Tugas Review Mata Kuliah Ilmu Perbandingan Administrasi Negara Kelompok 7 : Chapter 3 Nama Anggota : 1. Hendrikus SAP (F1B008087) 2. Ridho Haryanto (F1B009085) 3. Kurnia Safitri (F1B007050) 4. Dody Mughni (F1B008012) 5. Slamet (F1B008026) 6. Indah Rizky (F1B009057) 7. Musthofa Zakariya (F1B009021) 8. Marya Ulfah (F1B008104) 9. Syelvia Malissa (F1B009042) 10. Junior Nugraha ( F1B008052) 11. Rena Murahami (F1B008070) Perhatian Pembuat Perubahan – Apa yang Telah Rusak? 3.1 Apa yang mereka ingin lakukan? Reformasi administrasi publik tidak memiliki kepentingan yang jelas karena kesulitan terbesarnya ada pada kepentingan pribadi dari pihak masyarakat ataupun pemerintah. Dan tidak ada alasan dari dalam mengapa reformasi ini harus di kesampingkan antara reformasi struktural atau reformasi sosial. Sampai saat ini sudah berkembang beberapa lembagalembaga yang menunjang perekonomian, tetapi lembaga itu tidak semuanya berjalan dengan baik. Ada pun bukti bahwa struktur pemerintah dan pengaturan akuntabilitas mempengaruhi pertumbuhan. Dan bukti lainnya reformasi administrasi adalah sebuah variable independent. Pendapat yang masuk akal adalah konsekuensi penyebab aspek lain dari liberalisasi. Ada 4 konsentrasi reformasi yang sudah di teliti dari 14 negara dan ada beberapa hal yang harus bisa di capai dalam penelitian ini : 1. Untuk mengurangi pengeluaran publik: mempertahankan daya tarik investasi iklim dan daya saing perusahaan nasional; 2. Untuk meningkatkan respon kebijakan dan implementasi: mengatasi resistensi dari vested interest untuk pelaksanaan kebijakan yang sah atau pengurangan dari beberapa program; 3. Untuk meningkatkan pemerintahan sebagai majikan: membuat pemerintah bertanggung jawab majikan - menarik cukup banyak karyawan yang terampil tepat saat penahanan agregat kerja biaya; 4. Untuk meningkatkan pelayanan dan membangun kepercayaan sektor publik dan swasta: meningkatkan derajat penghormatan dan kepercayaan yang diberikan kepada pemerintah oleh sector swasta dan oleh publik. Mengurangi pengeluaran public. 3.2 Mengurangi Pengeluaran Publik Untuk tingkat yang signifikan, tekanan fiskal terletak di belakang semua empat bidang yang menjadi perhatian, dan reformasi retorika umumnya menyoroti investasi yang akan dihasilkan dari program reformasi. Namun, investasi dalam pengeluaran publik telah memberikan kontribusi tidak jelas terhadap reformasi dalam administrasi publik. Ketidakpastian ini muncul karena di negara-negara berpenghasilan menengah dan tinggi perubahan sosiodemografinya lebih daripada kekuatan tunggal lainnya, hal ini telah mendorong peningkatan public dalam hal pengeluaran. Meningkatnya proporsi lansia dalam populasi dan peningkatan dramatis dalam transfer pembayaran untuk pensiun, pengangguran dan manfaat lainnya secara fundamental (pertanyaan kebijakan daripada manajemen public). Mengurangi tekanan fiskal yang timbul dari ini, perubahan dalam harapan demografi dan sosial mensyaratkan bahwa manfaat peningkatan dibatasi dan retribusi pun diperkenalkan sebagai perangkat untuk biaya berbagi. Dalam prinsipnya kebijakan dapat berubah dengan disosialisasikannya kebijakan secara independen dari reformasi administrasi. 3.3 Meningkatkan Respon Kebijakan dan Pelaksanaan Banyak Pelaku reformasi menekankan kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan pemerintah dalam melaksanakan perubahan kebijakan yang sah. Mereka berusaha untuk menghilangkan hambatan yang dihadapi saat mencoba untuk mengubah arah kebijakan sosial dan sektoral. Para pelaku reformasi menekankan bahwa hambatan tersebut muncul dari perlawanan pegawai negeri atau karena kemampuan yang terbatas dari pegawai. Mereka mencatat banyak inefektif pelayanan public berasal dari sinisme dan disusul jumlah arahan yang berongga sebelum implementasi. Focus ambisi reformasi pada peningkatan dasar prestasi kerja sektor public dan peningkatan insentif layanan public bertujuan untuk menyelaraskan mereka dengan kebijakan dan tujuan dari pemerintah. Meningkatnya petronase dan berkurangnya prestasi diklaim dapat meningkatkan kompetensi saat mengurangi resiko bahwa oposisi politik akan menemukan ekspresi melalui pelayanan public. Reformasi seperti ini sering ditujukan hanya pada kementrian pusat. Akses pada pelayanan public dan tanggung jawab pegawai negeri sering didefinisikan pada hukum terpadu. Definisi hukum dari lingkup pelayanan publik serta peraturan yang menggambarkan prosedur pelaksanaan tugas seperti kode etik dan kerangka kerja akan mengatur perilaku pegawai. Namun, hukum tersebut masih sering direvisi. Dalam banyak kasus menyatakan target reformasi telah menjadi sifat pekerjaan antara pegawai negeri dan negara - tetapi arah reformasi yang dicari telah jelas bervariasi. Di satu sisi, bagi negara-negara tanpa tradisi yang mengakar berdasarkan pekerjaan jasa pelayanan publik, ambisi ini telah menentapkan secara legal bagaimana akses ke posisi dinas sipil, dan tanggung jawab pegawai negeri yang akan diperoleh. Tujuannya adalah untuk menempatkan cek dan balances (keseimbangan) sekitar kontrak ketenagakerjaan pegawai negeri sehingga mereka membentuk perbedaan dan kesatuan yang terpadu, dengan keamanan masa jabatan dan basis obyektif yang digunakan untuk promosi sebagai perlindungan terhadap perubahan tindakan polik. Namun, untuk beberapa negara lain yang sudah memiliki suatu keamanan, hukum, dan hukum adat untuk pekerjaan layanan sipil, telah bergerak dalam arah yang berlawanan. Untuk ini, Anglophone terutama negara-negara OECD, arah reformasi menyatakan telah mengurangi (Meskipun tidak meninggalkan) keamanan penguasaan dan pentingnya senioritas dalam keputusan tentang promosi dan kemajuan karir. Kontrak kinerja individu telah menjadi lebih penting, dengan pegawai negeri sipil lebih mudah dihargai untuk hasil . Akibatnya, beberapa reformasi terkait dengan pengenalan "sistem karir" di mana masukan awal ke layanan sipil ditentukan oleh pengujian yang independen, gelar relevan universitas atau kredensial akademis. Beberapa kegiatan reformasi di dalam sistem yang "berbasis posisi", di mana proses penekanan ditempatkan pada memilih kandidat paling cocok untuk setiap posisi yang harus diisi, telah mendorong menuju akses lebih terbuka, dengan catatan sampingan menjadi yang lebih umum. 3.4 Meningkatkan Peran Pemerintah sebagai Penguasa Reformis dapat berusaha untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik antara beban fiscal kerja public dengan kebutuhan untuk memberikan insentif yang dapat menarik staf yang kompeten. Usaha ini dapat mengurangi tagihan upah agregat yang meningkatkan pembayaran. Meskipun perbandingan antara GDP dengan populasi hanya berguna sebagai panduan untuk suatu keputusan kasar mengenai agregrat ketenagakerjaan dan keterjangkauan dari RUU upah, tetapi dapat dipahami bahwa ada kecenderungan untuk membandingkan jumlah pegawai negeri sipil dan public serta beban fiscal-RUU upah sektor public sebagai presentase dari PDB terhadap internasional practice. Dalam memeriksa inseftif moneter yang efektif pada tingkat individu Pegawai Negeri Sipil (PNS), reformasi birokrasi terhadap tingkat gaji pegawai harus cukup kompetitif untuk merekrut, mempertahankan, dan memotivasi pegawai yang berkualitas disemua tingkat. Mereka mencatat bahwa sering beberapa kelompok pegawai mendapat insentif lebih dibandingkan dengan pegawai sector swasta setara. Reformasi dilakukan dengan upaya untuk mengatasi kenyataan yang terjadi selama ini tentang kurangnya tenaga kerja yang berkualitas khususnya dalam bidang keterampilan professional dan tantangan. Ini yang mereka hadapi dalam menyusun tingakat gaji yang cukup bagi pemerintah untuk merekrut, memotivasi dan mempertahankan teknis, professional dan manajerial staf di dalam negeri di dalam persaingan dengan sector swasta domestic dan pengusaha asing. Kegiatan ini mungkin menantang jika menyiratkan dekompresi radikal formal (penekanan yang lebih besar secara terus menerus) dan disertai pula dengan peningkatan pembayaaran pada tingkat atas. 3.5 Meningkatkan Pelayanan dan Membangun Kepercayaan Sektor Publik dan Swasta Pemerintah berusaha untuk meningkatkan publik dan swasta mengenai pelayanan yang baik, jujur dan efisiensi. Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah mulai rendah. Dikarenakan pelayanan yang tidak memadai. Sehingga munculah rasa skeptisme dan rasa sinisme mengenai kinerja pemerintah berakibat merusaknya citra lembaga lembaga demokratis. Berdasarkan survey di negara negara OECD menunjukan sinisme public yang kian meningkat hingga menimbulkan sikap arogansi masyarakat yang resah. Selain itu maslah public mengenai korupsi merupakan faktor signifikan mengurangi kepercayaan masyarakat yang rendah. Berdasarkan bank dunia “ korupsi dalam transisi :menghadapi tantangan daya tangkap negara” (bank dunia 2000) dapat membedakan antara negara dan administrasi konteks dalam negara mengacu pada pembuatan regulasi untuk pejabat publik. Sedangkan dalam konteks administrasi mengacu pada pengenaan regulasi tersebut dalam member keuntungan untuk oknum oknum tertentu guna kepentingan pribadinya. Untuk meningkatkan pelayanan, telah banyak perubahan yang diarahkan untuk tanggung jawab yang lebih besar dari birokrasi dengan memberdayakan kelompok konsumen melalui pendistribusian data tentang kinerja dan menerapkan metode dari hasil timbale balik pelanggan (laporan kartu dan jenis lain dari survei klien) . 3.6 Pemetaan Perhatian Pembuat Perubahan Penekanan dari reformasi pelayanan administrasi dan perdata di 14 negara yang dipilih dalam penelitian , laporan ini menggunakan enam pos untuk mengetahui keprihatinan reformasi dan Mengurangi pengeluaran publik 1. Mengurangi konsumsi pemerintah termasuk tagihan upah agregat; Meningkatkan tanggung jawab dan implementasi 2. Mengurangi patronase 3. Mengembangkan fleksibilitas dalam kontrak kerja; Meningkatkan pemerintah sebagai penyedia lapangan pekerjaan 4. Meningkatkan insentif moneter; Meningkatkan pelayanan kepercayaan sektor publik dan swasta 5. Mengatasi korupsi dan menghormati masyarakat yang rendah 6. Meningkatkan inefisiensi operasional dan pelayanan yang buruk. dan membangun Pelajaran yang dapat di petik untuk melakukan reformasi birokrasi di Indonesia Untuk melakukan reformasi birokrasi di Indonesia ada beberapa hal yang perlu di perhatian antara lain : 1. Mengurangi Pengeluaran publik 2. Meningkatkan respon kebijakan dan pelaksanaan 3. Meningkatkan peran pemerintah sebagai penguasa 4. Meningkatkan pelayanan dan membangun kepercayaan sektor publik dan swasta 5. Melakukan Pemetaan Perubahan / pebaharuan. Pembaharuan Birokrasi publik harus mengutamakan kepentingan publik, birokrasi publik tidak boleh tercampur dengan kepentingan/ politisasi yang tidak berpihak kepada publik dan melakukan prinsip-prinsip pelayanan publik.