hubungan dukungan suami dengan persiapan persalinan ibu hamil

advertisement
GAMBARAN BEBERAPA RISIKO PENYEBAB ABORTUS SPONTAN
DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
PERIODE MARET 2013 – MARET 2014
Nur Atika1), Ninik Christiani2), Chichik Nirmasari3)
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo
ABSTRAK
Atika Nur. 2014; Gambaran Beberapa Risiko Penyebab Abortus Spontan di RSUD Ambarawa
Kabupaten Semarang Periode Maret 2013 – Maret 2014. D III Kebidanan Ngudi Waluyo.
Pembimbing I : Ninik Christiani, S.SiT., Pembimbing II : Chichik Nirmasari, S.SiT., M.Kes.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa didahului faktor-faktor mekanis maupun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah (Nugroho, 2012). Komplikasi abortus
merupakan salah satu penyebab Angka Kematian Ibu di Indonesia. Beberapa risiko penyebab
abortus spontan diantaranya adalah usia ibu, paritas, pekerjaan, riwayat abortus, dan anemia. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran beberapa risiko penyebab abortus spontan di
RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan retrospektif.
Pengambilan data menggunakan data sekunder (Rekam Medik). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu hamil yang mengalami abortus spontan di RSUD Ambarawa Kabupaten
Semarang bulan Maret 2013 – Maret 2014. Sample dalam penelitian menggunakan teknik total
sampling yaitu seluruh ibu hamil yang mengalami abortus spontan di RSUD Ambarawa Kabupaten
Semarang bulan Maret 2013 – Maret 2014 sebanyak 99 orang. Analisis yang digunakan adalah
analisis univariat.
Hasil penelitian diketahui jumlah ibu hamil yang mengalami abortus berusia 20-35 tahun
sebanyak 70,0%, ibu yang memiliki paritas 0-3 sebanyak 98,0%, ibu yang bekerja sebanyak 81,8%,
ibu yang tidak memiliki riwayat abortus sebanyak 91,9%, dan ibu yang mengalami anemia
sebanyak 74,7%.
Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan fasilitas dalam program KB untuk mencegah
kehamilan pada ibu yang memiliki risiko tinggi kehamilan, serta meningkatkan pelayanan antenatal
care secara menyeluruh supaya dapat mencegah terjadinya abortus spontan serta deteksi dini pada
komplikasi kehamilan lainnya.
Kata Kunci : risiko abortus spontan.
1
GAMBARAN BEBERAPA RISIKO PENYEBAB ABORTUS SPONTAN DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
ABSTRACT
Atika, Nur. 2014. The Description of Some Cause Spontaneous Abortion Risk in Ambarawa
General Hospital in Semarang Regency from March 2013 to March 2014. Scientific Paper. DIII
of Midwifery Academi of Ngudi Waluyo. Supervisor I : Ninik Christiani, S.SiT., Supervisor II :
Chichik Nirmasari, S.SiT, M.Kes.
Spontaneous abortion is abortion that occurs without any mechanical and medical factors, purely
is caused by natural factors (Nugroho, 2012). Complications of abortion is one of the causes of
Maternal Mortality in Indonesia. Some of the causes of spontaneous abortion risks include maternal
age, parity, occupation, previous abortion, and anemia. The purpose of this study is to describe some
of the causes of spontaneous abortion risk in Ambarawa General Hospital in Semarang Regency.
The research design of study was descriptive with retrospective approach. Retrieval of data
using secondary data (Medical Records). The population in this study were all pregnant women who
experienced spontaneous abortion in Ambarawa General Hospital from March 2013 to March 2014.
Samples in this studies using total sampling technique that all pregnant women who experienced a
spontaneous abortion from March 2013 to March 2014 that was 99 people. The analysis used
univariate analysis.
The survey result show that the mothers pregnant who had abortion aged 20-35 years old was
70.0%, the mothers had parity 0-3 was 98.0%, the mothers who work was 81.8%, the mothers who
didn’t have history of previous abortion was 91.9%, and the mothers who were anemic was 74.7%.
It is expected that health workers can improve the facilities in the contraception program to
prevent pregnancy in women who have high risk of pregnancies, as well as improve the overall
antenatal care in order to prevent the occurrence of spontaneous abortion and early detection of
other pregnancy complications.
Keywords: risk of spontaneous abortion.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan
salah satu indikator penting dari derajat
kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan
jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan
kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasus insidentil)
selama kehamilan, melahirkan dan dalam
masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per
100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat
digunakan dalam pemantauan kematian
terkait dengan kehamilan. Indikator ini
dipengaruhi status kesehatan secara umum,
pendidikan dan pelayanan selama kehamilan
dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap
perbaikan
pelayanan
kesehatan
menjadikannya
indikator
keberhasilan
pembangunan sektor kesehatan (Depkes RI,
2012).
2
Penyebab utama kematian ibu adalah
perdarahan, eklampsi, partus lama, kompikasi
abortus, dan infeksi. Kontribusi dari penyabab
kematian ibu tersebut masing-masing adalah
perdarahan sebanyak 28%, eklampsia
sebanyak 24%, infeksi sebanyak 11%, abortus
sebanyak 5%, partus lama sebanyak 5%,
partus macet sebanyak 5%, emboli obstetri
sebanyak 3% komplikasi masa purpureum
sebanyak 8%, dan masalah lain sebanyak 11%
(Depkes RI, 2012).
Angka kematian ibu Provinsi Jawa
Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari
kabupaten/kota
adalah
sebesar
116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan AKI
pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000
kelahiran hidup (Sugihantono, 2013).
Sebesar 57,93% kematian maternal terjadi
pada waktu nifas, pada waktu hamil sebesar
24,74% dan pada waktu persalinan sebesar
17,33%. Sementara berdasarkan kelompok
umur, kejadian kematian maternal terbanyak
adalah pada usia produktif (20-34 tahun)
GAMBARAN BEBERAPA RISIKO PENYEBAB ABORTUS SPONTAN DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
sebesar 66,96%, kemudian pada kelompok
umur >35 tahun sebesar 26,67% dan pada
kelompok umur <20 tahun sebesar 6,37%.
Perdarahan pervaginam yang terjadi pada
awal kehamilan disebut dengan abortus atau
keguguran, sedangkan pengertian dari abortus
adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan
sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu
atau berat bayi kurang dari 500 gram, yaitu
sebelum bayi dapat hidup di luar kandungan
secara mandiri. Secara garis besar abortus
terbagi menjadi dua macam, yaitu abortus
spontan dan abortus buatan. Abortus spontan
adalah abortus yang terjadi dengan tidak
didahului faktor-faktor mekanis maupun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh
faktor-faktor alamiah, sedangkan abortus
buatan adalah abortus yang disengaja, baik
dengan memakai obat-obatan maupun alatalat (Nugroho, 2012; h. 72).
Komplikasi atau bahaya abortus yang
pertama adalah dapat terjadi perdarahan,
risiko ini adalah risiko yang paling sering
terjadi. Perdarahan karena keguguran yang
tidak segera diatasi akan mengakibatkan
anemia atau bahkan ibu shock (pingsan).
Bahaya yang kedua adalah infeksi, infeksi
yang paling sering disebabkan oleh karena
tindakan pengguguran atau penanganannya.
Pengguguran atau penanganan oleh tenaga
non medis yang paling sering menakibatkan
infeksi dan perdarahan, sehingga berakibat
kematian ibu. Bahaya yang ketiga adalah
kanker yang ganas, sisa-sisa tubuh janin dan
buah kehamilan lainnya yang tertinggal dalam
rahim dan tidak dikeluarkan akan menjadi
jaringan yang ganas (kanker). Bahaya yang
keempat adalah infertilisas, biasa terjadi pada
keguguran yang berulang dan dilakukan
kuretase (kuret) sehingga terjadi jaringan
parut (bekas luka) di rahim dan ini akan
menyebabkan rahim tidak dapat menerima
pertumbuhan janin. Bahaya yang kelima
adalah efek psikologis, ibu dapat mengalami
sedih, murung, cemas, bahkan depresi
(Bartini, 2012).
Komplikasi abortus yang membahayakan
kesehatan ibu harus dapat dicegah.
Pencegahan terhadap abortus dapat diawali
dengan melihat faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya abortus. Salah satu
faktor yang penting dalam kejadian abortus
3
adalah faktor ibu. Setiap ibu yang hamil
mempunyai karakteristik masing-masing yang
mempunyai kecenderungan dan risiko yang
berbeda-beda untuk mengalami abortus.
Berdasarkan
observasi
di
RSUD
Ambarawa kabupaten Semarang didapatkan
data bulan Januari sampai Desember tahun
2013, terdapat ibu yang mengalami abortus
adalah sebanyak 148 kasus (55,8%) dari 265
kelahiran pervaginam, dengan 82 ibu
mengalami abortus spontan dan 66 ibu
mengalami kehamilan yang berakhir dengan
abortus. Berdasarkan data yang diambil
tanggal 11 Januari 2014 pada 10 ibu yang
mengalami abortus spontan terdapat 6 ibu
yang memiliki usia <20 tahun dan >35 tahun,
sedangkan 4 ibu berusia antara 20-35 tahun, 4
ibu merupakan ibu dengan paritas < 1 atau >
4 dan 6 ibu merupakan ibu dengan paritas 1-3,
3 ibu adalah ibu rumah tangga sedangkan 7
ibu adalah ibu pekerja swasta, 2 ibu memiliki
riwayat abortus, sedangkan 8 ibu tidak
memiliki riwayat abortus, dan 5 ibu
mengalami anemia, sedangkan 5 ibu tidak
mengalami anemia (Rekam Medik RSUD
Ambarawa : 2013).
Dari fenomena di atas, peneliti tertarik
untuk meneliti tentang “Gambaran Beberapa
Risiko Penyebab Abortus Spontan di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang”.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui Gambaran Beberapa
Risiko Penyebab Abortus Spontan di
RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui
gambaran
kejadian
abortus spontan di RSUD Ambarawa
Kabupaten Semarang.
b. Mengetahui gambaran usia pada ibu
yang mengalami abortus spontan di
RSUD
Ambarawa
Kabupaten
Semarang.
c. Mengetahui gambaran paritas pada ibu
yang mengalami abortus spontan di
RSUD
Ambarawa
Kabupaten
Semarang.
d. Mengetahui gambaran pekerjaan pada
ibu yang mengalami abortus spontan
di RSUD Ambarawa Kabupaten
Semarang.
GAMBARAN BEBERAPA RISIKO PENYEBAB ABORTUS SPONTAN DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
e. Mengetahui gambaran riwayat abortus
pada ibu yang mengalami abortus
spontan
di
RSUD
Ambarawa
Kabupaten Semarang.
f. Mengetahui gambaran anemia (Kadar
Hb) pada ibu yang mengalami abortus
spontan pada ibu hamil di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang.
kemudian tentang gambaran risiko penyebab
abortus spontan yaitu usia ibu, paritas,
pekerjaan, riwayat abortus, dan anemia.Dalam
penelitian ini peneliti mengisi lembar
observasi sesuai dengan data yang tercantum
dalam rekam medis.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi dan
informasi dalam bidang kesehatan, serta
dapat dijadikan tambahan referensi ke
perpustakaan untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan masukan data untuk dapat
ditindaklanjuti dengan kegiatan promotif
pencegahan abortus.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai dasar untuk memberikan
informasi dan meningkatkan pengetahuan
masyarakat
tentang
faktor-faktor
penyebab abortus.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah
wawasan baru dalam bidang kesehatan
terutama kejadian abortus.
Hasil
Analisis Univariat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Usia Ibu yang Mengalami
Abortus Spontan di RSUD
Ambarawa, Maret 2013 – Maret
2014
METODE PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini adalah
variabel tunggal yaitu risiko penyebab abortus
spontan. Penelitian ini dilakukan di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang. Penelitian
ini dilakukan pada bulan Juni 2014. Desain
penelitian yang dilakukan untuk membuat
gambaran atau deskriptif suatu keadaan secara
objektif. Populasi dalam penelitian ini adalah
106 kasus abortus spontan. Jumlah sampel
yang diambil berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi adalah 99 kasus abortus spontan.
Pengambilan sampel menggunakan teknik
total sampling Data yang diambil berupa data
sekunder, yaitu data yang diperoleh dari
rekam medis tentang jumlah ibu hamil dengan
abortus spontan di RSUD Ambarawa
Kabupaten Semarang. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi dengan format identitas responden,
yaitu nomer register, nama, dan alamat,
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Usia
<20 th / > 35 th
20-35 th
Jumlah
Frekuensi
29
70
99
Presentase
29,3
70,7
100,0
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui
bahwa ibu yang mengalami abortus spontan
lebih banyak terjadi pada ibu dengan usia 2035 tahun, yaitu sejumlah 70 orang (70,7%)
sedangkan ibu yang memiliki usia <20 tahun
atau >35 tahun yaitu sejumlah 29 orang
(29,3%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Paritas Ibu yang Mengalami
Abortus Spontan di RSUD
Ambarawa, Maret 2013 – Maret
2014
Paritas
Paritas <1 atau >3
Paritas 1-3
Jumlah
Frekuensi
47
52
99
Persentase
47,5
52,5
100,0
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui
bahwa ibu yang mengalami abortus spontan
lebih banyak terjadi pada ibu yang memiliki
paritas 1-3 yaitu sejumlah 52 orang (52,5%),
sedangkan yang memiliki paritas <1 atau >3
yaitu sejumlah 47 orang (47,5%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pekerjaan Ibu yang Mengalami
Abortus Spontan di RSUD
Ambarawa, Maret 2013 – Maret
2014
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
Jumlah
Frekuensi
81
18
99
Persentase
81,8
18,2
100,0
GAMBARAN BEBERAPA RISIKO PENYEBAB ABORTUS SPONTAN DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui
bahwa ibu yang mengalami abortus spontan
sebagian besar merupakan ibu yang bekerja,
yaitu sejumlah 81 orang (81,8%), sedangkan
ibu yang tidak bekerja sejumlah 18 orang
(18,2%).
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Riwayat Abortus Sebelumnya
yang
Mengalami
Abortus
Spontan di RSUD Ambarawa,
Maret 2013 – Maret 2014
Riwayat Abortus
Memiliki riwayat
Tidak memiliki riwayat
Jumlah
Frekuensi
8
91
99
Persentase
8,1
91,9
100,0
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui
bahwa ibu yang mengalami abortus spontan
sebagian besar ibu tidak memiliki riwayat
abortus, yaitu sejumlah 91 orang (91,9%),
sedangkan yang memiliki riwayat abortus
sejumlah 8 orang (8,1%).
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Anemia pad Ibu yang Mengalami
Abortus Spontan di RSUD
Ambarawa, Maret 2013 – Maret
2014
Anemia
Anemia
Tidak Anemia
Jumlah
Frekuensi
25
74
99
Persentase
25,3
74,7
100,0
Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui
bahwa ibu yang mengalami abortus spontan
di RSUD Ambarawa, sebagian besar ibu tidak
mengalami anemia, yaitu sejumlah 74 orang
(74,7%), sedangkan yang mengalami anemia
sejumlah 25 orang (25,3%).
Pembahasan
1. Kejadian abortus berdasarkan risiko usia
ibu
Sebagian besar ibu yang mengalami
abortus spontan adalah ibu yang berusia
20-35 tahun yaitu sebanyak 70 ibu
(70,7%), dimana ibu sudah memiliki
kesiapan fisik maupun mental (emosi dan
psikologis) dan sosial ekonomi. Hal
tersebut dapat dikarenakan adanya faktorfaktor lain yang menyertai kehamilan ibu.
Menurut
Nugroho
(2010),
faktor
penyebab abortus spontan meliputi faktor
janin yaitu bighted ovum atau tidak
5
ditemukan janin dalam kandungan,
kelainan kromosom dan abnormalitas
pembentukan plasenta, faktor ibu meliputi
infeksi, penyakit vasekular, kelainan
endokrin, gangguan imunologis, trauma
pada ibu hamil, dan kelainan uterus, serta
faktor eksternal yang meliputi radiasi,
obat-obatan dan nutrisi ibu hamil.
2. Kejadian abortus berdasarkan risiko
paritas
Sebagian besar ibu yang mengalami
abortus spontan adalah ibu dengan risiko
rendah yaitu paritas 1-3 sebanyak 52 ibu
(52,5%). Hal ini dapat disebabkan oleh
jarak kehamilan ibu dengan persalinan
sebelumnya yang terlalu dekat. Jarak
antara
persalinan
terakhir
dengan
kehamilan berikutnya (pregnancy spacing)
sebaiknya antara dua sampai lima tahun,
jarak yang terlalu dekat (kurang dari dua
tahun) berhubungan dengan meningkatnya
resiko kejadian keguguran, bayi dengan
berat badan lahir rendah (kurang dari
2.500 gram), kematian janin dan kematian
bayi. Untuk seorang ibu, kehamilan yang
terlalu dekat meningkatkan kejadian
anemia karena status gizi ibu yang belum
pulih, selain itu, seorang ibu bisa
mengalami infeksi, ketuban pecah dini,
dan perdarahan. Pada ibu-ibu yang telah
sering mengalami keguguran yang terlalu
dekat, kemungkinan tersering adalah
karena kelainan bibit janin (kelainan
kromosom dari telur, sperma atau
keduanya) (Krisnadi, 2009).
3. Kejadian abortus berdasarkan risiko
pekerjaan
Sebagian besar ibu yang mengalami
abortus spontan adalah yang bekerja, yaitu
sejumlah 81 orang (81,8%). Komplikasi
kehamilan
yang
disebabkan
oleh
pekerjaan itu sendiri jika ibu hamil
terpapar trauma, senawa toksik, atau
bakteri pathogen pada laboratorium.
Beberapa masalah utama bila ibu hamil
yang bekerja di luar adalah risiko terhadap
zat-zat fetotoksik, ketegangan fisik yang
berlebihan, terlalu lelah, pengobatan atau
komplikasi yang berhubugan dengan
kehamilan.
Pekerjaan
yang
dapat
menyababkan abortus yaitu seperti pabrik
GAMBARAN BEBERAPA RISIKO PENYEBAB ABORTUS SPONTAN DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
rokok dan pabrik-pabrik lainnya yang
dapat menyebabkan abortus.
4. Kejadian abortus berdasarkan risiko
riwayat abortus sebelumnya
Sebagian besar ibu yang mengalami
abortus spontan adalah ibu yang tidak
memiliki riwayat abortus (berisiko
rendah) yaitu sebanyak 91 ibu (91,9%).
Hal
ini
dapat
disebabkan
oleh
ketidaktahuan
ibu
mengenai
kehamilannya yang dianggap sebagai
keterlambatan menstruasi seperti yang
sering dialami ibu yang menggunakan
kontrasepsi yang mengganggu siklus
menstruasi, karena tidak disertai gejala
yang hebat, sehingga ibu mengkonsumsi
obat-obatan yang dapat memperlancar
menstruasi.
Hal
tersebut
dapat
menimbulkan gangguan pertumbuhan
hasil konsepsi dalam rahim dan dapat
terjadi abortus (Sarwono, 2008).
5. Kejadian abortus berdasarkan risiko
anemia pada ibu
Sebagian besar ibu yang mengalami
abortus spontan adalah ibu yang tidak
mengalami anemia (berisiko rendah),
yaitu sebanyak 74 ibu (74,7%). Hal ini
dapat disebabkan oleh adanya faktor lain
dari ibu sebagai penyebab abortus. Faktor
penyakit yang diderita ibu selama
kehamilan dapat berpengaruh besar pada
abortus spontan. Menurut Nugroho
(2010), menyatakan bahwa penyakit
hiprtensi vasekular pada ibu dapat
menyeababkan abortus, dimana terdapat
gangguan sirkulasi plasenta akibat ibu
menderita suatu penyakit atau kelainan
pembentukan plasenta yang dapat
mengganggu perkembagan hasil konsepsi
dalam rahim.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Jumlah kejadian abortus spontan di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang adalah
99 kasus.
2. Sebagian besar kejadian abortus spontan
berdasarkan risiko usia ibu di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang adalah
usia 20-35 tahun, yaitu sejumlah 70 orang
(70,7%).
6
3. Sebagian besar kejadian abortus spontan
berdasarkan risiko paritas di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang adalah
paritas 1-3, yaitu sejumlah 52 orang
(52,5%).
4. Sebagian besar kejadian abortus spontan
berdasarkan risiko pekerjaan ibu di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang adalah
ibu yang bekerja, yaitu sejumlah 81 orang
(81,8%).
5. Sebagian besar kejadian abortus spontan
berdasarkan risiko riwayat abortus
sebelumnya di RSUD Ambarawa
Kabupaten Semarang adalah ibu yang
tidak memiliki riwayat abortus, yaitu
sebanyak 91 orang (91,9%).
6. Sebagian besar kejadian abortus spontan
berdasarkan risiko anemia pada ibu di
RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
adalah ibu yang tidak mengalami anemia,
yaitu sebanyak 74 orang (74,7%).
Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
a. Meningkatkan fasilitas kesehatan
dengan program keluarga berencana
pada ibu yang memiliki usia < 20 atau
> 35, ibu yang memiliki jarak
kehamilan yang dekat dan memiliki
paritas tinggi.
b. Meningkatkan pelayanan antenatal
care secara menyeluruh supaya dapat
mencegah terjadinya abortus spontan
dengan
pendidikan
kesehatan
mengenai tanda bahaya kehamilan
awal yang salah satunya adalah
abortus dan melakukan deteksi dini
pada komplikasi kehamilan lainnya
sejak dini yaitu pada trimester I untuk
mengetahui adanya kelainan pada ibu
maupun janin serta melakukan
anamnesa dan pemeriksaan secara
menyeluruh
untuk
mengetahui
penyakit yang diderita ibu yang dapat
membahayakan kehamilannya.
c. Melengkapi data yang terdapat di
dalam rekam medis sehingga dapat
diketahui faktor-faktor lain yang
menyebabkan
kejadian
abortus
spontan.
GAMBARAN BEBERAPA RISIKO PENYEBAB ABORTUS SPONTAN DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
2. Bagi Ibu Hamil
a. Ibu hamil lebih peduli terhadap
kesehatannya
dan
selalu
memeriksakan kehamilannya secara
rutin ke tenaga kesehatan sehingga
kelainan yang timbul tidak dapat
terdeteksi sedini mungkin.
b. Ikut serta dalam program keluarga
berencana guna mencegah terjadinya
abortus spontan dan komplikasi
lainnya, terutama pada ibu dengan
memiliki usia < 20 atau > 35, ibu yang
memiliki jarak kehamilan yang dekat
dan yang memiliki paritas tinggi.
c. Memberi informasi yang lengkap
terutama mengenai riwayat kesehatan
dan obstetri supaya dapat diketahui
faktor risiko terjadinya abortus pada
ibu.
d. Meningkatkan pengetahuan mengenai
tanda-tanda kehamilan dan tanda
bahaya kehamilan yang salah satunya
merupakan tanda dari abortus.
e. Menjaga kesehatan selama hamil
dengan melakukan istirahat yang
cukup
agar
tidak
mengalami
kelelahan, teruama pada ibu hamil
yang bekerja.
3. Bagi Institusi
Meningkatkan fasilitas pendidikan
berupa penambahan dan pembaharuan
referensi
di
perpustakaan
yang
berhubungan dengan ilmu kebidanan dan
kandungan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
meneliti faktor-faktor yang berhubungan
dengan abortus spontan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik.Jakarta : Rineka
Cipta.
Arisman (2010). Gizi Dalam Daur
Kehidupan. Jakarta : EGC.
Bartini, Istri. 2012. Panduan dan Tips Hamil
Sehat. Yogyakarta : Nuha Medika.
Benson, Ralph C. Pernoll Martin L. 2009.
Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : EGC.
Cunningham. 2006. Obstetric Williams.
Jakarta : EGC.
7
Depkes RI, 2012. Profil Kesehatan Indonesia
2011.
Effendi,
Ferry;
makhfudli.
2009.
Keperawatam Kesehatan Komunitas.
Jakarta : Salemba medika.
Fauziyah, Yulia, dkk. 2013. Bioteknologi
Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Girsang, Deby Karina. 2011. PenyebabPenyebab Abortus Spontan di RSUP. H.
Adam Malik Medan pada Tahun 20072009. Diakses pada 8 Mei 2014 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/23479/4/ChapterII.pdf
Hadisaputra, Wachyu; Handoko, Yohanes.
2013. The Management of Asherman
Syndrome in Gynecology. Medical Journal
of Indonesia. Diakses pada 19 Juli 2014
dari www.ui.ac.id.
Krisnadi, R. S., Effendi, S. J. & Pribadi, A.
(2009). Prematuritas. Bandung : Refika
Aditama.
Manuaba, I.G.B. dkk. 2009. Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :
EGC.
Manuaba, I.G.B. 2006. Kapita Selekta
Penatalaksanaan
Rutin
Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC.
Manuaba, I.G.B. 2010. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan.
Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan
Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nadesul, Handrawan. 2011. Cara Sehat
Selama Hamil. Jakarta : Puspa Swara.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugroho, Taufan. 2010. Kasus Emergency
Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Rochyati, P. 2005. Skrining Antenatal Pada
Ibu Hamil. Pusat Safe Mother HoodLab/SMF
Obgyn
RSU
Sr.
Sutomo/Fakultas
Kedokteran
Unair
Surabaya.
Sastrawinata, Sulaiman. 2005. Obstetri
Patologi. Jakarta : EGC.
Sinsin, Iis. 2008. Masa Kehamilan dan
Persalinan. Jakarta : Gramedia.
Sugihantono,
Anung.
2013.
Laporan
Penyelenggaraan Rakerkesd 2013.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Jakarta : EGC.
GAMBARAN BEBERAPA RISIKO PENYEBAB ABORTUS SPONTAN DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
GAMBARAN BEBERAPA RISIKO PENYEBAB ABORTUS SPONTAN
DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
PERIODE MARET 2013 – MARET 2014
ARTIKEL
Oleh :
NUR ATIKA
NIM.0111466
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2014
8
GAMBARAN BEBERAPA RISIKO PENYEBAB ABORTUS SPONTAN DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG
Download