Fight vs Flight

advertisement
EMOSI, STRES DAN KESEHATAN
Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi | [email protected]
http://www.youtube.com/watch?v=4KbSRXP0wik
Respon Perilaku Terhadap Stress
Fight vs Flight
Teori James Lange

Pembangkitan aksi autonom dan otot-otot rangka muncul terlebih dahulu
Kejadian
Penilaian (Aspek
Kognitif)
Tindakan (Aspek
perilaku
termasuk
fisiologis)
Perasaan
emosional
(aspek
perasaan)

Umpan balik dari pergerakan wajah, nafas dan postur tubuh dapat menginduksi atau
memperkuat perasaan emosional

Misal: ketika cemberut kita lebih mudah merasakan emosi negatif, saat bernafas dengan perut
dan secara ritmis kita akan lebih mudah merasakan emosi positif

http://faculty.washington.edu/chudler/laugh.html

Lakukan percobaan sederhana, “Tickle Experiment”
Otak dan Emosi: Bagian Korteks

Korteks frontal dan temporal berperan penting dalam emosi

Suatu emosi aktif  beberapa titik di bagian tersebut tampak aktif

Rasa muak  memiliki lokalisasi spesifik yaitu di korteks insular atau insula

Hemisfer kanan lebih berperan dan responsif terhadap emosi

Kerusakan pada prefrontal mengakibatkan individu kesulitan dalam perilaku moral 
berkaitan dengan perasaan kita terhadap pilihan akhir kita yang dangkal
Fight and Flight

Sebagian besar perilaku emosional intensif terbagi menjadi dua kategori: Menyerang
(fight) atau Menghindar (flight)

Emosi yang terkait dengan menyerang  kemarahan

Emosi yang terkait dengan menghindar  ketakutan
http://www.nottingham.ac.uk/counselling/documents/podacst-fight-or-flightresponse.pdf
KEMARAHAN

Sebagian besar perilaku menyerang dipicu oleh rasa nyeri, ancaman dan peristiwa tidak
menyenangkan

Perilaku agresif mudah terstimulasi jika ada provokasi. Terkadang perilaku agresif tidak
mengarah kepada provokator utama  setelah mengalami provokasi individu
cenderung melakukan antisipasi sehingga rentan terhadap provokasi selanjutnya

Jeda antara kejadian provokasi dengan perilaku menurunkan munculnya perilaku yang
agresif  jika merasa marah, berhitunglah sampai 10 (atau seribu....?) sebelum
memutuskan akan bertindak apa

Hormon testosteron berperan dalam perilaku agresif. Memicu seseorang untuk
memberi perhatian lebih kuat berkaitan dengan situasi kekerasan dan konflik
KETAKUTAN DAN KECEMASAN

Ketakutan  kecenderungan menghindar dari bahaya dalam waktu singkat

Kecemasan  perasaan tentang sesuatu akan berbahaya, namun lokasi dan waktu kejadiannya tidak
diketahui dengan pasti

Berkembang dari refleks kejut (stratle reflex) di waktu bayi. Area otak yang terkait dengan refleks kejut 
amygdala

Amygdala memiliki hubungan dengan:
1.
Hipotalamus  respon ketakutan autonom misal peningkatan tekanan darah
2.
Korteks prefrontal  mengendalikan respon untuk mendekati atau menghindar

Kerusakan amygdala berhubungan dengan respon emosi yang kurang adekuat, kurang sensitif terhadap
konteks emosi.

Kecemasan yang berlebihan bisa diturunkan dengan pemberian obat  meningkatkan aktivitas GABA
http://thebrain.mcgill.ca/flash/d/d_08/d_08_cr/d_08_cr_anx/d_08_cr_anx.html
STRESS

Respon tubuh ketika menghadapi suatu yang
dimaknai negatif, misalnya gagal ujian, ditolak
pacar, dipecat, meninggalnya significant other,
dimarahi guru, dll

Eustress vs Distress. Istilah stress di masyarakat
terkait dengan distress

Distress berat dan panjang akan menstimulasi
munculnya gangguan psikologis (seperti depresi,
dorongan bunuh diri) dan gangguan fisik (missal
mudah lelah, nafsu makan berubah drastis,
keringat dingin)
REAKSI FISIOLOGIS TERHADAP STRESS
1.
Aktivasi SAM  sympathetic-adrenal medulla 
faster-shorterm reaction
2.
Aktivasi HPA  hypothalamus-pituitary-adrenal 
slower-longer lasting
STRESS DAN SISTEM IMUNITAS

Hormon kortisol sering digunakan sebagai indikator tingkat stres. Dalam
kadar moderat membantu imunitas untuk menanggulangi penyakit. Dalam
kadar tinggi mengganggu imunitas.

Stres mempengaruhi sistem imunitas. Stres mendorong produksi leukosit,
sitokin dan menimbulkan gejala-gejala penyakit umum.

Misal: merasakan demam dan kurang selera makan ketika akan ujian masuk
perguruan tinggi

Dampak stres terus menerus seperti penyakit yang menahun.
SISTEM IMUNITAS

Sistem imunitas: sel-sel yang melindungi tubuh dari substansi pengganggu, misal virus dan
bakteri

Leukosit (sel sistedarah putih)  sistem imunitas yg terpenting

Tipe leukosit  sel B, sel T, sel pembunuh alami

Leukosit dan sel-sel lain membentuk sitokin  melawan infeksi dan berkomunikasi ke otak.
Mengakibatkan gejala penyakit umum: demam, mengantuk, lemas, nafsu makan seks turun

Stres mempengaruhi sistem imunitas. Stres mendorong produksi leukosit, sitokin dan
menimbulkan gejala-gejala penyakit umum.

Misal: merasakan demam dan kurang selera makan ketika akan ujian masuk perguruan tinggi

Dampak stres terus menerus seperti penyakit yang menahun.
POST TRAUMATIC STRES DISORDER

Individu mengalami kejadian yang traumatis, misal perang, kecelakaan, dll

Kadar kortisol penderita PTSD menurun. Tidak punya pertahanan menghadapi stres
sehingga rentan terhadap stres berulang.

Penderita PTSD memiliki ukuran hipokampus lebih kecil. Apakah ini predisposisi atau
stres mengkerutkan ukuran hipokampus...??
http://www.nimh.nih.gov/health/topics/post-traumatic-stress-disorder-ptsd/index.shtml
Download