panduan teknis pelaksanaan amdal pada kegiatan panas bumi dan

advertisement
Update: 18 Desember 2014
DRAFT
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL
PADA KEGIATAN PANAS BUMI DAN
PERIZINANNYA
DESEMBER 2014
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
DAFTAR ISI
PENAPISAN KEGIATAN PANAS BUMI
1
PROSES PENYUSUNAN DAN PENILAIAN DOKUMEN LINGKUNGAN
SERTA PENERBITAN SKKL DAN IZIN LINGKUNGAN
2
TAHAPAN KEGIATAN PANAS BUMI
5
PERIZINAN DALAM TAHAPAN KEGIATAN PANAS BUMI
6
PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN YANG PERLU DILAKUKAN
OLEH PEMRAKARSA KEGIATAN PANAS BUMI
11
CONTOH OUTLINE DOKUMEN ESIA UNTUK KEGIATAN PANAS BUMI
14
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
Panduan Teknis ini disusun agar dapat memberikan arahan pada pihak-pihak yang terlibat dengan kegiatan Panas Bumi sehingga diperoleh
informasi yang lengkap mengenai proses pelaksanaan AMDAL serta perizinannnya dalam kegiatan Panas Bumi untuk memperlancar siklus
proyek. Panduan teknis ini dapat digunakan oleh:
1.
2.
3.
4.
Pemrakarsa bidang Panas Bumi
Investor yang tertarik untuk mengembangkan proyek Panas Bumi
Kementerian terkait seperti KLH, Kementerian Kehutanan, dan EBTKE ESDM
Pihak terkait lainnya
Kegiatan Panas Bumi seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi menyatakan bahwa
penyelenggaraan Panas Bumi dapat dilakukan dengan Pemanfaatan Langsung dan Tidak Langsung. Pemanfataan Langsung adalah kegiatan
pengusahaan Panas Bumi secara langsung tanpa melakukan proses pengubahan dari energi panas dan/atau fluida menjadi jenis energi lain
untuk keperluan nonlistrik. Kegiatan panas bumi untuk Pemanfaatan Langsung digunakan pada kegiatan wisata (perhotelan, pemandian air
panas, dan terapi kesehatan), agrobisnis (pengeringan teh, kopra, jagung, dan green house), industri (pengolahan kayu, kulit, dan rotan), dan
kegiatan lain yang menggunakan Panas Bumi untuk Pemanfataan Langsung.
Pemanfaatan Tidak Langsung adalah kegiatan pengusahaan pemanfataan panas bumi melalui proses pengubahan dari energi panas dan/atau
fluida menjadi energi listrik. Panduan Teknis ini akan menjelaskan mengenai pelaksanaan AMDAL dalam kegiatan pengusahaan Panas Bumi
untuk Pemanfaatan Tidak Langsung.
Secara umum, posisi AMDAL dan UKL-UPL dalam tahapan kegiatan panas bumi dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini. UKL-UPL dan Izin
lingkungan menjadi persyaratan dilaksanakannya kegiatan eksplorasi. Sedangkan untuk kegiatan eksploitasi, diperlukan AMDAL dan Izin
Lingkungan. Penjelasan lebih detil mengenai pelaksanaan AMDAL dalam tahapan kegiatan Panas Bumi serta perizinannya dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 1. Dokumen Lingkungan beserta Izin Lingkungan dalam Tahapan Kegiatan Panas Bumi
PENAPISAN KEGIATAN PANAS BUMI
2.
1.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012
terkait penapisan kegiatan yang wajib AMDAL pada Lampiran I item
6 disebutkan seperti pada tabel berikut ini:
Penapisan Berdasarkan Lokasi Kegiatan
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi
Pasal 5, kegiatan Pemanfaatan Panas Bumi secara Tidak
Langsung dapat dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia,
termasuk Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Hutan Lindung,
Kawasan Hutan Konservasi, dan Wilayah Laut.
Berdasarkan Skala/Besaran Kegiatan
Jenis Kegiatan
Panas Bumi Tahap
Eksploitasi
a. Luas perizinan (WKP
Panas Bumi)
b. Luas daerah terbuka
untuk usaha Panas
Bumi
c. (diklarifikasi), atau
d. Pengembangan uap
Panas Bumi dan/atau
pembangunan PLTP
(pengembangan
Panas Bumi)
Pasal 24 menyatakan bahwa kegiatan pengusahaan Panas Bumi
untuk Pemanfaatan Tidak Langsung berada di Kawasan Hutan
harus mendapatkan izin pinjam pakai untuk menggunakan
Kawasan Hutan Produksi atau Kawasan Hutan Lindung atau izin
untuk memanfaatkan Kawasan Hutan Konservasi. Izin
memanfaatkan Kawasan Hutan Konservasi dilakukan melalui Izin
Pemanfaatan Jasa Lingkungan. Namun, belum ada peraturan
yang mengatur Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Kawasan
Hutan Konservasi sehingga pada Panduan Teknis ini IPPKH yang
dimaksud adalah IPPKH untuk Kawasan Hutan Lindung dan
Hutan Produksi.
Selanjutnya pasal 25 menyatakan bahwa untuk kegiatan
pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung
yang berada pada wilayah konservasi di perairan harus
mendapatkan izin dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kelautan.
1
Skala
≥ 200 ha
≥ 50 ha
≥ 55 MW
Alasan Ilmiah Khusus
Berpotensi menimbulkan
dampak pada:
a. bentang alam, ekologi
(flora, fauna, dan biota
air), geologi, dan
hidrologi.
b. Kegiatan juga akan
berpotensi
menimbulkan dampak
penting
terhadap
kualitas
udara,
kebisingan, lalu lintas,
dan prasarana jalan,
limbah padat dan B3,
kualitas air, thermal
effluent, serta dampak
sosial ekonomi pada
masyarakat sekitar.
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
d. Penilaian dokumen ANDAL dan RKL-RPL oleh KPA.
e. KPA menyampaikan rekomendasi hasil penilaian ANDAL dan
RKL-RPL kepada Menteri/ Gubernur/ Bupati/ Walikota.
PROSES PENYUSUNAN DAN PENILAIAN DOKUMEN
LINGKUNGAN SERTA PENERBITAN SKKL DAN IZIN
LINGKUNGAN
- Permohonan Izin Lingkungan
Dokumen lingkungan sendiri dapat berupa dokumen AMDAL atau
UKL-UPL dimana proses penyusunan dan penilaian dokumen
lingkungan serta penerbitan SKKL dan Izin Lingkungan yang
didasarkan pada PP No. 27 Tahun 2012 dijelaskan seperti berikut
ini:
1.
Setelah menerima permohonan Izin Lingkungan, Menteri/
Gubernur/ Bupati/ Walikota wajib mengumumkan
permohonan Izin Lingkungan paling lama 5 (lima) hari kerja
terhitung sejak dokumen ANDAL dan RKL-RPL yang diajukan
dinyatakan lengkap secara administrasi. Masyarakat dapat
memberikan SPT dalam jangka waktu 10 hari.
Proses penyusunan dan penilaian dokumen AMDAL serta
penerbitan SKKL dan Izin Lingkungan
- Penerbitan Izin Lingkungan
- Penyusunan Kerangka Acuan (KA)
Izin Lingkungan diterbitkan oleh Menteri/ Gubernur/ Bupati
setelah dilakukan pengumuman Permohonan izin Lingkungan
yang dilakukan bersaman dengan diterbitkannya Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup.
Sebelum
menyusun
KA,
Pemrakarsa
harus
mengikutsertakan masyarakat terkena dampak, pemerhati
lingkungan hidup serta masyarakat yang terpengaruh atas
segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL melalui
pengumumam rencana Usaha dan atau Kegiatan serta
konsultasi Publik.
Izin Lingkungan yang telah diterbitkan wajib diumumkan
melalui media massa dan/atau multimedia, dilakukan dalam
jangka waktu 5 (lima) hari sejak diterbitkan.
Masyarakat berhak mengajukan Saran, Pendapat, dan
Tanggapan (SPT) terhadap rencana Usaha dan/atau
Kegiatan dalam jangka waktu 10 hari kerja sejak
pengumuman. SPT disampaikan secara tertulis kepada
Pemrakarsa dan Menteri, gubernur, atau Bupati/ Walikota.
Bagan alir proses penyusunan dan penilaian AMDAL serta
penerbitan SKKL dan Izin Lingkungan dapat dilihat pada Gambar 2.
2.
Setelah KA disusun, Pemrakarsa dapat melakukan
pengajuan penilaian KA kepada Menteri/ Gubernur/ Bupati
melalui sekretariat KPA.
Proses Penyusunan dan Pemeriksaan UKL-UPL serta
Penerbitan SKKL dan Izin Lingkungan
- Penyusunan UKL-UPL
- Penilaian KA
Penyusunan UKL-UPL dilakukan pada tahap perencanaan
suatu kegiatan oleh Pemrakarsa melalui pengisian formulir
UKL-UPL dengan format yang ditentukan oleh Menteri.
a. Sekretariat KPA menilai kelengkapan administrasi
dokumen KA. Jangka waktu penilaian KA dilakukan
paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak KA
diterima dan dinyatakan lengkap secara administrasi.
b. Dokumen KA yang dinyatakan lengkap secara
administrasi akan dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL
(KPA) dimana KPA akan menugaskan Tim Teknis untuk
melakukan penilaian KA.
c. Tim Teknis menyampaikan hasil penilaian KA kepada
KPA.
- Permohonan Izin Lingkungan dan Pemeriksaan UKL-UPL
Formulir UKL-UPL yang telah diisi disampaikan kepada
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota.
- Pemeriksaan Administrasi
Pemeriksaan dilakukan oleh Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota.
- Pengumuman Permohonan Izin Lingkungan
- Penyusunan ANDAL, RKL-RPL
Pengumuman dilakukan oleh Menteri/ Gubernur/ Bupati/
Walikota paling lama 2 (dua) hari kerja sejak formulir UKLUPL dinyatakan lengkap secara administrasi dimana
masyarakat dapat menyampaikan SPT paling lama 3 (tiga)
hari kerja sejak diumumkan.
Setelah ANDAL dan RKL-RPL selesai disusun,
Pemrakarsa dapat mengajukan Permohonan Izin
Lingkungan dan Penilaian ANDAL dan RKL-RPL kepada
Menteri/ Gubernur/ Bupati melalui sekretariat KPA.
- Penilaian ANDAL dan RKL-RPL
- Pemeriksaan UKL/UPL
a. Sekretariat KPA menilai kelengkapan administrasi
dokumen Andal dan RKL-RPL. Jangka waktu penilaian
dokumen ANDAL dan RKL-RPL dilakukan paling lama
75 (tujuh puluh lima) hari kerja terhitung sejak ANDAL
dan RKL-RPL diterima dan dinyatakan lengkap secara
administrasi.
b. Setelah menerima permohonan Izin Lingkungan,
Menteri/
Gubernur/
Bupati/
Walikota
wajib
mengumumkan permohonan Izin Lingkungan.
c. Dokumen ANDAL dan RKL-RPL yang dinyatakan
lengkap secara administrasi akan dinilai oleh Komisi
Penilai AMDAL (KPA) dimana KPA akan menugaskan
Tim Teknis untuk melakukan penilaian dokumen ANDAL
dan RKL-RPL.
Pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu 14 (empat belas)
hari sejak formulir UKL-UPL dinyatakan lengkap secara
administrasi.
Pemeriksaan dan penerbitan rekomendasi UKL-UPL dapat
dilakukan oleh: Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri, Kepala
Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau Kepala Instansi
Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
- Penerbitan Rekomendasi UKL UPL dan Izin Lingkungan
Rekomendasi UKL-UPL diterbitkan oleh Menteri/ Gubernur/
Bupati/Walikota.
2
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
Sumber: http://www.dadu-online.com/infrastruktur/mekanisme/
Gambar 2. Proses Penyusunan dan Penilaian AMDAL serta Penerbitan SKKL dan Izin Lingkungan
3
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
Sumber: http://www.dadu-online.com/infrastruktur/mekanisme/
Gambar 3. Proses Penyusunan dan Pemeriksaan UKL-UPL serta Penerbitan SKKL dan Izin Lingkungan
4
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
-
TAHAPAN KEGIATAN PANAS BUMI
Dalam Undang-Undang baru tentang Panas Bumi, kegiatan
pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung
dibagi menjadi eksplorasi, eksploitasi, dan pemanfaatan. Kegiatan
eksplorasi sendiri meliputi kegiatan eksplorasi dan studi
kelayakan. Sebelum pelaksanaan kegiatan eksplorasi,
pemerintah harus melaksanakan survei pendahuluan sebagai
dasar untuk menentukan Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) lalu
melaksanakan pelelangan untuk menetukan pemenang WKP.
Detil output masing-masing tahap pada kegiatan Panas Bumi
sebagai berikut:
1.
-
Survey Pendahuluan
Survei pendahuluan dilaksanakan oleh pemerintah dan pada
prakteknya akan memerlukan waktu setidaknya 1 tahun
untuk menyelesaikan survei pendahuluan. Detil kegiatan dan
data yang diperoleh pada tahap ini yaitu:
-
-
-
-
-
2.
3.
iii. Studi Kelayakan
-
Survei Geologi: Laporan hasil penyelidikan geologi
termasuk peta dan penampang geologi dengan skala
1:25.000, perkiraan altered ground, surface
manifestation, volcanic center.
Survei Geofisika (Tahanan Jenis): Laporan hasil
penyelidikan geofisika termasuk peta geofisika skala
1:10.000 dan dan penampang geofisika; menyajikan peta
dan penampang penyebaran lapisan tahanan jenis
rendah dan batas luasan reservoir.
Survei Geokimia: Laporan hasil penyelidikan geokimia
(air, gas, atau isotop) termasuk diagram-diagram
geokimianya dari data manifestasi permukaan,
penentuan suhu reservoir dari data geotermometer yang
diperoleh dari manifestasi permukaan, menentukan
sistem panas bumi (dominasi air atau uap), menentukan
kualitas fluida reservoir (fisika, kimia).
Pengeboran Sumur Landaian Suhu (Opsional):
Laporan hasil survei landaian suhu termasuk log komposit
sumur.
Analisis Data Geosain terpadu: Model pendahuluan
konseptual Panas Bumi, estimasi sumberdaya/
cadangan mungkin (probable).
-
-
-
Penentuan Wilayah Kerja, proses pelelangan, dan
penetapan pemenang Wilayah Kerja, pada tahap ini
setelah penetapan pemenang, pemerintah akan menerbitkan
Izin Panas Bumi. Tahap ini memerlukan waktu 6 bulan.
4.
Persiapan Eksplorasi
-
ii. Eksplorasi
- Survei Geologi Detil: Laporan hasil penyelidikan
geologi rinci termasuk peta dan penampang geologi
dengan skala min 1:25.000, mempertegas perkiraan
altered ground, surface manifestation, volcanic center
- Survei Geofisika Detil (Tahanan Jenis): Laporan
hasil penyelidikan geofisika rinci termasuk peta
geofisika skala 1:10.000 dan penampang geofisika,
data lebih akurat tentang penyebaran lapisan tahanan
jenis rendah dan batas luasan reservoir
5.
Rencana pengembangan lapangan Panas Bumi untuk
pembangkit tenaga listrik meliputi: Penentuan cadangan
terbukti yang ekonomis, penerapan teknologi yang tepat
untuk ekploitasi dan penangkapan uap dari sumur produksi,
lokasi sumur produksi dan injeksi, rancangan sumur
produksi dan injeksi, rancangan pemipaan sumur produksi
dan injeksi, sistem pembangkit tenaga listrik
Perhitungan keekonomian harga uap atau listrik
Rencana jangka pendek (tahunan) dan jangka panjang
eksploitasi
Rencana pemberdayaan dan pengembangan masyarakat
Rencana keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan
lingkungan dan teknis pengoperasian lapangan Panas
Bumi
Upaya konservasi dan kesinambungan sumber daya Panas
Bumi
Rencana pemanfaatan barang dan jasa, teknologi serta
kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri,
daftar barang induk
Rencana perubahan Wilayah Kerja
AMDAL dan izin lingkungan
Izin usaha penyediaan ketenagalistrikan untuk kepentingan
umum
Rencana reklamasi dan paska operasi
Eksploitasi
-
Eksplorasi
i.
Survei Geokimia Detil: Laporan hasil penyelidikan geokimia
(air, gas, atau isotop) termasuk diagram-diagram
geokimianya dari kombinasi data sumur dan manifestasi
permukaan, penentuan suhu reservoir dari data
geotermometer yang diperoleh dari kombinasi data sumur
dan manifestasi permukaan, memastikan sistem panasbumi
yang sudah ditentukan di survei pendahuluan (dominasi air
atau uap), memastikan kualitas fluida reservoir (fisika, kimia)
Persiapan Konstruksi Sipil: pembuatan jalan dan tapak
sumur
Pengeboran Eksplorasi: Log komposit sumur dan potensi
cadangan terbukti (proven)
Analisis Data Geosain Terpadu: Model sistem panas bumi,
perhitungan sumberdaya/cadangan terbukti (proven)
Pengeboran sumur pengembangan & sumur injeksi
Pengujian sumur
Pembangunan fasilitas lapangan dan operasi sumber daya
panasbumi
Pembangunan sumur produksi dan injeksi
Pembangunan infrastruktur untuk mendukung eksploitasi
Panas Bumi dan penangkapan uap Panas Bumi
Pemanfaatan
Pemanfaatan tidak langsung, untuk tenaga listrik setelah
mendapat izin usaha ketenagalistrikan
5
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
6. Pengembalian WKP
- Menteri memberikan Izin Panas Bumi kepada Badan
Usaha berdasarkan hasil penawaran Wilayah Kerja. Izin
Panas Bumi memiliki jangka waktu 37 tahun dengan
perpanjangan waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun
setiap kali perpanjangan (Pasal 29).
- Izin Panas Bumi diberikan untuk melakukan eksplorasi,
eksploitasi, dan pemanfaatan (Pasal 30).
- Proses ini akan memerlukan waktu kurang lebih 6 bulan
- Wilayah kerja Eksplorasi harus dikembalikan secara
bertahap, dan tetap mempertahankan wilayah kerja untuk
Eksploitasi seluas 10,000 ha, paling lama 2 (dua) tahun
setelah Studi Kelayakan selesai
- Pemegang Izin Panas Bumi wajib melakukan kegiatan
reklamasi dan pelestarian fungsi lingkungan sebelum
mengembalikan Wilayah Kerja dan menyampaikan
dokumen rencana paska tambang paling lambat 2 (dua)
tahun sebelum kegiatan Usaha Panas Bumi berakhir
- Bukti pelaksanaan reklamasi dan pelestarian fungsi
lingkungan merupakan salah satu syarat dokumen yang
harus dilampirkan dalam permohonan tertulis
pengembalian Wilayah Kerja
3.
- Tahap eksplorasi memiliki jangka waktu paling lama 5
(lima) tahun dan dapat diperpanjang dua kali masingmasing 1 tahun termasuk untuk kegiatan studi kelayakan
(Pasal 31).
- Izin Lingkungan, sebelum melakukan pengeboran sumur
eksplorasi, pemegang Izin Panas Bumi wajib memiliki Izin
Lingkungan (Pasal 31).
Dalam hal pelaksanaan eksplorasi, pemegang Izin Panas
Bumi wajib menyusun UKL-UPL dan memperoleh SKKL
serta Izin Lingkungannya (lihat Gambar 3). Waktu
penyusunan UKL-UPL biasanya memerlukan waktu
sekitar 6-7 bulan.
- Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH), dalam hal
kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Tidak Langsung berada di Kawasan Hutan, pemegang Izin
Panas Bumi wajib mendapatkan IPPKH untuk penggunaan
Kawasan Hutan Produksi atau Hutan Lindung atau izin
untuk memanfaatkan Kawasan Hutan Konservasi melalui
Izin Pemanfaatan Jasa Lingkungan (Pasal 24).
Izin Lingkungan digunakan sebagai syarat untuk
pengurusan IPPKH. Bagan alir prosedur IPPKH di
Kawasan Hutan Lindung atau Produksi untuk survei dan
kegiatan eksplorasi dapat dilihat pada Gambar 5.
- Izin Pengelolaan Perlindungan Lingkungan Hidup (PPLH),
pada saat pelaksanaan kegiatan eksplorasi diperlukan izin
penyimpanan sementara limbah B3.
Bagan alir tahapan kegiatan Panas Bumi dapat dilihat di
Gambar 4.
PERIZINAN DALAM TAHAPAN KEGIATAN PANAS BUMI
1.
Tahap Eksplorasi, berdasarkan Undang-Undang Baru
tentang Panas Bumi sebagai berikut:
Tahap Survei Pendahuluan, berdasarkan Permen ESDM
No. 2 Tahun 2009 sebagai berikut:
- Untuk melaksanakan survei pendahuluan, Badan Usaha
(BUMN, BUMD, Koperasi atau Swasta) yang ditunjuk
Menteri harus mengajukan permohonan tertulis untuk
mendapatkan Peta Wilayah Penugasan Survei
Pendahuluan (Pasal 6).
- Pengajuan permohonan Penugasan Survei Pendahuluan
kepada Menteri c.q Direktur Jenderal dengan tembusan
Badan Geologi, Gubernur, dan Bupati/Walikota (Pasal 6).
- Dalam pengajuan permohonan, Badan Usaha wajib
melampirkan Peta Wilayah Penugasan Survei
Pendahuluan, persyaratan administrative dan teknis, serta
keuangan (Pasal 6).
- Direktur Jenderal wajib melakukan penilaian terhadap
permohonan penugasan survei pendahuluan dalam jangka
waktu 15 hari sejak Badan Usaha mengajukan
permohonan penugasan survei pendahuluan (Pasal 10).
- Penetapan penugasan survei pendahuluan diberikan oleh
Menteri berdasarkan usulan dari Direktur Jenderal (Pasal
10).
- Kegiatan penugasan survei pendahuluan dilaksanakan
dalam jangka waktu palin lama 1 (satu) tahun (Pasal 12).
- Hasil kegiatan Penugasan Survei Pendahuluan digunakan
sebagai pertimbangan dalam perencanaan penetapan
Wilayah Kerja (Pasal 15).
Kegiatan studi kelayakan dilaksanakan setelah pengeboran
eksplorasi. Hasil studi kelayakan menjadi masukan untuk
penyusunan dokumen AMDAL.
4.
Tahap Eksploitasi dan Pemanfaatan, berdasarkan
Undang-Undang Baru tentang Panas Bumi sebagai berikut:
- Pemegang Izin Panas Bumi harus memiliki Izin
Lingkungan dalam hal ini pemegang harus menyusun
dokumen AMDAL dan memperoleh SKKL serta Izin
Lingkungannya (Pasal 32). Gambar 2 menunjukkan proses
penyusunan dokumen AMDAL dan penerbitan SKKL serta
Izin Lingkungannya.
Penyusunan dokumen AMDAL serta pemrosesan SKKL
dan Izin Lingkungan dapat dimulai pada tahap eksplorasi
sehingga Izin Lingkungan dapat diperoleh bersamaan
dengan selesainya tahap studi kelayakan.
Sebelum dilaksanakan survei pendahuluan, pelaksana harus
mendapatkan rekomendasi dari Gubernur/ Bupati/ Walikota
untuk penggunaan kawasan hutan
2. Penetapan Wilayah Kerja, Proses Pelelangan dan
Penetapan Pemenang Wilayah Kerja berdasarkan UndangUndang Baru tentang Panas Bumi sebagai berikut:
- Wilayah Kerja ditetapkan pada tanah Negara, hak atas
tanah, tanah ulayat, kawasan perairan, dan/atau kawasan
hutan (Pasal 16).
- Wilayah Kerja ditetapkan oleh Menteri berdasarkan hasil
survei pendahuluan atau survei pendahuluan dan
eksplorasi (Pasal 17).
- Menteri melakukan penawaran Wilayah Kerja secara
lelang (Pasal 18).
6
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
-
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH), pada
kegiatan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak
Langsung yang dilaksanakan di Kawasan Hutan,
Pemegang Izin Panas Bumi wajib mendapatkan IPPKH
(Pasal 24).
IPPKH ini diproses setelah Izin Lingkungan diperoleh.
Bagan alir prosedur IPPKH di Kawasan Hutan Lindung
atau Hutan Produksi untuk kegiatan eksploitasi dapat
dilihat pada Gambar 6.
Berdasarkan Permenhut No. 16 tahun 2014, Sebelum
pengurusan IPPKH, pemohon wajib mendapatkan izin
prinsip penggunaan kawasan hutan. Setelah
mendapatkan izin prinsip ini, pemohon harus melakukan
pemenuhan kewajiban sebelum mengajukan IPPKH.
Pada saat proses menunggu IPPKH, pemegang izin
prinsip pada kegiatan panas bumi dapat mengajukan
izin dispensasi dengan syarat seluruh pemenuhan
kewajiban pemegang izin prinsip telah dipenuhi kecuali
lahan kompensasi. Apabila izin dispensasi telah
diperoleh, pemohon dapat memulai kegiatan di kawasan
hutan sambal menunggu proses IPPKH.
-
-
Pengadaan Tanah, tahapan pengadaan tanah untuk
kepentingan umum yaitu perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, dan penyerahan hasil. Tahap
perencanaan pengadaan tanah dapat dilaksanakan
setelah Izin Lingkungan diperoleh.
Izin Pengelolaan Perlindungan Lingkungan Hidup
(PPLH), pada saat dilaksanakannya kegiatan eksploitasi
diperlukan Izin PPLH sebagai berikut :
(i) Izin dumping untuk limbah pengeboran
(ii) Izin pengelolaan limbah B3
(iii) Izin penampungan sementara limbah B3
(iv) Izin lain yang dipersyaratkan dalam peraturan
Integrasi AMDAL dalam Tahapan Kegiatan Panas Bumi
dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 4.
Tabel 1. Tahapan Kegiatan Panas Bumi serta Perijinannya
Izin Lingkungan
No.
Siklus Proyek Panas Bumi
1
Survei Pendahuluan (1 tahun)
2
Penentuan Wilayah Kerja,
Proses Pelelangan, dan
Penetapan Wilayah Kerja (6
bulan)
Kegiatan
Durasi Pengurusan
Izin Lingkungan
Penyusunan UKL UPL
Eksplorasi (Maksimum 5 tahun)
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)
Persiapan Eksplorasi
Pemeriksaan UKL-UPL
dan Penerbitan Izin
Lingkungan
14 hari kerja
-
Kegiatan Eksplorasi
Penyusunan Dokumen
AMDAL
6-7 bulan
-
Studi Kelayakan
4
Eksploitasi dan Pemanfaatan
(Maksimum 30 tahun dan
Maksimum 20 tahun setiap
perpanjangan)
5
Pengembalian Wilayah Kerja
Durasi Pengurusan
IPPKH
IPPKH untuk
eksplorasi
95 hari kerja
6-7 bulan
3.
Izin
Pemeriksaan Dokumen
AMDAL dan Penerbitan
Izin Lingkungan
120 hari kerja
Persetujuan
prinsip untuk
eksploitasi
IPPKH untuk
eksploitasi
Pelaksanaan RKL RPL
7
75 hari kerja
90 hari kerja setelah
Persetujuan Prinsip (jika
persyaratan telah
dilengkapi termasuk
dokumen AMDAL dan
Pemegang Izin Panas
Bumi telah memenuhi
kewajiban)
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
SURVEY PENDAHULIAN
TAHAPAN KEGIATAN PANAS
BUMI
PENANGGUNG
JAWAB
Data Geosain dan Sistem
Panasbumi:
Survei Geologi
- Laporan hasil penyelidikan geologi
termasuk peta dan penampang
geologi dengan skala 1:25.000
- Perkiraan altered ground, surface
manifestation, volcanic center
Survei Geofisika (Tahanan Jenis)
- Laporan hasil penyelidikan
geofisika termasuk peta geofisika
skala 1:10.000 dan penampang
geofisika
- Menyajikan peta dan penampang
penyebaran lapisan tahanan jenis
rendah dan batas luasan reservoir
Survei Geokimia
- Laporan hasil penyelidikan
geokimia (air, gas, atau isotop)
termasuk diagram-diagram
geokimianya dari data manifestasi
permukaan
- Penentuan suhu reservoir dari
data geotermometer yang diperoleh
dari manifestasi permukaan
- Menentukan sistem panasbumi
(dominasi air atau uap)
- Menentukan kualitas fluida
reservoir (fisika , kimia)
Pengeboran sumur landaian suhu
(Opsional)
- Laporan hasil survei landaian suhu
termasuk log komposit sumur
Analisis Data Geosain terpadu
- Model pendahuluan konseptual
panasbumi
- Estimasi sumberdaya/cadangan
mungkin (probable)
DATA DAN HASIL
KEGIATAN PANAS BUMI
1 tahun
IZIN
LINGKUNGAN
UKL/UPL
AMDAL
EKSPLORASI
PERSIAPAN EKSPLORASI
14 HARI KERJA
120 HARI KERJA
Pengkajian dan pengolahan datadata wilayah kerja
Proses Penetapan WKP
SK Penetapan WKP
Penetapan panitia pelelangan WKP
Pelelangan WKP
Penetapan pemenang WKP
Pembayaran kompensasi data
Pembayaran PNBP
PENERBITAN IZIN
PANAS BUMI
Ketentuan Luasan
-Maximum 200.000 ha (PP No. 59/2007 Psl 36 dan
Permen ESDM No:11/2009, Psl 17)
6 bulan
JANGKA WAKTU
PROSES PERIJINAN
MENURUT REGULASI
IPPKH untuk
explorasi
95 HARI
KERJA
Persetujuan Prinsip
Penggunaan
Kawasan Hutan
(IPPKH)
75 HARI
KERJA
IPPKH untuk
exploitasi
90 hari kerja setelah Persetuuan
Prinsip (jika persyaratan lengkap
termasuk Dokumen Amdal &
Pemegang IUP telah memenuhi
kewajiban)
BADAN USAHA
MILIK NEGARA
Studi Kelayakan:
a. Rencana pengembangan lapangan
panasbumi untuk pembangkitan
tenaga listrik meliputi:
- Penentuan cadangan terbukti yang
ekonomis
- Penerapan teknologi yang tepat u/
ekploitasi dan penangkapan uap dari
sumur produksi
- Lokasi sumur produksi dan injeksi
- Rancangan sumur produksi dan
injeksi
- Rancangan pemipaan sumur
produksi dan injeksi
- Sistem pembangkit tenaga listrik
b. Perhitungan keekonomian harga
uap atau listrik
c. Rencana jangka pendek (tahunan)
dan jangka panjang eksploitasi
d. Rencana pemberdayaan dan
pengembangan masyarakat
e. Rencana keselamatan dan
kesehatan kerja, perlindungan
lingkungan dan teknis pengoperasian
lapangan panasbumi
f. Upaya konservasi dan
kesinambungan sumber daya
panasbumi
g. Rencana pemanfaatan barang dan
jasa, teknologi serta kemampuan
rekayasa dan rancang bangun dalam
negeri, daftar barang induk
h. Rencana perubahan Wilayah Kerja
i. AMDAL dan izin lingkungan
j. Izin usaha penyediaan
ketenagalistrikan untuk kepentingan
umum
k. Rencana reklamasi dan paska
operasi
1. Pengeboran sumur pengembangan & sumur
injeksi
2. Pengujian sumur
3. Pembangunan fasilitas lapangan dan operasi
sumber daya panasbumi
4. Pembangunan sumur produksi dan injeksi;
5. Pembangunan infrastruktur untuk mendukung
eksploitasi panasbumi dan penangkapan uap
panasbumi.
Pemanfaatan tidak
langsung : utk
tenaga listrik
setelah mendpt izin
usaha
ketenagalistrikan
1. Wilayah kerja
Eksplorasi harus
dikembalikan secara
bertahap, dan tetap
mempertahankan wilayah
kerja utk Eksploitasi
seluas 10,000 ha, paling
lama 2 (dua) tahun
setelah Studi Kelayakan
selesai.;
2. Pemegang IUP wajib
melakukan kegiatan
reklamasi dan pelestarian
fungsi lingkungan
sebelum mengembalikan
WKP dan menyapaikan
dokumen rencana
pascatambang paling
lambat 2 (dua) tahun
sebelum kegiatan Usaha
Panas Bumi berakhir
- Pembongkaran instalasi
dan rencana reklamasi;
- Penanganan lingkungan
hidup meliputi rencana
reklamasi lahan paska
operasi sesuai RDTR
pada saat AMDAL
disetujui;
Penanganan program
sosial masyarakat pada
masa transisi dan
program pembangunan
berkelanjutan.
3. Bukti pelaksanaan
reklamasi dan pelestarian
fungsi lingkungan
merupakan salah satu
syarat dokumen yg harus
dilampirkan dalam
permohonan tertulis
pengembalian WKP.
Sumber : PP No:
59/2007, Psl 17
Sumber : PP No: 59/2007, Psl 52
- Maximum 10.000 ha (PP No. 57/2007 Psl 37 dan
Permen ESDM No: 11/2009, Psl 18) :
maks. 30 tahun dan maks. 20 tahun @ perpanjangan
maks. 5 tahun dan dapat diperpanjang sebanyak 2 kali @ 1 tahun
(termasuk studi kelayakan & izin lingkungan)
Kementerian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan,
BLHD/BPLHD,
Kepala Daerah
(Gubernur, Bupati,
Walikota)
6-7 bulan
Persyaratan, permohonan ijin
lingkungan
PENYUSUNAN UKL
UPL
PEMERIKSAAN
DOKUMEN UKL
UPL DAN
PENERBITAN IZIN
LINGKUNGAN
PELAKSANAAN UKL - UPL
6-7 bulan
PENYUSUNAN AMDAL
PEMERIKSAAN DOKUMEN
AMDAL DAN PENERBITAN IZIN
LINGKUNGAN
PELAKSANAAN RKL RPL
IZIN PPLH UNTUK KEGIATAN EKSPLOITASI:
Kementerian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
a. Izin dumping limbah pemboran
b. Izin pengelolaan limbah B3
c. Izin tempat penyimpanan sementara limbah B3
d. Perizinan lain yang disyaratkan oleh peraturan
IZIN PPLH UNTUK EKSPLORASI:
Co. Izin penyimpanan sementara
limbah B3*) dan pemanfaatan limbah
B3
1. Penugasan Survei Pendahuluan
dari Ditjen EBTKE
2. Rekomendasi
Menteri/Gubernur/Bupati/
Walikota atas penggunaan kawasan
hutan
Kementerian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
Kepala Daerah
(Gubernur, Bupati,
Walikota), Badan
Pertanahan
Nasional Wilayah
Surat
Permohonan
Izin Pinjam
Pakai
Kawasan
Hutan jika
lokasi
melalui
kawasan
hutan
(IPPKH)
IPPKH untuk
Kegiatan Survei &
Eksplorasi (berlaku
2 tahun dan dpt
diperpanjang)
IPPKH ini untuk
kegiatan Panas
Bumi yang berlokasi
di Hutan Produksi
dan Hutan Lindung
Lihat Gambar 5
Dokumen
Perencanaan
Pengadaan
Tanah
Persiapan
Pengadaan Tanah
SEKTOR SWASTA
PENGEMBALIAN
WKP
STUDI KELAYAKAN
Data Geosain
Survei Geologi Detil
- Laporan hasil penyelidikan geologi rinci termasuk
peta dan penampang geologi dengan skala min
1:25.000
- Mempertegas perkiraan altered ground, surface
manifestation, volcanic center
Survei Geofisika Detil (Tahanan Jenis)
- Laporan hasil penyelidikan geofisika rinci termasuk
peta geofisika skala 1:10.000 dan penampang
geofisika
- Data lebih akurat tentang penyebaran lapisan
tahanan jenis rendah dan batas luasan reservoir
Survei Geokimia Detil
- Laporan hasil penyelidikan geokimia (air, gas, atau
isotop) termasuk diagram-diagram geokimianya dari
kombinasi data sumur dan manifestasi permukaan
- Penentuan suhu reservoir dari data geotermometer
yang diperoleh dari kombinasi data sumur dan
manifestasi permukaan
- Memastikan sistem panasbumi yang sudah
ditentukan di survei pendahuluan (dominasi air atau
uap)
-Memastikan kualitas fluida reservoir (fisika , kimia)
Persiapan Konstruksi Sipil
- Pembuatan jalan dan tapak sumur
Pengeboran Eksplorasi
- Log komposit sumur dan potensi cadangan terbukti
(proven)
Analisis Data Geosain Terpadu
- Model sistem panas bumi
- Perhitungan sumberdaya/cadangan terbukti (proven)
Penyiapan data untuk penetapan
wilayah Kerja Panasbumi (WKP)
PEMANFAATAN
Sumber : PP No. 57/2007
Psl 40 , 41, dan 61.
IJIN PEMERINTAH PUSAT DAN
DAERAH
IJIN
KEHUTANAN
EKSPLOITASI
EKSPLORASI
SOP Penetapan Wilayah Kerja
Pertambangan Panas Bumi dan
Penerbitan Izin Panas Bumi
JANGKA WAKTU PROSES
PERIJINAN MENURUT
REGULASI
IJIN PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGADAAN
LAHAN
PENETAPAN WILAYAH
KERJA; PROSES
PELELANGAN DAN
PENETAPAN PEMENANG
WILAYAH KERJA
Kepala Daerah
(Gubernur, Bupati,
Walikota), Badan
Pertanahan
Nasional Wilayah
Penyerahan
Hasil
Pengadaan
Tanah
Pelaksanaan
Pengadaan
Tanah
Persetujuan
Prinsip
Penggunaan
Kawasan
Hutan (IPPKH)
(berlaku 2
tahun dan
dapat
diperpanjang)
Pengadaan
Lahan untuk
Infrastruktur
Izin
Dispensasi
Dokumen
Perencanaan
Pengadaan
Tanah
Persiapan
Pengadaan Tanah
IPPKH untuk
kegiatan
Eksploitasi
(berlaku 5 tahun
dan dapat
diperpanjang)
IPPKH ini untuk
kegiatan Panas
Bumi yang
berlokasi di
Hutan Produksi
dan Hutan
Lindung
Lihat Gambar 6
Penyerahan
Hasil
Pengadaan
Tanah
Pelaksanaan
Pengadaan
Tanah
Keterangan :
Dilaksanakan oleh pemerintah
Dilaksanakan oleh Badan Usaha
Kompensasi
Lahan
Gambar 4. Integrasi AMDAL dalam Tahapan Kegiatan Panas Bumi serta Perizinannya
8
Kompensasi
Lahan
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan
*)
Diterbitkan oleh Pemerintah
Daerah
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
Gambar 5. Prosedur Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) untuk Survei dan Eksplorasi (Luas > 5 Ha)
9
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
Gambar 6. Prosedur Izin Pinjam Pakai Kawaasan Hutan (IPPKH) untuk Eksploitasi (Luas > 5 Ha)
10
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN
YANG PERLU DILAKUKAN OLEH PEMRAKARSA
KEGIATAN PANAS BUMI
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dimuat dalam
panduan ini berdasarkan World Bank Group Environmental, Health,
and Safety (EHS) Guidelines.
1. Pengelolaan Lingkungan
Isu-isu yang dikelola pada kegiatan panas bumi yaitu,
a. Bidang Lingkungan
- Limbah
Pengeboran dan Pemotongan (Drilling Fluid and Cutting)
 Perbaikan dan penyimpanan minyak hasil dari lumpur
pengeboran dan pemotongan (Drilling Fluid and Cutting)
pada tanki penyimpanan atau tempat pengumpulan yang
dilapisi dengan membran kedap air, dilakukan sebelum
perawatan (contoh, pencucian), daur ulang, dan/atau
pengolahan akhir dan pembuangan;
 Penggunaan kembali lumpur pengeboran, apabila layak;
 Pemindahan tanki atau tempat pengumpulan untuk
menghindari tumpahan minyak ketanah dan sumber air serta
pengolahan/pembuangan muatan untuk saat ini dan yang
akan datang yang dikategorikan sebagai limbah berbahaya
atau tidak berbahaya tergantung dari karakteristiknya;
 Pembuangan air dari lumpur pengeboran ke dalam lubang
bor sesuai dengan penilaian kadar racun. Air yang tidak
beracun biasanya digunakan kembali (contoh, seperti
timbunan konstruksi) atau dibuang ke tempat pembuangan
akhir;
 Selama pengolahan asam dari sumur bor, menggunakan
selubung anti bocor yang baik dengan kedalaman yang tepat
sesuai dengan formasi geologi untuk menghindari kebocoran
cairan asam ke dalam tanah.
Pengeluaran Cairan Panas Bumi
 Secara seksama mengevaluasi potensi dampak lingkungan
dari pengeluaran cairan panas bumi tergantung sistem
pendinginan yang dipilih;
 Jika digunakan peralatan tidak menginjeksi ulang seluruh
cairan panas bumi bawah tanah, kualitas pembuangan
limbah harus konsisten dengan penerimaan tampungan air,
termasuk penyesuaian suhu limbah sesuai dengan peraturan
daerah atau suatu standar khusus lapangan berdasarkan
potensi dampak pada penerimaan tampungan air;
 Jika ditemukan adanya konsentrasi logam berat yang tinggi
pada cairan panas bumi, uji kelayakan harus dilakukan untuk
pembuangan cairan ke penampungan air yang mungkin
memerlukan konstruksi dan operasional yang kompleks dan
fasilitas perawatan yang mahal;
 Jika injeksi ulang dipilih sebagai alternatif, potensi
kontaminasi air tanah harus di minimalisir dengan
pemasangan selubung anti bocor di sumur injeksi pada suatu
kedalaman formasi geologi yang membawahi tampungan
panas bumi;
 Penggunaan kembali cairan panas bumi harus
dipertimbangkan, termasuk:
o Penggunaan teknologi pembangkit listrik biner;
o Pengunaan dalam proses industri hilir apabila tidak
ada kualitas air (termasuk kadar keseluruhan
logam berat terlarut) yang konsisten dengan
11
o
persyaratan
kualitas
pemanfaatan
yang
dimaksudkan. Contoh pemanfaatan hilir termasuk
aplikasi pemanasan seperti rumah kaca,
akuakultur, pemanasan ruang, proses pada
makanan/buah, dan penggunaan lainnya seperti
hotel/spa;
Pembuangan akhir dari cairan yang digunakan
sesuai dengan pengolahan dan persyaratan
pembuangan yang berlaku, jika ada, dan konsisten
dengan kapasitas penampungan air.
- Emisi Udara
 Mempertimbangkan pilihan teknologi termasuk injeksi ulang
gas secara keseluruhan atau sebagian dengan cairan panas
bumi dalam konteks dampak lingkungan potensial dari
alternatif teknologi pembangkit bersama dengan faktor-faktor
utama lainnya, seperti kesesuaian teknologi terhadap
sumber daya geologi dan pertimbangan ekonomi (contoh,
modal dan biaya operasi/ pemeliharaan);
 Apabila berdasarkan penilaian potensi dampak terhadap
konsentrasi ambien hasil injeksi ulang keseluruhan tidak
layak dan ventilasi hidrogen sulfida serta merkuri yang tidak
terkondensasi mudah menguap, tingkat polutan tidak akan
melebihi standar keselamatan dan kesehatan yang berlaku;
 Jika diperlukan, gunakan sistem pengurangan emisi untuk
menghilangkan hidrogen sulfida dan emisi merkuri dari gas
yang tidak terkondensasi. Contoh pengendalian hidrogen
sulfida yaitu sistem pembersih kering atau fase reduksi
cair/sistem oksidasi, sementara pengendalian emisi merkuri
termasuk aliran gas kondensasi dengan pemisahan lebih
lanjut atau metode adsorption.
- Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari menara pendingin (cooling
tower), sistem pembersih udara, turbin, dan pemisah uap yaitu
belerang, silika, dan karbonat. Limbah ini diklasifikasikan
berbahaya tergantung dari konsentrasi dan potensi senyawa
silika, klorida, arsenik, merkuri, vanadium, nikel, dan logam
berat lainnya. Pengelolaan endapan ini adalah:
 Penggunaan tempat penyimpanan dan penampungan yang
layak di lapangan sebelum pengolahan akhir dan
pembuangan pada fasilitas limbah yang tepat;
 Apabila limbah tidak termasuk bahan berbahaya,
penggunaan ulang limbah sebagai timbunan secara on-site
maupun off-site dapat dilakukan;
 Apabila layak, limbah padat yang dapat dipulihkan seperti
belerang harus didaur ulang oleh pihak ketiga.
- Ledakan Sumur Gas dan Kegagalan Jaringan Pipa
 Pemeliharaan rutin kepala sumur (wellhead) dan jaringan
pipa cairan panas bumi, termasuk pengendalian korosi dan
inspeksi; pemantauan tekanan; dan penggunaan peralatan
pencegahan ledakan seperti katup penutup;
 Perencanaan tanggap darurat apabila terjadi ledakan sumur
dan jaringan pipa pecah, termasuk tindakan untuk menahan
tumpahan cairan panas bumi.
- Konsumsi Air dan Ekstrasi
 Mengkaji catatan hidrologi untuk variabilitas arus jangka
pendek dan panjang seperti sumber air, dan memastikan
aliran kritis dipertahankan selama periode aliran rendah
sehingga tidak menghambat jalur ikan atau dampak negatif
lain pada biota laut;
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
 Pemantauan perbedaan suhu limbah dan kapasitas
tampungan air agar disesuaikan dengan peraturan daerah
terkait dengan limbah panas.
b. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
- Gas Panas Bumi
 Instalasi pemantauan hidrogen sulfida dan sistem
peringatan. Jumlah dan lokasi pemantauan harus ditentukan
berdasarkan penilaian lokasi tumbuhan yang rentan
terhadap emisi hidrogen sulfida;
 Pengembangan suatu rencana kontingensi pada saat
pelepasan hidrogen sulfida, termasuk seluruh aspek yang
dibutuhkan dari evakuasi hingga berjalannya kembali
operasional yang normal;
 Penyediaan fasilitas untuk tim tanggap darurat dan pekerja di
lokasi dengan tingkat resiko paparan yang tinggi. Fasilitas
dilengkapi dengan alat pemantauan hidrogen sulfida, alat
bantu pernapasan dan pasokan oksigen darurat, dan
pelatihan dalam penggunaan yang aman dan efektif;
 Penyediaan ventilasi yang memadai pada bangunan yang
ditempati untuk mengindari akumulasi gas hidrogen sulfida;
 Pembangunan dan pelaksanaan program ruang terbatas
untuk daerah yang ditetapkan sebagai “Ruang Terbatas”
(lihat poin dibawah ini);
 Menyediakan pekerja dengan lembar kerja atau informasi
lainnya yang bisa dibaca mengenai komposisi cairan dan gas
dengan penjelasan dampak potensial untuk manusia dan
keselamatan.
- Ruang Terbatas
Ruang terbatas merupakan ruang yang berpotensi terjadi
kecelakaan apabila pekerja memasuki ruang tersebut karena
adanya fasilitas panas bumi seperti turbin, kondensator, dan
menara pendingin (selama kegiatan pemeliharaan), peralatan
pemantauan gudang (selama pengambilan sampel), dan
lubang sumur “cellar” (penurunan lapisan bawah permukaan
yang dibuat untuk pengeboran). Pengelolaan yang
dilaksanakan yaitu:
 Desain harus dilaksanakan untuk menghilangkan sifat
merugikan dari ruang terbatas;
 Izin yang diperlukan untuk ruang terbatas harus ada
keamanan permanen untuk ventilasi, pemantauan, dan
operasi penyelamatan sejaun mungkin. Area penyelamatan
harus cukup untuk operasi dan penyelamatan darurat;
 Akses harus mengakomodasi 90% populasi pekerja dengan
penyesuaian alat dan pakaian pelindung berdasarkan
standar ISO dan EN;
 Sebelum izin masuk-diperlukan ruang terbatas:
o Proses atau jalur logistik menuju ruang terbatas harus
diputus atau dikeringkan, dan dikosongkan dan dikunci;
o Peralatan mekanik diruang terbatas harus diputus,
sumber energi diputus, dikunci, dan diperkuat
secukupnya;
o Atmosfer dalam ruang terbatas harus diperiksa untuk
menjamin kandungan oksigen antara 19.5% dan 23%,
adanya gas yang mudah terbakar atau uap air yang
tidak melebihi 25% dari batas ledakan bawah;
12
o Jika kondisi atmosfer tidak sesuai, ruang terbatas harus
diventilasi hingga target atmosfer yang aman tercapai,
atau jalur masuk hanya dilakukan dengan tambahan
dan PPE yang sesuai.
 Pencegahan keamanan harus termasuk alat bantu
pernapasan, jalur keselamatan, dan keamanan;
 Pengamat keselamatan pekerja ditempatkan diluar ruang
terbatas dengan perlengkapan pertolongan pertama;
 Sebelum pekerja masuk keruangan, pelatihan yang cukup
dan memadai perlu dilakukan seperti mengontrol bahaya
ruang terbatas, uji atmosfer, memanfaatkan PPE yang perlu,
dan kemampuan pelayanan dan integritas PPE harus
diverifikasi.
- Panas
 Mengurangi waktu yang diperlukan untuk pekerjaan di
lingkungan bersuhu tinggi dan memastikan adanya akses
untuk air minum;
 Adanya pelindung permukaan peralatan peralatan listrik,
pipa, dll;
 Penggunaan alat pelindung diri (PPE) yang tepat, termasuk
sarung tangan dan sepatu;
 Melaksanakan prosedur pengamanan yang tepat selama
proses pengeboran eksplorasi.
- Kebisingan
 Memilih peralatan dengan tingkat suara yang rendah;
 Memasang peredam pada kipas;
 Memasang saringan yang cocok di knalpot mesin dan
komponen kompresor;
 Memasang penutup akustik untuk selubung peralatan yang
memancarkan kebisingan;
 Meningkatkan kinerja akustik pada pembangunan gedung,
melakukan isolasi suara;
 Memasang hambatan akustik tanpa celah dan dengan
kepadatan permukaan minimum 10 kg/m2 untuk
meminimalkan transmisi suara melalui hambatan. Hambatan
harus dipasang sedekat mungkin dengan sumber atau lokasi
reseptor supaya efektif;
 Memasang isolasi getaran untuk peralatan mekanik;
 Membatasi jam operasi untuk bagian atau peralatan khusus
atau pengoperasian, khususnya pengoperasioan sumber
seluler yang melalui area pemukiman;
 Merelokasi sumber suara ke area yang tidak sensitive;
 Jika memungkinkan menaruh fasilitas yang permanen jauh
dari area masyarakat;
 Kondisi topografi alami sebagai penyangga kebisingan
selama pembuatan fasilitas;
 Jika dimungkinkan, mengurangi rute lalu lintas proyek yang
melalui area masyarakat;
 Merencanakan rute penerbangan, waktu dan ketinggian
untuk pesawat (pesawat terbang dan helicopter) yang
terbang diatas area masyarakat;
 Membangun suatu mekanisme untuk mencatat dan
menanggapi keluhan.
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
c. Kesehatan dan Keselamatan Masyarakat
- Paparan Gas Hidrogen Sulfida
 Penempatan sumber potensi emisi yang signifikan dengan
pertimbangan paparan gas hidrogen sulfida ke masyarakat
sekitar (mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan seperti
jarak, morfologi, dan arah angin);
 Pemasangan jaringan pemantauan gas hidrogen sulfida
dengan jumlah dan lokasi stasiun pemantauan yang
ditentukan melalui jenis penyebaran udara, dengan
mempertimbangkan lokasi sumber emisi dan daerah
masyarakat serta tempat tinggal;
 Operasi berkelanjutan sistem pemantauan gas hidrogen
sulfida untuk memudahkan deteksi dan peringatan dini;
 Perencanaan darurat melibatkan masukan dari masyarakat
agar memungkinkan respon yang efektif pada pemantauan
sistem peringatan.
- Keamanan Infrastruktur
 Penempatan penghalang akses, seperti pagar dan tanda
peringatan, untuk mencegah akses dan peringatan bahaya
yang ada;
 Meminimalkan panjang sistem pipa yang diperlukan;
 Pertimbangan kelayakan pipa bawah tanah atau pelindung
panas untuk mencegah kontak masyarakat dengan pipa
panas bumi;
 Mengelola penutupan infrastruktur seperti jalur pipa dan
akses jalan, termasuk: pembersihan, pembongkaran, dan
pemindahan peralatan; analisa kualitas tanah pada lokasi
pembersihan yang diperlukan; revegetasi situs dan blockade;
dan lokasi reklamasi jalan akses yang diperlukan;
 Mengelola penutupan kepala sumur termasuk penyegelan
dengan semen, memindahkan kepala sumur, dan menimbun
area disekitar kepala sumur, jika diperlukan.
- Dampak terhadap Sumber Air
 Elaborasi model komprehensif geologi dan hidrogeologi
termasuk seluruh geologi, struktur dan arsitektur tektonik,
ukuran waduk, batas, sifat batuan induk geoteknik dan
hidrolik;
 Penyelesaian penilaian keseimbangan hidrologi dan air
selama tahap perencanaan proyek untuk mengidentifikasi
interkoneksi hidrolik antara ekstraksi panas bumi dan titik
injeksi dan setiap sumber air minum atau bentuk air
permukaan;
 Isolasi sumber produksi uap dari formasi hidrologi dangkal
yang bisa digunakan sebagai sumber air minum melalui
pemilihan lokasi yang cermat yang di rancang secara layak
dan dipasangi dengan sistem selubung sumur;
 Menghindari dampak negatif air permukaan dengan adanya
kriteria debit ketat dan cocok untuk membawa kualitas air dan
suhu standar yang dapat diterima.
2. Indikator Capaian dan Pemantauan
a. Lingkungan
- Emisi
Pada kondisi normal, kegiatan panas bumi tidak menghasilkan
sumber emisi selama konstruksi dan operasi seperti hidrogen
sulfida, atau tipe emisi lain.
13
Namun apabila dihasilkan emisi nilainya tidak diperolehkan
melebihi pedoman kualitas air, World Health Organization
(WHO), 2000.
- Limbah
Potensi kontaminasi limbah panas bumi bervariasi tergantung
kondisi mineral pada formasi batuan, suhu air panas bumi, dan
kondisi fasilitas khusus lapangan. Pengeluaran cairan panas
bumi yang menggunakan tipe tidak diinjeksi ulang akan
menghasilkan limbah lebih banyak daripada injeksi ulang.
Limbah harus sesuai dengan tingkat debit tertentu di lapangan
untuk air permukaan.
- Pemantauan Lingkungan
 Frekuensi pemantauan lingkungan harus cukup agar
tersedia data yang representatif untuk parameter yang
dipantau;
 Pemantauan harus dilaksanakan oleh tenaga terlatih yang
mengikuti pelatihan pemantauan, tata cara pencatatan, dan
menggunakan peralatan yang dikalibrasi dan dipelihara
secara layak;
 Pemantauan data harus dianalisis dan ditinjau pada interval
rutin dan dibandingkan dengan standar operasi sehingga
dapat diambil tindakan perbaikan yang diperlukan.
b. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
- Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Capaian kesehatan dan keselamatan kerja harus dievaluasi
berdasarkan panduan internasional seperti Threshold Limit
Value (TLV), Occupational Exposure Guidelines dan Biological
Exposure Indices (BEIs), the Pocket Guide to Chemical Hazard,
Permissible Exposure Limits (PELs), Indicative Occupational
Exposure Limit Values.
- Tingkat Kecelakaan dan Kematian
Pemrakarsa proyek harus mengurangi angka kecelakan pada
tingkat nol, khususnya kecelakaan yang dapat mengakibatkan
kehilangan waktu kerja, kecacatan, bahkan kematian.
- Pemantauan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
 Lingkungan kerja harus sesuai dengan resiko kerja proyek
 Pemantauan harus didesain dan dilaksanakan sesuai
akreditasi profesi sebagai bagian program pemantauan
kesehatan dan keselamatan kerja
 Fasilitas harus menjaga catatan penyakit dan kecelakaan
kerja dan kejadian berbahaya dan kecelakaan.
Tambahan panduan pada program pemantauan kesehatan dan
keselamatan kerja dapat dilihat pada Panduan Umum
Lingkungan, Kesehatan, dan Keselamatan (EHS), The World
Bank.
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
 Pengawasan Kesehatan Pekerja
Saat tindakan perlindungan luar biasa diperlukan
(contohnya, paparan komponen berbahaya). Pekerja harus
disediakan pengawasan kesehatan yang sesuai dan relevan
sebelum paparan pertama. Pengawasan ini dilaksanakan
secara rutin.
 Pelatihan
Kegiatan pelatihan untuk pekerja dan pengunjung harus
dimonitor secara cukup dan terdokumentasi (kurikulum,
durasi, dan peserta). Pelatihan darurat, termasuk
pengeboran api harus terdokumentasi secara cukup.
Penyedia jasa dan kontraktor secara kontrak dengan
pemrakarsa perlu menyerahkan dokumentasi pelatihan
sebelum dan setelah penugasan.
CONTOH OUTLINE DOKUMEN ESIA UNTUK KEGIATAN
PANAS BUMI
Judul Proyek: Environmental and Social Impact Assessment (ESIA)
Study Report of Suswa Geothermal Development Project in Narok
and Kajiado Counties, 2013
Dokumen ini disusun berdasarkan standar The World Bank.
I. LATAR BELAKANG
1.1 Deskripsi Usulan Prospek Suswa untuk Proyek Pengeboran
Panas Bumi
1.1.1 Deskripsi Lokasi
1.1.2 Tujuan dan Desain Proyek
1.1.3 Deskripsi Proyek
1.1.4 Strategi Proyek
1.1.5 Kegiatan Proyek
1.1.6 Pembangunan Jalan Akses
1.1.7 Kebutuhan Air untuk Pengeboran Sumur Penyelidikan
1.1.8 Pendistribusian Air ke Lokasi Pengeboran Suswa
1.1.9 Kamp untuk Staf dan Kantin
1.1.10 Pengaturan Keamanan
1.1.11 Tahap Dekomisioning
1.1.12 Deskripsi Alternatif Proyek
II. METODOLOGI DAN PENDEKATAN ESIA
2.1. Pendahuluan
2.2. Pendekatan dan Metodologi
2.3. Konsultasi Publik
2.4. Teknik Pengumpulan Data
2.5. Metode Observasi
2.6. Tinjauan Literatur
2.7. Diskusi Kelompok
2.8. Kuisioner
2.9. Wawancara
2.10. Analisa Data
2.11. Identifikasi Dampak, Dampak Penting, Tindakan Mitigasi
2.12. Tantangan terhadap Pendekatan dan Metodologi Saat Ini
Jaminan Kualitas
3.2.4. Rumusan Kebijakan Pengelolaan Margasatwa
3.2.5. Kebijakan Nasional tentang Energi
3.2.6. Makalah tentang Pembangunan Sumber Daya Air,
1999
3.2.7. Kebijakan Nasional tentang Pemukiman Kembali
3.2.8. Kesehatan Kerja dan Peraturan Keamanan terkait
dengan Pembangunan Panas Bumi
3.2.9. Hukum Wilayah Setempat
3.3 Kerangka Kerja Hukum Kenya
3.3.1. Konstitusi di Kenya
3.3.2. Undang-Undang Koordinasi dan Manajemen
Lingkungan tahun 1999 dan Peraturannya
3.3.3. Undang-Undang Energi tahun 2006
3.3.4. Undang-Undang Sumber Panas Bumi tahun 2006
3.3.5. Undang-Undang Air tahun 2002 dan Peraturan
Perundangannya
3.3.6. Hukum Adat Masaai
3.3.7. Undang-Undang Pertanahan (Perwakilan Grup) tahun
1968
3.3.8. Lisensi dan Perijinan
3.4 Ketentuan Hukum Internasional
3.4.1. Konvensi PBB tentang Perubahan Iklim tahun 1992
dan Protokol Kyoto (1997)
3.4.2. Konvensi Terkait Perlindungan Budaya Dunia dan
Warisan Alam
3.4.3. Konvensi mengenai Lahan Basah untuk Kepentingan
Internasional khususnya Habitat Unggas Air (Konvensi
Ramsar) tahun 1971
3.4.4. Konvensi Perdagangan Internasional mengenai
Spesies yang Terancan Punah dalam Dunia Fauna
dan Fauna (CITES) tahun 1990
3.4.5. Konvensi mengenai Migrasi Spesies Hewan Liar
(Konvensi Bonn) tahun1979
3.4.6. Konvensi PBB untuk Mengatasi Desertifikasi
(UNCCD) tahun 1992
3.4.7. Konvensi mengenai Pelarangan Impor ke Africa dan
Kontrol mengenai Pergerakan dan Manajemen Limbah
Berbahaya (Konvensi Bamako)
3.4.8. Konvensi Internasional mengenai Zat-zat yang
Menguras Lapisan Ozon (Konvensi Vienna) tahun
1985
3.5
III. KERANGKA KEBIJAKAN DAN LEGISLATIF
3.1. Prinsip Panduan ESIA
3.2. Kerangka Kebijakan Nasional
3.2.1. Visi 2030
3.2.2. Sesi Makalah tentang Lingkungan dan Pembangunan
3.2.3. Rumusan Nasional tentang Kebijakan Hutan
14
Kebijakan Safeguard Bank Dunia dan Mitra Lainnya
mengenai Pengelolaan Lingkungan dan Sosial
3.5.1 Kebijakan Operasional Bank Dunia 4.01-Penilaian
Lingkungan
3.5.2 Kebijakan Operasional Bank Dunia 4.04-Habitat
Natural
3.5.3 Kebijakan Operasional Bank Dunia 4.36-Hutan
3.5.4 Kebijakan Operasional Bank Dunia 4.09Manajemen Hama
3.5.5 Kebijakan Operasional Bank Dunia World Bank
Operational Policy 4.11-Sumber Budaya Fisik
3.5.6 Kebijakan Operasional Bank Dunia 4.12Pemukiman Kembali
3.5.7 Kebijakan Operasional Bank Dunia 4.10Masyarakat Adat
3.5.8 Kebijakan Operasional Bank Dunia BP 17.50Keterbukaan Publik
3.6. Prinsip-prinsip Khatulistiwa
3.7. Standar Kepatuhan Lingkungan
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN AMDAL PADA KEGIATAN
PANAS BUMI DAN PROSES PERIZINANNYA
IV. PENILAIAN LINGKUNGAN BIOFISIK
VII. DEKOMISIONING DAN REKLAMASI LAHAN
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
Ukuran, Topografi, Iklim, dan Hujan
Geologi Gunung Suswa dan Lingkungan
Hidrogeologi
Manifestasi, Potensial, dan aksessibilitas Panas Bumi
Kimia Bumi
Fumarol
Sumber Daya Air
Sifat-sifat Tanah
Suplai Air
4.9.1 Masalah dan Urusan Suplai Air
4.9.2 Kemungkinan Sumber Air untuk Pengeboran
4.10 Flora dan Fauna
4.10.1 Flora
4.10.2 Fauna
4.10.3 Large-eared Free-tailed Bat/Giant Mastiff Bat
Otomops martiensseni
7.1 Sifat Dekomisioning Umum
7.2 Polusi Suara
7.3 Kualitas Udara
7.4 Sumber Budaya Maasai
7.5 Jasa Ekologi dan Wisata
7.6 Materi Berbahaya dan Pengelolaan Limbah
7.7 Kesehatan dan Keselamatan
7.8 Penggunaan Lahan
7.9 Dampak Sosial dan Ekonomi
7.10 Tanah dan Sumerdaya Batuan
7.11 Sumber daya Air Permukaan dan Air Tanah
VIII. RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
8.1 Pendekatan
8.2 Pemadatan Tanah, Erosi dan Devegetasi
8.3 Penggunaan Air dan Konsumsi
8.4 Ekosistem (Flora & Fauna)
8.5 Kimia Gas dan Air
8.6 Kimia dan Tingkatan Air Permukaan dan Air Tanah
8.7 Polusi Udara dan Curah Hujan Kimia
8.8 Kebisingan
8.9 Tenaga Kerja, Kesempatan Usaha dan Pendapatan
Rumah Tangga
8.10 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
8.11 Prinsip Khatulistiwa
V. KARAKTERISTIK SOSIAL-EKONOMI AREA PROYEK
5.1
Sistem Sosial-Budaya Masaai dan Aplikasinya terhadap
Proyek yang Diusulkan
5.2 Populasi, Demografi, dan Pemukiman Penduduk
5.2.1 Rumah Tangga Masaai dan Keuntungan
Potensial dari Proyek
5.3 Sektor Kesehatan
5.3.1 Akses terhadap Fasilitas Kesehatan
5.3.2 Kesehatan Ibu dan Anak
5.4 Pembangunan Infrastruktur Jalan
5.5 Pertanian dan Peternakan
5.6 Koperasi, Perdagangan dan Perniagaan
5.7 Kesehatan Lingkungan Hidup
5.8 Penggunaan Nasional dan Internasional terhadap Pupuk
Kelelawar
5.9 Pusat Perkotaan di Area Suswa
5.10 Konservasi Wisata dan Satwa Liar
5.10.1 Konservasi Gunung Suswa
5.10.2 Konservasi Empaash Oloirienito
5.11 Pendidikan
IX. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
9.1 Kesimpulan yang Diambil dari ESIA
9.2 Rekomendasi
VI. PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
6.1 Pendahuluan
6.2 Dampak-dampak Lingkungan Hidup
6.2.1 Pembangunan Jalan, Landasan, dan Pembuatan
Bak Penampung
6.2.2 Operasional Pengeboran
6.2.3 Dampak Emisi Gas Panas Bumi
6.2.4 Dampak pada Sumber-sumber Air Tanah dan
Permukaan
6.2.5 Pembuangan Limbah
6.2.6 Emisi Gas ke Atmosfer
6.2.7 Ruang Terbatas
6.2.8 Saluran Transmisi Tenaga
6.2.9 Pemukiman Kembali dan Relokasi
6.2.10 Pertanian
6.2.11 Keagamaan dan Warisan Budaya
6.2.12 Memanen Uap untuk Kebutuhan Air Domestik
6.3 Dampak Kumulatif dari Pembangunan Tenaga Panas Bumi
6.4 Keserasian dengan Tata Lahan Lainnya
6.5 Pembaruan Sumberdaya Panas Bumi
6.6 Keprihatinan Utama Masyarakat Lokal terhadap Proyek
6.7 Memastikan Kepatuhan
15
Download