22 BAB III RESIKO AUDIT DAN KESALAHAN LAPORAN KEUANGAN 1. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Di dalam bab ini akan dikemukakan pengertian risiko, jenis-jenis resiko yang berhubungan dengan audit atas laporan keuangan disamping itu juga akan dijelaskan mengenai pengujian keseuaian maupun pengujian kebenaran bukti, juga akan dikemukakan bagaimana cara untuk menghindari adanya risiko audit, termasuk penyelewengan yang dilakukan oleh Manajemen, dan akan diperdalam juga masalah-masalah yang berhubungan dengan penyelewengan sebagai lanjutan dari bab II, dalam buku ini. 2. Pendekatan Untuk Pencapaian Tujuan Pengajaran (isi) Setelah selesai mempelajari bab ini diharapkan kepada mahasiswa dapat : Menjelaskan pengertian risiko dan jenis-jenis audit secara detail Memahami Jenis-Jenis resiko audit Memahami jika Akuntan dalam melakukan pemeriksaan menggunakan sample. Mamahami bagaimana cara untuk menghindari resiko audit Memahami tentang penyelewengan yang dilakukan oleh Manajemen perusahaan. Memahami bentuk-bentuk Penyelewengan A. Pengertian Resiko Audit Akuntan mengeluarkan pendapat wajar atas laporan keuangan yang mengandung kesalahan material, seharusnya diberikan pendapat wajar dengan tambahan bahasa penjelasan atau pendapat-pendapat lain dibawah pendapat ini, masih banyak pendapat menyangkut beberapa point adanya kesalahan dalam laporan keuangan, yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kesalahan dalam bentuk prinsip-prinsip akuntansi secara umum, itu lebih mendasar. Resiko Audit berbeda dengan resiko akuntan. Dan yang terakhir ini adalah kemungkinan Akuntan menderita kerugian yang mengancam eksistensi usahanya sebagai kantor akuntan. Resiko audit berhubungan dengan Standar Pemeriksaan Lapangan Nomor 3, yaitu berbunyi sbb: Bukti yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, tanya jawab, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan hasil auditan. B. Jenis-Jenis Resiko Audit Mata Kuliah Pengauditan 1 yang telah dipelajari tentang resiko audit, namun dalam pembahasan ini masih tetap disinggung hal-hal yang berhubungan dengan resiko audit, karena hal ini sangat penting dalam pemeriksaan Akuntan terhadap Laporan Keuangan perusahaan pada umumnya. Resiko audit dapat dibagi atas berbagai kategori. Bedarsarkan tingkatan resiko yang ditimbulkannya, Resiko audit dibagi atas : a. Resiko inheren (inherent risk). Resiko yang dari adanya kemungkinan kesalahan material yang dikandung oleh laporan keuangan yang diaudit. 22 23 b. Resiko Pengendalian (Control risk). Resiko yang berasal dari adanya kemungkinan kesalahan yang berasal dari ketidakmampuan sistem pengendalian intern untuk menemukan, menghindarkan kesalahan secara dini. c. Resiko deteksi (detection risk). Resiko yang berasal dari kelemahan yang ada pada diri akuntan itu sendiri, hal ini kemungkinan Akuntan tidak menemukan kesalahan yang material sewaktu melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan yang di auditnya. C. Jika Akuntan dalam Pemeriksaan Menggunakan Sample. Ditinjau dari apakah akuntan menggunkan sample dalam melakukan pemeriksaan atau tidak menggunakan sample dalam melakukan pemeriksaan, maka resiko audit dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu : 1. Resiko sampling, yaitu resiko yang mungkin timbul akibat auditor menggunakan metode sampling dalam melaksanakan audit. Dengan kata lain sample yang diperiksa memberikan kesimpulan yang berbeda dibandingkan dengan apabila dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap populasi yang ada. 2. Resiko non sampling, yaitu resiko yang mungkin timbul apabila auditor melaksanakan pemeriksaan dengan baik dan prosedur audit lainnya yang mengakibatkan kesalahan dalam memilih prosedur yang tidak tepat atau kesalahan melakukan penafsiran terhadap bukti yang diperiksa. Disamping resiko yang telah dikemukakan di atas, maka dikenal pula adanya resiko yang muncul pada saat melakukan pengujian, yaitu sebagai berikut : 1. Pengujian kesesuaian Dalam pengujian kesesuaian ini ada dua kemungkinan resiko yang timbul, yaitu : Resiko Under Reliance, yaitu resiko yang timbul apabila hasil sampel menyatakan bahwa sistem pengendalian intern tidak dapat diyakini, namun yang sebenarnya adalah bahwa apabila populasi diuji secara keseluruhan, maka hasilnya menyatakan bahwa sistem pengendalian intern dapat dipercaya. Resiko Over Reliance, yaitu Resiko yang timbul sewaktu melakukan pengujian kesesuaian, dimana hasil sample menyebutkan bahwa sistem pengendalian intern dapat diyakini, yang pada akibatnya jika dilakukan pengujian secara keseluruhan terhadap seluruh populasi, maka menunjukkan hasil sebaliknya, yaitu menyatakan bahwa sistem pengendalian intern tidak dapat dipercaya. 2. Pengujian Kebenaran Bukti Dalam melakukan pengujian kebenaran bukti ini ada 2 resiko yang mungkin akan timbul, yaitu sbb: Resko Alpa atau Resiko incorrect Rejectio, yaitu resiko yang timbul sewaktu melaksanakan pengujian kebenaran bukti, dimana sample menyatakan bahwa kewajaran suatu angka tidak diterima, sedangkan yang sebenarnya dapat diterima kewajarannya. Resiko ini dapat diatasi dengan menambah sample untuk tambahan obyek audit. Resiko Beta atau resiko Incorrect Acceptance, resiko ini sangat berbahaya, yaitu resiko yang timbul apabila kita menarik kesimpulan dari sampel bahwa laporan keuangan (Obyek yang diperiksa) adalah wajar, yang sebenarnya tidak wajar. Kesimpulan dari pada Resiko Alpa adalah. Jika kita diperhadapkan dengan Resiko Alpa atau Resiko of Under Reliance pada dasarnya menyangkut efisiensi audit, yang berarti, bahwa pelaksaan audit yang kita lakukan sangat tidak efisien, karena itu memerlukan dana dan kegiatan audit tambahan 24 lagi untuk menghindari resiko ini, akibatnya adalah langganan atau/auditor terpaksa dibebani biaya tambahan untuk melaksanakan audit ini. Sedangkan Resiko Beta atau Resiko Over Reliance pada dasarnya menyangkut efektivitas audit yang berarti kalau kita mengalami resiko ini, maka pelaksanaan audit tidak mencapai sasaran, dan bahkan sangat membahayakan eksistensi usaha Akuntan, karena tuduhan atas kesalahan pendapat yang dikeluarkan atas laporan keuangan. Resiko tersebut di atas dapat diberikan Gambar Sebagai Berikut : Kesimpulan Audit Keadaan Yang Sebenarnya Laporan Keuangan Wajar Lap.Keuangan Tdk.Wajar Laporan keuangan disebur wajar Kesmpulan benar Kesimpulan salah (tidak ada resiko) (1) (Resiko Beta) (2) Laporan Keuangan disebut Kesimpulan salah Kesimpulan benar Tidak wajar Resiko Alpa (4) Tidak ada resiko (3) Resiko Alpa = Incorrect Rejection Resiko Beta = Incorrect Acceptance. D. Menghindari Resiko Akuntan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari adanya resiko yang mungkin akan timbul, maka hal ini akuntan perlu mempertimbangkan sejak dini aspek-aspek yang memperkecil resiko ini antara lain adalah penggunaan staf yang cakap, dan juga mampu serta penerimaan klien yang serba hati-hati, termasuk penggunaan prosedur yang ketat, mentaati Standar Pemeriksaan Profesional Akuntan Publik. Termasuk mentaati Kode Etik Akuntan. Untuk dapat menekan resiko ini, maka Sofian Safri Harahap, mengutip pendapat yang dikemukakan oleh Carmichael dan Willingham, yang menyebutkan bahwa untuk mengatasi resiko ini pada akuntan biasanya mempertanyakan beberapa sebagai berikut: 1. Lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi, disini dikaji : a. Apakah operasi perusahaan terganggu akhir-akhir ini. b. Apakah perusahaan ini diperkirakan akan mengalami kesulitan pasar/teknologi. c. Apakah mungkin perusahaan ini mengalami kesulitan keuangan. d. Untuk membiayai kewajiban keuangan, apakah ada perusahaan/pihak yang akan menuntutnya. e. Apahak ada penjualan saham yang tidak biasa/tidak normal. f. Apakah jenis perusahaan ini masih diberi izin oleh pemerintah. 2. Perilaku dan Kredibilitas/Reputasi Manajemen a. Apakah manajemen terlalu berani mengambil resiko. b. Apakah manajemen hanya memenuhi tujuan jangka pendek, misalnya meningkatkan dividen, tapi bukan pasar, c. Apakah manajemen royal dalam memberi dividen dan biaya perusahaan. 3. Masalah-masalah tertentu dalam menerapkan prinsip-prinsip akuntansi dan penaksiran akutansi, seperti : 25 a. Apakah ada prinsip akuntansi yang tidak dianut secara konsisten b. Apakah ada perubahan sistem akuntansi yang dilakukan ? c. Apakah ada perubahan taksiran akuntansi ? d. Apakah ada perubahan entity ? Kemudian dalam SAS No.53 ada 3 ciri perusahaan yang dapat menjadi tanda lampu merah untuk menyatakan perusahaan yang mungkin mengandung kesalahan dan penyelewengan, yaitu : a. Kegiatan operasional perusahaan dan kebijaksanaan didominasi satu orang b. Perusahaan menganut sistem desentralisasi yang tidak diawasi secara benar. c. Perusahaan memiliki isu-isu akuntansi yang sukar dan tidak memuaskan. E. Penyelewengan Manajemen Pada dasarnya pemeriksaan-pemeriksanaan dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang didasarkan pada ketaatannya terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum. Ini berarti juga bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji dari kemungkinan kesalahan material. Namun akuntan diwajibkan untuk melakukan usaha-usaha untuk memastikan bahwa laporan keuangan tidak mengandung kesalahan material. Pada umumnya kita kenal 2 tipe kesalahan, yaitu : a. Error Kesalahan yang timbul akibat ketidaksengajaan yang mengakibatkan kesalahan teknis perhitungan, memindahbukukan, penerapan prinsip akuntansi, yang tidak sengaja dilakukan. b. Irregularities Kesalahan yang sengaja dilakukan pemegang buku/manajemen atau pegawainya yang mengakibatkan kesalahan material terhadap penyajian laporan keuangan. Jadi Fraud merupakan salah satu bentuk Irraegularities. Contohnya tidak melakukan pencatatan, mencatat biaya lebih tinggi dari yang sebenarnya, dan yang sebaliknya mencatat hasil yang lebih rendah dari yang sebenarnya. Indikator yang dapat dijadikan pedoman sebagai petunjuk bagi kemungkinan adanya kesalahan ini adalah sebagai berikut : a) Perusahaan mengalami kesulitan modal kerja b) Ketergantungan perusahaan terhadap produk, langganan, pasar tertentu. c) Transaksi mayoritas terhadap perusahaan dengan perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa. d) Kapasitas produksi yang berlebihan. e) Banyaknya persediaan yang tidak laku terjual. f) Tidak mampu memperbaiki sistem pengendalain intern yang ada. g) Konflik intern perusahaan. h) Perubahan yang tiba-tiba atas Akuntan Publik/Konsultan yang memeriksa laporan keuangan/memberi nasihat kepada perusahaan. F. Bentuk-Bentuk Penyelewengan Holmes membagi penyelewengan ini menjadi 3 bagian penyelewengan, yaitu sebagai berikut 1. Penyelewengan Penerimaan Kas 2. Penyelewengan melalui pengeluaran kas 3. Penyelewengan atas barang yang bukan kas 1. Penyelewengan Penerimaan Kas 26 Bentuk-bentuk penyelewengan atas penerimaan kas biasanya adalah : Penyelewengan atas uang yang diterima dari penjualan tunai dengan cara tidak mencatatnya di Cash Register atau di Faktur Penjualan. Mengurangi penjualan kas dari penjualan tunai atau dari penagihan piutang. Buku Kas debet direndahkan demikian pula perkiraan penjualan atau piutang sebelah kredit. Memperbesar jumlah potongan penjualan yang diberikan kepada langganan. Perbedaan antara potongan penjualan yang diberikan dimasukkan ke kantong sendiri. Mendebet perkiraan lain diluar perkiraan kas sewaktu menerima piutang dari langganan. Biasanya perkiraan-perkiraan yang didebet adalah biaya, piutang ragu-ragu, piutang fiktif dan lain-lain. Menghapus piutang yang sehat dan mengantongi apabila diterima pembayarannya. Mencatat perkiraan piutang yang fiktif dan mencatat pada orang yang benar. Penerimaan kas nantinya dikantongi. Lapping. Tidak mencatat penerimaan dari seorang langganan sebelum diterima pembayaran dari debitur lain. Setelah diterima dari debitur berikutnya baru penerimaan pertama dicatatnya sebagai uang masuk pembayaran piutang. Dari metode ini sebenarnya yang diselewengkan adalah masa penyimpanan uang yang mungkin digunakan untuk kegiatan lain seperti deposito, dan bunganya diambil sendiri. Menguangkan pembayaran-pembayaran kepada pihak lain yang tidak berhak menerimanya. Misalnya Cek yang dikembalikan, Wesel yang dikembalikan dan lain-lain. 2. Penyelewengan Melalui Pengeluaran Kas Bentuk-bentuk penyelewengan melalui pengeluaran kas ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Mengambil uang dari brand kas, laci atau kas kecil dan memasukkan bon-bon yang tidak sah atau yang sudah pernah dikeluarkan. Memalsukan cek dan menguangkannya untuk kepentingan sendiri. Menaikkan angka yang dibuat dilembar cek, dan perbedaannya dikantongi. Mengubah tanggal bon dan menagihnya kembali untuk kedua kalinya. Membuat bon palsu untuk pembayaran biaya fiktif atau pembelian fiktif. Kitting. Sistem ini dilakukan apabila ada rekening didua Bank. Kasir yang mencuri berusaha untuk menutupi kecurangannya dengan cara menarik uang dari Bank A tanpa melaukan pencatatan, sehingga jumlah saldo yang tetap dapat menutupi yang sudah diambil dengan cara menyetorkannya ke Bank B. Menghilangkan jumlah rupiah yang diberikan potongan sehingga nilai pembelian menjadi lebih besar, dan mengantongi potongannya. Potongan pembelian mungkin direndahkan atau tidak diambil, dan pembayaran diminta sebesar harga pembelian diluar potongannya. Memanipulasi pembayaran gaji dengan berbagai cara, seperti : o Menaikan gaji pegawai o Memperbesar daftar gaji. o Menambah pegawai fiktif. o Mencatat kembali pegawai yang sudah dipecat. o Mengantongi gaji yang tidak diambil. o Tidak mencatat pengurangan gaji pegawai, tetapi kepada pegawai dibayar setelah dikurangi. 27 3. Penyelewengan Atas Barang yang Bukan Kas Bentuk-bentuk penyelewengan dapat dikemukakan sebagai berikut : Mengambil persediaan untuk kepentingan sendiri Menjual barang tanpa melalui pencatatan, cash register. Dan pembayaran dapat diselesaikan diluar. Mengoper barang dagangan baik melalui seseorang atau membeli secara sekongkol, dan diluar dijual ketempat lain. Mengambil bahan-bahan untuk keperluan sehari-hari di Kantor/dipabrik untuk kepoentingan sendiri seperti bahan bakar, oli, baterai, bola lampu, dan lain-lain. Memanfaatkan aktiva perusahaan bukan untuk urusan yang diizinkan oleh perusahaan. G. SOAL LATIHAN BAB 3 1. Jelaskan apa yang timbul dari pemikiran seseorang sehingga mengambil persediaan di gudang untuk kepentingan pribadi. 2. Jelaskan bagaimana motif memanfataan aktiva perusahaan yang bukan untuk kepentingan perusahaan. 3. Jelaskan implikasi jika terjadi keslahan prinsip akuntansi. 4. Jelaskan mengapa kelalaian dengan sengaja dapat merigikan orang lain. 5. Jelaskan apa implikasi negatif dai perkiraan piutang piktif di masa yang akan datang.