 = 490 2. 60 + 90 = 150 Total = 640 Total = 4.1.8 Analisa Moment Tabel 4.4 Analisa Momen Forward Distance from Diagonal Backward Distance from Diagonal 1 x 490 = 490 1x 0 = 0 2 x 150 = 300 2x0=0 TOTAL = 790 TOTAL = 0 35 4.1.9 Luas Jenis Mesin Tabel 3.5 Luas Jenis Mesin Mesin Nama Mesin Luas Jumlah Mesin Luas x 150% Jumlah modul A. Mesin pemotong 24 4 1,44 2 B. Mesin Penggiling 15 3 0,68 1 C. Conveyor 10 4 0,60 1 D. Mesin Pengaduk 16 3 0,72 1 E. Mesin Plastik Sosis 4,5 3 0,20 1 F. Mesin Pencetak 32 5 2,40 3 G. Mesin Perebus 40 5 3,00 3 H. Mesin Pendingin 24 6 2,16 3 I. Mesin Pemotong 8 4 0,48 1 8 2 0,24 1 Mesin Pack 32 4 1,92 2 TOTAL 213,5 43 14 19 J. K. Mesin Plastik Kemasan 4.2 Saran Saran yang dapat diambil dari laporan perancangan tata letak desain fasilitas ini adalah sebaiknya Program ini diterapkan dalam perusahaan industri baik jasa maupun manufaktur karena sangat membantu perusahaan terutama untuk produksi produk dan layout tata letak pabrik/mesin. 36