5271 - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
MANUSKRIP
LAPORAN KASUS
PENGELOLAAN PENCEGAHAN RESIKO INFEKSI ULKUS PEDIS PADA NY. M DENGAN
DIABETES MELLITUS DI RUANG FLAMBOYAN 3
RSUD SALATIGA
OLEH :
PUTU AYU PUSPITA DEWI
0131756
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
PENGELOLAAN PENCEGAHAN RESIKO INFEKSI ULKUS PEDIS PADA NY. M DENGAN
DIABETES MELLITUS DI RUANG FLAMBOYAN 3
RSUD SALATIGA
Putu Ayu Puspita Dewi*, Ummu Muntamah**, Tri Susilo***
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
[email protected]
ABSTRAK
Ulkus kaki diabetik merupakan kerusakan jaringan (partial thickness) atau
keseluruhan (full thickness) pada kulit yang dapat meluas ke jaringan dibawah kulit,
tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi pada seseorang yang menderita
penyakit Diabetes Mellitus. Luka ulkus terjadi akan sembuh dalam waktu yang lama,
karena faktor vaskularisasi, hal ini menyebabkan sangat rentan terhadap infeksi.
Salah satu cara pencegahan infeksi ulkus yaitu perawatan luka, ini merupakan
pencegahan infeksi yang banyak dilakukan untuk mencegah berkembangnya
mokroorganisme yang menghambat proses penyembuhan ulkus pada penderita
diabetes mellitus. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pencegahan infeksi ulkus pada
pasien dengan diabetes mellitus.
Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan
pasien dalam memenuhi kebutuhan pencegahan infeksi. Pengelolaan pencegahan
infeksi dilakukan selama 2 hari pada Ny.M. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan tehnik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan pemeriksaan
penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan luka pasien tampak bersih, tampak
kemerahan, luka terasa nyeri saat ditekan dan terdapat jaringan nekrosis berwarna
kehitaman serta sulit untuk gunakan berjalan.
Saran bagi perawat di rumah sakit agar menerapkan perawatan luka untuk
membantu mencegah terjadinya infeksi pada pasien diabetes mellitus dengan tindakan
non farmakologi.
Kata kunci
Kepustakaan
: Ulkus, perawatan luka, infeksi
: 38 (2007-2016)
1
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
2
LATAR BELAKANG
Gaya hidup yang modern
dengan banyak pilihan menu makanan
dan cara hidup yang kurang sehat pada
dewasa ini sudah menjadi tren dalam
kehidupan, akan tetapi tanpa disadari
dari pola hidup yang menyimpang ini
membawa dampak yang negatif. Gaya
hidup di perkotaan atau bahkan saat ini
juga telah terjadi di pedesaan dengan
pola makan yang tinggi lemak, garam
dan gula mengakibatkan masyarakat
cenderung mengkonsumsi makanan
secara berlebihan, selain itu pola makan
makanan yang serba instan saat ini
memang sangat digemari oleh sebagian
besar masyarakat, seperti gorengan
jenis makanan yang murah meriah dan
mudah didapat karena banyak dijual
dipinggir jalan ini rasanya memang
enak,
tetapi
mengakibatkan
peningkatan kadar gula darah. Tubuh
memerlukan bahan makanan yang
sehat untuk membentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak, disamping itu
tubuh juga memerlukan energi agar sel
dapat berfungsi dengan baik. Energi
yang dibutuhkan oleh tubuh berasal
dari bahan makanan yang kita makan
sehari-hari. Bahan makanan tersebut
terdiri dari unsur karbohidrat, lemak
dan protein. Dari gaya hidup atau pola
hidup yang menyimpang maka sistem
metabolisme tubuh akan mengalami
perubahan yang akan menimbulkan
penyakit degeneratif. Diabetes mellitus
merupakan salah satu penyakit
degeneratif
tersebut
(Clevo
&
Margareth: 2012).
Diabetes mellitus berasal dari
dua kata yaitu diabainei dari bahasa
Yunani, yang artinya tembus atau
pancuran air dan mellitus dari bahasa
Latin yang berarti rasa manis. Jadi,
diabetes mellitus merupakan kelainan
metabolis yang disebabkan oleh banyak
faktor, dengan simtoma berupa
hiperglikemia kronis dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein akibat dari defisiensi sekresi
hormon insulin, aktifitas insulin atau
keduanya serta defisiensi transporter
glukosa atau keduanya. Seiring dengan
perkembangan jaman, saat ini berada
pada pertengahan transisi epidemiologi
dimana penyakit degeneratif meningkat
secara drastis. Transisi penyakit
degeneratif mulai ditandai dengan
semakin meningkatnya kasus-kasus
penyakit degeneratif seperti diabetes
mellitus yang dirawat inap di beberapa
rumah sakit. Indonesia kini berada
diantara sepuluh besar negara di dunia
dengan penderita diabetes mellitus
(Widyanto & Triwibowo: 2013 dan
Lakshita: 2012).
Diabetes mellitus atau disingkat
dengan DM merupakan suatu penyakit
metabolik yang ditandai dengan
tingginya kadar glukosa di dalam darah
(hyperglikemia) yang diakibatkan oleh
kekurangan sekresi insulin, gangguan
aktivitas insulin atau bahkan keduanya.
Diabetes mellitus bisa terjadi jika insulin
yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas
tidak cukup untuk mempertahankan
gula darah dalam batas normal atau bila
sel tubuh tidak mampu berespon
dengan tepat sehingga akan muncul
beberapa keluhan khas pada penderita
diabetes mellitus yaitu poliuria,
polidipsi, polifagia, penurunan berat
badan,
kelemahan,
kesemutan,
pandangan kabur dan disfungsi ereksi
pada laki-laki serta pruritus vulvae pada
wanita (Damayanti: 2015).
Dalam kondisi yang normal
sejumlah glukosa dari makanan akan
bersirkulasi di dalam darah, kadar
glukosa dalam darah akan diatur oleh
insulin, yaitu hormon yang diproduksi
oleh pakreas yang berfungsi untuk
mengontrol kadar glukosa dalam darah
dengan cara mengatur pembentukan
dan penyimpanan glukosa (Damayanti:
2015).
Pada seseorang yang menderita
diabetes mellitus, sel-sel yang berada di
dalam tubuhnya berhenti berespon
terhadap insulin atau pankreas berhenti
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
3
memproduksi insulin, hal ini dapat
mengakibatkan hiperglikemia sehingga
dapat terjadi komplikasi metabolik akut
seperti
gangguan
mikrovaskuler,
makrovaskuler
dan neuropatik.
Kelainan mikrovaskuler merupakan
suatu pembentukan jaringan parut
proliferatif yang terjadi di retina
(retinopati diabetikum) yang dapat
menyebabkan kebutaan dan penyakit
ginjal (nefropati diabetikum) yang dapat
menyebabkan gagal ginjal. Kelainan
makrovaskuler dapat disebabkan oleh
aterosklerosis yang dipercepat, yang
ditimbulkan oleh peningkatan LDL
plasma
yang
berakibat
pada
peningkatan kejadian stroke dan infark
miokardium.
Kelainan
neuropatik
(neuropati diabetikum) menyerang
sistem saraf otonom dan saraf tepi.
Neuropati diabetikum yang disertai
dengan
insufisiensi
sirkulasi
aterosklerotik di ekstremitas dan
penurunan resistensi terhadap infeksi
sehingga dapat terjadi ganggren dan
ulkus kronis, terutama pada daerah kaki
(Ganong: 2013).
Pada pasien diabetes mellitus
sering terjadi komplikasi berupa ulkus
yang disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor utama yang berperan timbulnya
ulkus pada penderita diabetes mellitus
yaitu salah satunya adalah angiopati,
neuropati dan infeksi. Adanya neuropati
perifer akan menyebabkan terjadinya
gangguan sensori. Gangguan sensori
akan mengakibatkan kehilangan atau
menurunnya sensasi nyeri pada kaki,
sehingga akan mengalami trauma tanpa
terasa yang mengakibatkan terjadinya
ulkus pada kaki. Angiopati akan
menyebabkan terganggunya aliran
darah ke kaki, sehingga terjadi
penurunan asupan nutrisi serta oksigen
sehingga
menyebabkan luka sulit
sembuh. Infeksi merupakan komplikasi
yang menyertai kaki diabetik akibat
berkurangnya aliran darah atau
neuropati, sehingga berpengaruh pada
penyembuhan dari kaki diabetik pada
penderita diabetes mellitus. Untuk itu,
diperlukan perawatan luka yang tepat
pada penderita diabetes mellitus agar
tidak terjadi infeksi yang lebih parah
(Mubarak, dkk: 2015).
Seseorang
bisa
dikatakan
mengidap diabetes mellitus jika
terdapat kenaikan kadar gula darah
yang menetap. Penyakit ini dapat
terjadi pada kalangan semua umur,
walaupun umumnya lebih sering
dijumpai pada lanjut usia sebagai suatu
penyakit kronis, yaitu sebesar 18% pada
kelompok individu yang berumur 65
tahun dan 25% pada kelompok umur
diatas 85 tahun (Agoes: 2011).
Menurut study pendahuluan
yang dilakukan penulis di RSUD Salatiga
pada tanggal 11 April 2016 dari catatan
rekam medik didapatkan jumlah pasien
dengan penyakit Diabetes Mellitus
mengalami penurunan dalam 3 tahun
terakhir yaitu pada tahun 2013
berjumlah 421 kasus yang terjadi pada
laki-laki sebanyak 172 orang (41%) dan
perempuan sebanyak 249 orang (59%).
Pada tahun 2014 kasus Diabetes
Mellitus mengalami penurunan yaitu
sejumlah 389 kasus yang terjadi pada
laki-laki sebanyak 149 orang (38%) dan
pada perempuan sebanyak 240 orang
(62%). Pada tahun 2015 jumlah
penderita Diabetes Mellitus berjumlah
241 kasus yang terjadi pada laki-laki
sebanyak 101 orang (42%) dan pada
perempuan sebanyak 140 orang (58%).
Sedangkan dari 241 kasus diabetes
mellitus, 69 diantaranya menderita
ulkus diabetes mellitus, yang terdiri dari
27 pasien laki-laki dan 42 pasien
perempuan. Dimana penderita diabetes
mellitus didominiasi oleh perempuan
yaitu sebanyak 42 orang.
Berdasarkan fenomena tersebut
maka penulis tertarik melakukan
pengelolaan kasus dengan judul
“Pengelolaan Pencegahan Resiko Infeksi
Ulkus Pedis pada Ny.M dengan Diabetes
Mellitus di Ruang Flamboyan 3 RSUD
Salatiga”.
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
4
METODE PENGELOLAAN
Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah
awal dalam berfikir kritis dan
pengambilan
keputusan
yang
menghasilkan diagnosis keperawatan.
Pengkajian atau juga disebut proses
pengumpulan data secara sistematis
yang bertujuan untuk menentukan
status kesehatan dan fungsional klien
pada saat ini dan waktu sebelumnya,
serta untuk menentukan pola respon
klien saat ini dan waktu sebelumnya,
pengkajian terdiri dari dua cara yaitu
autoanamnesa dan alloanamnesa.
Autoanamnesa adalah pengumpulan
dan verifikasi data dari sumber primer
atau langsung dari pasien, sedangkan
alloanamnesa
pengumpulan
dan
verifikasi data dari sumber sekunder
atau informasi dari orang lain seperti
keluarga, tenaga kesehatan, rekam
medis dan lain-lain (Wilkinson: 2016
dan Potter & Perry: 2010).Dalam
pengkajian pada pasien dapat dilakukan
yaitu: pengkajian kesehatan masa lalu,
pengkajian system integument dan data
laboratorium.
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya
infeksi pada Ny.M dengan intervensi
pertama yaitu kaji keadaan umum
pasien. Intervensi kedua yaitu pantau
tanda dan gejala infeksi. Intervensi
ketiga yaitu kaji faktor yang dapat
meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi. Intervensi keempat yaitu
lakukan perawatan luka atau perawatan
kulit secara rutin. Intervensi kelima
yaitu berikan terapi sesuai advis dokter
untuk mencegah terjadinya infeksi dan
sepsis dalam penanganan farmakologi.
Hasil Pengelolaan
Implementasi pada Ny.M sesuai
dengan
intervensi
yang
telah
direncanakan, yaitu mengkaji keadaan
umum pasien, memantau tanda dan
gejala infeksi, mengkaji faktor yang
dapat
meningkatkan
kerentanan
terhadap infeksi, melakukan perawatan
luka atau perawatan kulit secara rutin
dan
memberikan
terapi
injeksi
Ceftriaxone 2x1 gr, IV/12 jam.
Pembahasan
Tindakan observasi keadaan
umum pasien dilakukan karena keadaan
umum pasien dapat menggambarkan
kondisi fisik pasien pada saat sebelum
melakukan tindakan, sehingga bisa
melakukan tindakan lebih lanjut. Hal ini
didukung oleh Nurarif (2013) yaitu
keadaan
umum
menggambarkan
kondisi fisik, dan tingkat kesadaran.
Intervensi lain yaitu pantau tanda dan
gejala
infeksi
bertujuan
untuk
memantau
perbaikan
luka
dan
mencegah
terjadinya
penyebaran
infeksi. Berdasarkan Mubarak (2015),
memantau tanda dan gejala infeksi
pada penderita diabetes dilakukan
untuk membantu menentukan tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya, seperti
melakukan tindakan pengkajian tanda
dan gejala resiko infeksi yaitu tumor
(bengkak), kalor (panas), dolor (merah),
rubor (nyeri) dan fungsio laesa
(gangguang fungsi). Intervensi lainnya
yaitu
kaji
faktor
yang
dapat
meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi, yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyebaran infeksi yang
meluas. Hal ini didukung oleh Potter &
Perry (2010) yang mengatakan bahwa
ada banyak faktor yang dapat
meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi, salah satunya adalah faktor
lingkungan. Faktor lingkungan sangat
mempengaruhi terjadinya infeksi pada
ulkus diabetikum karena lingkungan
yang tidak bersih atau kotor dapat
menyebarkan
kuman
atau
mikroorganisme lewat udara maupun
kontak langsung dengan luka serta
infeksi nosokomial. Intervensi lain yaitu
lakukan perawatan luka atau perawatan
kulit secara rutin bertujuan untuk
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
5
meningkatkan sirkulasi perifer yang
terganggu sehingga tidak terjadi
peningkatan resiko terjadinya iritasi
kulit dan infeksi pada luka. Hal ini
didukung oleh penelitian Hasan (2014),
dalam perawatan luka ulkus diabetikum
dapat mempengaruhi terjadinya infeksi,
ulkus diabetik kalau tidak segera
mendapatkan
pengobatan
dan
perawatan, maka akan mudah terjadi
infeksi yang segera meluas dan dalam
keadaan lebih lanjut memerlukan
tindakan amputasi bahkan kematian.
Amputasi dan kematian pada pasien
ulkus diabetikum ini dapat disebabkan
oleh kegagalan dalam penyembuhan
(delayed healing) yang berlanjut pada
infeksi lokal maupun general. Infeksi
sangat
berpengaruh
terhadap
penyembuhan luka karena infeksi dapat
memperlambat proses penyembuhan
luka. Infeksi dapat terjadi jika kadar
glukosa darah dalam tubuh tinggi
sehingga luka menjadi tempat yang baik
untuk pertumbuhan kuman, seperti
kuman aerob Staphylococcus atau
Streptococcus serta kuman anaerob
yaitu
Clostridium
perfringens,
Clostridiumnovy
dan
Clostridium
septikum, infeksi juga dapat terjadi
selama persiapan perawatan, selama
perawatan, dan setelah perawatan luka
tidak dilakukan dengan prinsip aseptik
dan antiseptik yang baik. Intervensi lain
yaitu yaitu berikan terapi sesuai advis
dokter dilakukan untuk mencegah
terjadinya infeksi dan sepsis dalam
penanganan farmakologi. Menurut
Mubarak dkk (2015) mengatakan bahwa
pemberian terapi farmakologi biasanya
diberikan per oral dan per parental yang
bersifat menghambat kuman gram
positif dan gram negatif sesuai
kepekaan kuman sehingga dapat
menurunkan terjadinya infeksi pada
ulkus diabetikum pada penderita
diabetes mellitus.
Kesimpulan
Setelah melakukan tindakan
keperawatan
selama
2x24
jam
didapatkan data subyektif pasien
mengatakan luka terasa nyeri saat
ditekan dan pasien mengatakan badan
terasa lemah, respon obyektif keadaan
umum pasien lemah, luka tampak
bersih, tampak kemerahan dan terdapat
jaringan nekrosis berwarna kehitaman
serta sulit untuk gunakan berjalan.
Sehingga kesimpulan diatas adalah
masalah resiko infeksi adalah belum
teratasi. Sehubungan dengan hal
tersebut diharapkan bagi RSUD Salatiga
untuk membuat bangsal khusus
penderita DM serta menyediakan
ruangan khusus untuk senam DM agar
pengelolaan pasien DM lebih optimal
dan
mempercepat
proses
penyembuhan.
Daftar Pustaka
Abata, Q. (2014). Ilmu Penyakit Dalam,
Edisi Lengkap. Jawa Timur:
Yayasan PP Al-Furqon.
Agoes, A. H., dkk. (2011). Penyakit Di
Usia Tua. Jakarta: EGC.
Astriana, D., Komariah, M., (2012).
Perbedaan Tingkat Odor Yang
Dipersepsikan
Mahasiswa
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas
Padjadjaran
Angkatan 2007 Saat Merawat
Tiga
Jenis
Luka
Kronis.
http://jurnal.unpad.ac.id/ejourn
al/ article/download/611/665.
Diakses pada tanggal 11 Mei
2016 pukul 13.05 WIB.
Bulechek, G. M., Buther, H. K.,
Dochterman,J. M., & Wagner, C.
M.,
(2013).
Nursing
Interventions Classification (NIC)
(6th Ed). USA: Elsevier Mosby.
Burnner
&
Suddarth.
(2014).
Keperawatan Medikal Bedah
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
6
(Edisi 12). Alih Bahasa: Devi
Yulianti dan Amelia Kimin.
Jakarta: EGC.
Carpenito, L., J. (2007). Buku saku
diagnosa keperawatan (Edisi
10). Terjemahan: Yasmin Asih.
Jakarta: EGC.
Chris,
Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Herdman, T. H., Kamitsuru,S. (2015).
Diagnosis Keperawatan: Definisi
& Klasifikasi 2015-2017 (Edisi
10). Alih Bahasa: Budi Anna
Keliat, dkk. Jakarta: EGC.
T. (2014). Kapita Selekta
Kedokteran (Edisi 4). Jakarta:
Media Aesculapius.
Kasim, F. (2015). Informasi Spesialite
Obat Indonesia (Edisi 49).
Jakarta: PT. ISFI.
Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus
&
Penatalaksanaan
Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kowalak, J. P., dkk. (2014). Buku Ajar
Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Dinas Kesehatan. (2015). Buku Saku
Kesehatan Triwulan 1 Tahun
2015.
http://www.dinkesjatengprov.g
o.id/. Diakses pada tangal 30
April pukul 09.32 AM.
Ganong, W. F. (2013). Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran (Edisi 22).
Alih Bahasa: Brahm, U. Jakarta:
EGC.
Hariani
& Perdanakusuma. (2008).
Perawatan Ulkus Diabetes.
http://journal.unair.ac.id.
Diakses pata tanggal 17 Mei
2016 pukul 12.37 WIB.
Hasan, D. R. N., Yusuf, Z. K., Djunaidi, R.,
(2014). Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Proses
Penyembuhan
Ulkus
Diabetikum.
http://eprints.ung.ac.id/
12307/2/2014-1-1-14201841410116-bab110082014015831.pdf. Diakses
pada tanggal 16 Mei 2016 pukul
02.40 WIB.
Hasdianah, H. R. (2012). Mengenal
Diabetes Mellitus: Pada Orang
Dewasa dan Anak-anak Dengan
Lakshita, N. (2012). Anak Aktif Bebas
Diabetes. Yogyakarta: Javalitera.
Moorhead, S., Johshon, M., Mass, L. M.,
& Swanson, E., (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC):
Measurement
of
Health
Outcomes (5th Ed). USA:
Elsevier Mosby.
Mubarak, dkk. (2015). Standar Asuhan
Keperawatan dan Prosedur
Tetap
dalam
Praktik
Keperawatan: Konsep dan
Aplikasi dalam Praktik Klinik.
Jakarta: Selemba Medika.
Novitasari, R. (2012). Diabetes Mellitus:
Dilengkapi
Dengan
senam
Diabetes Mellitus. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Nugroho,
T.
(2011).
Asuhan
Keperawatan Maternitas, Anak,
Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif & Kusuma. (2013). Buku Aplikasi
Asuhan
Keperawatan.
Yogyakarta: Mediaction.
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
7
Potter & Perry. (2010). Fundamental
Keperawatan (Edisi 7), Buku 1.
Terjemahan: Adrina Ferderika
Nggie. Singapore: Selemba
Medika.
.(2010). Fundamental
Keperawatan (Edisi 7), Buku 2,
Terjemahan: Adrina Ferderika
Nggie dan Marina Albar.
Singapore: Selemba Medika.
.(2010). Fundamental
Keperawatan (Edisi 7), Buku 3,
Terjemahan: Diah Nur Fitriani,
Onny Tampubolon dan Farah
Diba.
Singapore:
Selemba
Medika.
Purnamasari & Poerwantoro. (2013).
Diabetes
mellitus
dengan
Penyulit
Kronis.
http://indonesia.digitaljournals.
org. Diakses pada tanggal 17
Mei 2016 pukul 11.26 WIB.
Rendy & Margareth. (2012). Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah
dan
Penyakit
Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rohmah & Walid. (2014). Proses
Keperawatan Teori & Aplikasi:
Dilengkapi dengan NOC-NIC &
Aplikasi pada Berbagai Kasus.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sistem Endokrin. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Tyekyan, R. M. S., (2007). Risiko
Penyakit Diabetes Mellitus Tipe
2 Dikalangan Peminum Kopi Di
Kota Madya Palembang Tahun
2006-2007.
http://journal.ui.ac.id/
index.php/health/article/viewFil
e/250/246.
Diakses
pada
tanggal 8 Mei pukul 20.10 WIB.
Widyanto & Triwibowo. (2013). Trend
Disease: Trend Penyakit Saat Ini.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Wijaya & Putri. (2013). Keperawatan
Medikal Bedah: Keperawatan
Dewasa Teori Contoh Askep.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Wilkinson & Ahern. (2012). Buku Saku
Diagnosa
Keperawatan:
Diagnosa NANDA, Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil/NOC
(Edisi 9). Alih Bahasa: Esty
Wahyuningsih. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis
Keperawatan:
Diagnosis
NANDA-I, Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil/NOC (Edisi 10).
Alih Bahasa: Esty Wahyuningsih.
Jakarta: EGC.
RSUD. Salatiga. (2016). Rekam Medik
RSUD. Salatiga.
Smeltzer, S. C. (2013). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (Edisi 8),
Volume 2. Jakarta: EGC.
Suyono, dkk. (2013). Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus Terpadu, Edisi
Kedua. Jakarta: FKUI.
Tarwoto, dkk. (2012). Keperawatan
Medikal
Bedah
Gangguan
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Download