201311504 – Roswana Firman

advertisement
MAKALAH
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA
Di ERA REFORMASI
DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. LIA AMALIA M.M
Disusun Oleh:
Nama
: ROSWANA FIRMAN
NIM
: 2013-11-504
Jurusan
: Manajemen
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Jl. Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk – Jakarta Barat 11510
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga tersusunlah makalah ini.
Maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat atau tugas
untuk memenuhi nilai mata kuliah Ekonomi Makro tahun pelajaran 2013-2014 di semester pertama.
Dalam penyusunan makalah ini belumlah dikatakan sempurna, karena keterbatasan
kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki penulis. Namun setidaknya penulis sudah berusaha
memenuhi ketentuan yang berlaku. Dalam penyusunan makalah ini penulis juga dibantu oleh
beberapa pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi peulis dan umumnya bagi pembaca.
Saya mohon maaf atas segala kekurangan serta kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kritik
dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami nantikan untuk pembaharuan di masa yang
akan datang. Terima kasih.
Jakarta, Maret 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ..................................................................................................................................... 2
Daftar Isi .............................................................................................................................................. 3
Bab 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 4
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................................................... 6
1.3 Maksud dan Tujuan ........................................................................................................................ 6
Bab 2 TINJAUAN TEORI................................................................................................................... 7
2.1 Makro Ekonomi ............................................................................................................................. 7
2.2 Permasalahan Ekonomi Makro .................................................................................................... 22
2.3 Kebijakan Ekonomi Makro .......................................................................................................... 25
2.4 Implementasi Pikir Indonesia Pada Era Reformasi...................................................................... 26
2.5 Perkembangan Ekonomi Makro Pada Masa Reformasi .............................................................. 28
2.6 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Th 2004-2009 .......................................................... 29
Bab 3 METODE PENULISAN ......................................................................................................... 32
3.1 Waktu dan Tempat Penulisan ...................................................................................................... 32
Bab 4 KESIMPULAN & SARAN ..................................................................................................... 34
4.1 Kesimpulan .................................................................................................................................. 34
4.2 Saran............................................................................................................................................. 36
4.3 Daftar Pustaka .............................................................................................................................. 38
3
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, kegiatan ekonomi pun semakin berkembang.
Dulu kegiatan ekonomi dilakukan dengan sangat sederhana. Seperti contohnyaadanya sistem
barter yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Akan tetapidengan
berkembangnya kegiatan ekonomi, tujuan kegiatan ekonomi pun berubah, yang semula
diliakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari, kini kegiatan ekonomi
dilakukan untuk memperoleh keuntungan (profit). Perkembangan ekonomi yang semakin
maju menjadikan masalah- masalah dalam perekonomian pun menjadi semakin kompleks.
Sehingga teori- teori sebelumnya tidak bisa digunakan untuk menjelaskan beberapa masalah
perekonomian yang terjadi. Hal ini akhirnya mengakibatkan banyak para ahli ekonomi yang
mencoba untuk menjawab pertanyaan dari beberapa masalah perekonomian yang belum bisa
dijelaskan olehteori sebelumnya.
Oleh karena itu dalam makalah ini, kami akan membahas tentang perkembangan
teori ekonomi makro. Bagaimana teori ekonomi klasik (Adam Smith) dan teori ekonomi
makro (John Maynard Keynes) menjelaskan tentang beberapa masalah yang terjadi dalam
perekonomian serta kami akan membandingkan kedua teori tersebut dalam menjelaskan
beberapa masalah dalam perekonomian. Kita sepakat mengatakan, kondisi ekonomi makro
saat ini adalah stabil. Hal itu didasarkan pada rendahnya suku bunga, rendahnya inflasi dan
stabilnya nilai tukar rupiah. Cadangan devisa juga menguat. Semuanya dinyatakan dalam
pengertian yang relative, mengingat di antara variabel tersebut tetap saja diikuti gejolak
walau
dalam
skala
rendah.
Secara
logika
keadaan
ini
sudah
harus
mampu
mendorong perkembangan sektor riil. Namun demikian, hal itu tidak juga terjadi.
Memang banyak faktor yang menyebabkan mengapa hal itu tidak terjadi yang antara
lain oleh faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor ekonomi umpamanya adalah
4
masalah transportasi, jalan dan jembatan, energi listrik dan sebagainya. Sementara dari
faktor non
ekonomi
politik (meningkatnya
seperti
suhu
masalah
politik
hukum
(ketidak
menghadapi
pemilu
pastian
2009),
hukum),
masalah
masalah
sosial
(meninggkatnya kriminalitas yang muncul dampak dari pengangguran yang tinggi). Masalah
transportasi/jalan raya/jembatan yang jelek berakibat pada turunnya tingkat efisiensi
perusahaan. Waktu angkutan barang baik bahan baku maupun barang jadimenjadi semakin
panjang. Biaya penyusutan moda angkutan juga semakin tinggi.Akibatnya biaya angkut
menjadi naik. Hal lainnya adalah distribusi barang menjadi tak merata, yang akhirnya akan
mengundang kenaikan harga barang pada daerah-daerah tertentu yang menciptakan kondisi
perekonomian terganggu. Faktor non ekonomi memberikan andil yang besar mengapa
kondisi ekonomi makro yang stabil tidak juga mendorong sektor riil. Kita bertanya apa
sebenarnya investasi itu. Investasi adalah dana yang ditanamkan dalam perusahaan yang
dapat menambah peralatan modal atau peralatan sektor produktif sehingga dapat mendorong
kemampuan berproduksi. Inilah yang disebut dengan real investment. Apa yang terjadi saat
ini adalah financal investment, yang pada dasarnya tidak menambah peralatan produksi tapi
hanya memperbesar arus uang saja. Terjadi pertukaran uang dengan uang tidak pertukaran
uang dengan barang. Di sini tidak ada penambahan produksi. Hal ini disukai oleh investor
(financial investor) karena setiap saat iadengan mudah dapat menarik kembali dananya jika
suatu waktu keadaan ekonomi gawat. Ini berbeda dengan real investment dimana dananya
sudah berubah menjadi peralatan produksi, yang tidak bisa ditarik kembali walau keadaan
ekonomi gawat.
Oleh sebab itu bagi investor yang melakukan real investment ia harus
mempelajari betul waktu yang tepat untuk melakukan investasi. Berdasarkan pengertian di
atas siapa yang mau menanamkan modalnya ( real investment) dalam suatu situasi yang
tidak menjamin atas keselamatan investasi tersebut. Kita tidak menampik, persoalan politik
saat ini tidak pernah mereda walau tidak menciptakan situasi gawat. Masalah jaminan
terhadap keselamatan investasi juga tidak pernah dibicarakan. Ini semua menciptakan
keraguan bagi calon investor yang menonjol antara lain adalah masalah birokrasi, tanah dan
perburuhan. Walau sengketa mengenai masalah pertanahan sering dimenangkan oleh pihak
investor tapi semuanya itu dicapai dengan tenaga dan waktu serta biaya yang tinggi.
Demikian juga mengenai masalah perburuhan dimana terjadinya pengkavlingan antara
5
pihak pengusaha dengan pihak pekerja. Masing-masing merasa lebih menentukan
jalannya perusahaan sehingga terjadi sengketa. Saling ancam mengancam antar keduanya
juga sering terjadi yang diakhiri dengan kerugian kedua belah pihak. Hasrat untuk
melakukan investasi juga menurun. Masalah pemilu dan masalah kriminalitas tinggi
menduduki tempat khusus.
1.2
Identifikasi Masalah
Melihat semua hal yang melatarbelakangi pembahasan materi saya, saya menarik
beberapa masalah dengan berdasarkan kepada :
1. Kurangnya pengetahuan Mahasiswa tentang apa yang dimaksud dengan Makro Ekonomi
2. Kurangnya ketersediaan informasi pelengkap dari materi “Makro Ekonomi”.
3. Minimnya kesadaran Mahasiswa untuk mengetahui segala yang menyangkut tentang
materi “Makro Ekonomi”.
1.3
Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini diantaranya untuk mengetahui secara
mendalam terhadap pertumbuhan ekonomi makro di Indonesia yang dilanda inflasi dan suku
bunga tinggi, dan merosotnya perekonomian dalam negeri yang disebabkan oleh kebijakan
pemerintah menaikkan harga BBM dan kebijakan moneter yang hanya menyentuh sektor
tertentu saja. Kebijakan yang berakibat buruk terhadap perekonomian dalam negeri adalah
akibat dari kenaikkan BBM, yang menyebabkan daya beli masyarakat menjadi menurun
karena kenaikan itu tidak dibarengi dengan kenaikan upah yang layak, dan pada sektor
manufaktur biaya produksi meningkat tajam sehingga menimbulkan kenaikan harga barangbarang dan pengurangan tenaga kerja.
6
BAB
II
TINJAUAN TEORI
2.1 Makro Ekonomi
2.1.1 Pengertian Ekonomi
Kata “ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti
“keluarga, rumah tangga” dan νόμος (nomos), atau “peraturan, aturan, hukum,” dan
secara garis besar diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah
tangga. “Economics is the study of how societies use scare resources to produce valuable
commodities and distribute them among different people”. Jadi pada intinya bahwa ilmu
ekonomi itu merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana masyarakat untuk
menggunakan sumber daya alam (resource) yang terbatas kemudian untuk dijadikan
komoditas yang memiliki nilai dalam rangka memenuhi kebutuhan yang tersebar di
kalangan masyarakat lainnya.
2.1.2 Kerangka Analisa Makro
Terdapat dua aspek utama dan kerangka analisa ini. Yang pertama adalah aspek
mengenai “apa” yang disebut kegiatan ekonomi makro dan “di mana” kegiatan tersebut
dilakukan. Yang kedua adalah aspek mengenai “siapa” pelaku-pelakunya.
a. Empat Pasar Makro
Dalam analisa ekonomi makro kita melihat kegiatan ekonomi nasional secara lebih
menyeluruh dibanding dengan apa yang kita pelajari dalam ekonomi Mikro. Kita tidak lagi
melihat pasar beras, pasan blue jeans, pasar rokok kretek, pasar Honda secara sendirisendiri. Ini sesuai dengan pengertian mengenai “pengendalian umum” di atas. Di sini kita
melihat pasar-pasar tersebut dan pasar-pasar barang /jasa lainnya sebagai satu pasar besar,
yang kita beri nama “pasar barang”. Tetapi dalam ekonomi makro kita tidak hanya
7
mempelajari satu pasar ini saja. Perekonomian nasional kita lihat sebagai suatu sistem yang
terdiri dan empat pasar besar yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu:
(a) Pasar Barang,
(b) Pasar Uang,
(c) Pasar Tenaga Kerja,
(d) Pasar Luar Negeri.
Di pasar luar negeri permintaan akan barang ekspor kita sama dengan penawaran
akan barang tersebut menentukan harga rata-rata ekspor kita dan kuantitas atau volume
ekspor. Harga – harga dikalikan volume ekspor memberikan penerimaan devisa ekspor. Di
pasar yang sama permintaan masyarakat kita akan barang-barang impor dan menentukan
harga rata-rata impor dan volume impor. Juga di sini, harga rata-rata dikalikan volume
import memberikan pengeluaran devisa kita untuk impor barang-barang/jasa tersebut. Untuk
pasar luar negeri, seringkali menggabungkan pasar ekspor dan pasar impor dan mengenai
apa yang terjadi dengan:
(a)
Neraca Perdagangan, yaitu penerimaan devisa ekspor dikurangi pengeluaran devisa
untuk import atau Neraca Pembayaran apabila kila ingin pula mengetahui tentang aliran
keluar-masuknya modal.
(b)
Dasar Penukaran Luar Negeri (terms of trade), yaitu harga rata-rata ekspor kita
dibagi dengan harga rata-rata impor kita.
(c)
Cadangan Devisa, yaitu persediaan devisa yang kita pun pada awal tahun plus
saldo neraca pembayaran.
Dalam teori ekonomi makro mempelajari faktor-faktor apa yang mempengaruhi P
dan Q di masing-masing pasar. Karena P dan Q tersebut adalah hasil pertemuan (atau
perpotongan) antara kurva permintaan dan kurva penawaran, maka ini berarti bahwa teori
8
ekonomi makro pada pokoknya mempelajari faktor-faktor apa yang mempengaruhi posisi
kurva permintaan dan penawaran di masing-masing pasar.
Selanjutnya dengan diketahuinya faktor-faktor ini dan pengaruhnya terhadap posisi
kurva permintaan dan penawaran, maka kita selanjutnya bisa menanyakan faktor-faktor
mana di antara semua faktor-faktor tersebut yang bisa dipengaruhi oleh pemerintah melalui
kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonominya. Dengan demikian kita bisa mengetahui
kebijaksanaan-kebijaksanaan
mana
yang
bisa
digunakan
oleh
pemerintah
untuk
mempengaruhi P dan Q di masing-masing pasar. Inilah tujuan akhir dan mempelajari teori
makro, yaitu untuk digunakan sebagai petunjuk bagi pemilihan atau perumusan
kebijaksanaan.
b. Lima Pelaku Makro
Dalam teori makro kita menggolongkan orang-orang atau lembaga-lembaga yang
melakukan kegiatan ekonomi menjadi lima kelompok besar, yaitu:
(a) Rumah Tangga,
(b) Produsen,
(c) Pemerintah,
(d) Lembaga-lembaga Keuangan,
(e) Negara-negara Lain.
Kegiatan dan kelima kelompok pelaku ini ada kaitannya dengan keempat pasar di
atas dimana :
Permintaan:
1. Pengeluaran konsumsi oleh Rumah Tangga,
2. Belanja barang oleh Pemerintah,
3. Investasi oleh Perusahaan,
9
4. Ekspor ke luar negeri,
5. Kebutuhan tenaga kerja oleh Pemerintah,
6. Kebutuhan tenaga kerja oleh Perusahaan,
7. Kebutuhan uang tunai dan kredit,
8. Kebutuhan Rumah Tangga akan uang tunai,
9. Kebutuhan Perusahaan-perusahaan Asing akan rupiah.
Penawaran:
1. Hasil produksi dalam negeri,
2. Impor luar negeri,
3. Tenaga kerja yang disediakan oleh Rumah Tangga,
4. Suplai uang kartal,
5. Tabungan Rumah Tangga,
6. Suplai uang giral,
7. Suplai dana luar negeri.
-Kelompok Rumah Tangga melakukan kegiatan-kegiatan pokok seperti:
(a)
Menerima penghasilan dari para produsen dan “penjualan” tenaga kerja mereka (upah),
deviden, dan menyewakan tanah hak milik mereka.
(b) Menerima penghasilan dari lembaga keuangan berupa bunga atas simpanan-simpanan
mereka.
(c) Membelanjakan penghasilan tersebut di pasar barang sebagai konsumen.
(d)
Menyisihkan sisa dan penghasilan tersebut untuk ditabung pada lembaga-lembaga
keuangan.
(e) Membayar pajak kepada pemerintah.
10
(f)
Masuk dalam pasar uang sebagai “peminta” (demanders) karena kebutuhan mereka
akan uang tunai misalnya untuk transaksi sehari-hari.
-Kelompok Produsen melakukan kegiatan-kegiatan pokok berupa:
(a)
Memproduksikan dan menjual barang-barang/jasa-jasa yaitu sebagai supplier di pasar
barang.
(b) Menyewa / menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh kelompok rumah
tangga untuk proses produksi.
(c)
Menentukan pembelian barang-barang modal dan stok barang-barang lain (selaku
investor masuk dalam pasar barang sebagai peminta atau demander).
(d) Meminta kredit dari lembaga keuangan untuk membiayai investasi mereka sebagai
demander di pasar uang.
(e) Membayar pajak.
- Kelompok Lembaga Keuangan mencakup semua bank-bank dan lembaga-lembaga
keuangan lainnya kecuali bank sentral (Bank Indonesia), Kegiatan mereka berupa:
(a) Menerima simpanan / deposito dan rumah tangga.
(b) Menyediakan kredit dan uang giral sebagai supplier dalam pasar uang.
(c) Pemerintah (termasuk di dalamnya bank sentral) melakukan kegiatan berupa:
-
Menarik pajak langsung dan tak langsung.
-
Membelanjakan penerimaan negara untuk membeli barang-barang kebutuhan
pernerintah (sebagai demander di pasar barang).
-
Meminjam uang dan luar negeri.
-
Menyewa tenaga kerja (sebagai demander di pasar tenaga kerja).
11
-
Menyediakan kebutuhan uang (kartal) bagi masyarakat (sebagai supplier di pasar
uang).
- Negara-negara lain:
(a)
Menyediakan kebutuhan barang impor (sebagai supplier di pasar barang).
(b)
Membeli hasil-hasil ekspor kita (sebagai demander di pasar barang).
(c)
Menyediakan kredit untuk pemerintah dan swasta dalam negeri.
(d)
Membeli dari pasar barang untuk kebutuhan cabang perusahaannya di Indonesia
(sebagai investor).
(e)
Masuk ke dalam pasar uang dalam negeri sebagai penyalur uang (devisa) dan luar
negeri (sebagai supplier dana) dan sebagai peminta kredit dan uang kartal rupiah untuk
kebutuhan cabang-cabang perusahaan mereka di Indonesia (demander akan dana).
(Singkatnya, sebagai penghubung pasar uang dalam negeri dengan pasar uang luar negeri).
2.1.3 Teori-Teori Makro Ekonomi
a. Dasar Filsafat Teori Keynes
Makro Ekonomi adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Makro Ekonomi
menjelaskan perubahan ekonomi yang memengaruhi banyak masyakarakat, perusahaan, dan
pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk
mempengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga,
tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan. Pendekatan
Analisis Pembedaan Tradisional adalah antara dua pendekatan berbeda ke ekonomi.
Ekonomi Keynesian memusatkan pada permintaan dan ekonomi sisi – penyediaan neoklasik yang memusatkan pada persediaan. Keduanya tidak bisa berjalan sendiri, namun ini
hanya permasalahan penekanan.
12
Permasalahan dalam Ekonomi Makro :
1. Kemiskinan dan pemerataan,
2. Krisis nilai tukar,
3. Hutang luar negeri,
4. Perbankan Kredit Macet,
5. Inflasi,
6. Pertumbuhan Ekonomi,
7. Pengangguran.
Teori Ekonomi Makro menurut Keynes sebelum terjadinya kelesuan perekonomian
dunia tahun 1929-1933 yang dikenal sebagai Depresi Besar (Great Depression), ilmu
ekonomi tidak mengenal dikotomi Mikro-Makro. Fokus pembahasan ilmu ekonomi pada
masa sebelum Depresi Besar adalah perilaku individu dalam rangka mencapai
keseimbangan. Untuk analisis keseimbangan umum (Senoal Equilibrium) digunakan model
Walras (Walrasian Economics). Dengan model-model tersebut, para Ekonom berkeyakinan
bahwa masa depan perekonomian akan gemilang. Dalam jangka panjang setiap pelaku
ekonomi yang terlibat dalam proses pertukaran lewat mekanisme pasar akan memperoleh
keuntungan. Posisi keseimbangan masing-masing individu makin membaik yang
mengakibatkan masyarakat dalam perekonomian semakin adil dan makmur.
b. Pasar Barang
Kemungkinan kelebihan produksi Keynes menolak Hukum Say menurut Keynes
kelebihan produksi secara umum bisa terjadi. Kelebihan permintaan ini terjadi bila
permintaan masyarakat akan barang-barang/jasa tidak cukup kuat. Demand yang ada tidak
cukup untuk menyerap supply yang ditawarkan. Bagaimana ini bisa terjadi? Pada asasnya
Keynes masih menerima pendapat Hukum Say bahwa setiap proses produksi mempunyai
akibat ganda, yaitu menghasilkan output dan menghasilkan penghasilan kepada masyarakat
sebesar nilai output tersebut.
Dengan demikian pada suatu waktu tertentu daya beli memang tersedia dalam
jumlah yang cukup di masyarakat untuk “membeli” barang/jasa yang diproduksikan. Tetapi
13
daya beli yang dimiliki oleh masyarakat tersebut tidak selalu harus sama dengan daya beli
yang betul-betul dibelanjakan oleh masvarakat di pasar barang. Dengan kata lain sebagian
dan daya beli tersebut mungkin betul-betul diterjemahkan menjadi permintaan efektif di
pasar barang. Tetapi sebagian besar daya beli tersebut mungkin akan ditabung oleh
masyarakat. Menabung tidak menambah permintaan efektif di pasar barang. Jadi tidak
seluruh penghasilan (daya beli) yang diperoleh masyarakat secara langsung diter- jemahkan
menjadi permintaan efektif. Di sinilah Keynes berbeda dengan Hkum Say. Hukum Say
mengatakan bahwa seluruh penghasilan tersebut akhirnya akan diterjemahkan menjadi
permintaan efektif dan tidak akan ada kekurangan permintaan efektif serta tidak mungkin
ada kelebihan produksi secara menyeluruh.
Untuk menerangkan pendapat Keynes secara lebih jelas kita anggap hanya ada dua
sektor yaitu sektor rumah-tangga dan sektor produsen. Keynes mengatakan bahwa sebagian
dari penghasilan yang tidak dibelanjakan oleh sektor rumah-tangga (yaitu yang ditabung
pada lembaga-lembaga keuangan) tidak menimbulkan permintaan efektif. Hanya apabila
daya beli yang ditabung tersebut dipinjamkan oleh lembaga keuangan kepada sektor
produsen untuk membiayai “Investasi” mereka, maka daya beli tersebut berubah menjadi
permintaan efektif di pasar barang. Kita ingat bahwa “Investasi” diartikan sebagai
pembelian barang-barang oleh para produsen untuk keperluan penambahan stok di gudang
mereka dan untuk keperluan perluasan kapasitas produksi mereka yaitu pembelian mesinmesin, pembangunan gedung-gedung dan sebagainya. Jadi jelas bahwa pada suatu waktu
tidak ada jaminan bahwa seluruh daya beli yang ditabung tersebut akan diterjemahkan
menjadi permintaan efektif di pasar barang. Semuanya tergantung kepada apakah para
produsen mau mempergunakan daya beli yang ditabung pada Iembaga-lembaga keuangan
tersebut untuk pembelian barang-barang (investasi). Kalau misalnya para produsen hanya
mau mempergunakan separuh dari tabungan tersebut, maka ini berarti bahwa permintaan
efektif di pasar barang berjumlah kurang dan nilai dari seluruh output yang ditawarkan di
pasar tersebut. Dengan lain kata tidak semua barang yang diproduksikan akan terbeli (jadi
ada kelebihan produksi umum).
Apa yang terjadi kemudian bila tidak semua barang yang diproduksikan dalam suatu
periode (misalnya, triwulan) bisa terbeli? Ada dua akibat yang bisa terjadi:
14
- Pertama, para produsen akan mengurangi produksi mereka untuk periode berikutnya. Jadi,
GDP dalam triwulan berikutnya turun.
- Kedua, hal ini bisa terjadi bersamaan dengan akibat pertama tersebut, harga-harga barang
turun. Sesuai dengan hukum penawaran dan permintaan, bila permintaan lebih kecil dari
penawaran, maka harga cenderung untuk turun.
Sampai berapa jauh kekurangan permintaan efektif akan mengakibatkan turunnya
GDP (dalam periode berikutnya) dan sampai berapa jauh akan menurunkan harga, sangat
tergantung khususnya pada apakah harga-harga barang cukup fleksibel ke bawah (yaitu bisa
turun). Dalam kenyataan memang ada barang yang harganya sulit untuk turun, meskipun
ada kelebihan produksi (yang harga jualnya ditentukan atas dasar biaya produksi biasanya
tidak mau turun, meskipun terjadi kelebihan produksi barang-barang tersebut). Kalau
demikian halnya, maka kekurangan permintaan efektif tersebut akan lebih banyak
mengakibatkan penurunan produksi (GDP) dalam periode berikutnya.
Apabila seandainya harga-harga cukup fleksibel ke bawah.maka harga-harga akan
turun cukup jauh, sehingga permintaan akan barang-barang tersebut mulai naik kembali.
Ingat hukum permintaan biasa, yang mengatakan bahwa kalau harga sesuatu barang turun
maka jumlah yang diminta naik. Jadi kalau harga cukup fleksibel maka penurunan produksi
(GDP) pada periode berikutnya tidak akan besar kalau harga-harga tidak mau turun. Jadi,
lebih sedikit orang-orang yang dipecat dari pekerjaan mereka. Perlu ditekankan lagi di sini
bahwa rnekanisme atau proses penyesuaian dengan harga yang fleksibel inilah yang terlalu
diandalkan oleh kaum Klasik, sehingga mereka percaya bahwa kalau saja harga-harga
fleksibel akan depresi, atau penurunan GDP (dan selanjutnya pengangguran) akan terkoreksi
secara otomatis.
Mengenai keputusan pengeluaran konsumsi rumah-tangga, Keynes berpendapat
bahwa keputusan tersebut cukup stabil dan biasanya hanya berubah apabila tingkat
pendapatan rumah-tangga berubah. Menurut ia (dan ini memang didukung oleh kenyataan),
yang sulit diterka adalah perilaku produsen dalam pengeluaran investasinya. Oleh sebab itu,
dalam praktek gejolak pengeluaran investasi inilah yang sangat menentukan gejolak GDP
(dan kesempatan kerja). Seandainya pengeluaran investasi yang diinginkan para produsen
(investor) ternyata lebih besar daripada dana yang ditabung oleh sektor rumah-tangga, maka
15
berarti permintaan efektif lebih besar daripada nilai output yang tersedia. Dalam kasus kelebihan permintaan efektif ini, berapa besar kelebihan permintaan efektif dalam periode
sekarang akan mengakibatkan kenaikan GDP dan berapa besar akan mengakibatkan
kenaikan harga, tergantung pada tersedianya kapasitas produksi yang belum terpakai dalam
masyarakat. Bila masih cukup banyak kapasitas produksi (pabrik-pabrik) yang belum
bekerja secara penuh, maka kelebihan permintaan efektif tersebut akan mengakibatkan
kenaikan produksi (GDP) pada periode berikutnya tanpa menaikkan harga-harga. Tetapi
apabila ternyata bahwa pabrik-pabrik sudah bekerja secara penuh, maka kelebihan permintaan efektif tersebut tidak bisa diimbangi dengan kenaikan produksi (GDP), sehingga
kelebihan permintaan tersebut akan diterjemahkan seluruhnya menjadi kenaikan harga-harga
atau inflasi. Berikut ini kita akan melihat secara garis besar kerangka analisis dan teori
makro dari Keynes.
c. Pasar Uang
Teori Makro Klasik mempunyai dasar filsafat bahwa perekonomian yang didasarkan
pada sistem bebas berusaha (Laissez Faire) adalah self-regulating, artinya mempunyai
kemampuan untuk kembali ke posisi keseimbangannya secara otomatis. OIeh sebab itu,
pemerintah tidak perlu campur tangan. Di pasar barang sifat self-regulating ini dicerminkan
oleh adanya proses yang otomatis membawa kembali ke posisi GDP yang menjamin fullemployment, apabila karena sesuatu hal perekonomian tidak pada posisi ini. Landasan dan
keyakinan ini adalah sebagai berikut:
(a) Berlakunya Hukum Say yang menyatakan bahwa: “Supply creates its own demand,” dan
(b) Anggapan bahwa semua harga fleksibel.
Dalam sistem standar kertas, tidak ada proses otomatis yang menstabilkan tingkat
harga. Disini kaum Kiasik melihat satu-satunya peranan makro pemerintah, yaitu
mengendalikan jumlah uang yang beredar sesuai dengan kebutuhan transaksi masyarakat. Di
dalam sistem standar emas, ada mekanisme otomatis yang menjamin kestabilan harga.
Di sini peranan pemerintah tidak dianggap perlu, karena jumlah uang (emas) yang beredar
otomatis menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
16
Di pasar luar negeri, mekanisme otomatis menjamin keseimbangan neraca perdagangan
melalui:
(a) Mekanisme Hume dalam sistem standar emas, atau
(b) Mekanisme Kurs Devisa Mengambang dalam sistem standar kertas.
Sementara itu campur tangan pernerintah tidak diperlukan. Penjelasan tentang pasar uang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pasar uang adalah pertemuan antara permintaan akan uang dengan penawaran akan
uang. Permintaan akan uang adalah kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk
menunjang kegiatan ekonominya. Sedangkan penawaran akan uang adalah jumlah uang
yang disediakan oleh pemerintah dan bank-bank yaitu seluruh uang kartal dan uang giral
yang beredar.
2. Menurut Keynes, permintaan akan uang bersumber pada 3 macam kebutuhan akan uang:
(a) Kebutuhan transaksi,
(b) Kebutuhan berjaga-jaga, dan
(c) Kebutuhan spekulasi.
Ketiga macam kebutuhan ini disebut 3 alasan mengapa orang memerlukan uang.
3. Permintaan akan uang untuk transaksi ditentukan oleh volume output yang
ditransaksikan yaitu GDP nil dan tingkat harga umum. Dalam hal ini Keynes tidak
berbeda dengan kaum Klasik dimana pasar uang untuk berjaga-jaga relatif kecil.
4. Permintaan untuk spekulasi yang membedakan teori Key dengan teori Kuantitas adalah
permintaan akan uang tunai untuk tujuan memperoleh keuntungan. Caranya adalah
dengan “berspekulasi” dalam pasar obligasi (surat berharga). Apabila harga obligasi
diharapkan untuk naik di masa mendatang, maka orang akan membeli obligasi dengan
uang tunainya hal ini berarti uang tunai yang saat ini dipegang untuk tujuan spekulasi
berkurang. Sebaliknya, apabila harga obligasi diharapkan turun, maka permintaannya
akan uang tunai saat ini bertambah lebih senang menjual obligasi yang ia pegang
memperoleh atau memegang uang tunai sekarang.
5. Hubungan antara harga obligasi dan tingkat bunga yang berlaku adalah berkebalikan.
Harga obligasi naik sama saja artinya dengan tingkat bunga turun. Sebaliknya, harga
obligasi turun berarti tingkat bunga naik.
6. Bila harga obligasi diharapkan naik, ini berarti bahwa harga obligasi saat ini dianggap
terlalu rendah. Bila harga obliga harapkan turun, hal ini berarti mengakibatkan harga
obligasi saat ini akan lebih tinggi harganya.
17
d. APBN dan Kebijakan Fiskal
Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian bisa dianalisa dalam dua
tahap yang berurutan, yaitu:
(a) Bagaimana suatu kebijaksanaan uiskal diterjemahkan men jadi suatu APBN dan
(b) Bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.
Dalam bagian mi kita akan mengaji tahap (a). Khususnya kita akan membahas makna dan
suatu kebijaksanaan fiskal dilihat dari struktur pos-pos APBN.
APBN mempunyai dua sisi, yaitu sisi yang mencatat pengeluaran dan sisi yang
mencatat penerimaan.Sisi pengeluaran mencatat semua kegiatan pemerintah yang
memerlukan uang untuk pelaknaannya. Dalam praktek macam pos-pos yang tercantum di
sisi ini sangat beraneka ragam dan mencerminkan apa yang ingin dilaknakan pemerintah
dalam programnya. Untuk tujuan pembahasan
Dibagian lain terdiri dan pos utama, yaitu:
1. Pengeluaran pernerintah untuk pembelian barang/jasa,
2. pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawainya,
3. pengeluaran pemerintah untuk transfer payments yang ini liputi misalnya, pembayaran
subsidi/bantuan Iangsung kepada berbagai golongan masyarakat, pembayaran pensiun,
pembayaran bunga untuk pinjaman pemerintah kepada masyarakat.
Semua pos pada sisi pengeluaran tersebut memerlukan dana untuk melaksanakannya. Sisi
penerimaan menunjukkan darimana dana yang diperlukan tersebut diperoleh. Ada empat
sumber utama untuk memperoleh dana tersebut, yaitu:
(a) pajak (berbagai macam),
(b) pinjaman dan bank sentral,
(c) pinjaman dan masyarakat dalam negeri,
(d) pinjaman dan luar negeri.
18
Dahulu
pajak
adalah
satu-satunya
sumber
untuk
pembiayaan
kegiatan
pemerintahan.Tidak ada pajak tidak ada kegiatan pemerintahan.Sekarang, pajak masih
merupakan sumber keuangan negara yang paling penting bagi semua negara di dunia.
Namun bagi pemerintah di negara-negara modern ada bebeapa cara lain untuk memperoleh
dana tambahan. Yang pertama, pemerintah bisa “meminjam” dana dan bank sentralnya,
seperti halnva seseorang mengambil kredit dart bank. Tetapi ada satu perbedaan penting
antara kredit bank sentral kepada pemerintah dengan kredit bank kepada seseorang atau
perusahaan.Perbedaan ini adalah bahwa bank sentral hanya bisa memberikan kredit dengan
jalan menciptakan uang inti (reserve money).Bank sentral tidak bisa menciptakan uang giral
seperti bank-bank umum biasa, sebab “uang giral” bank sentral. Dan penambahan uang inti
(L berarti (lewat money multiplier) penambahan jumlah uang beredar (L OIeh sebab itu
dalam ungkapan yang lebih populer, pemberian kredit bank sentral kepada pemerintah
adalah identik dengan pencetakan uang baru.(Yang lebih tepat sebenarnya adalah penciptaan
uang inti baru).
Ada beberapa pengertian yang berbeda mengenai apa yang di maksud suatu APBN
defisit, surplus atau seimbang. Masing-masing pengertian mempunyai arti ekonomis (dan
implikasi makro) yang berbeda satu sama lain. Kita harus memilih pengertian yang sesuai
dengan tujuan analisa kita atau dengan problema yang kita soroti. Contoh di atas (dengan
kriteria manapun) menunjukkan situasi APBN defisit. Pengertian yang “paling ketat”
mengatakan bahwa defisit APBN terjadi apabila seluruh pengeluaran pemerintah tidak bisa
dibiayai oleh sumber keuangan negara yang paling utama, yaitu pajak. Dalam contoh di atas,
pengeluaran total adalah 2.300 sedang penerimaan pajak hanya 1.200, jadi terjadi defisit
(dalam pengertian ini) sebesar 1.100.
Pengertian defisit yang kedua dan yang “kurang ketat” mengatakan bahwa APBN
defisit apabila penerimaan pajak plus pinjaman pemerintah dan masyarakat dalam negeri
tidak mencukupi untuk membiayai seluruh pengeluaran pemerintah.Dalam contoh di atas,
pajak plus pinjaman mi berjumlah 1.400, sehingga terjadi defisit (dalam pengertian ini)
sebesar 900.
Mengapa pinjaman dan masyarakat dalam negeni dianggap sebagai sumber dana yang
“wajar”? Pertama, karena ini adalah pinjaman pemerintah terhadap warganya sendiri,
sehingga ada perasaan bahwa pinjaman ini “wajar”. Alasan kedua, yang secara ekonomis
lebih penting, adalah bahwa pinjaman semacam ini tidak menambah jumlah uang beredar di
19
dalam negeri, karena dana yang diperoleh pemerintah adalah dana yang sebelumnya ada di
ta ngan masyarakat (yaitu, hanya terjadi pengalihan hak penggunaan dana yang tersedia).
Ciri ini mempunyai implikasi penting bagi pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap
perekonomian (seperti yang akan kita bahas nanti).
Pengertian yang paling “lunak” mengenai defisit APBN mengatakan bahwa defisit
APBN hanya terjadi apabila pajak + pinjaman dan masyarakat dalam negeri + pinjaman dan
luar negeri tidak mencukupi untuk membiayai seluruh pengeluaran pemerintah. Dengan lain
perkataan, defisit APBN terjadi apabila pemerintah harus meminjam dan bank sentral atau,
secara populer, harus men cetak uang baru untuk membiayai pengeluarannya. Dalam contoh
di atas, defisit menurut pengertian ini adalah 300.
Berbagai pengertian mengenai APBN surplus dan seimbang juga bisa digolongkan
sejalan dengan pengertian mengenai defisit di atas. Kesimpulan umum mengenai uraian kita
sampai saat mi adah bahwa kita harus berhati-hati dan mempunyai konsepsi jelas mengu nai
pengertian mana yang kita maksud apabila kita mengatakan te jadi defisit atau surplus
APBN. Selain itu jelas pula dan uraian di atas bahwa cara membiayai pengeluaran
pemerintah menentukan sekali akibat APBN terhadap perekonomian. Bermacam-macam
pengeluaran sangat menentukan pula pengaruh APBN terhadap perekonomian Hanya
melihat angka “total”nya saja, kita tidak bisa menilai konsekuensi APBN bagi
perekonomian.
2.1.4 Inflasi
Inflasi semata-mata suatu gejala ekonomi, dimana kecenderungan harga-harga untuk
naik secara bersamaan. Sebab-sebab timbulnya inflasi khusus dari segi ekonomi; dan
penentuan sebab-sebab “ekonomis obyektif” ini mungkin bukanlah tugas yang paling
sukar.Biasanya kita harus melampaui batas-batas ilmu ekonomi dan memasuki bidang ilmu
sosiologi dan ilmu politik.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan
terus menerus.Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang
lainnya.Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
20
a. Indikator Inflasi
 Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan untuk
menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan
pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Dilakukan
atas dasar survei bulanan di 45 kota, di pasar tradisional dan modern terhadap 283-397
jenis barang/jasa di setiap kota dan secara keseluruhan terdiri dari 742 komoditas.
 Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan
harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah.
Didasarkan kepada sumber penyebabnya, menurut Soediyono R. : inflasi dapat
digolong-golongkan sebagai berikut:
(a) Inflasi permintaan. Istilah untuk inflasi semacam ini antara lain ialah demand-pull
inflation. inflasi tarikan permintaan dan demand inflation.
(b) inflasi penawaran. lstilah lain yang hanyak dipakai untuk inflasi sernacam mi ialah costpush inflation dan supply inflation.
(c) Inflasi campuran, yaitu inflasi yang mempunyai baik unsur demand pull maupun cost
push. Inflasi semacam ini sering disebut mixed inflation.
b. Inflasi Permintaan
Sebagai langkah pertama macam inflasi yang merupakan pusat perhatian kita ialah
inflasi permintaan, yang ini terkenal dengan sebutan demand full inflation.Seperti tersirat
dalam namanya, inflasi permintaan timbul sebagai akibat dan meningkatnya permintaan
agregatif.Ada beberapa Icon atau model analisis ekonomi yang dapat dimasukkan ke dalam
kategori inflasi permintaan. Beberapa di antaranya yang uraian singkatnya disajikan di
bawah mi ialah:
(a) pendekatan teori kuantitas uang,
(b) pendekatan celah inflasi,
(c) pendekatan IS-LM, dan
(d) pendekatan permintaan -penawaran agregatif
21
c. Disagregasi Inflasi
1. Inflasi Inti >Yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental:
Interaksi
permintaan-penawaran
- Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang
- Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen
2. Inflasi non Inti >Yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Dalam hal
ini terdiri dari :
1. Inflasi Volatile
Food.
Inflasi yang dipengaruhi shocks dalam kelompok bahan makanan seperti panen, angguan
alam, gangguan penyakit.
2. Inflasi Administered
Prices
Inflasi yang dipengaruhi shocks berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM,
tarif listrik, tarif angkutan, dll
d. Determinan Inflasi
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi
permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost
push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri
terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur
pemerintah (administered price)1 , dan terjadi negative supply shocks2 akibat bencana alam
dan terganggunya distribusi.
Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa
relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makro ekonomi, kondisi ini digambarkan
oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand)
lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi
dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat
adaptif atau forward looking.Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat
produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran,
natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR).
22
2.2
Permasalahan Ekonomi Makro
Secara garis besar, permasalahan kebijaksanaan makro mencakup dua permasalahan
pokok:
a. Masalah jangka pendek atau masalah stabilisasi. Masalah ini berkaitan dengan bagaimana
“menyetir” perekonomian nasional dan bulan ke bulan, dan triwulan ke triwulan atau dan
tahun ke tahun, agar terhindar dan tiga “penyakit makro” utama yaitu:
1) inflasi,
2) pengangguran dan
3) ketimpangan dalam neraca pembayaran.
b. Masalah jangka panjang atau masalah pertumbuhan. Masalah ini adalah mengenai
bagaimana kita “menyetir” perekonomian kita agar ada keserasian antara pertumbuhan
penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan tersedianya dana untuk investasi. Pada
asasnya masalahnya juga berkisar pada bagaimana menghindari ketiga penyakit makro di
atas, hanya perpektif waktunya adalah lebih panjang (lima tahun, sepuluh tahun, atau
bahkan dua puluh lima tahun).
Dalam analisa jangka pendek faktor-faktor berikut ini kita anggap tidak berubah atau
tidak bisa kita ubah:
(a) Kapasitas total dan perekonomian kita. Kegiatan investasi dalam jangka pendek, masih
mungkin dilakukan, tetapi ha nya dalam arti khusus, yaitu sebagai pengeluaran investasi
berupa penambahan stok barang jadi, setengah jadi atau pun barang mentah di dalam gudang
para pengusaha, dan pengeluaran oleh perusahaan-perusahaan untuk pembelian barangbarang modal (mesin-mesin, konstruksi gedung-gedung dan sebagainya). Tetapi yang perlu
diingat, “jangka pendek” yang kita maksud di sini adalah begitu pendek sehingga
pengeluaran (pembelian) barang-barang modal tersebut beleum bias menambah kapasitas
produksi dalam periodesasi tersebut. (Yaitu mesin-mesin sudah dibeli tapi belum dipasang).
23
(b) Jumlah penduduk dan jurnlah angkatan kerja. Dalam suatu triwulan misalnya, jumlahjumlah mi praktis bisa dianggap tidak berubah.
(c) Lembaga-lembaga sosial, politik, dan ekonomi yang ada.
Selanjutnya dari segi teori, apabila kita ingin “menyetir” perekonomia kita dalam
jangka pendek, kita harus melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bersifat jangka
pendek pula, misalnya dengan jalan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
menambah jumlah uang yang beredar,
menurunkan bunga kredit bank,
mengenakan pajak import,
menurunkan pajak pendapatan atau pajak penjualan,
menambah pengeluaran pemerintah,
mengeluarkan obligasi negara dan sebagainya.
Kebijaksanaan-kebinksanaan
semacam
ini
mempunyai
ciri
umum
bahwa
kesemuanya bisa dilakukan tanpa harus mengubah ketiga factor tersebut di atas.
Jadi seandainya kita menginginkan kenaikan produksi dalam jangka pndek, kita bisa
melakukannya dengan, misalnya:
1. memperlancar distribusi bahan-bahan mentah kepada para produsen,
2. mendorong pcngusaha untuk mempergunakan pabrik-pabriknya secara lebih intensif
(menambah giliran kerja/shift),
3. memberikan kerja lembur kepada para karyawan dan sebagainya.
Kehijaksanaan-kebijaksanaan semacam mi bisa menaikkan arus produksi barang/jasa
tanpa mengubah ketiga faktor di atas.Kesemuanya ini adalah kebijakilnaan-kebijaksanaan
jangka pendek.Dan kebijaksanaan-kebijaksanaan semacam inilah yang sering diandalkan
untuk tujuan stabilisasi.
Meskipun demikian perlu kita catat di sini bahwa dalam praktek yang berkaitan
antara masalah jangka pendek dan masalah jangka panjang, adalah sangat erat, terutama
bagi negara-negara sedang berkembang. Dengan lain kata, kita seringkali tidak bisa
mengkotakkan secara jelas mana yang jangka pendek dan mana yang jangka panjang. Di
banyak negara-negara sedang berkembang, kita tidak bisa melakukan kebijaksanaan
stabilisasi
yang
terlepas
dan
kebijaksaanaan
pembangunan
ekonomi
(jangka
24
panjang).Seringkali kebijaksanaa-kebijaksanaan jangka pendek yang kita sebutkan di atas,
meskipun kita Iaksanakan secara setepat-tepatnyapun, tidak bisa menghilangkan secara
tuntas penyakit makro, seperti inflasi dan pengangguran yang diderita oleh masyarakat
dalam jangka pendek. Sebabnya adalah bahwa di negara-negara tersebut seringkali penyakit
iniflasi dan pengangguran tersebut berakar pada sebab-sebab “sturuktural,” yaitu pada
faktor-faktor yang hanya bisa berubah atau diubah dalam jangka panjang dan biasanya
melalui pembangunan ekonomi dan social.
2.3
Kebijakan Ekonomi Makro
Untuk mencapai tujuan dari ekonomi makro diperlukan beberapa bentuk kebijakan
yang harus dijalankan oleh suatu negara, di antaranya sebagai berikut.
2.3.1 Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal meliputi langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan dalam
pendapatan dan pengeluaran negara dengan maksud untuk memengaruhi pengeluaran
agregat dalam perekonomian atau memengaruhi jalannya perekonomian. Melalui kebijakan
fiskal, pemerintah dapat memengaruhi tingkat pendapatan nasional, tingkat kesempatan
kerja, tinggi rendahnya investasi nasional, distribusi pendapatan nasional, dan sebagainya.
2.3.2 Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah pemerintah yang dijalankan oleh bank sentral
(Bank Indonesia) untuk memengaruhi atau mengubah penawaran uang dalam masyarakat
atau mengubah tingkat bunga (memengaruhi jumlah uang yang beredar), dengan maksud
untuk memengaruhi pengeluaran agregat.
Salah satu cara untuk melakukan kebijakan moneter adalah dengan menaikkan atau
menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku. Jika tingkat suku bunga rendah, maka
pengusaha akan menambah modalnya (investasinya). Sebaliknya jika tingkat bunga tinggi,
25
maka pengusaha akan mengurangi modalnya (investasinya) dan cenderung untuk
memperbanyak tabungan.
2.3.3 Kebijakan Segi Penawaran
Kebijakan fiskal dan moneter dapat dipandang sebagai kebijakan yang memengaruhi
pengeluaran agregat. Dengan demikian kebijakan fiskal dan moneter merupakan kebijakan
dari segi permintaan.
Di samping melalui permintaan, kegiatan perekonomian juga dapat dipengaruhi dari segi
penawaran.Kebijakan segi penawaran bertujuan untuk mempertinggi efisiensi kegiatan
perusahaan sehingga dapat menawarkan barang dengan harga yang lebih murah atau dengan
mutu yang lebih baik.Kebijakan segi penawaran lebih menekankan pada peningkatan
kegairahan tenaga kerja untuk bekerja (dengan mengurangi pajak pendapatan rumah tangga)
dan peningkatan
usaha para pengusaha untuk
mempertinggi
efisiensi
kegiatan
produksinya.Cara ini dilakukan pemerintah dengan memberi insentif kepada perusahaan
yang melakukan inovasi, menggunakan teknologi yang canggih, dan pengembangan mutu
barang yang diproduksikan.
2.4 Implementasi Pikir Indonesia Pada Era Reformasi
2.4.1 Perkembangan Pemikiran Sistem Ekonomi Indonesia
Seperti yang kita ketahui bahwa yang menentukan bentuk suatu sistem ekonomi
kecuali dasar falsafah negara yang dijunjung tinggi, maka yang dijadikan kriteria adalah
lembaga-lembaga, khususnya lembaga ekonomi yang menjadi perwujudan atau realisasi
falsafah tersebut. Pergulatan pemikiran tentang sistim ekonomi apa yang sebaiknya di
diterapkan Indonesia telah dimulai sejak Indonesia belum mencapai kemerdekaannya.
Sampai sekarang pergulatan pemikiran tersebut masih terus berlangsung, hal ini tecermin
dari perkembangan pemikiran tentang sistim ekonomi pancasila SEP. Menurut Sri-Edi
Suwasono (1985), pergulatan pemikiran tentang ESP pada hakikatnya merupakan dinamika
penafsiran tentang pasal-pasal ekonomi dalam UUD 1945.
2.4.2 Pasal Ekonomi dalam UUD 1945
26
Pasal 33 UUD 1945, yang dimaksud dengan cabang-cabang produksi yang
menguasai hajat hidup orang banyak adalah barang dan jasa yang vital bagi kehidupan
manusia, dan tersedia dalam jumlah yang terbatas.Tinjauan terhadap vital tidaknya suatu
barang tertentu terus mengalami perubahan sesuai dengan dinamika pertumbuhan ekonomi,
peningkatan taraf hidup dan peningkatan permintaan.
Dengan demikian penafsiran pasal-pasal di ataslah yang banyak mendominasi
pemikiran SEP. Pemikiran tentang ESP, sudah banyak, namun ada beberapa yang perlu
dibahas secara rinci karena mereka merupakan faunding father dan juga tokoh-tokoh
ekonomi yang ikut mewarnai sistem ekonomi kita, diantaranya :
a. Pemikiran Mohammad Hatta (Bung Hatta)
Bung Hatta selain sebagai tokoh Proklamator bangsa Indonesia, juga dikenal sebagai
perumus pasal 33 UUD 1945. bung Hatta menyusun pasal 33 didasari pada pengalaman
pahit bangsa Indonesia yang selama berabad-abad dijajah oleh bangsa asing yang menganut
sitem ekonomi liberal-kapitalistik. Penerapan sistem ini di Indonesia telah menimbulkan
kesengsaraan dan kemelaratan, oleh karena itu menurut Bung Hatta sistem ekonomi yang
baik untuk diterapkan di Indonesia harus berasakan kekeluargaan
b. Pemikiran Wipolo
Pemikiran Wipolo disampaikan pada perdebatan dengan Wijoyo Nitisastro tentang
pasal 38 UUDS (pasal ini identik dengan pasal 33 UUD 1945), 23 september 1955.menurut
Wilopo, pasal 33 memiliki arti SEP sangat menolak sistem liberal, karena itu SEP juga
menolak sector swasta yang merupakan penggerak utama sistem ekonomi liberal-kapitalistik
c. Pemikiran Wijoyo Nitisastro
Pemikiran Wijoyo Nitisastro ini merupakan tanggapan terhadap pemikiran Wilopo.
Menurut Wijoyo Nitisastro, pasal 33 UUD 1945 sangat ditafsirkan sebagai penolakan
terhadap sector swasta.
27
d. Pemikiran Mubyarto
Menurut Mubyarto, SEP adalah sistem ekonomi yang bukan kapitalis dan juga
sosialis. Salah satu perbedaan SEP dengan kapitalis atau sosialis adalah pandangan tentang
manusia. Dalam sistem kapitalis atau sosialis, manusia dipandang sebagai mahluk rasional
yang memiliki kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan akan materi saja.
e. Pemikiran Emil Salim
Konsep Emil Salim tentang SEP sangat sederhana, yaitu sistem ekonomi pasar
dengan perencanaan. Menurut Emil Salim, di dalam sistem tersebutlah tercapai
keseimbangan antara sistem komando dengan sistem pasar. “lazimnya suatu sistem ekonomi
bergantung erat dengan paham-ideologi yang dianut suatu negara
Sumitro Djojohadikusumo dalam pidatonya di hadapan School of Advanced
International Studies di Wasington, AS Tanggal 22 Februari 1949, menegaskan bahwa yang
dicita-citakan bangsa Indonesia adalah suatu macam ekonomi campuran. Lapanganlapangan usaha tertentu akan dinasionalisasi dan dijalankan oleh pemerintah, sedangkan
yang lain-lain akan terus terletak dalam lingkungan usaha swasta.
2.5 Perkembangan Ekonomi Makro pada Masa Reformasi (1998-sekarang)
Pada masa reformasi ini perekonomian indoensia ditandai dengan krisis monoter
yang berlanjut menjadi krisis ekonomi yang sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda
kea rah pemulihan. Walaupun ada pertumbuhan ekonomi sekitar 6% untuk tahun 1997 dan
5,5% untuk tahun 1998 dimana inflasi sudah duperhitungkan namun laju inflasi masih
cukup tinggi yaitu sekitar 100%.
Pada tahun 1998 hampir seluruh sector mengalami pertumbuhan negatif, hal ini
berebeda dengan kondisi ekonomi tahun 1999. Era Reformasi di Indonesia dimulai pada
pertengahan 1998, tepatnya saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998
dan digantikan wakil presiden BJ Habibie. Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi
Indonesia melemah dan semakin besarnya ketidak puasan masyarakat Indonesia terhadap
pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besarbesaran yang dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia.
28
Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998
yang kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun
meluas hampir diseluruh Indonesia.Di bawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar
negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
2.6 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009
Reformasi sistem politik di Indonesia baik yang bersifat kelembagaan maupun
perundangan memunculkan model perencanaan dan kebijakan pembangunan nasional yang
baru mengantikan model perencanaan dan kebijakan lama.Muara dari reformasi ini adalah
keinginan untuk melakukan perbaikan-perbaikan atas kelemahan-kelemahan yang timbul
dari praktik perencanaan pembangunan maupun kebijakan pembangunan yang sebelumnya
pernah
diterapkan
demi
pencapaian
tujuan
kesejahteraan
rakyat
sebagaimana di amanatkan oleh konstitusi.
Dalam konteks ini, Pemerintah dan DPR menyepakati pengundangan UU Nomor 25
tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai landasan bagi
proses perumusan program pembangunan baik dalam jangka panjang, menengah maupun
tahunan. Berkaitan dengan program pembangunan jangka menengah, pemerintah telah
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah tahun 2004-2009 sebagai pedoman bagi penyusunan rencana kerja
tahunan pemerintah.
Secara singkat, model dan alur perencanaan pembangunan sebagaimana diatur dalam
UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dalam
dijelaskan dalam diagram berikut ini. Sejalan dengan amandemen UUD 1945 ketiga tahun
2001, Majelis Permusyawaratan Rakyat tidak lagi memegang kedaulatan negara
tertinggi.Selain itu, MPR juga tidak lagi memiliki kewajiban untuk menetapkan GBHN.
Dengan berlakunya amandemen Undang-Undang Dasar 1945 hingga amandemen keempat,
telah
terjadi
perubahan
dalam
pengelolaan
pembangunan,
yaitu:
Penguatan kedudukan lembaga legislatif dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja
Negara
(APBN);
Ditiadakannya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman penyusunan
rencana
pembangunan
nasional;
dan
29
Diperkuatnya Otonomi Daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pemilihan presiden secara langsung sebagai hasil perubahan UUD 45 dan
ditiadakannya GBHN sebagai pedoman Presiden untuk menyusun rencana pembangunan
serta pemberlakuan UU Nomor 32 tahun 2004, sebagai amandemen UU Nomor 22 tahun
1999, tentang Pemerintahan Daerah yang memungkinkan penyelenggaraan otonomi daerah
dengan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab kepada Daerah menjadi
landasan perlunya sistem perencanaan pembangunan nasional. Pemberian kewenangan yang
luas kepada Daerah juga membawa konsekuensi diperlukannya langkah koordinasi dan
pengaturan untuk lebih mengharmoniskan dan menyelaraskan pembangunan, baik
pembangunan nasional, pembangunan daerah, maupun pembangunan antar daerah. Untuk
menjawab kebutuhan-kebutuhan diatas, pada tanggal 5 Oktober 2004 Pemerintah dengan
persetujuan
tahun
2004
DPR
tentang
menerbitkan
Sistem
Perencanaan
Undang-Undang
Pembangunan
Nomor
Nasional.
25
Melalui
UU
Nomor 25 tahun 2004, bangsa Indonesia memasuki era baru dalam sejarah pembangunan
nasional
untuk
menjamin
kegiatan
pembangunan
yang
berjalan
secara efektif, efisien, dan bersasaran dalam rangka mewujudkan tujuan negara sebagaimana
diamanahkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Masih tingginya laju pertumbuhan dan jumlah penduduk.Jumlah penduduk
Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, meskipun laju pertumbuhannya dapat
dikendalikan sehingga semakin menurun. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 1990
dan 2000, jumlah penduduk Indonesia 179,4 juta jiwa dan 206,3 juta jiwa, dengan laju
pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun pada periode 1990-2000, lebih rendah dari
laju pertumbuhan penduduk periode 1980-1990 (1,97 persen). Meskipun telah terjadi
penurunan pertumbuhan penduduk karena menurunnya angka kelahiran, namun secara
absolut pertambahan penduduk Indonesia masih:akan meningkat sekitar 3 sampai 4 juta jiwa
per tahun. Hal ini disebabkan belum terkendalinya angka kelahiran pada tahun 1970- an,
sehingga terjadi peningkatan jumlah penduduk pasangan usia subur yang relatif lebih cepat
dibanding kelompok usia sebelumnya, atau timbulnya momentum kependudukan.
30
Masih tingginya tingkat kelahiran penduduk.Faktor utama yang mempengaruhi laju
pertumbuhan penduduk adalah tingkat kelahiran. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1971,
angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) diperkirakan 5,6 anak per wanita usia
reproduksi, dan saat ini telah turun lebih 50 persen menjadi 2,6 anak per wanita (Survei
Demografl dan Kesehatan Indonesia-SDKI 2002-2003). Penurunan TFR antara lain karena
meningkatnya
penggunaan
alat
dan
obat
kontrasepsi
(prevalensi)
pada
pasangan usia subur pada tahun 1980-an. Pada tahun 1971, angka prevalensi penggunaan
kontrasepsi kurang dari 5 persen, tahun 1980 meningkat menjadi 26 persen, tahun 1987
menjadi 48 persen, tahun 1997 menjadi 57 persen, dan tahun 2002 sebesar 60 persen (SDKI
2002-2003).
31
BAB
III
METODE PENULISAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penulisan makalah ini berlangsung pada waktu yang lenggang selama setengah semester
ini (Februari s/d Maret 2014) yang dilakukan di rumah saya, dikantor,serta tempat-tempat yang
memberikan saya inspirasi dalam menulis makalah ini seperti di perpustakaan Universitas Esa
Unggul atau perpustakaan di luar Universitas Esa Unggul.

Pop & Sample
Populasi : Wilayah generalisasi berupa subyek dan obyek yang diteliti untuk dipelajari
dan diambil kesimpulan nya. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh artikel dan buku
mengenai ekonomi makro.Dari populasi tersebut saya mengambil dan menggunakan beberapa
artikel, buku serta media web browser untuk menyusun makalah ini.
Sampel : Sebagian dari populasi yang diteliti. Sampel dari penelitian ini adalah beberapa
artikel, buku serta hasil searching melalui media web browser mengenai makro ekonomi pada
era globalisasi di Indonesia serta segala yang menyangkut tentang Makro ekonomi.

Metode Analisis Data
Didalam penulisan makalah ini, saya hanya menggunakan data primair yang terdiri dari
bahan-bahan Pengetahuan lapangan yaitu data-data kepustakan berupa Perundang-undangan,
serta bahan Pengetahuan Hukum primair yaitu produk-produk hukum, undang-undang dan UUD
1945, yang terkait dengan Ekonomi Makro serta artikel di internet : www.google.com,
www.yahoo.com dan media cetak lainya yang berkaitan dengan judul makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini saya juga mengunakan metode penelitian literatur, dan
metode penelitian internet.Adapun metode penelitian literatur adalah metode penelitian
berdasarkan media cetak yang dalam kasus pembuatan makalah ini adalah buku.Metode
penelitian internet adalah penelitan berdasarkan media internet.Semua metode dan teknik yang
32
saya pilih dalam membuat makalah ini berfungsi untuk menunjang makalah saya ini dan untuk
membuktikan hipotesa yang saya miliki yang digunakan sebagai dasar pembuatan makalah ini.

Definisi Operasional
Operasional merupakan salah satu instrumen dari riset karena merupakan salah satu
tahapan dalam proses pengumpulan data. Definisi dari operasional menjadikan konsep yang
masih bersifat abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran variabel
tersebut.Sebuah definisi operasional juga bisa dijadikan sebagai batasan pengertian yang
dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan penelitian.
Dalam makalah ini saya menggunakan data operasional yang mencakup variable materi
yang berhubungan dengan Makro Ekonomi pada era Globalisasi di Indonesia serta cakupan luas
tentang Ekonomi Makro sebagai landasan saya dalam meneliti dan menulis makalah ini.
33
BAB
4
KESIMPULAN & SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada apa yang telah dijelaskan dalam makalah ini maka saya mengambil
kesimpulan agar makalah saya ini lebih mudah untuk dipahami. Makalah ini menjelaskan
bagaimana Perkembangan ekonomi makro pada era Globalisasi di Indonesia.
Pengertian Ekonomi dari istilah kata ialah “ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani
οἶκος (oikos) yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan νόμος (nomos), atau “peraturan, aturan,
hukum,” dan secara garis besar diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen
rumah tangga.
Dalam kerangka analisa Makro Terdapat dua aspek utama.Yang pertarna adalah aspek
mengenai “apa” yang disebut kegiatan ekonomi makro dan “di mana” kegiatan tersebut
dilakukan.Yang kedua adalah aspek mengenai “siapa” pelaku-pelakunya.
Ekonomi makro adalah suatu cabang ilmu ekonomi yang mengkhususkan, membahas
mekanisme perekonomian secara keseluruhan.Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi
yang mempengaruhi banyak rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar.
Teori-teori Ekonomi menurut dasar filsafat teori Keynes adalah Selama kita masih
mempercayakan pengelolaan perekonomian kita pada para rodusen swasta yang perdefinisi
hanya bertujuan mengejar keuntungan mereka pribadi, maka depresi, pengangguran, dan juga
inflasi akan tetap menjadi penyakit perekonomian yang menghantui Kita dan waktu ke waktu.
Dalam penerapan teori Ekonomi Makro Masalah ekonomi yang ditangani oleh ekonomi
makro pada dasarnya bisa dibagi menjadi 2 garis besar permasalahan, yaitu permasalahn jangka
panjang dan permasalahan jangka pendek.
Permasalahan ekonomi jangka pendek biasanya membahas tentang bagaimana mengurus
dan mengatur kondisi ekonomi untuk jangka waktu atau rentan bulan hingga tahun.
34
Sedangkan permasalahan ekonomi jangka panjang umumnya mengurusi atau membahas
permasalahan ekonomi untuk jangka waktu lebih panjang, 5 tahun, 20 tahun atau lebih
Pada permasalahan Ekonomi Makro yang timbul Secara garis besar, permasalahan
kebijaksanaan makro mencakup dua permasalahan pokok yaitu masalah jangka pendek atau
masalah stabilisasi serta masalah panjang atau masalah pertumbuhan.
Kebijaksanaan ekonomi makro yang telah dilaksanakan pemerintah dalam upaya
menekan laju inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap valuta asing adalah melalui
kebijaksanaan moneter yang ketat disertai anggaran berimbang, dengan membatasi deficit
anggaran sampai pada tingkat yang dapat diimbangi dengan tambahan dana dari luar negeri.
Perkembangan pemikiran sistem ekonomi Indonesia menjadi Pergulatan pemikiran
tentang sistim ekonomi apa yang sebaiknya di diterapkan Indonesia telah dimulai sejak
Indonesia belum mencapai kemerdekaannya. Sampai sekarang pergulatan pemikiran tersebut
masih terus berlangsung, hal ini tecermin dari perkembangan pemikiran tentang sistim ekonomi
pancasila SEP. Menurut Sri-Edi Suwasono (1985), pergulatan pemikiran tentang ESP pada
hakikatnya merupakan dinamika penafsiran tentang pasal-pasal ekonomi dalam UUD 1945.
Pasal Ekonomi dalam UUD 1945 salah satunya ialah Pasal 33 UUD 1945, yang
dimaksud dengan cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah
barang dan jasa yang vital bagi kehidupan manusia, dan tersedia dalam jumlah yang terbatas.
Perkembangan
Ekonomi
Makro
pada
Masa
Reformasi
(1998-sekarang)
ini
perekonomian indoensia ditandai dengan krisis monoter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi
yang sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda kea rah pemulihan. Walaupun ada
pertumbuhan ekonomi sekitar 6% untuk tahun 1997 dan 5,5% untuk tahun 1998 dimana inflasi
sudah duperhitungkan namun laju inflasi masih cukup tinggi yaitu sekitar 100%.
Pada tahun 1998 hampir seluruh sector mengalami pertumbuhan negatif, hal ini berebeda
dengan kondisi ekonomi tahun 1999. SDM Indonesia dalam Persaingan Global merupakan salah
satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang
berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang
selama
ini
kita
abaikan.
35
Adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan
kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara
jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang
penganggur terbuka (open unemployment Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi
lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi
terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan
perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini
menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia.Menurut
catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran
sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang.
4.2 Saran
Dalam makalah ini, saya selaku penulis ingin memeberikan saran bagi para pembaca
makalah penelitian saya ini. Dalam makalah saya ini saya melakukan penelitian dengan topik
tentang Makro Ekonomi yang tentu saja bertujuan untuk mengenalkan ekonomi makro pada
para pembaca, maka saya berasumsi bahwa mereka yang membaca ini selain dosen ekonomi
makro yang akan menilai makalah ini adalah mereka yang kurang mengenal ekonomi makro.
Saran saya adalah :
1. Belajarlah lebih banyak mengenai ekonomi makro dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Pelajari dan amati dengan baik tentang bagaimana perkembangan Makro Ekonomi di era
Globalisasi khususnya di Indonesia.
3. Kenalilah dengan baik setiap orang yang berperan dalam perkembangan Makro Ekonomi,
karena dengan mengenalnya selain kita dapat lebih banyak pengetahuan juga akan
mempermudah kita dalam mempelajari hal baru yang di dalam materinya terdapat tokoh
yang sudah kita kenal sebelumnya.
36
Sekian saran dari saya selaku penulis makalah ini, saya harap makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi siapa saja yang membacanya, jika terdapat kesalahan
dalam pengetikan mohon di maafkan, terima kasih.
4.3 Daftar Pustaka
http://www.slideshare.net/AchmadZain/teori-ekonomi-makro-menurut-keynes
http://www.plengdut.com/2013/01/kebijakan-ekonomi-makro.html
http://www.slideshare.net/TjahBoLang/populasi-dan-sampel-dalam-penelitian-15544070
http://buanakonsultama.wordpress.com/2012/05/16/macam-macam-metode-analisis-datadan-kegunaannya/
http://berlianjuandanabella.student.esaunggul.ac.id/2012/11/16/makro-ekonomi-pada-eraglobalisasi-di-indonesia/
http://www.google.com
http://www.yahoo.com
37
Download