business ethic and good governance modul perkuliahan etika

advertisement
BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE
MODUL PERKULIAHAN
ETIKA FILOSOFI DAN BISNIS
(PHILOSOPHICAL ETHICS AND BUSINESS)
ProgramPascasarjana
Magister Manajemen
Tatap
Kode
Muka
MK
03
Kode
DisusunOleh
Dr. Achmad Jamil
MK
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PENDAHULUAN
Etika berasal dari kata Yunani ‘Ethos’ (jamak – ta etha), berarti norma-norma, nilainilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik. Bisnis adalah
kegiatan yang di organisir oleh orang- orang yang berkecimpung dalam perniagaan atau
produksi barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Definisi etika bisnis sendiri sangat beraneka ragam tetapi memiliki satu pengertian
yang sama, yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi atau
sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Filosofi adalah studi mengenai kebijaksanaan, dasar-dasar pengetahuan, dan proses
yang digunakan untuk mengembangkan dan merancang pandangan megenai suatu kenyataan,
kehidupan, pengetahuan, nilai, alasan, pikiran dan bahasa (Teichman, 1999).
Etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia
disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang
dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang
filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan
keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.
FILOSOFI ETIKA
Berikut filosofi etika yang telah terbukti berpengaruh dalam pengembangan etika
bisnis dan yang memiliki relevansi yang sangat praktis dalam mengevaluasi masalah etika
dalam bisnis. Filosofi utama dari teori etika diwakili oleh kategori sebagai berikut :
A. Etika Teleologi
Teleologi dari kata Yunani, telos = tujuan. Dikembangkan pertama kali oleh Jeremi
Bentham (1748-1832). Landasan
mendasar etika teleologi adalah bahwa kita harus
memutuskan apa yang harus dilakukan dengan mempertimbangkan konsekuensi dari
tindakan kita atau mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu..
Ada
dua
aliran
etika
teleologi
yaitu
egoisme
(konsekuensialisme).
2016
2
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
etis
dan
utilitarianisme
1. Egoisme Etis
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme.
Antara lain:

Egoisme Psikologis, adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan
manusia dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri (self servis). Menurut teori ini,
orang boleh saja yakin ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka
berkorban, namun semua tindakan yang terkesan luhur atau tindakan yang suka
berkorban tersebut hanyalah sebuah ilusi. Pada kenyataannya, setiap orang hanya
peduli pada dirinya sendiri.
Menurut teori ini, tidak ada tindakan yang
sesungguhnya bersifat altruisme, yaitu suatu tindakan yang peduli pada orang
lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorbankan
kepentingan dirinya.

Egoisme Etis, adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (selfinterest). Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau
merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri
sendiri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.
Berikut adalah pokok-pokok pandangan egoisme etis:

Egoisme etis tidak mengatakan bahwa orang harus membela kepentingannya
sendiri maupun kepentingan orang lain.

Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah kepentingan
diri.

Meski egois etis berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela
kepentingan diri, tetapi egoisme etis juga tidak mengatakan bahwa anda harus
menghindari tindakan menolong orang lain. Menurut paham egoisme etis,
tindakan menolong orang lain dianggap sebagai tindakan untuk menolong diri
sendiri karena mungkin saja kepentingan orang lain tersebut bertautan dengan
kepentingan diri sehingga dalam menolong orang lain sebenarnya juga dalam
rangka memenuhi kepentingan sendiri.
Inti dari paham egoisme etis adalah
apabila ada tindakan yang menguntungkan orang lain, maka keuntungan bagi
orang lain ini bukanlah alasan yang membuat tindakan itu benar. Yang membuat
tindakan itu benar adalah kenyataan bahwa tindakan itu menguntungkan diri
sendiri.
2016
3
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alasan yang mendukung teori egoisme:

Argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri sendiri. Tindakan
peduli terhadap orang lain merupakan gangguan ofensif bagi kepentingan sendiri.
Cinta kasih kepada orang lain juga akan merendahkan martabat dan kehormatan
orang tersebut.

Pandangan terhadap kepentingan diri adalah pandangan yang paling sesuai
dengan moralitas akal sehat. Pada akhirnya semua tindakan dapat dijelaskan dari
prinsip fundamental kepentingan diri. Alasan yang menentang teori egoisme etis,
memahami bahwa egoisme etis tidak mampu memecahkan konflik-konflik
kepentingan. Kita memerlukan aturan moral karena dalam kenyataannya sering
kali dijumpai kepentingan-kepentingan yang bertabrakan.

Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya
bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya sendiri.

Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan
pribadi dan memajukan dirinya.

Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadi
hedonistis.
2. Utilitarianisme (konsekuensialisme)
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi
manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat
sebagai keseluruhan. Utilitarianisme berasal dari bahasa latin utilis yang berarti
“bermanfaat”.
Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik
buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest number”,
kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar. Atau suatu tindakan dikatakan
baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat .
Teori utilitarianisme ini cocok sekali dengan pemikiran ekonomis, karena cukup
dekat dengan Cost-Benefit Analysis. Manfaat yang dimaksudkan utilitarianisme bisa
dihitung sama seperti kita menghitung untung dan rugi atau kredit dan debet dalam
konteks bisnis.
Utilitarianisme, dibedakan menjadi dua macam :
2016
4
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Utilitarianisme Perbuatan (Act Utilitarianism)
Disini, prinsip dasar diterapkan pada perbuatan. Dipakai untuk menilai kualitas
moral suatu perbuatan.

Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism)
Prinsip dasar tidak harus diterapkan atas perbuatan yang kita lakukan, melainkan
atas aturan moral yang kita terima bersama dalam masyarakat sebagai pegangan
bagi perilaku kita.
Paham utilitarianisme dilandasi kerangka pikir sebagai berikut:

Ukuran baik tidaknya suatu tindakan dilihat dari akibat, konsekuensi, atau tujuan
dari tindakan itu, apakah memberi manfaat atau tidak.

Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting
adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.

Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang
memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu,
sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut pandang kepentingan orang banyak
(kepentingan orang banyak).
Kritik terhadap teori utilitarianisme:

Utilitarianisme hanya menekankan tujuan/manfaat pada pencapaian kebahagiaan
duniawi dan mengabaikan aspek rohani.

Utilitarianisme mengorbankan prinsip keadilan dan hak individu hak minoritas
demi keuntungan mayoritas orang banyak.
Utilitarianisme dan Bisnis
Mempelajari teori etika memiliki relevansi praktis untuk etika bisnis. Etika yang
mendasari banyak ekonomi abad kedua puluh -yang kita anggap sebagai pasar bebasjelas adalah utilitarian. Utilitarianisme terus memiliki dampak yang sangat kuat pada
bisnis dan etika bisnis.
Dalam ekonomi pasar bebas klasik, kegiatan ekonomi bertujuan untuk memenuhi
permintaan konsumen. Orang-orang dibuat bahagia -kesejahteraan meningkat- ketika
2016
5
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Hukum penawaran dan permintaan
mengatakan bahwa ekonomi yang sehat menghasilkan (supply) barang dan jasa yang
paling ingin konsumen (demand). Tujuan ekonomi pasar bebas adalah untuk secara
optimal memenuhi atau memaksimalkan kepuasan dari keinginan. Pasar bebas mencapai
tujuan ini paling efisien dengan memungkinkan individu untuk memutuskan sendiri apa
yang paling mereka inginkan dan kemudian tawar-menawar untuk barang-barang
tersebut dalam pasar yang bebas dan kompetitif.
Ekonomi pasar bebas saat ini menyarankan bahwa cara yang paling efisien untuk
mencapai tujuan dalam struktur ekonomi kita adalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip
kapitalisme pasar bebas. Ini mengharuskan manajer bisnis harus berusaha untuk
memaksimalkan keuntungan. Dengan mengejar keuntungan, bisnis memastikan bahwa
sumber daya yang langka akan didapat oleh orang-orang yang paling menginginkan dan
dengan demikian memastikan bahwa sumber daya akan memberikan kepuasan yang
optimal. Pasar yang kompetitif dipandang sebagai cara yang paling efisien untuk akhir
utilitarian memaksimalkan kebahagiaan.
Hal lainnya yang berpengaruh bagi utilitarian adalah para ahli kebijakan yang dapat
memprediksi hasil dari berbagai kebijakan dan melaksanakan kebijakan yang akan
mencapai tujuan utilitarian. Dari pandangan ini, badan legislatif menetapkan tujuan
umum yang kita asumsikan akan memaksimalkan kebahagiaan secara keseluruhan. Sisi
administrasi (presiden, gubernur, walikota) mengeksekusi (mengelola) kebijakan untuk
memenuhi tujuan-tujuan ini. Pendekatan utilitarian ini, misalnya, akan selaras dengan
peraturan pemerintah terhadap bisnis dengan alasan bahwa peraturan tersebut akan
memastikan bahwa kegiatan bisnis akan berkontribusi pada hajat hidup yang baik.
Tantangan bagi Etika Utilitarian
Masalah pertama menyangkut perlunya penalaran utilitarian untuk menghitung,
mengukur, membandingkan, dan menghitung konsekuensi. Jika utilitarianisme
menyarankan bahwa kita membuat keputusan dengan membandingkan konsekuensi dari
tindakan alternatif, maka kita harus memiliki sebuah metode untuk membuat
perbandingan seperti itu. Dalam prakteknya, bagaimanapun, beberapa perbandingan dan
pengukuran sangat sulit.
Masalah kedua ada pada inti utilitarianisme. Inti dari utilitarianisme adalah
2016
6
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ketergantungan pada konsekuensi. Tindakan etis dan tidak etis ditentukan oleh
konsekuensinya, bahwa ada keputusan tertentu yang harus kita buat atau aturan-aturan
tertentu yang harus kita ikuti apa pun konsekuensinya. Dengan kata lain, kita memiliki
tugas atau tanggung jawab tertentu yang harus kita patuhi bahkan ketika melakukan hal
itu tidak menghasilkan peningkatan kebahagiaan secara keseluruhan.
B. Etika Prinsip (Deontologi / Teori Kewajiban dan Teori Hak)
Teori etika ini dirumuskan oleh seorang filosof Jerman bernama Immanuel Kant
(1724 – 1804). Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.
Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Meskipun banyak
bertentangan dengan teori utilitarian Bentham, teori Kant juga menyatakan bahwa segala
sesuatu itu hanya “baik untuk dirinya sendiri”. Bedanya adalah bahwa Bentham
mengatakan sesuatu itu adalah kebahagiaan, sedangkan bagi Kant adalah “keinginan
baik”. Sebuah tindakan dinilai baik secara moral hanya jika kinerja orang tersebut
dimotivasi oleh keinginan yang baik; secara moral hal itu salah jika tidak seperti itu.
Hanya memiliki keinginan saja membuat tindakan itu menjadi benar, memiliki keinginan
tidak baik itu sudah membuatnya menjadi salah. Intinya bahwa tindakan itu dilakukan
untuk alasan-alasan mendasar; rasa memiliki suatu kewajiban, tidak ada alasan yang
lainnya.
Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi :

Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan
kewajiban.

Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan
itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah
dinilai baik

Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal.
Menurut Bentens (2000), teori hak merupakan suatu aspek dari deontologi (teori
kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Bila suatu tindakan
merupakan hak bagi seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan
kewajiban bagi orang lain. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama.
2016
7
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena
itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran
demokratis.
Hak asasi manusia
didasarkan atas beberapa sumber otoritas, yaitu:

Hak hukum (legal right), adalah hak yang didasarkan atas sistem atau yurisdiksi
hukum suatu negara, di mana sumber hukum tertinggi suatu negara adalah UndangUndang Dasar negara yang bersangkutan.

Hak moral atau kemanusiaan (moral, human right), dihubungkan dengan
pribadi
manusia secara individu, atau dalam beberapa kasus dihubungkan dengan kelompok
bukan dengan masyarakat dalam arti luas. Hak moral berkaitan dengan kepentingan
individu sepanjang kepentingan individu itu tidak melanggar hak-hak orang lain

Hak kontraktual (contractual right), mengikat individu-individu yang membuat
kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing
kontrak.
Teori hak atau yang lebih dikenal dengan prinsip-prinsip HAM mulai banyak
mendapat dukungan masyarakat dunia termasuk dari PBB. Piagam PBB sendiri
merupakan salah satusumber hukum penting untuk penegakan HAM. Dalam Piagam PBB
disebutkan ketentuan umum tentang hak dan kemerdekaan setiap orang. PBB telah
mendeklarasikan prinsip-prinsip HAM universal pada tahun 1948, yang lebih dikenal
dengan nama Universal Declaration of Human Rights. (UdoHR). Diaharapkan semua
negara di dunia dapat menggunakan UdoHR sebagai dasar bagi penegakan HAM dan
pembuatan berbagai undang-undang atau peraturan yang berkaitan dengan penegakan
HAM. Pada intinya dalam UdoHR diatur hak-hak kemanusiaan, antara lain mengenai
kehidupan, kebebasan dan keamanan, kebebasan dari penahanan, peangkapan dan
pengasingan sewenang-wenang, hak memperoleh
peradilan umum yang bebas,
independen dan tidak memihak, kebebasan dalam mengeluarkan pendapat, menganut
agama, menentukan sesuatu yang baik atau buruk menurut nuraninya, serta kebebasan
untuk berkelompok secara damai.
Paradigma teori deontologi berbeda dengan paham egoisme dan utilitarianisme, yang
keduanya sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan memberikan manfaat entah
untuk individu (egoisme) atau untuk banyak orang atau kelompok masyarakat
(utilitarianisme), maka tindakan itu dikatakan etis. Sebaliknya, jika akibat suatu tindakan
merugikan individu atau sebagian besar kelompok masyarakat, maka tindakan tersebut
2016
8
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dikatakan tidak etis.
Walaupun teori deontologi tidak lagi mengkaitkan kriteria kebaikan moral dengan
tujuan tindakan sebagaimana teori egoisme dan tlitarianisme, namun teori ini juga
mendapat kritikan tajam terutama dari kaum agamawan. Kant mencoba membangun
teorinya hanya berlandaskan pemikiran rasional dengan berangkat dari asumsi bahwa
karena manusia bermartabat, maka setiap perlakuan manusia terhadap manusia lainnya
harus dilandasi oleh kewajiban moral universal. Tidak ada tujuan lain selain mematuhi
kewajiban moral demi kewajiban itu sendiri.
Bagi Kant, Hukum Moral ini dianggapnya sebagai perintah tak bersyarat (imperatif
kategoris), yang berarti hukum moral ini berlaku bagi semua orang pada segala situasi
dan tempat. Perintah Bersyarat adalah perintah yang dilaksanakan kalau orang
menghendaki akibatnya, atau kalau akibat dari tindakan itu merupakan
hal yang
diinginkan dan dikehendaki oleh orang tersebut. Perintah Tak Bersyarat adalah perintah
yang dilaksanakan begitu saja tanpa syarat apapun, yaitu tanpa mengharapkan akibatnya,
atau tanpa mempedulikan apakah akibatnya tercapai dan berguna bagi orang tersebut
atau tidak.
Prinsip etika bisa begitu saja dianggap sebagai tipe dari aturan, dan pendekatan etika
ini memberitahu kita bahwa ada beberapa aturan yang harus kita ikuti bahkan jika hal itu
mencegah konsekuensi yang baik terjadi atau bahkan jika itu menghasilkan beberapa
konsekuensi buruk. Aturan atau prinsip-prinsip membuat “kewajiban” yang mengikat kita
untuk bertindak atau memutuskan dengan cara tertentu.
Aturan apa yang harus kita ikuti? Aturan hukum, jelas adalah satu aturan utama yang
harus kita ikuti. Pengambilan keputusan dalam konteks bisnis akan melibatkan banyak
situasi di mana orang harus mematuhi aturan-aturan hukum bahkan ketika konsekuensi,
ekonomi dan sebaliknya, tampak tidak dikehendaki. Aturan lain yang berasal dari
berbagai lembaga / perusahaan di mana kita berada, atau dari berbagai peran sosial yang
kita lakukan. Kadang-kadang aturan ini secara eksplisit dinyatakan dalam kode etik
lembaga / perusahaan, ada juga dalam buku pegangan karyawan, atau hanya dinyatakan
oleh manajer.
Sejauh ini telah disebutkan aturan-aturan hukum, aturan organisasi, aturan berbasis
peran, dan aturan profesional. Dapat dikatakan aturan-aturan ini sebagai bagian dari
kesepakatan sosial, atau kontrak sosial, yang berfungsi untuk mengatur dan kemudahan
hubungan antar individu.
2016
9
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hak Asasi Manusia dan Tugas
Karena setiap orang memiliki tugas pokok yang sama terhadap orang lain, kita
masing-masing dapat dikatakan memiliki hak asasi manusia: hak untuk diperlakukan
dengan hormat, untuk mengharapkan bahwa orang lain akan memperlakukan kita
sebagai tujuan dan tidak pernah sebagai sarana saja, dan untuk diperlakukan sebagai
orang yang otonom.
Hak asasi manusia atau hak moral, telah memainkan peran sentral dalam
pengembangan sistem politik demokrasi modern. Martabat setiap individu berarti bahwa
kita tidak bisa melakukan apa pun yang kita inginkan untuk orang lain. Hak asasi
manusia melindungi individu dari perlakuan yang melanggar martabat mereka dan akan
memperlakukan mereka sebagai obyek belaka atau sarana. Hak menyiratkan bahwa
beberapa tindakan dan beberapa keputusan adalah "terlarang". Dengan demikian, tugas
pokok moral kita adalah untuk menghormati hak asasi manusia orang lain. Hak kita
menciptakan batasan pada keputusan dan otoritas orang lain.
Bahwa hak asasi manusia dimaksudkan untuk menawarkan perlindungan terhadap
pusat kepentingan tertentu dari manusia, melarang pengorbanan kepentingankepentingan ini hanya untuk meningkatkan kebahagiaan secara keseluruhan.
Dari asal usulnya, kita bisa melihat bagaimana dua hak telah muncul sebagai dasar
dalam etika filosofis. Jika autonomi, atau aturan sendiri, adalah karakteristik mendasar
dari sifat manusia, maka kebebasan untuk membuat pilihan-pilihan kita sendiri layak
mendapatkan perlindungan khusus sebagai hak dasar. Tapi, karena semua manusia
memiliki karakteristik mendasar ini, perlakuan yang sama dan pertimbangan yang sama
juga harus menjadi hak-hak dasar.
Hak Moral dan Hak Hukum
Ini akan sangat membantu pada saat ini untuk membedakan antara hak moral dan hakhak hukum. Untuk menggambarkan perbedaan ini, mari kita hak karyawan sebagai
contoh. Tiga indra hak karyawan yang umum dalam bisnis. Pertama, ada hak-hak hukum
yang diberikan kepada karyawan atas dasar undang-undang atau putusan pengadilan.
Dengan demikian, karyawan memiliki hak untuk mendapatkan upah minimum,
kesempatan yang sama, untuk berunding bersama sebagai bagian dari serikat, untuk
bebas dari pelecehan seksual, dan sebagainya. Kedua, hak karyawan mungkin mengacu
2016
10
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pada barang-barang yang karyawan berhak atas dasar perjanjian kontrak dengan majikan.
Dalam hal ini, karyawan mungkin memiliki hak paket tertentu perawatan kesehatan,
sejumlah liburan dibayar, dana pensiun, dan sejenisnya. Akhirnya, hak karyawan
mungkin merujuk kepada mereka hak moral karyawan mana yang memiliki klaim
independen dari faktor-faktor hukum atau kontrak tertentu. Hak-hak tersebut akan
berasal dengan hormat berutang kepada mereka sebagai manusia.
Untuk memperluas pemahaman ini, pertimbangkan bagaimana hukum dan hak
kontrak berinteraksi. Secara umum, kedua belah pihak untuk tawar-menawar perjanjian
kerja terhadap kondisi kerja kerja. Pengusaha menawarkan upah tertentu, tunjangan, dan
kondisi kerja dan sebagai imbalannya mencari produktivitas pekerja. Karyawan
menawarkan keterampilan dan kemampuan dan mencari upah dan tunjangan sebagai
imbalan. Dengan demikian, hak-hak tenaga kerja muncul dari janji-janji kontrak.
Namun, barang-barang tertentu secara hukum dibebaskan dari negosiasi tersebut.
Akibatnya, hak-hak hukum membebaskan kepentingan tertentu dari kontrak kerja. Hak
tersebut mengatur kerangka hukum dasar di mana bisnis beroperasi.
Hak asasi manusia berada di luar dari tawar-menawar yang terjadi antara pengusaha
dan karyawan. Hak moral membangun kerangka moral dasar untuk lingkungan hukum
itu sendiri, dan lebih khusus untuk setiap kontrak yang dinegosiasikan dalam bisnis.
Tantangan bagi Etika Hak dan Kewajiban
Mengakui keanekaragaman hak ini memudahkan untuk memahami dua tantangan
terbesar bagi tradisi etika ini. Tampaknya ada banyak ketidaksepakatan tentang hak apa
yang benar-benar adalah hak asasi manusia dan, mengingat banyaknya hak, tidak jelas
bagaimana menerapkan pendekatan ini untuk sehari-hari, terutama dalam kasus di mana
hak-hak yang tampaknya memiliki konflik.
Para kritikus menuduh kecuali ada orang tertentu atau lembaga yang memiliki tugas
untuk menyediakan barang diidentifikasi sebagai "hak," berbicara jumlah hak untuk
sedikit lebih dari daftar keinginan hal-hal yang orang inginkan. Apa yang diidentifikasi
sebagai "hak" sering tidak lebih dari hal-hal baik yang diharapkan kebanyakan orang.
Tantangan besar pertama untuk etika berdasarkan hak adalah bahwa tidak ada
kesepakatan tentang ruang lingkup dan berbagai hak-hak tersebut. Tantangan kedua juga
menunjukkan masalah-masalah praktis dalam menerapkan teori hak situasi kehidupan
2016
11
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
nyata. Dengan daftar panjang hak asasi manusia, yang semuanya diklaim dasar dan
fundamental, kita perlu panduan praktis untuk memutuskan apa yang harus dilakukan
ketika hak masuk ke dalam konflik.
C. Etika Keutamaan (Virtue)
Dalam teori-teori yang dibahas sebelumnya, baik buruknya perilaku manusia
dipastikan berdasarkan suatu prinsip atau norma. Dalam konteks utilitarisme, suatu
perbuatan adalah baik, jika membawa kesenangan sebesar-besarnya bagi jumlah orang
terbanyak. Dalam rangka deontologi, suatu perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan
prinsip “jangan mencuri”, misalnya. Menurut teori hak, perbuatan adalah baik, jika sesuai
dengan hak manusia. Teori-teori ini semua didasarkan atas prinsip (rule-based).
Disamping teori-teori ini, mungkin lagi suatu pendekatan lain yang tidak menyoroti
perbuatan, tetapi memfokuskan pada seluruh manusia sebagai pelaku moral. Teori tipe
terakhir ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang sikap atau akhlak
seseorang. Dalam etika dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori keutamaan sebagai
reaksi atas teori-teori etika sebelumnya yang terlalu berat sebelah dalam mengukur
perbuatan dengan prinsip atau norma. Namun demikian, dalam sejarah etika teori
keutamaan tidak merupakan sesuatu yang baru. Sebaliknya, teori ini mempunyai suatu
tradisi lama yang sudah dimulai pada waktu filsafat Yunani kuno.
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh
seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral.
Kebijaksanaan, misalnya, merupakan suatu keutamaan yang membuat seseorang
mengambil keputusan tepat dalam setiap situasi. Keadilan adalah keutamaan lain yang
membuat seseorang selalu memberikan kepada sesama apa yang menjadi haknya.
Kerendahan hati adalah keutamaan yang membuat seseorang tidak menonjolkan diri,
sekalipun situasi mengizinkan. Suka bekerja keras adalah keutamaan yang membuat
seseorang mengatasi kecenderungan spontan untuk bermalas-malasan. Ada banyak
keutamaan semacam ini. Seseorang adalah orang yang baik jika memiliki keutamaan.
Hidup yang baik adalah hidup menurut keutamaan (virtuous life).
Menurut pemikir Yunani (Aristoteles), hidup etis hanya mungkin dalam polis.
Manusia adalah “makhluk politik”, dalam arti tidak bisa dilepaskan dari polis atau
komunitasnya. Dalam etika bisnis, teori keutamaan belum banyak dimanfaatkan.
Solomon membedakan keutamaan untuk pelaku bisnis individual dan keutamaan pada
taraf perusahaan. Di samping itu ia berbicara lagi tentang keadilan sebagai keutamaan
2016
12
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
paling mendasar di bidang bisnis. Diantara keutamaan yang harus menandai pebisnis
perorangan bisa disebut : kejujuran, fairness, kepercayaan dan keuletan. Keempat
keutamaan ini berkaitan erat satu sama lain dan kadang-kadang malah ada tumpang tindih
di antaranya. Kejujuran secara umum diakui sebagai keutamaan pertama dan paling
penting yang harus dimiliki pelaku bisnis. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan
kebenaran. Jika mitra bisnis ingin bertanya, pebisnis yang jujur selalu bersedia memberi
keterangan. Tetapi suasana keterbukaan itu tidak berarti si pebisnis harus membuka segala
kartunya. Sambil berbisnis, sering kita terlibat dalam negosiasi kadang-kadang malah
negosiasi yang cukup keras dan posisi sesungguhnya atau titik tolak kita tidak perlu
ditelanjangi bagi mitra bisnis. Garis perbatasan antara kejujuran dan ketidakjujuran tidak
selalu bisa ditarik dengan tajam.
Ketiga keutamaan lain bisa dibicarakan dengan lebih singkat. Keutamaan kedua
adalah fairness. Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada
semua orang dan dengan “wajar” dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak
yang terlibat dalam suatu transaksi. Insider trading adalah contoh mengenai cara berbisnis
yang tidak fair. Dengan insider trading dimaksudkan menjual atau membeli saham
berdasarkan informasi “dari dalam” yang tidak tersedia bagi umum. Bursa efek sebagai
institusi justru mengandaikan semua orang yang bergiat disini mempunyai pengetahuan
yang sama tentang keadaan perusahaan yang mereka jualbelikan sahamnya. Orang yang
bergerak atas dasar informasi dari sumber tidak umum (jadi rahasia) tidak berlaku fair.
Kepercayaan (trust) juga merupakan keutamaan yang penting dalan konteks bisnis.
Kepercayaan harus ditempatkan dalam relasi timbal balik. Ada beberapa cara untuk
mengamankan kepercayaan. Salah satu cara adalah memberi garansi atau jaminan. Caracara itu bisa menunjang kepercayaan antara pebisnis, tetapi hal itu hanya ada gunanya
bila akhirnya kepercayaan melekat pada si pebisnis itu sendiri.
D. Etika Keadilan
John Rawls dikenal sebagai seorang filsuf yang secara keras mengkritik ekonomi
pasar bebas. Baginya pasar bebas memberikan kebebasan bagi setiap orang, namun
dengan adanya pasar bebas maka keadilan sulit untuk ditegakkan. Oleh karena hal ini, ia
mengembangkan sebuah teori yag disebut teori keadilan. Menurut Rawls, prinsip paling
mendasar dari keadilan adalah bahwa setiap orang memiliki hak yang sama dari posisiposisi mereka yang wajar. Karena itu, supaya keadilan dapat tercapai maka struktur
konstitusi politik, ekonomi, dan peraturan mengenai hak milik haruslah sama bagi semua
2016
13
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
orang.
Bagi Rawls, utilitarianisme memiliki kekurangan karena: pertama, mengidentikan
keadilan sosial dengan keadilan individual; dan kedua, bercorak teolologis. Menurut
Rawls, utilitarianisme memahami keadilan sebagai “kebahagiaan terbesar bagi semua
atau setidaknya bagi sebanyak mungkin orang” (the greatest hapiness of the greatest
numbers). Dalam hal ini, kata Rawls, utilitarianisme tidak mempedulikan, kecuali tidak
langsung, bagaimana total kebahagiaan itu didistribusikan di antara individu, serta ia juga
tidak peduli bagaimana satu orang mendistribusikan kebahagiannya pada setiap kurun
waktu yang berbeda. Dengan kata lain, utilitarianisme gagal merumuskan keadilan karena
telah menustifikasi pengorbanan terpaksan individu untuk kepentingan masyarakat.
Selain itu, utilitarianisme juga gagal sebagai teori moral karena bercorak teleologis,
yakni: lebih memprioritaskan manfaat atau utility (the good) ketimbang kewajiban.
Padahal, kata Rawls, konsep keadilan sosial tidak ada sangkut-pautnya dengan konsep
kebaikan berupa rasa iba, belas kasihan dan sebagainya. Sebab keadilan sosial lebih
terkait dengan masalah struktur dasar masyarakat dalam menetapkan beban dan
kewajiban individu dalam suatu kerja sama sosial. Dalam kerangka inilah sebenarnya
teori keadilan Rawlsian bisa dikategorikan sebagai bagian dari pandangan “deontologi
moral” sebagai lawan dari “teleologi moral”.
Teori Rawls didasarkan atas dua prinsip yaitu Ia melihat tentang Equal Right (Hak
yang sama) dan juga Economic Equality (Ekonomi yang sama). Dalam Equal Right
dikatakannya harus diatur dalam tataran leksikal, yaitu different principles bekerja jika
prinsip pertama bekerja atau dengan kata lain prinsip perbedaan akan bekerja jika basic
right tidak ada yang dicabut (tidak ada pelanggaran HAM) dan meningkatkan ekspektasi
mereka yang kurang beruntung. Dalam prinsip Rawls ini ditekankan harus ada
pemenuhan hak dasar sehingga prinsip ketidaksetaraan dapat dijalankan dengan kata lain
ketidaksetaraan secara ekonomi akan valid jik tidak merampas hak dasar manusia.
Bagi Rawls rasionalitas ada 2 bentuk yaitu Instrumental Rationality dimana akal budi
yang menjadi instrument untuk memenuhi kepentingan-kepentingan pribadi dan kedua
yaitu Reasonable, yaitu bukan fungsi dari akal budi praktis dari orang per orang. Hal
kedua ini melekat pada prosedur yang mengawasi orang-orang yang menggunakan akal
budi untuk kepentingan pribadinya untuk mencapai suatu konsep keadilan atau kebaikan
yang universal.
Peninjauan Kembali Sebuah Model Pengambilan Keputusan untuk Etika Bisnis
2016
14
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Memahami dasar filosofis dari etika akan memungkinkan kita untuk menjadi lebih sadar
mengenai masalah etika, lebih mampu mengenali dampak dari keputusan kita, dan lebih
mungkin untuk membuat keputusan yang lebih dimaklumi dan lebih masuk akal. Dengan
menggabungkan teori etika, maka kita diharapkan dapat membuat keputusan yang lebih baik.
Sebagai ringkasan, di bawah ini adalah proses pengambilan keputusan secara lebih rinci:

Tentukan fakta-fakta.
Kumpulkan semua fakta yang relevan. Hal ini penting pada tahap ini bahwa kita tidak
sengaja menyimpangkan keputusan kita nanti dengan mengumpulkan hanya fakta-fakta
yang mendukung satu hasil tertentu.

Mengidentifikasi isu-isu etika yang terlibat.
Apa dimensi etika? Apa masalah etika? Seringkali kita bahkan tidak menyadaridilema
etika. Hindari miopia normatif.

Identifikasi Pemangku Kepentingan (Stakeholders).
Siapa yang akan terpengaruh oleh keputusan ini? Apa hubungan mereka, prioritas mereka
kepada saya, dan apa kekuatan mereka atas keputusan saya atau hasilnya? Siapa yang
memiliki andil pada hasilnya? Jangan membatasi pertanyaan kita kepada pemangku
kepentingan yang kita percaya berutang tugas; kadang-kadang tugas timbul sebagai akibat
dari dampak. Misalnya, kita mungkin tidak selalu lebih mempertimbangkan pesaing kita
sebagai pemangku kepentingan; Namun, setelah kita memahami dampak dari keputusan
kita pada orang-orang pesaing itu, kewajiban etika mungkin menjadi muncul.

Pertimbangkan alternatif yang tersedia.
Latihan "imajinasi moral", apakah ada cara-cara kreatif untuk menyelesaikan konflik?
Jelajahi bukan hanya pilihan yang jelas, tetapi juga pilihan yang kurang jelas dan yang
memerlukan beberapa pemikiran kreatif atau imajinasi moral untuk menciptakannya.

Pertimbangkan bagaimana keputusan mempengaruhi pemangku kepentingan.
Ambil sudut pandang orang lain yang terlibat. Bagaimana masing-masing pemangku
kepentingan dipengaruhi oleh keputusan kita? Bandingkan dan bobot alternative tersebut:
teori etika dan tradisi dapat membantu di sini.
2016
15
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Konsekuensi
 Konsekuensi menguntungkan dan merugikan
 Tugas, hak, prinsip
 Apa yang tertera dalam hukum?
 Apakah ada tugas profesional yang terlibat?
 Prinsip apakah yang paling wajib?
 Bagaimana orang diperlakukan?
 Implikasi bagi integritas dan karakter pribadi
 Kita menjadi jenis orang apakah melalui keputusan ini?
 Apa prinsip-prinsip dan tujuan saya sendiri?
 Dapatkah saya hidup dengan pengungkapan keputusan publik ini?
NOTE
1. For an updated commentary on this and others examples, see the final ^section in this
chapter, "Conclusions and Retrospection".
References
Bertens, K (2000) Etika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
2016
16
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Keraf, Sonny (2012). Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya, Kanisius, Yogyakarta.
Laura P.
Hartman , Joseph DesJardins
Chris
MacDonald (2008)Business Ethics ;
Decision Making for Personal Integrity and Social Responsibility, Third Edition, McGrawHill, New York.
Teichman, J and Katherine C. Evans (1999), Philosophy: A Beginner's Guide .Blackwell
Publishing
Laura P. Hartman – Joe DesJardins. 2011. Business Ethics: Decision Making for Personal
Integrity & Social Responsibility, McGraw – Hill International Edition, Second Edition.
Fahmi Irham. (2013). Etika Bisnis: Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta.
Hartman, L., Desjardins, Joe. (2008). Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk Integritas
Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial. Jakarta: Erlangga.
Agoes Sukrisno dan Ardana, I Centik (2011), Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya, Penerbit Salemba Empat Jakarta
Rawls, John, A Theory of Justice, edisi revisi, Belknap Press, Cambridge, 2005.
https://id.wikipedia.org/wiki/Teleologi
https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_deontologis
http://alamandausm.blogspot.co.id/2014/01/teori-utilitarisme.html
http://bachdim25.blogspot.co.id/2013/10/bab-3-etika-utilitarianisme-dalam-bisnis.html
https://musakazhim.wordpress.com/2007/06/30/egoisme-psikologis-dan-etis/
http://dwikartikasari-18211665.blogspot.co.id/2014/12/teori-teori-yang-berkaitandengan.html
http://tiachiscaanggraeni.blogspot.co.id/2011/11/keadilan-dalam-etika-bisnis.html
2016
17
Business Ethics And Good Governance
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download