PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ 1. PERENCANAAN SISTEM KETENAGALISTRIKAN 1.1. Pendahuluan Dalam Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan proses awalnya perlu mengetahui Karakteristik Sistem Ketenagalistrikan.yang merupakan pemikiran dasar sehingga hasil perhitungannya mendekati dengan atau sesuai kebutuhan beban di Subsektor Ketenagalistrikan. 1.1.1 Karakteristik sistem ketenagalistrikan. - Perusahaan Listrik adalah konsumen energi primer dan produsen energi secondary (final energi atau listrik). - Perimbangan antara persediaan dan permintaan (supply and demand) listrik terjadi dalam sesaat. - Capital intensive dengan masa pembangunan yang lama (terutama di pembangkitan). - Harga dan penyediaan energi primer yang tidak menentu. - Keandalan dan keamanan sistem ini mudah terganggu. - Bisnis listrik merupakan bisnis yang karena selalu terjadi permintaan listrik secara terus menerus, hal ini disebabkan : • Peningkatan pemakaian energi yang sesuai dengan peningkatan ekonomi, sosial dll. • Bertambahnya share listrik dalam pemakaian energi karena listrik dianggap lebih efisien dan efektive dibandingkan sumber energy lain. • Pertumbuhan bisnis listrik lebih bersifat tuntutan dan tantangan. • Ketergantungan ekonomi dan keamanan regional atau nasional akan persediaan listrik yang terus-menerus. Sehubungan hal tersebut maka industri listrik harus mampu: • Menyediakan listrik yang andal (reliable) dan mencukupi dengan biaya serendah-rendahnya. • Flexible, tidak tergantung pada satu jenis energi primer. • Tumbuh mengikuti permintaan listrik yang terus meningkat. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 1 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan 1.1.2 LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Sub sektor ketenagalistrikan Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik berdasarkan peraturan seperti tersebut pada undang-undang no. … pasal 5. - Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik disusun berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional; - Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud - Pada ayat (1) digunakan sebagai pedoman pelaksanaan penyediaan Tenaga listrik bagi PKUK dan PIUKU. - Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan wajib membuat Rencana Usaha Penyediaan Listrik di daerah usahanya untuk disahkan oleh Menteri; Pasal 16 bahwa Pemerintah mengatur harga jual tenaga listrik 1.1.3 Tujuan perusahaan Tujuan PLN adalah memasok kebutuhan energi listrik pada biaya serendah mungkin dengan tetap memenuhi tingkat keandalan dan keamanan yang dianggap layak. PERANAN PEMERINTAH Permintaan Energi Listrik PLN Tarif Listrik PLN Harga BBM Investasi Kebijakan Pemerintah Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 2 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ LINGKARAN KETENAGALISTRIKAN LINGKARAN ENERGI, INVESTASI, SUBSIDI DAN TDL Permintaan Energi Listrik PLN meningkat pesat Kebutuhan Tarif Listrik PLN Investasi tidak ekonomis Meningkat Subsidi Meningkat 1.2. Perencanaan Sistem 1.2.1. Peranan perencanaan sistem - Perencanaan sistem adalah bagian dari perencanaan energi (external) maupun perencanaan korporat (internal). - Perencanaan sistem bisa dianggap sebagai strategic planning (long term), terutama perencanaan sistem pembangkit. - Strategic plan bukan rencana yang harus dilaksanakan secara ketat/kaku. Tetapi dia menjadi framework dari rencana-rencana kerja atau action plans. - Maka perencanaan sistem bukan suatu 'kegiatan' tapi suatu 'exercise'. - Untuk perencanaan strategis, berlaku ungkapan "Plan is nothing but planning is everything". Disini perencanaan dianggap sebagai usaha yang sistematis, terus-menerus dan menyeluruh dalam memahami masa depan bisnis ketenagalistrikan. 1.2.2. Perencenaan energi dan sistem ketenagalistrikan. - Perencanaan energi • Hubungan Perencanaan Sistem Ketenaga-listrikan dengan perencanaan energi, kalaupun ada, hanya pada prakiraaan beban. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 3 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan • LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Kedua perencanaan ini seharusnya dilakukan secara berhubungan agar tidak ada duplikasi.dan konsistensi dalam asumsi-asumsi. • Hubungan lebih lanjut bisa meliputi analisis ketersediaan sumber energi dan dana. - Perencanaan sistem ketenagalistrikan Prakiraan Pertumbuhan Economi Prakiraan Kebutuhan Energi Listrik Perencanaan Perluasan Sis. Distribution Analisa Karakteristik Beban Analisa Lokasi pembangkit2 Baru Perencanaan Perluasan Sis. Pembangkit Perencanaan Perluasan Sis. Transmisi Analisa Finansial Rencana Perluasan sistem Ketenagalistrikanyan g Optimal Analisa Kebu-tuhan Pegawai dan Operating Costs lainnya • Pada perencanaan sistem pembangkitan untuk 2 s/d 3 tahun kedepan, misalnya, maka pilihan menjadi terbatas: › Menunda penghapusan unit-unit tua. › Menyewa diesel › Membeli excess power • Tujuan perencanaan ini adalah: › Fuel budgeting › Analisis kecukupan daya dan energi • Model yang digunakan harus lebih detail dibanding model untuk perencanaan perluasan. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 4 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Dan Kebutuhan Listrik 1.3.1 Pertumbuhan ekonomi - Terminologi. Secara singkat pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Kenaikan output perkapita tersebut (GDP/penduduk), menurut Adam Smith disebabkan adanya perkembangan tiga sumber produksi, yakni: 1. Sumber alam yang tersedia (tanah). 2. Sumber daya manusia (tenaga kerja). 3. Stok barang kapital yang ada (modal). Sebagai contoh, pertumbuhan ekonomi terjadi bila kegiatan yang mencakup tiga sumber produksi terlaksana sebagai berikut: 1. Penggunaan tanah lebih berdaya guna, sebagai contoh intensifikasi hasil pertanian yang akan meningkatkan pendapatan petani. 2. Tenaga Kerja terserap pada sektor produksi. 3. Investasi pemerintah pada pembangunan prasarana, seperti irigasi, pasar, jalan, pembangkit listrik, sekolah dsbnya. Investasi swasta, seperti pembangunan pabrik, toko, bidang jasa, dan lain sebagainya. Secara berkesinambungan pertumbuhan ekonomi didorong oleh pemerintah untuk mencapai kesejahteraan rakyat melalui optimasi produksi barang. Sebagai contoh sejak orde baru melalui program Repelita, pemerintah Indonesia dengan sistematis mengupayakan adanya pertumbuhan ekonomi tersebut. - Mengukur perkembangan ekonomi. Perkembangan ekonomi sebagai akibat terjadinya kegiatan ekonomi dapat diukur dengan mencatat jumlah barang dan jasa yang dihasilkan pada satu waktu yang dinilai uang saat itu. Pada Gambar 5 dapat dilihat konsepsi dari kegiatan perekonomian dan cara mengukurnya. Hasil pengukuran ini biasa disebut Produk Nasional Bruto (GNP). Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 5 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Bila pengukuran barang dan jasa ini hanya dibatasi semua transaksi yang terjadi pada wilayah Republik Indonesia disebut Produk Domestik Bruto (PDB). Usaha pengukuran pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti yang dikutip dari "Ace Partadiredja, Perhitungan Pendapatan Nasional", telah dirintis sejak tahun 1924, dan sejak tahun 1958, perhitungan nasional dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). BPS setiap tahun mengeluarkan data pendapatan nasional yang disajikan dengan membagi kegiatan perekonomian Indonesia menjadi 11 lapangan usaha (sektor), yaitu: 1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian 3. Industri 4. Bangunan 5. Listrik, Gas dan Air minum 6. Pengangkutan dan Komunikasi 7. Perdagangan Besar dan Eceran 8. Bank dan Lembaga Keuangan lainya 9. Sewa rumah 10. Pemerintah dan Pertanahan 11. Jasa-jasa Walaupun pengukuran ekonomi dengan cara diatas sangat bergantung pada kecermatan BPS dalam mengumpulkan data, serta kelemahan lainya. Penyajian angka PDB yang dilaporkan oleh BPS tetap menjadi salah satu indikator dalam mengukur pertumbuhan ekonomi. 1.3.2. Pertumbuhan kebutuhan energi Seperti telah disebut diatas, pertumbuhan ekonomi terjadi apabila ada penambahan asset pada setiap sektor kegiatan. Penambahan asset berarti terjadi perputaran kegiatan ekonomi pada tingkat produsen dan konsumen. Sebagai contoh, petani sebagai produsen menghasilkan beras, dan petani sebagai konsumen sebagainya. membutuhkan pakaian, bibit, bahan bakar dan Dengan demikian bila terjadi kegiatan ekonomi, terjadi pula Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 6 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ kegiatan energi. Sebagai komoditas perdagangan energi baik dalam bentuk primer (bahan bakar) atau sekunder (listrik), akan juga dibutuhkan sesuai dengan tingkat aktivitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi secara langsung akan juga mempengaruhi pertumbuhan kebutuhan energi, dan juga berlaku kondisi sebaliknya, ialah penyediaan energi akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. 1. Faktor Ekonomi. Hasil penelitian empiris dari kebutuhan energi terhadap aktivitas ekonomi, memperlihatkan pada dasarnya terdapat dua faktor ekonomi yang akan mempengaruhi kebutuhan energi, yaitu nilai input (value added) dan harga bahan bakar. Nilai input dapat berupa pendapatan per orang atau modal kerja atau nilai tambah untuk proses produksi dari suatu badan usaha, sedangkan harga bahan bakar adalah nilai nyata pada sisi konsumen. Dari hasil penelitian pada aplikasi model untuk prakiraan kebutuhan tenaga listrik, faktor ekonomi yang mempengaruhi kebutuhan listrik untuk setiap sektor pelanggan dirinci pada Tabel 7. 2. Keterkaitan Ekonomi Untuk memperlihatkan adanya keterkaitan antara faktor ekonomi dengan pertumbuhan energi, dilakukan analisi empiris antara pertumbuhan energi dengan faktor ekonomi. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 7 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Faktor Ekonomi Yang Berpengaruh Dalam Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik. SEKTOR FAKTOR EKONOMI RINCIAN Residensial 1. Pendapatan perkapita 1. Total PDRB dibagi jumlah penduduk Komersial/ 2. Tarif listrik 2. Rp/kWh Nilai tambah sektor servis Nilai tambah sektor servis terdiri Publik dari Value added sektor no 4 - 11, dari pembagian setor BPS pada tabel PDRB Industri 1. Tarif listrik 1. Rp/kWh 1. NNilai tambah sektor 1. NNilai tambah sektor 3 tabel industri PDRB terbitan BPS 2. Tarif listrik 2. Rp/kWh Pada Gambar 4, dapat dilihat grafik antara pertumbuhan kebutuhan listrik PLN dengan PDRB, pertumbuhan kebutuhan listrik residensial dengan PDRB, pertumbuhan kebutuhan sektor komersial dengan value added sektor servis dan pertumbuhan kebutuhan listrik sektor industri dan value added sektor industri. Grafik Hubungan Antara Pertumbuhan Penjualan Energi Dan PDRB MasingMasing Sektor PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah Tahun 1994-1999. 20 15 15 10 10 5 5 (%) (%) 20 0 1994 1995 1996 1997 1998 0 1999 1994 -5 -5 -10 -10 -15 -15 1995 1996 1997 1998 1999 -20 -20 Year Year GDP Total Non Oil & Gas kWh Total Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan GDP Total Non Oil & Gas kWh Residential Hal - 8 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ 25 20 20 15 15 10 (%) (%) 10 5 5 0 0 1994 1994 1995 1996 1997 1998 1995 1996 1997 1998 1999 1999 -5 -5 -10 -10 Year GDP Commercial Year kWh Bisnis Industry GDP Manufacturing kWh Industri Kita perhatikan grafik antara pertumbuhan penjualan listrik total PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan pertumbuhan PDRB (GDP), tampak pada gambar sejak tahun 1994 sampai dengan tahun 1999, grafik antara pertumbuhan PDRB dan penjualan listrik adalah sejajar, artinya bila terjadi perubahan dalam perekonomian maka akan terjadi perubahan yang sebanding pada konsumsi energi listrik. Invesment 141 Depreciation 78 Gross National Product 932 (Gross Natioan al Incom e) Net Nation al Produc t 854 National Income 771 Gross Busine ss Saving 98 Persona l Income 732 Household Disposable Personal Income 614 Govern ment Net Taxes 224 Gambar 1. Income And Expenditure Flow, 1969 (billions of dollars). Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 9 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ 1.3.3. Metode ekonometri untuk prakiraan Metode Ekonometri merupakan suatu metode untuk menganalisis fenomenafenomena ekonomi dengan menggunakan gabungan dari teori ekonomi, matematika dan statistika. Model Ekonometri yang juga disebut model tingkah laku atau model struktur ekonomi yang dirumuskan melalui hubungan matematika itu yang kemudian diterapkan pada data empirik yang dianalisis menggunakan metode statistika, sehingga dapat ditemukan hubungan-hubungan ekonomi yang bersifat pembuktian. Sebagai contoh, dalam penggunaannya untuk meramal penjualan tenaga listrik sebagai misal, teori ekonomi akan menyebutkan bahwa: 1. Besar konsumsi listrik suatu keluarga akan dipengaruhi oleh pendapatannya. 2. Rumah tangga tersebut akan mengurangi konsumsi listriknya apablia rekening listriknya dirasakan mengakibatkan pengeluaran sektor lain terganggu. 3. Pengurangan konsumsi listrik sebagai akibat penggunaan bentuk teknologi yang lain dan lebih murah. 4. Berdasarkan asumsi di atas dengan memperhatikan tersedianya data yang mendukung dengan Metode Ekonometri akan dibangun suatu model hubungan matematis yang menggambarkan asumsi di atas. 5. Setelah hubungan matematis atau faktor utilitas dari model ditentukan, hubungan ini diukur dan diuji dengan teknik analisa regresi. Hasil estimasi yang diperoleh dari hasil analisa regresi ini akan digunakan untuk prakiraan. 6. Pada makalah ini dibahas secara bertahap pengertian tentang Metode Ekonometri untuk analisa tingkah laku variabel prakiraan. A. Pengembangan model Dibawah ini dituliskan suatu model ekonometri linier sederhana yang memformulasikan pengaruh beberapa variabel terhadap konsumsi listrik. kWh = – ( x PELEC ) + ( x PKERO ) + ( x INC) J, dimana, - kWh = Konsumsi listrik - PELEC = Harga listrik Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 10 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ - PKERO = Harga kerosine - INC = Pendapatan per kapita Dari model tersebut dapat dikatakan: 1. KWh konsumsi akan bertambah bila harga kerosine dan pendapatan naik, hal ini disebabkan oleh dua alasan - Sebagai akibat kenaikan harga kerosine, pola penggunaan energi rumah tangga akan beralih pada substitusinya, dalam hal ini listrik. - Bila pendapatan per kapita naik, maka kebutuhan barang listrik akan meningkat pula. Hal ini akan menyebabkan kebutuhan tenaga listrik meningkat. KWh konsumsi akan berkurang bila harga listrik naik, hal ini disebabkan oleh berubahnya pola penggunaan tenaga listrik kepada substitusinya yang lebih murah, dalam hal ini kerosine. 2. Dengan demikian jelas dapat diperkirakan arah/tanda koefisien pada model, untuk harga kerosine dan pendapatan positif dan tanda negatif untuk harga listrik. 3.Dalam kenyataan, konsumsi energi listrik tidak hanya dipengaruhi oleh variabel tersebut diatas, melainkan masih banyak lagi variabel yang berpengaruh. Dalam teori ekonomi pengaruh diluar variabel tersebut diatas dianggap konstan, sedangkan dalam ekonometrika bahwa pengaruh variabel-variabel lainnya akan ditampung dalam satu variabel yang disebut sebagai variabel sisaan (E). Oleh karena itu dalam ekonometrika hubungan tersebut diatas dapat dinyatakan sebagai berikut: kWh = – ( x PELEC ) + ( x PKERO ) + ( x INC) + E 4. Bila formulasi diatas dirasakan cukup penalaranya tahap berikutnya dalam pekerjaan pengembangan model adalah mengumpulkan dan menganalisa data serta menguji keabsahan model tersebut dengan teknik regresi. 5. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ekonometrika, yaitu: Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 11 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan - Spesifikasi persamaan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ model atau yang dapat penyusunan hipotesis menggambarkan dalam hubungan bentuk variabel- variabelnya. - Mengumpulkan data variabel-variabel yang ada dalam model guna menentukan koefisien-koefisien dari fungsi/model. - Melakukan evaluasi terhadap koefisien penaksir model menurut kaidah ekonomi, statistik dan ekonometri. Secara skematis, langkah-langkah penelitian ekonometri adalah sebagai berikut: Gambar 2. Langkah-langkah Dalam Penelitian Ekonometri. Teori Ekonomi Langkah 1 Model Matematik Model Ekonometri Pengumpulan data yang relevan Langkah 2 Menaksir parameter Model Evaluasi Model Langkah 3 Menerima teori jika sesuai dengan data Menolak teori jika tidak sesuai dengan data Merevisi teori jika tidak sesuai dengan data Menguji teori yang direvisi dengan data baru B. Sumber Data dan Analisa Data. Dalam pengumpulan data dari variabel model tersebut, perlu diperhatikan beberapa hal : 1. Sumber data, apakah ada badan resmi yang mengeluarkan atau berasal dari perusahaan sendiri. 2. Bagaimana kemungkinan penyimpangan pada data dasar. 3. Ketersediaan data dari variabel yang dipilih pada model. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 12 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Pengetahuan tentang sumber data dan penyimpangan akan membantu dalam membuat model yang akurat. Pada umumnya data dasar terdiri dari dua macam Time Series dan Cross Section Data. Data Time Series, ialah databerkala dari suatu kegiatan dalam sebuah periode tertentu. Contoh : Penjualan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah Tahun 1993 1999 Data Cross Section, ialah kumpulan data dari suatu kegiatan pada satu periode yang sama. Dua macam data tersebut dapat digunakan pada model walaupun penggunaan Cross Section Data pada model ekonometri tidak memberikan tanggapan yang tepat terhadap perubahan. Sedangkan dengan menggunakan Time Series Data, model ekonometri tanggap terhadap perubahan. Dalam Model Ekonometri yang biasanya ditujukan untuk menguji tanggapan beberapa variabel terhadap penjualan, maka data Time Series lebih tepat bila digunakan. Walaupun demikian penggunaan data Time Series juga mempunyai kelemahan, jika perubahan dari variabel peramalan terlalu besar, menjadikan sulitnya diperoleh angka koefisien statistik yang dapat dipercaya (significant). Pada model ini, sebagai contoh data dapat diperoleh dari: 1. Data Penjualan kWh, dapat diperoleh dari Statistik Pengusahaan. 2. Data Harga Listrik, dapat diperoleh dari Statistik Pengusahaan (Rupiah/kWh), yang hanya perlu diperhatikan bahwa data tersebut harus dikoreksi dengan nilai inflasi. 3. Data pendapatan, dapat diperoleh dari Buku Statistik tahunan BPS. Sama halnya pada butir 2 diatas, data yang digunakan dalam bentuk harga konstan 1983. 4. Harga kerosine, dapat diperoleh dari Buku Statistik Pertambangan, Departemen Pertambangan dan Energi. 1. Ciri Bentuk Matematik dari model. Pada bagian ini dengan anggapan bahwa seleksi data dan variabel telah dilakukan. Variabel-variabel tersebut harus dirangkum secara bersama-sama, untuk memenuhi bentuk matematik yang baik sifatnya dan menjelaskan hubungan antara variabel tersebut. Bentuk dari Model Matematik juga adalah turunan dari anggapan dasar dan hukum ekonomi. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 13 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Dianjurkan dalam membuat peramalan dengan menggunakan Model Ekonometri, hindarkan dasar teori yang kompleks. Sampai diperoleh pengalaman dan keahlian, dengan model-model yang sederhana dan memiliki sifat dan pemikiranya yang jelas. Bentuk matematik yang sering dipakai, adalah : Linier Y = a + b.X +c.Z Perkalian Y = ea.Xb.Zc atau Ln(Y) = a + b. Ln(X) + c. Ln(Z) Exponential Y = ea + b.X + c.Z atau Ln(Y) = a + b.X + c.Z Bentuk persamaan matematik yang sederhana dari setiap bentuk tersebut adalah linier atau suatu bentuk matematik yang dapat diubah bentuk menjadi linier dengan mengambil logaritma biasa dari sisi kedua persamaan. Keuntungan dari bentuk ini adalah kemudahanya untuk mengestimasi koefisien a, b dan c. Elastisitas adalah sebuah konsep yang penting, secara umum elastisitas menerangkan tanggapan satu variabel terhadap variabel yang lain, sebagai contoh elastisitas harga dan kebutuhan tenaga listrik, adalah suatu ukuran terhadap tingginya tanggapan perubahan konsumsi listrik terhadap perubahan harga listrik. Persamaan matematis dari elastisitas harga terhadap konsumsi listrik adalah sebagai berikut: ( kWh.p) (kWh / kWh) -------------- = ------------------- (p) . kWh = (p/p) Pada persamaan perkalian seperti: KWh = ea.PELECb.PKEROc.INCd ……………………………………………...(1) Dapat dibuktikan bahwa b, c dan d adalah elastisitas untuk harga listrik harga kerosine dan pendapatan. Contoh Pembuktian kWh . PELEC) ea . b . PELECb-1 . PKEROc . INCd . PELEC -------------------- = ------------------------------------------------ PELEC) . kWh ea . PELECb . PEKEROc . INC PELEC = b Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 14 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Analogi dengan diatas dapat dibuktikan : PKERO = c dan INC = d Dengan melinierkan persamaan (1) diatas, menjadi : Ln(kWh) = a + b . Ln(PELEC) + c . Ln(PKERO) + d . Ln(INC) Dengan tekhnik regresi linier atau ordinary least square (OLS), koefisien a,b c dan d dapat dengan mudah dicari. Dalam praktek, menentukan bentuk matematis dari model perlu diingat : 1. Lebih menguntungkan menggunakan model yang sederhana daripada yang kompleks, bila kedua bentuk tersebut menerangkan hal yang sama. Hal yang menguntungkan dengan mempergunakan model yang sederhana, ialah lebih mudah mengamati perubahan suatu variabel terhadap variabel yang lain. 2. Bentuk model matematis tersebut, harus ada teori ekonomi yang mendukung. 3. Model yang baik akan mempunyai koefisien perkiraan yang baik pula. 2.Perkiraan dan Penafsiran. Bila data telah dikumpulkan dan model telah ditentukan, pekerjaan selanjutnya adalah mengestimasi koefisien daripada model dengan menggunakan teknik regresi. C. Teknik regresi. Teknik regresi ialah suatu metode statistik untuk mengukur hubungan dua variabel atau lebih, sebagai contoh disini dituliskan hubungan antara dua variabel sebagai berikut : Yi = 0 + . Xi + i ……………………………………………………….(2) Dimana, - Yi = Variabel tak bebas (dependent variabel) - Xi = Variabel bebas (independent variabel) - & = Koefisien yang harus dihitung - i = Variabel sisaan (error variable) Agar persamaan regresi yang diperoleh itu dapat digunakan untuk menaksir hasil observasi, maka diusahakan untuk menemukan persamaan yang mempunyai nilai simpangan yang terkecil. Metode yang dapat meminimumkan simpangan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dengan memenuhi asumsi-asumsi: - E(i) = 0, artinya total simpangan adalah 0 (nol). - Antara sisaan ke-i (i) tidak akan berkorelasi dengan sisaan ke-j (j). Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 15 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ = E[{i – E(i)}{j – E(j)}] Cov(ei,ej) = E(i.j) dimana i = j dan E(i) = 0 = 0 - Varian dari I untuk setiap X adalah konstan sebesar jumlah kuadratnya Var(i) = E[i - E(i)]2 = E(i)2, dimana i = j = E(i,j) = 2 - Sisaan tidak berkorelasi dengan variabel X Cov(i,Xi) = E{i - E(i)}{Xi – E(Xi)} = 0 Persamaan diatas adalah merupakan persamaan garis lurus yang ditaksir dengan: Yi^ = 0 + 1 . Xi Dengan substitusi persamaan 2 dan 3, maka nilai dan dapat dihitung sebagai berikut: n (XiYi) - Xi . Yi 1 = ------------------------------ ……………………………………(3) n Xi2 - (Xi)2 y = 1 ---- x (Yi) n x = 1 ---- x (Xi) n 0 = y – .x …………………………………………………….(4) Untuk mengetahui hubungan dua variabel tersebut ada pada teknik regresi dapat diuji dengan mengetahui beberapa bilangan, seperti: 1. Bilangan t statistik. Dipergunakan untuk menguji hipotesa bahwa nilai a dan b tidak sama dengan nol. i t(i) = ------- V(i) Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 16 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ V(i) = variasi dari koefisien yang ke-i. 1 x2 V(0) = ---- + -------n (Xi)2 2 2 V(1) = -----------(Xi)2 2. Bilangan R2. Menunjukkan hasil perhitungan menggunakan rumus (2), dapat sesuai dengan data berkala dari Y. R2 dihitung dengan rumus sebagai berikut : ((Xi - x) . (Yi -y))2 R2 = ------------------------- ………………………………………(5) (Yi -y)2 (Xi - x)2 Bila harga R2 = 1, maka hasil perhitungan menggunakan persamaan (2), sesuai dengan data berkala dari Y, yang artinya bahwa antara variabel Y dan X terdapat korelasi yang erat, sebaliknya jika R2=0 antara keduanya tidak terjadi korelasi. 3. Bilangan F (Fisher Test). Adalah untuk menguji apakah secara keseluruhan persamaan (2) tidak mempunyai koefisien & sama dengan nol. Pengujian secara keseluruhan ini untuk mengetahui apakah persamaan model tersebut seluruhnya dapat memberikan arti/ tidak untuk menjelaskan setiap perubahan nilai variabel yang diduga. Pengujian dengan Uji-F ini menggunakan hipotesis: - H0 : i = 0 - H1 : i = 0 Bila nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel pada tingkat (,n1,n2) maka akan menolak hipotesis nol (H0) yang artinya koefisien i dari model persamaan tidak sama dengan nol. Demikian juga bila diperoleh F-hitung yang lebih kecil dari F-tabel, maka H0 akan ditolak yang artinya bahwa ada koefisien model sama dengan nol, atau dengan kata lain variabel-variabel penduganya (X) tidak berpengaruh terhadap variabel yang diduga (Y). Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 17 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan 4. LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Durbin-Watson Statistik. Digunakan untuk menguji apakah terdapat autokorelasi dari residual, artinya ada korelasi antara sisaan pada periode t dengan sisaan pada periode t-1. Syarat model tidak terjadi otokorelasi adalah: - E(i,j) = 0 untuk semua i = j - E(i) = 0, dan - Cov(t,t-1) = E{t – E(t)}{t-1 – E(t-1)} = E{t – 0}{t-1 – 0} = E(t).E(t-1) = 0 Ada beberapa penyebab terjadinya otokorelasi, yaitu: - Kelambanan, sebagai contoh pada kasus perubahan situasi ekonomi biasanya tidak langsung mempunyai pengaruh. - Spesifikasi bias, bila dalam model tidak menyertakan variabel yang memang sangat relevan pada model. - Salah bentuk fungsi, misalnya fungsi yang seharusnya non-linear tetapi digunakan fungsi linear. - Pengaruh Time-Lag, selain dipengaruhi variabel pada periode t juga dipengaruhi pula variabel pada periode t-1. Pengujian ada/tidak adanya otokorelasi salah satunya menggunakan Uji DurbinWatson yang diformulasikan sebagai berikut, (t - t-1)2 D = ----------------t 2 Cara pengujian dengan Durbin-Watson menggunakan hipotesis, H0 : tidak ada otokorelasi H1 : ada otokorelasi Daerah batas pengujian oleh Durbin-Watson digambarkan pada Gambar 7 sebagai berikut, Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 18 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Gambar 3. LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Daerah Batas Uji Durbin-Watson. Non Otokorelasi Inconclusive Otokorelasi (-) Otokorelasi (+) Inconclusive dL dU 4-dU 4-dL 2 Dari nilai d yang telah diperoleh dapat dilihat masuk daerah yang mana, bila masuk daerah non-otokorelasi artinya model tersebut sudah cukup untuk digunakan, namun bila masuk daerah otokorelasi maka model tersebut masih perlu tambahan variabel lain. Perbaikan model otokorelasi adalah, Yt* = Yt – .Yt-1 Xt* = Xt – .Xt-1 Dimana, (et.et-1) et-1 Semua uji diatas tersebut, sekarang ini dapat dengan mudah dilakukan perhitungannya dengan menggunakan bantuan program komputer, seperti Excel atau lotus. 5. Regresi dengan masalahnya. Dalam praktek sering dijumpai koefisien-koefisien dari regresi tidak memberikan seperti yang diharapkan, beberapa masalah yang biasa adalah : 1. Nilai t rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa sebab, yaitu : a. Variabel dalam model tidak menunjukkan tanggapan untuk dapat mengambil beberapa kesimpulan tentang pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. b. Variabel yang dipilih tidak penting atau tidak mempunyai hubungan. c. Data yang digunakan tidak mencukupi untuk menghasilkan estimasi yang berarti. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 19 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan d. LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Variabel independent pada model, mempunyai kaitan yang erat (multi collinearity). Contoh dibawah ini memperlihatkan cara memilih koefisien yang berarti secara statistik dari dua hasil perhitungan regresi untuk mendapatkan elastisitas harga dari kWh, didapat angka elastisitas sebagai berikut : -0.391 dan -0,387, dan masing-masing angka t dari hasil perhitungan sebesar 2,19, -1,30, walaupun keduanya mempunyai besar nilai elastisitas yang serupa, tapi perkiraan pertama terlebih dahulu lebih unggul secara statistik karena memiliki bilangan t> + 2. 2. R2 rendah. Nilai R2 lebih rendah dari 0.6, menyatakan bahwa persamaan itu tidak banyak menjelaskan variasi dalam variabel independent (bergantung). Alasan a,b,c,d, dan e pada butir IV.B.1. diatas, atau beberapa kombinasi dari itu adalah penyebab dari masalah ini. 3. Autocorrelation. Bila bilangan Durbin Watson < 2 , dapat ditafsirkan bahwa residual dari hasil persamaan regresi mempunyai auto-korelasi. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan kesalahan pemilihan variabel atau model matematis yang digunakan. Contoh Penggunaan Model Ekonometri. Pada contoh penggunaan Model Ekonometri disajikan hasil analisa regresi dari penjualan listrik setiap sektor sebagai fungsi dari pertumbuhan ekonomi dan harga listrik untuk total penjualan PLN. Model Ekonometri yang menghubungkan penjualan dengan dua variabel tersebut sebagai berikut : Ln(kWh) = a + b . Ln(pertumbuhan ekonomi) - c . Ln(harga listrik) Maksud dari pembuatan model ini ialah untuk menganalisa pengaruh pertumbuhan ekonomi dan harga listrik pada penjualan listrik. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 20 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Pada pendefinisian diatas diasumsikan penjualan kWh akan bertambah bila harga listrik meningkat. Koefisien b dan c adalah harga elastisitas dari penjualan kWh terhadap pertumbuhan ekonomi dan harga listrik. 1. Hasil regresi . Seperti telah diterangkan pada Bab II, persamaan (1) diatas dicari hubungannya dengan menggunakan tekhnik regresi. Pada Tabel 8 dapat dilihat data yang digunakan, pada analisa ini dan pada Tabel 9, 10, 11 dan 12 dapat dilihat hasil estimasi dari persamaan diatas untuk setiap sektor. 1. Data Penjualan, Rupiah per kWh Dan PDRB Masing-masing Kelompok Pelanggan. Tahu n GWh GDP Rupiah/kWh Total Non Oil & Rumah Tangga Gas 1993 1732.891602 35985328 127.0990033 1994 2009.598389 38722504 129.7346158 1995 2363.240723 41764775 139.2568958 1996 2732.539063 45072736 141.0876775 1997 3102.67334 46508901 144.8628775 1998 3404.110352 39965743.33 163.4021514 1999 3908.901123 41648118.04 164.5605099 Bisnis Commercial 1993 276.1508179 9545558 267.5859792 1994 323.0920105 10570956 267.6618065 1995 378.8469849 11545386 227.4463634 1996 459.4159851 12491192 230.4151802 1997 541.0681152 13292213 233.0938443 1998 556.0252686 12315513.11 320.84362 1999 597.4351807 12726692.56 333.3639672 Publik 1993 251.9856873 Services 4742765 Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 152.1139827 Hal - 21 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ 1994 275.941864 4926896 154.6367704 1995 301.3807068 5131237 161.8003937 1996 335.3469849 5373712 161.5558047 1997 386.4963684 5537039 161.5229821 1998 427.8047791 5081235.222 223.302087 1999 445.6585693 5200295.188 245.6340875 Industry Industri Manufacturing 1993 1677.650879 8727598 134.854204 1994 1963.416016 9948155 136.0766517 1995 2196.695557 10940835 144.4678349 1996 2381.808105 12167086 147.7054517 1997 2735.627441 12547482 151.7648334 1998 2654.288086 11833982.17 189.9171509 1999 2940.578125 12445825.49 198.2884981 Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 22 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan 2. LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Hasil Analisa Regresi Model 1 Untuk Pelanggan Rumah Tangga. SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.992469648 R Square 0.984996003 Adjusted R Square 0.977494005 Standard Error Observations 0.043723168 7 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 2 0.502008105 0.251 131.298 0.00022512 Residual 4 0.007646862 0.0019 Total 6 0.509654967 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Durbin-Watson Intercept -21.00376304 3.598219321 -5.8373 0.00429 -30.99404216 -11.01348393 2.656508469 X Variable 1 0.954909101 0.218507229 4.3701 0.01197 0.348234518 1.561583685 X Variable 2 2.444634562 0.188815958 12.947 0.00021 1.920396333 2.968872791 Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 23 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan 3. LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Hasil Analisa Regresi Model 1 Untuk Pelanggan Komersil. SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.995942041 R Square 0.991900549 Adjusted R Square 0.987850824 Standard Error Observations 0.032608733 7 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 2 0.520883274 0.2604 244.93 6.56011E-05 Residual 4 0.004253318 0.0011 Total 6 0.525136592 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Durbin-Watson Intercept -35.75332481 1.900847779 -18.809 4.7E-05 -41.03093525 -30.47571436 2.528444356 X Variable 1 2.357537337 0.11380757 20.715 3.2E-05 2.041556211 2.673518463 X Variable 2 0.617702504 0.084572759 7.3038 0.00187 0.382890394 0.852514615 Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 24 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan 4. LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Hasil Analisa Regresi Model 1 Untuk Pelanggan Publik. SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.984439806 R Square 0.969121731 Adjusted R Square 0.953682597 Standard Error Observations 0.047351431 7 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 2 0.281482626 0.1407 62.7705 0.000953467 Residual 4 0.008968632 0.0022 Total 6 0.290451258 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Durbin-Watson Intercept -32.68840475 5.783702877 -5.6518 0.00483 -48.74657156 -16.63023795 1.815381557 X Variable 1 2.201400883 0.377462964 5.8321 0.00431 1.153393513 3.249408253 X Variable 2 0.869302621 0.100268715 8.6697 0.00097 0.590911463 1.14769378 Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 25 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan 5. LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Hasil Analisa Regresi Model 1 Untuk Pelanggan Industri. SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.989478922 R Square 0.979068537 Adjusted R Square 0.968602805 Standard Error 0.035293034 Observations 7 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 2 0.233051277 0.1165 93.5499 0.000438126 Residual 4 0.004982393 0.0012 Total 6 0.23803367 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Durbin-Watson Intercept -12.0501378 1.927700798 -6.251 0.00334 -17.40230433 -6.697971272 3.144034467 X Variable 1 1.089208006 0.140002333 7.7799 0.00147 0.700498409 1.477917603 X Variable 2 0.421424824 0.121930149 3.4563 0.02591 0.082891759 0.75995789 Dari hasil analisa pada Tabel 9 sampai 12, hasil estimasi untuk persamaan 1 menunjukkan bahwa, 1. Sektor Rumah Tangga. Dari hasil Uji t dan Uji F menunjukkan hasil yang mendukung keabsahan dari persamaan secara umum cukup berarti, yaitu sebesar 131.3, didukung pula dengan koefisien determinasi yang baik 98%, sehingga menunjukkan hasil estimasi dengan persamaan Ln(kWh) = -21.0 + 0.95Ln(GDP) + 2.44Ln (Price), dapat menggambarkan data penjualan dengan tepat. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 26 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Tetapi bila ditinjau lebih dalam, pada koefisien regresi untuk harga listrik yang sebesar 2.44, hal ini menyalahi asumsi pada persamaan model 1, dimana menurut hukum ekonomi, elastisitas harga listrik haruslah bernilai negatip (kenaikan harga listrik akan menyebabkan konsumsi listrik berkurang). Walaupun nilai elastisitas tarip tidak sesuai dengan asumsi dasar, hal ini dikarenakan hingga sampai saat ini tarip PLN masih bukan menjadi kendala bagi pelanggan rumah tangga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan persamaan model 1 untuk sektor rumah tangga adalah tepat untuk menggambarkan hubungan antara kWh jual dengan pertumbuhan ekonomi didukung pula dengan perolehan Uji DurbinWatson yang menyatakan tidak ada autokorelasi. 2. Sektor Komersil. Dengan menggunakan analisa yang serupa pada sektor rumah tangga, dapat dikatakan, bahwa uji model memenuhi nilai keabsahan. Hal ini ditunjukkan dari semua nilai hasil uji regresi (F dan t) dengan tingkat kepercayaan 95% lebih besar dari nilai F dan t yang sebenarnya (t-tabel) dan Durbin-Watson yang menyatakan tidak terjadi autokorelasi. Sehingga untuk sektor komersil penggunaan model 1 adalah tepat (absah digunakan). 3. Sektor Publik. Serupa dengan sektor komersil, maka pada kelompok pelanggan publik juga menunjukkan keabsahan model. 4. Sektor Industri. Pada sektor ini hasil analisa regresi menunjukkan keabsahan model dengan dihasilkannya nilai F dan t yang lebih besar. Namun pada Uji Durbin-Watson menunjukkan adanya autokorelasi, sehingga perlu dibuat modifikasi model baru yang dapat menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Dengan menggunakan transformasi Durbin-Watson, diperoleh hasil analisa regresi seperti pada Tabel 13 yang dapat menunjukkan keabsahan model lebih baik. 6. Hasil Analisa Regresi Tranformasi Model 1 Untuk Pelanggan Industri. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 27 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.995890384 R Square 0.991797656 Adjusted R Square 0.986329427 Standard Error 0.030491003 Observations 6 ANOVA Df SS MS F Significance F Regression 2 0.337248307 0.16862 181.3746 0.00074286 Residual 3 0.002789104 0.00093 Total 5 0.340037411 Coefficients Standard Error t Stat Intercept P-value Lower 95% Upper 95% Durbin-Watson -18.12872194 2.456808681 -7.379 0.005146 -25.94739098 -10.310053 1.20679E-05 X Variable 1 1.02492072 0.109903131 9.32567 0.002611 0.67515958 1.37468186 X Variable 2 0.471979723 1. 0.0836034 5.64546 0.010999 0.205916144 0.7380433 Dari keseluruhan hasil perhitungan nilai koefisien, ternyata variabel tarip listrik tidak sesuai dengan hukum ekonomi yang menyatakan adanya hubungan yang negatif antara tarip dengan konsumsi energi listrik. Hal ini dikarenakan tarip listrik yang diterapkan PLN pada periode pengamatan tidak menjadi masalah bagi pelanggan PLN dalam hal penggunaan energi, atau dengan kata lain tarip PLN masih rendah sehingga sidak berpengaruh secara ekonomi bagi pelanggan. 2. Modifikasi Persamaan Model 1. Dari bahasan A, Model 1 dapat dilakukan pengembangan dengan memodifikasi model. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 28 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Walaupun demikian beberapa hal perlu diperhatikan oleh pembuat model dalam menambah variabel atau memodifikasi persamaan model awal : - Penambahan variabel bebas akan memperbaiki koefisien diterminasi (R^2), dan akan pula mengakibatkan meningkatkan Durbin-Watson serta berkurangnya Standar error. - Meningkatkan harga R2 dan Durbin-Watson belum menjamin tepatnya model perlu juga diperhatikan nilai F dan harga t, bila kedua bilangan tersebut lebih rendah dari model awal maka penambahan variabel dan modifikasi model tidaklah tepat. Pada kasus persamaan Model 1, usaha penulis untuk memperbaiki Model 1 setelah melakukan beberapa macam percobaan adalah dengan cara mengubah Model 1 menjadi model yang tanggap akan waktu (Koyck distributed Lag model). Landasan untuk teori ini adalah dengan mengasumsikan tanggapan konsumen dalam mengkonsumsi listrik terhadap perubahan variabel bebas (pendapatan menaik harga listrik naik) tidaklah dalam waktu yang bersamaan atau seketika. Mungkin para konsumen membutuhkan waktu untuk membeli peralatan listrik baru atau menyadari bahwa rekening listrik lebih mahal. Sehingga penjualan listrik saat ini, dipengaruhi pula oleh pendapatan dan harga listrik masa lalu. Secara matematis hubungan ini dapat dituliskan sebagai berikut : KWht = oGDPt + 1GDPt-1 + … kGDPt-k - oPricet - 1Pricet-1 - …kPricet-k Kelemahan dari persamaan diatas bila dibuat analisa regresi akan terjadi satu kondisi yang disebut coolinearty (saling berhubungan) pada variabel bebas ruas kanan persamaan. Untuk itu Koyck menyarankan mengubah bentuk persamaan diatas dengan anggapan pengaruh variabel masa lalu mungkin hanya 50% dan 25% dari masa sebelumnya dan menjadi nol persen untuk waktu-waktu lampu sebelumnya. Sehingga dapat dituliskan B1=0, B2=20 dan seterusnya dimana 0<<1 atau (kWht) = 0(GDPt) + 0(GDPt-1) - 0(Pricet) - 0 (Price t-1) ……………(6) Kemudian (kWht-1) = 0GDPt-1) - 0(Pricet-1) ……………………………………(7) Bila kedua persamaan diatas (6) dan (7) kita substitusikan akan didapat kWht – (kWht-1) = 0 (GDPt) - 0 (Pricet) ………………………………..(8) Atau persamaan (10) dapat dituliskan Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 29 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ kWht = 0 (GDPt) - 0(Pricet) + (kWht-1) Dengan demikian pada persamaan (10) di atas, elastisitas untuk GDP adalah : 0 GDP = --------(1 - ) 0 Price = --------(1 - ) Elstisitas GDP dan elastisitas harga listrik yang didapat dengan cara ini disebut Long Run Elasticity dengan T adalah fraksi waktu penyesuaian. Sedangkan elastisitas yang didapat pada model 1 disebut Short Run Elasticity. Pada Tabel 14 sampai 17 dapat dilihat hasil analisa regresi persamaan (8) diatas yang selanjutnya akan ditulis dengan Model 2. 7. Hasil Analisa Regresi Model 2 Untuk Pelanggan Rumah Tangga. SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.9976049 R Square 0.99521554 Adjusted R Square 0.98803884 Standard Error 0.02667809 Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 30 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Observations LUR/HAR/HAR TRANS GI/ 6 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 3 0.29608967 0.0987 138.673 0.007168105 Residual 2 0.001423441 0.00071 Total 5 0.297513111 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Durbin-Watson Intercept -2.52900493 7.090905676 -0.3567 0.75546 -33.03873083 27.980721 2.114590767 X Variable 1 0.15891128 0.324887762 0.48913 0.67313 -1.238968908 1.55679147 X Variable 2 0.18877955 0.778093437 0.24262 0.83091 -3.159088635 3.53664773 X Variable 3 0.86352862 0.292600946 2.95122 0.09819 -0.395432521 2.12248975 8. Hasil Analisa Regresi Model 2 Untuk Pelanggan Komersil. SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.99990496 R Square 0.99980992 Adjusted R Square 0.99952481 Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 31 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Standard Error 0.00527172 Observations 6 LUR/HAR/HAR TRANS GI/ ANOVA df SS MS F Regression 3 0.292365582 0.09746 3506.71 Residual 2 5.55822E-05 2.8E-05 Total 5 0.292421164 Significance F 0.0002851 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Durbin-Watson Intercept -23.339903 2.539591498 -9.1904 0.01163 -34.26689088 -12.4129151 3.101278215 X Variable 1 1.58196396 0.158269783 9.99536 0.00986 0.900983573 2.26294435 X Variable 2 0.25432009 0.056377746 4.511 0.04579 0.01174606 0.49689412 X Variable 3 0.37574668 0.057898119 6.48979 0.02293 0.126631008 0.62486235 9. Hasil Analisa Regresi Model 2 Untuk Pelanggan Publik. SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.99819395 R Square 0.99639116 Adjusted R Square 0.99097791 Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 32 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Standard Error LUR/HAR/HAR TRANS GI/ 0.01837704 Observations 6 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 3 0.186484908 0.06216 184.065 0.005408367 Residual 2 0.000675431 0.00034 Total 5 0.187160339 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Durbin-Watson Intercept 19.4655313 11.47087323 1.69695 0.2318 -29.88968707 68.8207496 3.142341867 X Variable 1 -1.25955326 0.757754151 -1.6622 0.23836 -4.519908501 2.00080197 X Variable 2 -0.88411169 0.363556335 -2.4318 0.13555 -2.448369432 0.68014606 X Variable 3 1.81420642 0.371234823 4.88695 0.03941 0.216910785 3.41150206 10. Hasil Analisa Regresi Model 2 Untuk Pelanggan Industri. SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.97796866 R Square 0.9564227 Adjusted R Square 0.89105675 Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 33 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Standard Error Observations LUR/HAR/HAR TRANS GI/ 0.04974688 6 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 3 0.108630376 0.03621 14.6318 0.064648571 Residual 2 0.004949504 0.00247 Total 5 0.11357988 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Durbin-Watson Intercept -13.0034886 8.828275422 -1.4729 0.27866 -50.98851836 24.9815412 3.165825778 X Variable 1 1.16484094 0.688072173 1.69291 0.23255 -1.795696732 4.12537862 X Variable 2 0.46696322 0.455876099 1.02432 0.4134 -1.494514693 2.42844112 X Variable 3 -0.06588626 0.591871815 -0.1113 0.92153 -2.612506908 2.48073439 Hasil Analisa Regresi Persamaan Model 2. Dalam menganalisa hasil regresi persamaan Model 2, pertama kita tinjau nilai F dan t untuk setiap sektor, ternyata nilai t untuk sektor komersil dan publik lebih besar dari dari nilai t-tabel, dan nilai t untuk sektor rumah tangga dan industri lebih kecil dari nilai t-tabel. Khusus sektor industri didapati nilai F yang tidak menunjukkan keabsahan model 2. Pengembangan model 2 ini ternyata masih belum cukup baik untuk memperbaiki model 1. Perhitungan koefisien elastisitas adalah sebagai berikut, Long Run Elasticity Sektor 0 0 GDP Price Rumah Tangga 0.16 0.19 0.86 0.95 2.44 Komersil 1.58 0.25 0.38 2.36 0.62 2.20 0.87 Publik - - 1.26 0.88 Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 1.81 Hal - 34 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Industri 1.16 0.47 0.07 1.09 0.42 Penggunaan Untuk Analisa kWh Jual. Dari bahasan pada 1 sampai dengan 3 telah diterangkan bagaimana membuat tafsiran secara umum dari hasi analisa regresi. Pada bagian ini akan disajikan bagaiman mempergunakan koefisien elastisitas untuk melihat pengaruh kWh jual terhadap pertumbuhan ekonomi dan harga listrik. Pada tabel dibawah ini ditulis mengenai elastisitas yang diperoleh dari persamaan model 1 dan 2. Sektor Elasticitas GDP Elastisitas Harga Listrik Rumah Short Long Short Long Run Run Run Run 0.95 2.44 Tangga 1.14 1.36 Komersil 2.36 2.51 0.62 0.40 Publik 2.20 1.56 0.87 1.09 Industri 1.09 1.08 0.42 0.44 Untuk mempergunakan nilai elastisitas tersebut pada teabel 1 guna menganalisa kWh jual perlu diingatkan kembali definisi dari elastisitas yang dapat ditulis dalam hubungan sebagai berikut, Yt+1 – Yt Xt+1 – Xt ------------ = -----------Yt Xt Dimana Yt+1 – Yt Xt+1 – Xt ------------ atau -----------Yt Xt Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 35 PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan LUR/HAR/HAR TRANS GI/ Adalah rumusan untuk menghitung pertumbuhan. Dengan menggunakan persamaan (6), maka bila diketahui pertumbuhan GDP 5 %/tahun dan harga listrik 3 %/tahun, dengan mempergunakan nilai elastisitas pada tabel 1 sebagai misal untuk Sektor Komersil pengaruh pertumbuhan kWh jual terhadap GDP adalah sebesar : 1. Short run, % pertumbuhan kWh jual/tahun = 2.36 x 5%/tahun + 0.62 x 3%/tahun = 13.66%/tahun. 2. Long run, % pertumbuhan kWh jual/tahun = 2.51 x 5%/tahun + 0.4 x 3%/tahun = 13.75%/tahun. Atau dapat disimpulkan sebagai berikut, dengan pertumbuhan GDP 5 %/tahun dan pertumbuhan harga listrik 3% /tahun, pertumbuhan kWh jual untuk sektor Listrik adalah: 1. Dalam jangka pendek (short run) kWh jual akan hanya tumbuh sebesar 13.66%/tahun akibat pertumbuhan GDP dan harga listrik. 2. Dalam jangka panjang (Long run) kWh jual akan tumbuh sebesar 13.75%/tahun, nilai ini adalah hasil dari pertumbuhan sebesar 12.55%/tahun karena pertumbuhan GDP dikurangi menurunya kWh jual sebesar 1.2%/tahun sebagai akibat naiknya harga listrik. Penutup. Metode Ekonometri adalah suatu cara untuk menganalisa hubungan dari beberapa variabel ekonomi dengan menggunakan tekhnik regresi. Dengan menggunakan Metode Ekonometri untuk menganalisa pengaruh variabel lain terhadap penjualan kWh, akan memiliki keuntungan untuk menguji keabsahan dari variabel yang diasumsikan. Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan Hal - 36