Paper: Kepemimpinan Dan Komunikasi GAYA KEPEMIMPINAN KETUA JURUSAN SEBAGAI LEADERSHIP DI INSTITUSI PENDIDIKAN Minat Utama Sistem Informasi Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Oleh : AGUS HENDRA AL-RAHMAD 11/323668/PKU/12522 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011 1 A. Kepemimpinan Ketua Jurusan Seiring dengan era global, kebijakan pemerintah Indonesia pada saat ini terfokus pada pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), hal ini nampak pada strategi nasional yang memfokuskan pada pembangunan SDM yang dititik beratkan pada 5 (lima) bidang pembangunan yaitu : kesehatan, pendidikan, pangan, sosial budaya dan keamanan. Sementara itu Depdiknas telah menetapkan visi pendidikan tinggi yaitu menjadikan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Visi ini sesuai dengan tuntutan global yaitu meningkatkan daya saing bangsa dan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia (Depkes RI, 2007). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 1999 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan tinggi adalah 1) menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik, dan atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian, 2) menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Usaha untuk meningkatkan dan mempertinggi kinerja dosen diperlukan pelaku organisasi yang piawai sehingga mampu memanajemen diri sendiri dan memanajemen organisasi sesuai dengan fungsi manajemen agar nantinya memiliki kemasakinian dan kemasadepanan. Hal ini menuntut peran pemimpin dalam organisasi manapun untuk dapat membina, merangsang, dan menjembatani para anggota organisasi untuk menyadari tugas dan tanggung jawab yang diembankannya. Kepiawaian pemimpin dalam berkomunikasi, memotivasi bahwa ada kemungkinan mempunyai hubungan yang erat dengan kinerja bawahannya (Hasibuan, 1996). Kunci Keberhasilan suatu Jurusan pada hakekatnya terletak pada efiesensi dan efektifitas penampilan seorang Ketua Jurusan. Keberhasilan Jurusan adalah keberhasilan Ketua Jurusan dan keberhasilan Ketua Jurusan adalah keberhasilan Jurusan. Pada saat ini masalah Ketua Jurusan merupakan suatu peran yang menunut persyaratan kepemimpinan yang kuat, bahkan telah berkembang 1 menjadi tuntutan yang meluas dari masyarakat sebagai kriteria keberhasilan Jurusan, maka selalu ditekankan pentingnya lima kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh Ketua Jurusan yaitu conceptual skill, human skill, technical skills, decision making skill, dan time management skill (Sule dan Saefullah, 2006). Dengan demikian lima macam keterampilan dasar tersebut, Ketua Jurusan di harapkan mampu dalam hal ; menentukan tujuan sekolah/Jurusan, mengorganisasikan atau mengatur sekolah, menanamkan pengaruh atau kewibawaan kemempinannya, memperbaiki pengambilan keputusan dan melaksanakan perubahan (perbaikan) pendidikan. Di samping ke lima ketrampilan dasar yang dimiliki Ketua Jurusan, bahwa seorang Ketua Jurusan juga perlu memahami dan mewujudkan prinsip-prinsip pelaksanaan atau praktek, dan prosedur dalam memperbaiki program pengajaran, bekerja secara efektif dengan staf dan para siswa, mengelola segala sumber daya Jurusan dan meningkatkan hubungan kerja sama antara Jurusan dan masyarakat. Kepemimpinan Ketua Jurusan adalah cara Ketua Jurusan dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan dosen, staf, siswa, orang tua siswa, dan pihak lain yang terkait untuk bekerja berperan serta mencapai tujuan jurusan. Proses hubungan kerja ini erat kaitannya dengan proses komunikasi, motivasi yang dilakukan oleh Ketua Jurusan terhadap bawahannya. Untuk mengetahui kemampuan kepemimpinan berkomunikasi memberi motivasi bawahan maka jawabannya adalah kinerja dosen. Masalah kepemimpinan Ketua Jurusan dan kinerja dosen sangat komplek dan menyangkut banyak aspek, baik aspek individu maupun organisasi. Kepemimpinan Ketua Jurusan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan terwujudnya visi dan misi jurusan yang dipimpinnya. Oleh karena itu, Ketua Jurusan dituntut memiliki kemampuan dalam kepemimpinan dan manajemen pendidikan yang mapan sehingga ia dapat mengambil keputusan, inisiatif atau prakarsa yang tepat dan cepat untuk meningkatkan mutu pendidikan jurusannya. Disamping itu kurangnya keteladanan kepemimpinan dalam hal disiplin, kurangnya keterbukaan dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, 2 serta kurangnya penghargaan atas prestasi kerja bawahan, masih adanya sikap suka dan tidak suka terhadap bawahan tertentu, sehingga muncul konflik antar personil, disiplin dan semangat kerja rendah, tidak merasa memiliki dan bertanggung jawab bersama. Akibatnya kinerja personil rendah, hal ini akan berimplikasi pada kinerja organisasi yang rendah. B. Ketua Jurusan Sebagai Pemimpin Pendidikan Keberhasilan atau kegagalan bawahan dalam melaksanakan tugasnya adalah suatu refleksi langsung keberhasilan atau kegagalan dari pemimpin. Sehubungan dengan hal tersebut dalam usaha mencapai keberhasilan kepemimpinan, seorang pemimpin harus mengetahui fungsi kepemimpinannya. Dalam organisasi jurusan, pucuk pimpinannya adalah Ketua Jurusan dengan berbagai tipe kepemimpinan adalah pola perilaku yang ditampilkan oleh seorang pemimpin, terutama pada saat pemimpin itu mempengaruhi orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan, perlu diketahui oleh seorang pemimpin bahwa perilaku yang baik dan bermamfaat menurut persepsi bawahannya. Selanjutnya yang menjadi pertayaan adalah tipe-tipe kepemimpinan yang manakah yang paling efektif diterapkan di organisasi pendidikan. Menurut para ahli tipe dasar kepemimpinan adalah otoriter, demokratis yang selanjutnya berkembang dan timbul tipe dasar kepemimpinan lain, misalnya instruktif, konsultatif, partisipatif dan delegatif. Dalam pelaksanaannya, keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah/ ketua jurusan sangat di pengaruhi hal-hal sebagai berikut: a. Kepribadian yang kuat, ketua jurusan harus mengembangkan pribadi yang percaya diri, berani, bersemangat, murah hati, yang memiliki kepekaan sosial. b. Memahami tujuan pendidkan dengan baik, pemahaman yang baik merupakan bekal utama ketua jurusan agar dapat menjelaskan kepada dosen, staf dan mahasiswa dan pihak lain, serta menemukan strategi yang tepat untuk mencapainya. 3 c. Pengetahuan yang luas, ketua jurusan harus memiliki pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya maupun bidang lain yang terkait. d. Keterampilan profesional yang terkait dengan tugasnya sebagai ketua jurusan yaitu: 1) Keterampilan teknis, misalnya menyusun jadwal pelajaran, mensupervisi pengajaran, memimpin rapat dan seterusnya. 2) Keterampilan hubungan kemanusiaan, misalnya bekerja sama dengan orang lain, memotivasi dosen dan staf dan seterusnya. 3) Keterampilan konseptual, misalnya mengembangkan konsep pengembangan sekolah, memperkirakan masalah yang akan muncul dan mencari pemecahannya. Prinsip kepemimpinan yang perlu dipahami dan dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam mengembangkan sekolah yang dipimpin adalah: 1) Kontruktif artinya kepala sekolah harus mendorong dan membina setiap staf untuk berkembang secara optimal. 2) Kreatif artinya kepala sekolah harus selalu mencari gagasan dan cara baru dalam melaksanakan tugasnya. 3) Partisipatif artinya mendorong keterlibatan semua pihak yang terkait dalam setiap kegiatan di sekolah. 4) Kooperatif, artinya mementingkan kerja sama dengan staf dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. 5) Delegatif artinya berupaya mendelegasikan tugas kepada staf sesuai dengan deskripsi tugas / jabatan serta kemampuan mereka. 6) Integratif artinya selalu mengintegrasikan semua kegiatan sehingga dihasilkan sinergi untuk mencapai tujuan jurusan. 7) Rasional dan objektif artinya dalam melaksakan tugas atau bertindak selalu berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif. 8) Pragmatis artinya dalam menetapkan kebijakan atau target, ketua jurusan harus mendasarkan pada kondisi dan kemapuan nyata yang dimiliki jurusan. 4 9) Keteladanan artinya dalam memimpin, ketua jurusan dapat menjadi contoh yang baik. 10) Adatable dan fleksibel, artinya ketua jurusan harus dapat beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi situasi baru dan juga menciptakan situasi kerja yang memudahkan staf untuk beradaptasi. C. Gaya Kepemimpinan Pendidikan Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan pemimpin dalam berintegrasi dengan bawahannya. Menurut Thoha (1995), gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Pengertian tersebut mangandung makna bahwa, gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi bawahannya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya. Dalam hal ini, usaha untuk menselaraskan persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan yang akan dipengaruhi manjadi amat penting kedudukannya. Gaya kepemimpinan yang harus diterapkan ketua jurusan/kepala sekolah tergantung kepada situasi dan kondisi staf yang dipimpinnya ( Depdiknas, 2000), seperti skema berikut ini: MOTIVASI STAFF Konsultatif Delegatif + Kemampuan Staf Instruktif Parisipatif 5 Jika menghadapi bawahan yang memiliki kepemampuan baik, motivasi kerja juga baik, maka gaya kepemimpinan delegatif paling efektif, artinya ketua jurusan lebih banyak memberikan dukungan dan mendelegasikan tugas dan wewenang kepada bawahan. Namun, jika menghadapi bawahan yang memiliki kepemampuan kerja yang baik, tetapi motivasinya kerjanya kurang, maka gaya kepemimpinan partisipatif paling efektif, artinya ketua jurusan berpatisipasi aktif dalam mendorong bawahan untuk menggunakan kemampuan secara optimal. Jika menghadapi bawahan yang memiliki kemampuan yang kurang baik, tetapi memiliki motivasi kerja baik, maka gaya kepemimpinan konsultatif paling efektif, artinya ketua jurusan banyak memberikan bimbingan sehingga kepemampuan staf secara bertahap meningkat. Dan, jika menghadapi bawahan yang memiliki kemampuan yang kurang baik dan motivasi kerja juga kurang baik, maka gaya kepemimpinan instruksi paling efektif, artinya ketua jurusan lebih banyak memberikan petunjuk yang spesifik dan secara ketat mengawasi bawahan dalam mengerjakan tugasnya. Kepemimpinan yang berbeda menghendaki gaya yang berbeda, namun gaya kepemimpinan seseorang dibentuk dalam kombinasi perilaku tugas, perilaku hubungan, persepsi kematangan atas pengikut baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Atas dasar hubungan dan kombinasi perilaku tersebut, antara pemimpin dan pengikut terdapat empat gaya kepemimpinan (Hersey & Blanchard, 1988, dalam Mulyasa, 2007) yaitu : Gaya I, disebut gaya instruktif/memerintah (telling). Gaya ini diterapkan jika bawahan dalam tingkat kematangan rendah, dan memerlukan petunjuk serta pengawasan yang jelas. Gaya ini ditandai oleh cara pemimpin berkomunikasi dengan pengikut. Pemimpin menetapkan peranan bawahan, apa tugas mereka, bagaimana cara melaksanakan, kapan dan di mana dilaksanakan. Keputusan diprakarsai oleh pemimpin, pelaksanaan pekerjaan diawasi secara ketat. Komunikasi dominan satu arah. Gaya II, disebut juga gaya konsultatif. Gaya ini diterapkan apabila kondisi bawahan dalam taraf rendah sampai moderat. Bawahan memiliki kemauan untuk melakukan tugas, tetapi belum didukung oleh kemampuan yang memadai. Pada gaya ini pemimpin masih memegang kendali keputusan, namun mulai lebih 6 banyak menggunakan cara berkomunikasi dua arah dengan bawahan, lebih banyak memberikan dorongan semangat, mulai meminta dan mendengar pendapat dan saran bawahan mengenai keputusan yang diambil. Gaya III, disebut gaya partisipatif (participating). Gaya ini diterapkan apabila tingkat kematangan bawahan berada pada taraf kematangan moderat sampai tinggi. Bawahan mempunyai kemampuan, tetapi kurang memiliki kemauan kerja. Kendali pemecahan masalah dan keputusan sudah mulai diserahkan kepada bawahan sebagian, komunikasi dua arah sudah sering dilakukan. Bawahan sudah banyak dilibatkan dalam proses pembuatan keputusan. Pemimpin banyak mendengarkan saran-saran bawahan. Gaya IV, disebut gaya delegatif (delegating). Gaya ini diterapkan jika kemampuan dan kemauan bawahan telah tinggi. Di sini bawahan benar-benar telah dilibatkan secara penuh dan diberi kewenangan untuk membuat keputusan. Bawahan diberi kebebasan melakukan tugas menurut cara mereka sendiri, karena mereka memang memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam melaksanakan tanggung jawab. Perilaku bawahan, pada dasarnya merupakan tanggapan terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan pada mereka dalam proses pemecahan masalah dan perbuatan keputusan lembaga. Sebab itu keempat gaya kepemimpinan ini dapat juga diartikan sebagai pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dengan bentuk gaya seperti tersebut di atas. 7 LITERATUR BACAAN Depdikbud, ( 1999 ), Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, Jakarta : Dirjen Depdikbud Depdiknas, ( 2000 ) Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta : Depdiknas Depkes RI, ( 2007 ) Pendidikan Perawat dalam Bingkai Otonomi Pendidikan Poltekkes, Majalah PPSDMK, No.2 April 2007 :33 Hasibuan, M.S.P., (1996 ) Organisasi dan Motivasi, Dasar Peningkatan Produktivitas, Bumi Aksara Mulyasa, E., ( 2007 ), Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi, dan Implementasi, Bandung : Remaja Rosdakarya Sule, E.T., dan Saefullah, K., ( 2006 ), Pengantar Manajemen, Jakarta : Prenada Media Thoha, M., (2001), Kepemimpinan dalam Manajemen, Raja Grafindo Persada 8