Ringkasan Mata Kuliah BAB I & BAB II Pengauditan I EMA 439 (A2) Oleh : I Wayan Agus Purnayasa 1707531123/(24) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Tahun Ajaran Genap 2019 1 Materi BAB I Pengauditan dan Jasa Asurans A. Sejarah Perkembangan Fungsi Pengauditan Pengauditan telah dilakukan sejak awal abad kelimabelas di Inggris. Tapi baru-baru ini pengauditan berkembang sangat pesat. Pengauditan Independen Sebelum Tahun 1990 1. Kelahiran fungsi pengauditan di Amerika Utara berasal dari Inggris yang diperkenalkan pada abad kesembilan, dimana prosedur auditnya mengadopsi dari prosedur pengaudiran di Inggris 2. Di Inggris perusahaan publik wajib diaudit dan tunduk pada Undang – undang Companies Act. 3. Di Amerika Serikat belum ada peraturan perundang-undangan yang mewajibkan melakukan audit, yang mengakibatkan audit di abad Sembilan belas beragam. Perkembangan Abad Keduapuluh 1. Profesi akuntan di Amerika Serikat berkembang sangat pesat pada akhir Perang Dunia I, tapi masih adanya kesalahpahaman tentang fungsi pendapat auditor, 2. Pada tahun 1917 Federal Reserve Board menerbitkan Federal Reserve Buletin yang memuat cetak ulang dari suatu dokumen yang disusun oleh American Institute of Accountant ( selanjutnya diubah menjadi American Institute of Certified Public Accountant atau AICPA pada tahun 1957) yang berisi himbauan tentang perlunya akuntansi yang seragam. 3. pada 50 tahun terakhir setelah perang Dunia I berakhir, profesi mengembangkan redaksi umum yang digunakan melalui AICPA Perkembangan pengauditan di Indonesia 1. Akuntansi sendiri mulai dikenal seletah tahun lima puluh an ketika perusahaan banyak mulai berdiri dan diberikan melalui perguruan tinggi. 2. Tahun 1973 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menetapkan prinsip akuntansi Indonesia(PAI) dan Norma pemeriksaan Akuntan (NPA) 3. Pada tahun 1994, IAI melalukan penyusunan ulang prinsip akuntansi dan standar audit yang disebut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). 2 4. Standar Akuntansi keuangan di berbagai negara mulai diselaraskan dengan International Financial Reporting Standars Board (IASB). Jasa Asurans Dan Pengauditan Jasa asurans (Assurance Service) adalah jasa profesional independen untuk memperbaiki kualitas informasi bagi para pengambil keputusan. Guna membsntu memperbaiki keandalan dan relevansi informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan maka orang-orang yang bertanggung jawab melakukan pengambilan keputusan membutuhkan jasa asurans. Sifat jasa asurans : 1. Jasa asurans dapat diberikan oleh kantor kantor akuntan publik atau profesional lainnya. 2. Informasi yang diberikan asurans dapat dipercaya oleh klien karena independensinya Kebutuhan akan asurans bukanlah hal yang baru karena akuntan publik telah puluhan tahun memberikan jasa asurans terutama dalam laporan keuangan historis. Jasa Astetasi Jasa Astetasi adalah salah satu jenis jasa asurans. Jasa Astetasi adalah jenis jasa asurans yang dilakukan kantor akuntan publik dengan menerbitkan suatu laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan tentang keandalan pernyataan tertulis yang dibuat pihak lain. Ada tiga jasa astetasi : 1. Audit atas laporan keuangan historis adalah bentuk jasa astetasi yang dilakukan auditor dengan menerbitkan laporan tertulis yang berisi pernyataan pendapat apakah laporan keuangan telah disusun sesuai kerangka laporan keuangan yang berlaku. 2. Review atas laporan keuangan historis adalah jenis asurans yang moderat atas laporan keuangan dan membutuhkan bukti yang lebih sedikit. Review untuk keperluan tertentu dianggap sudah cukup memadai dan dapat dilakukan oleh akuntan publik dengan biaya review yang lebih murah. 3. Jasa asurans lainnya karakteristik dari jasa asurans, termasuk audit lainnya, dititik beratkan pada perbaikan kualitas informasi yang digunakan oleh pengambil keputusan. Jasa bukan Asurans 1. Jasa akuntansi dan pembukuan 2. Jasa perpajakan 3 3. Jasa konsultasi manajemen B. Definisi dan Jenis Jenis Pengauditan Pengauditan, adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan – tindakan dan kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kepatuhan antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Uraian dari definisi diatas : 1. Proses sistematis, perencanaan audit dan perumusan strategi audit merupakan bagian penting dari proses audit. 2. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, terkait memperoleh bukti dan mengevaluasi apakah barang tersebut benar benar ada dan benar jumlahnya. 3. Asersi tentang tindakan tindakan dan kejadian kejadian ekonomi, seorang auditor harus memahami asersi yang melekat pada setiap pos. 4. Tingkat kepatuhan antara asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pendapat atau opini auditor akan menunjukkan seberapa jauh asersi asersi tersebut sesuai dengan standar atau kriteria yang ditetapkan. 5. Mengomunikasikan hasilnya pada pihak yang berkepentingan. Memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan apakah tingkat kepatuhan asersi yang dibuat klien sudah memenuhi kriteria yang disepakati bersama. Jenis – Jenis Audit Audit pada umumnya dapat dibagi menjadi 3 yaitu; audit laporan keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional. 1. Audit Laporan Keuangan Dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan yang akan diperiksa sebagai suatu keseluruhan – yaitu informasi kuantitatif yang akan diperiksa – dinyatakan sesuai kriteria yang ditetapkan. Pada umumnya kriteria yang digunakan adalah kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Meskipun pemakai informasi ada banyak pihak, namun sebaiknya cukup menggunakan satu auditor saja agar lebih efisien. 2. Audit Kepatuhan Tujuannya adalah untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Apakah para 4 akuntan yang bergerak di perusahaan sudah mengikuti prosedur yang ditetapkan kontroler atau belum. 3. Audit Operasional Pengkajian atas setiap bagian dari prosedur dan metode yang diterapkan suatu entitas dengan tujuan untuk mengevaluasi efesiensi dan efektivitas. Auditor Dan Kantor Akuntan Publik (KAP) 1. Auditor Pemerintah Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unitunit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah 2. Auditor Internal Auditor Internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perushaan dan berstatus sebagai pegawai pada entitas tersebut. Tugasnya adalah untuk membantu manajemen mengaudit dimana dia bekerja. Auditor internal harus independen terhadap fungsi – fungsi lini dalam organisasi tempat dia bekerja namun tidak bisa independen terhadap perusahaan karena dia berstatus sebagai pegawai dari perusahaan tersebut. 3. Auditor Independen Disebut juga akuntan publik, tugas utamanya adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Akuntan publik harus memperoleh izin dari menteri keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Bidang Jasanya : Jasa Astetasi 1. Jasa audit umum atas laporan keuangan 2. Jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif 3. Jasa review atas laporan keuangan 4. Jasa astetasi lainnya Jasa non astetasi yang mencakup jasa akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan dan konsultasi. Izin Akuntan Publik 5 Dikeluarkan oleh menteri keuangan dan berlaku selama 5 tahun yang dapat diperpanjang. Syarat menjadi akuntan publik. 1. Memiliki Sertifikat Tanda Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) yang sah 2. Jika tanggal kelulusan USAP teleah melewati masa 2 tahun, maka wajib menyerahkan bukti telah mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan (PPL) 3. Berpengalaman praktik dibidang audit umum atas laporan keuangan paling sedikit 1.000 jam dalam 5 tahun dan paling sedikit 500 jam diantaranya memimpin dan/atau mensupervesi perikatan audit umum. 4. Berdomisili di RI yang dibuktikan KTP 5. Mempunyai NPWP 6. Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin akuntan publik. 7. Anggota IAPI 8. Tidak berada dalam pengampunan. Untuk memperoleh tanda sertifikat lulus ujian sertifikasi akuntan publik, para calon akuntan wajib mengikuti ujian nasional yang diadakan IAPI. Ujian ini diadakan dua kali dalam setahun dan berlangsung selama dua hari penuh yang meliputi empat mata ujian yaitu : 1. Akuntansi dan Pelaporan keuangan 2. Auditin dan asurans 3. akuntansi manajemen, manajemen keuangan dan sistem informasi 4. Lingkungan bisnis, hukum komersial, perpajakan. Kantor Akuntan Publik Kantor akuntan publik (KAP) adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam memberikan jasanya. Akuntan publik dalam melakukan jasanya wajib mempunyai kantor akuntan publik paling lambat 6 bulan sejak izin akuntan publik diberikan, jika tidak ada kantor, maka izin akan dicabut. Struktur Kantor Akuntan Publik Bentuk usaha KAP sebagaimana diatur dalam pasal 12 UU akuntan publik 1. Perseorangan 2. Persekutuan perdata 3. Firma 6 4. Bentuk usaha lain sesuai karakteristik profesi yang menunjukkan adanya independensi dan tanggung jawab yang melekat pada akuntan publik Persyaratan Kantor Akuntan Publik di Indonesia Izin membuka KAP diatur dalam Pasal 18 peraturan menteri keuangan nomor 17/PMK.01/2008 yang mengatur perizinan untuk membuka kantor akuntan publik. (1) Untuk mendapatkan izin usaha KAP yang berbentuk badan usaha perorangan, pemimpin KAP harus mengajukan permohonan tertulis kepada sekjen u.p Kepala Pusat, dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) Memiliki ijin akuntan publik b) Anggota IAPI c) Memiliki 3 orang auditor atau lebih d) Memiliki NPWP e) Memiliki rancangan SPM KAP f) Memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor g) Membuat surat permohonan izin usaha akuntan publik (2) Untuk mendapatkan izin usaha KAP yang berbentuk badan usaha perorangan, pemimpin rekan KAP harus mengajukan permohonan tertulis kepada sekjen u.p a) Memenuhi persyaratan yang berlaku bagi KAP perseorangan b) Memiliki NPWP c) Memiliki perjanjian kerjasama yang disahkan notaris d) Memiliki surat izin akuntan publik e) Memiliki surat persetujuan seluruh rekan KAP f) Memiliki bukti domisili C. Organisasi Profesi Akuntansi di Indonesia Pada awalnya, hanya terdapat Ikatan Akuntan Indonesia yang didirikan 23 Desember 1957, yang beranggotakan mereka yang bergelar akuntan dan memiliki nomor register akuntan. Lalu pada 24 Mei 2007, berdirial institut akuntan publik Indonesia, sebagai organisasi akuntan publik yang independen dan mandiri Akuntan Beregister Negara Pemakaian gelar akuntan di Indonesia diatur dalam UU no 34 tahun 1954. Maksud dari UU ini adalah agar gelar akuntan tidak dipakai oleh sembarang orang yang belum tentu memiliki kemampuan yang memenuhi syarat. 7 Sampai akhir tahun 70 an hanya empat fakultas ekonomi universitas negri dan satu sekolah tinggi akuntansi negara yang lulusannya secara otomatis diakui memenuhi syarat dan berhak menggunakan gelar akuntan setelah namanya didaftarkan dalam register akuntan yang diselenggarakan departemen keuangan. International Federatio of Accountants (IFAC) Merupakan organisasi akuntan dunia yang mempresentasikan lebih dari 2,5 juta akuntan yang bernaung dalam 167 asosiasi profesi akuntan yang tersebar di 127 negara. IAPI sebagai anggota IFAC berkomitmen untuk melaksanakan semua standar internasional yang ada demi kualitas tinggi dan penguatan profesi akuntansi di Indonesia (1) Misi IFAC :Memberi sumbangan dalam bentuk pengadopsian, pengembangan, dan penerapan standar internasional berkualitas tinggi. (2) Visi IFAC : Menjadikan profesi akuntan global diakui kepemimpinannya dalam pengembangan organisasi,pasar uang dan modal. Dan perekonomian yang kuat dan berkesinambungan. Badan – badan pembuat standar IFAC 1. IAASB ; International Auditing and Assurance Standard Board 2. IAESB : International Accounting Education Standards Board 3. IESBA : International Ethics Standards Board for Accountants 4. IPSASB : International Public Sector Accounting Standard Board Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Adalah organisasi yang bertugas menyusun standar dan aturan untuk anggota dan praktisi lainnya. Perubahan pesat awal dekade tahun sembilan puluhan, menuntut profesi akuntan publik meningkatkan jasa audit atas laporan keuangan historis, jasa astetasi dan jasa akuntansi & Review Pada 1 Agustus 1994, lahirlah SPAP yang terdiri dari 1. Standar Auditing dirinci dengan PSA (Pedoman Standar Auditing) 2. Standar Astetasi dirinci dengan PSAT (Astetasi) 3. Standar Jasa Akuntansi dan Review dirinci dengan PSAR (akuntansi & review) 4. Pedoman Audit Industri Khusus Standar Pendendalian Mutu 8 Profesi mewajibkan setiap KAP untuk memiliki suatu system pengendalian mutu. Sebagaipedoman, IAASB telah menerbitan ISQC (Internasional Standart on Quality Control) No.1 yangberlaku tanggal 1 januari 2009. Secara garis besar struktur ISQC adalah sebagai berikut: 1. Pendahuluan yang terdiri dari lingkup,otoritas, dan tanggal efektif. 2. Tujuan 3. Definisi 4. Ketentuan 5. Penerapan dan penjelasan lain Lingkup ISQC ISQC berhubungan dengan tanggungjawab KAP untuk system pengendalian mutu untukaudit dan review atas laporan keuangan dan penugasan asurans serta jasa lain yangbersangkutan. ISQC harus dibaca dalam kaitannya dengan ketentuan etik yang relevan. Pernyataan IAASB lain menetapkan standard Dan pedoman lain mengenai mutu untuk tipepenugasan spesifik. Sebagai contoh, ISA 220 menyangkut prosedur pengendalian mutuuntuk audit atas laporan keuangan. Sistem pengendalian mutu terdiri dari bijakan yang dirancang untuk mencapai tujuan sertaprosedur yang diperlukan untuk mengimplementasikan dan memantau kesesuaian dengankebijakan tersebut. Tujuan Tujuan KAP menetapkan dan memelihara suatu system pengendalian mutu adalah untukmemberikan ansurans yang layak bahwa : (a) KAP dan personalianya mematuhi standar professional serta ketentuan perundangundangan dan peraturan yang berlaku dan (b) Laporan yang diterbitkan KAP atau partnernya sudah tepat sesuai dengan situasi yang dihadapi. Ketentuan ISQC memuat 47 ketentuan (ISQC 1.13- ISQC 1.59) yang terbagi dalam beberapa kategorisebagai berikut: (1) Penerapan dan kepatuhan dengan ketentuan yang relevan (2) Elemen system pengendalian mutu (3) Tanggungjawab kepemimpinan untuk mutu dalam KAP 9 (4) Ketentuan etika yang relevan -Penerimaan klien dan berkelanjutan hubungan dengan klien serta penugasan khusus-Sumber daya manusia 10 Materi BAB II Audit Laporan Historis dan Laporan Auditor Independen A. Hubungan Antara Akuntansi dengan Pengauditan Akuntansi menghasilkan laporan keuangan dan informasi penting lainnya,sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi,melainkan meningkatkan nilai informasi yang dihasilkan proses akuntansi dengan cara melakukan penilaian secara kritis atas informasi tersebut dan selanjutnya mengkomunikasikan hasil penilaian kritis tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan Akuntansi dan Auditing memilki hubungan yang erat pada proses akuntansi (mencatat, mengelompokkan, dan meringkas transaksi dalam bentuk laporan keuangan yang disusun sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku) berbeda dengan proses auditing (mendapatkan dan mengevaluasi bukti untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku). B. Asumsi yang Mendasari Pengauditan : Data Laporan Keuangan Bisa Diverifikasi Pengauditan didasarkan pada asumsi bahwa data laporan keuangan bisa diverifikasi.Data dikatakan bisa diverifikasi apabila dua orang atau lebih yang memiliki kualifikasi tertentu,masing-masing melakukan pemeriksaan secara independen atas data tertentu,dan dari hasil pemeriksaan tersebut diperoleh kesimpulan yang sama tentang data yang diperiksanya Dalam melakukan pemeriksaan,auditor mengumpulkan bukti untuk menentukan validitas dan ketepatan perlakuan akuntansi atas transaksi-transaksi dan saldo-saldo. Dalam konteks ini,validitas berarti otentik,benar,baik,atau berdasar,dan ketepatan berarti sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan kebiasaan. Laporan keuangan berisi banyak asersi spesifik tentang unsur-unsur individual. Dalam pengauditan laporan,auditor harus yakin bahwa asersi-asersi individual bisa diverifikasi (atau dapat diperiksa) dan dimungkinkan untuk mencapai suatu kesimpulan tentang kewajaran laporan sebagai keseluruhan dengan memeriksa akun-akun yang membentuk laporan. C. Kondisi-Kondisi Yang Menyebabkan Timbulnya Kebutuhan Akan Pengauditan Dalam audit atas laporan keuangan, para pengambil keputusan (kreditur, investor, dan pengguna laporan keuangan lainnya) dihadapkan pada informasi keuangan yang disajikan oleh manajemen dalam bentuk laporan keuangan. Agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan yang berbeda, maka laporan keuangan harus disusun berdasarkan 11 kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Para pengguna laporan keuangan kadangkadang meragukan kewajaran informasi yang terutang dalam laporan keuangan yang disusun manajemen karena berbagai alasan antara lain: (1) informasi dibuat oleh pihak lain, (2) bias dan motivasi pembuat informasi, (3) volume data, (4) dan kerumitan transaksi.Setiap informasi yang kita dapatkan memiliki risiko. Cara untuk mengurangi risiko informasi,yaitu : (1) pemakai laporan melakukan sendiri verifikasi atas informasi, (2)pemakai informasi membebankan risiko informasi pada manajemen, (3) dan disediakan laporan keuangan yang telah diaudit. D. Manfaat Ekonomis Suatu Audit Manfaat ekonomis suatu audit laporan keuangan antara lain: a. Akses ke Pasar Modal. Undang-undang Pasar Modal mewajibkan perusahaan publik untuk audit laporan keuangannya agar bisa didaftar dan bisa menjual sahamnya di pasar modal. b. Biaya Modal Menjadi Lebih Rendah. Perusahaan-perusahaan kecil seringkali mengauditkan laporan keuangannya dalam rangka mendapatkan kredit dari bank atau dalam upaya mendapatkan persyaratan pijaman yang lebih menguntungkan. Oleh karena laporan keuangan auditan dapan menurunkan risiko informasi.. c. Pencegahan Terjadinya Kekeliruan dan Kecurangan. Apabila para karyawan mengetahui akan dilakukannya audit oleh auditor independen, mereka cenderung untuk lebih berhati-hati agar dapat memperkecil kemungkinan terjdinya penyalahgunaan aset perusahaan. Dengan demikian, data dalam catatan perusahaan akan lebih bisa dipercaya dan kerugian karena penggelapan dan sebagainya bisa dikurangi. d. Perbaikan dalam Pengendalian dan Operational. Berdasarkan observasi yang dilakukan selama auditor melaksanakan audit, auditor independen seringkali dapat 12 memberi berbagai saran untuk memperbaiki pengendalian dan mencapai efisiensi operasi yang lebih besar dalam organisasi klien. Manfaat ekonomis biasanya lebih dirasakan oleh perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. E. Keterbatasan Audit Laporan keuangan yang telah diaudit tidak dapat benar-benar akurat. Hal ini disebab kan oleh proses akuntansi yang melahirkan laporan keuangan, maupun oleh proses pengauditan itu sendiri. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari proses akuntansi disusun berdasarkan SAK. Standar tersebut seringkali menyediakan lebih dari satu metode alternatif yang sama-sama memungkinkan untuk diterapkan pada suatu kejadian atau transaksi tertentu. SAK yang merupakan salah satu bentuk kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, bersifat fleksibel memberi keleluasan kepada penyusun laporan keuangan (manajemen) untuk mempengaruhi informasi keuangan yang disajikan dan oleh karenanya berpengaruh kepada keandalan dan ketelitian informasi tersebut. pihak-pihak yang berinteraksi dengan auditor Dalam suatu audit atas laporan keuangan, auditor menjalin hubungan profesional dengan berbagai pihak, yaitu: 1. Manajemen Selama audit berlangsung, auditor sangat sering berhubungan atau beriteraksi dengan manajemen. Untuk mendapatkan bukti yang diperlukan dalam suatu audit, auditor seringkali meminta data perusahaan yang bersifat rahasia. Oleh karena itu sangatlah penting bagi auditor untuk menjalin hubugan baik dengan manajemen atas dasar saling percaya dan saling menghormati. 2. Pihak Yang Bertaggungjawab Atas Tata Kelola Standar audit (SA 260) mewajibkan auditor untuk berkomunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam audit atas laporan keuangan. Komunikasi yang dimaksud oleh SA ini adalah komunikasi dua arah yang efektif, yakni komunikasi dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola dalam rangka mendapatkan informasi sebagai bukti audit dan kewajiban auditor untuk memberi informasi kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola untuk berbagai 13 keperluan. Menurut SA 260 9 tujuan auditor melakukan komunikasi dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola adalah: a. Untuk mengkomunikasikan secara jelas kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola tentang tanggungjawab auditor yang berkaitan dengan audit atas laporan keuangn, dan gambaran umum perencanaan lingkup dan saat audit; b. Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan audit dari pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola; c. Untuk menyediakan pada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola secara tepat waktu, hasil observasi audit yang signifikan dan relevan terhadap tanggungjawab mereka untuk mengawasi proses pelaporan keuangan; dan d. Untuk mendukung komunikasi dua arah yang efektif antara auditor dengan pihak yang bertanggungjwab atas tata kelola. 3. Auditor Internal Fungsi audit internal mancakup antara lain pemeriksaan, pengevaluasian, dan pemantauan kecukupan dan efekivitas pengendalian internal. Tujuan fungsi internal auditor ditentukan oleh manajemen, dan jika relevan, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola. Walaupun tujuan fungsi auditor internal berbeda dengan auditor eksternal , beberapa cara yag digunakan oleh fungsi auditor internal dan eksternal mungkin sama. Tujuan fungsi auditor internal sangat bervariasi dan bergantung pada ukuran dan struktur entitas dan ketentuan manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola. Aktifitas fungsi audit internal dapat mencakup satu atau lebih hal-hal berikut: (1) Pemantauan pengendalian internal (2) Pemeriksaan atas informasi keuangan dan informasi operasional (3) Penelaahan aktivitas operasi (4) Penelaahan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan (5) Pengelolaan risiko (6) Tata kelola 4. Pemegang Saham Para pemegang saham mengandalkan pada laporan keuangan yang telah diaudit untuk mendapatkan keyakinan bahwa manajemen telah melaksanakan 14 tanggungjawabnya dengan baik.Oleh karena itu auditor memiliki tanggungjawab yang penting terhadap para pemegang saham sebagai pemakai utama laporan auditor.Auditor akan berhadapan langsung dengan pemegang saham pada saat perusahaan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan auditor harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pemegang saham. F. Standar Audit Standar audit adalah pedoman umum untuk membantu para auditor dalam memenuhi tanggungjawab profesional mereka dalam pengauditan laporan keuangan histori. Standar tersebut mencakup pertimbangan kualitas profesional antara lain persyaratan kompetensi dan independensi, pelaporan, dan bukti.Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Sebagai Organisasi Profesi Berkewajiban Untuk Menetapkan Standar Auditing. IAPI telah memustuskan untuk mengadopsi Internasional Auditing Standards (ISA) yang diterbitkan oleh International Auditing and Assurance Standards Boards (IAASB yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan diberi judul Standar Profesional Akuntan Publik.(SPAP). Struktur setiap standar audit yang tercakup dalam standar profesional akuntan publik mengikuti struktur yang terdapat dalam ISA yang mengelompokkan informasi dalam seksi yang berbeda,yaitu : Pengantar, Tujuan, Definisi, Ketentuan, Materi Penerapan dan Penjelasan Lain. G. Laporan Auditor Laporan auditor sangat penting dalam penugasan audit dan asurans karena laporan tersebut mengomunikasikan temuan auditor. Pengguna laporan keuangan mengandalkan pada laporan auditor untuk mendapatkan asurans tentang keuangan entitas (perusahaan). suatu laporan auditor wajar tanpa pengecualian berisi sembilan bagian sebagai berikut: 1. Judul laporan. Standar audit mewajibkan bahwa laporan auditor harus memiliki sebuah judul yang mengindikasikan secara jelas bahwa laporan tersebut adalah laporan seorang auditor independen. 2. Pihak yang dituju. Laporan auditor pada umumnya ditujukan kepada pihak-pihak yang untuk mana laporan tersebut disusu, seringkali kepada pemegang saham atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola laporan keuangannya diaudit. 15 3. Paragraf Pendahuluan. Paragraf pendahuluan dalam laporan auditor harus: (a) mengidentifikasikan entitas yang laporan keuangannya diaudit; (b) menyatakan bahwa laporan keuangan telah diaudit; (c) mengidentifikasi judul setiap laporan keuangan yang menjadi bagian dari laporan keuangan; (d) merujuk pada ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasannya; dan (e) menyebutkan tanggal atau periode yang dicakup oleh setiap laporan yang menjadi bagian dari laporan keuangan. 4. Tanggungjawab Manajemen atas Laporan Keuangan. Laporan auditor harus mencakup satu bagian dengan judul “tanggungjawabab Manajemen” atas laporan keuangan. Bagian dari laporan auditor ini menjelaskan tanggungjawab pihak-pihak dalam organisasi yang bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan. 5. Tanggungjawab Auditor. Laporan auditor menyatakan bahwa tanggungjawab auditor adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan audit untuk mengontraskannya dengan tanggungjawab manajemen atas penyusunan laporan keuangan. 6. Opini Auditor. Laporan auditor harus mencakup suatu bagian dengan judul “opini”. 7. Tanggungjawab Pelaporan Lainnya. Jika auditor menyatakn tanggungjawab pelaporan lainnya dalam laporan auditor atas laporan keuangan yang merupakan tambahan terhadap tanggungjawab auditor berdasarkan SA untuk melaporkan laporan keuangan, maka tanggungjawab pelapora lain tersebut harus dinyatakan dalam suatu bagian terpisah dalam laporan auditor yang diberi judul “pelaporan Lain atas Ketentuan Hukum dan Regulasi”, atau judul lain yang dianggap tepat menurut ini bagian ini. 8. Tanda Tangan Auditor. Laporan auditor harus ditandatangani. Tanda tangan auditor dilakukan dalam nama kantor akuntan publik (KAP) dan nama rekan. 9. Tanggal Laporan Audit. Laporan auditor harus diberi tanggal tidak lebih awal dari tanggal ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mendasari opini auditor atas laporan keuangan. 16 Contoh Laporan Tanpa Modifikasi (wajar Tanpa Pengecualian) LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN [Pihak yang dituju] Pelaporan atas Laporan Keuangan Kami telah mengaudit laporan keuangan Entitas ABC terlampir, yang terdiri atas laporan posisi keuangan tanggal 31 desember 20x1, laporan laba-rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, serta suatu ringkasan kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan lain. Tanggungjawab Manajemen atas Laporan Keuangan Manajemen bertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan tersebut sesuai dengan SAK indonesia, dan atas pengendalian internal yang ditentukan perlu oleh manajemen untuk memungkinkan penyusanan laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan penyajian material, disebabkan kecurangan atau kesalahan. Tanggungjawab Auditor Tanggungjawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan tersebut berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit berdasarkan SA. Standar tersebut mengharuskan kami untuk mematuhi ketetuan etika serta merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material. Suatu audit mencakup pelaksanaan prosedur untuk memperoleh bukti-bukti tentang jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Prosedur yang dipilih tergantung pada pertimbangan auditor, termasuk penilaian atas risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan. Dalam melakukan penilaian atas risiko tersebut auditor mempertimbangkan pengendalian internal yang relevan dengan penyusunan dan penyajia wajar laporan keuangan untuk merancang prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisinya, namun tidak untuk tujuan menyatakan suatu opini atas efektifitas pengendalian internal entitas. Suatu audit juga mencakup pengevaluasian atas ketepatan kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang dibuat oleh manajemen, serta pengevaluasian atas penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa bukti audit yang telah kami peroleh adalah cukup dan tepat utuk menyediakan 17 dasar bagi opini kami. Opini Menurut opini kami, laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuanagn entitas ABC tanggal 31 Desember 20x1, serta kinerja keuangan dan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Laporan atas Ketentuan Peraturan Perudang-undangan Lain [Bentuk dan isi bagian ini dalam laporan auditor akan bervariasi tergantung pada sifat tanggungjawab pelaporan lain auditor] [Tanda tangan auditor] [Tanggal laporan auditor] [Alamat auditor] Ilustrasi Laporan Auditor dengan Modifikasi Terhadap Opini 1. Ilustrasi 1 : Laporan auditor yang berisi opini wajar dengan pengecualian karena kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan Kondisi yang melingkupi laporan audit independen berdasarkan ilustrasi di atas mencakup hal-hal berikut : a) Audit atas suatu laporan keuangan lengkap bertujuan umum yang disusun oleh manajemen entitas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia b) Syarat-syarat perikatan audit mencerminkan penjelasan tentang tanggungjawab manajemen atas laporan keuangan dalam SA 210. c) Persediaan disajikan salah. Kesalahan penyajian dipandang material namun tidak pervasif terhadap laporan keuangan. 18 d) Sebagai tambahan untuk audit atas laporan keuangan,auditor memiliki tanggungjawab pelaporan lain yang disyaratkan oleh ketentuan hukum tertentu. 2. Ilustrasi 2 : Laporan auditor yang berisi opini tidak wajar karena kesalahan penyajian maetrial dalam laporan keuangan Kondisi yang melingkupi laporan audit independen berdasarkan ilustrasi di atas mencakup hal-hal berikut : a) Audit atas suatu laporan keuangan konsolidasian bertujuan umum yang disusun oleh manajemen entitas induk sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia b) Syarat-syarat perikatan audit mencerminkan tentang tanggungjawab manajemen atas laporan keuangan dalam SA 210. c) Laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material karena tidak mengonsolidasikan suatu entitas anak.Kesalahan penyajian material dipandang pervasif terhadap laporan keuangan.Dampak kesalahan penyajian terhadap laporan keuangan tidak dapat ditentukan karena hal tersebut tidak praktis untuk dilakukan. d) Sebagai tambahan untuk audit atas laporan keuangan,auditor memiliki tanggungjawab pelaporan lain yang disyaratkan oleh ketentuan hukum tertentu. 3. Ilustrasi 3 : Laporan auditor yang berisi opini wajar dengan pengecualian karena ketidakmampuan auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat Kondisi yang melingkupi laporan audit independen berdasarkan ilustrasi di atas mencakup hal-hal berikut : a) Audit atas suatu laporan keuangan lengkap bertujuan umum yang disusun oleh manajemen entitas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia b) Syarat-syarat perikatan audit mencerminkan tentang tanggungjawab manajemen atas laporan keuangan dalam SA 210. c) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat berkaitan dengan investasi dalam suatu afiliasi asing.Dampak yang mungkin timbul dari ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat dipandang material namun tidak pervasif terhadap laporan keuangan. 19 d) Sebagai tambahan untuk audit atas laporan keuangan,auditor memiliki tanggungjawab pelaporan lain yang disyaratkan oleh ketentuan hukum tertentu. 4. Ilustrasi 4 : Laporan auditor yang berisi opini tidak menyatakan pendapat karena ketidakmampuan auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang suatu unsur tunggal dalam laporan keuangan Kondisi yang melingkupi laporan audit independen berdasarkan ilustrasi di atas mencakup hal-hal berikut : a) Audit atas suatu laporan keuangan lengkap bertujuan umum yang disusun oleh manajemen entitas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia b) Syarat-syarat perikatan audit mencerminkan tentang tanggungjawab manajemen atas laporan keuangan dalam SA 210. c) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang suatu unsur tunggal laporan keuangan.Yaitu,auditor tidak dapat memperoleh bukti audit tentang informasi keuangan dari suatu ventura bersama (joint venture) yang mencerminkan lebih dari 90% dari aset bersih perusahaan.Dampak yang mungkin timbul dari ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat dipandang material dan pervasif terhadap laporan keuangan. d) Sebagai tambahan untuk audit atas laporan keuangan,auditor memiliki tanggungjawab pelaporan lain yang disyaratkan oleh ketentuan hukum tertentu. 5. Ilustrasi 5 : Laporan auditor yang berisi opini tidak menyatakan pendapat karena ketidakmampuan auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang banyak unsur dalam laporan keuangan Kondisi yang melingkupi laporan audit independen berdasarkan ilustrasi di atas mencakup hal-hal berikut : a) Audit atas suatu laporan keuangan lengkap bertujuan umum yang disusun oleh manajemen entitas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia b) Syarat-syarat perikatan audit mencerminkan tentang tanggungjawab manajemen atas laporan keuangan dalam SA 210. 20 c) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang beberapa unsur laporan keuangan .Yaitu,auditor tidak dapat memperoleh bukti audit tentang persediaan entitas dan piutang usaha.Dampak yang mungkin timbul dari ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat dipandang material dan pervasif terhadap laporan keuangan. d) Sebagai tambahan untuk audit atas laporan keuangan,auditor memiliki tanggungjawab pelaporan lain yang disyaratkan oleh ketentuan hukum tertentu. Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain Dalam Laporan Auditor Independen SA 706 mengatur komunikasi tambahan dalam laporan auditor ketika auditor menganggap perlu untuk : a) Menarik perhatian pengguna laporan keuangan pada suatu hal atau beberapa hal yang disajikan atau diungkapkan dalam laporan keuangan yang sedimikian penting,yang bersifat fundamental bagi pemahaman pengguna laporan keuangan;atau b) Menarik perhatian pengguna laporan keuangan pada suatu hal atau beberapa hal selain yang disajikan atau diungkapkan dalam laporan keuangan yang relevan bagi pemahaman pengguna laporan atas audit,tanggungjawab auditor,atau laporan auditor. 21