rumusan - BKKBN | Gorontalo

advertisement
LAPORAN EKSEKUTIF
SEMINAR KEPENDUDUKAN DAN PROGRAM
KELUARGA BERENCANA NASIONAL
PROVINSI GORONTALO
(ABSTRAKSI, RUMUSAN DAN REKOMENDASI)
BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL
PROVINSI GORONTALO
TAHUN 2009
ABSTAKSI
DR. Fadel Muhammad, Gubernur Gorontalo, dalam pidato pembukaan seminar
memberi catatan khusus bahwa pembangunan harus difokuskan kepada manusia
(people centered development) sebagaimana yang pernah dibahas dan disepakati
dalam konferensi 1000 gubernur sedunia di Portugal baru-baru ini. Lebih lanjut
dikatakan, tidak ada pilihan bahwa dalam pembangunan berkelanjutan setiap negara
dan pemerintah lokal diminta memberi perhatian yang sungguh-sungguh terhadap
upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)
seperti yang telah dirintis, dilaksanakan dan dikembangkan di Provinsi Gorontalo
semenjak menjadi provinsi pemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara tahun 2001.
Pidato pembukaan yang disiarkan langsung oleh RRI Gorontalo tersebut, telah
menjadi referensi utama dalam rumusan seminar yang memperkuat peranan dan
konstribusi Program Keluarga Berencana dalam peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia.
Seminar yang digelar atas kerjasama BKKBN dengan Pemerintah Provinsi
Gorontalo bertemakan “Memperkuat Sendi-Sendi Program Kependudukan dan
Keluarga Berencana untuk Memelihara Kesinambungan Pembangunan Nasional di
Daerah” dengan moto “Peserta KB Pahlawan Indeks Pembangunan Manusia” telah
menampilkan nara sumber sebagai berikut Drs. H. Furqan IA Faried, MA (Direktur
Ketahanan Keluarga); Prof. DR. Hariyadi Said, MS (Rektor Universitas Gorontalo);
Prof. DR. Ir. Hj. Winarni Monoarfa, MS (Ketua Bappeda Gorontalo); Prof. DR. Ani
M Hasan, MPd (Peneliti Universitas Negeri Gorontalo; Hamim Pow, S.Com
(Wartawan Senior); dan Ir. Wahyuddin (Konsultan IT BKKBN Pusat).
Seminar sehari yang diaksanakan tanggal 5 Mei 2009 bertempat di Hotel Quality
Gorontalo dihadiri oleh 100 orang peserta yang terdiri dari Bupati/Walikota, Ketua
Bappeda Kab/Kota, Kepala SKPD KB Kab/Kota, para camat yang skor IPM-nya di
bawah rata-rata skor propinsi, kepala OPD Pemerintah Provinsi, jajaran Kodim 304,
pimpinan partai politik, pimpinan lembaga swadaya dan organisasi kemasyarakatan
dan pengelola program KB Provinsi Gorontalo. Diskasikan oleh Gubernur Gorontalo
telah dilakukan penanda tanganan naskah kerjasama (MOU) antara Kepala BKKBN
dengan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Gorontalo tentang
“Peningkatan Pelayanan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di
Pemukiman Transmigrasi”.
Rekomendasi seminar antara lain mempertegas korelasi positif antara upaya
keluarga berencana dalam peningkatan IPM; diperlukan dukungan pembiayaan
terhadap pengkajian akademis tentang daya dukung lahan terhadap jumlah dan
pertumbuhan penduduk di Provinsi Gorontalo ; dan penerapan manajemen data
penduduk dan keluarga berbasis teknologi komputer (WEB).
RUMUSAN
1. Masalah kependudukan global yang ditandai dengan ancaman kelaparan,
pengrusakan lingkungan dan kemunduran peradaban bangsa-bangsa di
dunia merupakan dampak dari melemahnya komitmen negara dan
pemerintahan lokal terhadap program pengendalian kelahiran. Pertumbuhan
penduduk yang tidak terkendali sebagai akibat dari tingginya angka kelahiran,
akan memberi dampak buruk bagi keberlangsungan pembangunan kualitas
sumber daya manusia.
2. Program pengendalian kelahiran melalui keluarga berencana harus dilihat
dalam perspektif mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas;
dimulai dari priode persiapan pernikahan, priode hamil dan bersalin, priode
pengasuhan dan pembinaan anak dan remaja, sampai kepada revitalisasi
penduduk berusia lanjut. Dengan demikian Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) untuk menakar keberhasilan pembangunan di daerah memiliki korelasi
positif dengan keberhasilan daerah tersebut dalam program keluarga
berencana.
3. Program Keluarga Berencana ditempatkan (posisi) sebagai bagian yang
integral dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
dengan barometer keberhasilan menggunakan Human Development Index
(HDI). Dengan demikian sub.variabel (indikator) aksesibilitas pelayanan
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera perlu secara nyata dalam setiap
identifikasi masalah dalam memotret kemajuan wilayah dalam peningkatan
IPM.
4. Program keluarga berencana dan program pengembangan kependudukan
hubungannya dengan ajaran dan praktek Agama Islam dan agama-agama
samawi lainnya sudah jelas (clear). Muncul dan berkembang isu politik terkait
dengan jumlah penduduk untuk pemekaran wilayah, pembagian Dana Alokasi
Umum (DAU), penetapan jumlah kursi di lembaga perwakilan rakyat daerah
dsb. Dibutuhkan kebijakan nasional yang komprehensif dari pendekatan
penduduk menjadi pendekatan keluarga atau rumah tangga dalam
mengalokasikan anggaran pembangunan, persyaratan pemekaran wilayah
dan penetapan jumlah kursi lembaga legislatif pusat dan daerah.
5. Tantangan pembangunan kualitas sumber daya manusia di Provinsi
Gorontalo adalah kemiskinan dan indeks pembangunan manusia yang masih
rendah, termasuk kualitas sumber daya pemimpin lokal untuk
menterjemahkan kebijakan dan prioritas pembangunan yang berorientasi
kepada penduduk. Untuk itu percepatan pembangunan wilayah dengan IPM
rendah didukung pendanaan ekstra setiap dinas/lembaga sekurang-
kurangnya 30 % dari total dana yang ada. Pemerintah provinsi akan
melakukan intervensi di 15 kecamatan IPM rendah, sementara pemerintah
kab/kota melakukan hal yang sama untuk kecamatan atau desa dengan IPM
di bawah rata-rata kabupaten/kota yang bersangkutan.
6. Re-branding Program Keluarga Berencana Nasional hendaknya dapat
menjadi gerbong promosi dan sosialisasi peningkatan kualitas sumber daya
manusia Provinsi Gorontalo. Dengan demikian perluasan jangkauan rebranding (pencitraan) Program KB Nasional dapat mendayagunakan seluruh
saluran media yang ada, lansung maupun tidak langsung.
7. Pendataan keluarga dan mutasi data keluarga dapat menjadi jendela masuk
(entry point) bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan manajemen
data yang berbasis teknologi komputer (WEB). Bukti nyata dari “best practice”
yang sudah dikembangkan di Kota Bandung, bisa menjadi contoh untuk
memulai mempersiapkan infrastruktur dan sumber daya manusia yang dapat
mendukung tersedianya data kependudukan dan keluarga yang dinamis,
komprehensif dan mudah diakses di seluruh kabupaten/kota di Provinsi
Gorontalo.
8. Persiapan kearah penyedian data kependudukan dan keluarga yang
diperluas (sesuai kebutuhan lokal) dilakukan secara bertahap, mulai
penyediaan perangkat keras dan lunak, pelatihan/magang petugas, uji coba
terbatas, “eksekutive presentation” dan pengembangan ke seluruh kab/kota.
Untuk ini BKKBN Provinsi Gorontalo akan menindaklanjuti melalui
bekerjasama dengan BKKBN Pusat dan Pemerintah Provinsi Gorontalo.
REKOMENDASI
1. Dalam rangka menjawab issu lokal yang mengatakan bahwa Provinsi
Gorontalo masih memerlukan peningkatan jumlah penduduk, perlu dilakukan
kajian akademis (penelitian) terhadap kemampuan dan daya dukung lahan
pertanian terhadap jumlah dan proyeksi penduduk. Para pembuat dan
pemangku kebijakan di daerah (decision maker and stake-holder)
memerlukan informasi tentang hasil-hasil penelitian dan pengalaman negaranegara maju dalam perumusan kebijakan pembangunan di daerah.
2. Mengusulkan indikator akses pelayanan keluarga berencana dan keluarga
sejahtera dalam melakukan identifikasi masalah penyebab IPM suatu wilayah
rendah. Indikator-indikator tersebut adalah: (1) Untuk aspek pendidikan
diusulkan prosentase keluarga yang mempunyai balita yang terakses
program pengasuhan dan pembinaan keluarga balita (BKB); (2) Untuk aspek
kesehatan meliputi (a) Jumlah “unmet-need” kesertaan KB di suatu wilayah,
(b) Ratio petugas lapangan KB dan Petugas Pembantu KB Desa (PPKBD)
dibandingkan dengan pasangan usia subur yang ada. (3) Untuk aspek
pendapatan, diusulkan tingkat partisipasi istri (perempuan) dalam usaha
ekonomi produktif mendukung pendapatan keluarga.
3. Bantuan sosial dalam konteks jejaring pengamanan sosial (social safety net)
kepada keluarga miskin diusulkan kepada pemerintah pusat dan pemerintah
daerah untuk mempertimbangkan pendekatan pro-keluarga kecil. Dengan
demikian terjadi suatu proses kewaspadaan awal (early warning) bagi setiap
keluarga atau pasangan suami istri untuk merencanakan anak (keturunan)
dengan jumlah yang lebih sedikit.
4. Pengalaman sukses BKKBN dalam penyediaan data keluarga secara mikro,
hendaknya dikembangkan dalam program managemen data penduduk dan
keluarga berbasis WEB (teknologi informasi). Untuk tahun 2009, BKKBN
diminta melakukan uji coba kerjasama dengan konsultan IT BKKBN Pusat di
suatu kabupaten atau kota, selanjutnya dipresentasikan kepada Gubernur
dan Bupati/Walikota untuk mendapat dukungan pembiayaan secara penuh.
GORONTALO, 7 MEI 2009
TEAM PERUMUS,
Download