KARAKTERISASI MINERAL LIAT AMORF DARI BAHAN

advertisement
KARAKTERISASI MINERAL LIAT AMORF
DARI BAHAN TUFF VOLKAN DAN ANDOSOL
DI SEKITAR BOGOR
Oleh
ADITIA ASNIL
A24101102
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
SUMMARY
ADITIA ASNIL. Characterization of Amorphous Clay Minerals from Volcanic
Tuff Materials and Andosols around Bogor Area. Supervised by BUDI
MULYANTO and ISKANDAR.
Soils around Bogor area contain often a yellow layer in the cross section of
the soil profile. The thickness of this “yellow layer” varies between 34 to more
than 100 cm, at depth of between 39 to more than 200 cm from the soil surface.
Based on morphology and physical properties, it was known that this yellow layer
is a C horizon. This “yellow layer” was originated from volcanic tuffs sediment,
namely volcanic ashes which have undergone compaction due to water influence.
In mountainous areas, weathering of volcanic ashes often creates soils
classified as Andosols. Andosols are characterized by low bulk density (<0.85
g/mL), high organic matter, high cation exchange capacity, and high phosphate
fixation capacity. High cation exchange capacity of Andosol is derived from
organic matter, as well as from amorphous clay minerals or non crystalline
allophane and imogolite. Allophane and imogolite are minerals as the results of
weathering of volcanic ashes.
The objective of this research was to study the characteristics of clay
fraction resulting from volcanic tuff weathering around Bogor area. For this
purpose, samplings have been conducted in the areas around Cilendek, Bubulak,
Telukpinang and Gunung Bunder. Samples of clay fraction was obtained from
fractionation with sedimentation method, which were afterwards analyzed by
using selective solvent ammonium oxalate, TG/DTA and FT-IR spectroscopy.
Research results showed that pH of volcanic tuffs ranged between 5.28 –
6.36 and that of Andosol 4.44. Clay content of Andosol of Gunung Bunder was
11.9 %, whereas that of volcanic tuff ranged between 7.3 – 11.0 %. Concerning
the content of amorphous materials, volcanic tuffs of Bubulak possessed the
highest amount of amorphous materials, namely 63.1 %; followed by those of
Gunung Bunder Andosols (52.8 %), Telukpinang volcanic tuffs (50.4%), Cilendek
volcanic tuffs (50.4 %) and finally the least amount, that of Gunung Bunder
volcanic tuffs (42.6 %). Minerals in the sand fraction of the analyzed samples
were generally dominated by mineral of volcanic glass and weathered volcanic
glass, followed by andesine, labradorite, hypersthenes, and others. On the other
hand, minerals in the clay fraction were dominated by allophane. Beside the
allophane, there were found also gibbsite in samples of Telukpinang and Gunung
Bunder Andosol; and kaolinite / halloysite in samples from Bubulak, Telukpinang
and Gunung Bunder Andosol.
RINGKASAN
ADITIA ASNIL. Karakterisasi Mineral Liat Amorf dari Bahan Tuff Volkan dan
Andosol di Sekitar Bogor. Di bawah bimbingan BUDI MULYANTO dan
ISKANDAR.
Pada tanah-tanah di sekitar Bogor sering dijumpai suatu lapisan berwarna
kuning pada penampang profilnya. Ketebalan “lapisan kuning” ini bervariasi
sekitar 34 - >100 cm pada kedalaman 39 – >200 cm dari permukaan tanah.
Berdasarkan sifat fisik dan morfologinya diketahui bahwa “lapisan kuning” ini
merupakan horison C. “Lapisan Kuning” berasal dari endapan tuff volkan, yaitu
abu volkan yang telah mengalami pemadatan akibat adanya pengaruh dari air.
Di daerah pegunungan, pelapukan abu volkan sering menurunkan tanahtanah yang diklasifikasikan sebagai Andosol. Andosol dicirikan oleh bobot isi
yang rendah (<0.85 g/mL), bahan organik tinggi, kapasitas tukar kation dan
kapasitas fiksasi fosfat yang tinggi. Kapasitas tukar kation yang tinggi pada
Andosol selain berasal dari bahan organik, juga berasal dari mineral liat amorf
atau non-kristalin alofan dan imogolit. Alofan dan imogolit merupakan hasil dari
pelapukan abu volkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik fraksi liat hasil
pelapukan tuff volkan di sekitar Bogor. Untuk itu telah dilakukan pengambilan
contoh-contoh di daerah Cilendek, Bubulak, Telukpinang dan Gunung Bunder.
Contoh fraksi liat diperoleh melalui fraksionasi dengan metode sedimentasi dan
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pelarut selektif ammonium oksalat,
TG/DTA dan FTIR-spectroscopy.
Hasil penelitian menunjukkan pH tuff volkan berkisar antara 5.28 – 6.36
dan Andosol 4.44. Kadar liat Andosol Gunung Bunder yaitu 11.9%, sedangkan
tuff volkan berkisar antara 7.3 - 11.0%. Untuk kandungan bahan amorf, tuff
volkan Bubulak memiliki kandungan bahan amorf yang paling tinggi, yaitu
63.1%, kemudian Andosol Gunung Bunder (52.8%), tuff volkan Telukpinang
(50.4%), tuff volkan Cilendek (50.4%) dan paling sedikit pada tuff volkan
Gunung Bunder (42.6%). Mineral dalam fraksi pasir contoh-contoh yang
dianalisis umumnya didominasi mineral gelas volkan dan lapukan gelas volkan,
diikuti andesin, labradorit, hiperstein, dan lain-lain. Sementara itu mineral dalam
fraksi liat didominasi oleh alofan. Selain alofan, ditemukan juga gibsit pada
contoh Telukpinang dan Andosol Gunung Bunder serta kaolinit/haloisit pada
contoh Bubulak, Telukpinang dan Andosol Gunung Bunder.
KARAKTERISASI MINERAL LIAT AMORF
DARI BAHAN TUFF VOLKAN DAN ANDOSOL
DI SEKITAR BOGOR
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Aditia Asnil
A24101102
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Judul Penelitian
: Karakterisasi Mineral Liat Amorf dari Bahan Tuff
Volkan dan Andosol di sekitar Bogor
Nama Mahasiswa
: Aditia Asnil
Nomor Pokok
: A24101102
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Budi Mulyanto, M.Sc
Dr. Ir. Iskandar
NIP. 130 933 587
NIP. 130 664 406
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal lulus :
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lubuk Linggau, Provinsi Sumatera Selatan pada
tanggal 8 Agustus 1982. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan
Bapak Asnil dan Ibu Rifni.
Penulis menempuh pendidikan di TK Tunas Harapan Dumai pada tahun
1987-1989. Kemudian melanjutkan pendidikan di SD 3 YKPP Dumai pada tahun
1989-1995 dan SLTP YKPP Dumai tahun 1995-1998. Pada tahun 1998 penulis
diterima di SMU Negeri 1 Parung dan pada tahun yang sama penulis pindah ke
SMU Negeri 1 Bogor. Penulis diterima di Jurusan Tanah (sekarang bernama
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan) pada tahun 2001 melalui jalur
Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Selama masih kuliah penulis
aktif di AZIMUTH - Biro Lingkungan Hidup Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah
(HMIT) sebagai bendahara pada tahun 2003/2004. Penulis juga berkesempatan
menjadi asisten mata kuliah Survei Tanah dan Evaluasi Lahan pada tahun
2004/2005.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil alamin. Segala puji dan syukur kita ucapkan
kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Karakterisasi Mineral Liat Amorf dari Bahan
Tuff Volkan dan Andosol di sekitar Bogor”, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Budi Mulyanto, M.Sc sebagai pembimbing akademik dan
pembimbing skripsi I atas bimbingan, saran, kesabaran dan
ilmu yang
diajarkan selama penulis menempuh pendidikan.
2. Dr. Ir. Iskandar sebagai pembimbing skripsi II atas ide, bimbingan, saran,
dorongan, ilmu yang diajarkan dan kesabaran kepada penulis selama
melakukan penelitian.
3. Dr. Ir. Darmawan, M.Sc sebagai penguji atas kritik dan sarannya.
4. Dr. Ir. Basuki Sumawinata, M.Agr atas kritik, saran dan pemberian membran
dialisis.
5. Papa, Mama, Kak Iya & Bang Roni, Kak Nye & Bang Fuad atas kasih
sayang, kesabaran, dorongan dan motivasi yang diberikan.
6. Delia, yang selalu mendukung dan memberi motivasi, semoga selalu bersama.
7. Rekanku Tanah’38 yang telah lulus: Ita (Bintarti), Rico, Asep, Ika, Idris, Epil,
Uwi, Lukluk, Neli, Yuli Andriyani; Setyo, Abdul, Dadang NZ, Hendra,
Rinaldi, Dhimas, Tito, Ela, Lela, Risska&Ica, Yiyi, Nurul, Rika, Saef, Futria,
Reni SH.
8. Rekan satu laboratorium: Ade, Wina, Nani, Lian atas kebersamaan, canda
tawa dan motivasi yang diberikan.
9. Ibu Oktori, Ibu Yani, Ibu Tini, Aninda, Pak Simon, Pak Kasmun, Pak
Sumantri, Dewi, Pak Soleh, Mbak Iko & Hesti.
10. Tanah ‘39, ‘40 dan ‘41: Dini Sutiani, Danny Surachman, Budi, Anri, Winda,
Njuz, Ima dll.
11. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, atas bantuannya selama
penulis menempuh pendidikan dan melakukan penelitian.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan juga bagi yang
membacanya.
Bogor, September 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. xiii
PENDAHULUAN …………………………………………………………...
1
Latar Belakang ………………………………………………............
1
Tujuan …………………………………………………………….....
2
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………….. 3
Tuff Volkan …………………………………………………….........
3
Istilah Bahan Amorf atau Non-kristalin …………………………… ..
4
Andosol ……………………………………………………………..
6
BAHAN DAN METODE ………………………………………………….... 9
Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………...……..
9
Bahan dan Alat ………………………………………………………
9
Metode Penelitian ……………………………………………………
9
Pengambilan Contoh Tanah …………………..……………………. 10
Penyiapan Contoh Tanah ……………………...……………………. 10
Fraksionasi Partikel Tanah .................................................................. 11
Analisis Kimia Tanah .......................................................................... 11
Penentuan Kadar Bahan Mineral Amorf dalam Fraksi Liat ................ 11
Penentuan Gugus Fungsional pada Fraksi Liat ................................... 12
Analisis Sifat Termal Mineral Fraksi Liat ………………………….. 12
Analisis Mineral Fraksi Pasir .............................................................. 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………........... 14
KESIMPULAN ……………………………………………………………... 22
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..... 23
LAMPIRAN ……………………………………………………………….... 25
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Teks
1. Metode Analisis Sifat Fisik dan Kimia .................................................... 10
2. Nilai pH dalam Air dan Larutan NaF serta Kadar Liat ............................ 16
3. Kadar dan Komposisi Bahan Mineral Amorf .......................................... 17
4. Hasil Analisis Mineral Fraksi Pasir .......................................................... 19
5. Hasil Analisis Mineral Fraksi Berat ......................................................... 19
6. Hasil Analisis Fraksi Liat menggunakan TG/DTA …………………….. 20
7. Hasil Analisis Fraksi Liat menggunakan FTIR-Spectroscopy ................. 21
Lampiran
1. Deskripsi Lokasi Pengambilan Contoh Tanah .………………………… 26
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Teks
1. Potongan melintang imogolit menurut Cradwick et al (1972 dalam
Gustaffson et al., 1998) ………………………………………………... 5
2. Lokasi lapisan kuning berdasarkan ketinggian ....................................... 14
Lampiran
1. Grafik Termal Fraksi Liat dari Bahan Tuff Volkan Asal Bubulak ......... 28
2. Grafik Termal Fraksi Liat dari Bahan Tuff Volkan Asal Cilendek ........ 29
3. Grafik Termal Fraksi Liat dari Bahan Tuff Volkan Asal Telukpinang ... 30
4. Grafik Termal Fraksi Liat dari Bahan Tuff Volkan Asal Gunung
Bunder ..................................................................................................... 31
5. Grafik Termal Fraksi Liat dari Bahan Andosol Asal Gunung Bunder ... 32
6. Spektrum Inframerah Fraksi Liat Tuff Volkan Asal Cilendek ............... 33
7. Spektrum Inframerah Fraksi Liat Tuff Volkan Asal Bubulak ................ 34
8. Spektrum Inframerah Fraksi Liat Tuff Volkan Asal Telukpinang .......... 35
9. Spektrum Inframerah Fraksi Liat Tuff Volkan Asal Gunung Bunder … 36
10. Spektrum Inframerah Fraksi Liat Andosol Asal Gunung Bunder .......... 37
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tanah-tanah di sekitar Bogor sering dijumpai suatu lapisan berwarna
kuning pada penampang profilnya. Ketebalan ”lapisan kuning” ini bervariasi
sekitar 25 cm sampai 150 cm pada kedalaman 30 cm sampai 125 cm dari
permukaan tanah (Kholik, 1984; Iskandar, 1986). Berdasarkan sifat-sifat fisik dan
morfologinya diketahui bahwa “lapisan kuning” merupakan horison C. Menurut
Kholik (1984) “lapisan kuning” ini tidak memiliki hubungan genesis dengan
lapisan di atas dan di bawahnya. Lapisan tanah di atas “lapisan kuning” memiliki
susunan mineral lebih masam (andesitik) dibandingkan lapisan di bawahnya yang
bersifat basaltik, seperti dicirikan oleh kandungan andesin dan hiperstein yang
lebih sedikit. “Lapisan kuning” merupakan endapan tuff volkan, yaitu abu volkan
yang telah mengalami pemadatan akibat adanya pengaruh dari air (Anonim,
2008). Abu volkan sendiri merupakan bahan piroklastik berukuran ≤ 2 mm yang
disemburkan pada saat erupsi volkanik (Bronto, 2001).
Di daerah pegunungan, pelapukan abu volkan sering menurunkan tanahtanah yang diklasifikasikan sebagai Andosol (FAO, 2008a). Tanah ini dicirikan
oleh bobot isi yang rendah (< 0.85 g/cm3) disertai dengan kandungan bahan
organik, kapasitas tukar kation (KTK) dan kapasitas fiksasi fosfat yang tinggi
(Wada & Harward, 1974 dalam Daniels and Hammer, 1992). Sejalan dengan
kandungan bahan organiknya yang tinggi, secara fisik Andosol dicirikan oleh
konsistensi yang sangat gembur serta kapasitas menahan air dan porositas yang
tinggi. Dehidrasi yang tak balik saat dikeringkan juga merupakan salah satu ciri
Andosol (Tan, 1998).
KTK yang tinggi pada Andosol selain berasal dari muatan negatif yang
disumbangkan oleh bahan organik, juga berasal dari mineral liat amorf atau nonkristalin alofan dan imogolit. Oleh sebab itu muatan negatif pada Andosol
didominasi oleh muatan tergantung pH.
Alofan dan imogolit merupakan hasil pelapukan abu volkan. Menurut
Parfitt and Wilson (1985 dalam Parfitt and Kimble, 1989), alofan dan imogolit
dalam tanah dapat diduga dari kandungan Al dan Si-nya yang diekstraksi dengan
pelarut ammonium oksalat (Alo, Sio) dan Al yang diekstraksi dengan pelarut
pirofosfat (Alp). Alo menunjukkan Al yang dilarutkan dari alofan, imogolit dan
kompleks Al-Humus, sedangkan Alp adalah Al dari kompleks Al-Humus sendiri,
sehingga bila Alo dikurangi Alp akan menunjukkan kandungan Al dalam alofan
dan imogolit. Sementara itu Sio memberikan sebuah pendugaan dari kandungan Si
dalam alofan dan imogolit. Oleh karena itu, rasio (Alo-Alp)/Sio adalah sebuah
pendugaan dari rasio Al/Si dalam alofan dan imogolit dalam tanah. Semakin besar
rasio Al/Si dari bahan tersebut, maka semakin besar pula alofan, imogolit dan AlHumus yang terdapat pada bahan tersebut.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi terhadap fraksi liat
yang dipisahkan dari bahan tuff volkan dalam “lapisan-lapisan kuning” di sekitar
Bogor melalui berbagai analisis kimia dan mineralogi.
TINJAUAN PUSTAKA
Tuff Volkan
Gunungapi yang sedang meletus melontarkan berbagai bahan hamburan
dari dalam bumi ke permukaan bumi dan udara. Endapan yang dihasilkan
bertekstur klastika. Apabila bahan hamburan itu dihasilkan oleh letusan nonmagmatik, maka endapannya disebut endapan hidroklastika. Bahan hamburan
yang langsung berasal dari magma (primary magmatic materials) disebut
piroklas, sedangkan onggokan-onggokan piroklas di permukaan bumi disebut
endapan piroklastika (pyroclastic deposits) dan setelah mengalami litifikasi
menjadi batuan piroklastika (pyroclastic rocks) (Fischer & Schmincke, 1984
dalam Bronto, 2001). Istilah pyroclast berasal dari kata pyro (bahasa Yunani)
yang berarti api dan clast yang berarti bahan hamburan butiran, fragmen,
kepingan atau pecahan batuan. Oleh sebab itu piroklas adalah fragmen pijar atau
butiran yang mengeluarkan api (berpendar/membara) pada saat dilontarkan dari
dalam bumi ke permukaan melalui kawah gunungapi. Terbentuknya api tersebut
dikarenakan magma yang mempunyai temperatur tinggi (900-1200oC) tiba-tiba
dilontarkan ke permukaan bumi yang temperatur rata-ratanya kurang dari 35 oC.
Berdasarkan ukuran butirnya, bahan piroklastika dan hidroklastika dibagi
menjadi: (1) bom volkanik atau blok volkanik (volcanic bomb atau volcanic
block) yang berukuran diameter ≥ 64 mm, (2) lapili yang memiliki diameter 2–64
mm, dan (3) abu volkanik (volcanic ashes) yang berukuran ≤ 2 mm (Fischer &
Schmincke, 1984 dalam Bronto, 2001). Abu volkan yang jatuh ke permukaan dan
memadat karena air membentuk batuan yang disebut tuff volkan (Anonim, 2008).
Mineral fraksi pasir pada tuff volkan di sekitar Bogor mengandung
mineral-mineral magnetit, kuarsa keruh, konkresi besi, hidrargilit, benda hancuran
lain berupa lapukan, plagioklas intermedier (andesin), gelas volkan dan hiperstein,
sedangkan pada fraksi beratnya dijumpai mineral magnetit, amfibol hijau, augit
dan hiperstein (Kholik, 1984). Susunan mineral fraksi pasir ini menunjukkan
bahwa tuff volkanik tersebut bersusunan andesitik.
Istilah Bahan Amorf atau Non-kristalin
Bahan amorf atau bahan non-kristalin merupakan lawan dari bahan
kristalin. Bahan ini tidak memiliki struktur yang teratur, walaupun pada skala
molekul. Komposisi bahan amorf bisa saja teratur, tetapi umumnya lebih banyak
bahan amorf yang memiliki komposisi dengan derajat yang berubah-ubah yang
besar. Bahan amorf juga tidak menghasilkan puncak difraksi sinar-X. Dari sisi
ukuran, bahan amorf tidak terbatas dijumpai hanya berupa partikel berukuran liat,
tetapi bisa juga dapat dijumpai pada ukuran pasir dan debu. Contohnya termasuk
silika amorf, gelas volkan dan abu volkan. Sebenarnya bahan tersebut tidak benarbenar amorf, seperti gelas volkan, tapi seharusnya disebut X-ray amorf atau X-ray
non-kristalin (Wada, 1989).
Bahan-bahan yang disebut ”short range-ordered” memiliki struktur yang
berulang pada skala molekul dan komposisinya relatif teratur. Bahan ini kadangkadang disebut mikrokristalin atau kriptokristalin, tergantung ukuran tiap bidangbidang kristal. Ukuran bahan ”short range-ordered” tidak terbatas hanya pada
fraksi liat, contohnya Al, Fe dan Mn (hidro)oksida, beberapa mineral sulfida, opal
dan chert. Bahan short range-ordered umumnya terbentuk sangat cepat melalui
proses kristalisasi, dimana inti “benih” kristal terjadi dengan mudah dan banyak
benih yang dibentuk. Jumlah benih yang besar disebabkan pembentukan
mikrokristal yang memiliki lebar dimensi sekitar 10-1000 Å (Wada, 1989).
Bahan yang bersifat ”short range-ordered” dan parakristalin dapat
diidentifikasi dengan menggunakan difraksi sinar-X atau pelarut selektif dengan
difraksi sinar-X. Untuk bahan amorf yang tidak bisa diidentifikasi dengan metode
difraksi sinar-X karena tidak menghasilkan puncak difraksi, bahan amorf sering
diidentifikasi dengan satu atau teknik alternatif lain seperti spektroskopi infra
merah, metode termal, metode optik, atau pemisahan selektif bersama analisis
kimia (Wada, 1989)
Alofan
Alofan adalah nama yang digunakan untuk mendeskripsikan bahan yang
bersifat ”short range-ordered” aluminosilikat berukuran liat hasil dari pelapukan
abu volkan dan gelas volkan. Alofan umumnya berbentuk seperti cincin atau
bulatan yang sangat kecil dengan diameter kira-kira 35-50 Å. Morfologi ini
merupakan ciri khas dari alofan, dan bisa digunakan untuk identifikasinya (Wada,
1989).
Alofan memiliki komposisi kira-kira Al2Si2O5.nH2O. Rasio Si : Al alofan
bervariasi dari 1 : 1 sampai 2 : 1 (Wada, 1989). Untuk alofan dengan rasio 1:1
disebut alofan kaya Si, sedangkan alofan dengan raisio 2:1 disebut alofan kaya Al.
Dari dua jenis tersebut, alofan kaya Al paling umum ditemukan pada Andosol
sedangkan untuk alofan kaya Si jarang ditemukan (Tan, 2000).
Alofan biasanya memberikan puncak difraksi sinar-X yang lemah pada
2.25 - 3.3 Å. Identifikasi alofan umumnya dilakukan dengan analisis infra merah
atau berdasarkan pada morfologi di bawah mikroskop transmisi elektron. Nilai
kapasitas tukar kation (KTK) alofan sekitar 10 - 40 cmol(+) kg-1 pada pH 7.0 dan
kapasitas tukar anion (KTA) 5-30 cmol(+) kg-1 pada pH 4.0.
Imogolit
Imogolit adalah aluminosilikat yang bersifat parakristalin dengan
komposisi SiAl2O5.2.5H2O. Wada (1989) melaporkan bahwa rasio Si : Al pada
imogolit bervariasi secara tipis, yaitu dari 1.05 : 1 sampai 1.15 : 1, tetapi ini
bertentangan langsung dengan struktur formula yang ditetapkannya, yang
diprediksi rasio Si:Al mendekati 1 : 2.
Gambar 1. Potongan melintang dari pipa imogolit menurut Cradwick et al (1972
dalam Gustaffson et al., 1998).
Imogolit berbentuk seperti pipa kecil yang memiliki diameter dalam 10 Å
dan diameter luar 20 Å. Pipa ini bisa beberapa µm dalam panjang, dan sering
berbentuk terikat dari dua atau beberapa ribu pipa. Kadang-kadang percabangan
dari pipa imogolit bisa terjadi. Imogolit tidak dominan dalam tanah, sehingga
puncak difraksinya bisa dikaburkan oleh puncak difraksi mineral liat lain. Untuk
meyakinkan keberadaan imogolit, identifikasi lanjutan bisa dilakukan dengan
dengan spektroskopi infra merah. Identifikasi morfologi sebetulnya lebih
meyakinkan, tetapi membutuhkan mikroskop elektron transmisi.
Wada (1989) melaporkan nilai KTK imogolit sekitar 17 cmol(+)kg-1 pada
pH 7.0 dan KTA sebesar 40 cmol(+)kg-1 pada pH 4.0. Tanah yang mengandung
alofan dan imoglit akan berinteraksi dengan bahan organik dalam tanah
membentuk komplek alofan-organik atau imogolit-organik. Senyawa komplek ini
sangat stabil, karena alofan dan imogolit melindungi fraksi organik dari degradasi
mikroba tanah.
Andosol
Andosol merupakan grup tanah yang menunjuk kepada tanah yang
berkembang dari bahan-bahan volkanik. Nama internasionalnya secara umum
yaitu Andosol (FAO, Peta Tanah Dunia) atau Andisol (Taksonomi Tanah, USDA)
(FAO, 2008a).
Nama Ando Soil atau tanah Ando adalah nama yang pertama diajukan oleh
ahli tanah Amerika Serikat di tahun 1947 untuk tanah-tanah di Jepang yang
berwarna hitam (Tan, 1998). Istilah Ando diambil dari bahasa Jepang, Anshokudo,
dimana an berarti gelap, shoku berarti berwarna, dan do berarti tanah (Simonson,
1979 dalam Tan, 1998). Jauh sebelum nama Andisol menjadi terkenal, di tahun
1937 tanah ini dikenal ahli Belanda di Indonesia dengan nama Zwarte Stofgrond
atau Tanah Debu Hitam (Druif, 1937 dalam Tan, 1998).
Andosol terdapat di seluruh wilayah volkanik bumi. Konsentrasinya secara
besar ditemukan di sekitar pinggiran Pasifik, yaitu di pantai Barat Amerika
Selatan, Amerika Tengah, Pegunungan Rocky, Alaska, Jepang, Kepulauan Filipina,
Indonesia, Papua Nugini dan New Zealand. Andosol juga ditemukan di pulaupulau di sekitar Pasifik, yaitu Fiji, Vanuatu, New Hebrides, New Caledonia,
Samoa dan Hawai. Di Afrika, Andosol terdapat di sepanjang celah lembah, di
Kenya, Rwanda dan Etiopia serta Madagaskar. Di Eropa, Andosol dijumpai di
Italia, Perancis, Jerman dan Islandia. Total wilayah Andosol diduga sekitar 110
juta hektar atau kurang dari 1 persen jumlah permukaan lahan dunia. Lebih dari
setengah wilayah ini berada di daerah tropis. Andosol dicirikan dengan kehadiran
salah satu dari horison ‘andik’ atau horison ‘vitrik’. Horison andik banyak
mengandung ‘alofan’ (dan mineral-mineral yang serupa) atau kompleks Al-Humus
dimana horison vitrik mengandung ‘gelas volkan’ yang berlimpah (FAO, 2008a).
Horison andik memiliki syarat sebagai berikut :
1. Bobot jenis pada kapasitas lapang (tidak dikeringkan) kurang dari 0.9 kg dm-3
2. 10% liat atau lebih dan nilai (Al + ½ Fe) 2% atau lebih (ekstraksi dengan
Ammonium Oksalat).
3. Retensi fosfat 70% atau lebih.
4. Kandungan gelas volkan kurang dari 10%.
5. Ketebalannya 30 cm atau lebih.
Horison vitrik memiliki ciri-ciri:
1. Mengandung 10% atau lebih gelas volkan dan mineral utama lainnya.
2. Memiliki :
Bobot jenis > 0.9 kg dm-3
Al + ½ Fe > 0.4% (ekstraksi dengan Ammonium Oksalat)
Retensi fosfat > 25%
3. Memiliki ketebalan 30 cm atau lebih (FAO, 2008b).
Andosol mempunyai bobot isi yang rendah, kandungan bahan organik,
kapasitas menahan air, porositas dan kapasitas fiksasi fosfat yang tinggi serta
mengalami dehidrasi tak balik saat dikeringkan (Tan, 1998). Afinitas yang tinggi
untuk bahan organik, muatan bergantung pH, absorpsi ion yang lemah (Wada &
Harward 1974, dalam Daniels and Hammer, 1992).
Andosol memiliki horison AC atau ABC dengan sebuah horison Ah yang
gelap, tebalnya 20 sampai 50 cm (bisa lebih tipis atau tebal) di atas horison B
coklat atau horison C. Warna epipedon dan horison penciri bawah dengan jelas
berbeda; warna umumnya gelap di daerah humid yang lebih dingin daripada di
daerah iklim tropis umumnya. Rata-rata kandungan bahan organik pada horison
permukaan Andosol sekitar 8 %, tetapi pada profil yang paling gelap kadarnya bisa
mencapai 30 %. Horison permukaan sangat porous, mudah pecah dan memiliki
struktur yang remah atau granular. Banyaknya gelas volkan, mineral-mineral besi
magnesium (olivin, piroksin, amfibol), feldspar dan kuarsa dalam fraksi debu dan
pasir dari Andosol berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lainnya. Komposisi
mineral
fraksi
liat Andosol
juga
berubah-ubah
sesuai
dengan
faktor
pembentuknya, seperti ‘umur genetik’ dari tanah, komposisi bahan induk, pH,
regim kelembaban, ketebalan dari endapan abu, serta kandungan dan komposisi
bahan organik. Fraksi liat Andosol mengandung ‘bahan-bahan yang bersifat amorf
terhadap sinar-X’, seperti alofan dan imogolit, dan/atau kompleks Al dan Fe
humus bersama dengan opal silika. Pada Andosol dapat juga ditemukan mineral
seperti ferihidrit, haloisit dan kaolinit, gibsit dan berbagai mineral liat silikat
berlapis tipe 2:1 dan 2:1:1 (FAO, 2008a). Menurut Iskandar (2004), kandungan
bahan amorf hasil ekstraksi ammonium oksalat pada Andosol dari beberapa lokasi
di Jawa Barat berkisar antara 53.6 % hingga 69.8 %.
Andosol merupakan tanah yang subur, meskipun fiksasi fosfat yang tinggi
menjadi masalah. Tindakan-tindakan perbaikan untuk mengurangi efek ini
(disebabkan Al aktif) termasuk aplikasi kapur, silika, bahan organik dan pupuk
‘fosfat’ perlu dilakukan. Andosol di daerah tropis umumnya ditanami tebu,
tembakau, kentang manis (toleran terhadap tingkat fosfat yang rendah), teh,
sayuran, gandum dan tanaman buah-buahan. Andosol pada lereng yang curam
diharapkan paling baik tetap dalam keadaan hutan (FAO, 2008a).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi pengambilan contoh tuff volkan “lapisan kuning” berada di empat
lokasi sekitar Bogor, yaitu (1) Lapangan Golf Cilendek (koordinat geografis S 06º
35.040’; E 106º 46.640’), (2) Rumah Pemotongan Hewan Bubulak (S 06º 39.307’;
E 107º 01.006’), (3) Telukpinang, Ciawi (S 06º 40.802’; E 106º 50.948’) dan (4)
Salak Endah - Gunung Bunder (S 06o 40’ 41.4” ; E 106o 41’ 08.3”). Selain tuff
volkan, sebagai contoh pembanding diambil juga bahan tanah Andosol dari
Gunung Bunder.
Penelitian dimulai dari bulan April 2007 sampai April 2008 dan dilakukan
di Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan
Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu bahan-bahan kimia seperti HCl 0,1 N, NaF 1
N, NaCl, KBr, α-Al2O3, Bromoform, Ammonium Oksalat, (NH4)2CO3 dan lainlain.
Alat yang digunakan antara lain alat-alat untuk pengambilan contoh tanah,
GPS, Soil Munsell Color Chart, alat-alat untuk penetapan sifat fisik, kimia dan
mineral seperti gelas piala, tabung tekstur, ember, selang, membran dialisis,
sentrifusi, tabung polypropylene 50 & 100 mL, serta alat-alat ukur seperti pHmeter merk WTW tipe inoLab pH Level 1, EC-meter, Fourier Transform-Infrared
Spectroscopy (FT-IRS) Shimadzu IR tipe Prestige 21/8400S, Differential Thermal
Analysis/Thermogravimetry (DTA/TG) Shimadzu tipe DTG-60/60H, mikroskop
polarisasi, Atomic Absorption Spectrometer (AAS) Perkin Elmer tipe 1100B dan
lain-lain.
Metode Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini diambil contoh-contoh tuff volkan yang
berasal dari “lapisan kuning” dan bahan tanah Andosol. Contoh tersebut kemudian
difraksionasi untuk memperoleh partikel-partikel berukuran liat. Contoh
berukuran liat ini selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan pelarut selektif,
TG/DTA, FT-IRS, dan lain-lain. Partikel berukuran pasir hasil dari proses
fraksionasi digunakan untuk analisis mineral menggunakan mikroskop polarisasi.
Rincian dari masing-masing tahapan penelitian yang dilakukan diuraikan di
bawah ini, sedangkan ringkasan metoda analisisnya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Metode Analisis Sifat Fisik dan Kimia yang Digunakan dalam Penelitian
No.
Jenis Analisis
Metode
1
pH H2O (1:1)
pH meter
2
pH NaF (1:50)
Ekstraksi NaF 1 N, kertas pH
3
Fraksionasi partikel
Sedimentasi
4
Si, Al dan Fe
Ekstraksi Ammonium Oksalat 0.2 M
pH 3.0 (Schwertmann, 1964; Fey &
LeRoux, 1977; Hodges & Zelazny, 1980)
5
Gugus Fungsional
Fourier Transform-Infrared Spectroscopy
(FT-IRS)
6
Sifat Termal
DTA/TG
7
Mineral Fraksi Pasir
Mikroskop Polarisasi
Pengambilan Contoh Tanah
Contoh tanah tuff volkan dari “lapisan kuning” dan bahan tanah Andosol
diambil langsung setelah dilakukan deskripsi kondisi lokasi, berupa warna tanah,
ketebalan lapisan, kedalaman dari permukaan tanah, dan dimana lokasi berada
disertai koordinat lokasi.
Penyiapan Contoh Tanah
Masing-masing contoh tuff volkan ”lapisan kuning” dan bahan tanah
Andosol diberi sedikit air destilata dan digerus menggunakan mortar agat. Hasil
gerusan dimasukkan ke dalam gelas piala 1000 mL dan tambahkan air destilata
hingga volumenya menjadi sekitar 900 mL. Kemasaman campuran tanah diatur
pH-nya menjadi pH 4.0 dengan menambahkan HCl 0.1 N agar terdispersi dengan
sempurna. Setelah itu suspensi dimasukkan ke dalam gelas ukur berukuran 1000
mL. Untuk bahan tanah Andosol, agar dapat terdispersi dengan baik contoh
terlebih dahulu dihilangkan bahan organiknya menggunakan H2O2 30% di ruang
asam kemudian pH-nya diatur menjadi pH 3.0.
Fraksionasi Partikel Tanah
Suspensi contoh dalam air diaduk merata dan didiamkan selama 210
menit. Selanjutnya fraksi liat diambil secara dekantasi pada kedalaman 5,2 cm
menggunakan sifon dan ditampung dalam ember. Proses ini dilakukan berulangulang sampai suspensi dalam tabung tekstur hingga kedalaman 5,2 cm bening,
yang berarti semua partikel liat dalam contoh telah dipisahkan. Fraksi liat yang
berada dalam ember kemudian dijenuhi dengan NaCl agar terflokulasi. Contoh liat
jenuh Na+ ini kemudian dicuci dengan air destilata dengan cara disentrifusi dan
terakhir dengan membran dialisis untuk menghilangkan kelebihan Na+-nya.
Contoh kemudian dikeringkan dalam oven 60o C, ditimbang berat totalnya dan
siap digunakan untuk keperluan analisis selanjutnya.
Analisis Kimia Tanah
Analisis sifat kimia tanah berupa pH H2O (1:1) dan pH NaF 1 N (1:50)
dilakukan pada contoh tuff volkan dan bahan tanah asal berukuran < 2 mm. Fraksi
liat yang berukuran < 2 µm digunakan untuk analisis DTA/TG dan FTIRS, serta
pengukuran kandungan Si, Al dan Fe dari hasil ekstraksi dengan metode
Ammonium Oksalat 0.2 M pH 3.0.
Penentuan Kadar Bahan Amorf dalam Fraksi Liat
Penentuan kadar bahan amorf menggunakan fraksi liat yang telah
dikeringkan pada suhu 110 oC dan didinginkan dalam eksikator vakum. 250 mg
contoh dimasukkan ke dalam tabung sentifusi polypropilen 100 mL yang telah
diketahui bobotnya. Ditambahkan 50 ml ammonium oksalat 0.2 M pH 3.0 ke
dalam tabung, tutup dengan penutup karet, lalu segera dibungkus dengan
aluminium foil untuk mengeliminasi cahaya dan selanjutnya dikocok selama 2
jam. Tabung disentrifusi dan supernatan didekantasi dari contoh. Supernatan
digunakan untuk analisis Si, Al dan Fe. Residu di dalam tabung dicuci 3 kali
dengan menggunakan (NH4)2CO3 0.5 M, 1 kali dengan aquades dan selanjutnya
dikeringkan semalam dalam oven 110 oC. Contoh ditimbang setelah didinginkan
dalam eksikator vakum. Kandungan bahan amorf dalam fraksi liat dihitung
sebagai persentase kehilangan bobot akibat perlakuan ammonium oksalat:
Kba =
a −b
x 100%
a
keterangan : Kba = kandungan bahan amorf (%)
a
= bobot contoh 110 oC sebelum perlakuan
b
= bobot contoh 110 oC setelah perlakuan
Kadar air dalam bahan amorf dihitung sebagai sisa dari oksisa Si, Al dan Fe.
Penentuan Gugus Fungsional pada Fraksi Liat
Analisis
gugus
fungsional
dalam
fraksi
liat
dilakukan
dengan
menggunakan Fourier Transform-Infrared Spectroscopy (FT-IRS). Pembuatan
pelet dilakukan dengan mencampur 2 mg contoh liat dan 200 mg KbBr secara
merata. Campuran contoh dengan KBr kemudian dipres dengan tekanan 8 ton.
Pada 5 menit pertama pelet dipres dalam kondisi vakum dan 5 menit kedua tanpa
vakum. Pelet selanjutnya diukur dengan alat FT-IRS.
Analisis Sifat Termal Mineral Fraksi Liat
Analisis sifat termal fraksi liat dilakukan dengan menggunakan
Differential
Thermal
Analysis/Thermogravimetry
(DTA/TG).
Fraksi
liat
berukuran < 2 µm dan standar α-Al2O3 ditimbang sebanyak 20-30 mg pada cawan
platina mikro. Standar dan contoh liat dipanaskan pada suhu yang ditentukan
mulai dari 30 oC hingga 1000 oC. Selama proses pemanasan tersebut contoh akan
mengalami reaksi termal dan transformasi. Perubahan ini tercermin dari
perbedaan suhu contoh dan standar yang digambarkan dalam suatu grafik. Jika
grafik contoh turun, berarti terjadi reaksi endotermik (∆T bernilai negatif),
sebaliknya jika grafik contoh naik berarti terjadi reaksi eksotermik (∆T bernilai
positif).
Analisis Mineral Fraksi Pasir
Analisis mineral fraksi pasir dilakukan dengan menggunakan mikroskop
polarisasi dan medium nitrobenzol. Partikel-partikel berukuran yang lebih kasar
dari liat yang merupakan sisa dari proses fraksionasi sebelumnya disaring
menggunakan saringan 210 µm dan 100 µm. Partikel berukuran pasir yang
tertahan pada saringan 100 µm digunakan untuk analisis mineral secara
mikroskopis. Penghitungan dilakukan menggunakan metode garis ukur, kemudian
ditetapkan peluang ditemukannya mineral dalam 100 butir mineral fraksi pasir.
Analisis mineral secara mikroskopis selain dilakukan juga pada mineral
fraksi berat yang terdapat dalam mineral fraksi pasir. Mineral fraksi berat
diperoleh melalui pemisahan dengan menggunakan larutan Bromoform yang
memiliki berat jenis 2.8 g/cm3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisik dan Kimia
Kondisi umum lokasi pengambilan contoh tuff volkan disajikan pada
Lampiran 1, sedangkan lokasi lapisan kuning berdasarkan ketinggian disajikan
pada Gambar 2 berikut :
Gunung Bunder (844 m dpl)
39 cm
Andosol
Telukpinang (551 m dpl)
>100 cm
Tv*
>200 cm
Cilendek (231 m dpl)
38 cm
Bubulak (199 m dpl)
Tv*
173 cm
47 cm
34 cm
53 cm
Tv*
Keterangan : Tv* = tuff volkan
Gambar 2. Lokasi lapisan kuning berdasarkan ketinggian
Tv*
Tuff volkan Cilendek dan Bubulak diambil dari lokasi pada ketinggian
sekitar 199 – 231 m dpl (diukur dengan GPS), tuff volkan Telukpinang pada
ketinggian sekitar 551 m dpl. Untuk tuff volkan Gunung Bunder dan Andosol
Gunung Bunder berada pada ketinggian sekitar 844 m dpl. Hasil pengamatan
lapang menunjukkan bahwa bahan tuff volkan yang diambil dari Cilendek
memiliki warna kuning kemerahan (7.5 YR 6/8), tuff volkan Bubulak dan
Telukpinang berwarna coklat kuat (7.5 YR 5/8), tuff volkan Gunung Bunder
berwarna kuning kemerahan (7.5 YR 6/8) dan Andosol Gunung Bunder berwarna
coklat sangat gelap (10 YR 2/2).
Hasil pengukuran pH dalam air (Tabel 2) menunjukkan bahwa bahan tuff
volkan memiliki pH antara 5.28 – 6.36, sedangkan bahan tanah Andosol memiliki
pH yang lebih rendah, yaitu 4.44. pH yang lebih rendah pada Andosol bila
dibandingkan dengan pH pada bahan tuff volkan disebabkan oleh Andosol
merupakan hasil pelapukan dari tuff volkan. Tuff volkan yang memiliki sifat
andesitik mempunyai pH abrasi (pH pelapukan mineral-mineral primernya) relatif
lebih tinggi, sekitar 8 – 9 (Mulyanto, 1995). Pada proses pelapukan selanjutnya
ion-ion basa dan Si mengalami pelarutan, sehingga konsentrasi Al3+ secara relatif
lebih tinggi dibanding ion-ion basa. Sementara ion-ion Al3+ berkeseimbangan
dengan ion H+. Akibat proses tersebut konsentrasi ion H+ meningkat, dimana
reaksinya sebagai berikut :
Al3+ + H2O
→
Al2+(OH) + H+
Al2+(OH) + H2O
→
Al+(OH)2 + H+
Al+(OH)2 + H2O
→
Al(OH)3 + H+
Al3+ + 3 H2O
→
Al(OH)3 + 3 H+
Peningkatan ion H+ ini juga disebabkan oleh adanya akumulasi bahan organik.
Hasilnya adalah bahan Andosol mempunyai pH jauh lebih rendah dari bahan tuff
volkan.
Hasil pengukuran kadar liat bahan tuff menunjukkan nilai 7.3 – 11.0%,
nilai ini lebih rendah daripada kadar liat Andosol. Hal ini terjadi karena Andosol
merupakan bahan yang lebih melapuk dibandingkan dengan tuff volkan dan dari
pelapukan tersebut menghasilkan liat.
Hasil pengukuran pH bahan-bahan yang diteliti dalam larutan NaF 1 N
(1:50) setelah 2 menit dan 4 menit berkisar antara 10 – 12 (Tabel 2). Menurut Soil
Survey Laboratory (1995) nilai pH NaF ≥ 9.4 setelah 2 menit mengindikasikan
adanya alofan.
Tabel 2. Nilai pH dalam Air dan Larutan NaF serta Kadar Liat dalam Beberapa
Bahan Tuff Volkan di Sekitar Bogor
Contoh
pH H2O
(1:1)
pH NaF 1 N (1:50)
2 menit
4 menit
Kadar Liat
(%)
Tuff Volkan Bubulak
6.22
10
11
7.3
Tuff Volkan Cilendek
5.30
11
12
11.0
Tuff Volkan Telukpinang
6.36
12
12
9.4
Tuff Volkan Gn.Bunder
5.28
12
12
9.3
Andosol Gn. Bunder
4.44
12
12
11.9
Jumlah dan Komposisi Kadar Bahan Amorf dalam Fraksi Liat
Jumlah dan komposisi bahan mineral amorf dalam fraksi liat contohcontoh yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 3. Jumlah bahan mineral amorf dalam
contoh didapat dengan menggunakan larutan ammonium oksalat 0.2 M pH 3.0
yang dikocok selama 2 jam dan filtrat didekantasi menggunakan sentrifuse.
Kandungan bahan mineral amorf dalam contoh terlihat berkisar antara 42.60%
hingga 63.12%. Kadar bahan mineral amorf tertinggi dijumpai pada tuff volkan
asal Bubulak dan terendah pada tuff volkan asal Gunung Bunder. Hal ini
menunjukkan bahwa tuff volkan berkembang dari abu volkan yang mengandung
bahan amorf yang tinggi. Tingginya bahan amorf pada lapisan kuning
menunjukkan tingkat pelapukan bahan tuff tersebut belum intensif, demikian juga
pada Andosol.
Tabel 3. Kadar dan Komposisi Bahan Mineral Amorf dalam Tuff Volkan dan
Andosol yang Diteliti (Ekstraksi Ammonium Oksalat)
Bahan
SiO2
Al2O3 Fe2O3
Amorf
---------- % -----------Tv*. Bubulak
63.12
6.87
14.67
0.97
Tv. Cilendek
50.36
8.30
20.53
0.70
Tv. Telukpinang
50.44
7.94
17.88
0.87
Tv. Gn.Bunder
42.60
8.74
21.51
1.01
Andosol Gn.Bunder
52.84
5.79
15.06
5.04
*Keterangan: Tv = Tuff volkan
BahanContoh
SiO2 /
Al2O3
Si/Al
0.80
0.69
0.75
0.69
0.65
0.40
0.34
0.38
0.35
0.33
Rasio molar SiO2/Al2O3 fraksi liat bahan yang diteliti berkisar antara 0.65
hingga 0.80, atau bila dinyatakan dengan rasio atom Si/Al nilainya sekitar 0.33 –
0.40. Rasio Si/Al ini lebih rendah daripada rasio Si/Al yang dilaporkan Wada
(1989) untuk alofan, yaitu bervariasi antara 1:2 hingga 1:1 atau sekitar 0.50
hingga 1.00. Iskandar (2004) menemukan bahwa rasio molar SiO2/Al2O3 fraksi
liat Andosol dari Segunung, Sukamantri dan Lembang berkisar antara 0.84 – 0.93
atau bila dinyatakan dengan rasio Si/Al berkisar antara 0.44 – 0.49. Lebih
rendahnya rasio Si/Al bila dibandingkan dengan hasil penetapan Wada (1989)
menunjukkan bahwa mungkin jumlah alofan di tempat penelitian lebih rendah bila
dibandingkan dengan dari tempat penelitian Wada. Hal ini mungkin disebabkan
oleh laju pelapukan di daerah penelitian lebih intensif dibanding dengan lokasi
penelitian Wada (1989).
Tabel 3 juga memperlihatkan bahwa fraksi liat Andosol Gunung Bunder
mengandung besi oksida Fe2O3 terekstrak ammonium oksalat dalam jumlah yang
lebih besar dibanding kadar besi oksida dalam fraksi liat tuff volkan. Hal ini
menunjukkan bahwa Andosol telah mengalami proses pelapukan yang lebih
intensif dibandingkan dengan tuff volkan. Dalam proses pelapukan, ion besi yang
terlepas dari mineral terlapuk segera menjadi besi oksida/hidroksida sehingga
terjadi proses akumulasi. Sementara ion-ion lain seperti ion basa dan juga ion Si
dan Al mengalami proses pelarutan.
Sifat Mineralogi Tanah
Mineral Fraksi Pasir
Hasil analisis mineral fraksi pasir disajikan pada Tabel 4. Bahan-bahan
yang diteliti umumnya didominasi oleh mineral-mineral gelas volkan dan lapukan
gelas volkan diikuti oleh andesin, labradorit dan hipersten yang mencerminkan
bahan-bahan tersebut bersifat andesitik. Apabila tuff volkan Gunung Bunder
dibandingkan dengan Andosol Gunung Bunder terlihat bahwa kandungan lapukan
gelas volkan lebih banyak dijumpai pada Andosol dibandingkan pada tuff volkan.
Hal ini menunjukkan bahwa pada Andosol jumlah gelas volkan melapuk lebih
banyak daripada di bahan tuff. Sehingga hasil pelapukannya di Andosol lebih
besar. Pelapukan mineral lain yang intensif di Andosol ditunjukkan oleh
rendahnya kandungan mineral-mineral gelas volkan, andesin dan lainnya yang
rendah dari bahan tuff.
Mineral fraksi berat yang terkandung dalam mineral fraksi pasir diperoleh
dengan cara pemisahan menggunakan larutan bromoform (b.j. 2.8 g/cm3). Mineral
yang memiliki berat jenis > 2.8 g/cm3 akan tenggelam dan didefinisikan sebagai
mineral fraksi berat. Hasil analisis mineral fraksi berat tersebut disajikan pada
Tabel 5. Terlihat bahwa mineral fraksi berat contoh-contoh yang dianalisis
didominasi oleh hiperstein. Untuk mineral amfibol terdapat pada Andosol Gunung
Bunder, tuff volkan Telukpinang dan tuff volkan Cilendek. Mineral amfibol
sangat mudah melapuk dan tidak ditemukan pada tuff volkan Bubulak dan tuff
volkan Gunung Bunder. Hal ini diduga terjadi karena ada 2 kelompok bahan yang
berbeda meskipun berasal dari bahan volkan yang sama yaitu dari Gunung Salak.
Perbedaan ini disebabkan mungkin berasal dari letusan yang berbeda.
Tabel 4. Hasil Analisis Mineral Fraksi Pasir pada Beberapa Contoh Tuff Volkan
dan Andosol di Sekitar Bogor
Jenis Mineral
Magnetit
Tv*
Bubulak
3
Jenis dan Lokasi Asal Contoh
Tv.
Tv.
Tv.
Cilendek Telukpinang Gn.Bunder
4
9
6
Andosol
Gn.Bunder
2
Konkresi
Lapukan Gelas Volkan
2
22
26
2
22
7
1
34
Gelas Volkan
20
11
17
15
12
Kuarsa Keruh
-
10
-
2
1
Kuasa Jernih
6
6
1
2
6
Andesin
15
16
19
24
6
Labradorit
24
13
20
37
24
Augit
Hiperstein
8
14
1
7
7
1
13
Amfibol
-
-
2
-
-
*Keterangan: Tv = tuff volkan
Tabel 5. Hasil Analisis Mineral Fraksi Berat pada Mineral-meineral Fraksi Pasir
Beberapa Contoh Tuff Volkan dan Andosol di Sekitar Bogor
Contoh
Magnetit.*
Augit
Amfibol
Hiperstein.
Tuff volkan Bubulak
50
2
-
48
Tuff volkan Cilendek
24
-
2
74
Tuff volkan Telukpinang
49
-
6
45
Tuff volkan Gunung Bunder
42
1
-
57
Andosol Gn. Bunder
14
12
3
71
Mineral Fraksi Liat
Mineral fraksi liat dianalisis dengan menggunakan TG/DTA untuk
mempelajari sifat termal dan menggunakan FTIR-spectroscopy untuk mempelajari
gugus fungsional yang terdapat dalam mineral. Hasil pengukuran dengan
TG/DTA disajikan pada Tabel 6 dan Lampiran 2 – 6, sedangkan hasil pengukuran
dengan FTIR-sSpekctroscopy disajikan pada Tabel 7 dan Lampiran 7 – 11.
Tabel 6 menunjukkan semua bahan tuff dan Andosol mengandung alofan
oleh karena berasal dari pelapukan bahan tuff yang kaya akan bahan amorf.
Kandungan haloisit/kaolinit di Andosol, tuff volkan Telukpinang dan tuff volkan
Bubulak serta gibsit di Andosol dan tuff volkan Telukpinang menunjukkan
pembentukan mineral liat hasil pelapukan tersebut tergantung pada lingkungan
pelapukan bahan tuff.
Tabel 6. Hasil Analisis Fraksi Liat pada Beberapa Contoh Tuff Volkan dan
Andosol di Sekitar Bogor menggunakan TG/DTA
Contoh
Tv* Bubulak
Kehilangan
berat (%)
33.9
Puncak
endotermik
(°C)
112
Reaksi
Dehidrasi
Mineral
492
Dehidroksilasi
Alofan,
haloisit/kaolinit
Tv Cilendek
37.8
121
Dehidrasi
Alofan
Tv Telukpinang
34.8
125
Dehidrasi
285
Dehidroksilasi
Alofan, gibsit,
haloisit/kaolinit
475
Dehidroksilasi
Tv Gunung Bunder
37.6
125
Dehidrasi
Alofan
Andosol Gn Bunder
35.3
116
Dehidrasi
251
480
Dehidroksilasi
Dehidroksilasi
Alofan, gibsit,
haloisit/kaolinit,
*Keterangan: Tv = tuff volkan
Semua contoh fraksi liat yang dianalisis dengan spekctroscopy infra merah
(FTIR-Spectroscopy) pada pita serapan 500 – 4.000 cm-1 memperlihatkan adanya
serapan lebar dan baur di daerah OH-stretching pada sekitar 3.500 cm-1 yang
berasal dari air yang diserap yang merupakan ciri umum alofan (Tabel 7 dan
Lampiran 7 - 11). Adanya alofan juga bisa dilihat dari pita serapan pada 575 cm-1.
Pita serapan pada sekitar 975 cm-1, khususnya pada contoh asal Cilendek dan
Gunung Bunder, disebabkan oleh Si-O stretching dalam struktur ortosilikat.
Seperti hasil TG/DTA, keberadaan mineral haloisit atau kaolinit pada contoh asal
Bubulak, Telukpinang dan Andosol Gunung Bunder terlihat pada pita serapan di
sekitar 475 dan 1.025 – 1.050 cm-1, 3.330 dan
3.704 cm-1. Puncak serapan
lainnya, terutama doublet yang begitu jelas pada daerah 2.350 cm-1 kemungkinan
berasal dari CO2 senyawa oksalat (Gustafsson et. al.,1999).
Tabel 7. Hasil Analisis Fraksi Liat pada Beberapa Contoh Tuff Volkan dan
Andosol di Sekitar Bogor menggunakan FTIR-Spekctroscopy
Puncak serapan maksimum (cm-1)
Contoh
Bubulak
Cilendek
Telukpinang
Gunung Bunder
Andosol
1
3635
3700
(kecil)
3450
(lebar)
3500
(lebar)
3520
(kecil)
3450
(lebar)
2
3
4
5
6
7
8
2350
(doublet
jelas)
1650
1050
-
900
575
475
2350
(kecil)
1650
-
975
-
575
-
2350
(doublet
jelas)
1650
1025
-
-
575
475
3450
(lebar)
2350
(doublet
jelas)
1650
-
975
-
575
-
3610
(kecil)
3525
dan
3425
2350
(doublet
jelas)
1650
1050
-
-
575
475
KESIMPULAN
1. Bahan tuff volkan memiliki nilai pH H2O yang lebih tinggi, yaitu 5.28 – 6.36,
bila dibandingkan dengan pH Andosol (4.44), sedangkan pH NaF bahan-bahan
yang diteliti setelah 2 menit dan 4 menit berkisar antara 10 – 12 yang
mencirikan adanya alofan.
2. Kadar liat Andosol Gunung Bunder yaitu 11.9%, lebih tinggi dari bahan tuff
volkan yang berkisar antara 7.3 – 11.0%, oleh karena Andosol lebih melapuk
daripada bahan tuff.
3. Kandungan bahan amorf di tuff volkan Bubulak (63.12%) lebih tinggi
daripada bahan lainnya, yaitu tuff volkan Cilendek 50.36%, tuff volkan
Telukpinang Ciawi 50.44%, tuff volkan Gunung Bunder 42.60% dan Andosol
Gunung Bunder 52.84%.
4. Rasio atom Si/Al bahan tuff volkan dan Andosol berkisar antara 0.33-0.40.
Nilai ini lebih rendah daripada nilai yang ditetapkan Wada (1989).
5. Mineral fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral gelas volkan dan
lapukan gelas volkan, diikuti andesin, labradorit, hiperstein, magnetit, kuarsa
jernih, kuarsa keruh dan sedikit konkresi besi, augit dan amfibol.
6. Fraksi liat contoh-contoh yang dianalisis selain mengandung alofan, juga
mengandung gibsit (pada Telukpinang dan Andosol Gunung Bunder), dan
haloisit/kaolinit (Bubulak, Telukpinang dan Andosol Gunung Bunder).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Volcanic Erupton. http://library.thinkquest.org/17457/volcanoes/
erupt.php. [18 Maret 2008]
Bronto, Sutikno. 2001. Volkanologi. Buku Teks Bahan Ajar untuk Mahasiswa
Ilmu Kebumian Khususnya Geologi. Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Yogyakarta. Yogyakarta.
Daniels, R. B and R. D. Hammer. 1992. Soil Geomorphology. John Wiley&Sons,
Inc. New York.
FAO. 2008a. Lecture Notes on The Major Soils of The World. Set #3 MineralSoils
conditioned by Parent Material. http://www.fao.org/DOCREP/003/
Y1899E/y1899e06.htm# TopOf Page. [8 Mei 2008]
FAO. 2008b. Lecture Notes on The Major Soils of The World. Annex 2
Diagnostic horizons, properties and materials. http://www.fao.org/
DOCREP/003/Y1899E/y1899e16.htm#TopOfPage. [8 Mei 2008]
Gustafsson, J. P., Bhattacharya, P. dan Karltun, E. 1998. Allophane and Imogolite
in Swedish Soils. Research Report TRITA-AMI 3046. Division of Land
and Water Resources. Department of Civil and Environmental
Engineering. Royal Institute of Technology (KTH). Stockholm, Swedia.
________. 1999. Mineralogy of Poorly Crystalline Aluminium Phases in The B
Horizon of Podzols in Southern Sweden. Applied Geochemistry 14 : 707718.
Iskandar. 1986. Genesis, Klasifikasi, dan Pemetaan Tanah Detil Pada Kebun
Percontohan Blok Babakan Desa Sukajaya, Kecamatan Ciomas, Bogor.
Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
________. 2004. Jumlah dan Komposisi Bahan Amorf dalam Fraksi Liat Andisol
dari Jawa Barat. Gakuryoku Volume X, No. 1. Perhimpunan Alumni Dari
Jepang (PERSADA). Bogor.
Kholik, A. 1984. Studi Hubungan Genesis “Lapisan Kuning” dan Klasifikasi pada
Tanah-Tanah di Sekitar Bogor. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mulyanto, Budi. 1995. Characteristics and Genesis of Minimum Disturbed Soils
of Two Watersheds in West Java, Indonesia. Dissertation. University of
Gent. Belgium.
Parfitt, R. L and J. M. Kimble. 1989. Condition for Formation of Allophane in
Soils. Soil Science Society of America Journal. 53:971-977.
Soil Survey Laboratory. 1995. Soil Survey Laboratory Information Manual.
USDA Natural Resources Conservation Service. National Soil Survey
Center. Soil Survey Investigations Report No. 45 Version 1.0. Lincoln,
Nebraska.
Tan, K. H. 1991. Dasar-dasar Kimia Tanah. Gajah Mada University Press.
Yogayakarta
_________. 1998. Andosol. Kapita Selekta. Program Studi Ilmu Tanah. Program
Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.
_________. 2000. Environmental Soil Science. Second Edition, Revised and
Expanded. Marcel Dekker, Inc. New York.
Wada, K. 1989. Allophane and Imogolit. Ch. 21, p.1051-1087. In : J. B. Dixon
and S. B. Weed (ed.), Minerals in Soil Environments, 2nd Edition.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi lokasi pengambilan contoh tanah
1. Tuff Volkan Bubulak
Lokasi
: Rumah Pemotongan Hewan (RPH)
Bubulak,
Kecamatan
Kelurahan
Bogor
Bubulak,
Barat,
Kota
Bogor.
Warna
: 7,5 YR 5/8 (coklat kuat)
Letak geografis
: S 06º39.307’ dan E 107º01.006’
Ketinggian
: 199 m dpl
Ketebalan lapisan
: 34 cm
Kedalaman dari permukaan tanah
: 47 cm
2. Tuff Volkan Cilendek
Lokasi
: Lapangan Bogor Golf, Cilendek,
Kelurahan
Menteng,
Kecamatan
Bogor Barat, Kota Bogor
Warna
: 7,5 YR 6/8 (kuning kemerahan)
Letak geografis
: S 06º35.040’ dan E 106º46.640’
Ketinggian
: 231 m dpl
Ketebalan lapisan
: 53 cm
Kedalaman dari permukaan tanah
: 173 cm
3. Tuff Volkan Telukpinang
Lokasi
: Telukpinang,
Desa
Telukpinang,
Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor
Warna
: 7,5 YR 5/8 (coklat kuat)
Letak geografis
: S 06º40.802’ dan E 106º50.948’
Ketinggian
: 551 m dpl
Ketebalan lapisan
: 38 cm
Kedalaman dari permukaan tanah
: ±2m
4. Tuff Volkan Gunung Bunder
Lokasi
: Salak Endah - Gunung Bunder,
Desa Gunung Bunder, Kecamatan
Cibungbulang KPH Bogor
Warna
: 7,5 YR 6/8 (kuning kemerahan)
Letak geografis
: S 06o40’41.4” dan E 106o41’08.3”
Ketinggian
: 844 m dpl
Ketebalan lapisan
: > 100 cm
Kedalaman dari permukaan tanah
: 39 cm
.
5. Andosol Gunung Bunder
Lokasi
: Salak Endah - Gunung Bunder,
Desa Gunung Bunder, Kecamatan
Cibungbulang KPH Bogor.
Warna
: 10 YR 2/2 (coklat sangat gelap)
Letak geografis
: S 06o40’41.4” dan E 106o41’08.3”
Ketinggian
: 844 m dpl
Ketebalan lapisan
: 39 cm
Lampiran 2. Grafik Termal Fraksi Liat dari Bahan Tuff Volkan Asal Bubulak
Lampiran 3. Grafik Termal Fraksi Liat dari Bahan Tuff Volkan Asal Cilendek
Lampiran 4. Grafik Termal Fraksi Liat dari Bahan Tuff Volkan Asal Telukpinang
Lampiran 5. Grafik Termal Fraksi Liat dari Bahan Tuff Volkan Asal Gunung Bunder
Lampiran 6. Grafik Termal Fraksi Liat dari Bahan Andosol Asal Gunung Bunder
Lampiran 7. Spektrum Inframerah Fraksi Liat Tuff Volkan Asal Bubulak
Lampiran 8. Spektrum Inframerah Fraksi Liat Tuff Volkan Asal Cilendek
Lampiran 9. Spektrum Inframerah Fraksi Liat Tuff Volkan Asal Telukpinang
Lampiran 10. Spektrum Inframerah Fraksi Liat Tuff Volkan Asal Gunung Bunder
Lampiran 11. Spektrum Inframerah Fraksi Liat Andosol Asal Gunung Bunder
Download