MANUSKRIP LAPORAN KASUS PENGELOLAAN PENCEGAHAN RESIKO INFEKSI ULKUS PEDIS PADA NY. M DENGAN DIABETES MELLITUS DI RUANG FLAMBOYAN 3 RSUD SALATIGA OLEH : PUTU AYU PUSPITA DEWI 0131756 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 PENGELOLAAN PENCEGAHAN RESIKO INFEKSI ULKUS PEDIS PADA NY. M DENGAN DIABETES MELLITUS DI RUANG FLAMBOYAN 3 RSUD SALATIGA Putu Ayu Puspita Dewi*, Ummu Muntamah**, Tri Susilo*** Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran [email protected] ABSTRAK Ulkus kaki diabetik merupakan kerusakan jaringan (partial thickness) atau keseluruhan (full thickness) pada kulit yang dapat meluas ke jaringan dibawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi pada seseorang yang menderita penyakit Diabetes Mellitus. Luka ulkus terjadi akan sembuh dalam waktu yang lama, karena faktor vaskularisasi, hal ini menyebabkan sangat rentan terhadap infeksi. Salah satu cara pencegahan infeksi ulkus yaitu perawatan luka, ini merupakan pencegahan infeksi yang banyak dilakukan untuk mencegah berkembangnya mokroorganisme yang menghambat proses penyembuhan ulkus pada penderita diabetes mellitus. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pencegahan infeksi ulkus pada pasien dengan diabetes mellitus. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam memenuhi kebutuhan pencegahan infeksi. Pengelolaan pencegahan infeksi dilakukan selama 2 hari pada Ny.M. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan luka pasien tampak bersih, tampak kemerahan, luka terasa nyeri saat ditekan dan terdapat jaringan nekrosis berwarna kehitaman serta sulit untuk gunakan berjalan. Saran bagi perawat di rumah sakit agar menerapkan perawatan luka untuk membantu mencegah terjadinya infeksi pada pasien diabetes mellitus dengan tindakan non farmakologi. Kata kunci Kepustakaan : Ulkus, perawatan luka, infeksi : 38 (2007-2016) 1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 2 LATAR BELAKANG Gaya hidup yang modern dengan banyak pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat pada dewasa ini sudah menjadi tren dalam kehidupan, akan tetapi tanpa disadari dari pola hidup yang menyimpang ini membawa dampak yang negatif. Gaya hidup di perkotaan atau bahkan saat ini juga telah terjadi di pedesaan dengan pola makan yang tinggi lemak, garam dan gula mengakibatkan masyarakat cenderung mengkonsumsi makanan secara berlebihan, selain itu pola makan makanan yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian besar masyarakat, seperti gorengan jenis makanan yang murah meriah dan mudah didapat karena banyak dijual dipinggir jalan ini rasanya memang enak, tetapi mengakibatkan peningkatan kadar gula darah. Tubuh memerlukan bahan makanan yang sehat untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak, disamping itu tubuh juga memerlukan energi agar sel dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein. Dari gaya hidup atau pola hidup yang menyimpang maka sistem metabolisme tubuh akan mengalami perubahan yang akan menimbulkan penyakit degeneratif. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif tersebut (Clevo & Margareth: 2012). Diabetes mellitus berasal dari dua kata yaitu diabainei dari bahasa Yunani, yang artinya tembus atau pancuran air dan mellitus dari bahasa Latin yang berarti rasa manis. Jadi, diabetes mellitus merupakan kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein akibat dari defisiensi sekresi hormon insulin, aktifitas insulin atau keduanya serta defisiensi transporter glukosa atau keduanya. Seiring dengan perkembangan jaman, saat ini berada pada pertengahan transisi epidemiologi dimana penyakit degeneratif meningkat secara drastis. Transisi penyakit degeneratif mulai ditandai dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus yang dirawat inap di beberapa rumah sakit. Indonesia kini berada diantara sepuluh besar negara di dunia dengan penderita diabetes mellitus (Widyanto & Triwibowo: 2013 dan Lakshita: 2012). Diabetes mellitus atau disingkat dengan DM merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa di dalam darah (hyperglikemia) yang diakibatkan oleh kekurangan sekresi insulin, gangguan aktivitas insulin atau bahkan keduanya. Diabetes mellitus bisa terjadi jika insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas tidak cukup untuk mempertahankan gula darah dalam batas normal atau bila sel tubuh tidak mampu berespon dengan tepat sehingga akan muncul beberapa keluhan khas pada penderita diabetes mellitus yaitu poliuria, polidipsi, polifagia, penurunan berat badan, kelemahan, kesemutan, pandangan kabur dan disfungsi ereksi pada laki-laki serta pruritus vulvae pada wanita (Damayanti: 2015). Dalam kondisi yang normal sejumlah glukosa dari makanan akan bersirkulasi di dalam darah, kadar glukosa dalam darah akan diatur oleh insulin, yaitu hormon yang diproduksi oleh pakreas yang berfungsi untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah dengan cara mengatur pembentukan dan penyimpanan glukosa (Damayanti: 2015). Pada seseorang yang menderita diabetes mellitus, sel-sel yang berada di dalam tubuhnya berhenti berespon terhadap insulin atau pankreas berhenti Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 3 memproduksi insulin, hal ini dapat mengakibatkan hiperglikemia sehingga dapat terjadi komplikasi metabolik akut seperti gangguan mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropatik. Kelainan mikrovaskuler merupakan suatu pembentukan jaringan parut proliferatif yang terjadi di retina (retinopati diabetikum) yang dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit ginjal (nefropati diabetikum) yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Kelainan makrovaskuler dapat disebabkan oleh aterosklerosis yang dipercepat, yang ditimbulkan oleh peningkatan LDL plasma yang berakibat pada peningkatan kejadian stroke dan infark miokardium. Kelainan neuropatik (neuropati diabetikum) menyerang sistem saraf otonom dan saraf tepi. Neuropati diabetikum yang disertai dengan insufisiensi sirkulasi aterosklerotik di ekstremitas dan penurunan resistensi terhadap infeksi sehingga dapat terjadi ganggren dan ulkus kronis, terutama pada daerah kaki (Ganong: 2013). Pada pasien diabetes mellitus sering terjadi komplikasi berupa ulkus yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama yang berperan timbulnya ulkus pada penderita diabetes mellitus yaitu salah satunya adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensori. Gangguan sensori akan mengakibatkan kehilangan atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki, sehingga terjadi penurunan asupan nutrisi serta oksigen sehingga menyebabkan luka sulit sembuh. Infeksi merupakan komplikasi yang menyertai kaki diabetik akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga berpengaruh pada penyembuhan dari kaki diabetik pada penderita diabetes mellitus. Untuk itu, diperlukan perawatan luka yang tepat pada penderita diabetes mellitus agar tidak terjadi infeksi yang lebih parah (Mubarak, dkk: 2015). Seseorang bisa dikatakan mengidap diabetes mellitus jika terdapat kenaikan kadar gula darah yang menetap. Penyakit ini dapat terjadi pada kalangan semua umur, walaupun umumnya lebih sering dijumpai pada lanjut usia sebagai suatu penyakit kronis, yaitu sebesar 18% pada kelompok individu yang berumur 65 tahun dan 25% pada kelompok umur diatas 85 tahun (Agoes: 2011). Menurut study pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUD Salatiga pada tanggal 11 April 2016 dari catatan rekam medik didapatkan jumlah pasien dengan penyakit Diabetes Mellitus mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2013 berjumlah 421 kasus yang terjadi pada laki-laki sebanyak 172 orang (41%) dan perempuan sebanyak 249 orang (59%). Pada tahun 2014 kasus Diabetes Mellitus mengalami penurunan yaitu sejumlah 389 kasus yang terjadi pada laki-laki sebanyak 149 orang (38%) dan pada perempuan sebanyak 240 orang (62%). Pada tahun 2015 jumlah penderita Diabetes Mellitus berjumlah 241 kasus yang terjadi pada laki-laki sebanyak 101 orang (42%) dan pada perempuan sebanyak 140 orang (58%). Sedangkan dari 241 kasus diabetes mellitus, 69 diantaranya menderita ulkus diabetes mellitus, yang terdiri dari 27 pasien laki-laki dan 42 pasien perempuan. Dimana penderita diabetes mellitus didominiasi oleh perempuan yaitu sebanyak 42 orang. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik melakukan pengelolaan kasus dengan judul “Pengelolaan Pencegahan Resiko Infeksi Ulkus Pedis pada Ny.M dengan Diabetes Mellitus di Ruang Flamboyan 3 RSUD Salatiga”. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 4 METODE PENGELOLAAN Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal dalam berfikir kritis dan pengambilan keputusan yang menghasilkan diagnosis keperawatan. Pengkajian atau juga disebut proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu sebelumnya, pengkajian terdiri dari dua cara yaitu autoanamnesa dan alloanamnesa. Autoanamnesa adalah pengumpulan dan verifikasi data dari sumber primer atau langsung dari pasien, sedangkan alloanamnesa pengumpulan dan verifikasi data dari sumber sekunder atau informasi dari orang lain seperti keluarga, tenaga kesehatan, rekam medis dan lain-lain (Wilkinson: 2016 dan Potter & Perry: 2010).Dalam pengkajian pada pasien dapat dilakukan yaitu: pengkajian kesehatan masa lalu, pengkajian system integument dan data laboratorium. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada Ny.M dengan intervensi pertama yaitu kaji keadaan umum pasien. Intervensi kedua yaitu pantau tanda dan gejala infeksi. Intervensi ketiga yaitu kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Intervensi keempat yaitu lakukan perawatan luka atau perawatan kulit secara rutin. Intervensi kelima yaitu berikan terapi sesuai advis dokter untuk mencegah terjadinya infeksi dan sepsis dalam penanganan farmakologi. Hasil Pengelolaan Implementasi pada Ny.M sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan, yaitu mengkaji keadaan umum pasien, memantau tanda dan gejala infeksi, mengkaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, melakukan perawatan luka atau perawatan kulit secara rutin dan memberikan terapi injeksi Ceftriaxone 2x1 gr, IV/12 jam. Pembahasan Tindakan observasi keadaan umum pasien dilakukan karena keadaan umum pasien dapat menggambarkan kondisi fisik pasien pada saat sebelum melakukan tindakan, sehingga bisa melakukan tindakan lebih lanjut. Hal ini didukung oleh Nurarif (2013) yaitu keadaan umum menggambarkan kondisi fisik, dan tingkat kesadaran. Intervensi lain yaitu pantau tanda dan gejala infeksi bertujuan untuk memantau perbaikan luka dan mencegah terjadinya penyebaran infeksi. Berdasarkan Mubarak (2015), memantau tanda dan gejala infeksi pada penderita diabetes dilakukan untuk membantu menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya, seperti melakukan tindakan pengkajian tanda dan gejala resiko infeksi yaitu tumor (bengkak), kalor (panas), dolor (merah), rubor (nyeri) dan fungsio laesa (gangguang fungsi). Intervensi lainnya yaitu kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi yang meluas. Hal ini didukung oleh Potter & Perry (2010) yang mengatakan bahwa ada banyak faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, salah satunya adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan sangat mempengaruhi terjadinya infeksi pada ulkus diabetikum karena lingkungan yang tidak bersih atau kotor dapat menyebarkan kuman atau mikroorganisme lewat udara maupun kontak langsung dengan luka serta infeksi nosokomial. Intervensi lain yaitu lakukan perawatan luka atau perawatan kulit secara rutin bertujuan untuk Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 5 meningkatkan sirkulasi perifer yang terganggu sehingga tidak terjadi peningkatan resiko terjadinya iritasi kulit dan infeksi pada luka. Hal ini didukung oleh penelitian Hasan (2014), dalam perawatan luka ulkus diabetikum dapat mempengaruhi terjadinya infeksi, ulkus diabetik kalau tidak segera mendapatkan pengobatan dan perawatan, maka akan mudah terjadi infeksi yang segera meluas dan dalam keadaan lebih lanjut memerlukan tindakan amputasi bahkan kematian. Amputasi dan kematian pada pasien ulkus diabetikum ini dapat disebabkan oleh kegagalan dalam penyembuhan (delayed healing) yang berlanjut pada infeksi lokal maupun general. Infeksi sangat berpengaruh terhadap penyembuhan luka karena infeksi dapat memperlambat proses penyembuhan luka. Infeksi dapat terjadi jika kadar glukosa darah dalam tubuh tinggi sehingga luka menjadi tempat yang baik untuk pertumbuhan kuman, seperti kuman aerob Staphylococcus atau Streptococcus serta kuman anaerob yaitu Clostridium perfringens, Clostridiumnovy dan Clostridium septikum, infeksi juga dapat terjadi selama persiapan perawatan, selama perawatan, dan setelah perawatan luka tidak dilakukan dengan prinsip aseptik dan antiseptik yang baik. Intervensi lain yaitu yaitu berikan terapi sesuai advis dokter dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi dan sepsis dalam penanganan farmakologi. Menurut Mubarak dkk (2015) mengatakan bahwa pemberian terapi farmakologi biasanya diberikan per oral dan per parental yang bersifat menghambat kuman gram positif dan gram negatif sesuai kepekaan kuman sehingga dapat menurunkan terjadinya infeksi pada ulkus diabetikum pada penderita diabetes mellitus. Kesimpulan Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam didapatkan data subyektif pasien mengatakan luka terasa nyeri saat ditekan dan pasien mengatakan badan terasa lemah, respon obyektif keadaan umum pasien lemah, luka tampak bersih, tampak kemerahan dan terdapat jaringan nekrosis berwarna kehitaman serta sulit untuk gunakan berjalan. Sehingga kesimpulan diatas adalah masalah resiko infeksi adalah belum teratasi. Sehubungan dengan hal tersebut diharapkan bagi RSUD Salatiga untuk membuat bangsal khusus penderita DM serta menyediakan ruangan khusus untuk senam DM agar pengelolaan pasien DM lebih optimal dan mempercepat proses penyembuhan. Daftar Pustaka Abata, Q. (2014). Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Lengkap. Jawa Timur: Yayasan PP Al-Furqon. Agoes, A. H., dkk. (2011). Penyakit Di Usia Tua. Jakarta: EGC. Astriana, D., Komariah, M., (2012). Perbedaan Tingkat Odor Yang Dipersepsikan Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Angkatan 2007 Saat Merawat Tiga Jenis Luka Kronis. http://jurnal.unpad.ac.id/ejourn al/ article/download/611/665. Diakses pada tanggal 11 Mei 2016 pukul 13.05 WIB. Bulechek, G. M., Buther, H. K., Dochterman,J. M., & Wagner, C. M., (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) (6th Ed). USA: Elsevier Mosby. Burnner & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 6 (Edisi 12). Alih Bahasa: Devi Yulianti dan Amelia Kimin. Jakarta: EGC. Carpenito, L., J. (2007). Buku saku diagnosa keperawatan (Edisi 10). Terjemahan: Yasmin Asih. Jakarta: EGC. Chris, Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika. Herdman, T. H., Kamitsuru,S. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017 (Edisi 10). Alih Bahasa: Budi Anna Keliat, dkk. Jakarta: EGC. T. (2014). Kapita Selekta Kedokteran (Edisi 4). Jakarta: Media Aesculapius. Kasim, F. (2015). Informasi Spesialite Obat Indonesia (Edisi 49). Jakarta: PT. ISFI. Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Kowalak, J. P., dkk. (2014). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC. Dinas Kesehatan. (2015). Buku Saku Kesehatan Triwulan 1 Tahun 2015. http://www.dinkesjatengprov.g o.id/. Diakses pada tangal 30 April pukul 09.32 AM. Ganong, W. F. (2013). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 22). Alih Bahasa: Brahm, U. Jakarta: EGC. Hariani & Perdanakusuma. (2008). Perawatan Ulkus Diabetes. http://journal.unair.ac.id. Diakses pata tanggal 17 Mei 2016 pukul 12.37 WIB. Hasan, D. R. N., Yusuf, Z. K., Djunaidi, R., (2014). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Proses Penyembuhan Ulkus Diabetikum. http://eprints.ung.ac.id/ 12307/2/2014-1-1-14201841410116-bab110082014015831.pdf. Diakses pada tanggal 16 Mei 2016 pukul 02.40 WIB. Hasdianah, H. R. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus: Pada Orang Dewasa dan Anak-anak Dengan Lakshita, N. (2012). Anak Aktif Bebas Diabetes. Yogyakarta: Javalitera. Moorhead, S., Johshon, M., Mass, L. M., & Swanson, E., (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health Outcomes (5th Ed). USA: Elsevier Mosby. Mubarak, dkk. (2015). Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam Praktik Keperawatan: Konsep dan Aplikasi dalam Praktik Klinik. Jakarta: Selemba Medika. Novitasari, R. (2012). Diabetes Mellitus: Dilengkapi Dengan senam Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Nuha Medika. Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika. Nurarif & Kusuma. (2013). Buku Aplikasi Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Mediaction. Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 7 Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan (Edisi 7), Buku 1. Terjemahan: Adrina Ferderika Nggie. Singapore: Selemba Medika. .(2010). Fundamental Keperawatan (Edisi 7), Buku 2, Terjemahan: Adrina Ferderika Nggie dan Marina Albar. Singapore: Selemba Medika. .(2010). Fundamental Keperawatan (Edisi 7), Buku 3, Terjemahan: Diah Nur Fitriani, Onny Tampubolon dan Farah Diba. Singapore: Selemba Medika. Purnamasari & Poerwantoro. (2013). Diabetes mellitus dengan Penyulit Kronis. http://indonesia.digitaljournals. org. Diakses pada tanggal 17 Mei 2016 pukul 11.26 WIB. Rendy & Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika. Rohmah & Walid. (2014). Proses Keperawatan Teori & Aplikasi: Dilengkapi dengan NOC-NIC & Aplikasi pada Berbagai Kasus. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Sistem Endokrin. Jakarta: CV. Trans Info Media. Tyekyan, R. M. S., (2007). Risiko Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 Dikalangan Peminum Kopi Di Kota Madya Palembang Tahun 2006-2007. http://journal.ui.ac.id/ index.php/health/article/viewFil e/250/246. Diakses pada tanggal 8 Mei pukul 20.10 WIB. Widyanto & Triwibowo. (2013). Trend Disease: Trend Penyakit Saat Ini. Jakarta: CV. Trans Info Media. Wijaya & Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Keperawatan Dewasa Teori Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika. Wilkinson & Ahern. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosa NANDA, Intervensi NIC dan Kriteria Hasil/NOC (Edisi 9). Alih Bahasa: Esty Wahyuningsih. Jakarta: EGC. Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC dan Kriteria Hasil/NOC (Edisi 10). Alih Bahasa: Esty Wahyuningsih. Jakarta: EGC. RSUD. Salatiga. (2016). Rekam Medik RSUD. Salatiga. Smeltzer, S. C. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (Edisi 8), Volume 2. Jakarta: EGC. Suyono, dkk. (2013). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Edisi Kedua. Jakarta: FKUI. Tarwoto, dkk. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo