analisis tanggung jawab sosial perusahaan

advertisement
ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
(CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
(Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program Kemitraan
PT ANTAM Tbk di Tanjung Barat, Jakarta)
Oleh :
FAUZIA HERLIN
A14204041
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
FAUZIA HERLIN. Analisis Tangung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate
Social Responsibility/CSR) sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat. (Di bawah
bimbingan FREDIAN TONNY NASDIAN).
Isu mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility/CSR) hingga saat ini merupakan isu yang sedang banyak
diperbincangkan oleh berbagai aktivis maupun civitas akademika. Salah satu
definisi mengenai CSR yaitu definisi yang dikemukakan oleh The Word Business
Council for Sustainable Development (WBCSD), sebuah lembaga internasional
yang berdiri tahun 1995 (dalam Wibisono, 2007). Terkait dengan hal tersebut,
CSR didefinisikan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak
secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi,
bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya
sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas.
CSR penting untuk dilakukan oleh perusahaan terutama oleh perusahaan
yang kegiatan operasinya menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat maupun
lingkungan sekitar. CSR tersebut dianggap penting karena pada kenyataannya
terdapat perusahaan yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan
masyarakat (konflik) karena masyarakat atau komunitas lokal merasa terganggu
dengan aktivitas perusahaan. Akan tetapi, selain terdapat perusahaan yang
memiliki hubungan yang tidak harmonis, terdapat pula perusahaan yang memiliki
hubungan yang cukup harmonis dengan masyarakat karena perusahaan tersebut
telah menerapkan CSR dengan baik. Penerapan CSR tersebut dilakukan sebagai
pembuktian dari adanya fenomena tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
perusahaan.
Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk mengungkap fenomena
tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perushaan. Fenomena tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR) yang terdapat di perusahaan dapat digambarkan dengan
menjawab tiga pertanyaan yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian
yaitu pandangan perusahaan terhadap CSR, strategi perusahaan dalam
melaksanakan program CSR, serta manfaat yang dirasakan oleh perusahaan
maupun masyarakat yang menerima program. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode kualitatif dengan studi kasus berupa studi kasus
instrinsik. Studi kasus intrinsik dipilih karena peneliti ingin mengkaji suatu kasus
khusus untuk memperoleh wawasan atas suatu isu atau sebagai pendukung yang
membantu peneliti dalam memahami konsep tanggung jawab sosial PT Antam
Tbk.
Kegiatan CSR dilakukan oleh PT Antam Tbk sejak tahun 2005. Program
yang menjadi studi kasus pada penelitian ini adalah Program Kemitraan sebagai
program untuk meningkatkan perekonomian lokal. Program Kemitraan ini
merupakan program yang memiliki tujuan untuk menjadikan mitra binaan mandiri
dan meningkat skala usahanya. Salah satu kegiatan yang dibahas pada program
kemitraan ini yaitu kegiatan pameran hasil karya mitra binaan Antam yang
berlangsung di Jakarta.
CSR PT Antam Tbk pada Program Kemitraan dapat dikatakan belum
berbasis pada pemberdayaan. Hal tersebut dikarenakan belum adanya partisipasi
dari mitra binaan dalam tahap-tahap penerapan CSR. Karakteristik CSR yang
terdapat pada Program Kemitraan PT Antam Tbk berada pada posisi Corporate
Citizenship karena karakteristik kedermawanan sosial yang terdapat pada kegiatan
CSR PT Antam Tbk mencakup misi, pengelolaan, pengorganisasian, penerima
manfaat, kontribusi serta inspirasi.
Cara pandang PT Antam Tbk terhadap CSR tergolongkan menjadi dua
kategori. Kategori pertama adalah sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban
(compliance), karena terdapat suatu regulasi pada Program Kemitraan PT Antam
Tbk yang mengacu pada Keputusan Menteri BUMN No.236/MBU/2003 tentang
pelaksanaan Program Kemitraan. Kategori kedua adalah sebagai dorongan tulus
dari perusahaan karena terdapatnya kebijakan PT Antam Tbk dalam bentuk misi
dan komitmennya untuk berbagi dengan masyarakat. Strategi yang dijalankan
oleh PT Antam Tbk pada Program Kemitraan telah mengacu pada tahap-tahap
penerapan CSR yang terwujud dalam bentuk Standar Kerja Program Kemitraan
PT Antam Tbk.
Penerapan CSR yang dilakukan PT Antam Tbk memiliki manfaat bagi PT
Antam Tbk maupun bagi penerima program. Manfaat yang diperoleh PT Antam
Tbk yaitu keberlanjutan dalam menjalankan aktivitas perusahaan, perolehan social
license, perolehan penghargaan melalui CSR Award tahun 2006, serta
terwujudnya hubungan yang baik antara perusahaan dengan pemerintah maupun
masyarakat yang menerima program. Manfaat yang diperoleh 3 mitra binaan PT
Antam Tbk yaitu peningkatan keuntungan dari segi ekonomi, penambahan
pengetahuan mengenai cara pembukuan melalui pelatihan dari segi pengetahuan,
serta meningkatkan peluang untuk meraih kegiatan usaha yang lebih maju dari
segi promosi.
ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
(CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI
UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT
(Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program Kemitraan
PT ANTAM Tbk di Tanjung Barat, Jakarta)
Oleh:
Fauzia Herlin
A14204041
SKRIPSI
Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
pada
Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
2008
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh :
Nama
No. Pokok
Judul
:
:
:
Fauzia Herlin
A14204041
Analisis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Corporate Social Responsibility/CSR) Sebagai Upaya
Pengembangan Masyarakat
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS
NIP. 131 475 577
Menyetujui,
Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr.
NIP. 131 124 019
Tanggal kelulusan:_____________________
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN
MASYARAKAT” (Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui
Program Kemitraan PT Antam Tbk di Tanjung Barat, Jakarta) INI BENARBENAR
MERUPAKAN
HASIL
KARYA
YANG
BELUM
PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL
KARYA SAYA SENDIRI SERTA TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN
YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN
KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM
NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN
SESUNGGUHNYA
DAN
SAYA
BERSEDIA
MEMPERTANGGUNG-
JAWABKAN PERNYATAAN INI.
Bogor, Juni 2008
Fauzia Herlin
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Januari 1986 dari Ayah
bernama Hefrizal dan Ibu Nuraeli. Penulis merupakan anak kedua dari 2
bersaudara dengan kakak bernama Nisafitri Amalia.
Pendidikan formal yang dilalui penulis yaitu tahun 1992 SDN 06 Petang
Kelapa Gading Timur Jakarta Utara dan lulus pada tahun 1998, SLTPN 123
Kelapa Gading Jakarta Utara dan lulus tahun 2001, SMU Negeri 45 Kelapa
Gading Jakarta Utara dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB). Penulis masuk di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian.
Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, menulis pernah mengikuti Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) MAX!! pada tahun 2005. Selain itu penulis juga
mengikuti kegiatan kepanitiaan seperti kegiatan masa orientasi/perkenalan
mahasiswa baru “PERMEN KPM”. Pelatihan yang pernah diikuti oleh penulis
adalah pelatihan dalam bidang juralistik dengan nama “English Journalistic
Training”. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan seni musik dalam bentuk band di
beberapa kegiatan IPB seperti Hari Pelepasan Sarjana (HPS) dan dalam Pekan
Olahraga Mahasiswa Sosial Ekonomi (POROS 2006) dengan nama grup band
“Proximity”.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis
Tanggung
Jawab
Sosial
Perusahaan
(Corporate
Social
Responsibility/CSR) Sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat”. Penulisan
skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada:
1. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS sebagai dosen pembimbing skripsi, terima
kasih atas bimbingan, motivasi, koreksi, pemikiran serta sarannya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Dr. Ninuk Purnaningsih sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi.
3. Martua Sihaloho, Msi sebagai dosen penguji dari Komisi Pendidikan.
4. Keluarga tercinta (mamah, papah dan uni) yang selalu setia menemani dengan
motivasi, semangat, doa, perhatian dan kasih sayangnya yang begitu besar.
5. Mpok-mpok DR’ers (Green House C11), Anyu, Amie, Yoyo, Meita, Mira,
Yundhe, Oline, Wulan, Marisa, Resty, serta temanku Andhini, Dewi dan
Uchie. Terimakasih atas perhatiannya yang begitu besar, semangat dan
dukungannya, dan semua cerita yang pernah dilalui bersama.
6. Dini Andriani dan Ria Ariyanti, rekan seperjuangan dalam skripsi.
7. Mbak Sinta dan seluruh pihak PT Antam Tbk yang telah membantu penulis
selama penelitian.
8. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, semangat, bantuan dan
doanya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang terkait.
Bogor, Juni 2008
Fauzia Herlin
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................ i
DAFTAR TABEL...............................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................
9
1.4 Kegunaan Penelitian.......................................................................................
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 11
2.1 Pendekatan Teoritis......................................................................................... 11
2.1.1 Konsep CSR (Corporate Social Responsibility)....................................
11
2.1.2 Konsep Pengembangan masyarakat (Community Development)........... 23
2.1.3 Konsep Pemberdayaan Masyarakat.......................................................
26
2.1.4 CSR dalam BUMN................................................................................
29
2.2 Kerangka Pemikiran........................................................................................ 31
2.3 Hipotesis Pengarah.......................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................
35
3.1 Pendekatan Penelitian.....................................................................................
35
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................................
35
3.3 Pemilihan Subyek Penelitian..........................................................................
36
ii
3.4 Metode Pengumpulan Data.............................................................................
37
3.4.1 Wawancara Mendalam........................................................................... 38
3.4.2 Pengamatan Berperanserta....................................................................
39
3.4.3 Penelusuran Dokumen...........................................................................
39
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data............................................................
40
3.5.1
Reduksi Data.......................................................................................
40
3.5.2
Penyajian Data....................................................................................
41
3.5.3
Penarikan Kesimpulan........................................................................
41
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI.........................................................
42
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan............................................................................
42
4.2 Visi dan Misi PT Antam Tbk..........................................................................
42
4.3 Struktur Organisasi PT Antam Tbk................................................................
46
4.4 CSR PT Antam Tbk........................................................................................
48
4.5 Mitra Binaan PT Antam Tbk..........................................................................
53
4.6 Ikhtisar............................................................................................................
55
BAB V PANDANGAN PERUSAHAAN TERHADAP CSR (CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY)…………………………………………………. 58
5.1 Kebijakan PT Aneka Tambang TBk Mengenai CSR (Corporate Social 58
Responsibility).................................................................................................
5.2 Pandangan PT Antam Tbk terhadap CSR (Corporate Social Responsibility) 60
5.3 Ikhtisar............................................................................................................
66
BAB VI STRATEGI DAN MANFAAT PROGRAM KEMITRAAN............ 69
6.1 Prosedur Pelaksanaan Program Kemitraan PT Antam Tbk............................
69
6.2 Strategi PT Antam Tbk dalam Menjalankan Program Kemitraan..................
73
iii
6.3 Manfaat Penerapan CSR sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat Bagi 78
Perusahaan......................................................................................................
6.4 Manfaat Penerapan CSR sebagai Upaya Pengembangan Perekonomian 80
Lokal Bagi Penerima Program Kemitraan PT Antam Tbk.............................
6.5 Ikhtisar............................................................................................................
85
BAB VII TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE 89
SOCIAL
RESPONSIBILITY/CSR)
SEBAGAI
UPAYA
PENGEMBANGAN MASYARAKAT: SUATU ANALISIS.........................
BAB VIII PENUTUP..........................................................................................
98
8.1 Kesimpulan.....................................................................................................
98
8.2 Saran................................................................................................................ 101
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
102
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Perusahaan................................................ 16
Tabel 2. Fase Pergeseran Paradigma CSR........................................................................ 20
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pemikiran....................................................................................... 32
Gambar 2. Struktur Organisasi PT Antam Tbk................................................................ 47
Gambar 3. Struktur Koordinasi CSR Group PT Antam Tbk........................................... 50
Gambar 4. Fase Pergeseran Paradigma CSR.................................................................... 65
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jadwal Penelitian................................................................................
Lampiran 2 Konsep Pemilihan Subyek Tineliti.....................................................
Lampiran 3 Teknik Pengumpulan Data dan Kebutuhan Data bagi Penelitian.......
Lampiran 4 Panduan Pertanyaan sebagai Pedoman Wawancara...........................
Lampiran 5 Kasus-Kasus Mitra Binaan PT Antam Tbk........................................
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian......................................................................
Lampiran 7 Sebaran Lokasi Daerah Operasi PT Antam Tbk…………………….
Lampiran 8 Peta Jakarta Selatan (Daerah Kantor Pusat PT Antam Tbk)………..
103
104
105
108
114
119
121
122
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan sebagai pelaku dalam dunia usaha memiliki tujuan yang
berorientasi pada pencapaian laba semaksimal mungkin. Jika dilihat secara
sepintas, maka tujuan tersebut memang merupakan salah satu hal yang dapat
membangkitkan atau mengembangkan posisi perusahaan di kalangan bisnis atau
dunia usaha. Akan tetapi, aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh setiap
perusahaan tersebut menimbulkan tanggung jawab bagi perusahaan untuk
menjaga
keseimbangan
dengan
lingkungannya,
misalnya
perusahaan
pertambangan yang berlokasi dekat dengan pemukiman suatu komunitas.
Perusahaan pertambangan tersebut, harus melakukan tanggung jawabnya tidak
hanya pada lingkungan alam yang dieksploitasi, tetapi juga pada masyarakat
sekitar (komunitas lokal) yang secara langsung atau tidak langsung terkena
dampak dari aktivitas perusahaan. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial
perusahaan penting untuk dilakukan.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen dunia usaha
untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan
berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan
kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas
komunitas lokal dan masyarakat secara luas (The Word Business Council for
Sustainable Development (WBCSD) dalam Wibisono, 2007). Menurut Sukada,
dkk (2007) CSR merupakan segala upaya manajemen yang dijalankan entitas
2
bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan
pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif
dan memaksimumkan dampak positif di setiap pilar.
Perusahaan di Indonesia melakukan kegiatan terencana untuk sampai
kepada tujuan yang telah mereka tentukan. Pencapaian tujuan tersebut dapat
melewati
berbagai
proses
pelaksanaan
kegiatan
dimana
tidak
hanya
mengikutsertakan satu pihak saja (dalam hal ini perusahaan itu sendiri), tetapi
juga secara langsung ataupun tidak langsung terkait dengan pihak luar. Pihak luar
tersebut misalnya pemerintah, negara asing, masyarakat dan lembaga-lembaga
sosial. Tak lepas dari pihak luar tersebut, maka perusahaan-perusahaan banyak
melakukan kerjasama dengan pihak yang mendukung pada mencapaian tujuan,
khususnya menyangkut kepentingan perusahaan.
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dapat memiliki
kendala yang dapat disebabkan oleh kekurangsigapan perusahaan dalam
menangani permasalahannya. Perusahaan-perusahaan tersebut harus mampu
menjaga keseimbangannya dengan memperhatikan pihak lain yang dapat
mempengaruhi perkembangan perusahaan yang salah satunya yaitu masyarakat.
Masyarakat merupakan salah satu pihak yang terkait dengan berbagai kegiatan
pembangunan, termasuk kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Masyarakat
(dalam hal ini komunitas lokal), memegang peranan sebagai pihak yang dapat
terkena dampak sosial, politik, ekonomi maupun dampak lingkungan dari kegiatan
perusahaan. Untuk itu pentingnya dilakukan CSR untuk menjaga keharmonisan
antar stakeholder maupun meningkatkan pertumbuhan perusahaan.
3
Salah satu permasalahan perusahaan yang menyangkut tanggung jawab
sosialnya yaitu masalah yang terjadi antara pihak perusahaan dengan masyarakat
sekitar sebagai komunitas lokal. Komunitas lokal merasa bahwa kedatangan
perusahaan ke wilayah mereka tidak memberikan kompensasi yang berarti atau
bahkan merugikan masyarakat (misalnya dengan terjadinya kerusakan alam dan
pencemaran lingkungan tempat tinggal komunitas lokal akibat kegiatan operasi
perusahaan). Alasan yang memicu terjadinya masalah yaitu tidak terdapatnya
wujud tanggung jawab sosial perusahaan yang mampu membangun kondisi sosial
yang harmonis antara komunitas lokal dengan pihak perusahaan.
Sebagai pelaku bisnis dalam dunia usaha, maka terdapat hal menarik yang
dapat mendukung penelitian mengenai CSR atau dalam istilah di Indonesia
dikenal dengan tangung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan data yang didapat
melalui penelusuran dari berbagai sumber tertulis dapat diketahui bahwa terdapat
perusahaan di Indonesia pada saat ini telah melakukan tanggung jawab sosialnya,
bahkan terdapat beberapa perusahaan yang telah mendapatkan penghargaan atas
program CSR yang dilakukannya. Salah satu contohnya yaitu perusahaan yang
berproduksi di bidang kimia yang memperoleh penghargaan CSR (CSR Award)
karena dianggap telah memiliki komitmen CSR yang kuat yang akan berdampak
pada lancarnya operasional perusahaan, serta perolehan citra dan reputasi yang
positif (Wibisono, 2007). Selain itu terdapat pula salah satu perusahaan
pertambangan di Indonesia yang berhasil memperoleh lima penghargaan sekaligus
4
memperoleh nilai tertinggi untuk semua kategori dari seluruh program yang
dilombakan pada tahun 20051.
Sumbangan sosial perusahaan memiliki dua dimensi (Saidi,dkk 2003).
Dimensi tersebut adalah karitas (charity) dan filantropi. Karitas adalah memberi
bantuan yang sifatnya sesaat, sedangkan filantropi adalah sumbangan yang
ditujukan untuk kegiatan investasi sosial atau kegiatan yang diarahkan pada
penguatan kemandirian masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh PIRAC
terhadap 226 perusahaan di Indonesia terkait dengan sumbangan sosial
perusahaan menyatakan bahwa secara umum sumbagan yang diberikan
perusahaan tidak dilakukan secara terencana dan terfokus serta lebih bersifat
insidentil atau hanya sekedar merespon permintaan sumbangan (Saidi,dkk 2003).
Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa sumbangan sosial perusahaan
belum berdimensi filantropi. Hal ini dibuktikan dengan beberapa temuan dari
penelitian tersebut sebagai berikut:
1. Proporsi perusahaan yang memiliki kebijakan formal mengenai
sumbangan tergolong kecil. Hal tersebut ditunjuukan oleh hasil survey
bahwa dari 226 perusahaan, hanya 18 persen yang memiliki kebijakan
tertulis mengenai sumbangan.
2. Hanya sedikit perusahaan yang menyediakan staf khusus untuk
menangani sumbangan sosial. Hal tersebut ditunjuukan dari hasil survey
1
. 2007. Penanaman Pohon Bakau Aneka Tambang. www.duaberita.com. Diakses
tanggal 2 Maret 2008.
5
bahwa hanya empat persen (10 perusahaan) yang mengaku memiliki staf
khusus untuk menangani sumbangan.
3. Proporsi perusahaan yang membentuk divisi khusus atau yayasan yang
menangani sumbangan juga sangat kecil (hanya tiga persen dari seluruh
responden).
4. Perusahaan yang menyumbang hanya sekedar respon permintaan lebih
banyak daripada mendesain suatu rencana aktivitas sosial (60 persen hasil
survey menyatakan bahwa perusahaan selalu memberikan sumbangan
secara insidentil).
5. Sekitar satu dari lima perusahaan atau 21 persen menentukan target
jumlah sumbangan sejak awal tahun fiskal, sebaliknya 62 persen lainnya
menyatakan tidak ada target tertentu untuk itu.
Program CSR yang dijalankan perusahaan beserta penghargaan CSR yang
diperoleh perusahaan dan hasil penelitian PIRAC di atas menimbulkan pemikiran
dan memotivasi penelitian ini untuk mengkaji mengenai pandangan perusahaan
dalam rangka penerapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), strategi yang
dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan tanggung jawab sosialnya, manfaat
yang diperoleh perusahaan maupun stakeholder terkait (dalam hal ini komunitas
lokal) dari program CSR yang dijalankan pada studi kasus yang berbeda. Hal yang
akan menjadi pertanyaan secara garis besar dari penjelasan di atas yaitu
bagaimana fenomena tanggung jawab sosial perusahaan di kalangan dunia usaha
(perusahaan).
6
1.2 Perumusan Masalah
Hingga saat ini telah banyak diungkapkan berbagai teori mengenai CSR
yang merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dalam
mewujudkan citra positifnya. CSR merupakan komitmen dunia usaha untuk
bertindak secara etis untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat atau
komunitas lokal. CSR telah diterapkan oleh beberapa perusahaan dalam bentuk
suatu program yang ditujukan untuk kepentingan perusahaan maupun masyarakat
atau komunitas lokal yang berada di sekitar berdirinya perusahaan. Salah satunya
yaitu kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan melalui kegiatan CSRnya dengan melakukan penanaman 10.000
pohon bakau bersama dengan masyarakat setempat di kawasan Jakarta pada akhir
tahun 2007. Program tersebut terselenggara sebagai wujud nyata dari pihak
perusahaan terhadap tanggung jawab sosialnya dengan turut memberdayakan
masyarakat. Berdasarkan wujud konkret dari CSR yang telah dilakukan oleh
perusahaan, maka dapat diangkat suatu kasus mengenai tanggung jawab sosial
yang terjadi pada perusahaan dalam lingkup BUMN. Hal yang menarik perhatian
untuk dikaji terkait dengan hal tersebut yaitu, bagaimana fenomena tanggung
jawab sosial perusahaan sebagai upaya pengembangan masyarakat?
Fenomena tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat
dengan cara perusahaan dalam memandang konsep CSR itu sendiri. Cara pandang
perusahaan terhadap CSR terdiri dari beberapa jenis yaitu external driven,
environmental driven, reputation driven, compliance, internal driven. External
driven merupakan cara pandang perusahaan yang terkait dengan faktor di luar
perusahaan. External driven ini terdiri dari environmental driven yang berari
7
bahwa perusahaan melakukan CSR karena ada dampak negatif terhadap
lingkungan akibat kegiatan perusahaan. External driven juga terdiri dari
reputation driven yang berarti bahwa perusahaan melakukan CSR karena ingin
mendongkrak citra perusahaan. Compliance merupakan cara pandang perusahaan
yang berarti bahwa perusahaan melakukan CSR karena ada peraturan atau hukum
yang mengaturnya, sedangkan internal driven berarti bawha perusahaan
melakukan CSR karena ada dorongan tulus dari perusahaan untuk melakukan
CSR.
Teori mengenai cara pandang perusahaan terhadap CSR tersebut dapat
mengemukakan
pertanyaan
selanjutnya
yaitu
bagaimana
pandangan
perusahaan mengenai CSR?. Pertanyaan tersebut terkait dengan pandangan
perusahaan terhadap konsep CSR. Berdasarkan pandangan tersebut dapat
dijabarkan dan diketahui apakah perusahaan yang akan diteliti telah mengenal
CSR dan apakah perusahaan tersebut telah menjalankan CSR. Pertanyaan ini
penting untuk dikaji mengingat seberapa besar CSR telah terinternalisasi dan
berlaku di perusahaan.
Strategi dalam penerapan CSR penting untuk memantapkan tujuan dan
mencapai program yang bermanfaat. Strategi perusahaan yang telah terbentuk,
dilakukan
berdasarkan
kebijakan
perusahaan
terhadap
program
yang
diselenggarakan. Pelaksanaan dari strategi perusahaan, kemudian dapat dijalankan
secara tersrtuktur ataupun disesuaikan dengan keadaan apabila terjadi perubahan
pada saat program berjalan. Agar dapat terstruktur dengan baik, maka dalam
strategi dapat dilibatkan tahap-tahap CSR, dimana pada tahap tersebut terdiri dari
tahap perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan. Terkait dengan hal
8
tersebut, setiap perusahaan tentu memiliki kebijakan yang tidak sama karena
tergantung pada kesepakatan yang dibuat oleh masing-masing perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut, muncul pertanyaan berikutnya yaitu bagaimanakah
strategi yang dijalankan oleh perusahaan dalam melakukan CSR sebagai
upaya pengembangan masyarakat? Pertanyaan ini mencakup bagaimana
strategi perusahaan dari segi perencanaan, implementasi, evaluasi sampai pada
tahap pelaporan.
Selain pertanyaan-pertanyaan di atas, manfaat yang diperoleh perusahaan
maupun komunitas lokal juga merupakan hal yang dapat dijadikan bukti secara
nyata bahwa perusahaan telah melakukan program CSR karena dalam hal ini
perusahaan maupun komunitas lokal merupakan stakeholder (pemangku
kepentingan) yang sangat terkait dengan pelaksanaan program CSR. Dalam
melakukan tanggung jawab sosialnya, perusahaan tentu menginginkan agar
programnya dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakannya. Setiap
program yang dijalankan memiliki tujuan-tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat
berupa manfaat yang diperoleh komunitas lokal, misalnya peningkatan
pengetahuan melalui pelatihan, seminar ataupun iklan (reklame) yang dibuat
perusahaan sebagai wujud program CSRnya. Selain itu, dari sisi internal
perusahaan juga memungkinkan untuk menginginkan terjadinya penambahan
keuntungan maupun perolehan citra positif dari program CSR. Masyarakat
sebagai penerima program CSR tentu harus dapat merasakan manfaat dari
program CSR yang dijalankan perusahaan agar program tersebut mampu
mengusung hal-hal positif. Di pihak perusahaan, program CSR dapat bermanfaat
untuk mempertahankan usaha perusahaan dengan membangun citra positif kepada
9
masyarakat secara umum dan komunitas lokal pada khususnya. Berdasarkan hal
tersebut, maka pertanyaan terakhir yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu
apa manfaat yang diperoleh perusahaan maupun masyarakat pada
penerapan CSR sebagai upaya pengembangan masyarakat? Manfaat dari
terselenggaranya CSR dari perusahaan dapat diperoleh masyarakat sebegai
penerima program maupun perusahaan itu sendiri.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menjawab satu pertanyaan
yang menjadi pokok kajian peneliti. Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk
menggambarkan bagaimana fenomena tanggung jawab sosial perusahaan di
kalangan dunia usaha atau perusahaan yang dalam hal ini adalah PT Antam Tbk.
Adapun tujuan utama tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan penelitian ini
yaitu:
1. Mendeskripsikan pandangan perusahaan mengenai CSR.
2. Memahami strategi yang dijalankan oleh perusahaan dalam melakukan
program pengembangan msyarakat untuk mewujudkan tanggung jawab
sosialnya.
3. Membahas manfaat yang diperoleh baik bagi perusahaan maupun
masyarakat pada penerapan CSR sebagai upaya pengembangan
masyarakat.
10
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan yang menjadi
bahasan utama dan dapat dijadikan salah satu acuan penerapan CSR dengan
kondisi sejenis yang terjadi pada lokasi atau waktu yang berbeda. Selain itu juga
diharapkan untuk menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam mengkaji
program CSR yang dilakukan perusahaan sesuai dengan fakta di lapangan,
sekaligus sebagai bahan perbaikan bagi peneliti untuk penulisan selanjutnya. Bagi
perusahaan, penelitian ini diharapkan mampu untuk dijadikan bahan evaluasi atau
rekomendasi bagi perusahaan agar dapat menjalankan aktivitas CSRnya secara
lebih baik dan lebih berhasil serta bermanfaat bagi banyak pihak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan Teoritis
2.1.1
Konsep CSR (Corporate Social Responsibility)
Wacana mengenai isu CSR kini telah menjadi isu sentral. CSR yang
merupakan tanggung jawab sosial perusahaan pada awalnya diimplementasikan
hanya sebatas karikatif (charity). Pada tahun 1980-an semakin banyak perusahaan
yang menggeser konsep CSR ke arah pengembangan masyarakat (community
development) yang pada awalnya hanya sebagai sumbangan perusahaan yang
dianggap sebagai beban. Pada tahun 1997, terdapat suatu keluaran yang cukup
berpengaruh dalam konteks CSR yang dikemukakan oleh John Elkington dalam
Wibosono (2007) melalui bukunya yang berjudul “Canibals with Forks, the Triple
Bottom Line of Twentieth Century Business”. John Elkington mengemukakan
konsep “3P” yaitu profit, people dan planet. Dalam konsep 3P terdapat makna
yang terkandung bahwa perusahaan sebaiknya tidak hanya memburu keuntungan
(profit), tetapi juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat
(people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Konsep
3P inilah yang kemudian diimplementasikan oleh berbagai perusahaan bahkan
dicantumkan pula dalam agenda-agenda perusahaan dalam upaya melakukan
tanggung jawab sosialnya.
Definisi dari CSR telah banyak dikemukakan oleh berbagai pihak atau
instansi, salah satunya yaitu definisi yang diungkapkan oleh The Word Business
Council for Sustainable Development (WBCSD), sebuah lembaga internasional
12
yang berdiri tahun 19952. Dalam lembaga tersebut, CSR didefinisikan sebagai
komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi
secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan
peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga
peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas. Definisi lainnya
dikemukakan oleh World Bank3 yang memandang sebagai komitmen dunia usaha
yang mengkontribusikan keberlanjutan usaha pembangunan ekonomi melalui
peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas untuk
meningkatkan kualitas hidup demi kemajuan bisnis maupun kemajuan
pembangunan. Menurut Sukada, dkk (2007) CSR merupakan segala upaya
manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan,
dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif di
setiap pilar. Dalam versi Indonesia, secara etimologis CSR diartikan sebagai
tanggung jawab sosial perusahaan, tanggung jawab sosial korporasi atau tanggung
jawab sosial dunia usaha.
CSR memiliki kaitan dengan konsep pembangunan berkelajutan yang
didefinisikan sebagai pembangunan atau perkembangan yang memenuhi
kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhannya. Sejak istilah pembangunan berkelanjutan mulai
populer, banyak dilakukan konferensi yang menunjukkan kepedulian masyarakat
2
Yusuf Wibisono. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility.
Gresik : Fascho Publishing
3
Ibid.hlm7. 13
dunia
akibat
kecenderungan
semakin
menurunnya
kualitas
lingkungan.
Konferensi tersebut yaitu konferensi lingkungan hidup di Stockholm, Swedia,
yang menghasilkan resolusi monumental dengan membentuk badan khusus di
PBB untuk masalah lingkungan. Dengan latar belakang yang sama, dilakukan
pula KTT Bumi di Rio de Janeiro yang menghasilkan tiga dokumen hukum terikat
(legally binding) dan tiga dokumen yang secara hukum tidak mengikat (nonlegally binding) (Wibisono, 2007).
Selain definisi, CSR juga memiliki prinsip-prinsip yang dirumuskan oleh
sejumlah institusi international. Prinsip CSR tersebut salah satunya dikemukakan
oleh Porf. Alyson Warhurst dari University of Bath Inggris (Wibisono, 2007).
Adapun prinsip-prinsip CSR yaitu :
1. Prioritas korporat; mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas
tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan.
2. Manajemen terpadu; mengintegrasikan kebijakan, program dan praktek ke
dalam setiap kegiatan bisnis sebagai suatu unsur manajeman.
3. Proses perbaikan; secara bersinambungan memperbaiki kebijakan,
program dan kinerja sosial korporat.
4. Pendidikan karyawan; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta
memotivasi karyawan.
5. Pengkajian; melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan
atau proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan
lokasi pabrik.
6. Produk dan jasa; mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak
negatif secara sosial.
14
7. Informasi publik; memberi informasi yang diperlukan.
8. Fasilitas dan operasi; mengembangkan, merancang dan mengoperasikan
fasilitas serta menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan
kajian dampak sosial.
9. Penelitian; melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial untuk
mengurangi dampak negatif.
10. Prinsip
pencegahan;
memodifikasi
manufaktur,
pemasaran
atau
penggunaan produk atau jasa sejalan dengan penelitian mutakhir untuk
mencegah dampak sosial yang bersifat negatif.
11. Kontraktor dan pemasok; mendorong penggunaan prinsip-prinsip tangung
jawab sosial korporat yang dijalankan.
12. Siaga
menghadapi
darurat;
menyusun
dan
merumuskan
rencana
menghadapi keadaan darurat, dan bila terjadi keadaan berbahaya bekerja
sama dengan layanan gawat darurat, instansi berwenang dan komunitas
lokal. Sekaligus mengenali potensi bahaya yang muncul.
13. Transfer best practice; berkontribusi pada pengembangan dan transfer
praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada semua industri
dan sektor publik.
14. Memberi sumbangan; untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan
publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen pemerintah
serta lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang
tanggung jawab sosial.
15
15. Keterbukaan; menumbuhkembangkan keterbukaan dan dialog dengan
pekerja dan publik, mengantisipasi dan memberi respon terhadap potencial
hazard, dan dampak operasi, produk, limbah atau jasa.
16. Pencapaian dan pelaporan; mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan
audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria
korporat dan peraturan perundang-undangan dan menyampaikan informasi
tersebut pada dewan direksi, pemegang saham, pekerja dan publik.
Prinsip-prinsip CSR tersebut dapat diterapkan dengan menggunakan
strategi yang terdapat pada perusahaan yang menjalankan CSR. Strategi yang
digunakan oleh setiap perusahaan dalam menjalankan CSR dapat berbeda-berbeda
terkait dengan kebijakan yang ada pada perusahaan. Menurut Widyahartono4, agar
mencapai suatu tujuan yang tepat maka beberapa langkah strategis perlu diresapi
sebagai panduan untuk dikerjakan dengan time line (jadwal waktu yang tegas)
oleh masing-masing kelompok bisnis secara sektoral. Langkah-langkah srategis
tersebut yaitu:
1. Ada komitmen dari puncak ke bawah, dalam arti perilaku bertanggung
jawab dalam setiap area bisnisnya. Hal ini berat, karena menuntut
kesadaran diri yang mendalam.
2. Pimpinan perusahaan harus secara terbuka membangun kemitraan
(building meaningful partnership) dengan para stakeholders.
4
Bob,
Widyahartono.
2007.
Tanggung
Jawab
http://mirifica.net/wmview.php?ArtID=4231. Diakses tanggal 6 Desember 2007.
Sosial.
16
3. Informasi tentang cost benefit CSR perlu dijabarkan dengan tutur kata
yang menarik dan kredibel, sesuai daya tangkap mitra yang diajak
berdialog secara reguler.
4. Dalam menyampaikan informasi, sampaikan apa yang menjadi citra
organisasi secara visual atau tertulis yang gamblang, dan bukan
membohongi.
5. Komitmen termasuk memvisualisasikan "merek atau logo" (brand or logo)
yang komunikatif dan bernada kebenaran dan yang menarik memantapkan
citra dan termasuk meningkatnya laba (return on investment).
Menurut Saidi (20004) dalam Mulyadi (2007), terdapat karakteristik
tahap-tahap kedermawanan sosial perusahaan yang digambarkan pada tabel 1.
Tabel 1. Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Perusahaan
Tahapan
Charity
Philantropy
Motivasi
Agama,
adat
Misi
Mengatasi
masalah sesaat
Pengelolaan
Jangka pendek, Terencana,
menyelesaikan
terorganisir,
maslaah sesaat
terprogram
Corporate Citizenship
tradisi, Norma
etika, Pencerahan
diri
dan
hukum universal; rekonsiliasi
dengan
redistribusi
keterlibatan sosial.
kekayaan.
Pengorganisasian Kepanitiaan
Mencari
dan Memberikan
kotribusi
mengatasi masalah kepada masyarakat.
Terinternalisasi
dalam
kebijakan perusahaan
Yayasan/Dana
Abadi,
profesionalisasi
Keterlibatan baik dana
maupun sumber daya
lain.
Penerima
Manfaat
Orang miskin
Masyarakat luas
Masyarakat
perusahaan
Kontribusi
Hibah sosial
Hibah
pembangunan
Hibah (sosial maupun
pembnagunan)
dan
keterlibatan sosial
Inspirasi
Kewajiban
Sumber: Zaim Saidi (2004) dalam Mulyadi (2007)
luas
dan
Kepentingan bersama
17
CSR sebagai tanggung jawab sosial perusahaan memiliki lingkup dalam
penerapannya. Adapun lingkup penerapan CSR menurut gagasan dari Prince of
Wales International Forum terdiri dari lima pilar (Wibisono, 2007). Pertama,
upaya perusahaan untuk menggalang dukungan SDM, baik internal (karyawan)
maupun eksternal (masyarakat sekitar) dengan cara melakukan pengembangan
dan memberikan kesejahteraan kepada mereka. Kedua, memberdayakan ekonomi
komunitas. Ketiga, menjaga harmonisasi dengan masyarakat sekitar agar tidak
terjadi konflik. Keempat, mengimplementasikan tata kelola yang baik. Kelima,
memperhatikan kelestarian lingkungan.
Adapun tahap-tahap dalam penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan
pada umumnya (Wibisono, 2007) yaitu:
1. Tahap perencanaan. Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama yaitu
Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building.
Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun
kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen
manajemen. CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi
perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan
prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun
struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif.
Pada tahap membangun CSR manual, perencanaan merupakan inti dalam
memberikan petunjuk pelaksanaan CSR bagi konsumen perusahaan.
Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman
pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya
pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.
18
2. Tahap implementasi. Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus
diperhatikan seperti pengorganisasian, penyusunan untuk menempatkan
orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat
pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama
yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. Sosialisasi dilakukan untuk
memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek
yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman
penerapan CSR. Menurut Wibisono (2007) tujuan utama sosialisasi adalah
agar program CSR yang akan diimplementasikan mendapat dukungan
penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam perjalanannya
tidak ada kendala serius yang dialami oleh unit penyelenggara.
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan
roadmap yang telah disusun. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk
memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan,
misalnya melalui sistem manajemen kinerja, proses produksi, pemasaran
dan proses bisnis lainnya. Melalui upaya ini dapat dinyatakan bahwa
penerapan CSR bukan sekedar kosmetik namun telah menjadi strategi
perusahaan, bukan lagi sebagai upaya untuk compliance, tapi sudah
beyond compliance.
3. Tahap evaluasi. Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke
waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi
dapat berguna untuk mengetahui kegagalan dan keberhasilan suatu
program dan dapat pula dilakukan untuk pengambilan keputusan. Evaluasi
19
dapat dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit
implementasi atas praktik CSR yang dilakukan.
4. Pelaporan. Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem
informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun
keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai
perusahaan.
Pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh perusahaan memiliki beberapa faktor
(Wibisono, 2007). Faktor-faktor tersebut yaitu komitmen kepemimpinan dalam
perusahaan yang tanggap akan masalah sosial, ukuran dan kematangan
perusahaan, serta regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah. Terkait
dengan regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah, maka dapat ditunjukkan bahwa
semakin besar insentif pajak yang diberikan, akan lebih berpotensi memberi
semangat kepada perusahaan untuk berkontribusi kepada masyarakat, demikian
juga sebaliknya. Selain faktor-faktor tersebut, perusahaan juga memiliki berbagai
cara dalam memandang CSR atau dapat dikatakan pula sebagai alasan perusahaan
dalam melaksanakan CSR. Beberapa cara perusahaan dalam memandang CSR
yaitu :
1. Sekedar
basa
basi
atau
keterpaksaan,
dimana
perusahaan
mempraktekan CSR hanya karena faktor eksternal (external driven),
environmental driven (karena terjadi masalah lingkungan), serta
reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan).
2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), dimana
CSR yang dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang
memaksanya.
20
3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari
dalam (internal driven), perusahaan telah menyadari bahwa tanggung
jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan
profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab
sosial dan lingkungan.
Selain ketiga cara pandang perusahaan terhadap CSR, terdapat paradigma
CSR yang dinyatakan telah mengalami pergeseran. Pergeseran paradigma tersebut
dikemukakan oleh Alyson Warhurst dalam Sukada, dkk (2007) dalam tiga fase
paradigma yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
PERISTIWA PENTING
FASE
Tabel 2. Fase Pergeseran Paradigma CSR
FASE : 1960-1983
(TIMBULNYA
KESADARAN
TERHADAP
MASALAH SOSIAL
POST
FACTO)
FASE 2 : 1984-1994
(HUBUNGAN
UNTUK
MENYELESAIKAN
MASALAH
DAMPAK
NEGATIF)
FASE
3
:
1995SEKARANG
(HUBUNGAN
UNTUK
MENCEGAH MASALAH
DI MASA DATANG)
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Aberfan,
Wales,
1966
Seveso, 1974
Wankie
Colliery,
1975
Amoco Cadiz Oil,
1978
Nasionalisasi
di
Amerika Selatan,
`60-`70an
•
•
•
Bhopal, 1984
Strava, Italy, 1985
Chernobyl, 1986
Exxon
Valdez,
1989
Wheal Jane, 1992
Summitville, 1992
Ok Tedi dan Fly
Rivers, PNG 1994
•
•
•
•
•
Shell : Brent Spar, 1995
Eksekusi
Saro-Wiwa,
1995
Omai, 1995
Grasberg, 1995
Marcopper, 1996
Los Frailes, Spanyol,
1998
Remin dan Esmeralda,
Romania, 2000
Sumber: Sony Sukada dkk (2007) dalam buku Membumikan Bisnis Berkelanjutan ;
memahami konsep dan praktik tanggung jawab sosial perusahaan. Jakarta:
Indonesia Business Links.
Dari tabel Warhurst dapat dilihat bahwa sejumlah perusahaan memiliki
reaksi positif terhadap musibah-musibah yang terjadi dengan memperbaiki
hubungan yang buruk dengan masyarakat. Menurut Sukada, dkk (2007) sebagian
21
besar program yang dilakukan perusahaan ekstraktif (perusahaan yang
menanfaatkan kekayaan alam dalam kegiatan operasinya) dalam hubungannya
dengan masyarakat di negara-negara berkembang masih berada pada fase 1 atau
paling jauh pada fase 2. Akan tetapi dapat diakui pula bahwa terdapat perusahaan
di Indonesia yang telah berada pada fase 3. Semakin besar suatu perusahaan dan
semakin besar munculnya dampak dari kegiatan operasi perusahaan, maka
semakin kuat pula tuntutan perusahaan untuk melakukan tanggung jawab
sosialnya (CSR) terutama kepada pihak-pihak yang terkena dampak secara
langsung.
Berdasarkan program yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam
mewujudkan tanggung jawab sosialnya, maka terdapat tiga kategori bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan (Rudito dkk, 2007) yaitu:
1. Public relations; usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada
komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Usaha ini
lebih mengarah pada menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan
komunitas, khususnya menanamkan sebuah persepsi yang baik tentang
perusahaan (brand image) kepada komunitas. Kegiatan yang dilakukan
biasanya berbentuk kampanye yang tidak terkait sama sekali dengan
produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
2. Strategi defensif; usaha yang dilakukan perusahaan guna menangkis
anggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan
perusahaan terhadap karyawannya, dan biasanya untuk melawan
`serangan` negatif dari anggapan komunitas atau komunitas yang sudah
telanjur berkembang. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan sasaran
22
yang berbeda dengan anggapan yang telah berkembang atau bertolak
belakang dengan persepsi-persepsi yang ada di komunitas pada
umumnya.
3. Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar
berasal dari visi perusahaan itu; melakukan program untuk kebutuhan
komunitas atau komunitas sekitar perusahaan atau kegiatan perusahaan
yang berbeda dari hasil dari perusahaan itu sendiri. Kegiatan perusahaan
dalam konteks ini adalah sama sekali tidak mengambil suatu keuntungan
secara materil tetapi berusaha untuk menanamkan kesan baik terhadap
komunitas berkaitan dengan kegiatan perusahaan.
Dibalik semua faktor yang
mempengaruhi,
tentunya perusahaan
menginginkan perolehan keuntungan sebagai hasil dari penerapan CSR. Adapun
benefits dan drivers tersebut (Wibisono, 2007) yaitu:
1. Mempengaruhi dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan.
Dengan kontribusi yang positif, maka pasti reputasi dan image positif
perusahaan akan meningkat.
2. Layak mendapat social license to operate. Program CSR diharapkan akan
menjadi bagian dari asuransi sosial yang akan menghasilkan harmoni dan
persepsi positif dari masyarakat terhadap eksistensi perusahaan.
3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan dengan melakukan langkah antisipatif
dan preventif.
4. Melebarkan akses sumber daya. Track record yang baik dalam
pengelolaan CSR merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang
23
dapat membantu untuk melancarkan jalan menuju sumber daya yang
diperlukan perusahaan.
5. Membentangkan akses menuju market. Investasi yang ditanamkan untuk
program CSR dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang pasar
yang terbuka lebar, termasuk di dalamnya akan memupuk loyalitas
konsumen dan membentuk pangsa pasar baru.
6. Mereduksi biaya. Terdapat beberapa contoh yang dapat menggambarkan
keuntungan perusahaan yang didapat dari penghematan biaya yang
merupakan buah dari implementasi dari penerapan program tanggung
jawab sosialnya. Salah satu contohnya yaitu upaya untuk mereduksi
limbah dengan proses daur ulang ke dalam siklus produksi.
7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder.
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator. Perusahaan yang menerapkan
program CSR pada dasarnya merupakan upaya untuk meringankan beban
pemerintah sebagai regulator.
9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. Kesejahteraan yang
diberikan pelaku CSR umumnya sudah jauh melebihi standar normatif
kewajiban yang dibebankan kepada perusahaan, sehingga wajar apabila
karyawan menjadi terpacu untuk meningkatkan kinerjanya.
10. Peluang mendapatkan penghargaan.
2.1.2 Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development)
Konsep pengembangan masyarakat hingga saat ini telah dirumuskan dan
dijabarkan oleh banyak pihak. Salah satu konsep yang berbicara mengenai definisi
24
pengembangan masyarakat diungkapkan oleh Johnson (1984) dalam Wibisono
(2007) bahwa pengembangan masyarakat merupakan spesialisasi atau setting
praktek pekerjaan sosial yang bersifat makro (macro practice). Maksud konsep
tersebut yaitu pengembangan masyarakat tidak hanya dapat dilakukan oleh
pekerja sosial saja, akan tetapi dapat pula dilakukan oleh para pekerja dalam
profesi lain. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa pengembangan masyarakat
memiliki pelaku dari berbagai bidang (tidak hanya dalam bidang atau pekerjaan
sosial).
Definisi lain mengenai pengembangan masyarakat yaitu yang diungkapkan
oleh AMA (1993) dalam Wibisono (2007) sebagai metode yang memungkinkan
orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memberbesar
pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya. Konsep
pengembangan masyarakat selanjutnya yaitu konsep yang dijelaskan oleh Jack
Rothman (1968) dalam Wibisono (2007) pada suatu karyanya. Ia menjelaskan
konsep pengembangan masyarakat melalui 3 model praktek pengorganisasian
komunitas (Three Models of Community Organizaton Practice), yaitu
pengembangan
masyarakat
lokal,
perencanaan
sosial
dan
aksi
sosial.
Pengembangan masyarakat lokal diartikan proses yang ditujukan untuk
menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi
aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Berikutnya adalah konsep
pengembangan masyarakat yang dijelaskan oleh Brokensha dan Hodge (1969)
dalam Rukminto (2003). Mereka mendefinisikan pengembangan masyarakat
sebagai suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup
keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan,
25
berdasarkan inisiatif dari masyarakat. Menurut Budimanta dalam Rudito dkk
(2007), pengembangan masyarakat adalah kegiatan pembangunan komunitas yang
dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses
komunitas guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang
lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya.
Menurut Budimanta dalam Rudito dkk (2007), ruang lingkup programprogram pengembangan masyarakat (community development) dapat dibagi
berdasarkan tiga kategori yang secara keseluruhan akan bergerak secara bersamasama yang terdiri dari :
1. Community Relation; yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut
pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi
kepada para pihak yang terkait. Dalam kategori ini, program
cenderung mengarah pada bentuk-bentuk kedermawanan (charity)
perusahaan. Dari hubungan ini maka dapat dirancang pengembangan
hubungan yang lebiih mendalam dan terkait dengan bagaimana
mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah yang ada di
komunitas lokal sehingga perusahaan dapat menerapkan program
selanjutnya.
2. Community Services; merupakan pelayanan perusahaan untuk
memenuhi kepentingan komunitas ataupun kepentingan umum.
Dalam kategori ini, program dilakukan dengan adanya pembangunan
secara fisik sektor kesehatan, keagamaan, pendidikan, transportasi
dan sebagainya yang berupa puskesmas, sekolah, rumah ibadah,
jalan raya, sumber air minum, dan sebagainya. Inti dari kategori ini
26
adalah memberikan kebutuhan yang ada di komunitas dan
pemecahan tentang masalah yang ada di komunitas dilakukan oleh
komunitas sendiri dan perusahaan hanya sebagai fasilitator dari
pemecahan masalah yang ada di komunitas. Kebutuhan-kebutuhan
yang ada di komunitas dianalisis oleh para community development
officer, dengan menggunakan metode yang bersifat kualitatif.
3. Community
Empowering;
merupakan
program-program
yang
berkaitan dengan pemberian akses yang lebih luas kepada komunitas
untuk menunjang kemandiriannya, misalnya pembentukan koperasi.
Pada dasarnya, kategori ini melalui tahapan-tahapan kategori lain
seperti melakukan community relation pada awalnya, yang kemudian
berkembang pada community services dengan segala metodologi
penggalian data dan kemudian diperdalam melalui ketersediaan
pranata sosial yang sudah lahir dan muncul di komunitas melalui
program kategori ini.
2.1.3 Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Konsep pemberdayaan juga menjadi penting dalam mengkaji programprogram pengembangan masyarakat untuk meningatkan kualitas hidup manusia.
Menurut Ife dalam Suharto 2005, pemberdayaan memiliki dua pengertian kunci
yaitu kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan diartikan bukan hanya
menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau
penguasaan klien atas:
27
a) Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan
dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat
tinggal dan pekerjaan.
b) Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras
dengan aspirasi dan keinginannya.
c) Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan
gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.
d) Lembaga-lembaga:
kemampuan
menjangkau,
menggunakan
dan
mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan
sosial, pendidikan dan kesehatan.
e) Sumber-sumber:
kemampuan
memobilisasi
sumber-sumber
formal,
informal dan kemasyarakatan.
f) Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme
produksi, distribusi dan pertukaran barang serta jasa.
g) Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran,
perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.
Berdasarkan hal-hal tersebut, terdapat kesimpulan mengenai pemberdayaan
masyarakat yang menujuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan
dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan dan dapat menjangkau
sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang dan jasa yang mereka perlukan, serta agar
dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka. Selain hal tersebut, dapat dikatakan pula bahwa
28
pemberdayaan memegang kunci kekuasaan pada banyak hal, tidak hanya dalam
berpolitik dan berorganisasi, tapi juga menyangkut kegiatan-kegiatan dan
kebutuhan hidup manusia. Konsep ini juga terkait dengan tujuan dari
pemberdayaan. Seseorang dapat dikatakan berdaya ketika apa yang diharapkan,
dinginkan maupun dibutuhkannya tercapai.
Parson
et.al
(1994)
dalam
Suharto
(2005),
mengatakan
bahwa
pemberdayaan dapat dilakukan dengan tiga aras pemberdayaan yang terdiri dari
aras mikro, aras mezzo dan aras makro. Dalam konsep ini, pembedayaan
dijelaskan dalam konteks cakupan sasarannya yang terdiri dari individu pada aras
mikro, kelompok pada aras mezzo dan sistem lingkungan yang lebih luas pada
aras makro. Konsep ini lebih menekankan pada kesempatan dan prosesnya dalam
mencapai
tujuan
pemberdayaan.
Proses
tersebut
dilakukan
dengan
mengidentifikasi program sesuai dengan sasaran yang ingin dituju. Sasaran
tersebut terkait dengan konteks mikro, mezzo atau makro yang kemudian
disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan program pemberdayaan yang perlu
dilakukan.
Konsep
pemberdayaan
lainnya
yaitu
konsep
pemberdayaan
yang
disimpulkan berdasarkan dua konsep pemberdayaan di atas. Kesimpulan dari
konsep ini dikemukakan oleh Edi Suharto (2005) bahwa pemberdayaan
merupakan sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses pemberdayaan dikatakan
sebagai serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan
kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami
kemiskinan. Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil
yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya,
29
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik fisik, ekonomi maupun sosial.
Terkait dengan berdirinya suatu perusahaan di sekitar komunitas lokal,
maka perusahaan diharapkan untuk meningkatkan peran serta komunitas dalam
kegiatan perusahaan atau untuk menghindar dari munculnya ketidaksetaraan
terhadap kondisi sosial ekonomi komunitas dengan perusahaan. Berdasarkan hal
tersebut, diperlukan suatu wadah program yang berguna untuk menciptakan
kemandirian komunitas lokal untuk menata sosial ekonomi mereka sendiri dengan
diciptakan suatu wadah yang berbasis pada komunitas yang sering disebut dengan
community development yang tujuannya untuk pemberdayaan komunitas
(empowerment) (Rudito dkk, 2007).
2.1.4 CSR dalam BUMN
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku
ekonomi dalam perekonomian nasional (Wibisono, 2007). Terkait dengan hal
tersebut, BUMN memiliki peran dalam menghasilkan barang dan/ atau jasa yang
diperlukan dalam rangka mewujudkan kemakmuran bagi rakyat. Selain itu,
BUMN juga memiliki peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik,
penyeimbang kekuatan swasta besar, serta turut membantu pengembangan usaha
kecil atau koperasi. Sebagai salah satu pelaku bisnis, BUMN dituntut untuk dapat
menghasilkan laba seperti pada perusahaan bisnis lainnya. Akan tetapi di sisi lain
BUMN juga dituntut untuk berfungsi sebagai alat pembangunan nasional dan
berperan sebagai institusi sosial (Wibisono, 2007).
Menurut Undang-Undang No. 19 tahun 2003 sebagai ketentuan
perundangan terbaru mengenai BUMN, maka dikenal dua bentuk badan usaha
30
milik negara yaitu perusahaan perseroan (Persero) dan perusahaan umum
(Perum). Persero merupakan bentuk BUMN yang berbentuk perseroan terbatas
yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51%
sahamnya dimiliki negara dan bertujuan utama untuk mencari keuntungan. Perum
merupakan BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas
saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan
atau jasa sekaligus mengejar keuntungan.
Terkait dengan tanggung jawab sosialnya, maka peran sosial BUMN
antara lain dituangkan melalui keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep236/MBU/2003. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka
mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya
pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha
dan pemberdayaan masyarakat, perlu ditingkatkan partisipasi Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi,
kondisi sosial masyarakat dan sekitarnya, melalui Program Kemitraan BUMN
dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan. Keputusan tersebut pada
prinsipnya mengikat BUMN untuk menyelenggarakan Program Kemitraaan dan
Program Bina Lingkungan (PKBL). Program kemitraan merupakan program yang
bertujuan untuk meningkatkan usaha kecil dalam bentuk pinjaman dana yang
digunakan baik sebagai modal ataupun pembelian peralatan penunjang bagi
kegiatan produksi agar usaha kecil menjadi usaha yang mandiri. Program Bina
Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat untuk
tujuan yang memberikan manfaat kepada masyarakat di wilayah BUMN yang
bersangkutan. Sebagai petunjuk dari Kep-236/MBU/2003, terdapat Surat Edaran
31
Menteri BUMN No SE-433/MBU/2003 yang berisi bahwa setiap BUMN
disyaratkan membentuk unit tersendiri yang bertugas secara khusus menangani
PKBL.
2.2 Kerangka Pemikiran
Sesuai dengan perkembangan pembangunan pada berbagai bidang, muncul
suatu konsep yang disebut sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) dimana
perusahaan memiliki kearifan lokal dengan melakukan tanggung jawab sosialnya.
Sebagai pembuktian terhadap berbagai konsep CSR, maka perusahaan
menerapkan tanggung jawab sosialnya melalui program-program pengembangan
masyarakat. Sasaran dari program tersebut adalah komunitas lokal yang bertempat
tinggal di daerah sekitar berdirinya perusahaan secara khususnya dan masyarakat
luas pada umumnya. Selain hal tersebut, dalam memahami pengaplikasian CSR
oleh suatu perusahaan tentunya diperlukan beberapa hal untuk menunjukkan
terdapatnya wujud tanggung jawab sosial perusahaan secara nyata, sesuai dengan
kebijakan yang telah resmi disepakati. Pandangan perusahaan terhadap CSR
mempengaruhi bagaimana perusahaan membuat kebijakan mengenai CSR. Cara
pandang perusahaan terhadap CSR dapat dikategorikan menjadi 3 jenis, yang
pertama yaitu sekedar basa basi atau keterpaksaan yang terdiri dari external
driven, environmental driven dan reputation driven. Kategori kedua yaitu sebagai
upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance) dan yang ketiga yaitu CSR
diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal
driven).
32
Pandangan perusahaan terhadap
CSR :
• External
driven,environmental
driven, reputation driven.
• Compliance
• Internal driven
Fase pergeseran paradigma
menurut Alyson Warhurst :
Kebijakan
CSR
Perusahaan
Kebijakan
Pemerintah
(KEPMEN
BUMN)
1. Fase 1
2. Fase 2
Strategi
perusahaan.
3. Fase 3
Tahap-tahap CSR:
1. Perencanaan
2. Implementasi
3. Evaluasi
4. Pelaporan
Masyarakat
Manfaat CSR
Perusahaan
Keterangan:
: Mempengaruhi
: Dalam satu cakupan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
33
Untuk mengetahui keberadaan perusahaan dalam suatu fase pada paradigma
CSR, maka terdapat tiga fase yang terkait dengan kebijakan CSR yang terdapat di
perusahaan. Fase tersebut terdiri dari Fase 1 (timbulnya kesadaran terhadap
masalah sosial post facto), fase 2 (hubungan untuk menyelesaikan masalah
dampak negatif), serta fase 3 (hubungan untuk mencegah masalah di masa
datang).
Kebijakan yang tertera pada perusahaan mengenai tanggung jawab sosial
perusahaan dapat pula mencakup strategi perusahaan dalam menjalankan CSRnya,
dimana dalam pelaksanaannya setiap perusahaan tentu memiliki rencana dan
standar tertentu agar hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diinginkan.
Kebijakan yang telah disepakati perusahaan dalam merancang strategi dapat
dilihat dari bagaimana pada tahap perencanaan sampai pada tahap pelaporan.
Selain berhubungan dengan tahap-tahap penerapan CSR, strategi dalam
pelaksanaan suatu program CSR juga akan mempengaruhi cara pandang
persahaan terhadap CSR. Bagaimana perusahaan memandang CSR dapat dilihat
dari kebijakan CSR maupun strategi penerapan CSRnya. Selanjutnya, dari hasil
yang didapatkan, maka program yang diselenggarakan oleh perusahaan juga harus
memiliki manfaat, karena dari manfaat tersebut dapat dilihat sejauh mana
perusahaan telah membangun citra positifnya. Manfaat yang dirasa diharapkan
untuk diperoleh masyarakat atau komunitas lokal sebagai penerima program.
Dengan manfaat tersebut, selain masyarakat dapat menikmati keuntungan dari
program, masyarakat dapat pula merasakan keberadaan perusahaan disekitarnya
dan mendukung serta memberi opini positif bagi perusahaan.
34
2.3 Hipotesis Pengarah
Konsep CSR yang meliputi konsep cara pandang perusahaan mengenai
CSR diduga akan mempengaruhi kebijakan perusahaan tentang CSR. Selain
berhubungan dengan cara pandang perusahaan mengenai CSR, dari pandangan
perusahaan juga diduga akan diketahui keberadaan perusahaan pada fase dalam
pergeseran paradigma CSR menurut Warhurst yang terdiri dari 3 fase yaitu fase
timbulnya kesadaran terhadap masalah sosial, fase hubungan untuk menyelesaikan
masalah dampak negatif, dan fase hubungan untuk mencegah masalah di masa
datang. Kemudian kebijakan yang ada pada perusahaan diduga akan mencakup
strategi dalam melaksanakan tanggung jawab sosial. Satategi perusahaan dalam
menerapkan CSR akan memengaruhi bagaimana cara pandang perusahaan
terhadap CSR. Kebijakan perusahaan terhadap strategi penerapan CSR juga akan
berhubungan dengan tahap-tahap CSR yaitu tahap perencanaan, implementasi,
evaluasi dan pelaporan. Setiap tahap tersebut akan menjadi suatu analisis melalui
penyesuaian dengan kebijakan real (konkret) yang terdapat di perusahaan
mengenai strategi penerapan CSR (pada salah satu programnya),
dalam arti
bagaimana strategi penerapan CSR oleh perusahaan dalam masing-masing tahap
penerapan CSR tersebut. Dari strategi perusahaan, kemudian akan dilanjutkan
dengan penerapan CSR yang dilakukan perusahaan. Pelaksanaan CSR selanjutnya
akan menghasilkan manfaat baik bagi perusahaan maupun masyarakat atau
komunitas lokal.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kualitatif
dalam
upaya
menggambarkan fenomena tanggung jawab sosial perusahaan sebagai upaya
pengembangan masyarakat melalui metode studi kasus pada PT Aneka Tambang
(Antam)
Tbk.
Pendekatan
kualitatif
digunakan
untuk
mengembangkan
pemahaman yang mendalam dan rinci tentang tahap-tahap penerapan tanggung
jawab sosial perusahaan yang terdapat di Antam, strategi yang digunakan
perusahaan dalam penerapan tanggung jawab sosialnya, dan manfaatnya bagi
perusahaan dan masyarakat.
Strategi penelitian yang dipilih adalah studi kasus. Studi kasus merupakan
salah satu strategi dalam penelitian yang berarti memilih suatu kejadian atau
gejala khusus untuk diteliti dengan menerapkan berbagai metode (Stake dalam
Sitorus 1998). Studi kasus yang dipilih berupa studi kasus instrinsik, yaitu studi
kasus yang dilakukan karena peneliti ingin mengkaji atas suatu kasus khusus
untuk memperoleh wawasan atas suatu isu atau sebagai pendukung untuk
membantu peneliti dalam memahami konsep tanggung jawab sosial PT Antam
Tbk. Studi kasus intrinsik ini dipilih oleh peneliti karena katertarikan peneliti
terhadap CSR.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di PT ANTAM Jl. Letjen TB Simatupang No. 1
Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan
36
secara sengaja (purposive). Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti telah
melakukan observasi melalui penelusuran kepustakaan surat kabar, buku, hasil
penelitian dari beberapa peneliti, internet, serta beberapa narasumber yang
memberikan informasi mengenai perusahaan yang telah melakukan tanggung
jawab sosialnya. Setelah dilakukan penelusuran melalui kepustaaan, akhirnya
peneliti memilih Antam sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan April sampai bulan Mei 2008. Penelitian yang dimaksud mencakup waktu
semenjak peneliti intensif di lapangan hingga pengolahan dan analisis data.
3.3 Pemilihan Subyek Penelitian
Subyek tineliti terdiri dari informan dan responden. Informan merupakan
pihak yang memberikan keterangan tentang pihak lain dan lingkungannya,
sedangkan responden merupakan pihak yang memberi keterangan tentang diri dan
kegiatan yang dilaksanakan. Dalam hal ini, informan adalah pihak perusahaan
(Antam) selaku pemberi informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan
sebagai upaya pengembangan masyarakat dan responden adalah masyarakat
(pihak luar) dan pihak Antam yang terkait dengan program tanggung jawab sosial
yang dilakukan Antam. Pemilihan subyek tineliti (responden) dipilih secara
purposif (sengaja), sedangkan pemilihan informan dilakukan dengan teknik “bola
salju” (snow ball sampling). Penentuan responden dan informan akan dilakukan di
lapangan. Pada penentuan informan dilakukan dengan mencari informan kunci
atau orang yang dianggap paham mengenai program CSR perusahaan.
Pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah salah satu staf
Public Relations (PR) PT Antam Tbk. Penentuan informan ini merupakan hasil
rekomendasi dari seorang staf CSR Group PT Antam Tbk. Informan tersebut
37
ditentukan agar peneliti dapat memperoleh gambaran mengenai profil perusahaan.
Informan dalam penelitian ini juga terdiri dari seorang warga yang tinggal di
sekitar kantor Antam. Penentuan informan ini merupakan hasil rekomendasi dari
seorang staf CSR Group Antam. Informan ini adalah pihak yang pernah terlibat
dalam program CSR yang dilakukan di sekitar wilayah Tanjung Barat. Tujuan
penetuan informan untuk mendapat gambaran mengenai tanggapan masyarakat
terhadap program CSR yang dilakukan oleh Antam.
Pihak yang menjadi responden adalah dua orang staf CSR Group PT
Antam Tbk dan tiga orang mitra binaan Antam yang mengikuti salah satu acara
pameran seni kerajinan tangan yang diikuti Antam di Jakarta. Penentuan
responden ini dilakukan agar peneliti dapat memperoleh gambaran mengenai
pandangan perusahaan terhadap CSR, strategi yang dijalankan perusahaan pada
Program Kemitraan, serta manfaat yang dapat diperoleh baik bagi perusahaan
maupun bagi penerima program.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data untuk
memperoleh pemahaman tentang penerapan program tanggung jawab sosial
Antam. Metode pengumpulan data yang digunakan digambarkan dengan metode
triangulasi. Metode triangulasi dalam penelitian ini terdiri dari metode
pengumpulan data kualitatif berupa wawancara mendalam, pengamatan
berperanserta dan penelusuran dokumen.
Metode pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data primer dan
data sekunder yang berguna dalam menjawab pertanyaan penelitian. Data primer
diperoleh dari subyek tineliti yang terdiri dari informan dan responden melalui
38
wawancara mendalam dan pengamatan berperanserta. Data sekunder merupakan
dokumen-dokumen yang terkait dengan kebijakan dan strategi Antam dalam
melakukan tanggung jawab sosial perusahaan, profil perusahaan dan kebijakan
perusahaan. Adapun tahap-tahap yang akan dilakukan dalam pengambilan data
yaitu penelusuran kepustakaan melalui buku, artikel, dan internet terkait dengan
kajian penelitian, kemudian wawancara mendalam kepada pihak manajeman
Antam, pelaksana program dan informan. Tahap terakhir yaitu pengamatan
berperan-serta yang dilakukan selama penelitian berlangsung.
3.4.1 Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam dilakukan untuk memperkenalkan peneliti,
mengenal subyek tineliti, dan memperoleh data tentang program tanggung jawab
sosial yang dilakukan perusahaan. Selain itu, wawancara mendalam juga
dilakukan untuk mengetahui strategi yang digunakan perusahaan dalam
mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan serta manfaat yang diperoleh
perusahaan dan masyarakat dari program tanggung jawab sosial perusahaan.
Wawancara mendalam dilakukan dengan berkunjung secara resmi ke perusahaan
yang ditujukan pada pihak manajemen perusahaan, yakni pihak Public Relation
PT Antam Tbk, dua orang staf CSR Group PT antam Tbk serta tiga mitra binaan
Antam selaku penerima program.
Wawancara dilakukan dengan mendatangi informan dan responden.
Wawancara dengan staf PT Antam Tbk dilakukan dengan mendatangi staf
tersebut di kantor Antam. Wawancara dengan salah satu warga yang bertempat
tinggal di sekitar kantor Antam dilakukan dengan mendatangi tempat tinggalnya.
Wawancara dengan mitra binaan dilakukan dengan mengunjungi mitra binaan
39
tersebut pada pekan acara pameran seni dan kerajinan tangan yang diikuti Antam
di Jakarta. Frekuensi wawancara tertinggi dilakukan peneliti pada pihak
manajemen perusahaan dan pelaksana program sesuai dengan informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian.
3.4.2 Pengamatan Berperanserta
Pengamatan berperanserta adalah proses penelitian yang mensyaratkan
interaksi sosial antara peneliti dan tineliti dalam lingkungan sosial tineliti. Dalam
hal ini peneliti akan ikut serta pada kegiatan yang dilakukan pihak pelaksana dan
penerima program. Pengamatan ini dilakukan agar peneliti dapat melihat,
merasakan dan memaknainya, serta memungkinkan pembentukan pengetahuan
secara bersama oleh peneliti dan tineliti. Pengamatan berperanserta dilakukan
peneliti dengan membantu mitra binaan yang sedang menjual produk-produk
mereka pada acara pameran dan mempersilahkan para pengunjung untuk melihatlihat produk mitra binaan. Pengamatan berperanserta ini dilaksanakan pada acara
“IT”, yakni sebuah acara pameran dan penjualan produk usahawan kecil yang
berlangsung selama satu minggu di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. PT
Antam Tbk berperan sebagai partisipan yang mengikutsertakan tiga mitra binaan
dari kantor pusat PT Antam Tbk untuk menjadi peserta. Dalam metode ini,
peneliti tidak merahasiakan identitasnya sehingga tineliti dapat mengetahui tujuan
peneliti.
3.4.3 Penelusuran Dokumen
Penelusuran dokumen dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai
konsep tanggung jawab sosial menurut perusahaan, kebijakan-kebijakan
40
perusahaan yang terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) serta
sejauh mana perusahaan telah menerapkan tanggung jawab sosial perusahaannya.
Selain itu, penelusuran dokumen juga dilakukan untuk memahami strategi yang
digunakan perusahaan dalam mewujudkan program tanggung jawab sosial.
Dokumen tersebut terdiri dari laporan tahunan (Annual Report) Antam 2006,
Standar Kerja Program Kemitraan serta contoh pengajuan proposal untuk mitra
binaan pada Program Kemitraan Antam. Peneliti juga melakukan penelusuran
dokumen dengan pencarian data dan informasi dari internet, buku, karya ilmiah
(hasil penelitian), dan surat kabar untuk memperoleh informasi yang membantu
peneliti dalam merumuskan dan menjawab pertanyaan penelitian.
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan untuk memperoleh
informasi mengenai fenomena tangggung jawab sosial perusahaan sebagai upaya
pengembangan
masyarakat,
bagaimana
pandangan
perusahaan
mengenai
Corporate Social Responsibility (CSR), strategi yang digunakan perusahaan
dalam menerapkan program, serta manfaat yang diperoleh perusahaan dan
masyarakat yang menerima program. Teknik pengolahan dan analisis data
dilakukan melalui tiga jalur ananlisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan.
3.5.1
Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan dan berlangsung selama
41
penelitian berlangsung. Reduksi data dilakukan dengan menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu serta
mengorganisasi data sedemikian rupa hingga dapat ditarik kesimpulankesimpulan akhir. Peneliti melakukan reduksi data dengan cara membuat
catatan lapang berdasarkan hasil wawancara dengan informan maupun
responden.
Pemusatan
perhatian
dilakukan
dengan
memfokuskan
pertanyaan pada pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dalam
penelitian.
3.5.2
Penyajian Data
Penyajian data dalam hal ini digambarkan dengan sekumpulan informasi
tersusun yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam
bentuk teks naratif berupa catatan lapangan yang kemudian diperkuat
dan/atau dilengkapi dengan bentuk lainnya yaitu matriks dan bagan.
Bentuk matriks dan bagan merupakan hasil dari gabungan informasi yang
tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu, sehinggga memudahkan untuk
melihat kejadian yang terjadi.
3.5.3
Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap
data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh.
Kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan selama penelitian dihasilkan
dengan cara memikir ulang selama penulisan, meninjau kembali catatan
lapangan harian, meninjau kembali dan bertukar pikiran dengan teman dan
pembimbing skripsi.
BAB IV
PERUSAHAAN DAN KONDISI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT Antam Tbk merupakan perusahaan pertambangan dan logam Indonesia
yang didirikan pada tangal 5 Juli 1968 sebagai hasil dari penggabungan beberapa
Perusahaan Negara yang bergerak di bidang pertambangan. Antam memiliki
operasi dan lokasi deposit bijih tambang di seluruh Indonesia dan bergerak di
bidang eksplorasi, eksploitasi, proses manufaktur dan pemasaran bijih nikel,
feronikel, emas, perak, bauksit dan pasir besi. Antam pertama kali menjadi
perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Jakarta ketika Pemerintah
Indonesia menjual 35 persen sahamnya kepada publik di tahun 1997. Pada tahun
1999, Antam mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Australia sebagai “foreign
exempt listing” dan kemudian menjadi anggota penuh Bursa Efek Australia pada
tahun 2002. Saham publik perusahaan sebesar 35 persen yang secara aktif
diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta dan sebagian besar dimiliki oleh lebih dari
100 investor institusi dari Inggris dan Amerika Serikat. Dalam kepemilikannya,
PT Antam Tbk dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia sebesar 65 persen
dan sisanya dimiliki oleh publik sebesar 35 persen.
4.2 Visi dan Misi PT Antam Tbk
PT Antam Tbk memiliki visi dan misi dimana visi dan misi tersebut
dinyatakan sebagai tujuan akhir perusahaan. Berdasarkan visi Antam 2010 yaitu
menjadi perusahaan pertambangan berstandar internasional yang memiliki
keunggulan kompetitif di pasar global, Antam mempunyai aspirasi untuk menjadi
43
suatu perusahaan pertambangan yang jauh lebih baik, berorientasi ke masa depan
serta lebih menguntungkan. Adapun misi Antam bertujuan untuk memenuhi
semua komitmen dan kewajiban Antam kepada para stakeholders. Misi Antam
terdiri dari lima hal yaitu:
1. Menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi, yaitu nikel, emas dan
mineral lain, dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta
memperhatikan kelestarian lingkungan.
2. Beroperasi secara efisien (dengan biaya rendah)
3. Memaksimalkan shareholders dan stakeholders value.
4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
5. Berpartisipasi di dalam upaya menyejahterakan masyarakat di sekitar
daerah operasi pertambangan.
Tujuan utama Antam adalah untuk meningkatkan nilai pemegang saham
berdasarkan strategi yang terdiri dari :
1. Fokus pada bisnis inti
Antam akan terus menempatkan fokus pada segmen bisnis yang Antam
paling ketahui dan kuasai yaitu nikel, emas dan bauksit.
2. Menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan
Pada
strategi
ini,
Antam
merencanakan
untuk
menciptakan
pertumbuhan yang berkesinambungan melalui beberapa tindakan
sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas cadangan
44
Suatu perusahaan pertambangan tidak dapat beroperasi secara
berkesinambungan tanpa secara terus menerus memperbarui
cadangannya. Terkait dengan hal tersebut, Antam menanamkan
“modal yang beresiko” kira-kira tiga sampai lima persen dari
pendapatan sebelumnya dalam kegiatan eksplorasi melalui unit
Geomin (salah satu unit PT Antam Tbk).
b. Menciptakan nilai tambah dengan mengurangi penjualan bahan
mentah dan meningkatkan aktivitas-aktivitas pemrosesan di
bidang hilir.
Untuk meningkatkan nilai, Antam berencana untuk bergerak
lebih jauh ke bidang hilir dengan melakukan lebih banyak
aktivitas-aktivitas pemrosesan dan pemurnian dibandingkan
dengan aktivitas penjualan barang mentah.
c. Penambahan
kapasitas
yang
berkesinambungan
untuk
meningkatkan penghasilan kas dan menurunkan biaya per unit.
Manajemen Antam berkonsentrasi pada hal-hal yang dapat
dikendalikan yaitu volume produksi dan biaya.
d. Usaha yang terus menerus untuk mengefisienkan biaya.
Antam berusaha menurunkan biaya dengan cara menurunkan
pengeluaran rutin. Untuk menanggulangi kenaikan biaya bahan
bakar, Antam telah mengganti bahan bakar untuk pembangkit
listriknya dengan menggunakan bahan bakar Marine Fuel Oil
(MFO).
45
e. Kerjasama strategis dan akuisisi.
Antam membantu kerjasama strategis dengan perusahaanperusahaan internasional untuk mengelola resiko eksplorasi dan
mendapatkan akses keuangan dan teknologi. Dalam melakukan
akuisisi, Antam mempertimbangkan untuk membeli kepemilikan
pemerintah Indonesia sebesar 9.36 persen.
f. Kesinambungan lingkungan dan sosial.
Antam mencegah gangguan usaha dan memastikan operasi yang
aman dan berkesinambungan dengan menerapkan tata kelola
lingkungan dengan upaya pengurangan polusi melalui sistem
manajemen lingkungan berstandar internasional ISO 14001.
Salah satu wujud konkret upaya pengurangan polusi dilakukan
oleh Antam dengan menyelenggarakan penghijauan terhadap
lingkungan melalui penanaman 10.000 pohon bakau di Kapuk,
Jakarta.
Dalam
meningkatkan
bidang
penerimaan
sosial,
Antam
stakeholder
berupaya
melalui
untuk
kegiatan-
kegiatannya. Salah satu kegiatan sosial yang dilakukan Antam di
kantor pusat adalah kerja sama dengan salah satu yayasan sosial
yang menampung anak jalanan di sekitar kawasan PT Antam
Tbk.
3. Mempertahankan kekuatan dan kesehatan keuangan.
Dengan menghasilkan sebanyak mungkin kas, Antam memastikan
bahwa Antam memiliki cukup dana untuk membayar hutang dan
membayar deviden. Selain itu, dengan posisi kas yang kuat dan
46
didukung oleh fasilitas modal kerja akan memberikan perlindungan
dari tekanan-tekanan eksternal dan dari keadaan dimana harga-harga
komoditas tidak mendukung misalnya karena naiknya harga bahan
mentah seperti minyak yang digunakan untuk proses operasi Antam,
maka Antam saat ini sedang berupaya untuk mengkonversi dengan
bahan lain.
4.3 Struktur Organisasi PT Antam Tbk
Struktur organisasi Antam didasarkan pada sistem yang berlaku di
Indonesia, dimana organ pengelola (Direksi) dibedakan dari organ pengawas
(Komisaris). Dengan demikian peran Komisaris Utama dan Direkir Utama tidak
dijalankan oleh satu orang yang sama. Direksi Antam bertanggung jawab untuk
menentukan arah strategis perusahaan, dengan persetujuan komisaris. Dengan
demikian, Direksi juga bertangung jawab untuk menerapkan strategi yang sudah
disetujui dan menjalankan aktivitas perusahaan secara efisien, termasuk
melakukan sistem pengendalian dan akuntabilitas.
Komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi dan menyetujui rencana
strategis dan tahunan perusahaan. Komisaris juga bertanggung jawab untuk
memantau penerapan praktek-praktek GCG (Good Corporate Governance) yang
dilakukan oleh Direksi. Komisaris memiliki lima komite, masing-masing diketuai
oleh seorang komisaris, sebagai dukungan teknis dalam menjalankan tugas-tugas
dan tanggungjawabnya, yakni bidang Audit, Manajemen Resiko, Good Corporate
Governance (GCG), Nominasi, Remunerasi, dan Pengembangan SDM, serta
Komite Lingkungan Hidup dan Pasca Tambang. Komisaris PT Antam Tbk terdiri
dari dua orang pejabat dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, serta
47
tiga orang profesional yang berlatar belakang teknik, pertambangan dan
manajemen. Direksi terdiri dari lima orang Direktur, empat diantaranya memiliki
pengalaman lebih dari 20 tahun di Antam, dan yang satu lagi berasal dari
Departemen Keuangan. Para anggota Komisaris dan Direksi tersebut ditunjuk
melalui pemilihan oleh para pemegang saham pada Rapat Umum Tahunan untuk
masa jabatan lima tahun dan dapat dipilih kembali untuk lima tahun berikutnya.
Adapun struktur organisasi dalam PT Antam Tbk dapat dilihat pada bagan
berikut ini :
RUPS
Komite Good
Corporate Governance
Komite
Nominasi,
Remunerasi dan
Pengembangan
SDM
Komisaris
Manajemen
Resiko
Direksi
Tim CGC
Komite
Komite
Lingkungan
dan Pasca
Tambang
Tim
Manajemen
Resiko
Komite
Audit
Tim Pasca
Tambang
Tim SDM
(CORSEC) Internal Audit
Auditor Eksternal
Unit-unit Bisnis
Gambar 2. Struktur Organisasi PT Antam Tbk
Keterangan:
Koordinasi
Struktur Komando
48
Upaya peningkatan kinerja karyawan dilakukan oleh Antam dengan
mendirikan sebuah Pusat Pembelajaran sejak Bulan Oktober 2006 yang terletak di
Kantor Pusat di Jakarta. Pusat Pembelajaran tersebut memiliki tiga program
penting yaitu program pengembangan kompetensi, program peningkatan
produktivitas dan program pengembangan karir. Pelatihan yang dilakukan oleh
Antam selain diperuntukan bagi para karyawan Antam juga diperuntukan bagi
pihak non staf atau masyarakat. Salah satu contohnya yaitu pelatihan yang
menjadikan mitra binaan Antam sebagai peserta pelatihan yang membahas
mengenai cara pembukuan. Pelatihan tersebut dilakukan dalam waktu satu hari
dengan pelatih berasal dari luar perusahaan (outsourcing).
4.4 CSR PT Antam Tbk
PT Antam Tbk telah melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) sejak tahun 2005. Penerapan CSR PT Antam Tbk dilakukan
berdasarkan suatu komitmen Antam mengenai kepeduliannya kepada komunitas
sekitar lokasi perusahaan maupun masyarakat luas. Hal yang mendukung adanya
penerapan CSR tersebut adalah diperolehnya surplus atau laba perusahaan yang
meningkat dari tahun sebelumnya. Laba tersebut diperoleh Antam dari salah satu
hasil penambangannya, yaitu nikel. CSR Group PT Antam Tbk dibagi menjadi
Comdev (Community Development) dan PKBL (Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan).
Comdev
(Community
Development)
atau
pengembangan
masyarakat merupakan kegiatan yang diterapkan Antam dalam mewujudkan
tanggung jawab sosialnya secara sukarela kepada masyarakat diluar regulasi yang
dibuat oleh Pemerintah. PT Antam Tbk melakukan program pengembangan
masyarakat sebagai wujud kepeduliannya kepada masyarakat. Hal tersebut
49
tercantum
dalam
laporan
tahunan
Antam
yang
menyatakan
bahwa
mensejahterakan masyarakat merupakan komitmen bagi Antam. Penerapan CSR
Antam juga diwujudkan melalui Program Kemitraan yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan. Program Kemitraan ini dilakukan
di kantor pusat PT Antam Tbk dengan salah satu acara yang diikuti oleh mitraan
yaitu acara pameran produk mitra binaan yang bernama ”IT”. Program Bina
Lingkungan (BL) Antam merupakan program untuk pemberdayaan kondisi sosial
masyarakat oleh PT Antam Tbk yang dilakukan di wilayah operasi PT Antam Tbk
melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan. Salah satu penerapan
Program BL dilakukan oleh PT Antam Tbk di daerah Kapuk, Jakarta dengan
melakukan penanaman 10.000 pohon bakau.
PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) merupakan penerapan
CSR yang dilakukan oleh PT Antam Tbk sesuai dengan ketentuan dari pemerintah
yaitu Keputusan Menteri BUMN No 236/MBU/2003. Dalam penerapan CSRnya,
PT Antam Tbk juga telah memiliki bagian (divisi) khusus yaitu CSR Group yang
dikepalai oleh seorang Senior Manajer yang langsung bertanggung jawab kepada
Direksi PT Antam Tbk. Senior Manajer CSR Group PT Antam Tbk bertanggung
jawab kepada Direktur Sumber Daya Manusia (SDM). CSR Group tersebut
terdapat di kantor pusat PT Antam Tbk yang terdiri dari staf Comdev dan staf
PKBL. Untuk struktur organisasi CSR di lokasi pertambangan (unit) dikelola oleh
manajer CSR yang bertanggung jawab kepada Senior Manajer CSR Group di
Jakarta.
50
Adapun struktur koordinasi yang terdapat dalam CSR Group PT Antam
Tbk yaitu seperti yang terlihat pada gambar berikut :
SM CSR GROUP
Tata Usaha CSR Group
ASM COMDEV DAN PKBL
ASM GENERAL AFFAIRS
Staf Comdev
Staf R. Tangga
Staf PKBL
Staf Perwismaan
Staf External Relation
Staf Keprotokolan
Tata Usaha Comdev dan PKBL
Staf Kendaraan
Tata Usaha
General Affairs
Keterangan :
SM : Senior Manager CSR Group
ASM : Asisten Senior Manager CSR Group
Gambar 3. Struktur Koordinasi CSR Group PT Antam Tbk
PT Antam Tbk memiliki beberapa sebaran lokasi (unit) dan satu kantor
pusat (sebaran unit operasi penambangan PT Antam dapat dilihat pada lampiran).
Kantor pusat PT Antam Tbk terletak di Jalan Letjen TB Simatupang No.1 Lingkar
Selatan, Tanjung Barat, Jakarta. Kantor pusat PT Antam Tbk ini berada di Gedung
Aneka Tambang (Antam) yang merupakan gedung bertingkat yang terdiri dari
51
lobi, admisnitrasi, lantai untuk divisi PR, lantai untuk direksi, serta lantai khusus
untuk CSR Group. Lantai lainnya digunakan untuk perusahaan lain. Lokasi kantor
pusat PT Antam Tbk ini terletak di dekat kawasan pemukiman penduduk
(penduduk di sekitar Kelurahan Tanjung Barat) dengan jalan utama dekat dengan
jalan tol. Kawasan pemukiman penduduk tersebut terletak di belakang kantor
Antam berada. Di depan kantor Antam adalah jalan tol yang dilalui oleh
kendaraan-kendaran bermotor, sedangkan di sebelah kanan kantor Antam
merupakan pertigaan jalan. Di dekat kantor Antam terdapat warung kecil yang
terletak di trotoar jalan.
PT Antam Tbk yang terletak berdampaingan dengan kawasan tempat
tinggal penduduk, selain menjalankan organisasi dan koordinasi unit Antam
secara menyeluruh juga dilakukan program-program dalam bidang sosial dan
ekonomi sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Salah satu contoh
kegiatan Antam yang dilakukan di bidang sosial adalah dukungan yang diberikan
kepada satu rumah singgah yang letaknya dekat dengan kantor Antam. Rumah
singgah tersebut merupakan tempat belajar untuk anak-anak jalanan. Dalam hal
ini Antam menyelenggarakan lomba menggambar yang diperuntukan bagi anakanak jalanan tersebut. Contoh kegiatan lain di bidang sosial yang telah dilakukan
Antam adalah pemberian bantuan dana untuk pembangunan jalan dan
pembangunan mesjid di salah satu wilayah dekat kantor PT Antam Tbk yang
dilaksanakan pada akhir tahun 2005. Bantuan dana untuk pembangunan jalan
dilakukan PT Antam Tbk berdasarkan informasi dari seorang warga mengenai
kerusakan jalan yang menyebabkan jalan menyebabkan jalan sering tergenang
oleh air sehingga dapat menimbulkan lingkungan yang tidak sehat.
52
PT Antam Tbk memiliki kerjasama dengan stakeholder terkait yang
dianggap penting oleh perusahaan yaitu para pemegang saham, pembeli,
komunitas investor, karyawan (serikat pekerja), kontraktor, masyarakat setempat,
lembaga penelitian dan pengembangan yang secara langsung terkena dampak dari
cara Antam menjalankan usahanya. Terkait dengan stakeholder tersebut, Antam
melakukan pendekatannya yang berlangsung melalui tiga aktivitas utama yaitu :
1. Program Pengembangan Masyarakat; yang didanai dari anggaran
operasional Antam. Program pengembangan masyarakat memiliki wujud
kegiatan dalam bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, penyembuhan
penyakit dan masalah-masalah yang berpengaruh terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat.
2. Program Kemitraan; berkolaborasi dengan pengusaha setempat.
3. Program Bina Lingkungan; didanai dari hasil laba bersih perusahaan.
Masyarakat yang tinggal di sekitar kantor Antam terdiri dari pemuda yang
sebagian besar tidak memiliki pekerjaan. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan
penuturan dari seorang warga di sekitar kantor Antam sebagai berikut:
”Di daerah ini banyak pemuda yang pengangguran tapi tanpa pendidikan yang tidak
tinggi”.
Penuturan dari warga tersebut merupakan suatu kondisi sosial masyarakat
di sekitar kantor pusat PT Antam Tbk. Kondisi sosial tersebut mengacu kepada
kebutuhan masyarakat yang tinggal di sekitar kantor pusat PT Antam Tbk akan
suatu program pengembangan masyarakat. Program pengembangan masyarakat
(misalnya
pelatihan
komputer
untuk
pemuda)
diharapkan
akan
dapat
53
meningkatkan kemampuan dan keterampilan para pemuda sebagai bekal untuk
mendapatkan pekerjaan.
4.5 Mitra Binaan PT Antam Tbk
Karakteristik dari mitra binaan maupun warga sekitar kantor Antam yang
telah menerima berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PT Antam Tbk
sebagian besar dapat dikatakan sebagai masyarakat perkotaan. Hal tersebut
pertama dapat dilihat berdasarkan lokasi tempat tinggal mereka yang berada di
kawasan DKI Jakarta. Kehidupan yang terdapat di sekitar lokasi kantor Antam
berada terdiri dari tempat tinggal penduduk yang merupakan warga komunitas
yang sebagian besar dapat mengurus dirinya tanpa harus bergantung kepada orang
lain. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya kepentingan-kepentingan yang berbeda
di antara masing-masing anggota komunitas. Mereka memiliki profesi yang
berbeda-beda. Selain memiliki ciri masyarakat perkotaan, warga sekitar lokasi
kantor Antam juga memiliki karakteristik yang merupakan ciri dari masyarakat
desa, yaitu adanya kesatuan antar warga. Hal tersebut terlihat dari kedekatan antar
tetangga satu dengan yang lainnya, bahkan tetangga yang berbeda RT sekalipun
dikenal dengan baik oleh warga yang berasal dari RT lain.
Mitra binaan Antam selain memiliki karakteristik masyarakat perkotaan,
juga memiliki ciri khas yang homogen yang disebabkan karena terdapat ketentuan
yang berlaku bagi setiap mitra binaan. PT Antam Tbk telah mensyaratkan
beberapa hal yaitu telah memiliki usaha yang telah berjalan minimal satu tahun
dan tidak mitra binaan Badan Usaha atau perusahaan lain. Mitra binaan Antam
dikategorikan sebagai pengusaha yang memiliki skala usaha kecil atau menengah
54
yaitu memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah) dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,(satu milyar rupiah). Selain itu mitra binaan Antam merupakan suatu bentuk usaha
perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang
berbadan hukum termasuk koperasi. Mitra binaan Antam memiliki bidang usaha
yang beragam, mulai dari kerajinan tangan sampai dengan usaha makanan. Pada
penelitian ini mitra binaan yang menjadi fokus kajian adalah mitra binaan yang
terlibat dalam salah satu acara yang diikuti oleh Antam yang terdiri dari tiga mitra
binaan. Acara tersebut yaitu pameran produk usahawan yang didalamnya
termasuk mitra binaan PT Antam Tbk. Mitra binaan yang menjadi fokus kajian
dalam penelitian ini berjumlah tiga mitra binaan, karena mitra binaan PT Antam
Tbk di kantor pusat yang mengikuti acara tersebut berjumlah tiga mitra binaan.
Mitra binaan Antam tidak hanya berasal dari wilayah sekitar kantor
Antam saja, tetapi juga berasal dari wiayah lain di Jakarta, bahkan di luar Jakarta.
Mitra Binaan Antam yang mengikuti salah satu kegiatan dari Antam yaitu
pameran hasil kerajinan mitra binaan yang berlangsung dalam acara ”IT” di
Jakarta terdiri dari tiga mitra binaan yaitu dua mitra binaan kerajinan batik dan
satu mitra binaan yang memproduksi sepatu dan tas untuk wanita. Mitra binaan
batik terdiri dari ”Batik Sangadji” yang memiliki lokasi usaha di Solo, Jawa
Tengah, mitra binaan ”Batik Sukarwan” memiliki lokasi usaha di Tanjung Barat,
Jakarta (dekat kantor pusat Antam) dan mitra binaan yang memproduksi sepatu
dan tas wanita ”Denia Ponti” yang memiliki lokasi usaha di salah satu pusat
pertokoan di daerah Kuningan, Jakarta.
55
CSR yang ada di PT Antam Tbk dilakukan karena adanya komitmen
penuh dari perusahaan untuk saling berbagi dengan masyarakat, khususnya
masyarakat sekitar wilayah operasi penambangan PT Antam Tbk. Salah satu
kegiatan CSR yang ada di Antam adalah program kemitraan. Program ini
dilakukan oleh Antam dalam rangka mengembangkan usaha mitra binaan agar
menjadi maju dan mandiri. Selain itu, Antam memiliki suatu komitmen penuh
mengenai konsep tanggung jawab sosial perusahaaan. Antam berkomitmen untuk
berbagi dengan masyarakat sekitar demi tercapainya suatu kesejahteraan bagi
masyarakat.
4.6 Ikhtisar
PT Antam Tbk merupakan perusahaan pertambangan dan logam Indonesia
yang didirikan pada tangal 5 Juli 1968 sebagai hasil dari penggabungan beberapa
Perusahaan Negara yang bergerak di bidang pertambangan. Sebagai salah satu
BUMN (Badan Usaha Milik Negara), saham PT Antam Tbk dimiliki oleh
pemerintah Republik Indonsesia sebesar 65 persen dan sisanya dimiliki oleh
publik sebesar 35 persen. PT Antam Tbk memiliki visi sampai tahun 2010 yaitu
menjadi perusahaan pertambangan berstandar internasional yang memiliki
keunggulan kompetitif di pasar global. Adapun misi Antam bertujuan untuk
memenuhi semua komitmen dan kewajiban Antam kepada para stakeholders.
Struktur organisasi Antam didasarkan pada sistem yang berlaku di Indonesia,
dimana organ pengelola (Direksi) dibedakan dari organ pengawas (Komisaris).
Dengan demikian peran Komisaris Utama dan Direkir Utama tidak dijalankan
oleh satu orang yang sama.
56
PT Antam Tbk telah melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) sejak tahun 2005. CSR Group PT Antam Tbk dibagi menjadi
Comdev (Community Development) dan PKBL (Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan).
Comdev
(Community
Development)
atau
pengembangan
masyarakat. PT Antam Tbk melakukan program pengembangan masyarakat
sebagai wujud kepeduliannya kepada masyarakat. Hal tersebut tercantum dalam
laporan tahunan Antam yang menyatakan bahwa mensejahterakan masyarakat
merupakan komitmen bagi Antam. Tujuan pada Program Kemitraan adalah untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan. Program Bina Lingkungan (BL)
bertujuan untuk pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh PT Antam Tbk
yang dilakukan di wilayah operasi PT Antam Tbk melalui pemanfaatan dana dari
bagian laba perusahaan.
PT Antam Tbk juga telah memiliki bagian (divisi) khusus yaitu CSR
Group yang dikepalai oleh seorang Manajer yang langsung bertanggung jawab
kepada Direksi PT Antam Tbk. CSR Group tersebut terdapat di kantor pusat PT
Antam Tbk yang terdiri dari staf Comdev dan staf PKBL. Lokasi PT Antam Tbk
(kantor pusat) berada di Jalan Letjen TB Simatupang No. 1 Lingkar Selatan,
Tanjung Barat, Jakarta. PT Antam Tbk ini berada di Gedung Aneka Tambang
(Antam) dan dekat dengan kawasan tempat tinggal penduduk. Kawasan tempat
tinggal penduduk terletak di belakang kantor Antam dan di depan kantor Antam
adalah jalan raya yang dilanjuti oleh jalan tol. Di sebelah kantor Antam
merupakan pertigaan jalan. Di dekat kantor Antam terdapat warung kecil yang
terletak di trotoar jalan. Melihat lokasi PT Antam Tbk di kantor pusat ini yang
57
berada di sekitar kawasan tempat tinggal penduduk, maka Antam telah melakukan
kegiatan-kegiatan CSRnya.
Mitra binaan maupun warga sekitar kantor Antam yang telah menerima
berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PT Antam Tbk merupakan
masyarakat perkotaan. Mitra binaan Antam selain memiliki karakteristik
masyarakat perkotaan, juga memiliki ciri khas yang seragam, karena untuk
menjadi mitra binaan PT Antam Tbk telah mensyaratkan beberapa hal yaitu telah
memiliki usaha yang telah berjalan minimal satu tahun dan tidak mitra binaan
Badan Usaha atau perusahaan lain. Mitra binaan Antam merupakan pengusaha
yang memiliki skala usaha kecil atau menengah yaitu memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Bidang
usaha yang dimiliki oleh mitra binaan Antam beragam dan pada penelitian ini
dikaji tiga mitra binaan yang berpartiipasi dalam salah satu acara pameran hasil
kerajinan/seni yang diikuti oleh PT Antam Tbk.
Kegiatan CSR yang dilakukan oleh Antam didasarkan pada suatu
komitmen Antam yaitu komitmen untuk berbagi dengan masyarakat. Selain itu,
pada salah satu misi Antam juga dinyatakan bahwa Antam berupaya untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Komitmen dan misi tersebut merupakan
maksud Antam dalam upaya menjalankan tanggung jawab sosialnya. Bahkan,
dengan adanya surplus yang diperoleh Antam dari hasil penambangannya maka
upaya untuk mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan semakin mendapat
dukungan karena sebagian dari surplus tersebut dialokasikan untuk kegiatan CSR
PT Antam Tbk.
BAB V
PANDANGAN PERUSAHAAN TERHADAP CSR
(CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)
5.1 Kebijakan PT Aneka Tambang TBk Mengenai CSR (Corporate Social
Responsibility)
CSR yang dilakukan oleh PT Aneka Tambang Tbk tidak hanya dilakukan
di wilayah operasi saja, akan tetapi juga dilakukan di Kantor Pusat yang berada di
Jakarta. Melihat posisinya yang berdekatan dengan tempat tinggal masyarakat
(yakni masyarakat Tanjung Barat, Jakarta), maka terdapat beberapa aktivitas
bentuk kerja sama dilakukan oleh PT Antam Tbk sebagai wujud dari penerapan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). CSR yang terdapat di PT Antam Tbk
dibagi menjadi tiga bagian yaitu program kemitraan, bina lingkungan dan
pengembangan masyarakat. Program kemitraan dan bina lingkungan dilaksanakan
dengan menggunakan dana yang berasal dari laba perusahaan sebesar satu persen
untuk program bina lingkungan dan satu sampai tiga persen untuk program
kemitraan (sesuai dengan ketentuan dalam peraturan keputusan menteri BUMN
mengenai program kemitraan dan bina lingkungan). Program pengembangan
masyarakat dilaksanakan dengan menggunakan
dana operasional perusahaan
dalam artian perusahaan telah menyiapkan dana khusus untuk pelaksanaan
pengembangan masyarakat.
Kegiatan CSR yang salah satunya diterapkan melalui Program Kemitraan
PT Antam Tbk dijalankan berdasarkan kebijakan perusahaan yang tercantum
dalam Standar Kerja Program Kemitraan PT Antam Tbk. Kebijakan PT Antam
Tbk mengenai Program Kemitraan mengacu pada Keputusan Menteri BUMN
No.236/MBU/2003 yang menyatakan bahwa dalam rangka mendorong kegiatan
59
dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan
melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha dan pemberdayaan
masyarakat, perlu ditingkatkan partisipasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial
masyarakat dan sekitarnya, melalui Program Kemitraan BUMN dengan usaha
kecil dan Program Bina Lingkungan. Hingga tahun 2008 ini, mitra binaan PT
Antam Tbk bejumlah 180 mitra binaan.
Laporan Tahunan (Annual Report) PT Antam TBk merupakan suatu bukti
yang menyatakan bahwa Antam memiliki komitmen untuk berbagi, dalam arti
bahwa Antam memiliki semangat untuk berbagi dengan masyarakat sekitar
(khususnya masyarakat di sekitar daerah operasi penambangan). Komitmen
tersebut diterapkan oleh Antam melalui berbagai kegiatan di bidang pendidikan,
sosial, ekonomi, dan lingkungan. Di bidang pendidikan, Antam telah memberikan
beasiswa kepada siswa tingkat SD yang meraih prestasi di sekolahnya. Dalam
bidang sosial, Antam memberikan bantuan kepada korban bencana misalnya
korban bencana tsunami yang terjadi di Aceh.
Dalam
bidang
ekonomi,
Antam
membantu
masyarakat
dengan
memberikan bantuan pinjaman dana untuk para pengusaha kecil dan menengah
agar pengusaha tersebut dapat mengembangkan usaha bisnisnya. Selanjutnya
dalam bidang lingkungan Antam melakukan reklamasi setelah melakukan
penambangan dan Antam juga turut melestarikan lingkungan di kawasan yang
bukan menjadi wilayah operasinya, misalnya dengan melakukan penanaman
pohon bersama dengan masyarakat sekitar.
60
Selain komitmen untuk berbagi yang terdapat dalam Laporan Tahunan
Antam, juga terdapat misi Antam yang salah satunya berisi “berpartisipasi di
dalam
upaya
menyejahterakan
masyarakat
di
sekitar
daerah
operasi
pertambangan”. Berdasarkan misi tersebut, Antam telah memiliki suatu kebijakan
sebagai upaya tanggung jawab sosialnya dengan masyarakat sekitar wilayah
operasi penambangan. Akan tetapi, berdasarkan fakta yang ditemukan di
lapangan, ternyata PT Antam Tbk tidak hanya melakukan upaya ini di daerah
operasi penambangan saja, melainkan juga di kantor pusat Antam di Jakarta. Misi
Antam tersebut telah memperkuat suatu komitmen yang dimiliki Antam yaitu
komitmen untuk berbagi.
Salah satu strategi PT Antam Tbk dalam tujuan utamanya untuk
meningkatkan nilai pemegang saham adalah strategi untuk menciptakan
pertumbuhan
yang
berkesinambungan.
Dalam
strategi
tersebut
Antam
mencantumkan suatu kebijakan yaitu “Kesinambungan lingkungan dan sosial”.
Kebijakan ini diterapkan sebagai upaya untuk mencegah gangguan usaha dan
memastikan operasi yang aman dan berkesinambungan dengan menerapkan tata
kelola lingkungan dengan upaya pengurangan polusi melalui sistem manajemen
lingkungan berstandar internasional ISO 14001.
5.2
Pandangan PT
Responsibility)
Antam
Tbk
terhadap
CSR
(Corporate
Social
Berdasarkan penuturan dari salah satu staf CSR Group PT Antam Tbk,
maka menurut Antam CSR merupakan tanggung jawab sosial perusahaan yang
dilakukan di sekitar lokasi perusahaan. Definisi tersebut dikemukakan oleh salah
satu staf CSR Group PT Antam Tbk sebsgai berikut:
61
CSR itu merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan di sekitar
wilayah lokasi kami, baik di lokasi pertambangan maupun di kantor
pusat.
Sesuai dengan kebijakan yang tercantum dalam Laporan Tahunan Antam yaitu
komitmen untuk berbagi dan salah satu misi Antam mengenai partisipasi dalam
rangka menyejahterakan masyarakat, maka Antam telah memiliki pandangan
terhadap Corporate Social Responsibiliy (CSR). Antam memandang CSR sebagai
suatu upaya perusahaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Antam juga memiliki pandangan bahwa CSR itu penting dilakukan karena selain
dapat membangun citra positif bagi perusahaan juga dilakukan untuk
menyejahterakan masyarakat sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara
perusahaan dengan masyarakat karena masyarakat merupakan bagian dari
stakeholder Antam. Hal ini diperkuat dengan suatu penuturan dari salah satu staf
CSR Group PT Antam Tbk sebagai berikut:
Masyarakat merupakan bagian dari stakeholders Antam sehingga perlu
adanya kerjasama antara Antam dengan masyarakat seperti dalam
kegiatan CSR................................... Menurut kami, pelaksanaan CSR
tidak hanya dilakukan untuk membangun citra positif perusahaan semata.
CSR Antam dilakukan karena ingin agar masyarakat sejahtera dan dapat
menciptakan suasana yang kondusif bagi aktivitas masyarakat maupun
bagi perusahaan untuk menjalankan aktivitasnya.
Selain untuk membangun citra positif, menyejahterakan masyarakat, serta
menjaga hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat, maka
sebagai salah satu BUMN Antam melakukan CSR karena adanya regulasi dari
pemerintah mengenai salah satu penerapan CSR dalam wujud Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan (KEPMEN BUMN No. 236/MBU/2003). Jadi, Antam
memiliki pandangan bahwa CSR memang penting dilakukan karena demi
tercapainya suatu keberlanjutan kegiatan perusahaan dan citra positif perusahaan
serta keharmonisan hubungan masyarakat dengan perusahaan yang diperkuat
62
dengan adanya peraturan dari pemerintah untuk penyelenggaraan suatu program
dalam upaya tanggung jawab sosial perusahaan. CSR juga dilakukan sebagai
upaya pencegahan terhadap tejadinya konflik antara pihak perusahaan dengan
masyarakat.
Tiga cara pandang perusahaan dalam memandang CSR (Corporate Social
Responsibility) sebagai upaya dalam pengembangan masyarakat yaitu :
1. Sekedar
basa
basi
atau
keterpaksaan,
dimana
perusahaan
mempraktekan CSR hanya karena faktor eksternal (external driven),
environmental driven (karena terjadi masalah lingkungan), serta
reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan).
2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), dimana
CSR yang dilakukan karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang
memaksanya.
3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari
dalam (internal driven), perusahaan telah menyadari bahwa tanggung
jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan
profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab
sosial dan lingkungan.
Berdasarkan kebijakan yang terdapat di PT Antam Tbk (misi dan
komitmen Antam serta standar kerja program kemitraan), maka dapat disimpulkan
bahwa cara perusahaan dalam memandang Corporate Social Responsibility (CSR)
termasuk ke dalam kategori 2 dan 3 yaitu sebagai usaha untuk memenuhi
kewajiban (complience) dan sebagai wujud pelaksanaan CSR yang berasal dari
63
dorongan yang tulus dalam perusahaan (internal driven). Cara pandang PT Antam
Tbk dalam melakukan program CSR sebagai usaha untuk memenuhi kewajiban
(compliance) dibuktikan dari adanya peraturan atau regulasi pemerintah mengenai
pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan yang kemudian diwujudkan
oleh PT Antam Tbk. Selain upaya memenuhi kewajiban sebagai salah satu
BUMN, PT Antam Tbk juga telah membantu pemerintah dalam rangka
pengembangan masyarakat melalui pengembangan perekonomian masyarakat
lokal melalui program kemitraan. Dengan mengikuti program kemitraan maka
masyarakat dapat terbantu dan dapat mengembangkan usahanya.
Cara pandang perusahaan mengenai CSR pada kategori ketiga (internal
driven) pada PT Antam Tbk dapat dibuktikan dari program-program CSR seperti
bantuan dana dalam pembangunan jalan, pelatihan pembukuan keuangan bagi
mitra binaan, sunatan masal yang dilakukan setiap tahun, serta bentuk kerja sama
dan bantuan kepada suatu yayasan yang terletak di sekitar kantor pusat Antam dan
bantuan dana dari program kemitraan. PT Antam Tbk memiliki tujuan yaitu untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh
salah seorang staf program kemitraan CSR PT Antam Tbk:
”Tujuan yang paling utama bagi Antam dalam kegiatan CSRnya adalah
untuk ikut berperan serta mensejahterakan masyarakat dan memandirikan
masyarakat agar mereka tidak bergantung lagi di kemudian hari..............”
Hal serupa juga dikemukakan oleh salah satu staf Community Development CSR
PT Antam Tbk yaitu:
”......................Sebenarnya kita tidak terlalu mengarah ke materi, yang
menjadi keinginan dari pelaksanaan program CSR adalah untuk
mendapatkan social license..........”
64
Kedua ungkapan tersebut menguatkan cara pandang perusahaan dalam
kategori internal driven. Kategori ini berarti bahwa perusahaan telah menyadari
bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk
menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab
sosial dan lingkungan.
PT Antam Tbk tidak atau belum pernah mengalami konflik dengan warga
sekitar yang di tinggal di dekat kantor pusat PT Antam Tbk selama menjalankan
aktivitas dan berbagai kegiatan admistrasinya. Pernyataan tersebut dibuktikan
dengan tidak terdapatnya data atau dokumentasi yang menunjukkan adanya
konflik antara masyarakat sekitar dengan pihak Antam. Selain itu, berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan oleh salah satu staf Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) PT Antam Tbk, dikatakan bahwa hingga saat ini tidak
pernah terjadi konflik antara warga sekitar kantor pusat Antam dengan pihak
Antam. Pernyataan bahwa tidak pernah adanya konflik antara masyarakat dengan
pihak Antam di kantor pusat Antam yaitu berdasarkan penuturan sebagai berikut:
“Terkait dengan masalah CSR selama ini belum ada masalah dengan
masyarakat dalam pelaksanaan CSR di kantor pusat ini”
Komitmen Antam yang tercantum pada laporan tahunan keberlanjutan
Antam menyatakan bahwa semangat untuk berbagi dengan masyarakat
merupakan komitmen penuh Antam. Hal tersebut menunjukkan bahwa Antam
telah menjadikan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat sebagai suatu
komitmen yang perlu diterapkan sekaligus mendukung suatu upaya internalisasi
CSR di PT Antam Tbk.
65
Pergeseran paradigma CSR Antam dapat dilihat berdasarkan cara pandang
perusahaan terhadap CSR. Pergeseran paradigma tersebut dikemukakan oleh
Alyson Warhurst dalam Sukada, dkk (2007) dalam tiga fase paradigma yang
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
FASE : 1960-1983
(TIMBULNYA
KESADARAN
TERHADAP
MASALAH
POST
SOSIAL
FACTO) FASE : 1960-1983
(TIMBULNYA
KESADARAN
TERHADAP
MASALAH
SOSIAL POST
FACTO) FASE : 19601983
(TIMBULNYA
KESADARAN
TERHADAP
MASALAH
SOSIAL POST
FACTO) Gambar 4. Fase Pergeseran Paradigma CSR
Sumber: Sony Sukada dkk (2007) dalam buku Membumikan Bisnis Berkelanjutan;
memahami konsep dan praktik tanggung jawab sosial perusahaan. Jakarta:
Indonesia Business Links.
Berdasarkan paradigma tersebut dan jika dilihat dari cara pandang PT
Antam Tbk terhadap CSR maka PT Antam Tbk berada pada fase 3 (tahun 1995sekarang). Hal tersebut dikarenakan adanya suatu komitmen yaitu komitmen
berbagi dari Antam dan keputusan menteri BUMN bahwa pelaksanaan Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam upaya pengembangan masyarakat perlu
dilakukan. Secara tidak langsung (tanpa pernyataan dari Antam), Antam telah
melakukan upaya untuk mencegah terjadinya masalah di masa yang akan datang.
Oleh karena itu Antam menjaga hubungan dengan masyarakat yang salah satunya
dilakukan melalui Program Kemitraan PT Antam Tbk.
66
5.3 Ikhtisar
Kegiatan CSR yang terdapat di PT Antam Tbk dibagi menjadi 3 bagian
yaitu program kemitraan, bina lingkungan dan pengembangan masyarakat.
Masing-masing pembagian tersebut dilakukan berdasarkan sumber dana untuk
penerapan setiap program. Program Kemitraan yang terdapat di PT Antam Tbk
selain diatur berdasarkan standar kerja perusahaan juga mengacu pada kewajiban
yang berasal dari pemerintah. Kewajiban dari pemerintah tersebut tertuang dalam
Keputusan Menteri BUMN No 236/MBU/2003 mengenai pentingnya partisipasi
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam rangka untuk memberdayakan dan
mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan sekitarnya,
melalui Program Kemitraan BUMN dan Program Bina Lingkungan. Selain
regulasi dari Menteri BUMN, Antam juga memiliki suatu komitmen yaitu
komitmen untuk berbagi bersama masyarakat sekitar. Antam juga memiliki suatu
misi yaitu berpartisipasi dalam upaya menyejahterakan masyarakat.
Konsep CSR yang terdapat di PT Antam Tbk tertuang dalam komitmen
dan misi Antam bahwa pandangan PT Antam Tbk terhadap CSR yaitu sebagai
suatu komitmen penuh dalam rangka menyejahterakan masyarakat dan sebagai
upaya untuk menjaga hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan
masyarakat. PT Antam Tbk memiliki pandangan tersebut karena dengan
hubungan yang harmonis dengan masyarakat, maka Antam dapat menjalankan
aktivitasnya secara berkelanjutan dan masyarakatpun dapat turut menjalankan
aktivitasnya tanpa merasa terganggu oleh keberadaan perusahaan. Cara pandang
PT Antam Tbk terhadap CSR tertuang dalam Laporan Tahunan PT Antam Tbk
tahun 2006, akan tetapi cara pandang tersebut belum diformulakan dalam bentuk
67
kebijakan perusahaan. Kebijakan yang telah disusun oleh PT Antam Tbk
mengenai CSR adalah kebijakan pada Program Kemitraan.
Cara perusahaan dalam memandang Corporate Social Responsibility
(CSR) jika dikaitkan dengan teori menurut Wibisono (2007), maka cara pandang
PT Antam Tbk terhadap CSR termasuk ke dalam dua kategori yaitu sebagai usaha
untuk memenuhi kewajiban (complience) dan sebagai wujud pelaksanaan CSR
yang berasal dari dorongan yang tulus dalam perusahaan (internal driven). Cara
pandang PT Antam Tbk dalam melakukan program CSR sebagai usaha untuk
memenuhi kewajiban (compliance) dibuktikan dari adanya peraturan atau regulasi
pemerintah
(Keputusan
Menteri
BUMN
No
236/MBU/2003)
mengenai
pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan yang kemudian diwujudkan
oleh PT Antam Tbk. Selain sebagai upaya memenuhi kewajiban sebagai salah
satu BUMN, PT Antam Tbk juga telah membantu pemerintah dalam rangka
pengembangan masyarakat melalui pengembangan perekonomian masyarakat
lokal melalui program kemitraan.
Cara pandang perusahaan mengenai CSR pada kategori lainnya adalah
adanya dorongan yang tulus dari perusahaan (internal driven). PT Antam Tbk
membuktikannya pada program kemitraan dengan memberikan pinjaman dana
usaha untuk mitra binaan dan memberikan kemudahan dalam mempromosikan
produk mitra binaannya melalui salah satu acara seperti acara pameran yang
dilakukan setiap tahun, serta pemberian pelatihan pembukuan untuk mitra binaan
tanpa memungut biaya dari mitra binaan. Selain dengan program kemitraan, PT
Antam Tbk juga melakukan kegiatan CSR lainnya seperti bantuan dana dalam
pembangunan jalan, sunatan masal yang dilakukan setiap tahun, serta bentuk kerja
68
sama dan bantuan kepada suatu yayasan yang terletak di sekitar kantor pusat
Antam. Setelah cara pandang PT Antam Tbk terhadap CSR telah terbentuk, maka
dapat disimpulkan bahwa paradigma CSR yang dianut oleh PT Antam Tbk berada
dalam fase 3 (tahun 1995-sekarang). Pada fase ini, Antam telah melakukan suatu
upaya untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat yang salah satunya
dilakukan melalui program kemitraan untuk mencegah masalah pada waktu yang
akan datang.
BAB VI
STRATEGI DAN MANFAAT PROGRAM KEMITRAAN
6.1 Prosedur Pelaksanaan Program Kemitraan PT Antam Tbk
Keputusan Menteri BUMN No 236/MBU/2003 dan Keputusan Menteri
No.SE-433/MBU/2003 merupakan referensi yang digunakan PT Antam Tbk
dalam menjalankan program kemitraan. Dalam standar kerja PT Antam Tbk
terdapat prosedur pengajuan program kemitraan yang salah satunya mencakup
ketentuan pokok. Ketentuan pokok tersebut yaitu:
1. Calon mitra binaan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu
milyar rupiah).
3. Milik warga negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau usaha besar.
5. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
6. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun serta mempunyai
potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan.
7. Pemberian pinjaman diberikan dalam bentuk:
70
a. Pinjaman untuk modal kerja dan atau untuk pembelian barangbarang modal (aktiva tetap produktif) seperti mesin dan alat
produksi, alat bantu produksi, dan lain sebagainya yang dapat
meningkatkan produksi dan penjualan produk mitra binaan.
b. Pinjaman khusus yaitu pemberian pinjaman yang dapat diberikan
bersifat jangka pendek dengan waktu maksimum 1 (satu) tahun
serta dengan nilai pinjaman yang cukup material bagi mitra binaan.
8. Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pinjaman, jadwal angsuran pokok
dan bunga) sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh PT Antam Tbk.
9. Lulus seleksi (kelayakan usaha dan kemampuan membayar kembali).
10. Masa pembinaan untuk Mitra Binaan dapat dilakukan terus menerus
sampai mitra binaan tersebut menjadi tangguh, mandiri dan bankable.
11. Apabila Mitra Binaan melunasi pinjaman sebelum jatuh tempo pelunasan,
maka untuk beban/sisa bunga pinjaman tidak diperhitungkan.
12. Bilamana mitra binaan tidak dapat melunasi pinjaman sesuai dengan
perjanjian maka dapat dilakukan rescheduling atau rekondisi berdasarkan
pertimbangan kondisi usaha Mitra Binaan.
Selain itu, tercantum pula mekanisme dan prosedur pelaksanaan program
kemitraan yang berisi sebagai berikut:
a) Calon Mitra Binaan mengajukan proposal yang ditujukan kepada Manajer
Community Development (Comdev) dan PKBL setempat sesuai dengan
form yang ada atau membuat proposal sendiri sesuai kebutuhannya.
b) Manajer Comdev dan PKBL melakukan pencatatan dan evaluasi awal
secara administratif sesuai sektor usahanya.
71
c) Apabila dari hasil evaluasi awal, calon Mitra Binaan tidak memenuhi
syarat secara administratif sesuai sektor usahanya atau harus melengkapi
proposalnya, maka kepada calon Mitra Binaan akan diinformasikan secara
tertulis atau melalui telepon. Bagi calon Mitra Binaan yang memenuhi
syarat, maka Manajer Comdev dan PKBL akan menjadwalkan survey ke
tempat usaha calon mitra binaan, sedangkan untuk calon mitra binaan yang
tidak memenuhi persyaratan dibuatkan surat penolakan. Penentuan jadwal
survey dilakukan atas pertimbangan biaya survey (lebih dari satu calon
Mitra Binaan perdaerah serta melakukan monitoring Mitra Binaan di
sekitar daerah itu) dan pertimbangan dana yang tersedia.
d) Sesuai jadwal, Manajer Comdev dan PKBL dan/atau PKBL Officer
melakukan survey ke calon Mitra Binaan sesuai dengan Prosedur Survey
Calon Mitra Binaan.
e) Berdasarkan hasil survey, dibuat Resume Evaluasi besarnya pinjaman
yang layak diberikan dan membuat laporan kepada Kuasa Direksi/Asisten
Kuasa Direksi yang merupakan atasan langsung dari Manajer Comdev dan
PKBL yang bersangkutan.
f) Selanjutnya Kuasa Direksi/Asisten Kuasa Direksi bersama-sama dengan
Manajer Comdev dan PKBL mengadakan pembahasan hasil Resume
Evaluasi calon Mitra Binaan dan hasil keputusan pembahasan dimaksud
dituangkan dalam format FORMULIR PERSETUJUAN USULAN
PENYALURAN PINJAMAN.
g) Bagi calon Mitra Binaan yang mendapat persetujuan, oleh Manajer
Comdev dan PKBL disiapkan Surat Perjanjian Kerjasama rangkap 2 (dua)
72
Asli untuk ditandatangani oleh Kuasa Direksi/Asisten Kuasa Direksi dan
Calon Mitra Binaan.
h) Untuk calon Mitra Binaan yang tidak mendapatkan persetujuan dari Tim
Pembina, Unit PKBL akan membuatkan surat jawaban penolakan sebagai
mitra binaan dan dikirimkan kepada calon mitra binaan.
i) Berdasarkan surat perjanjian kerja sama yang sudah ditandatangani,
Manajer Comdev dan PKBL menyiapkan bukti pengeluaran (cek) dengan
nilai sesuai yang tercantum dalam surat perjanjian untuk ditandatangani
oleh pejabat yang berwenang dengan ketentuan:
I. Nilai sampai dengan Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah)
ditandatangani oleh Manajer Comdev dan PKBL.
II. Nilai di atas Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah)
ditandatangani oleh Kuasa Direksi/Asisten Kuasa Direksi yang
merupakan atasan langsung dari Manajer Comdev dan PKBL.
j) Untuk pemrosesan penandatanganan cek oleh Kuasa Direksi/Asisten
Kuasa Direksi, Surat Perjanjian Kerjasama Asli harus disertai dengan form
pengajuan/proposal, resume evaluasi dan formulir persetujuan usulan
penyaluran pinjaman.
k) Cek yang sudah ditandatangani diserahkan kepada calon Mitra Binaan
disertai dengan tanda terima cek (kwitansi) bermaterai.
l) Surat Perjanjian Kerjasama asli 1 (pertama) dan tanda terima cek
(kwitansi) diarsipkan oleh Manajer Comdev dan PKBL serta Surat
Perjanjian asli 2 (kedua) diserahkan kepada Mitra Binaan.
73
6.2 Strategi PT Antam Tbk dalam Menjalankan Program Kemitraan
PT Antam Tbk berupaya untuk menerapkan CSR (Corporate Social
Responsibility) atau tanggung jawab sosialnya. Salah satu penerapan CSR tersebut
dilakukan dalam Program Kemitraan. Program Kemitraan ini memiliki tujuan
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal serta meningkatkan
kemandirian dalam skala usaha kecil dan menengah. Dalam proses pelaksanaan
Program Kemitraan, maka dapat disimpulkan bahwa program kemitraan PT
Antam Tbk memiliki strategi yang secara tertulis telah tertuang dalam mekanisme
dan prosedur pelaksanaan program kemitraan yang didukung oleh ketentuan
pokok program kemitraan. Beberapa hal dalam mekanisme dan prosedur
pelaksanaan yang menjadi strategi PT Antam Tbk dalam melaksanakan program
kemitraan yaitu :
1. Pengajuan proposal oleh setiap calon mitra binaan yang ditujukan kepada
Manajer Comdev dan PKBL setempat sesuai dengan form yang ada atau
membuat proposal sendiri sesuai kebutuhannya.
2. Pencatatan dan evaluasi awal secara administratif sesuai sektor usahanya
oleh Manajer CSR PT Antam Tbk.
3. Pemberian informasi hasil evaluasi dari PT Antam Tbk kepada calon mitra
binaan.
4. Survey ke calon Mitra Binaan sesuai dengan Prosedur Survey Calon Mitra
Binaan dilakukan oleh manajer CSR atau staf Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan.
5. Pembuatan Resume Evaluasi besarnya pinjaman yang layak diberikan.
74
6. Kuasa Direksi/Asisten Kuasa Direksi bersama-sama dengan Manajer
Comdev dan PKBL mengadakan pembahasan hasil Resume Evaluasi
calon Mitra Binaan.
7. Penyiapan Surat Perjanjian Kerjasama rangkap 2 (dua) Asli untuk
ditandatangani oleh Kuasa Direksi/Asisten Kuasa Direksi dan Calon Mitra
Binaan.
8. Persetujuan dan Penandatanganan kesepakatan calon mitra binaan dengan
PT Antam Tbk.
Selain strategi di atas, selama masa pembinaan PT Antam Tbk kepada
mitra binaan maka Antam melakukan beberapa kegiatan yang mendukung
peningkatan skala usaha mitra binaan. Kegiatan-kegiatan tersebut yaitu kegiatan
pelatihan pembukuan keuangan untuk mitra binaan Antam dan kegiatan dalam
bentuk pameran sekaligus penjualan produk-produk usaha dari mitra binaan.
Sebelum kegiatan pameran diselenggarakan maka semua mitra binaan Antam
diikutkan dalam pelatihan pembukuan agar mereka dapat memahami tata cara
pencatatan keuangan yang baik dan nantinya dapat dijadikan laporan keuangan
yang diserahkan kepada Antam sekaligus untuk dimiliki oleh mitra binaan itu
sendiri. Pada kegiatan pameran seni dan kerajinan tangan hasil karya mitra binaan
(“IT”), mitra binaan hanya dipilih beberapa orang saja untuk dapat mengikuti
pameran. Penentuan mitra binaan yang dapat mengikuti acara pameran dilakukan
oleh PT Antam Tbk secara bergiliran agar dapat merata kepada seluruh mitra
binaan Antam. Acara pameran tersebut dilakukan satu tahun sekali yang diikuti
tidak hanya dari Antam saja, akan tetapi dari beberapa pengusaha (baik sebagai
75
mitra binaan maupun usahawan yang berdiri sendiri dan tidak terikat dengan
perusahaan).
Strategi yang terdapat di PT Antam Tbk dalam menjalankan kegiatan
CSRnya jika dikaitkan dengan teori tahap-tahap penerapan CSR (tahap
perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan) yang dikemukakan oleh
Wibisono (2007), tahap-tahap CSR PT Antam Tbk dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Tahap Perencanaan, pada tahap ini PT Antam Tbk telah melakukan suatu
perencanaan dengan membangun kesadaran mengenai arti penting CSR.
Hal ini terlihat dari komitmen Antam yang dinyatakan dalam laporan
tahunan (annual report) yang berisi “Menerapkan CSR bagi Antam
berarti memberikan komitmen penuh kami”. Penyadaran terhadap
pentingnya penerapan CSR dapat dikatakan merupakan tahap Awareness
building dalam perencanaan. Selain itu PT Antam Tbk dalam
menjalankan aktivitas CSRnya, khususnya pada penerapan Program
Kemitraan telah memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi
aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian. Hal ini terlihat
dari strategi perusahaan melalui rapat kordinasi dengan staf CSR dan
strategi dalam Program Kemitraan yaitu melakukan pencatatan dan
evaluasi awal secara administratif sesuai sektor usahanya oleh Manajer
CSR PT Antam Tbk. Strategi tersebut dapat dikatakan sebagai CSR
Assessement karena terdapat suatu skala pengidentifikasian terhadap
penerapan Program Kemitraan pada tahap perencanaan. Untuk Program
Kemitraan, PT Antam Tbk telah memiliki suatu standar kerja Program
76
Kemitraan yang berisi tentang prosedur dan ketentuan dalam menjalankan
program. Standar kerja tersebut dibuat oleh manajer dan staf CSR Antam
yang kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan Program
Kemitraan. Berdasarkan hal tersebut maka terdapatnya suatu pedoman
dalam pelaksanaan program dapat dinyatakan sebagai CSR manual PT
Antam Tbk dalam tahap perencanaan.
2. Tahap Implementasi, pada tahap ini Program Kemitraan PT Antam Tbk
dijalankan oleh staf dan manajer PKBL (Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan) yang merupakan bagian dari CSR group PT Antam Tbk.
Program Kemitraan dijalankan bersama dengan mitra binaan yang telah
lolos seleksi penerimaan mitra binaan PT Antam Tbk. Sebelum program
kemitraan berjalan, para staf CSR PT Antam Tbk mengadakan rapat
dalam rangka persiapan penyelenggaraan program kemitraan. Dalam rapat
tersebut dibahas mengenai pemilihan calon mitra binaan dan jadwal
pelaksanaan program serta pembagian tugas untuk penyelenggaraan
program. Selain adanya persiapan tersebut, staf CSR PT Antam Tbk
melakukan sosialisasi atas apa yang dilakukan melalui program kemitraan
melalui rapat koordinasi yang dihadiri oleh staf PT Antam Tbk di luar staf
CSR. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa pada tahap
implementasi, PT Antam Tbk melakukan sosialisasi kepada staf PT
Antam Tbk.
PT Antam Tbk telah melakukan suatu upaya untuk memperkenalkan CSR
kepada seluruh unit PT Antam Tbk pada setiap kegiatan bisnisnya. Upaya
tersebut terlihat dari adanya Annual Report atau laporan tahunan PT
77
Antam Tbk yang disusun dan kemudian dicetak agar seluruh karyawan
dapat membacanya. Dengan upaya tersebut, bagi karyawan di luar staf
CSR yang membacanya akan mengetahui kegiatan CSR yang selama ini
telah berjalan di PT Antam Tbk. Selain itu pembaca tersebut juga dapat
menyadari pentingnya penerapan CSR dan secara tidak langsung dapat
memotivasi pembaca tersebut untuk turut mendukung segala bentuk
kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT Antam Tbk. Dengan adanya laporan
tahunan ini maka PT Antam Tbk saat ini sedang berupaya untuk
melakukan internalisasi CSR kepada seluruh karyawannya.
3. Tahap Evaluasi. Pada program kemitraan, PT Antam Tbk melakukan
evaluasi pada saat pemilihan mitra binaan dan setelah selesai program.
Pada pemilihan program, setelah menyeleksi berkas calon mitra binaan
yang memenuhi syarat, selanjutnya PT Antam Tbk melakukan survey ke
lokasi usaha calon mitra binaan. Hal yang dilihat dalam sutvey adalah
kelayakan usaha dan analisis usaha (apakah usaha tersebut termasuk
usaha kecil/menengah atau tidak), perkiraan kemajuan dan kemandirian
usaha, serta kesanggupan dari mitra binaan untuk melunasi pinjaman yang
akan diberikan. Setelah survey dilakukan, kemudian diadakan suatu
evaluasi untuk menentukan calon mitra binaan yang layak menjadi mitra
binaan PT Antam Tbk. Hasil evaluasi tersebut kemudian diumumkan
kepada setiap calon mitra binaan untuk menginformasikan pihak yang
terpilih menjadi mitra binaan PT Antam Tbk. Untuk calon mitra binaan
yang tidak terpilih menjadi mitra binaan Antam, diberi penjelasan
mengenai syarat yang tdak memenuhi calon mitra binaan untuk menjadi
78
mitra binaan Antam. Setelah program kemitraan selesai, evaluasi
dilakukan kembali. Evaluasi ini merupakan evaluasi dari segi keuangan
dan dana pinjaman, yaitu mengenai ketepatan waktu pengembalian dana
pinjaman. Selain itu, mitra binaan Antam juga menyerahkan pembukuan
hasil penjualannya kepada Antam untuk mengetahui kemajuan usaha
mitra binaan.
4. Tahap Pelaporan. Setelah program kemitraan dilaksanakan, dilakukan
rapat staf pelaksana program kemitraan PT Antam Tbk dimana dalam
rapat tersebut dibahas mengenai pelaksanaan program yang telah berjalan
dan
bagaimana
proses
pengembalian
dana
pinjaman
dilakukan.
Selanjutnya, staf tersebut membuat suatu laporan yang kemudian
diserahkan kepada manajer CSR Group PT Antam Tbk.
6.3 Manfaat Penerapan CSR sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat Bagi
Perusahaan
Laporan tahunan PT Antam Tbk tahun 2006 menyebutkan bahwa faktor
kunci keberhasilan penerapan tanggung jawab sosial perusahaan di Antam
merupakan komitmen penuh, dalam arti bahwa menerapkan CSR bagi Antam
berarti memberikan komitmen penuh Antam. Komitmen Antam mengenai
tanggung jawab sosialnya adalah komitmen untuk berbagi. Sebagai hasil dari
kinerja CSR Antam maka pada tahun 2006 Antam memperoleh beberapa
penghargaan yang di antaranya berasal dari Bussiness Review Awards. Dalam
pengahargaan tersebut, PT Antam Tbk memperoleh sekretaris perusahaan terbaik,
Program Kemitraan, UMKM dan Bina Lingkungan Terbaik, Kinerja Keuangan
Terbaik II, Kinerja Saham Terbaik II, Dewan Komisaris Terbaik II, serta
79
Korporasi Terbaik III. Diantara sejumlah penghargaan yang diperoleh PT Antam
Tbk tersebut, salah satunya adalah Program Kemitraan, UMKM dan Bina
Lingkungan yang merupakan hasil dari penerapan CSR PT Antam Tbk.
Penghargaan tersebut berada pada tingkat nasional yang diperuntukan bagi CSR
PT Antam di Pomalaa dan CSR PT Antam di kantor pusat. Rekomendasi calon
peraih penghargaan sebelumnya dilakukan dengan meminta persetujuan dari
perusahaan yang bersangkutan.
Selain pembuktian terhadap komitmen penuh Antam dalam melakukan
CSR dengan diperolehnya penghargaan, Antam hingga saat ini mampu untuk
mempublikasikan keberadaannya sehingga hubungan yang baik dengan
stakeholder (dalam hal ini adalah masyarakat) dapat terwujud. Dengan surplus
devisa yang diperoleh Antam pada tahun 2006 yang terutama berasal dari hasil
tambang nikel, Antam memberikan modal yang lebih besar dibanding tahun-tahun
sebelumnya dalam upaya menjalankan kegiatan bersama masyarakat. Hal ini
diperkuat dengan penuturan dari salah seorang staf PR PT Antam Tbk:
” Sebelum tahun 2000, di kantor pusat memang belum dilakukan banyak
kegiatan dengan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan devisa yang
diperoleh Antam yang masih terbilang kecil.................... Antam mulai
banyak melakukan kegiatan yang dikarenakan Antam mengalami surplus
pendapatan...................... Sejak Antam melakukan program sosial, maka
masyarakat sekitar mulai aware dengan keberadaan Antam”
Penghargaan dan kesadaran akan keberadaan Antam mulai meningkat juga
diperkuat dengan adanya social license yang diperoleh Antam. Dengan lancarnya
segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan menunjukkan bukti bahwa
masyarakat mampu memberikan kepercayaannya kepada Antam untuk tetap
80
menjalankan usahanya. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak pernah terjadinya
konflik antara masyarakat sekitar dengan kantor pusat PT Antam Tbk.
Tujuan utama Antam melakukan kegiatan CSR yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi masyarakat sebagai penerima program. Akan tetapi, selain hal
tersebut Antam juga berorientasi kepada social license sebagai tujuan dari
penerapan CSR. Pernyataan ini diperkuat dengan penuturan dari salah seorang staf
Program Kemitraan CSR Antam yang diugkapkan sebagai berikut:
”Dengan adanya kegiatan CSR diharapkan masyarakat akan mendukung
perusahaan dalam aktivitas-aktivitas perusahaan. Selain itu, perusahan
mendapatkan social license dari masyarakat sehingga perusahaan tenang
dalam menjalankan kegiatannya”
Manfaat lain yang juga diperoleh perusahaan adalah memperbaiki
hubungan atau menjaga hubungan baik dengan regulator. Dalam hal ini
regulator merupakan pihak pemberi aturan terkait dengan pelaksanaan
CSR perusahaan, yaitu pemerintah. Sesuai dengan regulasinya yang
tertuang dalam Keputusan Menteri BUMN No.236/MBU/2003 mengenai
pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, maka hubungan
baik antara pihak perusahaan dengan pemerintah telah terbentuk karena
secara tidak langsung pihak perusahaan telah membantu pemerintah untuk
menjalankan salah satu upaya pengembangan masyarakat.
6.4 Manfaat Penerapan CSR sebagai Upaya Pengembangan Perekonomian
Lokal Bagi Penerima Program Kemitraan PT Antam Tbk
Kegiatan CSR yang diterapkan oleh PT Antam Tbk terdiri dari 3 aktivitas
utama yaitu pengembangan masyarakat, program kemitraan dan bina lingkungan.
Ketiga penerapan CSR tersebut tidak hanya dilakukan di unit (lokasi operasi
penambangan), tetapi juga diterapkan di kantor pusat yang lebih banyak
81
menjalankan aktivitas policy (kebijakan) dan administrasi. Program kemitraan
yang menjadi tinjauan secara mendalam pada penelitian ini merupakan program
yang secara kontinu dijalankan di kantor pusat. Hal tersebut dikarenakan program
kemitraan terdiri dari mitra binaan dimana mitra binaan tersebut memiliki
keterikatan kerjasama dengan Antam terutama dari segi peminjaman dana dalam
waktu satu sampai tiga tahun.
Program
pengembangan
masyarakat
di
kantor
pusat,
mayoritas
penerapannya hanya sebatas charity karena kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan belum bersifat pmberdayaan. Contoh program yang bersifat filantropi
tersebut yaitu pembangunan jalan dan pembangunan masjid yang terletak di
lingkungan tempat tinggal penduduk dekat kantor pusat Antam berada. Sedangkan
bina lingkungan dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat sekitar
(masyarakat Jakarta Barat misalnya dalam penanaman pohon di daerah Muara
Angke Jakarta pada tahun 2006). Program kemitraan yang diterapkan oleh PT
Antam Tbk merupakan salah satu program CSR Antam yang termasuk ke dalam
program pengembangan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan program kemitraan
memberikan pinjaman dana kepada mitra binaan yang dalam jangka waktu yang
telah disepakati harus dikembalikan kepada pihak perusahaan sebagai upaya untuk
meningkatkan dan memandirikan kegiatan usaha mitra binaan.
Program kemitraan yang diterapkan oleh PT Antam Tbk didasari oleh
peraturan pemerintah yakni KEPMEN BUMN No 236/MBU/2003. Selain dengan
adanya regulasi, Antam melakukan program kemitraan dan menganggapnya
sebagai
bagian
dari
Corporate
Social
Responsibility
(CSR).
Antam
mendefinisikan Program Kemitraan (PK) sebagai program untuk meningkatkan
82
kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan
dana dari bagian laba perusahaan. Bagi Antam, PK bermanfaat untuk
meningkatkan kemajuan usaha dari pengusaha mikro, kecil, menengah, termasuk
koperasi, yang menjadi mitra binaan PT Antam Tbk, sehingga mitra binaan
tersebut dapat tumbuh dan berkembang. Hal tersebut tercantum dalam sebuah
leaflet yang ditayangkan oleh PT Antam Tbk pada sebuah acara pameran ”IT” di
Jakarta Convention Center (JCC) yang diselenggarakan pada akhir bulan April
tahun 2008 sebagai wujud penyelenggaraan Program Kemitraan.
Pada acara tersebut terdapat tiga stand mitra binaan kantor pusat PT
Antam Tbk yang terdiri dari mitra binaan dalam usaha batik bernama ”Batik
Sangadji”, mitra binaan dalam usaha produk wanita seperti sepatu dan tas dengan
nama usahanya adalah ”Denia Ponti” dan mitra binaan dalam usaha batik dengan
nama ”Batik Sukarwan”. Ketiga mitra binaan tersebut berada pada stand Antam
yang terletak secara berurutan. Pada acara ”IT”, Antam menampilkan lima stand
(terdiri dari lima mitra binaan) dimana tiga stand merupakan stand yang telah
disebutkan sebelumnya yaitu Batik Sangadji, Batik Sukarwan dan Denia Ponti.
Dua stand lainnya merupakan mitra binaan Antam pada daerah operasi (kantor
unit Antam di Pongkor) yang terdiri dari peralatan wanita seperti sepatu dan tas,
dan stand lainnya diisi dengan beragai lukisan dan kerajinan dan ukiran keramik.
Batik Sangadji merupakan salah satu mitra binaan Antam yang memiliki
lokasi usaha di Solo. Kerajinan batik tersebut merupakan hasil karya dari pemilik
”Batik Sangadji” dan teman-teman atau pegawainya. Selain bersumber dari hasil
karyanya, produk ”Batik Sangadji” ini juga diperoleh dari masyarakat di sekitar
lokasi usaha Batik Sangadji di Solo. Jadi, masyarakat sekitar juga turut
83
menyumbang produk batik tersebut yang kemudian hasilnya diberikan sesuai
dengan kesepakatan antara masyarakat dengan pihak ”Batik Sangadji”. Usaha
batik ini telah menjadi mitra binaan Antam sejak bulan Januari 2008. Terdapat
beberapa hal yang menjadi tujuan usaha ”Batik Sangadji” untuk menjadi mitra
binaan Antam. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha ”Batik
Sangadji” maka tujuan menjadi mitra binaan Antam terlihat melalui penuturan
sebagai berikut:
”Yang ingin saya peroleh dengan mengikuti Program Kemitraan Antam
adalah yang pertama dari segi permodalan. Antam memberikan bantuan
pinjaman dana untuk kemajuan usaha kami. Yang kedua dari segi
promosi, untuk mencapai brand yang bagus, karena Antam sangat
membantu kami terutama dalam hal promosi, sehingga usaha kami ini
tidak hanya dikenal oleh masyarakat Solo yang tinggal di dekat lokasi
kami tapi juga dikenal oleh masyarakat di tempat-tempat lain seperti di
Jakarta ini. Yang ketiga dari segi marketing, bisa diangkat di luar
pameran, misalnya dengan adanya buyer di pameran ini bisa menjadi
pelanggan kami” (Lampiran 5, Kasus I)
Selain tujuan yang dicapai dengan mengikuti program kemitraan Antam,
terdapat pula beberapa manfaat yang diperoleh usaha batik ini terutama dengan
mengikuti kegiatan pameran. Manfaat yang pertama adalah pemilik usaha batik
ini dapat mengetahui pasar dengan melihat pengunjung yang datang ke stand pada
acara pameran, kemudian dapat pula membandingkannya dengan para konsumen
yang berada di Solo. Manfaat yang kedua adalah dapat mengetahui harga. Setelah
dapat melihat konsumen batik dari berbagai kalangan dan melihat harga yang
ditawarkan pada usaha batik lain dalam pameran ini, maka pemilik batik Sangadji
ini dapat menentukan harga yang sesuai. Selain itu, keuntungan yang diperoleh
lainnya adalah meningkatnya omzet (penjualan) batik pada saat menjadi mitra
binaan Antam karena Antam membantu mitra binaan ini dalam hal promosi.
84
Mitra binaan yang kedua yaitu usaha sepatu dan tas yang bernama ”Denia
Ponti”. Usaha ini juga telah menjadi mitra binaan Antam sejak awal tahun 2008.
Usaha ini berlokasi di Jakarta. Produk yang dihasilkan merupakan hasil kerjajinan
dari usaha ini sendiri. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada salah
satu pegawai ”Denia Ponti” maka manfaat yang diperoleh dengan menjadi mitra
binaan Antam khususnya pada acara pameran ”IT” adalah perolehan keuntungan
dan banyaknya pembeli yang datang.
Mitra binaan PT Antam Tbk yang ketiga yaitu usaha kerajinan batik yang
bernama ”Batik Sukarwan”. Usaha batik ini telah menjadi mitra binaan Antam
sejak bulan Desember 2006. ”Batik Sukarwan” telah berdiri sejak tahun 1990.
usaha ini terletak di kawasan Tanjung Barat, Jakarta (dekat lokasi kantor pusat PT
Antam Tbk). Manfaat yang diperoleh dengan menjadi mitra binaan Antam bagi
mitra binaan ini yaitu berkembangnya usaha batik karena dana pinjaman yang
diberikan oleh Antam dapat digunakan untuk membeli bahan dasar untuk
pembuatan batik. Selain itu, dengan promosi yang diberikan PT Antam Tbk
kepada masyarakat maka usaha batik ini dapat diketahui oleh masyarakat tidak
hanya di sekitar lokasi usaha ini berada, tetapi juga dapat diketahui oleh
masyarakat lain (khususnya ketika mengikuti acara ”IT” 2008).
Pemaparan mengenai ketiga mitra binaan Antam tersebut menyimpulkan
beberapa hal yang menjadi manfaat dengan menjadi mitra binaan Antam
(terutama pada saat mengikuti acara ”IT”). Manfaat tersebut yaitu mitra binaan
dapat mengetahui pasar dengan melihat konsumen yang membeli produk mereka.
Selain itu, mereka juga dapat memperluas jangkauan usahanya karena PT Antam
Tbk tidak hanya memberikan bantuan pinjaman dana untuk mengembangkan
85
kualitas produknya, tetapi juga membantu dalam hal promosi. PT Antam Tbk
telah menyediakan stand gratis yang dapat ditempati mitra binaan untuk menjual
dan mempromosikan produknya pada acara ”IT”. Mitra binaan Antam dapat
meningkatkan penjualannya sehingga dapat meningkatkan keuntungan yang
diperoleh. Manfaat lain yang dapat diperoleh mitra binaan adalah dari segi
pengetahuan. Mitra binaan Antam diberikan pelatihan secara gratis. Pelatihan
yang diberikan adalah pelatihan pembukuan dengan tujuan agar mitra binaan
Antam dapat melakukan pembukuan keadaan keuangan usahanya dengan baik.
Pelatihan ini dilakukan selama satu hari dengan pelatih berasal dari pihak di luar
pihak PT Antam Tbk yang bekerja sama dengan PT Antam Tbk (outsourcing).
6.5 Ikhtisar
Strategi yang dilakukan oleh PT Antam Tbk dalam menerapkan program
kemitraan dapat dilihat berdasarkan tahap-tahap dalam penerapan CSR. Tahaptahap tersebut terdiri dari tahap perencanaan, tahap implementasi, tahap evaluasi
dan tahap pelaporan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
strategi yang terdapat di PT Antam Tbk dalam menerapkan CSRnya melalui
Program Kemitraan dengan kebijakan yang tercantum dalam Standar Kerja
Program Kemitraan PT Antam Tbk dapat dikatakan telah terdiri dari tahap-tahap
CSR mulai dari perencanaan sampai pelaporan. Pada tahap perencanaan, PT
Antam Tbk melakukan rapat koordinasi yang diikuti oleh staf CSR Group PT
Antam Tbk. PT Antam Tbk telah memiliki suatu standar kerja Program Kemitraan
yang berisi tentang prosedur dan ketentuan dalam menjalankan program. Standar
kerja tersebut dibuat oleh manajer dan staf CSR Antam yang kemudian dijadikan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan Program Kemitraan. Tahap implementasi
86
pada Program Kemitraan dijalankan bersama dengan mitra binaan yang telah lolos
seleksi penerimaan mitra binaan PT Antam Tbk. Selanjutnya staf Program
Kemitraan CSR Group Antam menentukan pihak yang memenuhi syarat untuk
menjadi mitra binaan dan melihat lokasi usaha mitra binaan tersebut (survey).
Setelah mitra binaan telah ditentukan, PT Antam Tbk melaksanakan penyaluran
dana kepada masing-masing mitra binaan. Selain itu, pada tahap implementasi PT
Antam Tbk telah melakukan suatu upaya untuk memperkenalkan CSR kepada
seluruh unit PT Antam Tbk pada setiap kegiatan bisnisnya. Upaya tersebut terlihat
dari adanya Annual Report atau laporan tahunan PT Antam Tbk yang disusun dan
kemudian dicetak agar seluruh karyawan dapat membaca dan mempelajarinya.
Tahap evaluasi pada Program Kemitraan PT Antam Tbk dilakukan pada
saat pemilihan mitra binaan dan setelah selesai program. Evaluasi yang dilakukan
pada saat pemilihan berupa penyusunan laporan dari staf Program Kemitraan
kepada Manajer CSR Group PT Antam Tbk. Laporan tersebut berisi seputar hasil
survey yang dilakukan oleh staf Program Kemitraan PT Antam Tbk. Evaluasi
yang dilakukan setelah masa pembinaan selesai (setelah program kemitraan
selesai) diwujudkan dalam suatu laporan keuangan berupa penyaluran dana
peminjaman dan pengembalian mitra binaan. Selain laporan yang disusun oleh
pihak perusahaan, setiap mitra binaan juga menyerahkan pembukuan hasil
penjualannya kepada Antam untuk mengetahui kemajuan usaha mitra binaan.
Pada tahap pelaporan, para staf pelaksana Program Kemitraan melakukan suatu
rapat yang membahas mengenai pelaksanaan program yang telah berjalan dan
bagaimana proses pengembalian dana pinjaman dilakukan. Laporan tersebut
87
kemudian dibuat dalam bentuk dokumentasi sebagai bukti penyelenggaraan dan
sebagai bahan evaluasi program.
CSR yang dilakukan oleh PT Antam Tbk juga memiliki manfaat yang
dapat dirasakan baik oleh perusahaan maupun oleh masyarakat (komunitas lokal)
sebagai penerima program. Manfaat yang diperoleh PT Antam Tbk khususnya
pada program kemitraan yaitu diperolehnya penghargaan yang berasal dari
Bussiness Review Awards. Salah satu penghargaan yang diperoleh PT Antam Tbk
dalam Bussiness Review Awards adalah Program Kemitraan UMKM dan Bina
Lingkungan Terbaik. Penghargaan ini merupakan penghargaan pada tingkat
nasional. Selain penghargaan, Antam juga mendapatkan Social License dari
masyarakat yang dibuktikan oleh adanya dukungan warga sekitar kantor pusat
Antam di Jakarta. Antam dapat menjalankan kegiatan usahanya dengan tenang
karena tidak ada gangguan dari masyarakat, bahkan masyarakat sekitar telah
aware (menyadari) dengan keberadaan Antam sebagai salah satu perusahaan.
Pemerintah sebagai salah satu stakeholder yang membuat peraturan dalam
Keputusan Menteri BUMN No. 236/MBU/2003 juga dapat terbantu dengan
adanya penerapan CSR oleh Antam. Terkait dengan hal tersebut maka hubungan
yang baik dengan stakeholder (masyarakat) dan hubungan yang baik dengan
regulator (Pemerintah) dengan perusahaan dapat terwujud.
Manfaat yang diperoleh tiga mitra binaan PT Antam Tbk pada acara “IT”
2008 yaitu memperoleh pinjaman dana yang diberikan Antam dan dapat mereka
gunakan untuk menambah jumlah komoditi (produk) yang mereka jual,
mendapatkan promosi secara cuma-cuma (tanpa pungutan biaya kepada mitra
binaan) dari Antam untuk melebarkan skala usaha mereka, dapat mengetahui
88
pasar dengan membandingkan para pengunjung yang datang ke acara pameran
dengan para pembeli atau konsumen mereka di lokasi usaha mereka sehingga para
mitra binaan tersebut dapat menentukan harga bagi setiap konsumennya. Selain
itu, tambahan pendidikan juga diperoleh mitra binaan Antam melalui pelatihan
pembukuan yang diselenggarakan Antam untuk mitra binaannya dalam rangka
menambah keterampilan dalam perhitungan dan mencegah terjadinya kekeliruan
dalam perhitungan keuangan, serta agar para mitra binaan Antam dapat membuat
suatu laporan pada akhir masa menjadi mitra binaan yang diserahkan untuk
Antam dan untuk mitra binaan itu sendiri.
BAB VII
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA
PENGEMBANGAN MASYARAKAT: SUATU ANALISIS
Kegiatan CSR PT Antam Tbk diterapkan sejak tahun 2005. CSR yang
dilakukan oleh PT Antam Tbk didasari oleh kesadaran Antam akan pentingnya
menjaga hubungan dengan stakeholdernya. Salah satu stakeholder PT Antam Tbk
yaitu masyarakat. Dengan adanya kesadaran akan pentingnya menjalin hubungan
baik dengan masyarakat, maka CSR dilakukan agar masyarakat menjadi sejahtera.
Hal tersebut tercantum dalam salah satu misi PT Antam Tbk yang menyatakan
bahwa berpartisipasi dalam rangka menyejahterakan masyarakat merupakan hal
yang perlu dilakukan. Selain dari kesadaran, kegiatan CSR yang dilakukan oleh
PT Antam Tbk juga didukung oleh kondisi finansial perusahaan yang meningkat
(mengalami surplus) pada tahun 2006. Perolehan keuntungan yang besar (surplus)
tersebut berasal dari salah satu komoditi hasil penambangan PT Antam Tbk, yaitu
nikel.
Masyarakat yang terdapat di sekitar kantor Antam merupakan masyarakat
perkotaan. Hal tersebut dikarenakan letak kawasan tempat tinggal masyarakat
yang berada di Jakarta. Mereka dicirikan telah memiliki kemandirian dalam
menjalankan kehidupannya, karena mereka memiliki kepentingan dan profesi
yang berbeda-beda. Masyarakat sebagai penerima program yang menjadi fokus
kajian dalam penelitian ini adalah mitra binaan PT Antam Tbk yang berpartisipasi
dalam acara pameran hasil kerajinan atau produk dari mitra binaan. Mitra binaan
dari kantor pusat Antam yang mengikuti acara tersebut berjumah tiga mitra
binaan. Mitra binaan pertama memiliki lokasi usaha di Jakarta (di daerah Tanjung
90
Barat, dekat lokasi kantor Antam). Mitra binaan kedua memiliki lokasi usaha di
salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, sedangkan mitra binaan Antam yang
ketiga memiliki lokasi usaha di Solo, Jawa Tengah. Ketiga mitra binaan tersebut
telah lolos seleksi untuk menjadi mitra binaan Antam dan kemudian
diikutsertakan dalam acara pameran dan penjualan produk mereka di Jakarta.
Kondisi dari ketiga mitra binaan tersebut dapat dikatakan seragam dari segi
persyaratan yang harus mereka miliki untuk menjadi mitra binaan Antam, yaitu
telah memilki usaha minimal satu tahun, memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Mereka juga dapat
dikatakan memiliki inisiatif untuk mengembangkan dan memandirikan usahanya
dengan menjadi mitra binaan Antam. Keseragaman kondisi mitra binaan tersebut
secara tidak langsung sebenarnya telah ditentukan berdasarkan persyaratan yang
ada pada PT Antam Tbk untuk menjadi mitra binaan.
Selain kondisi yang bersifat homogen, ketiga mitra binaan tersebut juga
memiliki keragaman. Hal tersebut dapat dilihat dari segi usaha yang mereka
jalankan. Dua dari tiga mitra binaan memiliki usaha di bidang pakaian batik dan
mitra binaan yang satu lagi memiliki usaha di bidang barang untuk wanita seperti
sepatu dan tas. Keragaman lainnya juga dapat dilihat dari segi lokasi ketiga mitra
binaan yang tidak berdekatan. Mitra binaan yang berlokasi usaha di Jakarta
memilki ciri sebagai masyarakat perkotaan sedangkan mitra binaan Antam yang
berlokasi usaha di Jawa Tengah dapat dikatakan memiliki ciri masyarakat semi
perkotaan. Hal tersebut dikarenakan mitra binaan Antam yang berlokasi di Jawa
Tengah selain usahanya mandiri, mereka juga memiliki keterkaitan dengan
91
masyarakat sekitar yang berada dekat dengan lokasi usaha mereka. Keterkaitan
tersebut dapat dibuktikan dengan keterlibatan masyarakat sekitar dalam
pembuatan pakaian batik. Dengan kondisi keinginan untuk mengembangkan
usahanya, maka ketiga usahawan tersebut berupaya untuk menjadi mitra binaan
Antam.
Fenomena tanggung jawab sosial yang terdapat di PT Antam Tbk
merupakan hal yang dapat digambarkan melalui pandangan perusahaan terhadap
CSR, strategi program CSR perusahaan serta manfaat yang dapat diperoleh baik
bagi perusahaan maupun masyarakat. Berdasarkan hasil penelusuran dokumen
pada Laporan Tahunan PT Antam Tbk terdapat komitmen perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya, yaitu komitmen untuk berbagi. Melalui komitmen
tersebut, dalam misinya, Antam berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat khususnya masyarakat sekitar daerah operasi Antam. Pandangan
Antam terhadap CSR itu sendiri yaitu sebagai komitmen perusahaan yang
dilakukan dalam rangka membangun citra positif perusahaan, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, serta menjaga hubungan yang harmonis antara pihak
perusahaan dengan masyarakat.
Laporan Tahunan PT Antam Tbk merupakan suatu bukti nyata dari
bagaimana Antam memandang CSR. Selain terdapat komitmen dan misi Antam,
pandangan terhadap CSR juga muncul dari suatu fakta berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu staf CSR Grup PT Antam Tbk bahwa masyarakat
merupakan bagian dari stakeholder Antam sehingga perlu adanya kerjasama
antara Antam dengan masyarakat seperti dalam kegiatan CSR. Berdasarkan
pernyataan tersebut maka Antam memiliki pandangan bahwa masyarakat sebagai
92
salah satu pemangku kepentingan perusahaan, sehingga perlu melakukan upaya
dengan tujuan menjaga hubungan baik dengan masyarakat beserta meningkatkan
kesejahteraannya. Regulasi yang terdapat di PT Antam Tbk juga membuat Antam
berkeyakinan bahwa CSR penting untuk dilakukan. Regualsi tersebut merupakan
Keputusan Menteri BUMN No.236/MBU/2003 mengenai pelaksanaan Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan.
Kebjakan perusahaan terhadap CSR selain mengandung makna pandangan
perusahaan terhadap CSR juga terdiri dari strategi pelaksanaan program. Pada
penelitian ini, yang menjadi studi kasus adalah Program Kemitraan. Pada program
ini, perusahaan memiliki suatu kebijakan yang berisi tentang strategi perusahaan
dalam menjalankan Program Kemitraan. Jika dikaitkan dengan teori tahap-tahap
penerapan CSR (Wibisono, 2007) maka dapat diakatakan strategi Program
Kemitraan telah sesuai dengan penahapan pada teori tersebut mulai dari tahap
perencanaan, tahap implemenatasi, tahap evaluasi dan tahap pelaporan. Bukti dari
tahap-tahap yang dinyatakan dalam strategi Program Kemitraan tersebut terdapat
dalam standar kerja Program Kemitraan PT Antam Tbk.
Manfaat CSR yang dilakukan PT Antam Tbk dalam Program Kemitraan
meliputi manfaat bagi perusahaan dan manfaat bagi mitra binaan. Perusahaan
mendapatkan penghargaan (CSR Award) Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan terbaik tingkat nasional pada tahun 2006. Masyarakat sebagai
penerima program (dalam hal ini adalah mitra binaan) memperoleh tambahan
pengetahuan melalui pelatihan bagi mitra binaan Antam serta keuntungan dari
usaha mereka dapat meningkat.
93
Ketiga hal di atas (pandangan perusahaan terhadap CSR, strategi dalam
program kemitraan dan manfaat program kemitraan) dapat menyimpulkan
fenomena tanggung jawab sosial perusahaan yang terdapat di PT Antam Tbk.
Fenomena tersebut menyatakan bahwa PT Antam Tbk memiliki pandangan
tersendiri dalam memandang CSR. Cara pandang perusahaan tersebut dapat
dikategorikan sebagai suatu upaya untuk memenuhi kewajiban (complience),
dimana CSR dilakukan karena terdapatnya suatu aturan yaitu Keputusan Menteri
BUMN No.236/MBU/2003. Selain kategori tersebut, cara pandang PT Antam Tbk
terhadap CSR juga tergolong kategori internal driven (karena adanya dorongan
yang tulus dari dalam perusahaan). Dalam hal ini perusahaan telah menyadari
pentingnya melakukan CSR yang tertuang dalam kebijakan perusahaan
(komitmen dan misi Antam). CSR PT Antam Tbk juga dapat dikatakan telah
berada pada fase 3 (menurut paradigma Alyson Warhurst) yakni fase dimana
perusahaan telah melakukan CSR dikarenakan untuk mencegah masalah di masa
datang. Strategi yang dilakukan oleh PT Antam Tbk dalam menerapkan CSRnya
melalui Program Kemitraan termasuk strategi yang sesuai dengan cara pandang
Antam terhadap CSR. Strategi yang tertuang dalam standar kerja Program
Kemitraan tersebut dibuat oleh Antam dan mengacu pada Keputusan Menteri
BUMN No.236/MBU/2003.
Cara pandang perusahaan terhadap CSR dengan strategi Program
Kemitraan memiliki hubungan yang saling terkait. Hubungan tersebut yaitu
keduanya (baik pandangan strategi) mengacu kepada kebijakan perusahaan yaitu
Keputusan Menteri BUMN No. 236/MBU/2003. Selain dengan Keputusan
Menteri BUMN, kebijakan yang menghasilkan suatu pandangan dan strategi
94
tersebut juga berasal dari PT Antam TBk sendiri yaitu misi, komitmen dan standar
kerja Program Kemitraan. Kemudian kebijakan yang menyimpulkan suatu
pandangan dan strategi perusahaan tersebut terwujud dalam pelaksanaan program
yang akhirnya membuahkan manfaat baik bagi perusahaan maupun masyarakat
sebagai penerima program (mitra binaan).
PT Antam Tbk mendapatkan beberapa manfaat dalam pelaksanaan
CSRnya melalui penerapan Program Kemitraan terkait dengan teori yang
dikemukakan oleh Wibisosno (2007) mengenai benefit dan driver yaitu social
license to operate, memperbaiki hubungan dengan stakeholder, memperbaiki
hubungan dengan regulator, serta peluang mendapatkan penghargaan. Fakta dari
pernyataan tersebut dapat diketahui dari penghargaan yang diperoleh PT Antam
Tbk sebagai pelaksana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan terbaik tingkat
nasional tahun 2006, adanya kesadaran dari masyarakat akan keberadaan PT
Antam Tbk karena adanya berbagai kegiatan CSR seperti pemberian beasiswa,
pembinaan melalui program kemitraan, dan bimbingan serta dukungan untuk
salah satu yayasan sosial yang menampung anak-anak jalanan di sekitar daerah
Tanjung Barat, Jakarta (dekat dengan lokasi kantor Antam). Masyarakat sebagai penerima program (dalam penelitian ini adalah mitra
binaan Antam yang mengikuti acara “IT”) juga mendapatkan manfaat sebagai
mitra binaan Antam. Mitra binaan tersebut memperoleh pinjaman dana sehingga
usahanya dapat berkembang, dapat mengetahui harga dan mengetahui berbagai
kalangan konsumen, serta penambahan pengetahuan dengan mengikuti pelatihan
pembukuan keuangan.
Dari manfaat yang diperoleh baik diperoleh pihak
perusahaan maupun penerima program, maka dapat menjadi bukti sekaligus
95
menguatkan suatu fenomena tanggung jawab sosial yang terjadi di PT Antam
Tbk.
Pernyataan yang menyebutkan bahwa telah terjadinya penerapan tanggung
jawab sosial perusahaan di PT Antam Tbk menunjukkan bagaimana penerapan
tanggung jawab sosial perusahaan tersebut sebagai upaya pengembangan
masyarakat. Jika dianalisis berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat
yang dikemukakan oleh Ife (1995) dalam Nasdian (2006), maka tanggung jawab
sosial yang dilakukan oleh PT Antam Tbk melalui Program Kemitraan belum
berbasis pemberdayaan. Hal tersebut dikarenakan Program Kemitraan tersebut
belum mewujudkan adanya partisipasi dari penerima program (mitra binaan).
Partisipasi yang dimaksud dalam hal ini adalah partisipasi mitra binaan pada
tahap-tahap penerapan CSR (tahap perencanaan sampai tahap pelaporan).
Pada tahap perencanaan, mitra binaan tidak dilibatkan untuk melakukan
perencanaan program. Hal ini dikarenakan prosedur yang terdapat di PT Antam
Tbk dalam Program Kemitraan telah disusun oleh CSR Group PT Antam Tbk
yang berbasis pada Keputusan Menteri BUMN No. 236/ MBU/2003. Pada tahap
implementasi, yakni tahap dimana terjadi proses sosialisasi program di
perusahaan, pihak penerima program juga tidak terlibat. Hal ini dikarenakan
sosialisasi tersebut dilakukan dalam rapat PT Antam Tbk dan kemudian
didokumentasikan dalam suatu laporan tahunan (Annual Report) PT Antam Tbk.
Pada tahap evaluasi maupun pelaporan juga dilakukan oleh staf CSR Group PT
Antam Tbk. Akan tetapi, sebenarnya pihak penerima program (mitra binaan) juga
diperkenankan untuk melakukan suatu evaluasi mengenai pelaksanaan Program
Kemitraan, hanya saja tidak diwajibkan. Mitra binaan Antam dapat mengajukan
96
pendapat mereka mengenai Program Kemitraan sebagai masukan dan perbaikan
pelaksanaan program. Hal ini dibuktikan oleh penuturan dari salah seorang staf
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Antam Tbk sebagai berikut:
“Kita juga melakukan evaluasi yang dihasilkan dengan monitoring dan
melihat dampak dari program. Selain itu, evalausi juga didapatkan dari
report yang dilakukan oleh masyarakat yang mengikuti program. Tetapi
tidak dipaksakan, jadi kalau masyarakat mau mengevaluasi silahkan jika
tidak juga tidak dipaksakan”.
Penuturan dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya
PT Antam Tbk telah membuka peluang berpartisipasi dalam evaluasi program,
hanya saja skala patisipasi tersebut masih pada tahap pelaksanaan saja sehingga
belum dapat membentuk suatu partisipasi dari mitra binaan secara utuh.
PT Antam Tbk juga telah melakukan beberapa kegiatan terkait dengan
program CSRnya. Salah satu bentuk kegiatan sosial yang dilakukan oleh PT
Antam Tbk adalah pemberian bantuan dana untuk pembangunan jalan dan mesjid
pada salah satu wilayah di dekat kantor PT Antam Tbk yang dilakukan pada akhir
tahun 2005. Kegiatan sosial ini dapat dikatakan sebagai Charity karena
sumbangan yang dilakukan hanya bersifat sesaat yang berarti belum
memberdayakan komunitas di wilayah tersebut. Akan tetapi, sumbangan sosial
yang bersifat charity tersebut boleh dilakukan oleh pihak perusahaan karena
masih terdapat keterbatasan komunitas untuk mengatasi masalah kerusakan jalan
sebagai fasilitas umum di wilayah tersebut.
Selain itu, dapat disimpulkan pula bahwa karakeristik tanggung jawab
sosial yang dilakukan oleh PT Antam Tbk melalui Program Kemitraan berada
pada posisi Corporate Citizenship. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya misi
97
Antam dalam menyejahterakan masyarakat, pengelolaan yang terinternalisasi
dalam kebijakan perusahaan (standar kerja Program Kemitraan), pengorganisasian
yang melibatkan keterlibatan dana dan sumber daya lain (dalam hal ini sumber
daya staf CSR Group Antam), penerima manfaat yang terdiri dari masyarakat
maupun perusahaan, kontribusi melalui hibah dan keterlibatan sosial, serta insirasi
untuk kepentingan bersama.
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
PT Antam Tbk merupakan salah satu perusahaan pertambangan (dalam
bentuk BUMN) di Indonesia yang telah memiliki divisi khusus untuk CSR yang
bernama CSR Group. CSR PT Antam Tbk dimulai sejak tahun 2005 yang didasari
oleh kesadaran pentingnya berbagi dengan masyarakat yang tertuang dalam
komitmen dan misi Antam. Akan tetapi, tanggung jawab sosial yang dilakukan
oleh PT Antam Tbk melalui Program Kemitraan belum berbasis pemberdayaan.
Hal tersebut dikarenakan Program Kemitraan tersebut belum mewujudkan adanya
partisipasi dari penerima program (mitra binaan). Selain itu, karakeristik tanggung
jawab sosial yang dilakukan oleh PT Antam Tbk melalui Program Kemitraan
berada pada posisi Corporate Citizenship. Hal tersebut dibuktikan dengan tahapan
karakteristik kedermawanan sosial perusahaan yang terdiri dari misi, pengelolaan,
pengorganisasian, penerima manfaat, kontribusi serta inspirasi.
PT Antam Tbk memandang CSR sebagai suatu kewajiban sehingga dapat
diartikan bahwa cara pandang PT Antam terhadap CSR adalah sebagai upaya
untuk memenuhi kewajiban (compliance). Selain itu, kebijakan PT Antam Tbk
yang terdapat dalam Laporan Tahunan Antam menyatakan CSR sebagai semangat
untuk berbagi dalam upaya menyejahterakan masyarakat. Upaya untuk
menyejahterakan masyarakat merupakan misi dari Antam dan komitmen untuk
berbagi dengan Antam juga merupakan suatu komitmen penuh Antam yang
tercantum dalam Laporan Tahunan. CSR di PT Antam Tbk (kantor pusat)
diperkuat oleh upaya untuk menerapkan CSR. Salah satu bentuk kegiatan CSR
99
yang terdapat di PT Antam Tbk yaitu Program Kemitraan. Program Kemitraan
memiliki acuan baik dari KEPMEN BUMN maupun dari pihak perusahaan.
Perwujudan kegiatan CSR selain Program Kemitraan adalah bantuan dana dalam
pembangunan jalan, pelatihan pembukuan keuangan bagi mitra binaan, sunatan
masal yang dilakukan setiap tahun, serta bentuk kerja sama dan bantuan kepada
suatu yayasan yang terletak di sekitar kantor pusat Antam Hal tersebut berarti
bahwa cara pandang PT Antam Tbk terhadap CSR yaitu karena ada dorongan
tulus dari dalam (internal driven), karena selain dengan kebijakan dari pemerintah
dalam KEPMEN BUMN, Antam melakukan CSR juga karena niat dari Antam
sendiri. Dengan kedua cara pandang tersebut, dapat dikatakan CSR PT Antam
Tbk berada pada fase 3 dalam paradigma penerapan CSR, yakni fase dimana
perusahaan melakukan CSR dikarenakan untuk mencegah masalah di masa yang
akan datang.
PT Antam Tbk memiliki kebijakan yang berisi mengenai strategi PT
Antam Tbk dalam melaksanakan Program Kemitraan sebagai upaya peningkatan
ekonomi lokal. Strategi yang dilakukan PT Antam Tbk terlihat dan tercantum
secara jelas dalam Standar Kerja Program Kemitraan yang disusun oleh CSR
Group PT Antam Tbk dengan mengacu pada KEPMEN BUMN No
236/MBU/2003. Strategi yang terdapat dalam Standar Kerja Program Kemitraan
tersebut
terdiri
dari
tahap-tahap
pelaksanaan
mulai
dari
perencanaan,
implemenatasi, evaluasi hingga tahap pelaporan.
CSR yang dilakukan oleh PT Antam Tbk dalam Program Kemitraan terdiri
dari manfaat bagi perusahaan dan manfaat bagi penerima program. Manfaat bagi
perusahaan adalah keberlanjutan dalam menjalankan aktivitas perusahaan,
100
perolehan social license, perolehan penghargaan melalui CSR Award tahun 2006,
serta terwujudnya hubungan yang baik antara perusahaan dengan pemerintah
maupun masyarakat yang menerima program. Manfaat yang diteima oleh mitra
binaan (3 mitra binaan Antam yang mengikuti penyelenggaraan acara pameran
dan penjualan hasil karya mitra binaan) yaitu peningkatan keuntungan dari segi
ekonomi, penambahan pengetahuan mengenai cara pembukuan melalui pelatihan
dari segi pengetahuan, serta meningkatkan peluang untuk meraih kegiatan usaha
yang lebih maju dari segi promosi.
8.2 Saran
Upaya tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh PT AntamTbk telah
dijalankan berdasarkan kebijakan yang ada pada perusahaan dan didukung oleh
peraturan dari Menteri BUMN mengenai pelaksanaan PKBL (Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan). Sesuai dengan fenomena tanggung jawab sosial yang
terjadi di PT Antam Tbk, maka adapun hal yang dapat dijadikan saran yaitu :
1. Kebijakan mengenai CSR PT Antam Tbk sebaiknya tidak hanya
tercantum dalam suatu misi dan komitmen Antam, akan tetapi perlu
didukung oleh suatu standar atau prosedur khusus mengenai CSR. Hal ini
perlu dilakukan sebagai upaya spesifikasi dan pembuktian bahwa CSR
memang perlu mendapat suatu perhatian.
2. Kebijakan tersebut sebaiknya juga perlu mencantumkan strategi atau
upaya yang dilakukan PT Antam Tbk dalam menerapkan CSR. Jadi, suatu
standar atau prosedur CSR dapat menggeneralisir 3 kegiatan utama CSR
yaitu Program Kemitraan, Bina Lingkungan dan Pengembangan
Masyarakat.
101
3. Melihat kondisi komunitas di salah satu wilayah sekitar kantor PT Antam
Tbk, ternyata komunitas tersebut terdiri dari sebagian pemuda yang tidak
bekerja sehingga dapat diupayakan suatu kegiatan pemberdayaan
(misalnya pelatihan menoperasikan komputer) untuk meningkatkan
kemampuan para pemuda tersebut.
4.
Penghargaan yang telah diperoleh perusahaan dalam penerapan CSR,
dapat dijadikan suatu prestasi yang membanggakan dan tentunya dapat
dijadikan sebagai motivasi agar pencapaian tersebut dapat bertahan
bahkan meningkat.
102
DAFTAR PUSTAKA
Rudito, Bambang, dkk. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan di Indonesia. Bandung : Rekayasa Sains.
Mulyadi, Devi. Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan dalam Usaha
Pengembangan Masyarakat, skripsi sarjana (Boor : Institut Pertanian
Bogor. 2007).
Rukminto, Isbandi. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan
Praktis. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Saidi, Zaim, dkk. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaan”, Profil dan Pola
Distribusinya di Indonesia: Survei 226 Perusahaan di 10 Kota oleh
PIRAC. Jakarta : Ford Foundation.
Sitorus, MT Felix. 1998. Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan. Bogor :
Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat ;
Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Jakarta : Refika Aditama
Sukada, Sony, dkk. 2007. Membumikan Bisnis Berkelanjutan ; memahami konsep
dan praktik tanggung jawab sosial perusahaan. Jakarta : Indonesia Business
Links.
Wibisono. Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social
Responsibility. Gresik : Fascho Publishing.
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
Februari
Kegiatan
Maret
April
Mei
Juni
Lokasi
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
I. PROPOSAL DAN KOLOKIUM
1. Menyusun Draft dan Revisi
2. Konsultasi Proposal
3. Orientasi Lapang
4. Kolokium
Kampus IPB
Kampus IPB
PKBM Santika
Kampus IPB
II. STUDI LAPANG
1. Pengumpulan Data
2. Analisis Data
PKBM Santika
Jakarta
III. PENULISAN LAPORAN
1. Analisis Lanjutan
2. Penyusunan Draft dan Revisi
3. Konsultasi Laporan
Kampus IPB
Kampus IPB
Kampus IPB
IV. UJIAN SKRIPSI
1. Sidang
2. Perbaikan Skripsi
Kampus IPB
Kampus IPB
103
104
Lampiran 2
Konsep Pemilihan Subyek Tineliti
Responden untuk menjawab cara pandang perusahaan tentang CSR
1. Staf CSR Group PT ANTAM
2. Staf PR (Public Relation) PT AntamTbk
Responden untuk menjawab strategi perusahaan dalam menerapkan CSR
1. Staf CSR Group PT ANTAM
Responden untuk menjawab manfaat yang diperoleh perusahaan karena
menjalankan CSR
1. Staf CSR Group PT ANTAM
Informan untuk menjawab manfaat yang diperoleh perusahaan karena
menjalankan CSR
1. Staf CSR atau pihak manajemen perusahaan yang terlibat dalam penerapan
CSR.
2. Staf CSR atau pihak manajemen perusahaan yang tidak terlibat langsung
dalam penerapan CSR.
Responden untuk menjawab manfaat yang dieroleh masyarakat (komunitas lokal)
dari penerapan CSR
1. Penerima program kemitraan dari PT ANTAM
2. Masyarakat sekitar PT ANTAM (yang menerima program Pengemas dari
ANTAM)
Responden untuk memberikan deskripsi atau gambaran perusahaan (PT ANTAM)
secara umum
1. Staf PR PT ANTAM TBK
Lampiran 3
Teknik Pengumpulan Data dan Kebutuhan Data bagi penelitian
Rumusan Masalah
1. Fenomena tanggung jawab
sosial perusahaan dalam
bentuk kegiatan CSR
•
•
•
2. Pandangan perusahaan
mengenai tanggung jawab
sosial (corporate social
responsibility/CSR
•
•
•
Data yang Diperlukan
Pandangan perusahaan mengenai
tanggung jawab sosial (corporate
social responsibility/CSR
Strategi yang dijalankan oleh
perusahaan dalam melakukan
program pengembangan
masyarakat untuk mewujudkan
tanggung jawab sosialnya/CSR
Manfaat yang diperoleh
perusahaan maupun masyarakat
pada program pengembangan
masyarakat yang dilaksanakan
dalam mewujudkan tanggung
jawab sosial
•
•
•
•
•
Kebijakan perusahaan terhadap
CSR
•
Konsep CSR bagi perusahaan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perusahaan dalam
•
menerapkan CSR (eksternal,
environmental, reputasi,
tuntutan/kewajiban, internal)
Sumber Data
Data Primer
Satf CSR Group PT Antam
Tbk
Masyarakat (pihak penerima
program CSR)
Data Sekunder
Laporan Tahunan CSR PT
Antam Tbk
Data jumlah dan jenis
penghargaan PT Antam Tbk
atas penerapan CSR
Dokumentasi kegiatan CSR
Data Primer
Staf CSR Group PT Antam
Tbk
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan untuk menjawab
rumusan masalah No 2,3, dan 4,
yaitu :
• Wawancara mendalam
• Analisis data sekunder dari
arsip dan/atau dokumen PT
Antam Tbk.
• Pengamatan berperanserta
•
•
Wawancara mendalam
Analisis data sekunder dari
arsip dan/atau dokumen PT
Antam Tbk.
Data Sekunder
Regulasi atau aturan atau
kebijakan perusahaan tentang
CSR.
105
•
•
•
3. Strategi yang dijalankan
oleh perusahaan dalam
melakukan program
pengembangan
masyarakat untuk
mewujudkan tanggung
jawab sosialnya/CSR
4. Manfaat yang diperoleh
perusahaan maupun
masyarakat pada program
pengembangan
masyarakat yang
dilaksanakan dalam
mewujudkan tanggung
• Kebijakan perusahaan mencakup
strategi CSR
• Strategi perusahaan pada tahap
perencanaan program
• Strategi perusahaan pada tahap
implementasi
• Strategi perusahaan pada tahap
evaluasi
• Strategi perusahaan pada tahap
pelaporan
• Image perusahaan di mata
masyarakat.
• Resiko yang terjadi sebelum dan
setelah menerapkan CSR.
• Kualitas sumber daya manusia
yang unggul dan diperlukan
perusahaan.
•
•
•
•
•
•
Peraturan pemerintah tehadap
penerapan CSR bagi
perusahaan.
Dokumentasi kasus atau
peristiwa masalah lingkungan
terkait aktivitas perusahaan.
Laporan berkelanjutan (Annual
report) perusahaan.
Data Primer
Staf CSR PT Antam Tbk
Komunitas atau masyarakat
yang berpartisipasi dalam
program.
•
•
•
Wawancara mendalam
Pengamatan berperanserta
Analisis data sekunder dari
arsip dan/atau dokumen PT
Antam Tbk.
•
•
•
Wawancara mendalam
Pengamatan berperanserta
Analisis data sekunder dari
arsip dan/atau dokumen PT
Antam Tbk.
Data Sekunder
Data kebijakan perusahaan
tertuang dalam peraturan
perusahaan.
Laporan berkelanjutan (Annual
report) perusahaan.
Data Primer
Ketua penyelenggara kegiatan
pengembangan masyarakat
sebagai wujud dari CSR PT
Antam Tbk
Staf CSR atau pihak
manajemen perusahaan yang
106
jawab sosial
• Hubungan dengan stakeholder
(dalam hal ini masyarakat yang
menerima atau terkait dalam
penerapan CSR Antam)
• Penghargaan yang diraih
perusahaan.
• Pengembangan usaha masyarakat
dari program kemitraan.
• Opini masyarakat yang
berpartisipasi dalam programprogram pengembangan
masyarakat sebagai wujud CSR
Antam.
•
•
•
•
terlibat dalam penerapan CSR.
Staf CSR atau pihak
manajemen perusahaan yang
tidak terlibat langsung dalam
penerapan CSR.
Komunitas atau masyarakat
yang berpartisipasi dalam
program.
Data Sekunder
Penerima program kemitraan
dari PT Antam Tbk
Masyarakat sekitar kantor
pusat PT Antam Tbk (yang
menerima program
Pengembangan Masyarakat)
107
108
Lampiran 4
Panduan pertanyaan sebagai pedoman wawancara
Bagian Pertama :
Cara pandang perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR)
ditujukan untuk pihak Antam.
1. Bagaimanakah definisi CSR menurut perusahaan Antam?
2. Bagaimanakah tanggapan perusahaan mengenai lingkungan alam dalam
kaitannya dengan aktivitas perusahaan pertambangan?
3. Menurut perusahaan, bagaimanakah opini tentang masyarakat sebagai
salah satu stakeholder yang terdapat di sekitar berdirinya perusahaan?
4. Apakah terdapat kebijakan perusahaan yang membahas mengenai CSR?
Jika ya, maka bagaimanakah peraturan CSR tersebut dapat dicantumkan
dalam kebijakan perusahaan?
5. Bagaimanakah tanggapan perusahaan mengenai membangun citra positif
perusahaan dengan kegiatan CSR?
6. Bagaimanakah Antam menanggapi perusahaan lain yang juga bergerak di
bidang pertambangan dalam kaitannya dengan pelaksanaan CSR?
7. Bagaimanakah
menanggapi
masalah-masalah
atau
isu-isu
yang
mengakibatkan menurunnya citra perusahaan akibat konflik dengan
masyarakat?
8. Bagaimanakah Antam menanggapi masalah-masalah yang dihadapi oleh
perusahaan lain (terutama perusahaan pertambangan) yang melakukan
kesalahan sehingga menyebabkan kerusakan pada alam?
9. Apakah terdapat anggaran khusus dari perusahaan yang diperuntukan bagi
pelaksanaan CSR?
109
10. Mengapa Antam melakukan CSR?
11. Apakah CSR dilakukan karena ada regulasi yang mengaturnya (di bawah
peraturan pemerintah)?
12. Faktor apakah yang mendorong Antam untuk melakukan CSR?
13. Apakah Antam melakukan CSR karena telah terjadi masalah lingkungan
sebagai akibat dari aktivitas perusahaannya?
14. Apakah terdapat posisi yang jelas mengenai staf CSR di Antam?
15. Apakah terdapat kerugian yang dirasakan oleh perusahaan (baik dari segi
materil maupun SDM) dalam menjalankan program CSR?
Bagian Kedua :
Strategi perusahaan dalam melakukan CSR terkait dengan tahap-tahap CSR
ditujukan untuk pihak manajemen Antam yang terlibat dalam program
pelaksanaan CSR.
1. Dalam Kebijakan perusahaan, apakah tercantum strategi CSR?
2. Siapakah pihak yang berhak untuk membuat dan memutuskan strategi
yang digunakan dalam pelaksanaan CSR? Bagaimanakah mekanisme
pengambilan keputusan dan kesepakatan dalam menentukan strategi
tersebut?
3. Apakah strategi yang digunakan bersifat insidental yang berarti akan
disepakati ketika program sedang berjalan?
4. Terkait dengan tahap perencanaan sebelum program dimulai, maka strategi
apakah yang dilakukan pada tahap ini? Apakah melalui rapat staf
perusahaan atau melibatkan beberapa pihak sebagai perwakilan dari
sasaran program?
110
5. Jika dilihat pada pelaksanaannya, maka strategi spesifik apakah yang
digunakan yang berbeda dengan situasi pada saat perencanaan?
6. Apakah terdapat evaluasi terhadap program yang dijalankan? Jika ya,
maka bagaimanakah proses evaluasi tersebut berjalan?
7. Setelah program dijalankan, maka adakah laporan dari hasil yang
didapatkan? Jika ada, maka seperti apakah mekanisme laporan tersebut?
8. Dalam perencanaan, maupun evaluasi dan pelaporan, apakah ada pihak
sasaran yang terlibat dalam menyusun strategi program?
9. Dengan siapakah pihak pembuat program mempertanggungjawabkan
programnya?
10. Bagaimanakah cara yang dilakukan Antam dalam menarik simpati sasaran
untuk bergabung dalam program yang diselenggarakan?
Bagian Ketiga :
Manfaat program pengembangan masyarakat dalam mewujudkan tanggung
jawab sosial perusahaan bagi perusahaan ; ditujukan untuk pihak Antam
yang terlibat dalam program pelaksanaan CSR.
1. Apakah tujuan utama perusahaan dalam melakukan CSR?
2. Manfaat seperti apakah yang ingin diperoleh perusahaan dengan
menjalankan CSR?
3. Dalam kenyataannya, manfaat apa saja yang telah didapatkan Antam
dengan menerapkan CSR?
4. Bagaimanakah perolehan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari segi
materi?
5. Dari segi sosial, apakah citra positif perusahaan dapat terbangun? Jika ya,
maka bagaimakah citra positif tersebut terbangun?
111
6. Dilihat dari segi karyawannya, apakah terdapat kepuasan bagi karyawan
maupun penyeleggara program terhadap kegiatan CSR?
7. Dari sisi masyarakat, apakah perusahaan merasakan bahwa masyarakat
memperleh manfaat yang cukup signifikan?
8. Dengan kegiatan CSR yang telah dijalankan, apakah perusahaan pernah
mendapatkan pengahargaan? Jika ya, bagaimanakah penghargaan tersebut
diperoleh?
Bagian Keempat :
Manfaat proram pengembangan masyarakat dalam mewujudkan tanggung
jawab sosial perusahaan bagi masyarkat ; ditujukan untuk masyarakat atau
komunitas lokal sebagai pihak yang terlibat dalam program pelaksanaan
CSR Antam.
1. Mengapa Anda mengikuti program CSR yang diselenggarakan oleh PT
Antam?
2. Apa yang ingin Anda peroleh dengan mengikuti program tersebut?
3. Dari segi materi, apakah Anda mendapatkan keuntungan?
4. Apakah Anda merasa dirugikan dengan adanya CSR? Jika ya, bagaimana
Anda mengatasi kerugian tersebut?
5. Bagaimanakah program CSR Antam memberikan pelayanan kepada
sasarannya selama program berjalan?
6. Dari segi kemitraaan, apakah terdapat beberapa kemudahan bagi Anda
untuk melakukan suatu usaha?
7. Adakah penghargaan yang diberikan Antam kepada sasaran programnya
dalam bentuk yang resmi? Jika ada seperti apakah mekanisme
pemberiannya?
112
8. Dari segi pengetahuan, bagaimanakah Antam memberi tambahan
informasi bagi Anda sebagai sasaran program?
9. Apakah ada perubahan opini Anda terhadap Antam dari sebelum terlibat
dalam program sampai akhirnya berpartisipasi dalam program?
10. Setelah program selesai berjalan, apakah Anda masih dapat merasakan
manfaatnya? Jika ya, maka apayang menjadi penyebab hal tersebut?
Bagian Kelima :
Panduan pertanyaan untuk deskripsi perusahaan ; ditujukan untuk pihak
manajemen Antam.
1. Apakah Antam itu?
2. Kapankah Antam berdiri dan diresmikan?
3. Baimanakah Antam lahir dan berdiri di tengah-tengah negara?
4. Hal apakah yang menjadi visi dan misi Antam?
5. Apakah yang menjadi tujuan utama Antam dari berbagai aktivitas
usahanya? Dan apakah terdapat tujuan-tujuan lain di samping tujuan utama
tersebut? Jika ya, maka hal apa sajakah yang menjadi tujuan-tujuan
pendukung tersebut?
6. Dalam menjalankan kelangsungan usahanya, apakah Antam memiliki
prosedur yang jelas mengenai struktur jabatan disertai dengan peran dan
tanggung jawabnya? Jika ya, bagaimanakah prosedur tersebut dapat
disepakati oleh seluruh pihak manajemen Antam?
7. Bagaimanakah Antam merumuskan rencana jangka pendek dan jangka
panjangnya?
8. Apakah terdapat strategi khusus dari Antam dalam menjalankan kegiatan
usahanya?
113
9. Siapakah pemegang jabatan tertinggi dalam Antam?
10. Dimanakah lokasi Antam?
11. Apakah terdapat unit lain dari Antam yang memiliki lokasi berbeda? Jika
ya, ada berapa unitkah kantor Antam tersebut?
12. Apakah Antam memiliki mitra kerja sama dalam menjalankan usahanya?
Jika ya, dengan siapa Antam memiliki hubungan kemitraan dan bagaimana
Antam menjalankan hubungan kemitraan tersebut?
114
Lampiran 5
Kasus-Kasus Mitra Binaan PT Antam Tbk
Kasus I
Mitra binaan “Batik Sangadji”
Batik Sangadji merupakan nama usaha dari salah satu mitra binaan PT
Antam Tbk. Batik Sangadji ini berada di Solo, Jawa Tengah. Usaha ini dimulai
sejak tahun 2004 dengan pemilik bernama ”FA”. Batik Sangadji merupakan anak
atau cabang dari usaha batik yan bernama ”Batik Sekartadji”. Produk yang
dihasilkan dari usaha ini adalah pakaian, sandal dan tas yang terbuat dari batik.
Produk ”Batik Sangadji” 70 persen dihasilkan oleh pemilik maupun pegawai
”Batik Sangadji”, sedangkan 30 persen dibuat oleh warga yang tinggal di sekitar
usaha ini yang memiliki kemampuan untuk membuat kerajinan batik.
Batik Sangadji menjadi mitra binaan PT Antam Tbk sejak awal tahun 2008
yang diawali dengan adanya informasi mengenai Program Kemitraan oleh staf PT
Antam Tbk. Setelah FA mengetahui Program Kemitraan yang diselenggarakan PT
Antam Tbk, maka ia mengajukan proposal sebagai salah satu persyaratan untuk
menjadi mitra binaan PT Antam Tbk. Tahap-tahap pelaksanaan dalam pemilihan
mitra binaan PT Antam Tbk dijalani oleh FA dan pada akhirnya Batik Sangadji
terpilih untuk menjadi mitra binaan PT Antam Tbk.
Mitra binaan ”Batik Sangadji” memiliki alasan untuk menjadi mitra binaan
PT Antam Tbk. Alasan tersebut yaitu karena pemilik usaha ini (FA) merasa
bahwa PT Antam Tbk memberikan pelayanan yang bagus kepada mitra
binaannya. Hal tersebut dapat dilihat dari pinjaman dana dan penyediaan stand
untuk acara pameran produk mitra binaan yang berlangsung di Jakarta
115
Convention Center (JCC), Jakarta. Stand yang disediakan untuk mitra binaan ini
diberikan tanpa pungutan biaya.
Manfaat yang diperoleh mitra binaan ini terdiri dari beberpa hal. Manfaat
yang pertama adalah dari segi permodalan, PT Antam Tbk memberikan pinjaman
dana untuk mengembangkan usaha mitra binaannya. Hal ini duingkapkan oleh FA
bahwa menjadi mitra binaan PT Antam Tbk sangat menguntungkan karena
pinjaman dana dapat dilunasi dengan dicicil. Pelunasan pinjaman dana memiliki
jatuh tempo sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara pihak PT Antam
Tbk dengan mitra binaan.
Manfaat yang kedua adalah dari segi promosi. Manfaat yang diterima dari
segi promosi yaitu usaha batik ini dapat dikenal tidak hanya di daerah sekitar
lokasi usaha batik ini berada (yaitu di Solo), tetapi juga dapat dikenal oleh
masyarakat yang berada di wilayah lain, seperti di Jakarta. Hal ini didasarkan oleh
penuturan dari FA sebagai berikut:
“Antam sangat membantu kami terutama dalam hal promosi, sehingga
usaha kami ini tidak hanya dikenal oleh masyarakat Solo yang tinggal di
dekat lokasi kami tapi juga dikenal oleh masyarakat di tempat-tempat
lain seperti di Jakarta ini”.
Manfaat yang ketiga adalah dari segi marketing. Mitra binaan ini dapat
menambah pelanggannya dengan mengikuti acara pameran yang berlangsung
selama satu minggu di Jakarta.
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan
mengikuti acara tersebut bahkan dapat meningkat. Hal tersebut dinyatakan oleh
FA bahwa penjualan dapat meningkat dengan mengikuti pameran ini, sehingga
keuntungan yang didapatkan juga meningkat. Fa menambahkan bahwa
keuntungan yang diperoleh usaha ini biasanya sebesar Rp 15.000.000,- per bulan,
116
akan tetapi dengan mengikuti acara pameran ini keuntungan yang dapat diperoleh
bisa mencapai Rp 70.000.000,- selama satu minggu.
Manfaat yang keempat adalah dari segi pengetahuan. FA mengatakan
bahwa ia dapat mengetahui pasar, artinya ia dapat mengetahui orang-orang yang
menyukai batik serta dapat melihat berbagai kalangan-kalangan konsumen. FA
juga dapat menentukan harga yang cocok untuk setiap kalangan-kalangan atau
para pembeli yang telah diketahuinya tersebut.
Kasus II
Mitra Binaan ”Batik Sukarwan”
Batik Sukarwan nama usaha batik yang dimiliki oleh Bapak Sukarwan.
Usaha ini dimulai dari tahun 1990 dan menjadi mitra binaan PT Antam Tbk sejak
tahun 2006. ”Batik Sukarwan” berada di dekat kantor pusat PT Antam Tbk, yakni
di wilayah Tanjung Barat, Jakarta. Usaha batik ini tidak memiliki toko, akan tetapi
menyatu dengan tempat tinggal pemiliknya. Produk yang dihasilkan oleh mitra
binaan ini adalah pakaian batik yang terdiri dari kemeja, baju koko (pakaian
muslim untuk pria), serta beberapa model baju batik untuk wanita.
Alasan pemilik batik ini mengikuti Program Kemitraan adalah karena
adanya ajakan dari teman yang mengetahui bahwa terdapat Program Kemitraan
yang diselenggarakan oleh PT Antam Tbk. Pemilik batik ini mengajukan proposal
untuk menjadi mitra binaan PT Antam Tbk sampai akhirnya diterima menjadi
mitra binaan PT Antam Tbk. Batik Sukarwan ini sebelumnya tidak pernah
menjadi mitra binaan baik di PT Antam Tbk ataupun di perusahaan lain. Setelah
menjadi mitra binaan PT Antam Tbk, Pak Sukarwan mendapatkan pinjaman dana
untuk jangka waktu selama dua sampai tiga tahun.
117
Program Kemitraan yang diselenggarakan oleh PT Antam Tbk ini
menghasilkan manfaat bagi usaha ini. Hal tersebut dibuktikan dengan penuturan
dari pemilik batik ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada saat
pelaksanaan acara pameran produk mitra binaan di Jakarta. Penuturan tersebut
yaitu sebgai berikut:
”Terus terang saya tidak merasa rugi sama sekali dengan ikut program
kemitraan Antam, malah malah untung sekali. Misalnya dalam acara ini,
saya disediakan stand untuk berjualan. Kemudian ada dana transportasi
yang diberikan Antam untuk mengangkut barang-barang saya dari rumah
sampai ke JCC ini”.
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa Program Kemitraan
memiliki manfaat bagi mitra binaan pada usaha ini. Manfaat tersebut dapat
terlihat pada acara pameran produk mitra binaan di Jakarta. PT Antam Tbk
memberikan kemudahan bagi mitra binaan untuk melakukan penjualan produkproduk mitra binaan tanpa adanya pungutan biaya. Manfaat lain yang diperoleh
mitra binaan ini pada acara pameran tersebut yaitu mitra binaan dapat mengetahui
pasar. Mitra binaan dapat mengetahui harga yang sesuai untuk dipasarkan dengan
melihat pengunjung yang datang. Mitra binaan PT Antam Tbk juga mendapatkan
tambahan pengetahuan dengan mengikuti pelatihan pembukuan keuangan yang
diperuntukan bagi mitra binaan PT Antam Tbk. Pelatihan tersebut dilaksanakan
pada akhir tahun 2007 selama satu hari di Jakarta.
Kasus III
Mitra Binaan ”Denia Ponti”
Denia Ponti adalah nama usaha dari salah satu mitra binaan PT Antam
Tbk. Usaha ini dimulai sekitar tahun 2007 dan menjadi mitra binaan PT Antam
Tbk sejak awal tahun 2008. Usaha ini menghasilkan produk untuk wanita seperti
118
tas dan sepatu. Usaha ini memiliki toko yang berada di salah satu pusat
perbelanjaan di Jakarta. Setelah mengajukan proposal kepada PT Antam Tbk dan
menjalankan tahap-tahap penyeleksian Program Kemitraan, maka usaha ini
terpilih menjadi mitra binaan PT Antam Tbk. Hasil wawancara didapatkan
melalui wawancara dengan salah satu pegawai dari usaha ini pada saat
berlangsungnya acara pameran produk mitra binaan di Jakarta. Salah satu pegawai
dari dua orang pegawai usaha ini mengatakan bahwa dengan mengikuti acara ini
mereka bisa mendapatkan untung dari hasil penjualan produk-produknya. Pegawai
tersebut mengatakan bahwa paling tidak usaha ini dapat membalikan modal
mereka.
119
Lampiran 6
Dokumentasi Penelitian
1. Usaha Batik milik Bapak Sukarwan
2. Usaha Sepatu dan Tas (Denia Ponti)
120
3. Usaha Batik Sangadji
Lampiran 7
Sebaran Lokasi Daerah Operasi PT Antam Tbk
121
122
Lampiran 8
Peta Jakarta Selatan (Daerah Kantor Pusat PT Antam Tbk)
Kantor Pusat PT Antam Tbk: Jl. Letjen TB Simatupang No.1 Tanjung
Barat, Jakarta.
Download