studi efektivitas komunikasi keluarga untuk p

advertisement
MODEL KOMUNIKASI KELUARGA DALAM RANGKA REHABILTASI ANAK DI PENJARA
ANAK PEREMPUAN; STUDI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KELUARGA UNTUK
PENYEMBUHAN ANAK NARKOBA DI PENJARA TANGERANG
(Ringkasan Laporan Hasil Penelitian Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian
SPPK 0131/SP2H/PKM/DP2M/I/2010, DIPA0041/023-04.1/-/2010, 31 Desember 2009)
Maria Mathildis Ogur
Tantri br. Tarigan
Bintang Maria Tinambunan
Edy Siswoyo
PENDAHULUAN
Latar Belakang masalah :
Dalam berinteraksi manusia membutuhkan proses
komunikasi yang baik supaya terjadi keseimbangan
hidup antara satu dengan yang lain. Komunikasi tidak
bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, baik itu anak
kecil sampai orang dewasa pasti membutuhkan
komunikasi. Komunikasi adalah hal yang sangat
penting didalam keluarga yang fungsinya sebagai
perekat keluarga. Bila rumah sudah menjadi tempat
yang memberikan kesejukan untuk anak-anak maka
kemanapun anak pergi rumah tetap menjadi referensi
utama bagi anak. Kesejukan itulah yang perlu
dibangun oleh orang tua melalui komunikasi tanpa
kekerasan. Dari beberapa penelitian yang sudah
dilakukan dan disepakati bahwa membangun jalinan
komunikasi intens antara orang tua dan anak
merupakan alat ampuh untuk mencegah hal-hal yang
tidak diinginkan seperti penggunaan obat terlarang
antara lain Narkoba yang sekarang ini menjadi
bahaya untuk anak-anak dan kaum remaja khususnya
anak perempuan .
Mengenal anak adalah langkah pertama umtuk
membangun hubungan dengan anak, dan mencakup
pengenalan akan kepribadian dan kondisi psikologis
dan emosi anak.
Dalam banyak situasi, orang tua merasa
mengenal anak, tapi hal-hal yang dikenal orang
tuanya cenderung tidak lagi cocok dengan kondisi
anak terkini. Hal ini dapat ditempuh melalui
komunikasi dan terlibat aktif dalam kehidupan anak.
18
Mulai dari hal-hal kecil yakni anak merasa
diperhatikan dan dihargai seperti membawakan
makanan saat anak berkumpul dengan temantemannya dan duduk bersama mereka sambil cerita.
Suatu survei menyatakan tradisi makan bersama
meningkatkan hubungan antara anak dan orang tua
berarti menguragi resiko anak jatuh dalam narkoba.
Kenyataan yang terjadi bahwa, komunikasi antara
orangtua dan anak terdapat gangguan-gangguan, yaitu
terbatasnya waktu, media yang tidak berfungsi
dengan baik, perbedaan usia, perbedaan emosi dan
pendengaran yang evaluatif, yang dapat memghambat
proses komunikasi tersebut. Dengan karakteristik
orang tua sibuk atau bekerja, juga orang tua yang
cerai, sering bertengkar . Tidak adanya tempat
sharing menyebabkan anak – anak mencari atau
sering berkonsultasi dengan pihak luar, mencari
kesenangan dengan menggunakan narkoba, terjadi
perkelahian. Sehingga anak masuk penjara. Sering
kali orang tua mengira mereka sudah mengenal anak
mereka. Padahal, riset membuktikan orang tualah
yang kini menjadi orang terakhir yang tahu jika anak
mereka terkena masalah. sebagian besar remaja
(78%) di Jakarta mengakui mereka biasanya sharing
keteman jika ada masalah berdasarkan Survei Faktor
Resiko (YCAB, 2002), dan bukan orang tua. Ketua
Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi
mengatakan; kekerasan yang dilakukan anak terhadap
teman ataupun keluarga kebanyakan dilakukan oleh
anak –anak berintelegensi tinggi. Didukung dengan
media
televisi yang menayangkan adengan
kekerasan. Anak berintelegensi tinggi kadang lupa
mengembangkan ketrampilan hidup yang lain seperti
INSANI, ISSN : 0216-0552|No. 10/1/Desember/2010
kebaikan. Ditambah adanya tuntutan prestasi tinggi
dari orang tua dan tidak adanya media pelampiasan
kemarahan, hal itu bisa membuat anak tertekan.
”Kondisi tertekan dan frustrasi itulah yang
menyebabkan agresivitas. anak akan merugikan
banyak orang ataupun diri sendiri”.
Dari sini, faktor harmonisasi hubungan keluarga
memegang peran amat menetukan dalam upaya
pencegahan penyalagunaan narkoba, Jika langkah ini
bisa berjalan massal dan efektif, semangat untuk
mencapai tingkat bebas narkoba pada tahun 2015
tentu lebih bisa mendekati kenyataan
Sekitar 4000 anak setiap tahunnya harus
berhadapan dengan hukum. Celakanya mereka
mendapat perlakuan hukum yang sama dengan orang
dewasa meskipun pelanggaran yang dilakukan adalah
kejahatan ringan. Dan hampir sembilan dari 10 anak
tersebut berakhir dengan penahanan atau penjara
bercampur dengan orang dewasa. Hal tersebut
disampaikan
Menteri
Negara
Pemberdayaan
Perempuan Prof.Dr.Meutia Hatta Swasono, pada
forum komunikasi anak, juli 2008.
Ikhtisar : Sekitar 1,5 % dari seluruh populasi
penduduk Indonesia merupakan pemakai narkoba,
atau sekitar 3,2 hingga 3,6 juta orang. Sebanyak 15
ribu orang harus meregang nyawa setiap tahun akibat
narkoba, 78% di antaranya usia 19-21 tahun.(sumber
: BNP JABAR).
Menyadari cita-cita yang diharapkan dengan
komunikasi yang efektif dan pendampingan orang tua
serta perhatian untuk rehabilitasi anak yang
menggunakan Narkoba , merupakan tanggung jawab
keluarga. Tetapi , kenyataannya bisa saja apa yang
diperhatikan dan komunikasi tidak tepat sasaran,
sehingga menimbulkan permasalahan. Mengapa tidak
tepat sasaran? Bisa terjadi ada perbedaan persepsi
dan kesenjangan harapan antara anak dan orang tua.
Misalnya perhatian orang tua yang diarahkan kepada
sekolah, sementara anak berteriak untuk diperhatikan
dalam urusan pergaulannya. anak berharap orang
tuanya bicara bagaimana menentukan calon pacar,
pergaulan yang baik, pendidikan seksualitas, hingga
bahaya narkoba. Sementara itu, orang tua melulu
bertanya tentang cita-cita sejak masuk SD, pelajaran,
ingin les apa dan sebagainya. Tentu saja hal ini
memunculkan kesenjangan dalam komunikasi.
Sehingga banyak anak -anak dan remaja mengikuti
rehabilitasi di penjara anak yaitu di Tanggerang
Kembalinya anak dalam sebuah keluarga yang
harmonis merupakan kebahagiaan untuk orang tua
maupun anak yang sembuh dari pengalaman di
penjara, karena narkoba. Sangat pentingnya
komunikasi keluarga antara orang tua dan anak,
berarti mengambil waktu untuk mendengar dan
berempati, mengambil waktu untuk berbicara pada
saat yang tepat, dan pendekatan hati . Integritas
sebagai orang tua sangat dibutuhkan oleh anak.Peran
orang tua sangat penting dalam membangun
ketahanan keluarga, untuk mempersiapkan calon
pemimpin agar mampu menghadapi tantangan dan
mempunyai moral yang tangguh.
Rumusan Masalah:
Bagaimana model komunikasi keluarga yang efektif
dalam penanganan pemakai narkoba di penjara anak
perempuan:
Bagaimana kecenderungan komunikasi keluarga
di kalangan pemakai narkoba di penjara anak?
2. Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan
efektifitas
komunikasi
keluarga
dalam
penanganan anak dari kecanduan narkoba?
1.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti
melalui penelitian ini adalah :
Untuk memperoleh data , tentang model komunikasi
keluarga yang efektif dalam penanganan pemakai
narkoba di penjara anak perempuan . Bagaimana
kecendrungan komunikasi keluarga dikalangan
pemakai narkoba. Sampai seberapa komunikasi
keluarga efektif untuk penanganan anak dari
kecanduan narkoba. Faktor-faktor apa yang
INSANI, ISSN : 0216-0552 |No. 10/1/Desember/2010
19
berhubungan dengan efektifitas komunikasi keluarga
dalam penanganan anak dari kecanduan narkoba.
Luaran penelitian :
Sebuah model komunikasi keluarga yang diharapkan
efektif dalam rangka rehabiltasi narkoba anak di
penjara.
komunikasi
manusia adalah proses yang
melibatkan individu-individu dalam suatu
hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat
yang merespon dan menciptakan pesan untuk
beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Fungsi Komunikasi
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Mempunyai manfaat bagi masyarakat dalam
penambahan
wawasan
mengenai
model
komunikasi keluarga yang efektif dalam
rehabilitasi anak pemakai narkoba di penjara
anak, khusus perempuan. Sehingga penelitian ini
dapat membantu para orang tua yang sibuk
bekerja, orang tua yang cerai, sering cecok dan
tidak harmonis dengan anak.
2. Manfaat Akademis
Adapun manfaat akademis peneltian ini : Untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan , dalam
penanganan anak pemakai narkoba di penjara
anak perempuan, yang mana di dalamnya model
komunikasi keluarga yang efektif dapat ditarik
suatu model komunikasi yang baru.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Komunikasi:
Istilah komunikasi (dari bahasa inggris
”Communication”), secara etimologis atau menurut
asal katanya adalah dari bahasa Latin Communicatus,
dan perkataan ini bersumber pada kata Communis.
Dalam kata communis ini memiliki makna ”berbagi”
atau menjadi milik bersma, yaitu suatu usaha yang
memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan
makna. Komunikasi secara terminologis merujuk
pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain.
Pengertian Ruben dan Steward (1998 :16)
mengenai komunikasi manusia yaitu :
Human communicationis the process through which
individuals-in relationship, group, organizations and
societies-respond to and create messages to adapt to
the environment and one another. Bahwa
20
William I.Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:530) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi
empat, yaitu :
a. Sebagai komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial
setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu
penting untuk membangun konsep diri kita,
aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan
dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang
bersifat menghibur, dan memupuk hubungan
dengan orang lain.Melalui komunikasi kita bekerja
sama dengan anggota masyarakat (keluarga,
kelompok belajar, perguruan tinggi, RT,) untuk
mencapi tujuan bersama.
b. Sebagai komunikasi ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan
perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan
tersebut terutama dikomunikasikan melaui pesanpesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu,
simpati, gembira, prihatin, marah dan benci dapat
disampaikan lewat kata-kata, namun bisa
disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku
nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih
sayangnya dengan membelai kepala anaknya.
c. Sebagai komunikasi Ritual
Suatu komunikasi sering melakukan upacaraupacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang
hidup, yang disebut para antropolog sebagi rites of
passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan,
ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan .
d. Sebagai komunikasi intrumental.
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa
tujuam umum, yaitu ; menginformasikan, mengajar,
mendorong, mengubah sikap, menggerakkan
tindakan, dan juga menghibur.
INSANI, ISSN : 0216-0552|No. 10/1/Desember/2010
Bagaimana caranya agar komunikasi di keluarga
lebih efektif? Ada lima hal yang harus diperhatikan,
yaitu:
1.Respek
Komunikasi harus diawali dengan saling
menghargai. Adanya penghargaan biasanya akan
menimbulkan kesan serupa (feedback) dari si
penerima
pesan.
Orangtua
akan
sukses
berkomunikasi dengan anak bila ia melakukannya
dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anak
pun akan melakukan hal yang sama ketika
berkomunikasi dengan orang tua atau orang lain di
sekitarnya.
2.Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan
diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi
orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah
kemampuan untuk mendengarkan dan mengerti
orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang
lain.
Orang tua yang baik tidak akan menuntut anaknya
untuk mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha
memahami anak atau pasangannya terlebih dahulu.
Ia akan membuka dialog dengan mereka,
mendengar keluhan dan harapannya.
2.Audibel
Audibel berarti ”dapat didengarkan” atau bisa
dimengerti dengan baik.
Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara
atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima
pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang
baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk,
termasuk ke dalam komunikasi audibel ini.
3.Jelas
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan
tidak menimbulkan banyak pemahaman, selain
harus
terbuka
dan
transparan.
Ketika
berkomunikasi dengan anak, orangtua harus
berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas
maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara
sesuai bahasa yang mereka pahami (melihat tingkat
usia).
4.Rendah hati
Sikap rendah hati mengandung makna saling
menghargai, tidak memandang rendah, lemah
lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri.
Sumber
:
http//hums07.multiply.com.journal/item/26
,
diambil tanggal 8 September 2009
Pengertian Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan obat
berbahaya. Narkotika secara farmakologi adalah
opioda, tetapi menurut UU no.22, tahun 1997
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika
meliputi ; golongan Opiat : heroin, morfin, madat dan
lain-lain. Golongan Kanabis: ganja, hashish,
golongan
koka;
kokain,
crack.
(Sumber:
http://ictjogja.net/kesehatan/D2_3.htm)
Penyalahgunaan narkotika dan minuman keras pada
umumnya disebabkan karena zat-zat tersebut
menjanjikan sesuatu yang dapat memberikan rasa
kenikmatan,
kenyamanan,
kesenangan
dan
ketenangan, walaupun hal itu sebenarnya hanya
dirasakan secara semu.
Penyalahgunaan zat-zat ini disebabkan beberapa
faktor, antara lain :
a. Lingkungan sosial
1. Motif ingin tahu
Di masa anak-anak dan remaja, seseorang lazim
mempunyai sifat selalu ingin tahu segala sesuatu
dan ingin mencoba sesuatu yang belum atau
kurang diketahui dampak negatifnya.
Bentuk
rasa ingin tahu dan ingin mencoba itu misalnya
dengan mengenal narkotika, maupun minuman
keras atau bahan berbahaya lainnya.
INSANI, ISSN : 0216-0552 |No. 10/1/Desember/2010
21
2. Kesempatan
Kesibukan kedua orang tua maupun keluarga
dengan kegiatannya masing-masing, atau
dampak perpecahan rumah tangga akibat broken
home, serta kurangnya kasih sayang merupakan
celah kesempatan pada anak-anak dan remaja
mencari pelarian dengan cara menyalahgunakan
narkotika, maupun minuman keras atau bahan
berbahaya lainnya.
3. Sarana dan prasarana
Ungkapan rasa kasih sayang orang tua terhadap
putra-putrinya seperti memberikan fasilitas dan
uang yang berlebihan, bisa jadi pemicu
penyalahgunaan uang saku untuk membeli
Narkotika
untuk
memuaskan
segala
keingintahuan dirinya. Biasanya, anak- anak dan
remaja mengawalinya dengan merasakan
minuman keras, baru kemudian mencoba
narkotika
b. Kepribadian
1. Rendah diri
Perasaan rendah diri di dalam pergaulan
bermasyarakat,
seperti
di
lingkungan
sekolah,dan sebagainya sehingga tidak dapat
mengatasi perasaan itu, anak berusaha untuk
nmenutupi kekurangannya agar eksitensi
dirinya,
melakukan
dengan
cara
menyalahgunakan narkotika, maupun minuman
keras sehingga dapat merasakan memperoleh
apa-apa yang diangan-angankan antara lain
lebih aktif, lebih berani.
2. Emosional
Kelebihan emosi anak dan remaja pada masa
pubertas dapat mendorong anak dan remaja
melakukan kesalahan fatal. Pada masa-masa ini
biasanya mereka ingin lepas dari ikatan aturanaturan yang diberlakukan oleh orangtuanya.
Padahal disisi lain masih ada ketergantungan
sehingga hal itu berakibat timbulnya konflik
pribadi. dalam upaya terlepas dari konflik –
pribadi itu, mereka mencari pelarian dengan
menyalahgunakan narkotika, dengan tujuan
22
berusaha untuk mengurangi keterangan atau
agar lebih berani menentang kehendak dan
aturan yang diberikan oleh orang tuannya
3. Mental
Lemahnya mental seorang akan mudah untuk
dipengaruhi perbuatan dan tindakan atau halhal yang negatif oleh lingkungan sekitarnya.
Sehingga kesemua pengaruh negatif ini pada
gilirannya
menjurus
kepada
aktifitas
penyalahgunaan narkotika, tidak dapat
mengimbangi perilaku dalam lingkungannya
dan dirinya merasa diasingkan.
Model komunikasi keluarga yang efektif, untuk
pencegahan terhadap narkoba :
Tips-tips untuk membantu berkomunikasi tentang
narkoba dengan anak :
a. Waktu-waktu kebersamaan
Gunakan setiap kesempatan untuk membangun
jalinan komunikasi dengan anak. Usahakan
untuk melaukan beberapa kegiatan secara
bersama-sama, misalnya;
makan
malam
keluarga, membaca, bermain, berolah raga, atau
menghadiri berbagai acara kerohanian.
b. Siap mendengarkan
Perhatikan apa yang sedang terjadi dalam
kehidupan anak. Dengarkan keluhan dan
kekhawatiran dirinya. Ketahui pesta apa yang ia
tuju, dengan siapa ia pergi, dan apa saja yang
akan disajikan di sana.
c. Belajar terlebih dahulu
anak-anak sekarang ini sudah lebih canggih
darripada anak-anak tempo dulu. Karena itu,
orangtua perlu belajar terlbih dahulunsebelum
memberikan
palajaran
tentang
bahaya
penggunaan narkoba kepada anak. Dalam
banyak kasu orangtua dan anak duduk bersama
dan belajar mengenai resiko-resiko penggunaan
narkoba.
d. Pendidikan setiap bulan
Luangkan waktu dengan anak minimal 30 menit
setiap bulan untuk menjelaskan beberapa fakta
INSANI, ISSN : 0216-0552|No. 10/1/Desember/2010
sederhana bagaimana narkoba dan alkohol dapat
merusak dan menghancurkan impian-impiannya.
e. Tentukan batasan dalam keluarga
dengan menentukan beberapa batasan mengenai
sikap dan perilaku yang dapat ditolerir, orangtua
telah memperlihatkan kepedulian kepada anak
dan ingin membantu mengarahkan dirinya agar
memiliki masa depan yang aman dan bebas dari
narkoba. Buatlah aturan seperti: ”keluarga ini
tidak menggunakan narkoba”. Jika orangtua
mengatakan TIDAK pada Narkoba ataupun
minumana keras, maka aturan juga berlaku
untuk orangtua. Cobalah untuk bersikap
konsisten.
Beberapa aspek/faktor yang perlu Orang tua
perhatikan yang berhubungan dengan efektivitas
komunikasi keluarga dalam penanganan anak
dalam kecanduan narkoba :
1. Cinta. Pengalaman cinta menjadi luntur akibat
pengalaman-pengalaman yang menyakitkan itu.
Maka ibu dapat memulai membangun cinta
dengan "mencintainya". Cinta bukan hanya
dirasakan tapi juga dikerjakan.
2. Pengorbanan. Dalam Efesus 5:25 dijelaskan
bahwa suami istri diminta untuk melihat dan
meniru pengorbanan Kristus.
3. Komunikasi. Komunikasi suami istri berperan
penting dalam membangun cinta dalam kehidupan
keluarga.
4. Pengampunan. Pengampunan merupakan kunci
utama untuk penyembuhan luka batin yang ibu
alami.
5. Pengharapan. Maksudnya selalu melihat bahwa
di tengah-tengah konflik yang sulit masih ada
pengharapan. Segala sesuatu yang nampaknya
sebagai kegagalan, jangan dilihat sebagai
kegagalan. Misalnya, kalau suami belum berhasil,
jangan putus asa, kegagalan adalah sukses yang
tertunda atau belum musimnya.
Peran orang Tua dalam membantu rehabilitasi
anak dalam penyalahgunaan narkoba:
a. Anak menyalahgunakan narkoba tidak lepas dari
peran dan tanggunng jawab orang tua:
b. Karena sikap orang tua yang menghadapi
anaknya yg bermasalaah selalu mengatakan
sesuatu berupa: perintah, sok moralis, memberi
naseh
mengkritik,
mengejek,memuji,
menasehati,mengusut dll, sehingga hal ini
menimbulkan komunikasi yang buntu.
c. Penanaman disiplin pada anak diciptakan dalam
keadaan hubungan suami isteri yang harmonis.
Ayah dan Ibu mencerminkan satu kubu yang
bersatu/ menyatu dengan cara :
1) Meminimalkan
perbedaan
pendapat
(pertengkaran mulut) antara orang tua
dihadapan anak-anak.
2) Tidak ceroboh. Jadilah tegas dalam semua
instruksi dan disiplin
3) Pahami bahwa tanggung jawab orang tua
melampaui/
lebih
besar
dibanding
pendidikan sekolah, klub, kelompok, dan
organisasi lainnya.
d. Laksanakan disiplin sesuai dengan usia anak dan
pelanggarannya. Peraturan disiplin adalah
sebagai berikut:
1) Buatlah pedoman/ petunjuk yang jelas
sehingga anak-anak kita tahu apa yang harus
dilakukannya dan apa yang dilarang.
2) Hukumlah setiap ketidak-patuhan.
3) Tegakkan disiplin dalam kasih bukan dalam
kemarahan.
4) Yakinkan si anak mengerti akan kesalahan
yang telah dibuatnya.
5) Tujukkan kasih kepadanya sesudahnya.
6) Selalu berikan pengampunan sesudahnya,
kemudian perlakukan anak itu seperti hal itu
tidak pernah terjadi.
7) Laksanakan terus disiplin, yakinkan perintah
kita dipatuhi.
8) Bila orang-tua yang bersalah, mintalah maaf
kepada anak-anak kita.
(http://www.sarapanpagi.org/keluargavt451.html)_tgl.11/09.09.jam.
Hipotesis
Dari seluruh uraian tersebut diatas, maka dapat
diperoleh beberapa kesimpulan sementara, yaitu
disamping faktor lain, komunikasi yang efektif dalam
keluarga untuk rehabilitasi anak pengguna narkoba
membawa dampak bagi kesebuhan anak di penjara,
yaitu adanya respek, empati, audibel, jelas dan
INSANI, ISSN : 0216-0552 |No. 10/1/Desember/2010
23
rendah hati. Faktor eksternal lain yang juga ikut
menetukan dalam rehabiltasi untuk penyembuhan
dalam lingkugan sosial dan kelurga seprti; waktuwaktu kebersamaan, siap mendengarkan, belajar
terlebih dahulu, pendidikan setiap bulan, tentukan
batasan dalam keluraga.
Sedangkan faktor Internal yang perlu orang tua
perhatikan yang berhubungan dengan efektifitas
komunikasi
keluarga
yang
efektif
dalam
penyembuhan dan penanganan
dari pengguna
narkoba adalah aspek cinta, pengorbanan,
komunikasi, pengampunan dan pengharapan. Usaha
ke arah keselamatan dan penyembuhan yang berhasil
dan berdaya guna untuk anak penyalaguna narkoba.





Respek
Empati
Audibel
Jelas
Rendah hati
 Waktu – waktu kebersamaan
 Siap mendengarkan
 Belajar terlebih dahulu
 Pendidikan setiap bulan
 Tentukan batasan dalam
keluarga





seperti lingkungan
masyarakat.
kepribadian,
dan
2. Populasi dan Sampel
Populasi pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah menggunakan jenis sampel purposive yang
dilakukan dipilih dengan cara sengaja menentukan
kasus anak- anak
pengguna Narkoba untuk
dipelajari dan kemudian diambil kesimpulan
Adapun populasi penelitian yang diambil adalah
keluarga dan anak pengguna Narkoba di penjara
anak perempuan.
Sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang
menjadi sumber data dalam suatu penelitian.
Dengan kata lain sampel adalah bagian dari
populasi untuk mewakili populasi dalam arti
sampel harus representatif.
3. Strategi dan Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan
dengan cara wawancara dan menyebarkan angket
kepada keluarga yang anak anaknya menggunakan
narkoba. Selain itu juga dengan observasi dan
wawancara dengan anak di penjara.
KESEMBUHAN
ANAK DARI
NARKOBA
Cinta
Pengorbanan
Komunikasi
Pengampunan
Pengharapan
4. Tehnik analisis Data
Tehnik analisis data yang dipergunakan adalah data
yang diperoleh dari lapangan kemudian dianalisa
dan dikaitkan dengan teori-toeri yang disesuaikan
dengan
permasalahan, data yang dijelaskan
mengenai kesesuaiannya. Tehnik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik
analisis kualitatif yang disusun dalam tabulasi data
dan dideskriptifkan.
Skema Hipotesis
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini
berjenis deskriptis – analitis,
maksudnya adalah mendeskripsikan variable secara
sendiri-sendiri, antara lain hubungan antara pola
komunikasi keluarga dengan faktor-faktor lain
24
sosial,
INSANI, ISSN : 0216-0552|No. 10/1/Desember/2010
di penjara harus membuat surat ijin dan tembusan
kepada :
PENGUKURAN KONSEP/VARIABEL
1. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM di Banten dan tembusan kepada Menteri
Hukum dan HAM Republik Indonesia.
2. Dirjen Pemasyarakatan Jakarta
3. Kepala Lapas anak Wanita Tangerang.
Atas kerja sama yang baik dengan pihak kampus
surat-surat dapat dikirim secepatnya dan mendapat
jawaban yang baik. Selanjutnya bersama dosen
pembimbing dan anggota kelompok menghadap
Kekanwil Kementerian Hukum dan HAM di Serang –
Banten, dan mendapat jawaban yang baik serta
mendukung untuk melakukan penelitian tersebut.
Selanjutnya menghadap kepala Lapas Wanita di
Tangerang juga mendapat respon yang sangat bagus
dan siap membantu kelompok dalam kegiatan yang
laksanakan sesuai dengan kesepakatan.
PELAKSANAN KEGIATAN
Waktu dan Tempat pelaksanaan.
Kegiatan penelitian dilaksanakan kurang lebih 4
bulan, sejak bulan Februari sampai Mei 2010.
Penelitian dilaksanakan di Penjara anak wanita
Tangerang- Banten.
Tahap Pelaksanaan.
Pada awal untuk
penelitian kelompok berusaha
mencari informasi yang berhubungan dengan penjara
anak wanita di Tangerang. Melalui alat komunikasi
kami menghubungi kantor Lapas wanita Tangerang
untuk
mendapatkan
informasi yang lengkap,
selanjutnya kelompok membuat perjanjian untuk
bertemu dengan kepala Lapas supaya komunikasi
lebih efektif dan jelas. Dengan pertemuan yang
cukup lama kelompok mendapat masukan bahwa
untuk tahap-tahap birokrasi dalam rangka penelitian
Saat kelompok mau mengadakan kegiatan ada
tantangan yang bermacam-macam, bahkan ingin
mengundurkan diri karena keterbatasan waktu
kebanyakan anggota kelompok
kerja, dan
memikirkan dana yang terbatas karena tempat
penelitian cukup jauh anggota merasa dananya
kurang, juga dengan tugas-tugas matakuliah yang
kadang bersamaan namun ada beberapa anggota
yang mempunyai semangat untuk kelapangan
mengadakan kegiatan juga berkat dukungan dan
dorongan dari para dosen serta pembimbing dan
teman-teman akhirnya kelompok tetap bersemangat
dan maju dan sekarang anggota yang masih eksis 3
(tiga) orang termasuk ketua , 2 (dua) orang
mengundurkan diri karena sakit dan alasan kerja yang
tidak bisa ditinggalkan. . Dengan anggota kelompok
yang tersisah berusaha untuk menyelesaikan dan
bertanggung jawab dengan komitmen yang kelompok
lakukan sehingga pada saatnya bisa selesai.
Instrumen Pelaksanaan.
Dalam kegiatan , kelompok menggunakan pedoman
pengumpulan data, wawancara langsung dengan anak
yang bersangkutan (andik) dan kusioner. Mendapat
data juga dari pegawai yang bertugas khusus untuk
INSANI, ISSN : 0216-0552 |No. 10/1/Desember/2010
25
mengawasi saat kunjungan dengan keluarga atau
orang tua 3 (tiga) kali seminggu. Meskipun data yang
didapat tidak terlalu lengkap, kelompok merasa
cukup untuk bisa membuat suatu laporan akhir (lihat
lampiran).
RI tentang Struktur Organisasi Departemen
Kehakiman namanya berubah menjadi Lembaga
Pemasyarakatn Anak Negara Wanita.
Visi, Misi, Tujuan, Sasaran lapas Klas IIB anak
wanita Tangerang :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lapas Kelas IIB Anak Wanita,
Tangerang
Lembaga Pemasyarakatan anak Wanita Tangerang
adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis Departemen
Hukum dan HAM R.I. yang dalam pelaksanaan tugas
sehari – hari bertanggung jawab langsung ke kantor
Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Banten. Dasar
Hukum : Keputusan Menteri
Kehakiman RI No. M.01-PR.07.03 Th.1985, tgl 26
Februari 1985. Motto : ”Bekerja secara ikhlas dan
cerdas, karena itu bagian dari IBADAH”.
Sejarah Berdirinya: Th.1928 didirikan oleh
Pemerintah Hindia Belanda dengan tujuan untuk
pengasingan anak-anak Indo Belanda yang
melakukan pelanggaran atau kenakalan agar tidak
membuat malu pemerintah belanda dab dikelola oleh
Yayasan bernama L.O.G. Tahun 1934 , dari
pengelolaan Pemerintah Belanda diserahkan kepada
Yayasan swasta yang bernama Pro Yuven tute.
Tn.1942, diserahkan kepada pemerintah Jepang,
dipergunakan untuk rumah tahanan perang (terutama
anak-anak dan wanita Belanda) yang akan
dipulangkan
ke
Negara
Belanda.
Pernah
dipergunakan Sekolah Akademik Militer Tangereang
dan terkenal dengan salah satu pahlawannya yaitu
Daan Mogot. Th.1950, setelah Indonesia merdeka
diambil alih oleh pemerintah RI dan diserahkan atau
dikelola oleh yayasan yang bernama Pra Yuwgna.
Th.1962, diambil alih kembali oleh pemerintah RI
dan pengelolahnya oleh depertemen kehakiman dan
bernama Rumah Pendidikan Negara (RPN). Th.1964,
dengan lahirnya sistem pemasyarakatan, maka nama
RPN diganti menjadi Lembaga Pemasyarakatan Anak
Wanita Tangerang. Pernah dipergunakan untuk
kampus Akademik Ilmu Pemasyarakatan (AKIP).
Th.1977 dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman
26
a. Visi : Memulihkan kesatuan hubungan hidup,
kehidupan dan penghidupan WBP (wanita Binaan
pemasyarakatan) sebagai individu, anggota
masyarakat dan makhluk Tuhan YME.
(Membangun manusia mandiri).
b. Misi : Melaksanakan parawatan tahanan
pembinaan dan pembimbingan WBP dalam
kerangka
penegakandan
penanggulangan
kejahatan serta pemajuan dan perlindungan hak
asasi manusia.
c. Tujuan : Membentuk WBP agar menjadi manusia
seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki
diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga
dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat aktif berperan dalam
pembangunan dan dapat hidup secara wajar
sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Pesan Moral Meteri Hukum dan HAM-RI
(Patrialis Akbar), pada hari Dharma Karyadhika
30 Oktober 2009:
1. Niatkan seluruh pekerjaan sebagai bagian dari
Ibadah.
2. Marilah kita bekerja dengan inovatif di seluruh
satuan kerja, untuk menghasilkan hal-hal baru
dalam
memperbaiki
pelayanan
kepada
masyarakat.
3. Manfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya
teknologi informasi
sehingga pelayanan dan informasi dapat diakses
dengan muda oleh masyarakat.
4. Lakukan akselerasi diberbagai program kegiatan.
5. Lakukan kajian terhadap peraturan, prosedur dan
proses pelayanan umum
untuk memperoleh
bentuk pelayanan yang efektif, efisien dan sesuai
dengan tuntutan masyarakat dan menghindarkan
diri dari korupsi dan nepotisme.
6. Berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk
mengkaji peraturan-peraturan yang menghambat
investasi maupun program pembangunan lainnya.
INSANI, ISSN : 0216-0552|No. 10/1/Desember/2010
Keputusan Menteri kehakiman tentang struktur
Organisasi dan tata kerja LP, maka namanya berubah
menjadi LP klas B anak Wanita Tangerang, dengan
tugas pokok dan fungsi lebih menitik beratkan pada
bidang pendidikan, baik formal maupun non formal.
Pelatihan-pelatihan, kursus-kursus yang cederung
pada upaya pembekalan atau penambahan ilmu
pengetahuan, bukan berorientasi pada masalah
produksi. Lebih diutamakan pada pembinaan atau
pendidikan dengan mengedepankan pemenuhan hakhak dan perlindungan anak serta keberpihakan pada
anak.
Kegiatan Harian WBP di LAPAS:
Jam 06.00 s/d 09.00: bangun pagi, olag raga, mandi
cuci kakus (MCK), makan pagi, apel pagi,
membersihkan lingkungan.
Jam 09 s/d 13.30: masuk pada kegiatan sesuai dengan
pembinaan yang telah diberikan lewat sidang TPP.
Pendidikan formal: SD Istimewa (bagi Andik).
Pendidikan Non formal: kejar paket A (Napi
Dewasa), Pesantren, kursus-kursus atau pelatihanpelatihan ketrampilan. Kegiatan ketrampilan antara
lain: sulam, menjahit, salon, masak, budi daya bunga
anggrek dan perkebunan sayur (pembinaan kegiatan
ketrampilan tersebut bekerjasama dengan: Dnas
Pendidikan dan Kbudayaan, LSM, PLAN, dan
perorangan). Kegiatan agama atau pesantren.
Kesenian (tari, angklung, film), sholat, makan siang,
istirahat.
Jam 13.30 – 16.00 (senin atau kamis ) : majelis
Taklim
Jam 16.00 : Mandi Cuci Kakus (MCK), makan sore.
Jam 17.00 : istirahat ; masuk kamar masing-masing.
Hak Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP):
a. WBP yang telah memenuhi syarat, subtantif
maupun administratif berhak: Mendapatkan
remisi, yaitu: remisi umum dan remisi khusus.
Mendapatkan PB (Pembebasan bersyarat).
Mendapatkan CMB (cuti menjelang bebas).
Mendapatkan CMK (cuti mengunjungi keluarga).
b. Mendapatkan pendidikan formal dan non formal
(kejar paket A dan B) yang bekerja sama dengan
Pendidikan Nasional (DIKNAS) kota Tangerang.
c. Mendapatkan pendampingan WBP dalam
menyampaikan keluhan dari wali napi dengan SK
Kalapas No. W29.Eh.PK.05.10-649 Tanggal 17
April 2008.
d. Mendapatkan pelayanan kesehatan tersedia :
poliklinik, dr,Umum, dr. Gigi, dan para medis.
e. Mendapatkan pendidikan keagamaan (4 kali
seminggu)
f. Pendidikan olahraga ( 3 kali seminggu)
g. Pendidikan kesenian antara lain : qasidah ( 2 kali
seminggu), Tari ( 1 kali seminggu), Angklung ( 1
kali seminggu).
h. Rekreasi (nonton TV 3 kali seminggu)
HASIL WAWANCARA DENGAN
ANAK PEMAKAI NARKOBA:
Gambaran Umum:
1. Bahwa sebagian anak- anak yang ada di LPAWT
karena kasus narkoba tetapi dengan jenis lain-lain.
2. usia rata-rata lulusan SLTP, dan SMU, beberapa
yang pernah kuliah
3. penyebab mereka menggunakan narkoba karena
pengaruh lingkungan, pergaulan, kurangnya
perhatian dari orangtua, kurang kasih sayang,
broken home.
4. kurangnya komunikasi antara anak dan orangtua,
semua sibuk dengan pekerjaan, tuntutan ekonomi.
Yang menggunakan narkoba sebagian dari
keluarga miskin mereka dipengaruhi pergaulan
bebasa dan ingin coba, dari keluarga orang kaya
terlalu memberi fasilitas yang berlebihan membuat
anak hidup tidak prihatin.
Dampak yang dialami oleh mereka adalah ;
a. Dampak sosial; ada ganguan mental, anti sosial,,
susila dan dikucilkan oleh
lingkungan,
merepotkan dan menjadi beban keluarga,
pendidikan menjadi terganggu, masa depan yang
tidak jelas (suram).
b. Dampak fisik : merasakan sakit sekali bila tidak
memakai, badan terasa lemas .
c. Dampak psikhologis ; ada keinginan kuat untuk
mengkonsumsi kembali,sering ngelamun, tidak
konsentrasi, ingin berontak.
INSANI, ISSN : 0216-0552 |No. 10/1/Desember/2010
27
Manfaat Pembinaan yang sudah dijalankan selama
masa rehabilitasi di LPAWT adalah: Setiap anak
mengungkapkan bahwa selama berada di Lapas bisa
rajin berdoa, sholat, saya menjadi kuat, belajar ngaji,
bisa bekerja sama dengan teman, berkebun, belajar
ketrampilan dan disiplin diri untuk semua kegiatan
dan membuat dirinya berubah menjadi lebih dewasa
dan bertanggungjawab dalam tugas-tugas. Saat
kunjungan orangtua, keluarga sangat membahagikan
bisa curhat, makan bakmi bersama. Namun ada juga
aturan yang sungguh mereka rasakan sangat ekstrim
misalnya tidak boleh menggunakan Handphone, dan
waktu untuk nonton TV terbatas, sehingga timbul
kejenuhan dan merasa bosan.
Harapaan Untuk Berubah Setelah keluar dari
Penjara :
Mengatakan kami ingin hidup lebih baik, mau
bertobat dengan kata lain tidak mau menggunakan
narkoba lagi, ingin melanjutkan sekolah, mau terlibat
dalam kegiatan sosial, kegiatan keagamaan, lebih
hati-hati dalam pergaulan, mau meningkatkan
komunikasi lebih baik dan efektif dengan keluarga
dan orangtua yang dilandasi dengan kasih sayang dan
cinta.pepatah mengatakan ”surga ada ditelapak kaki
Ibu” keluargaku adalah impian membuatku
menjadi hidup lebih berarti dan bahagia.
Ungkapan hati mereka saat peneliti mengadakan
kegiatan di penjara yaitu;
Say no to drugs, Saya sayang papa/mama, I love
my self, I love Mom, Hidup sehat tanpa narkoba,
Katakan tidak untuk narkoba, Stop narkoba,
Cerdas tanpa narkoba
2. Audibel:
”dapat didengarkan”
atau bisa
dimengerti dengan baik. Seni mendengarkan
melalui ekspresi, senyuman, peluk kasih, ciuman
sayang, dan kata-kata. Di sini membutuhkan
totalitas perhatian orang tua mampu memahami
apa yang yang di rasakan anak meski dengan katakata yang sederhana, dan juga menjadi pendengar
yang baik untuk mendengarkan anak. Sebuah
pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau
sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan.
Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik,
kata-kata yang sopan, atau cara
menunjuk,
termasuk ke dalam komunikasi audibel ini.
3. Jelas: Pesan yang disampaikan harus jelas
maknanya dan tidak menimbulkan banyak
pemahaman, selain harus terbuka dan transparan.
Ketika berkomunikasi dengan anak, orangtua
harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa
jelas maknanya. Salah satu caranya adalah
berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami
(melihat tingkat usia).
4. Rendah hati: Sikap rendah hati mengandung
makna saling menghargai, tidak memandang
rendah, lemah lembut, sopan, dan penuh
pengendalian diri.
BEBERAPA
FAKTOR
YANG
PERLU
DIPERHATIKAN OLEH ORANGTUA YANG
BERHUBUNGAN DENGAN EFEKTIFITAS
KOMUNIKASI
KELUARGA
DALAM
PENANGAN ANAK YANG KECANDUAN
NARKOBA
1. Cinta
Membangun kembali pengalaman-pengalaman
keharmonisan, kasih dan perhatian dalam keluarga
yang sudah luntur. Dengan peristiwa ini orang tua
menyadari bahwa cinta akan membangun jalinan
komunikasi dari hati yang ikhlas.
CARA BERKOMUNIKASI YANG EFEKTIF
ANTARA ORANGTUA DAN ANAK SELAMA
KUNJUNGAN:
1. Empati:
Kemampuan
orang
tua
untuk
menempatkan diri pada situasi dan kondisi yang
dihadapi anak. Anak akan biasa bersikap terbuka
karena yakin orang tua pasti mendengarkan
mereka. Contoh saat kunjungan orang tua
membuka pembicaraan seperti “ wah adek kamu
kelihatan sedih, sedang bosan ya?” Anak akan
merasa lega ketika orang tua bisa menangkap
perasaan mereka.
28
2. Pengorbanan
Bahwa orang tua mampu memberikan diri untuk
Anak khususnya untuk pemulihan dari
kesalahannya. Misalnya, mengorbankan waktu,
untuk mendengarkan cerita/pengalaman dari
Anak, makan bersama-sama saat Anak berkumpul
bersama temanya.
INSANI, ISSN : 0216-0552|No. 10/1/Desember/2010
3. Komunikasi
Perlunnya orang tua berperan penting dalam
membangun cinta dalam kehidupan keluarga.
Contoh: Adanya interaksi antara orang tua dan
Anak saat berkumpul bersam, makan bersama,
berdoa dan rekreasi bersama. Mendengarkan dan
didengarkan adalah kunci hubungan orang tuaanak yang sangat bermanfaat, baik untuk
pengembangan
kematangan
emosional,
kepandaian intelektual, kemampuan membina
kehidupan sosial yang baik serta penanaman nilai
prinsip moral yang baik pada anak. Dengan
mendengar dan didengar jalur komunikasi dua
arah terbuka lebar antara orang tua dan anak,
memungkinkan keduanya saling mengerti dan
membuat orang tua dapat memberikan dukungan
yang di perlukan oleh anak.
4. Pengampunan
Pengampunan merupakan kunci utama untuk
penyembuhan luka batin yang di alami oleh Anak
maupun orang tua; bahwa kedua belah pihak
menyadari untuk saling mengampuni, sehingga
kembali terbuka untuk membangun suatu
komunikasi yang baik.
5. Pengharapan
Dengan adanya pengalaman anak yang kecanduan
narkoba, diharapkan orang tua tetap optimis dan
positif thinking terhadap masa depan Anaknya.
Kegagalan merupakan motivasi untuk menuju
hidup yang lebih bermakna.
Binbingan Rehabilitasi / Bebas Jiwa bagi pengguna
narkoba di penjara anak.
1. Saya mengakui bahwa saya tidak berdaya terhadap
benda, orang, tempat dan situasi sehingga hidup saya
menjadi tak terkendali.
2. Tiba pada keyakinan bahwa Tuhan yang dapat
mengembalikan saya kepadakewarasan.
3. Membuat keputusan untuk menyerahkan niat dan
kehidupan saya kepada Tuhan
4. Membuat daftar inventarisasi moral secara
menyeluruh tanpa rasa gentar.
5. Mengakui kepadaTuhan, diri sendiri dan sesama
tentang sifat dan kesalahan saya.
6. Manjadi siap sepenuhnya agar Tuhan menyingkirkan
karakter buruk saya.
7. Dengan rendah hati memohon Tuhan untuk
menyingkirkan kelemahan saya.
8. Membuat daftar orang-orang yang pernah saya sakiti
dan mempersiapkan diri sepenuhnya untuk menebus
semuanya.
9. Mengakui kesalahan saya dihadapan orang-orang
yang pernah saya sakiti bilamana memungkinkan,
kecuali jika dengan melakukan hal itu akan lebih
menyakiti pihak-pihak terkait.
10. Secara terus menerus melakukan inventarisasi
pribadi dan jika bersalah langsung mengkoreksinya.
11. Melakukan pencarian terus menerus melalui doa
dan meditasi untuk meningkatkan kontak sadar
dengan Tuhan. Berdoa untuk mengetahui kehendakNya bagi saya dan mohon kekuatan untuk
melaksanakannya.
12. Setelah mengalami pencerahan sebagai buah
penerapan langkah-langkah ini saya siap untuk
menyebarkan kabar baik ini kepada para pecandu
yang masih menderita dan untuk menerapkan semua
prinsip ini dalam semua bidang kehidupan.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut: Modernitas memang
memaksa orang bergerak cepat, sibuk, padat atau
juga tertinggal. Rutinitas yang senantiasa bergerak
cepat sangat berpengaruh terhadap keluarga.
Sehingga komunikasi orangtua dan anak, tentu
semakin berjarak. Kesempatan untuk saling
memahami , mengerti dan mendalami semakin
kecil, sehingga tak heran banyak orangtua yang
kaget melihat perkembangan anaknya. Sehingga
tiba-tiba anaknya ditangkap polisi karena narkoba,
sikap anak berubah menjadi pendiam, pemurung
dan pemarah. Anak memakai narkoba hanya ingin
coba-coba, juga pengaruh faktor lingkungan
orangtua yang selalu memberikan fasilitas yang
lebih , kebanyak anak yang bermasalah dari
keluarga yang cukup kaya.
2. Model komunikasih yang dilakukan oleh keluarga
dalam rangka rehabiltasi dan penyembuhan anak
narkoba di LPAWT
diharapkan adalah
komunikasi efektif sebagai berikut :
a. Seni mendengarkan
Supaya komunikasi tidak hanya terbatas
dengan kata-kata. Maka komunikasi juga
merupakan ekspresi dari sebuah kesatuan
INSANI, ISSN : 0216-0552 |No. 10/1/Desember/2010
29
yang sangat kompleks melalui bahasa tubuh,
senyum , peluk kasih, ciuman sayang, dan
kata-kata. Seni mendengarkan, membutuhkan
totalitas perhatian, dan keinginan untuk
mendengarkan, sehingga sang pendengar
dapat memahami sepenuhnya kompleksitas
emosi dan pikiran orang yang sedang
berbicara. Menjadi komunikasi yang paling
baik sang pendengar mampu memahami apa
yang terjadi yang dirasakan oleh lawan bicara
dengan kata-kata yang sedikit.
Manfaat dari mendengarkan ; membangun
rasa percaya diri, merasa dihargai, merasa
percaya diri dan mengembangkan penilaian
positif terhadap dirinya, memiliki sikap
berani untuk mengungkapkan apa yang
terjadi pada dirinya.
b. Fokuskan perhatian pada anak
Pada saat anak-anak mengatakan sesuatu,
berilah perhatian sepenuhnya pada ceritanya.
Tataplah langsung di matanya memberi kesan
orangtua benar-benar siap memperhatikan
ceritanya, dan mendorongnya untuk bercerita
apa saja yang sedang dialaminya.
c. Sabar dan mengajak untuk berpikir yang
positif
Apabila anak yang masih kecewa, sedih dan
diliputi emosi yang membuatnya sulit untuk
berbicara, orangtua jangan memaksa anak
untuk segara bicara. Konflik sering terjadi
dan
ini
menyebabkan memburuknya
hubungan orangtua anak. Ketika emosinya
reda, anak akan lebih siap untuk diajak
bicara, berusaha untuk tidak memberikan
pikran orangtua, baik terhadap pilihan
sikapnya. Tanyakan pikiran anak terhadap
masalah ini dan bagaimana kira-kira sikap
yang sebaiknya anak lakukan dikemudian
hari. Sikap ini tidak saja menghindarkan anak
dari perasaan dihakimi, namun juga
membantu anak lebih memahami kejadian
atau peristiwa itu secara obyektif sehingga
menemukan nilai atau pelajaran berharga
yang dipetik dari kejadian itu.
30
Manfaat dari mendengarkan; membangun
rasa percaya diri, merasa dihargai, merasa
percaya diri dan mengembangkan penilaian
positif terhadap dirinya, memiliki sikap
berani untuk mengungkapkan apa yang
terjadi pada dirinya.
SARAN
Pelaksanaan penelitian model komunikasi keluarga
dalam rangka rehabilitasi anak di penjara anak wanita
merupakan studi efektivitas komunikasi keluarga
untuk penyembuhan anak dari narkoba di penjara
Tangerang, telah menciptakan perubahan dalam diri
anak, namun masih ada beberapa andik yang kurang
terlihat perubahan dalam dirinya baik dalam
partisipasi, komunikasi, juga suasana dalam kegiatan
bimbingan sosial lainnya. Pengaruh utama dalam
perjumpaan keluarga atau orangtua dengan anak
adalah komunikasi yang efektif tidak lepas dari
pembinaan, LPAW dan mahasiswa serta lembaga
institut Widuri. Berdasarkan hal tersebut maka
peneliti mengajukan saran-saran yaitu :
Untuk Peneliti
Sebagai peneliti Lapas Tangerang supaya terus dapat
mengembangkan Ilmu pangetahuan dan memberikan
kepada orang lain. Peneliti yang sudah melihat dan
memperhatikan kondisi dan keadaan anak yang
memakai narkoba di Lapas Tangerang, agar terus
memparhatikan mereka dengan cara mengayomi,
menyayangi, dan mengangkat mereka dari kondisi
mereka yang sekarang ini.
Jangan pernah
meninggalkan mereka dalam kondisi sekarag ini.
Hingga mereka keluar nanti. Peneliti harus terus
memberikan perhatian kepada mereka walaupun
peneliti selesai melanjutkan penelitian tersebut.
Untuk Keluarga
Untuk menghindari masalah – masalah kesejahteraan
sosial, khususnya narkoba maka yang harus
dilakukan oleh keluarga terhadap anak sesering
mungkin menaruh perhatian , meningkatkan
komunikasi yang efektif serta membangun keluarga
yang harmonis dan membatasi pargaulan anak – anak.
Dengan adanya komunikasi keluarga yang efektif
INSANI, ISSN : 0216-0552|No. 10/1/Desember/2010
antara anak dengan orang tua serta menciptakan
keharmonisan didalam rumah tangga membuat anak
dekat pada keluarga , dan adanya keterbukaan dan
waktu dari orang tua terhadap anak, sehingga anak
tidak mencari teman diluar rumah untuk sharing.
Untuk Pemerintah
Dalam meningkatkan kesejahteraan sosial, dan
menghindari perilaku yang tidak baik, khususnya
bagi anak – anak yang memakai narkoba harus di
lakukan peningkatan kegiatan semua sektor yang
terkait untuk melakukan kunjungan urbanisasi,
memperluas lapangan kerja dan melakukan
pengawasan tempat – tempat hiburan dan kos- kosan.
Perlu adanya peningkatan sosialisasi kepada
masyarakat melalui keluarga – keluarga, lembaga
keagamaan , serta organisasi sosial masyarakat.
Kompas Cyber Media, Anak-anak harus Dilindungi dari
Bahaya
Narkoba,
http://202.146.5.33/ver
1/Metropolitan/0610/11/175935.htm.
Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Devisi
Buku Perguruan Tinggi, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Devito A.Joseph, Human Communication (Terjemahan
Komunikasi antar Manusia), Profesional Books,
Jakarta.
Ma’roef,Drs. M. Ridha. 1976. Narkotika Masalah dan
Bahayanya, Jakarta : C.V. Marga Djaja.
Mulyana Deddy, Komunikasi Suatu Pengantar, Penerbit
PT.Remaja RosdaKarya Bandung.
Organisasi Komunikasi dan Perpustakaan Online
Indonesia,
http://Organisasi.Org/arti-definisipengertian-narkotika-dan-golongan-jenis-bahannarkotik-pengetahuan Narkotika Dan Psikotropika
Dasar.
TIM PENELITI
Untuk Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Dan Ilmu
Politik ( STISIP ) WIDURI
Bagi lembaga institut STISIP Widuri , sebagai
wadah untuk memberikan segala informasi maupun
ilmu , perlunya suatu kerja sama dengan mahasiswa
dan juga penyediaan fasilitas yang cukup memadai
sehingga proses kegiatan mahasiswa bisa terjawab
dengan baik. Dan perlu tim para dosen
dan
pendampingan yang sungguh berminat untuk
melakukan kreativitas mahasiswa dalam penelitian.
Tentu semua
itu akan sangat mendukung
keberhasilan program kegiatan dalam penelitian
sehingga mahasiswa semakin kreatif dan bersaing
dengan pengetahuan yang cerdas, sehat dan sangat
positif.
DAFTAR PUSTAKA
Bastaman Syarif, Komunikasi, Media Perekat Keluarga,
http://Syarifbosstaman.blogspot.Com/
Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat, Pengertian
Narkoba
MARIA MATHILDIS OGUR, lahir di Manggarai
23 Agustus 1967, mahasiswa Jurusan Ilmu
Kesejahteraan Sosial 2008, NIM 08110004, Telepon
68854066, Email [email protected]
TANTRI BR. TARIGAN, lahirdi Medan 2 Mei
1986, mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
2009, NIM 08110016, Telepon 08176765380, Email
[email protected]
BINTANG MARIA TINAMBUNAN, lahir di
Pangaribuan 8 November 1988, mahasiswa Jurusan
Ilmu Komunikasi 2009, NIM 08120014, Telepon/HP
02192319566
–
081315278720,
Email
[email protected]
EDY SISWOYO, Doktor Sosiologi Kajian Sosiologi
Lingkungan, Dosen PNS Kopertis Wilayah III:
Lektor Kepala/Pembina, Kepala Pusat Penelitian dan
Pengabdian pada Masyarakat (P3M) STISIP Widuri.
Kontak +628121954228, [email protected]
INSANI, ISSN : 0216-0552 |No. 10/1/Desember/2010
31
Download