Materi Tambahan - SMKN 1 Sukabumi

advertisement
MATERI PEMANTAPAN
UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER
(UNBK) 2016
Mata Pelajaran
BAHASA INDONESIA
SMK NEGERI 1
KOTA SUKABUMI
1.
JENIS-JENIS TEKS
1. Teks Anekdot
Teks Anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Biasanya
tokoh dalam anekdot adalah orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang
sebenarnya. Namun, anekdot juga bisa berupa cerita rekaan.
 Struktur Teks Anekdot
 Abstraksi: Bagian awal yang berfungsi memberi gambaran tentang isi teks secara umum
 Orientasi: Bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang bagaimana
peristiwa terjadi
 Krisis
: Bagiat kemelut atau masalah
 Reaksi
: Bagian yang menunjukkan adanya reaksi untuk menyelesaikan masalah
 Koda
: Bagian akhir yang berisi perubahan yang terjadi pada partisipan dan
pelajaran yang dapat dipetik dari cerita

Ciri-ciri Teks Anekdot
 Hampir menyerupai dongeng
 Partisipan biasanya orang penting atau terkenal
 Bersifat humor atau menyindir dan lelucon yang realistis
 Memiliki tujuan tertentu

Kaidah Teks Anekdot
 Diawali dengan abstraksi dan diakhiri dengan koda
 Menggunakan konjungsi untuk menyatakan peristiwa atau akibat
 Menggunakan pertanyaan retorik
 Menggunakan kata keterangan waktu lampau
 Menggunakan kata kerja
 Menggunakan kalimat perintah
 Urutan berdasarkan kejadian waktu (keonologis)
2. Teks Laporan Hasil Observasi
Teks Laporan Hasil Observasi disebut juga teks klasifikasi karena teks tersebut memuat
klasifikasi mengenai jenis sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.
 Ciri-ciri Teks Laporan Hasil Observasi
1. bersifat global dan universal
2. penekanannya pada pengelompokan berbagai hal
3. berkaitan dengan hubungan berjenjang antara sebuah kelas dan subkelas
 Struktur Teks Laporan Hasil Observasi
Teks Laporan Hasil Observasi diawali dengan pernyataan umum (klasifikasi) dan diikiuti
dengan aspek yang akan dilaporkan.
1
3. Teks Prosedur Kompleks
Teks Prosedur Kompleks adalah teks yang berisi langkah-langkah atau tahap-tahap yang
sistematis untuk mencapai suatu tujuan. Disebut prosedur kompleks karena tahapannya
cukup panjang, misalnya prosedur pembuatan KTP atau SIM. Bila langkahnya hanya dua atau
tiga tahap, disebut prosedur sederhana, misalnya cara mengoperasikan mesin cuci.
 Struktur Teks Prosedur Kompleks
1. Tujuan yang akan dicapai
2. Langkah-langkah untuk mencapai tujuan

Ciri-ciri Teks Prosedur Kompleks
1. Kalimat imperatif (perintah): berfungsi untuk meminta atau melarang melakukan
sesuatu
Contoh: Gunakan pensil 2B!
Tulislah dengan huruf kapital!
2. Kalimat deklaratif (pernyataan): berfungsi untuk memberikan informasi atau berita.
Contoh: Mereka sudah mengerjakan soal dengan baik.
Saya dapat mengerjakan soal dengan mudah.
3. Kalimat interogatif (pertanyaan): berfungsi untuk memeinta informasi tentang sesuatu.
Kalimat interogatif dibedakan atas:
a. Kalimat interogatif yang membutuhkan jawaban ya atau tidak
Contoh: Apakah Anda dapat membuat karya tulis?
Apakah Anda pernah ditilang?
b. Kalimat interogatif yang membutuhkan jawaban berupa informasi
Contoh: Bagaimana cara membuat karya tulis?
Kapan Anda ditilang?
4. Menggunakan partisipan manusia: Anda, Saudara, Kamu
5. Menggunakan konjungsi temporal: jika, apabila, seandainya, pertama, kemudian, setelah
6. Menggunakan verba material seperti melakukan dan verba tingkah laku seperti menerima
atau menolak
4. Teks Negosiasi
Teks Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencapai kesepakatan di
antara pihak-pihak yang memunyai kepentingan berbeda.
 Tujuan Teks Negosiasi
 Menyatukan perbedaan pendapat dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan
berbeda
 Mendapatkan penyelesaian atau jalan keluar dari masalh yang dihadapi
 Mendapatkan atau mencapai kesamaan persepsi, pemahaman, dan persetujuan
 Struktur Teks Negosiasi
1) Orientasi
: memulai negosiasi; biasanya didahului dengan salam
2) Permintaan : hal berupa barang atau jasa yang diinginkan calon pembeli atau
konsumen
3) Pemenuhan : pemenuhan barang atau jasa yang diinginkan pembeli atau konsumen
4) Penawaran : puncak terjadinya negosiasi
5) Persetujuan : keputusan kedua belah pihak atas negosiasi yang telah dilakukan
6) Pembelian : keputusan pembeli/konsumen membeli/memakai barang/jasa
7) Penutup
: kalimat penutup, biasanya berisi salam penutup
 Ciri-ciri Teks Negosiasi
 Menghasilkan kesepakatan
 Menghasilkan keputusan yang saling menguntungkan
 Memrioritaskan kepentingan bersama
 Merupakan sarana untuk mencari penyelesaian atas suatu masalah
 Mengarah pada tujuan praktis
 Ciri Kebahasaan Teks Negosiasi
 Menggunakan bahasa yang santun
 Terdapat ungkapan persuasif (bahasa untuk membujuk)
 Berisi pasangan tuturan
 Keputusan atau kesepakatan menguntungkan kedua belah pihak
 Bersifat memerintah atau memenuhi perintah
2
Contoh Pasangan Tuturan
 bertanya – menjawab/tidak pertanyaan
 mengucapkan salam – menjawab salam
 menawarkan – menerima/menolak
 mengusulkan – menerima/menolak
 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
 Mengajak untuk membuat kesepakatan
 Memberikan alasan pentingnya ada kesepakatan
 Membandingkan beberapa pilihan
 Memerjelas dan menguji pandangan yang dikemukakan
 Mengevaluasi kekuatan dan komitmen bersama
 Menetapkan dan menegaskan kembali tujuan negosiasi
 Negosiasi Melalui Surat Penawaran
- Untuk menawarkan barang atau jasa kepada calon konsumen dapat dilakukan dengan
menggunakan surat penawaran.
- Hal yang perlu diperhatikan tentang surat penawaran
1) Surat Penawaran dikeluarkan oleh penjual kepada calon pembeli yang berisi mengenai
barang atau jasa yang ditawarkan
2) Maksud Surat Penawaran adalah agar calon pembeli tertarik dan akhirnya mau
membeli
3) Surat Penawaran terdiri atas tiga bagian:
 Alinea pembuka: berisi pengenalan
 Isi
: pemberitahuan tentang barang atau jasa yang ditawarkan
 Penutup
: ajakan untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan
- Contoh alinea pembuka
 Melalui surat ini, perkenankanlah kami memperkenalkan perusahaan kami kepada
Bapak. Perusahaan kami bernama ....
 Kami telah membuka iklan yang dimuat pada harian Sinar, 28 Oktober 2015 yang
menyatakan bahwa perusahaan Saudara membutuhkan peralatan kantor ....
- Contoh bagian isi surat penawaran
 Sehubungan dengan hal itu, perkenankanlah kami menawarkan beberapa produk
alat tulis kantor yang kami pasarkan. Bersama ini kami lampirkan daftar barang
beserta harganya.
 Jika perusahaan Bapak membutuhkan layanan kami, Bapak dapat menghubungi
kami melalui nomor telepon .... Kami akan memberikan potongan harga khusus jika
akumulasi pembelian ...
- Contoh bagian penutup
 Kami percaya bahwa Saudara tidak akan melewatkan kesempatan ini.
 Besar harapan kami agar tawaran ini bisa diterima.
 Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

5. Teks Eksplanasi Kompleks
Teks Eksplanasi Kompleks adalah teks yang berisi proses yang berhubungan dengan fenomena
alam, sosial, ilmu pengetahuan, budaya, dan lainnya. Teks ini mempunyai fungsi sosial, yaitu
menjelaskan proses terjadinya sesuatu menurut prinsip sebab-akibat.
Struktur Teks Eksplanasi Kompleks
1) Pernyataan Umum
Berisi penjelasan umum tentang fenomena yang akan dibahasa, bisa berupa pengenalan
fenomena tersebut atau berupa penjelsannya. Penjelasan umum berupa gambaran secara
umum tentang apa, mengapa, dan bagaimana peristiwa alam tersebut bisa terjadi.
2) Deretan Penjelas
Berisi penjelasan tentang proses, alasan terjadinya fenomena tersebut, dan akibatnya.
Penjelasan bisa lebih dari satu paragraf. Bagian penjelas mendeskripsikan sebab dan akibat
peristiwa alam yang terjadi.
3) Interpretasi (Opsional)
Teks penutup bersifat opsional (pilihan), bukan keharusan. Teks penutup merupakan intisari
atau kesimpulan dari pernyataan umum dan deskripsi. Opsionalnya dapat berupa tanggapan
atau pengambilan kesimpulan atas pernyataan yang ada dalam teks tersebut.
3
Konjungsi dalam Teks Eksplanasi Kompleks
1) Konjungsi Eksternal adalah konjungsi yang menghubungkan dua peristiwa, deskripsi
benda, atau antara klausa kompleks dan klausa simpleks.
Contoh:
 Penambahan
: dan, atau
 Perbandingan
: tetapi, sementara, daripada
 Waktu
: setelah, sebelum, ketika, sejak
 Sebab-akibat
: sehingga, karena, sebab, jika, walaupun, meskipun
2) Konjungsi Internal adalah konjungsi yang menghubungkan argumen atau ide yang terdapat
di antara dua klausa simpleks atau ua kelompok klausa.
Contoh:
 Penambahan
: selain itu, di samping itu, lebih lanjut
 Perbandingan
: akan tetapi, sebaliknya, sementara itu, di sisi lain, daripada
 Waktu
: pertama, kedua, kemudian, lalu
 Sebab-akibat
: akibatnya, sebagai akibat, sebab, jika, walaupun
6. Teks Ulasan Film atau Drama
Teks Ulasan Film atau Drama adalah teks yang berisi tinjauan, ulasan, kupasan, tafsiran,
evaluasi terhadap karya, baik berupa film atau drama. Ulasan tersebut bisa berupa komentar,
kritik, dan saran untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan karya tersebut.
- Manfaat
 Memperoleh wawasan yang luas
 Melatih diri untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan berbagai masalah
 Melatih diri untuk bersikap objektif dan jujur dalam menilai sesuatu
 Mengambil hikmah dari tokoh film atau drama sebagai motivasi untuk meraih cita-cita
-
-
Struktur Teks Film atau Drama
1) Orientasi berisi gambaran umum – judul, keguanaa – film atau drama yang akan diulas.
2) Tafsiran Isi memuat pandangan penulis mengenai film atau drama yang diulas. Pada
bagian ini pengulas membandingkan karya tersebut dengan karya lain yang dianggap
mirip. Pengulas juga menilai kelebihan dan kekurangan film atau drama dari sisi setting
waktu, tempat, tokoh, penokohan, dan cara pengambilan sudut pandang film atau drama.
3) Evaluasi berisi penilaian terhadap film atau drama, penampilan, dan produksi. Bagian ini
juga berisi gambaran terinci film atau drama yang diulas
4) Rangkuman berisi ulasan akhir berupa simpulan film atau drama berupa opini pembuat
ulasan
Kaidah Kebahasaan
Teks ulasan yang baik harus disusun sesuai dengan struktur teks, kaidah kebahasaan, dan
ejaan. Perhatikan kaidah-kaidah berikut:
- Istilah adalah kata gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep,
proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Istilah khusus adalah
istilah yang digunakan untuk bidang tertentu dan pemakaiannya hanya dipahami oleh
orang yang berkecimpung dalam bidang tersebut. Contoh: Istilah umum: film, ikan,
bunga. Istilah khusus: komedi, gurame, mawar
-
Sinonim adalah kata yang memiliki bentuk yang berbeda, tetapi memiliki arti atau
pengertian yang sama atau mirip. Antonim adalah kata yang artinya berlawanan satu
dengan yang lain.
-
Verba/kata kerja
 Verba Aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau
menunjukkan tindakan atau perbuatan. Contoh: Mereka sedang menonton film
komedi.
 Verba Pasif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran
tindakan, atau hasil. Contoh: Film horor kini banyak disiarkan oleh televisi Indonesia
-
Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang,
tempat, atau semua benda atau segala yang dibendakan. Kata benda dibedakan atas
4
kata benda konkret seperti meja, kursi, lemari dan kata benda abstrak seperti pikiran,
angin, harapan.
Contoh:
Nomina Dasar
Nomina Turunan Imbuhan (Afiks)
Rumah
perumahan
pe-an
jalan
jalana
- an
panah
pemanah
petoko
pertokoan
per-an
-
Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa
nomina.
Contoh:
1. Kata Ganti pemilik
: -ku, -mu, -nya
2. Kata Ganti petunjuk
: ini, itu
3. Kata Ganti penghubung: yang
4. Kata Ganti tak tentu
: siapa, barang siapa, sesuatu, masing-masing
5. Kata Ganti orang
: ia, dia, saudara, bapak, ibu, tuan, nyonya
-
Konjungsi adalah kata tugas atau kata penghubung yang berfungsi menghubungkan
dua buah klausa, kalimat, atau paragraf.
Konjungsi yang biasanya digunakan dalam teks ulasan film atau drama adalah:
a. Konjungsi Koordinatif: dan, atau, tetapi
b. Konjungsi Subordinatif: jika, agar, supaya, meskipun, alih-alih, sebagai, sebab, karena,
maka, sesudah, sebelum, sementara
c. Konjungsi Korelatif: baik ... maupun ...., buka ... melainkan ...., tidak hanya ... tetapi ....,
jangankan ... pun ...., demikian (rupa) ... sehingga ...., dengan demikian ... maka ....
d. Konjungsi antarkalimat: sungguhpun demikian, sebaiknya, di sampin itu, setelah itu,
sementara itu, sekalipun demikian, meskipun demikian, selanjutnya
-
Preposisi adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk
preposisional. Contoh: di, ke, dari, pada, daripada, dengan, secara, tanpa, bagi
-
Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina. Contoh: si, sang
Kalimat simpleks adalah kalimat yang memiliki satu verba utama.
Contoh:
Sinetron Preman Pensiun banyak digemari penonton.
Banyak pelajar mengunjungi perpustakaan.
Kalimat kompleks adalah kalimat yang memiliki dua verba utama atau lebih.
Contoh:
 Horor adalah jenis film yang berisi kejadian mistis dan berhubungan dengan
kejadian-kejadian yang menakutkan serta menyeramkan sebagai nyawa dari film
tersebut.
 Sci-Fi adalah jenis film fantasi imajinasi pengetahuan yang dikembangkan untuk
mendapatkan dasar pembuatan alur film yang menitikberatkan pada peneitian dan
penemuan teknologi.
Ejaan
-
-
7. Teks Cerpen/Novel
a. Pengertian
Cerita Pendek
Cerita pendek (cerpen) adalah bentuk prosa
naratif fiktif yang memiliki alur tunggal.
Menurut KBBI cerita pendek adalah cerita
atau kisah pendek dengan jumlah kata
kurang dari 10.000 dengan memberi kesan
tunggal dan ceritanya terpusat pada salah
satu tokoh.
frasa
Novel
Novel adalah bentuk prosa naratif fiktif yang
memiliki alur lebih dari satu. Menurut KBBI
novel adalah karangan prosa yang panjang,
mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang di sekitarnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
5
b. Ciri-ciri
Cerita Pendek
 Jumlah kata tidak lebih dari 10.000 (2-20 halaman)
 Isi cerita berasal dari kehidupan sehari-hari
 Tidak mengangkat/menggambarkan semua kisah
pelakunya
 Tokoh yang digambarkan mengalami masalah/konflik
hingga pada penyelesaiannya
 Kata-katanya sangat sederhana sehingga mudah
dipahami
 Kesan yang ditinggalkan sangat mendalam sehingga
pembaca ikut merasakan isi cerita
 Hanya berisi satu kejadian (alur tunggal)
 Penokohan sangat sederhana, tidak mendalam
Novel
 Jumlah kata lebih dari 35.000
(minimal 100 halaman)
 Memerlukan waktu minimal
dua jam untuk membaca
 Bergantung pada pelaku, bisa
lebih dari satu pelaku
 Menyajikan lebih dari satu
impresi, efek, dan emosi
 Skala novel luas
 Unsur kepadatan dan
intensitas kurang diutamakan
Ciri Bahasa Teks Cerpen/Novel
 Mendeskripsikan latar tempat, waktu, dan suasana, serta watak tokoh.
 Menggunakan perumpamaan dan majas
 Melukiskan sesuatu dengan mengunakan kata sifat
 Menggunakan penggambaran waktu lampau
 Mencantumkan penyebutan tokoh (nama, kata ganti, julukan, dan sebutan)
 Memuat kata-kata yang merujuk pada peristiwa yang dialami pelaku
c. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
 Unsur Intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam, yaitu:
 Tema adalah permasalahan utama yang menjiwai seluruh isi cerita. Contoh tema:
percintaan, sosial, budaya, lingkungan hidup, agama
 Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat bisa
berupa nasihat, anjuran atau larangan untuk melakukan sesuatu. Contoh: Hendaknya
kita selalu berbakti kepada orang tua; Janganlah kita senang berbohong kepada orang tua.
 Latar atau setting adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana
terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar terbagi menjadi tiga, yaitu latar waktu, latar
tempat, latar suasana
 Perwatakan adalah cara pengarang menyajikan/menggambarkan watak tokoh dan
penciptaan citra tokoh.
 Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam cerita. Pengarang bisa menjadi tokoh
utama dalam cerita atau pengarang hanya sebagai pencerita.
- Sudat pandang dibagi menjadi dua, yaitu (1) sudut pandang orang pertama dan (2)
sudut pandang orang ketiga.
- Sudut pandang orang ketiga terbagi me4njadi dua, yaitu: (1) Sudut pandang orang
ketiga serba tahu (pengarang mengertahui segala tingkah laku, perilaku, keadaan
lahir dan batin tokoh cerita) dan (2) Sudut pandang orang ketiga terarah (pengarang
hanya sebatas mengetahui kondisi lahiriah para pelaku).
 Alur adalah pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat.
Secara umum, alur atau jalan cerita terbagai dalam bagian-bagian berikut:
1) Pengenalan cerita, yaitu bagian cerita yang berupa pengenalan tokoh, lukisan,
waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita.
2) Menuju pada konflik, yaitu bagian yang menceritakan masalah yang dihadapi
pelaku cerita.
3) Puncak ketegangan atau klimaks, yaitu masalah dalam cerita sudah sangat gawat,
konflik telah memuncak.
4) Ketegangan menurun atau antiklimaks, yaitu masalah telah berangsur-angsur
dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
5) Penyelesaian/resolusi, yaitu masalah telah diatasi atau diselesaikan
 Gaya bahasa
 Unsur Ekstrinsik
 Nilai-nilai dalam cerita
 Latar belakang kehidupan pengarang
 Situasi sosial ketika cerita itu dibuat
6
d. Nilai-nilai dalam Cerita Pendek/Novel
 Nilai agama adalah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita berkaitan dengan ajaran
agama
 Nilai sosial adalah nilai yang dapat dipetik dari interaksi para tokoh dalam cerita dengan
tokoh lain, lingkungan, dan masyarakat sekitar tokoh.
 Nilai moral adalah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita dan berkaitan dengan akhlak
atau etika yang berlaku dalam masyarakat.
 Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan kebiasaan, tradisi, adat-istiadat
yang berlaku.
e. Struktur Teks Cerpen/Novel
 Abstrak, yaitu ringkasan atau inti cerita yang akan dikembangkan menjadi rangkaian
peristiwa atau gambaran awal cerita. Abstrak bersifat opsional, artinya teks cerpen/novel
tidak harus memakai abstrak.
 Orientasi, yaitu bagian teks cerpen/novel yang berisi pengenalan tokoh dan latar cerita.
Pengenalan tokoh berkaitan dengan pelaku utama, sedangkan pengenalan latar berkaitan
dengan ruang, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita.
 Komplikasi, yaitu bagian alur peristiwa dalam cerita. Komplikasi dimulai dengan
munculnya konflik, lalu peningkatan konflik, hingga konflik mencapai puncaknya
(klimaks).
 Evaluasi, yaitu bagian cerita yang ditandai dengan adanya konflik yang mulai diarahkan
pada pemecahannya.
 Resolusi, yaitu bagian cerita ketika konflik sudah dipecahkan atau menemukan
penyelesaian
 Koda, yaitu bagian akhir cerita yang berisi nilai-nilai atau pelajaran yang dapat dipetik
pembaca
8. Teks Biografi
Teks Biografi merupakan tulisan yang membahas kehidupan seseorang atau secara sederhana
dapat diatikan sebagai sebuah kisah atau riwayat hidup seseorang.
a. Ciri-ciri Teks Biografi
- Memiliki struktur: orientasi, peristiwa atau masalah, reorientasi
- Memuat fakta yang disajikan dalam bentuk narasi
- Disusun berdasarkan pengalaman hidup seseorang
b. Struktur Teks Biografi
- Orientasi: bagian yang menjelaskan pengenalan tokoh, berisi gambaran awal tokoh yang
diceritakan
- Peristiwa atau masalah: bagian yang berisi peristiwa atau kejadian yang pernah dialami
- Reorientasi: berisi pandangan penulis tentang terhadap tokoh yang diceritakan.
Reorientasi bersifat opsional
c. Kaidah Kebahasaan
1. penggunaan kalimat simplek atau kalimat tunggal yaitu kalimat yang hanya mengandung
satu struktur subjek, predikat, objek atau keterangan. Contoh: Nelson Mandela berjuang
selama hidup.
2. Penggunaan pronomina atau kata ganti seperti ia, mereka, -nya. Contoh: Perjuangannya
yang tak kenal lelah menjadikan Nelson Mandela dijuluki “Sang Pembela Kulit Hitam”.
3. Penggunaan kata kerja material untuk menunjukkan aktivitas nyata yang dilakukan oleh
partisipan/tokoh. Contoh: Hamka adalah tokoh agama yang rajin menulis novel.
4. Penggunaan kata tanya siapa, apa, mengapa. Contoh: Siapa yang tak kenal pejuang hebat
seperti Jenderal Sudirman.
5. Penggunaan partikel sang, bung. Contoh: Bung Karno adalah seorang perintis
kemerdekaan RI.
6. Penggunaan konjungsi seperti ketika, kemudian, setelah. Contoh: Ketika bergerilya
Sudirman selalu menganjurkan anak buahnya agar dalam keadaan suci dan hadas.
7. Menggunakan kata-kata yang menunjukkan kejadian atau peristiwa, waktu, dan tempat.
Contoh: Rolihlahla Mandela lahir pada 18 Juli 1918 di Umtata, Afrika Selatan.
7
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan: judul biografi, gaya penceritaan, teladan hidup tokoh, foto
atau gambar tokoh
9. Teks Pantun
Teks Pantun adalah bentuk puisi lama yang terdiri atas empat larik dengan rima akhir A-B-A-B.
a. Ciri-ciri Pantun: tiap bait terdiri atas 4 baris, tiap baris trdiri atas 4 – 5 kata, saja A-B-A-B.
Selain bentuk empat baris, juga terdapat pantun dua baris, baris 1 sampiran, baris 2 isi.
Pantun dua baris ini disebut karmina atau pantun kilat.
b. Jenis-jenis Pantun
- Pantun Agama
- Pantun Nasihat
Asam hadis asam gelugur
Jangan suka makan mentimun
Ketiga asam riang-riang
Mentimun itu banyak getahnya
Menangis di pintu kubur
Jangan suka duduk melamun
Teringat badan tidak sembahyang
Melamun itu tidak ada gunanya
-
Pantun Teka-teki
Kalau puan, puan perana
Ambil gelas di dalam peti
Kalau Tuan bijaksana
Binatang apa tanduk di kaki?
- Pantun Jenaka
Limau purut di tepi rawa
Buah di lanting belum masak
Sakit perut sebab tertawa
Melihat kucing duduk berbedak
-
Pantun tentang Lingkungan Alam
Nangka Belanda namanya sirsak
Dibuat jus sangatlah nikmat
Kalau hutan banyak dirusak
Jangan berharap membawa manfaat
c. Struktur Teks Pantun
- Terdiri atas empat baris: baris 1-2 sampiran, baris 3-4 isi
- Sampiran berfungsi sebagai pengantar untuk mempermudah memahami isi.
d. Kaidah Kebahasaan
 Penggunaan diksi atau pilihan kata yang tepat dapat memberikan efek tertentu yang
diharapkan.
Contoh: Engkau adalah pelita hatiku.
Penggunaan kata pelita hatiku terasa lebih puitis daripada Engkau adalah penerang
hatiku
 Penggunaan bahasa kias untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Bahasa lias
dapat berbentuk ungkapan, peribahasa, dan majas.
 Pengimajian: kata-kata yang dipilih (diksi) hendaknya dapat menimbulkan imaji visual
(dilihat), imaji auditif (didengar) dan imaji taktil (dirasakan).
Contoh:
Burung dara si burung merpati
Terbang tinggi jauh melayang
Wahai adik si jantung hati
Sungguh wajahmu selalu terbayang
Baris 1, 2, 3 menimbulkan imaji visual, namun baris 4 menimbulkan imaji taktil
 Pengulangan bunyi (rima) dan naik turunnya bunyi (irama) akan memperindah bunyi
pantun. Selain itu, juga pendengar akan lebih mudah mengingat dan
mengimplementasikan pesan moral yang terdapat dalam pantun.
10. Teks Cerita Sejarah
Teks Cerita Sejarah adalah teks yang menjelaskan fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal
atau latar belakang terjadinya sesuatu yang mempunyai nilai kesejarahan. Teks cerita sejarah
bisa bersifat naratif atau deskriptif.
a. Kaidah Teks Cerita Sejarah: menceritakan masa lalu; menggunakan verba; menggunakan
frasa adverbia; menggunakan kalimat naratif/deskriptif; berdasarkan fakta.
b. Struktur Teks Cerita Sejarah
 Orientasi berisi informasi tentang situasi cerita sejarah seperti latar belakang sejarah,
waktu, dan judul. Pada teks cerita sejarah, judul dapat berupa nama benda, nama
8
tempat, atau peristiwa. Judul biasanya menggunakan kata-kata asal-usul, asal mula,
sejarah yang mendukung kesejarahan.
Kriteria judul yang baik adalah: asli dan relevan, singkat dan berbentuk frasa, awal kata
menggunakan huruf kapital (kecuali preposisi dan konjungsi), tanpa tanda baca di akhir
judul, menarik perhatian dan logis, sesuai dengan isi.
 Urutan Peristiwa Sejarah terdiri atas beberapa paragraf yang menyediakan rekaman
peristiwa berdasarkan urutan peristiwa sejarah tersebut. Bagian ini merupakan inti dari
teks cerita sejarah. Rekaman peristiwa membahas seluruh alur cerita sejarah dari awal
sampai akhir secara kronologis.
 Reorientasi berisi cerita akhir paparan yang biasanya berupa akibat dari rangkaian
peristiwa sebelumnya seperti kekalahan, kemenangan, kematian. Bisa juga berisi
simpulan, komentar, atau evaluasi dari peristiwa yang terjadi.
Reori
entasi
Urutan
Peristiwa
Orien
tasi
Contoh Teks Cerita Sejarah
Sejarah Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan
Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita
berdirinya negara Indonesia.
Pada 28 Mei 1928 diadakan pembahasan dan dilanjutkan dengan pertemuan berikutnya,
yakni 21 Agustus 1928. Pertemuan akhir ini dihadiri oleh seluruh organisasi pemuda, yang
kemudian memutuskan mengadakan kongres pada 28 Oktober 1928. Susunan panitianya
melibatkan seluruh organisasi pemuda. Kongres tersebut menghasilkan Sumpah Pemuda:
(1) Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia.
(2) Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
(3) Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Demikianlah rumusan Sumpah Pemuda tahun 1928. Namun, perlu diketahui bahwa
Sumpah Pemuda tidak lahir begitu saja. Banyak hal yang melandasi tekad para pemuda
untuk bersatu. Mereka sadar, Indonesia tidak akan mencapai kemerdekaan kalau para
pemuda tidak bersatu.
11. Teks Berita
Yeks berita adalah teks yang memaparkan suatu kejadian atau informasi yang ditulis di media
cetak, disiarkan di radio atau televisi, atau diunggah di media online. Bisa juga diartikan sebagai
berita yang dikirimkan dari suatu tempat ke tempat lain.
a. Ciri-ciri Teks Berita
- berisi fakta, bukan opini (pendapat)
- unik atau jarang dijumpai
- menggunakan bahasa yang mudah dimengerti - judul berita mewakili seluruh isi berita
- alur berita umumnya runtut (kronologis)
- bersifat objektif, bukan hasil rekayasa
- menggunakan bahasa yang menarik untuk menarik minat pembaca/pendengar
b. Manfaat Membaca Teks Berita
- Memperoleh wawasan dan pengetahuan yang lebih luas
- Melatih berpikir kritis dan kreatif serta bertindak efektif dalam menyelesaikan
permasalahan
- Mengambil hikmah, terutama sebagai motivasi dalam meraih cita-cita
c. Unsur Pembentuk Teks Berita dapat dirumuskan dengan 5W + 1H, yaitu:
- What
: Barita tentang apa?
- Who
: Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu?
- Why
: Mengapa hal tersebut terjadi?
- When
: Kapan peristiwa itu terjadi?
- Where
: Di mana peristiwa tersebut terjadi?
- How
: Bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi?
d. Struktur Teks Berita
 Orientasi berisi pembuka tentang hal yang akan diberitakan. Dalam hal ini termasuk
judul berita. Oleh karena itu, judul harus dibuat semanarik mungkin agar pembaca
tertarik untuk membaca berita tersebut karena judul merupakan kata kunci yang
mewakili isi berita.
9
 Peristiwa merupakan inti suatu berita. Peristiwa disebut juga tubuh berita. Pada tahap
ini, berita dipaparkan sedemikian rupa sehingga informasi atau peristiwa yang terjadi
dapat disajikan secara terperinci dan objektif.
 Sumber berita adalah orang atau sumber yang memberikan informasi tentang berita
atau peristiwa yang terjadi. Sumber berita tidak selalu berada di akhir berita, ia bisa
berada di dalam berita itu sendiri.
e. Ciri Kebahasaan Teks Berita
 Penggunaan nomina sebagai subjek atau pemberi informasi . Contoh: Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyataka, operasi darurat asap
akibat kebakaran hutan dan lahan di Riau terus dilakukan.
 Predikat pada teks berita dapat berbentuk kelompok kata verba atau kelompok kata
adjektiva. Contoh: Tim pemadam kebakaran sebanyak lima belas personel sudah
berangkat setelah subuh.
 Adverbia atau kata keterangan pada teks berita dapat berbentuk:
- Keterangan tempat: Presiden Joko Widodo meninjau kebakaran hutan di Riau.
- Keterangan waktu: Hari ini Presiden Joko Widodo berkunjung ke Palangkaraya.
- Keterangan tujuan: Kedatangan Presiden Joko Widodo di Riau diharapkan agar
masyarakat merasa lebih diperhatikan.
- Keterangan similatif: Cara berpikir kita dalam menanggapi kehadiran Presiden Joko
Widodo di Riau jangan seperti anak-anak.
- Keterangan penyebab: Presiden Joko Widodo terlambat tiba di Riau karena masih
banyak tugas yang harus diselesaikan.
- Keterangan kesalingan: Presiden dan masyarakat hendaknya saling memahami.
- Keterangan alat: Masyarakat Riau bekerja sama memadamkan kebakaran hutan
dengan peralatan apa adanya.
Peristiwa
Orien
tasi
Contoh Teks Berita
Penggulangan Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang paling besar dan
sangat merugikan. Perbaikan kerusakan hutan akibat kebakaran memerlukan waktu yang
lama, apalagi mengembalikannya menjadi hutan kembali.
Apabila terjadi kebakaran hutan, menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB,
Sutopo Purwo Nugroho, cara yang dapat dilakukan untuk melakukan pemadaman
kebakaran hutan adalah sebagai berikut.
(1) Melakukan penyemprotan air secara langsung apabila kebakaran hutan berskala kecil
(2) Jika api dari kebakaran berskala luas dan besar, kita dapat melokalisasi api dengan
membakar daerah sekitar kebakaran dan mengarahkan api ke pusat pembakaran;
umumnya dimulai dari daerah yang menghambat jalannya api seperti sungai, danau,
jalan, dan puncak bukit.
(3) Melakukan penyemprotan air secara merata dari udara dengan menggunakan helikopter
atau pesawat udara.
(4) Membuat hujan buatan.
Sumber berita
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho
12. Teks Opini/Editorial
a. Pengertian Opini
Menurut KBBI opini adalah pendapat, pemikiran, atau pendirian. Menurut Wikipedia opini
adalah pendapat, ide, atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi
tertentu terhadap perspektif danideologi, tetapi bersifat tidak objektif karena belum terujui
kebenarannya.
b. Tujuan penulisan Opini adalah untuk memberi tahu, meyakinkan pendapat, menghibur
pembaca
c. Struktur Teks Opini terdiri atas:
- Pernyataan pendapat
: berisi pernyataan pendapat (thrsis statement) awal
- Argumentasi
: berisi analisis subjektif berdasarkan fakta dan data
- Pernyataan ulang
: berisi pernyataan ulang pendapat (reinteration)
d. Kaidah Kebahasaan
1. Terdapat kalimat utama dalam setiap paragraf. Kalimat utama adalah kalimat yang
mewakili gagasan utama.
10
2. Menggunakan adverbial frekuensi. Adverbia frekuensi adalah kata keterangan yang
menunjukkan intensitas kegiatan, seperti sering, kadang-kadang, jarang, dan kerap.
Contoh: Hal ini tentu seringkali membuat pusing masyarakat.
3. Menggunakan konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi. Konjungsi ini
menunjukkan urutan dari sebuah peristiwa, seperti pertama, kedua,
kemudian, dan berikutnya. Contoh: Kemudian, tak lama setelah itu, imbas dari kenaikan
BBM mulai terasa.
4. Menggunakan konjungsi untuk memperkuat argumentasi. Konjungsi ini menunjukkan
tambahan argumen dari argumen sebelumnya, seperti bahkan, juga, selain itu, dan lagi
pula, dan justru. Contoh: Selain itu, cabai dan bawang pun ikut-ikutan naik.
5. Menggunakan konjungsi yang menyatakan harapan. Konjungsi ini terdiri dua bagian
kalimat. Kalimat yang pertama berisi pernyataan sedangkan kalimat kedua berisi tujuan
atau harapan. Contoh: Pemerintah mencari strategi-strategi jitu untuk mengatasi masalah
ekonomi agar ekonomi Indonesai tidak semakin parah.
6. Menggunakan verba (kata kerja) material, relasional, dan mental.
• Verba material adalah kata kerja yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa,
seperti berlari, atau mencuci. Contoh: Akibat kebijakan tersebut, masyarakat harus
membeli BBM lebih mahal.
• Verba relasional adalah kata kerja yang mengandung pengertian A adalah B. Kata kerja
ini biasanya digunakan untuk menjabarkan sebuah definisi. Contoh: Ironi memang,
Indonesia adalah negara agraris, dan dahulu terkenal dengan swasembada beras,
justru bermasalah dengan harga beras. Selain itu, adapula kata kerja relasional
atributif. Kata kerja relasional atributif adalah kata kerja yang menyatakan milik. A
memiliki B, contoh Budi memiliki tiga buah mobil.
• Verba mental adalah kata kerja ini terdiri atas kata kerja yang menerangkan persepsi,
afeksi, kognisi.
- Kata kerja persepsi adalah kata kerja yang berkaitan dengan pancaindera, contoh
melihat, mendengar, mencium. Contoh: Pemerintah harus melihat kondisi ekonomi
masyarakat Indonesia secara real.
- Sedangkan kata kerja afeksi adalah kata kerja yang berkaitan dengan perasaan
psikologis seseorang, seperti marah, sedih, khawatir, dan senang. Contoh:
Masyarakat Indonesia khawatir dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini.
- Kata kerja kognisi adalah kata kerja yang berkaitan dengan proses memahami
sesuatu, seperti berpikir, mengerti, dan memahami. Contoh: Saya memahami bahwa
kondisi perekonomian Indonesia saat ini dipengaruhi oleh merosotnya nilai tukar
rupiah.
7. Kaya akan kosakata. Dalam teks editorial/opini diperlukan kosakata yang luas dan
menarik. Kosakata yang menarik tersebut mencakup hal-hal berikut:
- Aktual
: sedang menjadi pembicaraan orang banyak atau baru saja terjadi
- Fenomenal: luar biasa, hebat, dan dapat dirasakan pancaindra
- Editorial : artikel dalam surat kabar yang mengungkapkan pendirian editor atau
pimpinan surat kabar
- Imajinasi : daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan)
- Modalitas : cara pembicara menyatakan sikap terhadap suatu situasi dalam komunikasi
antarpribadi (barangkali, harus,)
- Nukilan : kutipan atau tulisan yang dicantumkan pada suatu benda
- Tajuk Rencana : karangan pokok dalam surat kabar
- Teks Opini: teks yang merupakan wadah untuk mengemukakan pendapat atau pikiran
- Keterangan aposisi: keterangan yang memberi penjelasan kata benda. Jika ditulis,
keterangan ini diapit tanda koma atau tanda pisah atau tanda kurung
- Keterangan pewatas: keterangan tambahan yang memberi penjelasan kata benda, tetapi
tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan seperti kata keterangan aposisi.
13. Teks Iklan
1. Pengertian
Menurut KBBI, iklan adalah berita atau pesan untuk mendorong, membujuk khalayak agar
tertarik pada barang atau jasa yang ditawarkan.
11
2. Tujuan Periklanan
 Membuat konsumen sadar akan merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan
manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif.
 Membujuk konsumen untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan.
 Menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan konsumen.
 Memberikan nilai tambah dengan cara menyempurnakan kualitas dan inovasi pada merek
dengan memengaruhi persepsi konsumen.
 Sebagai pendamping untuk memfasilitasi perusahaan dalam proses komunikasi
pemasaran
3. Jenis-jenis Iklan.
a. Iklan Informatif
- Menjelaskan kepada konsumen cara kerja produk
- Mengoreksi kelebihan dan kekurangan produk
- Membentuk/menciptakan kesadaran/pengalaman dan pengetahuan tentang produk
- Menginformasikan perubahan kerja dan kemasan produk
b. Iklan Persuasif
- Menganjurkan atau membujuk orang/konsumen untuk membeli
- Mengubah persepsi atau cara pandang konsumen
- Membujuk khalayak untuk memilih merek tertentu
- Menggunakan barang atau jasa
- Menciptakan kesukaan, preferensi, dan keyakinan sehingga konsumen mau membeli
c. Iklan Peringatan
- Menjalin hubungan baik dengan konsumen
- Mengingatkan pembeli agar membeli dan mendapatkan suatu produk
- Menjaga kesadaran akan produk
- Mendorong pembelian ulang barang dan jasa
- Mengingatkan bahwa suatu produk dibutuhkan dalam waktu dekat
4. Sifat Iklan
- Memungkinkan setiap orang menerima pesan yang sama tentang produk yang diiklankan
- Dapat diulang-ulang untuk mengukuhkan penerimaan informasi
- Mampu menggugah dan memengaruhi perasaan khalayak
- Tidak memaksa khalayak untuk memperhatikan dan menanggapinya karena merupakan
komunikasi yang monolog (satu arah)
5. Media Periklanan
Media
Kelebihan
Koran
Fleksibilitas; ketepatan waktu; penerimaan
luas; tingkat kepercayaan tinggi
Televisi
Menggabungkan gambar, suara, dan
gerakan; merangsang indra; perhatian
tinggi; jangkauan tinggi
Surat
Fleksibilitas; tidak ada persaingan iklan
langsung dalam media yang sama; personalisasi
Radio
Penggunaan massal; pemilihan geografis
dan demografis tinggi; biaya rendah
Majalah
pemilihan geografis dan demografis tinggi;
kredibilitas dan gengsi;reproduksi bermutu
tinggi; usia penggunaan panjang
Reklame Fleksibilitas; penggunaan paparan tinggi;
biaya rendah; persaingan rendah
Brosur
Fleksibilitas; terkendali penuh
Telepon
Internet
Banyak pengguna
Pemilihan pengguna tinggi; kemungkinaqn
interaktif
Kekurangan
Usia penggunaan pendek; mutu
reproduksi tidak bagus
Biaya absolut tinggi
Biaya relatif tinggi
Hanya penyajian suara
Perencanaan pembelian iklan lama
Pemilihan pengguna terbatas
Produksi berlebihan dapat
menyebabkan pengeluaran biaya
yang sia-sia
Biaya relatif tinggi
Media relatif baru dengan jumlah
pengguna yang rendah di beberapa
negara
12
6. Cara Membuat iklan
- Belajar dari kesalahan iklan lain
- Gunakan tulisan yang menarik (natural)
- Singkat, padat, dan jelas
- Tambahkan testimoni
- Gunakan media grafis dengan efisien
- Coba ucapkan semua kalimat dalam iklan dan rekamlah
- Paparkan iklan Anda pada beberapa lokasi
- Perbaiki iklan hingga berhasil
7. Ciri-ciri Isi Iklan yang Baik
- Objektif dan jujur
- Unik dan menarik
- Singkat dan jelas
- Tidak bertentangan dengan SARA dan tidak menyinggung produk lain
8. Struktur Teks Iklan
- Orientasi
- Tubuh Iklan
- Justifikasi
2.
1.
: pengenalan produk
: judul, subjudul, teks isi, logo, foto produk, nama perusahaan
: putusan (alasan, pertimbangan) tentang produk yang diiklankan
Bentuk Karangan
Bentuk Karangan
Berdasarkan gagasan yang disampaikannya, karangan dapat digolongkan menjadi bentuk
narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
a. Narasi atau cerita adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa yang biasanya
disusun menurut urutan waktu.
- Ciri-ciri narasi: (1) Berupa kisah, (2) Melukiskan perbuatan dan tindakan yang terjadi
dalam suatu rangkaian waktu, (3) Ada tokoh yang diceritakan; (4) Memiliki alur atau plot.
- Langkah-langkah menyusun narasi: (1) Menentukan tema atau topik karangan; (2)
Menentukan tujuan; (3) Mengumpulkan data; (4) Menyusun kerangkan karangan; (5)
Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan narasi.
- Narasi terdiri atas narasi ekspositoris dan narasi sugestif.
 Narasi ekspositoris adalah narasi yang ditulis berdasarkan fakta atau pengalaman
yang nyata. Narasi ekspositoris disebut juga narasi nonfiktif. Contohnya : otobiografi,
biografi, dan cerita sejarah.
Contoh :
Umar Khayam lahir di Ngawi Jawa Timur pada 30 April 1932,meraih doctor dari
Cornel University Amerika Serikat.Ia mengajar sebagai guru besar pada Fakultas
Sastra Universitas Gajah Mada sampai pension pada tahun 1977.Beliau juga anggota
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.Karya tulisnya adalah Seribu Kunang-kunang
di Manhattan,Sri Sumarah dan Bawuk, Mangan Ora Mangan Kumpul, Sugih Tanpa
Banda,Para Priyayi, dan Jalan Menikung. (narasi ekspositoris - biografi)

Narasi sugestif adalah narasi yang ditulis berdasarkan imajinasi semata.Narasi
sugestif disebut juga narasi fiktif.Contohnya : dongeng, cerpen, roman, novel,
anekdot.
Contoh :
Mereka terkejut melihat harimau sangat besar melepaskan Pak Balam dan
terus berlari ke dalam hutan yang sangat gelap malam itu. Dengan
Cepatmereka berlari ke tempat Pak Balam terbaring.Dalam cahya samar-samar
dari potongan kayu yang menyala, mereka melihat betapa kaki Pak Balam
hancur, betisnya kena gigitan harimau, daging dan otot betis koyak hingga
kelihatan tulangnya yang putih, dan darah mengalir amat banyak. (narasi
sugestif – Harimau-Harimau Karya Muhtar Lubis)
13
b.
Deskripsi adalah bentuk karangan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu
sehingga pembaca seakan-akan melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami sendiri
apa yang dilukiskan dalam karangan tersebut. Deskripsi sering menjadi segmen dari narasi
atau eksposisi.
- Ciri-ciri karangan deskripsi:
1) Mendeskripsikan suatu objek (benda, tempat, suasana) dengan jelas.
2) Melibatkan observasi pancaindra.
3) Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan secara
terperinci.
4) Metode penulisan menggunakan cara objektif, subjektif, atau kesan pribadi penulis
terhadap suatu objek.
-
Langkah-langkah menyusun karangan deskripsi:
1) Tentukan abjek atau tema yang akan dideskripsikan.
2) Tentukan tujuan.
3) Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan.
4) Data disusun ke dalam kerangka karangan.
5) Uraikan data dalam kerangkan karangan menjadi karangan deskriptif.
Contoh :
Tepi danau itu bersih, tampak tak ada sampah yang berhamburan. Tempat sampah
disediakan sedemikian rupa sehingga terjangkau pengunjung. Perahu yang disediakan
memadai untuk melayani wisatawan domestik. Setiap pengunjung diharuskan mematuhi
aturan kawasan wisata. Jika pengunjung melanggar aturan akan ditegur dengan penuh
kearifan. Tempat parkir disediakan cukup luas. Pengunjung memarkir kendaraannya secara
teratur di tempat yang telah disediakan.
c.
Eksposisi atau paparan merupakan bentuk karangan yang memberi keterangan,
menjelaskan, memaparkan, menguraikan, memberi informasi sejelas-jelasnya mengenai
suatu hal.
-
Ciri-ciri eksposisi:
1) Bersifat nonfiksi, informatif/menjelaskan/memaparkan
2) Berdasarkan fakta
3) Tidak memengaruhi pembaca
4) Menggunakan pronomina (kata ganti) kita atau saya
5) Menggunakan istilah dan bahasa baku
6) Bagian awal merupakan pernyataan pendapat dan bagian akhir berupa penegasan
-
Langkah-langkah menyusun eksposisi:
1) Menentukan tema atau topik karangan
2) Menentukan tujuan
3) Mengumpulkan data
4) Menyusun kerangkan karangan
5) Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan eksposisi
Contoh :
Ada beberapa syarat agar barang dan jasa perusahaan nasional kita mampu
berkompetisi secara global. Yang pertama adalah ketepatan waktu dalam penyediaan barang
dan jasa. Yang kedua adalah kualitas produk. Barang dan jasa yang kita jual harus sampai
dengan tepat waktu dan bermutu baik. Yang ketiga adalah unsur harga. Barang dan jasa itu
hendaknya kita jual dengan harga yang mampu bersaing dan terjangkau. Selanjutnya yang
tidak kalah pentingnya adalah kecepatan. Kita harus dapat dengan cepat menyediakan
barang dan jasa secara tepat waktu, berkualitas tinggi, dan harga terjangkau.
d.
Argumentasi berasal dari kata argumen yang artinya alasan. Karangan argumentasi
maksudnya karangan yang isinya berupa pendapat yang bertujuan untuk meyakinkan
pembaca terhadap suatu permasalahan dengan mengemukakan alasan, bukti, atau contoh
nyata.
14
-
Ciri-ciri karangan argumentasi
1)
Menjelaskan
pendapat,
gagasan
yang
berisi
argumen-argumen
untuk
mempertahankan atau menyanggah suatu pendapat atau sikap.
2) Bertujuan meyakinkan pembaca agar mengikuti hal yang disampaikan penulis
3) Menyajikan fakta yang diperjelas dengan angka, prta, statistik, grafik, gambar, atau
bentuk lain
4) Menggunakan logika/penalaran sebagai landasan berpikir
5) Ada analisis dan sintesis pembahasan objek
6) Sumber ide dari pengalaman, pengamatan, dan penelitian
7) Memengaruhi pembaca agar pembaca menyetujui bahwa pendapat, sikap, dan
keyakinan penulis benar
8) enggunakan bahasa formal, rasional, objektif, bermakna lugas / denotasi.
-
Langkah-langkah menyusun karangan argumentasi
1) Menentukan tema atau topik karangan
2) Menentukan tujuan
3) Mengumpulkan data
4) Menyusun kerangka karangan
5) Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan argumrntasi
Contoh :
Makanan tradisional lebih baik daripada makanan cepat saji. Makanan tradisional banyak
mengandung serat yang berguna untuk memperlancar kerja alat-alat pencernaan dan
melindungi kita dari kanker serta berbagai penyakit lainya. Makanan cepat saji miskin serat,
kaya lemak dan gula. Akibatnya, terjadi obesitas dan peningkatan kolesterol dalam darah
e.
Persuasi adalah karangan yang tujuannya untuk mengajak, menghimbau, membujuk atau
memengaruhi pembaca. Pembaca diharapkan mau mengikuti atau melaksanakan ide atau
kemauan penulis. Oleh karena itu, selain dikemukakan fakta yang meyakinkan pembaca,
dalam karangan persuai digunakan pernyataan-pernyataan yang mengadung sugesti.
- Ciri-ciri persuasi
1) Berangkat dari keyakinan bahwa pikiran manusia dapat diubah.
2) Meyakinkan pembaca
3) Menghasilkan kesepakatan atau perubahan sikap pada pembaca
4) Menghindari konflik agar perubahan sikap tercapai
5) Perlu fakta dan data
-
Teknik menulis persuasi
1) Rasionalisasi, yaitu proses menggunakan
pembenaran bagi suatu masalah.
2) Identifikasi,
3) Sugesti
4) Konformitas
5) Kompensasi
akal
untuk
memberi
suatu
dasar
Contoh :
Tahukah Anda, larutan penyegar “Herbal Alami”dapat menyembuhkan bibir pecah-pecah,
sariawan akibat panas dalam. Larutan penyegar ini dikemas dalam botol ukuran kecil yang
cantik. Jika Anda sakit, maka minumlah larutan “Herbal Alami” ini tiga kali sehari @ 1 botol.
Untuk pencegahan Anda cukup meminumnya satu kali sehari @ 1 botol. Larutan penyegar ini
juga cocok untuk semua umur. Kalau tidak mencobanya Anda pasti menyesal. Untuk itu kami
sarankan Anda untuk minum larutan penyegar ini agar terhindar dari penyakitpanas dalam.
Selamat mencoba.
3.
Istilah Kebahasaan
1. Macam-macam Makna
a. Makna leksikal atau makna leksis adalah makna yang terdapat dalam kamus.
b. Makna gramatikal atau makna struktural adalah makna yang timbul dalam pertalian
dengan kalimat.
15
c. Makna denotatif atau makna lugas adalah makna yang sebenarnya, sesuai dengan makna
kamus.
d. Makna konotatif atau makna kias adalah makna kata yang mendapat nilai rasa tertentu.
2. Perubahan Makna
a. Meluas: cakupan makna yang sekarang lebih luas daripada makna yang lama ⇒ berlayar,
saudara, putera, puteri
b. Menyempit: cakupan makna yang dahulu lebih luas daripada cakupan makna yang
sekarang ⇒ sarjana, pendeta
c. Amelioratif: arti baru dirasakan lebih tinggi/baik nilai rasanya daripada yang dahulu ⇒
wanita lebih baik daripada perempuan; istri nilainya lebih baik daripada bini
d. Peyoratif: arti baru dirasakan lebih rendah daripada dahulu ⇒ bini, perempuan, kaki tangan
e. Sinestesia: perubahan makna akibat pertukaran tanggapan antara dua indra yang
berlainan.
2. Kata-katanya pedas ⇒ pertukaran antara indra perasa dengan indra pendengaran.
3. Potongan bajunya manis ⇒ pertukaran antara indra perasa dengan indra penglihatan.
f. Asosiasi: perubahan makna karena adanya persamaan sifat ⇒ catut, amplop
3. Istilah Kebahasaan
1. Homonim: kata-kata yang mempunyai bentuk dan bunyi sama, tetapi arti berbeda. [bisa
‘racun’ dan bisa ‘dapat’]
2. Homofon: kata-kata yang mempunyai bentuk dan arti berbeda, bunyi sama. [sangsi ‘ragu’
dan sanksi ‘hukuman’]
3. Homograf: kata-kata yang mempunyai bentuk sama, bunyi dan arti berbeda. [seret ‘tidak
lancar’ dan seret ‘ditarik’]
4. Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai arti sama (persamaan makna kata). [mati =
wafat = gugur = mampus = mangkat = meninggal = tewas]
5. Antonim adalah kata-kata yang mempunyai makna yang berlawanan. [besar x kecil]
6. Hiponim adalah kata-kata yang maknanya sudah tercakup oleh makna yang lebih luas,
yaitu superordinatnya.
• mujair, paus, hiu merupakan hiponim dari ikan.
• ikan merupakan superordinat bagi mujair, paus, hiu.
7. Akronim adalah singkatan yang merupakan gabungan fonem, suku kata, atau
kombinasinya dan diucapkan sebagai satu kata. [ABRI, hankam, mabes, OSIS]
8. Polisemi adalah kata-kata yang mempunyai makna lebih dari satu atau bermakna ganda.
• Ayah membeli sepeda motor merek Honda.
• Ibu menjadi motor kegiatan PKK.
• Cecep menjadi motor kesebelasan SMKN 1.
4. Ungkapan/Idiom adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat tetap dan digunakan
untuk menyatakan suatu maksud dengan arti kiasan.
a. Bahasa Indonesia
1. hutan perawan
2. soko guru
3. makan tanah
4. emas hitam
5. petani gurem
6. modal dengkul
7. patah arang
8. daftar hitam
9. bawah tangan
10. naik daun
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
masih asli; belum dimanfaatkan
tiang utama
miskin sekali
minyak bumi
petani kecil; buruh tani
modal tenaga, tidak punya uang
patah semangat dan sulit diperbaiki
orang yang dicurigai
perjanjian tanpa melalui pihak berwenang
sedang berkembang, mulai dikenal
a. Bahasa Asing
1. vini vidi vici
2. status quo
3. modus operandi
4. ora et labora
5. simbiose mutualistis
6. hotel prodeo
:
:
:
:
:
:
datang, lihat, menang
kondisi/keadaan yang ada
cara kerja, prosedur
bekerja dan berdoa
kerja sama saling menguntungkna
penjara
16
7. minus malum
8. persona non grata
9. mensana in corporesano
10. citius, altius, fortius
:
:
:
:
kerugian yang paling sedikit
orang yang tidak bisa diterima/disenangi
pikiran yang sehat terdapat dalam tubuh yang kuat
makin cepat, makin tinggi, makin kuat
7. Peribahasa adalah kalimat, perkataan, atau kelompok kata yang tetap susunannya dan
mengiaskan suatu maksud tertentu.

Bergantung di akar lapuk.
‘Mengharapkan pertolongan dari orang yang tidak mampu memberikan pertolongan.’

Kalah jadi abu, menang jadi arang.
‘Pertengkaran yang tidak akan menguntungkan bagi pihak mana pun.’

Menegakkan benang basah.
‘Melakukan pekerjaan yang mustahil dapat dilaksanakan.

Manis jangan cepat ditelan, pahit jangan cepat dimuntahkan.
‘Segala nasihat hendaknya dipikirkan dan dipertimbangkan dahulu sebelum diterima atau
ditolak.’

Rusak bangsa oleh laku.
‘Derajat seseorang bila berkelakuan buruk tidak akan dihargai orang lain.’

Bahasa menunjukkan bangsa.
“Baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah asal (keturunan).”

Mencabik baju di dada.
“Menceritakan aib atau cela sendiri atau keluarga sendiri.”
Lepas bantal berganti tikar.
“Seorang laki-laki kawin dengan saudara perempuan atau keluarga istrinya yang meninggal.
 Sepala-pala mandi biarlah basah.
“Mengerjakan sesuatu jangan tanggung-tanggung.”

Bayang-bayang sepanjang badan.
“Tepat benar menurut keadaannya (harapannya, kemampuannya).”
Catatan tambahan

1. Ungkapan: kelompok kata atau gabungan kata yang menyatakan makna khusus (makna
unsur-unsurnya seringkali menjadi kabur) (KBBI.1995: hlm 1105) tinggi hati “sombong”
2. Idiom: konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggotaanggotanya (KBBI.1995: hlm 366) --> kambing hitam “menjadi sasaran”
3. Pepatah: peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran dari orang tua-tua (KBBI.1995:
hlm 749) --> tong kosong nyaring bunyinya
4. Peribahasa: kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan
makna tertentu (KBBI.1995: hlm 155) --> Manikam sudah menjadi sekam “tidak berharga
lagi”.
5. Bidal: peribahasa atau pepatah yang mengandung nasihat, peringatan, sindiran
(KBBI.1995: hlm 130) --> Biar putih tulang, jangan putih mata “lebih baik mati daripada
mendapat malu”
6. Perumpamaan: peribahasa yang berupa perbandingan (KBBI.1995: hlm 1102)
anak ayam kehilangan induk.
--> Bagai
7. Pesan tersurat artinya pesan disampaikan secara tertulis. Pesan tersirat atau pesan
tersamar artinya pesan disampaikan secara tidak tertulis tetapi tersimpul, terkandung, atau
tersembunyi di dalam puisi atau prosa tersebut.
-
Lafaladalah cara seseorang atau sekelompok orang di suatu masyarakat bahasa
mengucapkan bunyi bahasa.
Lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang tidak terpengaruh oleh lafal bahasa
daerah atau bahasa asing.
Tekanan adalah ucapan yang ditekankan pada suku kata atau kata sehingga bagian itu
diucapkan lebih keras (tinggi) daripada bagian yang lain.
17
-
Intonasi adalah lagu kalimat; ketepatan tinggi rendah, keras lembut, panjang pendek,
cepat lambat nada pada pengucapan kalimat.
Jeda adalah hentian sebentar dalam ujaran.
Ciri bahasa Indonesia baku adalah formal, dinamis, cendikia, dan pelafalannya tidak
mencerminkan kedaerahan atau asing.
4.
Unsur Intrinsik dan Unsur
Ekstrinsik
Prosa Fiksi, Prosa Faktual, dan Puisi
Dalam setiap karya tulis – prosa fiksi, prosa faktual, atau puisi – mempunyai dua unsur
pembentuk karya tulis tersebut, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik
1. Pengertian Prosa
Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima, irama
dan kemerduan bunyi seperti puisi. Bahasa prosa seperti bahasa sehari-hari. Menurut isinya
prosa terdiri atas prosa fiksi dan prosa nonfiksi.
1) Prosa Fiksi
Prosa fiksi adalah prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan pengarangnya. Isi cerita
tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta. Prosa fiksi disebut juga karangan narasi
sugestif/imajinatif. Prosa fiksi berbentuk cerita pendek, dongeng dan novel.
1. Cerpen adalah cerita rekaan yang pendek dalam arti hanya berisi pengisahan dengan fokus
pada satu konflik saja dengan tokoh-tokoh terbatas dan tidak berkembang. Alur cerita
sederhana hanya memaparkan penyelesaian konflik yang diungkapkan.
2. Novel berasal dari bahasa Italia, novella yang berarti barang baru yang kecil. Kemudian, kata
tersebut menjadi istilah sebuah karya sastra dalam bentuk prosa. Novel lebih panjang isinya
dari pada cerpen. Konflik yang dikisahkannya lebih luas. Para tokoh dan watak pun lebih
berkembang sampai mengalami perubahan nasib. Penggambaran latar lebih detail. Bersamaan
dengan perjalanan waktu terjadi perubahan-perubahan hingga konflik terselesaikan.
3. Dongeng adalah cerita rekaan yang sama dengan cerpen atau novel. Hanya dalam dongeng
yang dikisahkan adalah tentang hal-hal yang tak masuk akal atau tak mungkin terjadi.
Misalnya, orang dapat menjelma jadi binatang, binatang dapat bekata-kata, dan sebagainya.
Dongeng biasanya menjadi sarana penyampaian nasihat tentang moral atau bersifat alegoris.
Contoh dongeng: Kancil dan Buaya, Jaka dan Pohon Ajaib, Eneng dan Kaos Kaki Ajaib, dan
lain-lain.
2) Prosa Nonfiksi
Prosa nonfiksi ialah karangan yang tidak berdasarkan rekaan atau khayalan pengarang,
tetapi berisi hal-hal yang berupa informasi faktual (kenyataan) atau berdasarkan pengamatan
pengarang. Karangan ini diungkapkan secara sistematis, kronologis, atau kilas balik dengan
menggunakan bahasa semiformal. Karangan ini berbentuk eksposisi, persuasi, deskripsi, atau
campuran. Prosa nonfiksi disebut juga karangan semi ilmiah. Yang termasuk karangan semi
ilmiah ialah: artikel, tajuk rencana, opini, feature, tips, biografi, reportase, iklan, pidato.
2. Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik adalah unsur yang membangun karya tulis tersebut dari dalam, unsur
yang memang harus ada dalam karya tulis tersebut. Unsur intrinsik untuk masing-masing jenis
karya tulis berbeda. Artinya unsur intrinsik prosa fiksi berbeda dengan unsur intrinsik prosa
faktual, berbeda pula dengan unsur intrinsik puisi. Untuk mengetahui perbedaan tersebut,
perhatikan uraian berikut ini dengan saksama.
1. Unsur Intrinsik Prosa Fiksi
Yang termasuk unsur intrinsik prosa fiksi adalah:
1. Tema
Tema merupakan ide pokok atau inti persoalan yang disampaikan pengarang melalui
cerita yang dibuat. Pengarang tidak hanya membeberkan rangkaian persoalan melalui cerita
yang dibuat, tetapi pengarang juga memberikan pemecahan masalah atau jalan keluar
mengatasi persoalan yang ada.
18
Tema dapat bersumber pada pengalaman pengarang, pengamatan pada lingkungan,
permasalahan kehidupan dan sebagainya. Misalnya tentang cinta, kesetiaan, ketakwaan,
korupsi, perjuangan mencapai keinginan.
Tema dalam karya sastra umumnya tersamar di dalam seluruh elemen cerita. Untuk
mempertegas tema, pengarang menggunakan dialog antartokoh untuk mengungkapkan
jalan pikiran, perasaan, kejadian-kejadian penting dengan setting tertentu.
Tema yang terkandung dalam karya sastra, identik dengan tema karya sastra
tersebut. Semakin kompleks persoalan yang dimunculkan, biasanya tidak menjemukan
pembaca karena pembaca ikut berpikir untuk menafsirkannya. Karya sastra yang berbobot
biasanya bertema universal dan bersifat monumental.
2. Tokoh dan Penokohan/Perwatakan
Tokoh adalah individu yang berperan dalam sebuah cerita. Penokohan terdiri atas tokoh
cerita, yaitu orang-orang yang terlibat secara langsung sebagai pemeran sekaligus
penggerak cerita dan orang-orang yang hanya disertakan di dalam cerita. Watak tokoh, yaitu
penggambaran karakter serta perilaku tokoh-tokoh cerita. Untuk menimbulkan konflik,
biasanya di dalam cerita ada tokoh yang berperan penting dengan kepribadian yang
menyenangkan dan ada tokoh yang berseberangan tindak-tanduk dan perilakunya dengan
tokoh sentral tersebut. Tokoh dalam cerita dibedakan atas 4 macam, yaitu:
1. Tokoh Protagonis (Utama) adalah tokoh yang memegang peran utama dalam cerita. Ia
terlibat dalam semua bagian cerita. Ia adalah tokoh sentral.
2. Tokoh Antagonis adalah tokoh yang karakteristiknya berlawanan dengan tokoh
protagonis. Tokoh ini selalu berupaya menggagalkan segala upaya tokoh protagonis.
Dengan munculnya tokoh ini, persoalan menjadi semakin rumit sehingga cerita menjadi
semakin menarik.
3. Tokoh Tritagonis adalah tokoh yang tidak memegang peran tokoh utama dalam cerita.
Tokoh ini hanya terlibat dalam bagian-bagian tertentu dari rangkaian cerita. Ia berperan
sebagai penghubung antara tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
4. Tokoh Bawahan atau Figuran adalah tokoh pendukung tokoh utama. Kehadiran tokoh
ini sangat diperlukan untuk mendukung tokoh utama.
Untuk melukiskan atau menggambarkan watak tokoh, digunakan 3 cara, yaitu:
1. Cara Analitik atau cara langsung yaitu pengarang menjelaskan watak tokoh secara
langsung.
2. Cara Dramatik yaitu pengarang tidak secara langsung menceritakan watak tokoh, tetapi
bisa berupa:
a. Menggambarkan tempat atau lingkungan sang tokoh
b. Menampilkan dialog antartokoh
c. Menjelaskan tingkah laku, perbuatan, atau reaksi tokoh terhadap suatu kejadian.
3. Cara gabungan analitik dan dramatik yaitu penggunaan kedua cara tersebut secara
bersamaan karena kedua cara tersebut saling melengkapi.
3. Plot atau Alur
Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga terjalin
suatu jalan cerita yang menarik. Alur dapat disebut juga rangkaian atau tahapan serta
pengembangan cerita. Dari mana pengarang
memulai cerita, mengembangkan dan
mengakhirinya.
Pola plot dalam sebuah cerita umumnya terdiri atas 5 tahap, yaitu:
1. Pengenalan cerita, penggambaran tokoh, latar, dan suasana.
2. Pengungkapan peristiwa, peristiwa awal yang akan menimbulkan kesukaran pada
tokohnya.
3. Menuju konflik, munculnya perbedaan-perbedaan, keterlibatan orang ketiga, situasi
yang menyebabkan akan menambah kesulitan pada tokoh.
4. Puncak konflik, Disinilah cerita mendebarkan yang akan mengubah nasib tokohnya,
dilematis, berhasil atau gagal.
5. Penyelesaian, akhir cerita, penjelasan atau penilaian terhadap tokoh tentang nasib
yang dialami tokoh setelah mengalami peristiwa puncak.
Berdasarkan urutan peristiwa dalam cerita, plot dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Plot maju (linier)
2. Plot mundur (flashback)
3. Plot gabungan
19
Skema Plot
Klimaks
(4)
Konflik (3)
(5)
Pertikaian
Perkenalan
Penyelesaian
(2)
(1)
4. Latar (Setting)
Latar atau setting adalah gambaran/lukisan mengenai waktu, tempat, dan suasana
terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita. Tokoh-tokoh cerita hidup pada waktu, tempat,
dan suasana tertentu. Jadi, di mana, kapan, dan suasana yang bagaimana tokoh mengalami
suatu peristiwa, itu disebut latar atau setting.
Latar atau setting dibedakan atas:
1. Latar waktu adalah masa terjadinya peristiwa dalam cerita.
2. Latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa dalam cerita
3. Latar suasana adalah keadaan yang melatarbelakangi peristiwa yang terjadi dalam
cerita. Suasana dapat berupa psikologi (sedih, gembira, takut, tenang, tegang, dsb.),
sosial (gambaran kehidupan masyarakat pada saat peristiwa dalam cerita terjadi),
budaya, dan sebagainya.
5. Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam cerita adalah ciri khas bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam
mengungkapkan gagasannya. Pengarang menggunakan diksi atau pilihan kata yang khas
sesuai dengan kepribadiannya. Ada yang menggunakan bahasa yang lugas, ada yang
bercerita dengan bahasa pergaulan atau bahasa sehari-hari. Ada juga yang bercerita dengan
gaya satire atau sindiran halus, menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya. Penggunaan
bahasa ini sangat membantu menimbulkan daya tarik dan penciptaan suasana yang tepat
bagi pengembangan tema serta alur cerita. Setiap pengarang besar biasanya sudah memiliki
ciri khas penggunaan bahasa dalam ceritanya.
6. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan diri atau mengambil posisi dalam
menuturkan cerita. Pengarang bisa terlibat langsung dalam cerita atau hanya sebagai
pengamat yang berdiri di luar cerita yang dituturkan.
Ada 4 macam sudut pandang pencerita, yaitu:
1. Sudut pandang mahakuasa adalah pengarang bercerita seakan-akan mengetahui segala
hal, apa yang dikerjakan, dipikirkan, atau yang dirasakan oleh tokoh cerita.
2. Sudut pandang orang pertama adalah apabila pengarang/penulis terlibat dalam cerita,
ia dapat berperan sebagai pelaku utama atau pelaku sampingan. Dalam hal ini,
biasanya pengarang menggunakan kata aku sebagai tokoh cerita.
3. Sudut pandang orang ketiga atau peninjau adalah pengarang hanya menceritakan
kehidupan tokoh-tokoh dalam cerita. Pengarang tidak lagi menyebut tokoh dengan aku
tetapi dengan menyebut dia atau nama tokoh.
4. Sudut pandang objektif adalah pengarang mencritakan atau melukiskan apa yang
dialami atau dilakukan oleh tokoh cerita.
7. Amanat atau Pesan
Amanat adalah pesan moral atau nasihat yang disampaikan pengarang melalui cerita yang
dikarangnya. Pesan dapat disampaikan oleh pengarang dengan cara tersurat yakni
dijelaskan oleh pengarang langsung atau melalui dialog tokohnya; dan secara tersirat atau
tersembunyi sehingga pembaca baru akan dapat menangkap pesan setelah membaca
keseluruhan isi cerita.
20
b. Pesan eksplisit (tersurat) artinya pesan disampaikan secara langsung (tertulis dalam
cerita)
c. Pesan implisit (tersirat) artinya pengarang menyampaikan pesan secara tidak langsung,
pembaca harus mencari sendiri.
2. Unsur Intrinsik Prosa Faktual
1. Tema: pokok persoalan yang dikupas dalam prosa faktual.
2. Tujuan: hal yang hendak dicapai, untuk apa prosa faktual itu dibuat.
3. Masalah: merupakan persoalan yang akan dipecahkan dalam prosa faktual. Masalah
biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
4. Metode: adalah teknik atau cara memecahkan masalah dalam prosa faktual
5. Kesimpulan
3. Unsur Intrinsik Puisi
1. Tema: (Latin: thema) adalah pokok pembicaraan.
2. Amanat: adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan-pesan yang disampaikan
pengarang kepada pembaca/pendengar. Pesan tersebut dapat disampaikan secara eksplisit
(tersurat) atau implisit (tersirat).
3. Rima: adalah pengulangan bunyi yang berselang di larik sajak atau akhir larik sajak yang
berdekatan (persajakan).
4. Ritme/irama: alunan yang terjadi karena perulangan dan pergantian kesatuan bunyi dalam
arus panjang pendek bunyi, keras lembut, tekanan dan tinggi rendah nada.
5. Metrum: adalah ukuran irama yang ditentukan oleh jumlah dan panjang tekanan suku kata
dalam tiap baris.
6. Majas/diksi
Majas adalah gaya bahasa yang digunakan pengarang yang merupakan ekspresi pengarang
dengan menggunakan ragam bahasa, kosa kata, struktur kalimat yang dapat menghasilkan efek
tertentu. Diksi adalah pilihan kata yang digunakan untuk menghasilkan plastik bahasa yaitu
pilihan kata yang mempunyai ‘tenaga’ untuk menggambarkan daya cipta sastra sebagai buah
pikiran dan perasaan yang terkandung dalam karya sastra itu.
3. Unsur Ekstrinsik
Unsur Ekstrinsik atau unsur luar adalah hal-hal yang mempengaruhi karya tulis baik yang
berjenis prosa fiksi, prosa faktual, atau puisi. Unsur ekstrinsik tersebut bisa bermacam-macam,
misalnya unsur sosiologi, ideologi, politik, ekonomi, budaya, agama, biografi pengarang. Dengan
adanya unsur ekstrinsik, karya tulis menjadi lebih bermakna. Nilai-nilai karya tulis dapat
ditemukan melalui unsur-unsur ekstrinsik tersebut. Karya tulis dengan tema yang sama, belum
tentu mempunyai nilai yang sama. Perbedaan ini muncul karena perbedaan pemahaman,
penghayatan, sudut pandang pengarang.
Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik
-
Prosa Fiksi
Intrinsik
Ekstrinsik
tema
- sosiologi
tokoh
dan - ideologi
perwatakan
- politik
plot atau alur
- ekonomi
latar atau setting
- budaya
teknik penceritaan
diksi
-
Prosa Faktual
Intrinsik
Ekstrinsik
Tujuan
- Latar
Masalah
belakang
Metode
pengarang
Penyim
(politik,
pulan
sosial,
budaya, dll)
Puisi
Intrinsik
- tema
- amanat
- rima
- ritme/irama
- metrum
- majas
- kesan
- diksi
Ekstrinsik
- sosiologi
- ideologi
- politik
- ekonomi
- budaya
Plot atau alur adalah perjalinan/jalan cerita dari awal hingga akhir. Tokoh merupakan
figur pelaku/pemeran dalam cerita. Karakter adalah gambaran sifat kejiwaan, sikap, tingkah laku,
budi pekerti, tabiat tokoh. Latar/setting adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana
21
terjadinya lakuan/cerita dalam karya sastra. Gaya bertutur atau bercerita menggunakan gaya
orang pertama (pengarang menjadi tokoh utama) atau gaya orang ketiga (pengarang menceritakan
tokoh tertentu). Kesan adalah apa yang terasa/terpikir sesudah mendengar pembacaan atau
membaca karya sastra. Resensi adalah tanggapan atau ulasan suatu hasil karya/buku yang
diresensi. Yang perlu dikemukakan dalam resensi karya sastra adalah judul, pengarang, tema,
alur/plot, nilai-nilai, latar belakang pengarang, kelebihan dan kekurangan karya sastra tersebut.
5. EJAAN YANG DISEMPURNAKAN
(EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) mulai berlaku sejak 17 Agustus 1972. Sebelum EYD
digunakan, ejaan yang digunakan di Indonesia adalah (1) Ejaan van Ophuysen dan (2) Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi.
Ketentuan yang berlaku dalam EYD adalah:
Menggunakan Huruf Kapital pada teks
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata awal kalimat. Misalnya
: Ada gula ada semut. Apa maksudmu?
2. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya
: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
“Kenapa engkau terlambat,” katanya.
3. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti
untuk Tuhan.
Misalnya : Allah, Quran, Alkitab, Islam, Weda, Kristen, Hindu, Budha
Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Yang Mahaesa
Bimbinglah hamba-Mu ya Tuhan, ke jalan yang Engkau ridoi.
Tuhan akan memberi petunjuk yang benar kepada hamba-Nya.
4. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya : Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
Sultan Hasanudin
Catatan: Bila tidak diikuti nama orang, tidak ditulis dengan huruf kapital
5. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang.
Misalnya : Gubernur Joko Widodo
Bupati Wiranatakusumah
Profesor Supomo
Jendral Ahmad Yani
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama
instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin oleh Presiden
Program itu telah direncanakan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Tetapi perhatikan penulisan berikut :
- Para gubernur mengadakan rapat di provinsi.
- Brigadir Jendral Ahmad baru dilantik menjadi mayor jendral.
6. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya : Dewi Sartika
Susilo Bambang Yudoyonna
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
7. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
22
Misalnya : bahasa Indonesia
bangsa Belanda
suku Sunda
bahasa Arab
Perhatikan: penulisan berikut tidak menggunakan huruf capital:
- pengindonesiaasn
- kesunda-sundaan
- kebelanda-belandaan
8. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya , dan peristiwa sejarah.
Misalnya : tahun Hijriah
tarikh Masehi
hari Jumat
Perang Diponogoro
hari Lebaran
hari Galungan
hari Natal
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
9. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama
nama
geografi.
Misalnya : Asia Tenggara
Danau Toba
Selat Sunda
Gunung Krakatau
Jalan Thamrin
Bukit Menoreh
Tetapi, perhatikan penulisan berikut :
berlayar ke teluk
pergi ke arah barat
mandi di kali
menyebrang ke selat
batik Solo
peuyeum Bandung
khas
dalam
10. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Dewan Perwakilan Rakyat
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
11. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama
buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel, seperti di, ke, dari,
untuk, dan, yang, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya : Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Kejuruan
majalah Horison, harian Republika
12. Huruf kapital atau huruf besar dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan.
Misalnya : Dr.
Doktor
Ir.
Insinyur
Ny.
Nyonya
M.A. Master of Arts
Prof.
Profesor
dr.
dokter
13. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagi kata
ganti atau sapaan.
Misalnya : Silakan duduk, Dik!
Biarlah saya yang ambil, Nek!
Kapan Bapak berangkat? Surat Saudara sudah saya terima.
Besok Paman akan datang.
Apakah Ibu jadi pulang?
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan
sebagai sapaan
Pemakaian Tanda Baca
Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan merupakan pertanyaan atau seruan.
Misalnya : Ayahku tinggal di Solo.
Hari ini tanggal 2 Juli 2013.
Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohnan ini.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
23
2. Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam satu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya : I. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan : Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan atau ikhtisar jika suatu angka atau huruf itu merupakan yang terakir dalam
deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Misalnya : pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka
waktu.
Misalnya : 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
seru atau tanda tanya, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya: Keraf, Gorys. 1993. Komposisi.Ende-Flores : Nusa Indah.
Siregar, Merari.1920.Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
6. a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya: Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 orang.
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya: Lihat halaman 2345 dan seterusnya
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung
Nomor gironya 5645678
7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya: Laskar Pelangi
Acara Kunjungan Joko Widodo
Bentuk dan Kebudayaan (Bab I UUD ’45)
8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama
dan alamat penerima surat.
Misalnya : Jalan Diponegoro 82
Bandung
1 April 2013
Kantor Penempatan Tenaga
Jalan Cikini 7
Jakarta
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif Rahman Hakim 43
Palembang
Tanda Koma (,) dipakai:
A. Untuk pemerian: Saya membawa majalah, buku, koran, dan agenda kerja.
B. Dalam kalimat berikut:
- Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
- Kalau hujan, saya tidak akan datang.
C. Di belakang kata: Oleh karena itu, ... Jadi, ... Lagi pula, ... Meskipun begitu, ...
akan tetapi, ....
D. Untuk mengapit keterangan tambahan:
- Guru saya, Pak Dahlan, lucu sekali.
Tanda Titik Koma (;) dipakai untuk:
24
A.
Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya: Malam makin
larut; pekerjaan belun juga selesai.
B. Menggantikan kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat
majemuk. Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk memasak di dapur;
adik menonton televisi; saya sendiri mendengarkan radio.
Tanda Titik Dua (:) dipakai:
A. Di akhir pernyataan jika diikuti pemerian. Contoh: Kita memerlukan perabot rumah
tangga: meja, kursi, lemari.
B. Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Tempat sidang : Ruang Sidang
C. Dalam teks drama.
Hari, tanggal
: Sabtu, 28 April 2013
Ibu
: “Bawa kopor ini, Mir!”
Waktu
: Pukul 16.00
Amir : “Baik, Bu.”
Tanda Hubung (-) dipakai untuk:
A. Menyambung kata yang terpisah oleh pergantian baris.
... pekerjaan itu dipercayakan kepada kakaknya.
B.
Merangkai bentuk kata berikut: se-Indonesia, rahmat-Nya, juara ke-2, urutan ke-3
Tanda Pisah (–) dipakai untuk:
A. Membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Kemerdekaan bangsa ini – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh bangsa itu
sendiri.
B. Menegaskan adanya keterangan aposisi. Rangkaian temuan itu – evolusi, teori kenisbian,
pembelahan atom – telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
C. Menyatakan “sampai ke” atau “sampai dengan”. Jakarta – Bandung, tahun 1910 – 1945,
tanggal 5 – 10 Juli
Tanda Elipsis (...)
Dipakai untuk menandai ada bagian kalimat yang dihilangkan. Tanda-tanda kemerosotan ...
akan diteliti lebih lanjut.
Tanda Tanya (?)
Dipakai pada akhir kalimat tanya atau kalimat yang disangsikan kebenarannya.
- Kapan kamu berangkat?
- Ia dilahirkan tahun 1890?
Tanda Seru (!)
Dipakai di belakang kalimat seruan atau perintah.
- Alangkah serunya peristiwa itu!
- Bereskan barang-barangmu sekarang juga!
Penulisan Kata
a. Kata Turunan
1) Bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan (prefiks) dan akhiran (sufiks)
sekaligus, unsur gabungan itu ditulis serangkai: menggarisbawahi, menyebarluaskan,
penghancurleburan, dilipatgandakan.
2) Kata-kata berikut ditulis serangkai: adikuasa, antarkota, tritunggal, dasawarsa,
narasumber, subseksi
b. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung: anak-anak, dibesarbesarkan, narasumber-narasumber
c. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsurunsurnya ditulis terpisah.
Misalnya: duta besar
simpang empat
kambing hitam
persegi panjang
model linear
kereta api cepat luar biasa
25
2. Gabungan kata termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian,
dapat ditulis dengan tanda hubung (-) untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang
bersangkutan.
Misalnya: alat pandang-dengar
mesin-hitung tangan
buku sejarah-baru
orang-tua muda
anak-istri saya
ibu-bapak kami
3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya: adapun
adakalanya
belasungkawa
darmawisata
akhirulkalam
beasiswa
kasatmata
antarkota
manakala
bumiputra
manasuka
kilometer
paramasastra
darmabakti
olahraga
cendramata
dukacita
puspawarna
daripada
saptamarga
segitiga
Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata dasar:
a) Huruf diftong (ai, au, oi) tidak dipenggal: au-la, pan-tai, am-boi, sau–da-ra
b) Huruf konsonan yang berurutan dipenggal sbb.: Ap – ril, ul- tra, in – stru – men, in –
struk – tur, bang – krut
2. Pemenggalan kata-kata berikut dapat dilakukan dengan dua cara:
intro – speksi
atau
in – tro – spek – si
kilo – meter
atau
ki – lo – me – ter
pasca – panen
atau
pas – ca – pa – nen
d.
Kata Ganti ku, mu, kau, dan nya
1) Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: Apa yang
kumiliki boleh kauambil.
2) Kata ganti ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya
Misalnya : Bukuku, bukumu, dan bukunya ada di rumah temanku.
e. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutiknya, kecuali gabungan
kata yang sudah dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada
Misalnya: Di mana rumahmu?
Rumahku di desa Tegalarum.
Kamu akan pergi ke mana?
Saya akan ke perpustakaan.
Orang itu berasal dari mana?
Orang itu berasal dari Sumatera Barat.
Catatan: Kata-kata yang ditulis miring dalam kalimat berikut ditulis serangkai
Nilai Adi lebih baik daripada nilai Bayu.
Bawakan buku itu kemari!
Surat itu ditujukan kepada ibunya.
Kesampingkan dulu saja masalah
itu.
Dia masuk, kemudian keluar lagi.
f. Partikel
1) Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya: biarlah,
maukah, apatah
2) Partikel –pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya, kecuali pada kata adapun,
andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun,
sekalipun, sungguhpun, walaupun
3) Partikel per yang berarti mulai, demi, tiap ditulis terpisah: per 1 April, satu per satu, per
lembar
g. Singkatan dan Akronim
1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, pangkat, diikuti tanda titik: Sdr. Prof. Dr.
Achmad S., M.Pd.. (Saudara Profesor Doktor Achmad Sejati, Master Pendidikan)
2) Singkatan nama resmi lembaga ditulis dengan huruf kapital tanpa diikuti tanda titik: DPR,
MPR, SMK, GBHN
26
3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik: dll., dsb.,
dst., hlm., ybs. Singkatan yang berikut ditulis dengan titik di setiap akhir huruf: a.n. (atas
nama), d.a. (dengan alamat), s.d. (sampai dengan)
4) Akronim nama diri yang terdiri atas gabungan huruf awal ditulis dengan huruf kapital ABRI,
AURI, PASI, KONI, OSIS
5) Akronim berikut hanya huruf awal yang ditulis dengan huruf kapital: Akabri, Polri, Secapa,
Stekmensi
6) Akronim berikut seluruhnya ditulis dengan huruf kecil: pemilu, tilang, radar, rudal,
siskamling, posyandu
h. Angka dan Lambang Bilangan
1) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
a) Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
b) Angka Romawi: I. II. III. IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V
(5.000), M (1.000.000)
2) Penulisan lambang bilangan tingkat: abad XX atau abad ke-20, juara II atau juara ke-2 atau
juara kedua
3) Bila mendapat akhiran –an, penulisannya sebagai berikut: tahun 50-an, uang 5.000-an,
harga 2.000-an
4) Penulisan lambang mata uang tidak menggunakan titik dan spasi: Rp500,00, US$100
Penulisan Unsur Serapan
Unsur serapan yang penulisannya sudah disesuaikan dengan EYD antara lain:
octaaf - oktaf,
vaccine – vaksin,
machine - mesin,
patient - pasien
systeem – sistem,
analisa - analisis
6. Majas/Gaya Bahasa
Majas atau gaya bahasa adalah kata-kata kiasan atau perbandingan yang tepat untuk
membentuk plastik bahasa. Plastik bahasa adalah daya cipta pengarang/seseorang dengan
menggunakan pilihan kata yang tepat guna mendapatkan “tenaga” dalam mengungkapkan pikiran
dan perasaannya
Berdasarkan isi kiasan atau perbandingan yang dikandungnya, majas atau gaya bahasa
dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu 1. Majas Perbandingan, 2. Majas Penegasan, 3. Majas
Pertentangan, 4. Majas Sindiran
1.
Majas Perbandingan
1. Eufemisme: Berasal dari kata Yunani eu yang artinya “bagus, menyenangkan” dan phemeoo
yang berarti “berkata”. Majas perbandingan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak
menyinggung, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan kata-kata yang
mungkin dirasakan menghina, tak pantas, tak sopan atau tak diizinkan adat, jika dikatakan
secara wajar. Gaya ini disebut juga gaya bahasa pelembutan atau ungkapan pelembut.
a. Itulah pandang yang penghabisan, karena sebentar itu juga ia pun menutupkan matanya.
b. Anak muda itu mengeluarkan keluhan panjang dan penghabisan.
c. Orang itu telah berubah akal. (= gila)
2. Litotes: Berasal dari kata Yunani litos yang berarti “sederhana”. Litotes adalah gaya bahasa yang
bertujuan merendahkan diri dengan mempergunakan kata yang berlawanan artinya dengan
yang dimaksud. Contoh:
a. Takkan dapat saya membalas segala kebajikan ibu kepada saya yang hina lagi miskin ini.
b. Perjuangan kami hanyalah setitik air di samudra luas.
3. Hiperbola: Berasal dari bahasa Yunani: hyper artinya “di atas, melampaui, lewat” dan ballein
artinya “melemparkan”. Jadi, gaya bahasa hiperbol ialah mengatakan sesuatu dengan sengaja
dilebih-lebihkan dari keadaan yang sebenarnya. Gaya ini termasuk kiasan, maksudnya untuk
menegaskan atau sebagai ungkapan pengeras. Contoh:
a. Kemenangan berturut-turut memabukkan manusia.
b. Hujan surat selebaran turun dari langit, orang-orang Indonesia harus menyerahkan
senjatanya kepada sekutu.
c. Tangisnya menyayat hati yang mendengarnya.
27
4. Metafora: dari kata Yunani meta berarti “di belakang, di seberang” dan phore yang berarti
“membawa, yang membawa” majas yang memperbandingkan secara langsung suatu hal dengan
hal lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
a. Raja siang telah pergi ke peraduannya. (raja siang = matahari; dewi malam = bulan; kupukupu malam = wts)
b. Bunga desa itu terkulai, patah dengan cara tak wajar.
c. Jalan Braga urat nadi masyarakat borjuis di Bandung.
5. Personifikasi: bahasa Latin persona “orang, diri, pribadi” dan facere
“membuat” majas
perbandingan yang menggambarkan binatang, tumbuhan, benda mati seolah-olah dapat berbuat
seperti manusia.
a. Kuas sang pelukis itu menari-nari di atas kanvas.
b. Di tepi-tepi tasik itu pohon-pohon kayu bercermin dengan tiada bergerak-gerak.
2. Majas Penegasan
1. Antiklimaks: Berasal dari bahasa Yunani: anti yang berarti “lawan” dan klimax yang berarti
“tangga”. Gaya bahasa ini merupakan kebalikan dari gaya bahasa klimaks. Jadi, dalam
antiklimaks gagasan yang terpenting dikemukakan lebih dahulu, baru kemudian gagasangagasan yang berturut-turut semakin berkurang pentingnya/makin turun/melemah. Contoh:
a. Tiap hari, tiap jam malahan tiap detik boleh dikatakan adinda tidak berhenti menderita.
b. Jangankan sepuluh ribu, seribu, bahkan seratus orang pun tak ada yang menyaksikan
pertandingan itu.
c. Kepala sekolah, guru, dan siswa juga hadir dalam acara syukuran itu.
d. Di kota dan desa hingga pelosok kampung orang merayakan HUT ke-67 RI
2. Klimaks: Berasal dari kata Yunani: klimax yang berarti “tangga”. Klimaks adalah gaya bahasa
yang menyatakan beberapa gagasan atau hal berturut-turut makin lama makin
menghebat/naik, dari yang kurang penting/lemah hingga yang paling penting/kuat atau paling
hebat. Contoh:
a. Dia masih ingat betapa Hazil datang pada petang hari ke rumahnya – sehari yang lalu? –
dua hari? – tiga hari? – seminggu? Sebulan? Setahun? Sepuluh tahun? – Guru Isa tidak
ingat lagi dan tidak dapat menghitungnya
b. Kugedor-gedor lagi. Lebih keras lagi dari tadi. Lebih berat dari tadi. Lebih hebat. Dengan
tinju, dengan kaki, dengan badan.
c. Semua orang dari anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut antre minyak.
d. Ketua Rt, Rw, kepala desa, gubernur bahkan presiden sekalipun tak berhak mencampuri
urusan pribadi seseorang.
3. Pararelisme:
a. Anafora adalah pengulangan kata atau kata-kata pada awal kalimat atau penggalan kalimat.
Tujuannya sama dengan repetisi yaitu menonjolkan atau menegaskan artinya. Biasanya
digunakan dalam bentuk puisi.
Tangis yang berkepanjangan.
Tangis desa.
Tangis hutan.
Tangis anak-anak.
Tangis istri-istri yang memeram duka dalam bersendiri.
Cinta adalah pengertian
Cinta adalah kesetiaan
Cinta adalah rela berkorban
b. Epifora Gaya bahasa epifora merupakan kebalikan dari anafora, yaitu pengulangan kata atau
kata-kata pada akhir kalimat atau bagian kalimat. Tujuannya sama dengan repetisi dan
anafora.
Alam menjadi saksi.
Pohon-pohon menjadi saksi.
Matahari menjadi saksi.
Burung-burung menjadi saksi.
28
Contoh Majas Paralel dalam puisi
Segala, Segala
Ani, ya Aniku, Ani
Mengapa kamas engkau tinggalkan?
Lengang sepi rasanya rumah
Lapang meruang tiada tentu
Buka lemari pakaian berkata,
Di tempat tidur engkau berbaring
Di atas kursi engkau duduk
Pergi ke dapur engkau sibuk
Segala kulihat segala membayang
Segala kupegang segala mengenang
Sekalian ruang asa mengingat,
Sebanyak itu cita melenyap.
Pilu pedih menyayat di kalbu,
Pelbagai rasa datang merusak
4. Retoris: majas penegasan yang menggunakan kalimat tanya, namun pertanyaan itu tidak
memerlukan jawaban karena jawaban pertanyaan tersebut sudah diketahui bersama.
 Siapakah yang tidak ingin hidup bahagia?
 Kata siapa cita-cita bisa didapat cukup dengan sekolah formal saja?
5. Pleonasme: Berasal dari bahasa Yunani pleon artinya “lebih banyak” dan pleonazoo artinya
”punya limpah”. majas penegasan yang mempergunakan kata yang maknanya telah terkandung
dalam kata yang terdahulu. Contoh:
b. Maka olenglah kapal itu ke kiri ke kanan, serta mengangguk ke muka ke belakang.
c. Mereka melihat ke jurang ke arah air terjun yang gemuruh berderau jatuh ke bawah.
d. Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah.
Contoh Majas Pleonasme dalam puisi
Dalam Gelombang
Alun bergulung naik meninggi,
Turun melembah jauh ke bawah
Lidah ombak menyerak buih
Surut kembali di air gemuruh
Kami mengalun di samudra-Mu
Bersorak gembira tinggi membukit
Sedih mengaduh jatuh ke bawah
Silih berganti tiada berhenti
Di dalam suka di dalam duka
Waktu bahagia waktu merana
Masa tertawa, masa kecewa
Kami berbuai dalam nafasmu,
Tiada kuasa tiada berdaya
Turun naik dalam ‘rama-Mu.
(Oleh: St. Takdir Alisjahbana)
6. Repetisi: Berasal dari kata Latin: repeteree artinya “mengulang, melakukan sekali lagi”; repetitio
artinya “pengulangan, ulangan”. Gaya repetisi ialah pengulangan kata, kelompok kata/frase atau
kalimat. Beberapa contoh:
i. “Ya, mati semua-muanya. Gedung-gedungnya mati, toko-tokonya mati, rumah-rumahnya
mati, lampu-lampunya, radio-radionya, mobil-mobilnya mati semua.”
ii. Yang ada hanya kami berdua. Yang ada hanya kami berdua. Yang ada hanya kami berdua.
iii. Cinta adalah keindahan. Cinta adalah kebahagiaan. Cinta adalah pengorbanan.
iv. Dialah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap.
7. Tautologi: Berasal dari bahasa Yunani to auto berarti “yang sama” dan logos berarti “perkataan”.
Majas penegasan yang mengulang beberapa kali kata dalam sebuah kalimat.
i.
Disuruhnya aku bersabar, bersabar, dan sekali lagi bersabar, tetapi aku sudah tidak tahan lagi.
ii. Bukan, bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertukar pikiran saja.
iii. Seharusnya sebagai sahabat kita hidup rukun, akur, dan bersaudara.
iv. Ia mencintai, mengasihi, dan mengagumi suaminya yang gigih memperjuangkan kehidupan
keluarganya. (tautologi sinonimi)
29
3. Majas Pertentangan
1. Antitesis: Berasal dari bahasa Yunani: anti artinya “lawan” dan these artinya “penempatan”.
Jadi, antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang
bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan
maknanya. Tujuannya agar paduan kata itu mendapat perhatian. Contoh:
b. Tetapi rupanya di mana jua pun di atas dunia ini, asal ditempati oleh manusia, kita akan
bertemu dengan yang tinggi dan yang rendah, kita akan bertemu dengan kekayaan dan
kemiskinan, kesukaan dan kedukaan, tertawa da ratap tangis.
c. Kabar perkara belasting itu segeralah pecah dan kembang pada seluruh negri, ... sehingga
tua muda, kecil besar, laki-laki perempuan, tahulah kabar ini.
d. Kaya atau miskin, bodoh atau pandai, bukanlah ukuran nilai seseorang.
2. Paradoks: Berasal dari bahasa Yunani: para artinya “di samping berhubungan dengan” dan
doxa artinya “pikiran, pendapat”. Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang seolah-olah
mengandung pertentangan. Tetapi jika diteliti dengan saksama ternyata tidak, karena objek
yang dikemukakan berlainan atau juga segi tinjauannya berbeda. Maksudnya untuk
mengintensifkan pernyataan.
b. Sungguhpun ia muda, tetapi telah tua pikirannya, ia selalu memikirkan masalah
kemiskinan itu.
c. Hatinya selalu sunyi tinggal di Jakarta yang ramai ini.
4. Majas Sindiran
1. Ironi: Berasal dari kata Yunani: eirooneia yang berarti “mengolok”. Ironi atau sindiran adalah
semacam acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud yang berlainan
dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya itu. Ironi bisa bersifat halus, tetapi
juga bisa bersifat kasar dan menyakitkan hati. Misalnya:
a. Pagi benar Saudara datang, padahal acara sudah dimulai satu jam yang lalu.
b. Berapa kali sudah istrinya yang setia itu menerima hardik dan dengking suaminya, akan
ganti terima kasih.
2. Sinisme: Berasal dari kata Yunani: cynikus yang berarti “anjing”. Sinisme termasuk bahasa
sindiran yang bermaksud mencemooh atau memandang rendah. Dalamnya terdapat pandangan
atau gagasan yang tidak melihat sesuatu kebaikan apa pun dan meragukan sifat-sifat baik yang
ada pada manusia. Misalnya:
a. Tapi juga perempuan-perempuan beragama ini pun harus hidup dan mempunyai uang. Dan
uang tidak dapat mereka minta kepada Tuhannya, biarpun mereka sembahyang tiga belas
kali sehari.
b. Kami dan tentera sering berdiam diri, tapi ketahuilah bahwa kami berjuang menghadapi
berbagai-bagai rintangan; kekuragan salvarsan, dan obat-obat lainnya dan kelebihan kritikkritik saudara-saudara.
c. Kerjakanlah soal-soal itu kalau Kaubisa!
3. Sarkasme: Berasal dari kata Yunani: sarx artinya “daging”. Sarkazoo artinya “merobek daging”.
Sarkasme merupakan bahasa sindiran yang terkasar karena memaki orang dengan kata-kata
kasar, tak sopan didengar telinga dan selalu menyakitkan hati. Gaya ini biasanya diucapkan oleh
orang yang sedang marah. Contoh:
a. Hei, mana anjing Sukarno!
b. Rasailah pula olehmu bekas tanganku, hai anjing Belanda!
c. Hai anjing, jangan kencing di situ!
Berikut ini contoh penggunaan majas dalam karya sastra seperti prosa fiksi.
Ada senyum di bibirnya. Tapi……………wajahnya sangat pucat. Pucat seputih kapas. Al-Quran
besar yang kertas jilidnya telah koyak, dia dekap erat.
….
Sekarang Aki tertawa terbahak-bahak. ‘Anak ini persis bapaknya, keras kepala,’ pikir Aki.
….
Ani duduk di ranjang reyot di kamar kenangan saat Aki menggat menari-nari kembali. Ani
mengusap-ngusap sebuah kotak yang terbungkus kertas kado rapi. (Dari: Kado Cantik buat Aki, oleh Tina
Rakhmatin)
30
Malam bagai remaja putri mengurai rambutnya yang legam. Lelaki itu melewati bayangbayang pepohonan ketapang yang merimbun di sepanjang halaman. Jarak ke selatan cahaya bulan
merenta menyapu pepohonan tua. (Dari: Malam Putih, oleh Korrie Layun Rampan)
Beberapa contoh penggunaan majas pada karya sastra berbentuk puisi.
Contoh Majas Perumpamaan
Contoh Majas Metafora
Blues untuk Bonnie
Afrika Selatan
….
Mengepulkan asap rokok kelabu,
Seperti tungku-tungku yang menjengkelkan.
Tapi kulitku hitam
….
Dan sorga bukan tempatku berdiam
Maka dalam blingsatan
Bumi hitam
Ia bertingkah bagai gorilla.
Iblis hitam
….
Dosa hitam
Bagai ikan hitam
Karena itu:
Ia menggelapar dalam jala.
Aku bumi lata
….
Aku iblis laknat
Bagai batu lumutan
Aku dosa melekat
Wajahnya kotor, basah dan tua.
Aku sampah di tengah jalan
Maka waktu bagaikan air bah
Oleh : Subagjo Sastrowardojo
Melanda sukmanya yang lelah.
Oleh: W.S. Rendra
Contoh Majas Personifikasi
Anak Molek V
Malu dan malu nyala pelita
Seperti meratap mencucuri mata
Seisi kamar berduka cita
Seperti takut gentar berkata
Oleh Rustam Efendi
Contoh Majas Pleonasme
Dalam Gelombang
Alun bergulung naik meninggi, Turun melembah jauh ke bawah Lidah ombak menyerak buih Surut
kembali air di gemuruh.
7. Penalaran dalam Paragraf
Penalaran Deduktif: Pola ini diawali dengan mengemukakan pernyataan yang umum lalu diikuti
dengan pernyataan-pernyataan khusus. Penalaran deduktif terdiri atas tiga bentuk.
a. Silogisme
Silogisme adalah proses pengambilan simpulan dengan mengungkapkan terlebih dahulu
pernyataan yang bersifat umum (premis umum) disusul dengan pernyataan khusus (premis
khusus).
Contoh:
PU: Semua peserta ujian diwajibkan mengenakan atribut dan seragam dari sekolah asalnya.
PK : Susi adalah salah seorang peserta ujian.
K : Susi wajib mengenakan atribut dan seragam sekolah asal.
b. Sebab-akibat-akibat
Pola ini diawali dengan pengungkapan fakta yang merupakan sebab, lalu disusul dengan
simpulan yang berupa akibat.
Contoh:
Masyarakat kita masih rendah tingkat kedisiplinannya. Dapat dilihat dari kurang
sadarnya menjaga kebersihan lingkungan. Masih banyak penduduk yang membuang sampah di
selokan dan di kali. Saat datang musim hujan, aliran air di selokan dan kali tersumbat, tidak
lancar. Akhirnmya, banjir melanda di mana-mana.
31
c. Akibat-sebab-sebab
Pola ini dimulai dengan pernyataan yang merupakan akibat, kemudian ditelusuri penyebabnya.
Contoh:
Dua dari tiga remaja di kota-kota besar di Indonesia menurut penelitian, pernah
berpacaran. Separuh di antaranya telah terlibat pergaulan bebas. Kebanyakan dari mereka
terpengaruh oleh budaya barat yang bebas. Mereka dengan serta merta mengadopsinya dari
tayangan-tayan gan film di media elektronik. Ditambah lagi, pembinaan agama di rumah
maupun di sekolah sangat kurang.
Penalaran Induktif: Pola penalaran ini bermula dari pengungkapan hal-hal yang khusus,
kemudian ditarik suatu simpulan yang bersifat umum. Berikut adalah pola-pola penalaran
induktif.
a. Generalisasi
Generalisasi ialah pengambilan simpulan umum berdasarkan fakta dan data yang bersifat
khusus. Data dan fakta diperoleh melalui penilaian, pengamatan, atau hasil survei.
Contoh:
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kepada SMA Teladan saat mereka melaksanakan
upacara, semua siswa memakai sepatu hitam dan kaos kaki putih. Pakaian mereka putih-putih
dan kemeja dimasukkan ke dalam celana dan ke dalam rok, memakai ikat pinggang, warna
hitam. Pakaian mereka dilengkapi dengan dasi dan topi abu-abu. Jadi dapat dikatakan
siswa SMA Teladan, pakaiannya seragam dan tertib sewaktu mengikuti upacara.
b. Kausalitas
Sebab-akibat
Pola ini dimulai dengan mengemukakan fakta-fakta yang menjadi sebab, lalu ditarik
simpulan yang merupakan akibat.
Contoh:
Hutan banyak ditebangi secara ilegal oleh oknum pengelola hutan. Terjadi kebakaran hutan
di mana-mana. Pengawasan terhadap hutan lindung sangat lemah. Penduduk sekitar pun ikutikutan sampai membuka ladang dengan menebangi hutan. Akibatnya, setiap datang musim
hujan, bencana longsor terjadi.
Akibat-sebab
Pola ini dimulai dengan mengungkapkan fakta-fakta yang merupakan akibat lalu
dikemukakan peristiwa yang menjadi penyebabnya.
Contoh:
Ketika hujan, banjir melanda di mana-mana. Para penduduk mengungsi di tempat
yang tinggi. Mereka harus menunggu air surut kembali. Ini disebabkan saluran air
tersumbat oleh sampah yang dibuang warga sembarangan.
c.
Analogi
Analogi ialah pengambilan simpulan dengan mengambil kesamaan dari suatu hal yang
diperbandingkan. Biasanya dua hal atau lebih yang dibandingkan dianggap memiliki kesamaan
sifat dasarnya.
Contoh:
Seorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu
mendaki, ada saja rintangan seperti jalan yang licin yang membuat seseorang jatuh. Ada pula
semak belukar yang sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut
ilmu seseorang akan mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami
pelajaran, dan sebagainya. Apakah dia sanggup melaluinya? Jadi, menuntut ilmu sama saja
halnya dengan mendaki gunung untuk mencapai puncaknya.
32
8. Kalimat Baku
Kalimat yang baku harus terhindar dari hal-hal berikut ini:
1. Penggunaan struktur bahasa daerah
Tidak Baku
Baku
- Bola itu ditendang oleh saya.
- Bola itu saya tendang.
- Para siswa pada nongkrong di kantin.
- Para siswa nongkrong di kantin.
- Ini bukunya Andi.
- Ini buku Andi.
2. Penggunaan struktur bahasa asing
Tidak Baku
- Rumah di mana saya tinggal banyak
nyamuknya.
- Perkataan dari orang itu sulit dipahami.
Baku
Rumah tempat tinggal saya banyak
nyamuknya.
Perkataan orang itu sulit dipahami.
-
3. Penggunaan kalimat yang kontaminasi (rancu)
Tidak Baku
- Di SMKN 1 akan mengadakan LKS.
-
Baku
Di SMKN 1 akan diadakan LKS. atau
SMKN 1 akan mengadakan LKS.
4. Penggunaan kalimat yang pleonastis (penggunaan kata secara berlebihan)
Tidak Baku
Baku
- Pemandangan itu sangat indah sekali.
- Pemandangan itu sangat indah. atau
Pemandangan itu indah sekali.
- Agar supaya sukses kita harus bekerja
keras.
- Agar sukses kita harus bekerja keras.
- Para hadirin dimohon berdiri.
- Hadirin dimohon berdiri.
- Banyak siswa-siswa yang terlambat,
- Banyak siswa yang terlambat.
5. Penggunaan istilah/kata yang salah
Tidak Baku
- anggauta, fihak, syah (resmi), dipersilahkan,
merubah/merobah, pertanggungan jawan
Baku
anggota, pihak, sah, dipersilakan, mengubah,
pertanggungjawaban
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang memunyai daya capai informasi yang tepat dan baik. Ciri-ciri
kalimat efektif adalah:
1. Memiliki pola kalimat yang benar
2. Menggunakan pilihan kata (diksi) yang tepat
3. Tidak menggunakan kata secara berlebihan
4. Dalam bahasa tulis menggunakan ejaan dan tanda baca yang tepat
5. Menggunakan logika/penalaran yang tepat
6. Tidak ambigu
Perhatikan contoh berikut ini!
1. Penggunaan kata secara berlebihan (pleonastis)
Tidak Efektif
- Dia berdiri lalu naik ke atas panggung.
- Fosil itu sudah ada sejak zaman dahulu kala.
- Agar supaya nyaman, pengunjung dilarang
merokok.
Efektif
Dia berdiri lalu naik ke panggung.
Fosil itu sudah ada sejak zaman dahulu.
Agar atau Supaya (gunakan salah satu)
nyaman, pengunjung dilarang merokok.
2. Penggunaan kata depan yang tidak tepat
Tidak Efektif
- Kepada para siswa harap kumpul di aula!
- Di sekolah akan mengadakan pentas seni.
- Kepada para peserta harap mendaftarkan diri!
Efektif
Para siswa harap kumpul di aula!
Sekolah akan mengadakan pentas seni.
Para peserta harap mendaftarkan diri!
-
33
3. Penggunaan gramatika yang tidak tepat
Tidak Efektif
- Mereka saling tuduh-menuduh.
-
Di hari Lebaran kita saling maafmemaafkan.
Kedua pihak saling baku tembak.
4. Penalaran yang tidak logis
Tidak Logis
- Yang membawa HP harap dimatikan!
- Yang membawa motor harap dikunci!
- Yang membawa anak harap dipangku!
-
Saya terlambat karena jalan macet.
Berikutnya sambutan Ketua OSIS. Waktu
dan tempat kami persilakan!
-
-
Efektif
Mereka saling tuduh. Atau Mereka tuduhmenuduh.
Di hari Lebaran kita saling memaafkan.
Kedua pihak saling tembak atau Kedua
pihak baku tembak.
Logis
HP harap dimatikan!
Motor harap dikunci!
Yang membawa anak harap memangku
anaknya! Atau Anak harap dipangku!
Saya terlambat karena lalu lintas macet.
Berikutnya sambutan Ketua OSIS. Waktu
dan tempat kami sediakan! Atau Berikutnya
sambutan Ketua OSIS. Ketua PSIS kami
persilakan!
5. Kalimat ambigu (bisa ditafsirkan lebih dari satu makna)
Tidak Efektif
Efektif
- Menurut pengakuan adik ayah Irma adalah
- Menurut pengakuan adik, ayah Irma adalah
orang kaya.  Siapa yang kaya?
orang kaya. (yang kaya: ayah Irma)
- Menurut pengakuan adik ayah, Irma adalah
orang kaya. (yang kaya: Irma)
- Ayam makan belalang mati.  Apa yang
- Ayam, makan belalang mati.
mati?
- Ayam makan, belalang mati.
- Ayam makan belalang, mati.
9. Glosarium
afiks: (imbuhan) bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna
gramatikal. Afiks terdiri atas:
 Prefiks (awalan): afiks/imbuhan yang ditambahkan pada bagian depan/awal sebuah kata
dasar atau bentuk dasar. Contoh: memakan, berjalan, terlambat, dipakai
 Infiks (sisipan): afiks/imbuhan yang disisipkan di tengah kata. Contoh: telunjuk, gemetar
 Konfiks (awalan dan akhiran): afiks tunggal yang terjadi dari dua unsur yang terpisah.
Contoh: kemerdekaan, menaikkan, berhadapan
 Sufiks (akhiran): afiks/imbuhan yang ditambahkan pada bagian belakang/akhir sebuah kata
dasar atau bentuk dasar. Contoh: makanan, lupakan, hadapi
-
Verba
Kata dasar
masak
tulis
tembak
cuci
Tindakan
Prefiks mememasak
menulis
menembak
mencuci
Pelaku
Prefiks pepemasak
penulis
penembak
pencuci
Proses
Konfiks pe-an
pemasakan
penulisan
penembakan
pencucian
Hasil
Sufiks -an
masakan
tulisan
tembakan
cucian
anekdot: jenis teks yang berisi peristiwa-peristiwa lucu, konyol, atau menjengkelkan sebagai akibat
dari krisis yang ditanggapi dengan reaksi. Anekdot mempunyai struktur teks:
abstraksi^orientasi^krisis^reaksi^koda. Tanda “^” berarti “diikuti oleh”.
argumentasi: alasan yang digunakan untuk mempertahankan pendapat.
bilingual: berhubungan dengan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa. =>multilingual
definisi: batasan, pengertian. Contoh: mamalia adalah hewan yang menyusui.
demokrasi: nama bentuk atau sistem pemerintahan; gagasan atau pandangan yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga
34
negara. Demokrasi dipraktikkan di berbagai bidang, misalnya ekonomi, politik, bahasa, dan
budaya.
demonstrasi: unjuk rasa: melakukan protes dengan menghimpun masa.
deskripsi: jenis teks yang berisi gambaran keadaan (sifat, bentuk, ukuran, warna, dan sebagainya)
sesuatu (manusia atau benda) secara individual dan unik. Teks ini mengutamakan hubungan
antara keseluruhan dan bagian-bagiannya. Struktur teksnya adalah pernyataan tentang hal
yang dideskripsikan^bagian yang dideskripsikan.
diskusi: jenis teks yang berisi tinjauan terhadap sebuah isu dari dua sudut pandang yang berbeda,
yaitu sisi yang mendukung dan menentang isu tersebut. Teks diskusi sering disebut teks
argumentasi dua sisi. Struktur teksnya adalah isu^argumentasi yang mendukung^ argumentasi
yang menentang^kesimpulan/ rekomendasi.
editorial: jenis teks pada koran atau majalah yang merupakan ungkapan wawasan atau gagasan
terhadap sesuatu yang mewakili koran atau majalah tersebut. Editorial juga disebut tajuk
rencana.
eksemplum: jenis teks rekaan yang berisi insiden yang menurut partisipannya tidak perlu terjadi.
Secara pribadi, partisipan menginginkan insiden itu dapat diatasi, tetapi ia tidak dapat berbuat
apa-apa. Struktur teksnya adalah abstrak^orientasi^insiden^interpretasi^koda.
eksplanasi: jenis teks yang berisi penjelasan hubungan logis dari beberapa peristiwa. Pada teks
eksplanasi, sebuah peristiwa timbul karena ada peristiwa lain sebelumnya dan peristiwa
tersebut mengakibatkan peristiwa yang lain lagi sesudahnya. Struktur teksnya adalah
pernyataan umum^urutan alasan logis.
eksposisi: jenis teks yang berfungsi untuk mengungkapkan gagasan atau mengusulkan sesuatu
berdasarkan argumentasi yang kuat. Teks ini berbeda dengan teks diskusi yang berisi dua sisi
argumentasi; teks eksposisi hanya berisi satu sisi argumentasi: sisi yang mendukung atau sisi
yang menolak. Struktur teksnya adalah pernyataan pendapat (tesis)^argumentasi^penegasan
ulang pendapat. => diskusi.
fungsi (nomina), fungsional (adjektiva): istilah umum yang digunakan untuk menyatakan
kegunaan. Dalam Linguistik Sistemik Fungsional (LSF), fungsi mengacu pada tiga hal: fungsi
ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual. => makna metafungsional.
fungsi ideasional: fungsi untuk mengungkapkan realitas fisik dan biologis serta berkenaan dengan
interpretasi dan representasi pengalaman.
fungsi interpersonal: fungsi untuk mengungkapkan realitas sosial serta berkenaan dengan
interaksi antara penutur/penulis dan pendengar/pembaca.
fungsi tekstual: fungsi untuk mengungkapkan realitas semiotis/simbol dan berkenaan dengan
cara penciptaan teks dalam konteks.
gagasan: pendapat; opini.
genre: secara sempit, jenis teks atau wacana; secara luas, konteks budaya yang melatarbelakangi
lahirnya teks. => teks. pada konteks budaya yang lebih luas, genre adalah proses sosial yang
berorientasi pada tujuan yang dicapai secara bertahap. Dikatakan sosial karena manusia
berkomunikasi dengan menggunakan genre atau teks; dikatakan berorientasi pada tujuan
karena orang menggunakan genre atau teks untuk mencapai tujuan komunikasi; dan
dikatakan bertahap karena untuk mencapai tujuan tersebut, biasanya dibutuhkan beberapa
tahap melalui pembabakan dalam struktur teks. => struktur teks.
interpretasi: kesan, pendapat, pandangan, atau tafsiran teoretis  menginterpretasi: menafsirkan
kalimat: gugusan kata dalam satuan ortografis yang diawali oleh huruf besar dan diakhiri oleh
tanda titik (.). Dalam LSF, kalimat tidak dibedakan dengan klausa dalam hal bahwa kalimat dan
klausa mempunyai kedudukan yang sama dalam tata bahasa, yaitu keduanya mengandung
setidak-tidaknya subjek dan predikator. => klausa.
Menurut kompleksitasnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat simpleks dan kalimat kompleks.
kalimat simpleks: kalimat yang hanya terdiri atas satu verba utama yang menggambarkan aksi,
peristiwa, atau keadaan. Kalimat simpleks (yang sesungguhnya sama dengan kalimat tunggal)
hanya mengandung satu struktur: subjek^predikator^(pelengkap)^(keterangan). Unsur yang
diletakkan di dalam kurung belum tentu ada dalam kalimat. Pada contoh berikut ini yang
dimaksud verba utama adalah menulis. Verba tinggal pada unsur subjek dianggap bukan verba
utama. Kalimat tersebut mempunyai satu struktur, yaitu subjek^predikator^keterangan cara.
Pak guru yang tinggal di rumah dinas itu
Subjek
mengajar
predikator
dengan baik.
keterangan cara
kalimat kompleks: kalimat yang terdiri atas lebih dari satu aksi, peristiwa, atau keadaan sehingga
mempunyai lebih dari satu verba utama dalam lebih dari satu struktur. Struktur yang satu dan
35
struktur yang lain biasanya dihubungkan oleh konjungsi, tetapi sering pula hubungan itu
hanya ditunjukkan oleh tanda koma atau titik koma, bahkan tidak ditunjukkan oleh tanda
baca apa pun. Kalimat kompleks dibagi menjadi dua jenis, yaitu kalimat kompleks parataktik
dan kalimat kompleks hipotaktik.
kalimat kompleks parataktik: kalimat kompleks yang terdiri atas dua struktur atau lebih yang
dinyatakan dengan hubungan konjungtif sejajar dengan makna, antara lain dan, tetapi, dan
atau. Contoh berikut ini mengandung dua verba utama, yaitu masing-masing disebut, dalam
dua struktur yang dirangkaikan oleh konjungsi dan. Contoh tersebut mempunyai dua struktur
(yang kebetulan sama), yaitu masing-masing subjek^predikator^pelengkap. Struktur 1 dan
struktur 2 berhubungan secara sejajar dengan konjungsi dan.
Struktur 1
Yang pertama
disebut
makhluk hidup
subjek
predikator
pelengkap
Struktur 2
dan
kata perangkai: konjungsi
yang kedua
subjek
disebut
predikator
makhluk mati.
pelengkap
kalimat kompleks hipotaktik: kalimat kompleks yang dapat dinyatakan dengan hubungan
konjungtif tidak sejajar dengan makna, antara lain apabila, jika, karena, dan ketika. Pada
contoh berikut ini, struktur 1 dan struktur 2 dirangkaikan dengan konjungsi apabila. Kedua
struktur itu berhubungan secara tidak sejajar. Struktur 2 menjadi syarat berlangsungnya
kejadian pada struktur 1.
Tanaman kacang itu
subjek
apabila
kata perangkai: konjungsi
Struktur 1
akan tumbuh
predikator
Struktur 2
petaninya
subjek
subur
pelengkap
rajin
menyiram
predikator
-nya.
pelengkap
kalimat imperatif: kalimat yang berfungsi untuk memerintah. Contoh: Ambilkan aku minum!
kalimat deklaratif: kalimat yang berfungsi untuk menyampaikan informasi atau berita. Contoh:
Akhir-akhir ini, harga buku mahal.
kalimat interogatif: kalimat yang berfungsi untuk bertanya. Terdapat dua macam kalimat
interogatif, yaitu kalimat interogatif yang dijawab ya atau tidak dan kalimat interogatif yang
jawabnya berupa informasi. Secara berturut-turut kedua jenis kalimat interogatif itu dapat
dicontohkan sebagai berikut: Dapatkah Anda berenang? dan Pukul berapakah Anda pulang?
kata: satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, yang dapat berupa morfem tunggal atau morfem
gabungan. => morfem. Kata dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. (jenis kata di bawah ini
tidak disusun menurut abjad).
kata benda (nomina): kata yang mengacu pada orang, benda, atau hal-hal yang bersifat abstrak
semacam perasaan atau kualitas, misalnya kursi, bangunan, persetujuan, keputusan, dan
konsep.
kata kerja (verba): kata yang menunjukkan aksi, peristiwa, atau keadaan, misalnya menulis, pergi,
mengira, dan memasak.
kata keterangan (adverbia): kata yang dapat memberikan keterangan tentang kapan, bagaimana,
di mana, atau dalam keadaan bagaimana sesuatu berlangsung, misalnya kemarin, di Jakarta,
dan dengan cepat.
kata ganti (pronomina): kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai seseorang
atau sesuatu secara tidak langsung, misalnya ia, -nya, mereka, kita, dan kami.
kata sifat (adjektiva): kata yang digunakan untuk menerangkan kualitas sesuatu, seperti ciri,
wujud, warna, atau ukuran, misalnya bagus, cantik, mahal, muda, penting.
kata sandang (artikula): kata penentu (determiner) yang digunakan untuk mengawali kata benda
atau kelompok kata benda, misalnya sebuah, suatu, beberapa, dan sebagian.
36
kata sambung (konjungsi): kata yang digunakan untuk merangkaikan dua kalimat tunggal atau
lebih, misalnya dan, tetapi, setelah, sebelum, apabila, dan karena.
kata depan (preposisi): kata gramatikal yang selalu diikuti oleh benda atau kelompok kata benda,
misalnya di, ke, dalam, dengan, pada, untuk, dan dari.
kata bilangan (numeralia): kata yang digunakan untuk menunjuk jumlah atau angka, misalnya
satu, dua, tiga, empat, dan lima.
kata seru (eksklamasi): kata penanda wacana yang digunakan untuk mengungkapkan ketakjuban,
kemarahan, keterkejutan, dan sebagainya, misalnya ah, em, oh, wah.
kelompok kata: kata kompleks. Kelompok kata meliputi kelompok nomina, kelompok verba,
kelompok adjektiva, kelompok adverbia, dan kelompok preposisi. Kelompok kata berbeda
dengan frasa dalam hal bahwa kelompok merupakan perluasan dari kata, sedangkan frasa
merupakan bentuk singkat dari kalimat. Kelompok kata dianggap sebagai kata kompleks
(apabila dianalogikan dengan kalimat kompleks), sedangkan frasa merupakan konstruksi katakata yang berjajar. Kelompok mengandung muatan logis sebagaimana tercermin pada pola
urutannya, sedangkan frasa lebih menunjukkan bentuk fisik, yang rangkaian setiap kata di
dalamnya belum diberi peran tertentu, khususnya peran sintaktis dan semantis. Pada tradisi
LSF, istilah frasa hanya digunakan pada penyebutan frasa preposisi. => kelompok preposisi.
kelompok nomina: kelompok kata dengan nomina sebagai inti dan kata-kata lain sebagai penjelas.
Kata-kata lain yang berfungsi sebagai penjelas itu dapat berupa nomina, verba, adjektiva, atau
kata-kata yang lain. Pada contoh berikut ini, meja adalah nomina yang berfungsi sebagai inti
dan kata-kata lain berfungsi sebagai penjelas. Perlu dicatat bahwa kata-kata penjelas diperinci
sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing.
dua
pembilang
numeralia
penjelas
meja
benda
nomina
inti
belajar
penjenis
verba
penjelas
baru
pedeskripsi
adjektiva
dengan empat kaki
penegas
frasa preposisi
itu
penunjuk
demonstratif
kelompok verba: kelompok kata dengan verba sebagai inti dan kata-kata lain sebagai penjelas.
Pada contoh berikut ini belajar adalah kata inti dan akan adalah kata penjelas.
akan
verba 2
penjelas
belajar
verba 1
Inti
kelompok adjektiva: kelompok kata dengan adjektiva sebagai intinya. Kelompok adjektiva
dibentuk dengan menggabungkan adjektiva dan adverbia.
sangat
belajar
adverbia
adjektiva
penjelas
Inti
kelompok adverbia: dalam bahasa Inggris, kelompok kata dengan inti adverbia dan penjelas yang
berupa adverbia lainnya. Pada contoh kelompok adverbia dalam bahasa Inggris berikut ini,
easily (dengan mudah) merupakan inti dan very merupakan penjelas.
very
Easily
adverbia 1
adverbia 2
penjelas
Inti
Akan tetapi, padanannya dalam bahasa Indonesia-yaitu dengan sangat mudah– terdiri atas tiga
kata. Kata sangat berfungsi sebagai penjelas dan dua kata sisanya dengan mudah yang
berfungsi sebagai inti merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Dengan
sangat
adverbia 1: penjelas
adverbia 2: inti
mudah
kelompok preposisi: kelompok kata yang mengandung preposisi sebagai inti dan kata-kata lain
sebagai penjelas. Pada contoh berikut ini, setelah merupakan preposisi yang menjadi inti dan
tepat merupakan penjelas.
37
tepat
adjektiva
penjelas
setelah
preposisi
inti
frasa preposisional berbeda dengan kelompok preposisi. Pada frasa preposisional tidak terdapat
kata inti dan kata penjelas, sedangkan pada kelompok preposisi terdapat preposisi utama yang
berfungsi sebagai kata inti dan terdapat kata lain yang berfungsi sebagai penjelas. Contoh di
ruang kelas berikut ini di bukan preposisi menjadi inti dan ruang kelas juga tidak merupakan
penjelasan di.
di
ruang kelas
preposisi
kelompok nomina
frasa preposisional
Perbedaan lain antara kelompok preposisi dan frasa preposisional adalah bahwa unsur selain
unsur inti pada kelompok preposisi dapat dihilangkan, sedangkan pada frasa preposisional
tidak dapat karena preposisi pada frasa preposisional bukan unsur inti dan kelompok nomina
yang mengikutinya juga bukan penjelas.
keterangan: unsur kalimat yang biasanya dipenuhi oleh adverbia. Keterangan bersifat
sirkumstansial atau yang meliputi keterangan tempat, keterangan waktu, atau keterangan cara.
klasifikasi (nomina), mengklasifikasikan (verba): pengelompokan, mengelompokkan. => Laporan.
klausa: gugusan kata yang mengandung setidak-tidaknya subjek dan predikator. Dilihat dari
strukturnya, klausa dan kalimat itu sama. => kalimat.
konjungsi: kata sambung. => kalimat kompleks.
konteks (nomina), kontekstual (adjekstiva): lingkungan tempat bahasa digunakan untuk
berinteraksi dengan sesama, baik secara lisan maupun tulis. Apabila bahasa yang terikat oleh
norma-norma budaya yang digunakan untuk berinterasi itu adalah teks, lingkungan beserta
situasi yang melingkupinya adalah konteks. Jadi, bahasa selalu terungkap sebagai teks dalam
konteks. Dengan konteks, bahasa yang digunakan dalam interaksi itu dapat saling dimengerti.
kritik: tanggapan atau kecaman yang disertai pertimbangan baik atau buruk terhadap suatu karya
atau pendapat.
laporan: jenis teks yang berisi penjabaran umum mengenai sesuatu yang didasarkan pada hasil
observasi. Teks laporan juga sering disebut teks klasifikasi. Teks ini mengutamakan hubungan
antara kelas dan subsubkelas atau anggota-anggota kelas yang ada. Struktur teksnya adalah
pernyataan umum/klasifikasi^anggota/ aspek yang dilaporkan.
makna: arti suatu bentuk bahasa.
makna metafungsional: makna yang secara simultan terbangun dari tiga fungsi bahasa, yaitu
fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual. =>Fungsi.
makna khusus: makna istilah yang digunakan di bidang ilmu tertentu.
makna umum: makna istilah yang digunakan dengan cara yang sama pada semua bidang.
meneroka (berasal dari kata dasar teroka): menjelajahi; menelusuri.
mengonversi: mengubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
menyunting: memerbaiki teks berdasarkan kaidah-kaidah yang benar.
morfem: satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna secara relatif stabil dan tidak
dapat dibagi lagi menjadi bagian bermakna yang lebih kecil.
multilingual: berhubungan dengan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa atau lebih. =>
bilingual.
naratif: teks rekaan yang berisi komplikasi yang menimbulkan masalah yang memerlukan waktu
untuk melakukan evaluasi agar dapat memecahkan masalah tersebut. Teks naratif umumnya
dijumpai pada dongeng, hikayat, cerita pendek, atau novel. Struktur teksnya adalah
abstrak^orientasi^komplikasi^evaluasi^resolusi^koda.
negosiasi: bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencari penyelesaian bersama di antara
pihak-pihak yang mempunyai perbedaan kepentingan. Teks yang mengandung unsur negosiasi
disebut teks negosiasi. Struktur teksnya adalah pembukaan^isi^penutup.
observasi (nomina), mengobservasi (verba): pengamatan, mengamati. => laporan
penceritaan (recount): jenis teks yang berisi pengungkapan pengalaman atau peristiwa yang
dilakukan pada masa lampau. Struktur teksnya adalah orientasi^urutan peristiwa^reorientasi.
prosedur: jenis teks yang berisi langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Langkah-langkah itu biasanya tidak dapat dibalik-balik, tetapi apabila teks
prosedur kompleks mengandung langkah-langkah yang dapat dibalikbalik, teks tersebut
disebut protokol. Struktur teksnya adalah tujuan yang akan dicapai^langkah-langkah.
38
struktur teks: tata organisasi teks, yaitu cara teks disusun. Sebuah teks ditata sesuai dengan
jenisnya. Misalnya, teks prosedur kompleks mempunyai struktur teks tujuan yang akan
dicapai^langkah-langkah;
teks
laporan
mempunyai
struktur
teks
pernyataan
umum/klasifikasi^anggota/aspek yang dilaporkan.
teks: satuan lingual yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata organisasi tertentu untuk
mengungkapkan makna secara kontekstual. Istilah teks dan wacana dianggap sama dan hanya
dibedakan dalam hal bahwa wacana lebih bersifat abstrak dan merupakan realisasi makna dari
teks. jenis teks yang secara umum dikenal adalah deskripsi, laporan, prosedur, penceritaan,
eksplanasi, eksposisi, diskusi, surat, editorial, iklan, negosiasi, anekdot, naratif, eksemplum,
dan lain-lain. jenis teks tersebut mempunyai struktur teks yang berbeda dan memanfaatkan
bentuk-bentuk bahasa yang berbeda (misalnya, jenis verba, konjungsi, partisipan, dan
kelompok kata). Struktur teks dan bentuk-bentuk bahasa itu menjadi ciri yang menandai teksteks tersebut.
tilang: kata yang terbentuk dari kata bukti pelanggaran.
transitivitas: aspek gramatika yang menyangkut verba, partisipan, dan sirkumtansi yang berkaitan
dengan verba tersebut. Secara eksperiensial, klausa merupakan sarana untuk
mengaktualisasikan pola pengalaman manusia terhadap peristiwa yang berlangsung di
sekitarnya (yang direalisasikan oleh verba atau kelompok verba). Partisipan umumnya berupa
pelaku (yang direalisasikan oleh nomina atau kelompok nomina). Sirkumstansi merupakan
perwujudan dari keterangan (tempat, waktu, cara) yang mencakupi terealisasinya verba di
dalam kalimat. Sirkumstansi (yang tidak selalu ada dalam kalimat) direalisasikan oleh adverbia
atau kelompok adverbia. => verba.
verba: kata yang menunjukkan aksi, peristiwa, atau keadaan. Terdapat enam jenis verba dalam
bahasa. => transitivitas.
verba material: verba yang berupa perbuatan fisik atau peristiwa, misalnya membaca, menulis, dan
memukul. Pada verba material terdapat partisipan yang melakukan sesuatu yang disebut aktor
dan partisipan yang lain (tidak selalu ada) yang dituju oleh verba tersebut yang disebut sasaran.
Contoh, Ayah (aktor) membaca (verba: material) koran (sasaran).
verba mental: verba yang berupa persepsi (misalnya: melihat, merasa), afeksi (misalnya: suka,
khawatir), dan kognisi (misalnya: berpikir, mengerti). Pada verba mental terdapat partisipan
pengindera (senser) dan fenomena. Contoh: Ayah (pengindera) mendengar (verba: mental) kabar
itu (fenomena).
verba relasional: verba yang berupa hubungan intensitas (yang mengandung pengertian A adalah
B), sirkumstansi (yang mengandung pengertian A pada/di dalam B), dan milik (yang
mengandung pengertian A mempunyai B). Verba yang pertama tergolong ke dalam verba
relasional identifikatif, sedangkan verba yang kedua dan ketiga tergolong ke dalam verba
relasional atributif. Pada verba relasional identifikatif terdapat partisipan token (token) atau
teridentifikasi (identified) dan nilai (value) atau pengidentifikasi (identifier). Contoh: Ayah (token)
adalah (verba relasional identifikatif) pelindung keluarga (nilai). Pada verba relasional atributif
terdapat partisipan penyandang (carrier) dan sandangan (attribute). Contoh: Ayah (penyandang)
mempunyai (verba relasional atributif) mobil baru (sandangan).
verba verbal: verba yang berupa pemberitahuan atau pewartaan (misalnya:memberitahukan,
mengatakan). Pada verba verbal terdapat partisipan pewicara dan wicara. Contoh: Ayah
(pewicara) berkata (verba verbal): Saya lelah (wicara) atau ayah (pewicara) berkata (verba verbal)
bahwa ia lelah (wicara).
verba perilaku: verba yang berupa perilaku, baik fisik maupun psikologis. Yang pertama disebut
verba perilaku verbal, yaitu verba yang menunjukkan perpaduan antara ucapan pada verba
verbal dan tindakan pada verba material (misalnya: memuji, menggerutu, menertawakan); dan
yang kedua disebut verba perilaku mental, yaitu verba yang menunjukkan perpaduan antara
ungkapan perasaan pada verba mental dan tindakan pada verba material (misalnya:
mengagumi, mencintai). Pada verba perilaku terdapat partisipan pemerilaku (behaver) dan
sasaran (tidak harus ada) untuk verba perilaku verbal, serta pemerilaku dan fenomena untuk
verba perilaku mental. Contoh untuk yang pertama: Ayah (pemerilaku) menggerutu (verba
pemerilaku verbal). Contoh untuk yang kedua: Ayah (pemerilaku) mencintai (verba perilaku
mental) kami (fenomena).
verba eksistensial: verba yang berupa keberadaan sesuatu (misalnya: ada, terdapat). Partisipan
pada verba ini disebut eksisten, dan biasanya terletak di belakang verba tersebut. Contoh:
Ada/terdapat (verba eksistensial) dua perguruan tinggi negeri (eksisten) di Solo.
wacana => teks.
Catatan Tambahan:
39
Ide pokok terdapat pada awal,akhir, dan campuran
• Baca kalimat kedua, jika kalimat diawali dengan :
• pengulangan kata/frasa kunci , Kata/frasa ganti maka ide pokok terdapat di awal kalimat.
• Penanda ide pokok di awal : beberapa, secara umum
• Penanda ide pokok di akhir, jadi, maka, dengan demikian, oleh karena itu.
• Jika opsi jawaban merupakan isi kalimat pertama dan kalimat terakhir, maka itu campuran
• Kalau ada kalimat “Menurut pendapat ...... (bukan gagasan utama)
• Kalau diawali dengan “Dengan demikian ...... (itu kalimat utama)
• Kalau ada kalimat “pada dasarnya....... atau pada haikatnya...... (merupakan kalimat utama)
a. Kalimat fakta adalah kalimat yang tidakmengandung unsur subjektivitas
b. Kalimat pendapat adalah kalimat yang mengandung unsur subjektivitas.
c. Penentuan tema paragraf dapat dilihat dari kata yang diulang-ulang (kata kunci)
d. Kalimat memo, perhatikan kata kunci yang diperintahkannya. Kata harap.... menjadi salah
satu indikator kalimat memo.
e. Kalimat pengumuman kata kuncinya : Diumumkan......., diberitahukan.....
f. Kalau di akhir paragraf diakhiri dengan kalimat ...Jadi ......; ... dengan demikian .... dan
yang sejenisnya, itu salah ciri paragraf induktif.
g. Menyontek kata dasarnya sontek bukan contek.
h. Kata yang baku itu wawas diri bukan mawas diri (lihat KBBI cetakan 2008)
i. Wawas diri terdiri atas: introspeksi diri, ekstrofeksi (melihat orang lain); retrosfeksi (melihat
ke masa lampau)
j. Simpulan terdiri atas: simpulan induktif, deduktif, dan implikatif (hasil penelitian)
k. Tanggapan positif dan negatif. Positif sifatnya optimis negatif sifatnya pesimis.
l. Majas yang sering muncul : personifikasi, metafora, hiperbola, paralelisme, repetisi.
m. Isi surat pribadi ada kalimat terakhir bagian isi.
Daftar Pustaka
Husen dan Eni Rita Zahara. 2015. Seri Pendalaman Materi Bahasa Indonesia untuk SMK/MAK.
Jakarta: Erlangga
Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2015. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri
dan Akademik SMA/MA/SMK/MAK Kelas X, XI, XII. Jakarta: Kemendikbud RI
Waridah, Ernawati. 2012. Pedoman Umum EYD Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta: Cmedia
40
Download