Penyebaran Mineral di Tanatoraja

advertisement
Penyebaran Mineral di Tanatoraja
Ema Fita1
1
Program Studi Geofisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Hasanuddin
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Litoteknik Tanatoraja merupakan daerah busur magmatik bagian barat yang di intrusif oleh
batuan asam dan volkanik. Mineral yang terdapat di daerah ini adalah kelompok Plagioklas. Hal
ini, dapat diketahui dengan metode lapangan. Penelitian ini menghasilkan kristalisasi Plagioklas
Ca – Plagioklas Na.
Keywords : Litoteknik, Plagioklas Ca, Plagioklas Na, , volkanik
PENDAHULUAN
Kecamatan Sangalla berada di bagian timur
Kota Makale yang mempunyai luas kurang
lebih 112,76 km2 dengan batas-batas: di
sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Sanggalangi, di sebelah selatan dengan
Kecamatan Mengkendek, di sebelah barat
dengan Kecamatan Makale dan di sebelah
timur dengan Kecamatan Buntao Rantebua.
Morfologi Kecamatan Sangalla dikelilingi
oleh bukit-bukit kars (buntu dalam bahasa
Toraja) dan yang terkenal ada 8 buah bukit
yaitu Buntu Tongko, Buntu Kote, Buntu
Batubakka, Buntu Burake, Buntu Tipodang,
Buntu Kandora, Buntu Issong dan Buntu
Kaero. Pada dasar bukit-bukit inilah muncul
mata air yang mengalir kearah lembah
Sangalla dan menjadi sumber air baik bagi
kehidupan sehari-hari maupun untuk
persawahan. Air yang bersumber dari kaki
bukit tersebut mengalir secara gravitasi dari
persawahan yang lebih tinggi ke persawahan
di bawahnya melalui saluran yang dikelola
secara sederhana oleh masyarakat setempat
(Lantu,dkk.2007).
Geologi Struktur Daerah Penelitian
Struktur Geologi adalah bagian dari ilmu
geologi yang mempelajari tentang bentuk
(arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses
deformasi. Adapun deformasi batuan adalah
perubahan bentuk dan ukuran pada batuan
sebagai akibat dari gaya yang bekerja di
dalam bumi. Secara umum pengertian
geologi struktur adalah ilmu yang
mempelajari tentang bentuk arsitektur
batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta
menjelaskan
proses
pembentukannya.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa
geologi struktur lebih ditekankan pada studi
mengenai unsur-unsur struktur geologi,
seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture),
patahan (fault), dan
sebagainya yang merupakan bagian dari
satuan tektonik (tectonic unit)
Struktur Geologi meliputi struktur Primer
dan struktur Sekunder, yaitu :
1. Struktur Primer adalah struktur yang
berbentuk saat pembentukan batuan,
misalnya struktur sedimen pada
batuan sedimen, struktur aliran pada
batuan beku dan struktur foliasi pada
batuan metamorf
2. Struktur Sekunder adalah struktur
yang terbentuk setelah proses
pembentukan batuan terutama akibat
adanya tegasan eksternal yang
bekerja selama ataupun setelah
pembentukan
batuan.
Contoh
struktur sekunder adalah kekar,
sesar, dan lipatan (Noor,2009).
Struktur geologi didominasi oleh struktur
lipatan dan zone sesar geser yang umumnya
berarah utara-selatan. Pada bagian tengah
wilayah struktur batuan dicirikan oleh
adanya pelipatan sinklin yang menyebabkan
singkapan batuan berupa bukit-bukit karts
antara lain: Buntu Tinoring (1278 m), Buntu
Kandora (1314 m), Buntu Burake (1094 m).
Singkapan-singkapan batuan ini dapat
disaksikan di sepanjang jalan utama
kabupaten (DISHUTBUN TATOR,2011).
Berdasarkan Peta Geologi Regional Skala 1
: 250.000 lembar Majene (2013) dan lembar
Palopo Bagian Barat (2012) yang
dipublikasikan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi (1998) jenis batuan
di Kabupaten Tanatoraja terdiri atas batuan
gunung api, batuan sedimen, batuan
metamorfik dan batuan beku. Kelompok
batuan tertua merupakan batuan Formasi
Latimojong (Kls) yang terbentuk pada
periode kapur akhir sedangkan satuan
batuan berumur paling muda adalah Formasi
Tuff Baruppu’ (Qbt) yang terbentuk akibat
aktivitas vulkanisme asam pada periode
Kuarter, berdasarkan ciri litologinya batuanbatuan tersebut dikelompokkan atas
(DISHUTBUN TATOR,2011):
1.
Formasi Latimojong (Kls), Satuan ini
merupakan batuan metamorfik yang
tertua dalam litologi Kabupaten Tana
Toraja
terbentuk
pada
era
mesozoikum tepatnya pada periode
kapur akhir. Batuannya terdiri dari
batusabak, kuarsit, filit, batupasir
kuarsa malih, batulanau malih dan
pualam,
setempat
batulempung
malih.
2.
Formasi Toraja (Tets), Satuan ini
merupakan batuan sedimen karbonat
yang terbentuk pada kala Eosen
batuannya terdiri dari serpih,
batugamping, batupasir kuarsa,
konglomerat, dan setempat batubara
3.
Formasi Makale (Tomm), Satuan ini
merupakan batuan sedimen yang
terbentuk pada periode Tersier
(Oligosen-Miosen awal). Batuannya
berupa batugamping terumbu yang
membentuk bukit-bukit karts.
4.
Formasi Date (Tomd), Satuan ini
tersusun dari napal yang diselingi
batulanau gampingan dan batupasir
gampingan. Terbentuk pada periode
Tersier (Oligosen-Miosen).
5. Formasi Batuan Terobosan (Tmpi),
Satuan ini terdiri dari granit,
granidiorit, riolit, diorit dan aplit.
Merupakan batuan beku bersifat
asam yang terbentuk pada periode
Tersier (Mio-Pliosen)
6. Formasi Batuan Gunungapi Tineba
(Tmtv), Satuan ini merupakan hasil
endapan vulkanik yang terbentuk
pada kala Miosen. Batuan yang
menyusun berupa lava andesit, basalt
dan latit kuarsa.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa
daerah Makale dan sekitarnya (termasuk
Sangalla) umumnya disusun oleh batuan
karbonat (carbonate rocks) dari Formasi
Toraja dan Makale. Batuan-batuan ini
merupakan batuan yang mudah mengalami
karstifikasi. Sebagaimana daerah-daerah
kars, wilayah Makale dan sekitarnya juga
mempunyai
penampang
kars
yang
terdiri dari batuan terlarut, gua-gua
termasuk ornamen-ornamen gua dan
sungai-sungai
bawah
tanah
(Lantu,dkk.2007).
Mineral
Mineral dapat didefinisikan sebagai bahan
padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur
kimiawi dalam perbandingan tertentu,
dimana atom-atom didalamnya tersusun
mengikuti suatu pola yang sistematis.
Mineral dapat dijumpai dimana-mana dan
berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir
yang diendapkan pada
dasar sungai.
Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki
sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padat,
sebagai perwujudan dari susunan yang
teratur didalamnya. Apabila kondisinya
memungkinkan, mineral akan dibatasi oleh
bidang-bidang rata dan diasumsikan sebagai
bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal
sebagai kristal.
Gambar II.2 Reaksi Bowen (Yuwono,
1989)
Reaksi
Bowen
pada
gambar
II.2
menunjukan suatu bagan susunan mineral –
mineral pembentuk batuan beku yang terdiri
dari 2 bagian. Mineral tersebut dapat
digolongkan menjadi 2 bagian besar yaitu
mineral mafik (berwarna gelap) pada bagian
kiri dan mineral Felsik (berwarna terang)
pada bagian kanan.
1. Discontinous Series
Pada bagian sebelah kiri adalah
Deret Discontinous dimana deret ini
terbentuk dari mineral Ferromagnesian
Silikat. Mineral yang terbentuk pada suhu
tertinggi adalah Olivine, tetapi pada magma
yang jenuh oleh SiO2 maka mineral
Pyroxyne lah yang akan terbentuk terlebih
dahulu. Olivine dan Pyroxyne ini disebut
pasangan “Ingcongruent melting” dimana
Olivine akan bereaksi dengan larutan sisa
dan membentuk Pyroxyne. Temperatur
menurun terus dan pembentukan mineral
berjalan sesuai dengan temperaturnya.
Mineral yang terakhir terbentuk adalah
Biotit yang berarti semua besi dan
magnesium dalam larutan magma telah
habis dipergunakan untuk membentuk
mineral.
2. Continous Series
Mineral sebelah kanan terdiri dari
mineral – mineral kelompok Plagioklas.
Maksud dari continuous series adalah
mineral awal akan turut serta dalam
pembentukan mineral selanjutnya. Reaksi
berubahnya komposisi Plagioklas ini
dinamakan “Solid Solution” yang artinya
kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika
reaksi setimbang akan berjalan menerus.
Saat mineral kehilangan Ca maka Na akan
menggantikan tempat Ca sehingga semakin
kebawah semakin sedikit Ca dan semakin
banyak Na, begitu juga sebaliknya semakin
keatas maka semakin kaya Ca semakin
miskin Na. Dalam hal ini Anorthite adalah
jenis Plagioklas yang kaya Ca sedangkan
Albit adalah Plagioklas kaya Na.
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri
bertemu pada mineral Potasium Feldspar ke
mineral Muskovit dan yang terakhir mineral
Kuarsa, maka mineral Kuarsa merupakan
mineral yang paling stabil diantara seluruh
mineral Felsik atau mineral Mafik, dan
sebaliknya mineral yang terbentuk pertama
kali adalah mineral yang sangat tidak stabil
dan mudah sekali terubah menjadi mineral
lain.
Secara umum zona utama endapan mineral
dapat dibedakan atas tiga jenis:
1. Endapan mineral yang berkaitan
dengan zona subduksi. Lokasi
penyebarannya luas, endapan dapat
dibentuk dekat palung laut dan
sekitar penunjaman
lempeng.
Endapannya dapat
mengalami
beberapa perubahan besar oleh
berbagai proses metamorfosa atau
secara aktif dapat dibentuk oleh
lingkungan yang unik dari zona
subduksi dan lingkungan magma;
2. Endapan mineral yang terbentuk
pada zona divergen, dimana terjadi
pembentukan materi baru yang
diikuti oleh penyebaran lantai
samudera ditempat tersebut;
3. Endapan yang berada dalam transit
pada lempeng tektonik yang belum
mencapai zona subduksi. Endapan
ini dapat terbentuk pada sumbu
pemekaran atau pada lekuk dan
cekungan samudera (Massinai, dkk,
2013).
KESIMPULAN
1. Daerah penelitian terdiri dari
kelompok Plagioklas.
2. Kristalisasi
terbentuk
ditandai
dengan terjadinya Plagioklas Ca dan
Plagioklas Na
DAFTAR PUSTAKA
Lantu,dkk. 2007. Landscape Lembah
Sangalla dan Sekitarnya. Jurusan
Fisika Fakultas MIPA, Universitas
Hasanuddin: Makassar.
Massinai, dkk. 2013. Inventarisasi Zona
Mineralisasi Panasbumi dan Batubara
di Kabupaten Donggala Sulawesi
Tengah, Laporan Akhir Pemetaan
Geologi Dan Inventarisasi Sumber
Daya
Mineral
Dan
Batubara
Perwilayah Kecamatan.
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi.
Bogor: Program Studi Teknik
Geologi Fakultas Teknik Universitas
Pakuan.
Yuwono, Yustinus Suyatno. 1989. Petrologi
dan
Mineralogi
Gunung
Lompobattang, Sulawesi Selatan,
Jakarta: Jurusan Geologi FTM-ITB.
Download