AFIKSASI PEMBENTUK VERBA DALAM TEKS BERITA SISWA KELAS VIII DI SMP DARUL MUTTAQIEN JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan oleh Anggraini Prastikasari 1110013000112 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 AFIKSASI PEMBENTUK VBRBA DALAM TEKS BERITA SISWA KELAS,VTII DT SMP DARUL MUTTAQIEN JAKARTA IAHUN PELAJARAN 2013/2014 Skripsi Diajukan kepada Fakultas limu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Anggraini Prastikasari NrM. 1110013000112 Di Bawah Bimbingan, trry Dioko Kentiono, MA JURUS$I PENDIDIKAI\I BAHASA DA}t SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBTYAII DAN KEGURUAN UNTYERSITAS TSLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATT]LLAH JAKARTA 2015 LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul "Afiksasi Pembentuk Verba dalam Teks Berita Siswa Kelas VIII di SMp Darul Muttaqien Jakarta Tahun Pelajaran 201312014" disusun oleh A,ggraini prastikasari, NIM 1110013000112, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada 07 April 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.pd) dalam bidang PendiCikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta, 16 Panitian Ujian Munaqasah Ketua Panitia (PLT Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal lG Dra. Hindun. M.Pd NIP. 19701 215 200912 2 001 An,:l Av\h I Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) lb h,i t aos Dona Aii Kanrnia p. N{.A NiP. 1 984A4092A1 101 10 i 5 Penguji I Dona Aii Karunia NIP. 1984040920n Penguji p" It knl aou M.A 01 101s II IC Dra. Hindun. l\l.Pd NrP. 19701 215 200912 2 001 Mengetahui, Dekan Fak Ilmu Tarbiyah da NiP. 195504 98203 1 007 April 2015 SURAT PERI{YATAAN KARYA SENDIRI Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Anggraini Prastikasari Tempat, Tanggal Lahir : Jakartq'12 Agustus 1992 NIM :1110013000112 Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Semester :fX Judul Skripsi : Afilcsasi Pembentuk Verba Dalam Telcs Berita Siswa Kelas VIII di SllP Darul Muttaqien Jakarta Tahun Pelajoran Dosen Pembimbing : 20 I 3/201 4 Djoko Kentionq, MA Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Jakart4 19 Maret 2015 Anggraini Piastikasari NIM 1110013000112 ABSTRAK Anggraini Prastikasari, NIM : 1110013000112, 2015, “Afiksasi Pembentuk Verba dalam Teks Berita Siswa Kelas VIII di SMP Darul Muttaqien Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014”, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Pembimbing: Djoko Kentjono, MA. Penelitian ini menganalisis penggunaan afiksasi pembentuk verba pada teks berita siswa kelas VIII di SMP Darul Muttaqien Jakarta. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra Indonesia. Menulis berita termasuk keterampilan menulis yang ada dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas VIII SMP. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan afiksasi pembentuk verba dalam teks berita siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan afiksasi pembentuk verba dalam teks berita siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu observasi. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes kepada siswa. Data yang terkumpul sebanyak 30 data, tetapi hanya 12 data yang dianalisis berdasarkan pertimbangan banyaknya penggunaan afiksasi verba di dalam data tersebut. Data tersebut dianalisis menggunakan teori afiksasi pembentuk verba. Afiksasi verba yang digunakan siswa cukup beragam, mencakup 10 jenis afiks, yaitu prefiks me-, prefiks ber-, prefiks di-, prefiks ke-, sufiks –kan, sufiks -i, konfiks ber-an, konfiks ke-an dan an. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memahami penggunaan afiksasi verba. Kata kunci: Afiksasi verba, teks berita. i diantaranya prefiks ter-, klofiks bersiswa telah ABSTRACT AnggrainiPrastikasari, 1110013000112, 2014, "Verbalizer Affixes in News Item of 8th Grade Student in SMP DarulMuttaqien, Jakarta 2013/2014", majoring Indonesia Language and Literature Education, Faculty of Education, Islamic State University SyarifHidayatullah, Jakarta. Advisor: DjokoKentjono, MA. This research analyses verbalizer affixes in the news item written by 8th grade students of SMP DarulMuttaqien, Jakarta. Learning Bahasa Indonesia aims to increase students' communicating skill in Bahasa Indonesia both written and spoken, and also to enhance appreciation toward Indonesians literature. Writing news item is the skill that should be learnt based on the lesson plan for 8th grade students. This research aims to describe the use of verbalizer affixes in students’ news item. This research uses qualitative approach. The purpose of this research is to describe the use of verbalizer affixes in students’ news item. The researcher collects the data by using observation methodology. She conducted this research by giving a task to students. There are 30 samples collected, but only 12 samples that have been analyzed by considering the number of verbalizer affixes in those samples. Later, those samples are analyzed by using verbalizer affixes theory. Verbalizer affixes which are used by students were various, consist of ten kinds of affixes: prefix me-, prefix ber-, prefix di-, prefix ter-, prefix ke-, suffix – kan, suffix –i, circumfix ber-an, circumfix ke-an, klofix ber-an. By seeing those samples, the result of this research shows that students have understood the usage of verbalizer affixes. Keyword: verbalizer affixes, news item. ii KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat serta kekuatan-Nya kepada penulis sehingga diberikan kemudahan untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Afiksasi Pembentuk Verba dalam Teks Berita Siswa Kelas VIII di SMP Darul Muttaqien Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penulis menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini merupakan hasil kerja penulis yang tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, baik dukungan berupa doa, semangat, maupun bahan-bahan yang dibutuhkan bagi penyempurnaan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan FITK UIN Jakarta yang telah mempermudah dan melancarkan penyelesaian skripsi ini; 2. Ibu Dra. Hindun, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah melancarkan penyelesaian skripsi ini; 3. Bapak Djoko Kentjono, MA., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis selama ini; 4. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selama ini telah membekali penulis dengan ilmu yang tak ternilai harganya; 5. Segenap staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta staf perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; iii 6. Ibu Dra. Hj. Siti Nuraisyah. Selaku Kepala Sekolah SMP Darul Muttaqien yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian skripsi ini; 7. Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan maksimalnya dalam hal lahir dan batin yang begitu tulusnya; 8. Penyemangat yang selalu memberi semangat serta doa yang begitu tulusnya; 9. Sahabat-sahabat penulis, Naila Sa’adah, Nurfayerni, Nurfitria Harnia, Ihda Auliaunnisa, Nissa Kurniasih dan Eva Aulia, yang selalu setia memberi dukungan, movitasi, dan doa; 10. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa PBSI angkatan 2010, khususnya kelas C, terima kasih atas informasi serta semangat, canda, dan tawa yang diberikan selama kuliah. Semoga semua bantuan, dukungan serta doa yang diberikan kepada penulis senantiasa mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Aamiin. Akhirnya, penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi wawasan bagi cakrawala ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan dan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Jakarta, 19 Maret 2015 Penulis iv DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK ............................................................................................................i ABSTRACT ...........................................................................................................ii KATA PENGANTAR ........................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................... v DAFTAR TABEL.................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................4 C. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................4 D. Tujuan Penelitian .....................................................................................5 E. Manfaat Penelitian ...................................................................................5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kata ..........................................................................................................6 1. Hakikat Kata.............................................................................................6 2. Hakikat Kata Berimbuhan (Afiksasi) .......................................................7 v 3. Jenis Imbuhan (Afiks) ..............................................................................8 a. Awalan atau Prefiks ...........................................................................9 b. Imbuhan Terbagi atau Klofiks ...........................................................10 c. Sisispan atau Infiks ............................................................................12 d. Akhiran atau Sufiks ............................................................................12 B. Kata Kerja (Verba) ...................................................................................13 C. Afiksasi Pembentuk Kata Kerja (verba) ..................................................15 1. Prefiks ber- ...............................................................................................15 2. Prefiks per- ..............................................................................................17 3. Prefiks me- ..............................................................................................18 4. Prefiks di- ................................................................................................21 5. Prefiks ter- ...............................................................................................21 6. Prefiks ke- ................................................................................................23 7. Konfiks dan Klofiks ber-an ....................................................................23 8. Klofiks ber-kan .......................................................................................24 9. Konfiks per-kan ......................................................................................24 10. Konfiks per-i ...........................................................................................25 11. Konfiks ke-an ..........................................................................................25 12. Sufiks –kan ..............................................................................................26 13. Sufiks –i ..................................................................................................26 D. Berita .............................................................................................................28 1. Hakikat Berita .........................................................................................28 2. Menulis Berita ..........................................................................................29 E. Penelitian yang Relevan ................................................................................30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................33 B. Pendekatan .....................................................................................................33 vi C. Data dan Sumber Data ...................................................................................34 D. Korpus Data ..................................................................................................34 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................34 F. Teknik Analisis Data ......................................................................................35 BAB IV ANALISIS A. Profil Sekolah .................................................................................................36 B. Deskripsi Data Secara Umum .......................................................................44 C. Analisis ..........................................................................................................44 BAB V PENUTUP A. Simpulan .......................................................................................................104 B. Saran ...............................................................................................................105 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................107 LAMPIRAN - LAMPIRAN vii DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Proses Afiksasi Awalan atau Prefiks ................................................... 10 Tabel 2.2 Proses Afiksasi Imbuhan Terbagi atau Konfiks ................................... 11 Tabel 2.3 Proses Afiksasi Imbuhan Gabungan atau Klofiks ................................ 11 Tabel 2.4 Proses Afiksasi Sisipan atau Infiks ...................................................... 12 Tabel 2.5 Proses Afiksasi Akhiran atau Sufiks .................................................... 12 Tabel 4.1 Jumlah Personal di SMP Darul Muttaqien .......................................... 42 Tabel 4.2 Jumlah Siswa di SMP Darul Muttaqien ............................................... 43 Tabel 4.3 Analisis Afiksasi Verba Data 1 ............................................................ 53 Tabel 4.4 Analisis Afiksasi Verba Data 2 ............................................................ 57 Tabel 4.5 Analisis Afiksasi Verba Data 3 ............................................................ 61 Tabel 4.6 Analisis Afiksasi Verba Data 4 ............................................................ 66 Tabel 4.7 Analisis Afiksasi Verba Data 5 ............................................................. 70 Tabel 4.8 Analisis Afiksasi Verba Data 6 ............................................................. 74 Tabel 4.9 Analisis Afiksasi Verba Data 7 ............................................................ 77 Tabel 4.10 Analisis Afiksasi Verba Data 8 .......................................................... 82 Tabel 4.11 Analisis Afiksasi Verba Data 9 ........................................................... 86 Tabel 4.12 Analisis Afiksasi Verba Data 10 ........................................................ 89 Tabel 4.13 Analisis Afiksasi Verba Data 11 ........................................................ 96 Tabel 4.14 Analisis Afiksasi Verba Data 12 ......................................................... 98 viii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Uji Referensi Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 3 : Teks Berita Siswa Lampiran 4 : Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari Ketua Jurusan PBSI Lampiran 6 : Surat Keterangan Mengadakan Penelitian dari SMP Darul Muttaqien Jakarta Lampiran 7 : Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari SMP Darul Muttaqien Jakarta Lampiran 8 : Foto–foto saat Mengadakan Penelitian ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi antaranggota masyarakat, berupa lambang bunyi-suara, yang dihasilkan oleh alat-ucap manusia.1 Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri”.2 Dari dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sistem yang teratur berupa lambang bunyi yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran; bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi satu sama lain. Bahasa memang sangat dibutuhkan dalam berkomunikasi. Sebagai alat komunikasi dalam kehidupan, pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus semakin ditingkatkan. Hal itu dapat dilakukan pada semua bidang bahasa yang dianggap tepat dan dapat menunjang kesempurnaan bahasa Indonesia. Pada bidang morfologi misalnya, pembinaan dan pengembangan biasanya diarahkan pada proses pembentukan kata. Proses pembentukan kata tersebut dapat dilakukan dengan cara pembubuhan afiks atau afiksasi, pemajemukan, dan pengulangan atau reduplikasi. Proses pembentukan kata melalui afiksasi atau pembubuhan afiks (imbuhan), pada umumnya sangat berpotensi mengubah makna dan bentuk kata. Sebagai contoh: dapat dilihat pada kata kerja (verba) seperti baca, makan, dan jalan. Pembubuhan afiks pada kata-kata itu akan menghasilkan kata membaca, 1 Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1969), h. 16. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), Edisi IV, Cet. I, h. 116. 2 1 2 memakan dan berjalan. Jadi, proses pembubuhan afiks atau afiksasi sangat penting dan memerlukan ketelitian karena jika salah maka makna dan bentuknya akan menjadi tidak komunikatif. Kata-kata yang dapat dibubuhi imbuhan tidak hanya kata kerja (verba), tetapi juga kata benda (nomina), kata sifat (adjektiva), kata keterangan (adverbia), dan kata bilangan (numeralia). Akan tetapi untuk membatasi pembahasan penelitian ini hanya dititikberatkan pada afiksasi dalam kata kerja (verba). Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses morfologis yang mengubah sebuah leksem menjadi kata setelah mendapat afiks, yang dalam bahasa kita cukup banyak jumlahnya.3 Dalam bukunya Ramlan, kata kerja (verba) adalah kata yang menyatakan tindakan. Dalam bukunya Alwi, ciri-ciri kata kerja (verba) dapat diketahui dengan mengamati perilaku semantis, perilaku sintakstis, dan bentuk morfologisnya.4 Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis akan lebih terperinci memaparkan afiksasi verba di dalam pembahasan. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tidak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak di bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra Indonesia. Penggunaan afiksasi sangat penting dalam membentuk kata-kata sehingga memiliki arti yang dapat dimengerti. Atas dasar itulah penulis bertujuan untuk menelaah hasil tulisan siswa di SMP Darul Muttaqien dalam bentuk teks berita yang dibuat oleh siswa kelas VIII. 3 E. Zaenal Arifin dan Junaiyah, Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. 2009), Cet. III, h. 10. 4 Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat (fungsi, kategori, peran), (Bandung: PT. Refika Aditama. 2007), Cet. I, h. 76. 3 Menulis berita termasuk keterampilan menulis yang ada dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas VIII SMP. Berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian ataupun peristiwa yang sedang hangat. 5 Banyak informasi penting yang terkandung di dalam berita. Berita utama biasanya terkandung di awal isi berita. Unsur-unsur dalam sebuah berita adalah 5W+1H (what, who, why, when, where, dan how). Teknik menulis berita pada dasarnya sama dengan menulis atau mengarang pada umumnya. Perbedaannya hanyalah terletak pada sumber tulisan. Jika kita menulis cerita sumbernya adalah imajinasi, tetapi jika kita menulis berita sumbernya adalah peristiwa atau hal-hal nyata yang benar-benar terjadi. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis berita adalah sebagai berikut.6 Pertama, menentukan peristiwa sebagai objek berita; kedua, mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan peristiwa tersebut; ketiga, menyusun kerangka penulisan; keempat, mengembangkan kerangka penulisan dalam bentuk berita; kelima, menyunting atau mengedit berita hasil penulisan; keenam, mempublikasikan tulisan melalui majalah dinding atau media massa. Dalam menulis berita perlu diketahui hal-hal berikut:7 pertama, judul berita sesuai dengan keseluruhan isi berita dan menarik sehingga dapat menimbulkan minat pembaca untuk mengetahui isi berita, isi berita singkat, padat dan mudah dipahami; kedua, isi berita hendaknya meliputi 5W dan 1H. Dari pembahasan di atas, diharapkan siswa dapat mengekspresikan kemampuan menulisnya ke dalam teks berita. Dalam pemaparan di atas, penulis akan mengkaji kata kerja (verba) yang mengandung imbuhan. Kata-kata berimbuhan (berafiks) dapat dibagi atas katakata yang mengandung prefiks, infiks, sufiks, konfiks, dan klofiks. Sebagaimana 5 Tim penulis. TAKTIS Strategi Akurat dan Praktis Bahasa Indonesia untuk SMP, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), h. 1. 6 Sri Ety Muchtinah, dkk. Bahan Ajar Smart Bahasa Indonesia, (Jakarta: t.p., t.t.), h. 40. 7 Ibid. 4 yang telah diuraikan di atas kata-kata yang mengandung afiks tidak hanya kata kerja (verba), tetapi juga kata benda (nomina), kata sifat (adjektiva), kata keterangan (adverbia), dan kata bilangan (numeralia). Akan tetapi agar uraian ini lebih menyempit, maka yang dititikberatkan adalah afiksasi pembentuk verba (kata kerja) dalam teks berita siswa kelas VIII di SMP Darul Muttaqien Jakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah-masalah yang dapat timbul adalah sebagai berikut: 1 Kurangnya pemahaman siswa dalam penggunaan afiks pembentuk verba. 2 Rendahnya minat siswa dalam menulis. 3 Kurang tepatnya metode dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru. C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah masalah afiksasi. Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan terperinci, penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada aspek afiks yang membentuk verba dalam teks berita siswa kelas VIII di SMP Darul Muttaqien Jakarta. 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan afiksasi pembentuk verba dalam teks berita siswa kelas VIII di SMP Darul Muttaqien Jakarta tahun pelajaran 2013/2014?. Peneliti akan melihat kemampuan siswa menggunakan afiksasi verba dalam teks berita yang dibuatnya. 5 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan afiksasi pembentuk verba dalam teks berita siswa. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru Bahasa Indonesia, penelitian ini dapat memberikan gambaran terhadap kemampuan dan pemahaman siswa terhadap afiksasi pembentukan verba. 2. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi pengetahuan dalam bidang linguistik, khususnya pemakaian afiksasi pembentuk verba. 3. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat dijadikan sumber penelitian lebih lanjut khususnya mengenai pemakaian afiksasi pembentuk verba juga sebagai bahan ajar ketika ia menjadi guru di masa yang akan datang. BAB II LANDASAN TEORI A. Kata 1. Hakikat Kata Istilah kata memang sering kita dengar bahkan kita gunakan dalam berbagai kesempatan dan untuk segala keperluan. Tetapi kata kata ini merupakan satu masalah yang sering dihadapi oleh para linguis dalam linguistik. Para linguis hingga dewasa ini, belum pernah mempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang disebut kata. Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.1 Lain halnya dengan pengertian kata menurut Leonard Bloomfield, kata adalah satu bentuk yang dapat diujarkan tersendiri dan bermakna, tetapi bentuk itu tidak dapat dipisahkan atas bagian-bagian yang satu di antaranya (mungkin juga semua) tidak dapat diujarkan tersendiri (bermakna).2 Linguis lainnya mengungkapkan bahwa kata adalah satuan ujaran bebas terkecil yang bermakna.3 Dalam bahasa ada bentuk (seperti kata) yang dapat “dipotong-potong” menjadi bagian yang lebih kecil, yang kemudian dapat dipotong lagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi sampai ke bentuk yang, jika dipotong lagi, tidak mempunyai makna.4 Kata mempercepat misalnya, dapat kita potong sebagai berikut: mem-percepat per-cepat 1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), Edisi IV, Cet. I, h. 633. 2 Jos Daniel Parera, Morfologi Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 2. 3 Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. I, h. 5. 4 Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 28. 6 7 Jika kata cepat dipotong lagi, maka ce- dan –pat masing-masing tidak mempunyai makna. Bentuk mem-, per-, dan cepat disebut morfem. Morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan yang dapat dibedakan artinya.5 Para tata bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian terhadap kata berdasarkan arti dan ortografi. Menurut mereka kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti.6 Kata mendapatkan tempat yang penting dalam analisis bahasa dan kata adalah satu kesatuan sintaksis dalam tutur atau kalimat. Kata dapat merupakan satu kesatuan penuh dan komplet dalam ujar sebuah bahasa, kecuali partikel. Kata dapat ditersendirikan atau dapat dipisahkan dari yang lain dan dipindahkan pula.7 Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa dengan adanya proses morfologis maka akan terbentuk kata. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.8 Dari pengertian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa proses morfologis ialah peristiwa pembentukan kata dari morfem. Suatu kata yang sudah terbentuk belum tentu dapat dikatakan jadi atau siap pakai. Artinya, pemakaian kata dasar saja tidak cukup dalam suatu kalimat, tetapi memerlukan kata-kata yang berbentuk lain, dalam hal ini misalnya kata berimbuhan (berafiks). 2. Hakikat Kata Berimbuhan (Afiksasi) Berkomunikasi merupakan kebutuhan menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Kelancaran 5 Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1969), h. 52. Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet. III, h. 162. 7 Jos Daniel Parera, Morfologi Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 4. 8 Samsuri, Analisis Bahasa, (memahami bahasa secara ilmiah), (Jakarta: Erlangga, 1978), h. 188. 6 8 komunikasi sangat dibutuhkan semua orang, oleh karena itu susunan-susunan kata yang digunakan harus baik dan benar. Maka, jika pesan disampaikan dengan baik dan benar, pastilah komunikasi yang terjadi berjalan dengan lancar, sesuai yang diharapkan. Agar dapat berkomunikasi dengan lancar, maka kita perlu mengetahui susunan-susunan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, salah satunya pembubuhan afiks. Afiks ialah suatu satuan gramatikal terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau bentuk kata baru.9 Dalam buku Francis Katamba menulis “an affix is a morpheme which only occurs when attached to some other morpheme or morphemes such as a root or stem or base.”10 Menurutnya afiks adalah morfem yang muncul hanya jika menempel pada satu morfem lain atau lebih. Lebih lanjut Rochelle Lieber dalam bukunya mengungkapkan “linguists define a morpheme as the smallest unit of language that has its own meaning.”11 Ia mendeskripsikan morfem sebagai bentuk terkecil dari bahasa. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa imbuhan (afiks) sangat diperlukan dalam pembentukan kata-kata baru yang akan mengalami proses morfologis. Kata berimbuhan (berafiks) dapat dibagi atas kata-kata yang mengandung prefiks, konfiks, klofiks, infiks, dan sufiks. Penulis akan menguraikan kata-kata berimbuhan (berafiks) pembentuk verba, yaitu mulamula prefiks, konfiks, klofiks, kemudian infiks, dan akhirnya sufiks. 9 M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia MORFOLOGI Suatu Tinjauan Deskriptif , (Yogyakarta: C.V. Karyono, 2009), Cet. 13, h. 55. 10 Francis Katamba, Modern Linguistics: Morphology, (London: The Macmillan Press LTD, 1993), h. 44. 11 Rochelle Lieber, Introducing Morphology, (New York: Cambridge University Press, 2010), h. 3. 9 3. Jenis Imbuhan (Afiks) Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan (afiksasi). Imbuhan atau afiks adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk pembentukan kata.12 Berkenaan dengan jenis afiksnya, proses afiksasi itu dibedakan atas prefiksasi, yaitu proses pembubuhan prefiks (awalan), konfiksasi yaitu proses pembubuhan konfiks (imbuhan terbagi), infiksasi (sisipan) yaitu proses pembubuhan yang dilekatkan di tengah dasar, dan sufiksasi yaitu proses pembubuhan sufiks (akhiran). Imbuhan (afiks) menurut posisinya terbagi atas empat bentuk. a. Awalan atau Prefiks Awalan atau prefiks adalah suatu unsur yang secara struktural diikatkan di depan sebuah kata dasar atau bentuk dasar.13 Jenisnya adalah sebagai berikut: ber-, me-, pe-, per-, di-, ke-, ter-, dan se-. Awalan (prefiks) memiliki variasi yang berbeda-beda sesuai dengan fonem awal bentuk dasar yang dibubuhinya. Bentuk semacam itu disebut alomorf. Alomorf yaitu anggota morfem yang sama, yang variasi bentuknya disebabkan pengaruh lingkungan yang dimasukinya, misalnya morfem ber- mempunyai alomorf ber-, be-, dan bel.14 Awalan me- memiliki alomorf mem-, men-, me-, meny-, meng-, menge-; awalan ber- memiliki alomorf ber-, be-, dan bel-. Selanjutnya awalan perjuga memiliki alomorf awalan pe-, dan pel-. Selanjutnya awalan pe- juga memiliki alomorf peng-, pem-, peny-, pen-, pe-, penge-. Berikutnya awalan yang memiliki alomorf adalah awalan ter- yaitu te-, dan tel-. 12 Achmad HP, Linguistik Umum, (Jakarta: Depdikbud, 1996), cet. 1, h. 68. Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1969), h. 94. 14 Depdiknas, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, (Bandung: Pustaka Setia, 1992), Cet. X, h. 43. 13 10 Contoh: Tabel 2.1 No Bentuk Dasar Imbuhan (prefiks) Kata berimbuhan 1. cair me- mencair 2. jalan ber- berjalan 3. lihat di- dilihat 4. kaya ter- terkaya 5. tari pe- penari 6. ajar per- pelajar 7. tahun se- setahun 8. tua ke- ketua b. Imbuhan Terbagi atau Konfiks Konfiks adalah gabungan dari dua macam imbuhan atau lebih yang bersama-sama membentuk satu arti.15 Konfiks yang terdapat dalam Bahasa Indonesia adalah me-kan, ke-an, memper-kan, diper-kan, ber-an, pe-an, peran, di-i, di-kan, dan se-nya.16 Dalam buku Abdul Chaer Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan proses) selain konfiks ada pula klofiks. Klofiks yaitu gabungan imbuhan yang tidak diimbuhkan secara bersamaan pada sebuah dasar. Adapun klofiks tersebut adalah: ber-an, dan ber-kan. Contoh Konfiks: Tabel 2.2 No 1. 15 16 Bentuk Dasar main Keraf, op. cit., h. 115. Depdiknas, op. cit., h. 106-109. Imbuhan (konfiks) me-kan Kata berimbuhan memainkan 11 2. ada ke-an keadaan 3. soal memper- kan mempersoalkan 4. malu diper-kan dipermalukan 5. gugur ber-an berguguran 6. kirim pe-an pengiriman 7. istirahat per-an peristirahatan 8. sayang di-i disayangi 9. bawa di-kan dibawakan 10. pintar se-nya sepintar-pintarnya Contoh Klofiks: Tabel 2.3 No Bentuk Dasar 1. Kata berimbuhan ber-an pakai 2. Imbuhan (klofiks) istri -an pakai + an = pakaian ber- ber + pakaian = berpakaian ber-kan ber- ber + istri = beristri kan- beristri + kan = beristrikan c. Sisipan atau Infiks Sisipan atau infiks adalah semacam morfem terikat yang disisipkan pada sebuah kata antara konsonan pertama dan vokal pertama.17 Pemakaian infiks 17 Keraf, op. cit., h. 118. 12 terbatas pada beberapa kata saja. Infiks yang ada dalam bahasa Indonesia hanyalah: -el-, -er-, dan –em-.18 Contoh : Tabel 2.4 No Bentuk Dasar Imbuhan (infiks) Kata berimbuhan 1. tunjuk -el- telunjuk 2. gigi -er- gerigi 3. gertak -em- gemertak d. Akhiran atau Sufiks Akhiran atau sufiks adalah semacam morfem terikat yang diletakkan di belakang suatu morfem dasar.19 Macam-macam sufiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah: -an, -i, -kan, -nya, -man, -wan, -wati, sufiks asing seperti -isme, -is, -er, -if, -ir, -wi, -iah, -ni, -il (akhiran –il menurut Pedoman EYD lebih baik diganti dengan -al), -nda atau –anda.20 Contoh : Tabel 2.5 No 18 Bentuk Dasar Kata berimbuhan 1. bulan -an bulanan 2. masuk -i masuki 3. bicara -kan bicarakan 4. luas -nya luasnya 5. seni -man seniman Depdiknas, op. cit., h. 103. Keraf, op. cit., h. 110. 20 Ibid., h. 110-115. 19 Imbuhan (sufiks) 13 6. usaha -wan usahawan 7. peraga -wati peragawati 8. ego -isme egoisme 9. agama -is agamais 10. produk -if produktif 11. ayah -nda / -anda ayahanda B. Kata Kerja (verba) Kata kerja (verba) adalah kata yang menyatakan tindakan. Ciri-ciri kata kerja (verba) dapat diketahui dengan mengamati (1) perilaku semantik, (2) perilaku sintaksis, dan (3) bentuk morfologisnya.21 Secara umum verba dapat diidentifikasi dan dibedakan berdasarkan kelas kata yang lain, terutama dari adjektiva karena ciri-ciri berikut : Pertama, verba memiliki fungsi utama sebagai predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain. Kedua, verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. Ketiga, verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks teryang berarti „paling‟. Verba, seperti mati atau suka, misalnya tidak dapat diubah menjadi termati atau tersuka. Keempat, pada umumnya, verba tidak dapat digabung dengan kata-kata yang menyatakan kesangatan. Tidak ada bentuk seperti agak belajar, sangat pergi, dan bekerja sekali, meskipun ada bentuk seperti sangat berbahaya, agak mengecewakan, dan mengharapkan sekali.22 Dari segi sintaksisnya, ketransitifan verba ditentukan oleh dua faktor, yaitu (1) adanya nomina yang berdiri di belakang verba yang berfungsi sebagai objek 21 Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat (fungsi, kategori, peran), (Bandung: PT. Refika Aditama. 2007), Cet. I. h. 76. 22 Ibid., h. 76-77. 14 dalam kalimat aktif dan (2) kemungkinan objek itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Dengan demikian, pada dasarnya verba terdiri atas verba transitif dan verba taktransitif (intransitif).23 Verba transitif adalah verba yang memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif, dan objek itu dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Verba taktransitif adalah verba yang tidak memerlukan nomina di belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Pada dasarnya, bahasa Indonesia mempunyai dua bentuk verba, yakni (1) verba asal adalah verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis, dan (2) verba turunan adalah verba yang harus atau dapat memakai afiks bergantung pada tingkat keformalan / dan atau pada posisi sintaksisnya. Selanjutnya, verba turunan dibagi menjadi tiga subkelompok, yakni (a) verba yang dasarnya adalah dasar bebas (misalnya, darat), tetapi memerlukan afiks supaya dapat berfungsi sebagai verba (mendarat), (b) verba yang dasarnya adalah bebas (misalnya, baca) yang dapat pula memiliki afiks (membaca), dan (c) verba yang dasarnya adalah dasar terikat (misalnya, temu) yang memerlukan afiks (bertemu).24 C. Afiksasi Pembentuk Kata Kerja (verba) Kata berimbuhan ialah bentuk kata jadian dengan menambahkan imbuhan (afiks) terhadap kata dasar.25 Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan, afiksasi pembentuk verba adalah pembubuhan morfem terikat yang berupa afiks kepada morfem dasar untuk membentuk verba. Dalam bahasa Indonesia, verba merupakan kata yang pada umumnya mempunyai ciri bentuk berawalan me-, di-, 23 Ibid., h. 78. Ibid., h. 79-80. 25 Abdullah Ambary, Intisari Tatabahasa Indonesia, (Jakarta: DJATNIKA Bandung, 1979), h. 52. 24 15 ber-, ter-, per-, dan ada pula yang berbentuk ke-an.26 Menurut Abdul Chaer, ada 13 afiks pembentuk verba, yaitu sebagai berikut: 1. Prefiks berBentuk dasar dalam pembentukan verba dengan prefiks ber- dapat berupa: (1) morfem dasar terikat, misalnya (pada kata bertempur, berkelahi), (2) morfem dasar bebas, misalnya (pada kata bekerja, bernyanyi), (3) bentuk turunan berafiks, misalnya (berpakaian, beraturan), (4) bentuk turunan reduplikasi, misalnya (berlari-lari, berkeluh-kesah), (5) bentuk turunan hasil komposisi, misalnya, (pada kata berjual beli, bertemu muka).27 Makna gramatikal verba berprefiks ber- yang dapat dicatat, antara lain yang menyatakan:28 „mempunyai (dasar)‟ atau „ada (dasar) nya‟, apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna ( + benda), ( + umum), ( + milik) dan atau ( + bagian). Contoh: berayah „mempunyai ayah‟, berkewajiban „mempunyai kewajiban‟, beristri „mempunyai istri‟, berjendela „ada jendelanya‟. Makna gramatikal „memakai‟ atau „mengenakan‟ apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna ( + pakaian) atau ( + perhiasan). Contoh: bertopeng „memakai topeng‟,berkalung „memakai kalung‟, bersepatu „memakai sepatu‟. Selanjutnya, mempunyai makna gramatikal „mengendarai‟, „menumpang‟ atau „naik‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + kendaraan). Contoh: bermobil „naik mobil‟, berkereta „menumpang kereta‟, berkuda „naik kuda‟. Makna gramatikal „berisi‟ atau „mengandung‟ apabila bentuk dasarmya memiliki komponen makna ( + benda), ( + dalaman), atau ( 26 Dendy Sugono dan Titik Indiyastini, Verba dan Komplementasinya, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994), h. 16. 27 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (pendekatan proses), (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), Cet. I. h. 106-107. 28 Ibid., h. 107. 16 + kandungan). Contoh: beracun „mengandung racun‟, berkuman „mengandung kuman‟, berair „berisi air‟. Makna „mengandung‟ atau „berisi‟, bisa juga bermakna „mempunyai‟ atau „ada (dasar)nya‟. Makna gramatikal „mengeluarkan‟ atau „menghasilkan‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + benda), ( + hasil) atau ( + keluar). Contoh: bertelur „mengeluarkan telur‟, berproduksi „menghasilkan produk‟. Makna gramatikal „mengusahakan‟ atau „mengupayakan‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + bidang usaha). Contoh: bersawah „mengerjakan sawah‟, bercocok tanam „mengusahakan cocok tanam‟. Berikutnya, mempunyai makna gramatikal „melakukan kegiatan‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + benda) dan ( + kegiatan). Contoh: berdiskusi „melakukan diskusi‟, berekreasi „melakukan rekreasi‟. Makna gramatikal „mengalami‟ atau „berada dalam keadaan‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + perasaan batin). Contoh: bergembira „dalam keadaan gembira‟, bersedih „dalam keadaan sedih‟. Makna gramatikal „menyebut‟ atau „menyapa‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + kerabat) dan ( + sapaan). Contoh: berkakak „menyebut kakak‟, bertuan „memanggil tuan‟. Berkakak dan yang lainnya dapat juga bermakna gramatikal „mempunyai‟. Maka dalam hal ini konteks kalimat sangat menentukan makna gramatikalnya itu. Makna gramatikal „kumpulan‟ atau „kelompok‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + jumlah) atau ( + hitungan). Contoh: bertujuh „kumpulan dari tujuh (orang)‟, bertiga „kumpulan dari tiga (orang)‟. Makna gramatikal „memberi‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + benda) dan ( + berian). Contoh: bersedekah „memberi sedekah‟, berceramah „memberi ceramah‟. 17 Ada sejumlah kata berprefiks ber- yang tidak bermakna gramatikal, melainkan bermakna idiomatikal. Misalnya: berpulang dengan makna „meninggal‟, bersalin dengan makna „melahirkan‟.29 2. Prefiks perVerba berprefiks per- adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Verba berprefiks per- dapat digunakan dalam: (1) kalimat imperatif, (2) kalimat pasif yang berpola: (aspek) + pelaku + verba, (3) keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + aspek + pelaku + verba.30 Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal, yaitu:31 Makna gramatikal „jadikan lebih‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + keadaan) atau ( + situasi). Contoh: percepat, artinya „jadikan lebih cepat‟, perluas, artinya „jadikan lebih luas‟, dan sebagainya. Makna gramatikal „anggap sebagai‟ atau „jadikan‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + sifat khas). Contoh: peristri, artinya „jadikan istri‟, perteman, artinya „jadikan teman‟, dan sebagainya. Makna gramatikal „bagi‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + jumlah) atau ( + bilangan). Contoh: perlima, artinya „bagi lima‟, perseribu, artinya „bagi seribu‟. Verba berprefiks per- dapat menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif dalam bentuk verba berklofiks memper-, diper- atau terper-, di samping prefiks per- adapula partikel per yang memiliki makna „tiap-tiap …‟ atau „mulai …‟. Contoh: per 1 April, artinya „mulai 1 April‟. 29 Ibid., h. 112. Ibid., h. 124. 31 Ibid., h. 124-126. 30 18 3. Prefiks meVerba berprefiks me- dapat berbentuk me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-. Bentuk atau alomorf me- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem | r, l, w, y, m, n, ny dan ng |.32 Contoh: merawat, melekat, mewarisi, meyakini, memerah, melompati, menyala, menganga. Bentuk atau alomorf mem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem | b, p, f, dan v |. Dengan catatan fonem | b, f, dan v | tetap terwujud, sedangkan fonem | p | tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal dari prefiks itu.33 Contoh: membawa, memfitnah, memutuskan. Namun, perlu dicatat dalam kenyataan bahasa ada sejumlah kata, terutama yang berasal dari bahasa asing, yang meskipun diawali dengan fonem | p |, fonem itu tidak diluluhkan. Contoh: mempunyai, memprotes, mempengaruhi. Bentuk men- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem | d dan t |. Dengan catatan fonem | d | tetap diwujudkan sedangkan fonem | t | tidak diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada prefiks tersebut.34 Contoh: menduda, mendengar, menulis, menerobos. Namun, ada sejumlah kata berprefiks me-, tetapi fonem | t | pada awal bentuk dasarnya tidak diluluhkan atau disenyawakan, seperti mentradisi, mentraktor. Bentuk meny- digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya adalah fonem | c, j dan s |. Bunyi | ny | pada prefiks diganti atau dituliskan dengan huruf n pada dasar yang dengan fonem | c dan j|, sedangkan yang mulai dengan fonem | s |, fonem s-nya diluluhkan.35 Contoh: mencuri (lafalnya: menycuri), mencicil (lafalnya: menycicil), menjual (lafalnya: menyjual), menyikat, menyusul. 32 Ibid., h. 130. Ibid., 34 Ibid., h. 131. 35 Ibid., h. 132. 33 19 Dalam bahasa keseharian, terutama kata serapan dari bahasa asing, fonem / s / pada bentuk dasarnya tidak diluluhkan. Contoh: mensukseskan, menstandarkan, mensosialisasikan. Bentuk meng- digunakan apabila bentuk dasarnya mulai dengan fonem |k, g, h, kh, a, i, u, e, dan o |. Fonem | k | tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan nasal yang ada pada prefiks itu, sedangkan fonemfonem yang lain tetap diwujudkan.36 Contoh: mengirim, menggali, mengiris, mengumpulkan. Bentuk menge- digunakan apabila bentuk dasarnya terdiri dari sebuah suku kata. Contoh: mengebom, mengecat, mengetes. Perlu dibedakan adanya dua macam prefiks me-, yaitu prefiks me-inflektif dan prefiks me- derivatif. Beda keduanya prefiks me- inflektif secara gramatikal dapat diganti dengan prefiks di- inflektif atau prefiks ter- inflektif. Prefiks me- derivatif tidak dapat diganti dengan prefiks di- maupun prefiks ter-.37 Bentuk dasar verba berprefiks me- inflektif memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran). Jadi, bentuk dasar dalam pembentukan verba inflektif, selain berbentuk morfem dasar atau akar juga termasuk verba bersufiks –kan, bersufiks –i, berprefiks per-, berkonfiks per-kan, dan berkonfiks per-i. Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal „melakukan (dasar)‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran). Contoh: menulis, artinya, „melakukan tulis‟. Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal „melakukan kerja dengan alat‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + 36 37 Ibid., Ibid., h. 134. 20 alat). Contoh: memahat, artinya „melakukan kerja dengan alat pahat‟, mengunci „melakukan kerja dengan alat kunci‟. Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal „melakukan kerja dengan bahan‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + bahan). Contoh: mengecat, artinya, „melakukan kerja dengan bahan cat‟, menyemen, artinya „melakukan kerja dengan bahan semen‟. Selanjutnya, verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal „membuat dasar‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( +tindakan) dan ( + benda hasil). Contoh: mematung, artinya, „membuat patung‟, menggambar, artinya, „membuat gambar‟. Selain verba berprefiks me- inflektif ada juga verba berprefiks mederivatif yaitu verba yang memiliki makna gramatikal „makan, minum, mengisap‟ bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + makanan) atau ( + minuman) atau ( + isapan). Contoh: menyate, artinya „makan sate‟ dan merokok, artinya „mengisap rokok‟. Makna gramatikal menyoto dan menyate bisa menjadi „membuat‟ tergantung pada konteks kalimatnya. Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal „mengeluarkan (dasar)‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + bunyi) atau ( + suara). Contoh: mengeong, artinya, „mengeluarkan bunyi ngeong‟ dan mencicit, artinya „mengeluarkan bunyi cicit‟. Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal „menjadi (dasar)‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + keadaan (warna, bentuk, situasi)). Contoh: menua, artinya„menjadi tua‟, memerah, artinya „menjadi meah‟. Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal „menjadi seperti‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + sifat khas). Contoh: membatu, artinya „menjadi seperti batu‟, mengapur, artinya, „menjadi seperti kapur‟. 21 Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal „menuju‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + arah). Contoh: mengudara, artinya „menuju udara‟, menepi, artinya „menuju tepi‟. Selanjutnya, verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal „memperingati‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + bilangan), ( + hari) atau ( + bulan). Contoh: menujuh bulan, artinya „memperingati bulan ketujuh (kehamilan)‟, menyeratus hari, artinya „memperingari hari keseratus (kematian)‟. 4. Prefiks diAda dua macam verba berprefiks di-, yaitu verba berprefiks di-inflektif dan verba berprefiks di- derivatif. Verba berprefiks di- inflektif adalah verba pasif. Makna gramatikalnya adalah kebalikan dari bentuk aktif verba berprefiks me- inflektif. Selanjutnya, pada verba berprefiks di- derivatif sejauh data yang diperoleh hanya ada kata dimaksud, yang lain tidak ada.38 5. Prefiks terAda dua macam verba berprefik ter- yaitu verba berprefiks ter- inflektif dan verba berprefiks ter- derivatif. Verba berprefiks ter- inflektif adalah verba pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif.39 Makna gramatikal verba berprefiks ter- inflektif, selain sebagai kebalikan pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif, juga memiliki makna gramatikal. Verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal „dapat/ sanggup‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran). Contoh: terbawa, artinya „dapat dibawa‟, terangkut, artinya „dapat diangkut‟. Selanjutnya verba ini juga memiliki makna gramatikal „tidak 38 39 Ibid., h. 138-139. Ibid., h. 139-141. 22 sengaja‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran). Contoh: terlihat, artinya „tidak sengaja dapat dilihat‟, terbaca, artinya „tidak sengaja dibaca‟. Selain itu, verba ini juga memiliki makna gramatikal „sudah terjadi‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + keadaan). Contoh: terjepit, artinya „sudah terjadi (jepit)‟, tertabrak, artinya „sudah terjadi (tabrak)‟, dan sebagainya. Verba ini juga memiliki makna gramatikal „yang di (dasar)‟ apabila digunakan sebagai istilah bidang hukum. Contoh: tertuduh, artinya „yang dituduh‟, terdakwa, artinya „yang didakwa‟. Seperti yang telah dipaparkan di atas, selain verba berprefiks terinflektif, verba berprefiks ter- derivatif juga memiliki makna gramatikal, yaitu makna gramatikal „paling‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh: terbaik, artinya „paling baik‟. Selain itu, verba ini juga memiliki makna gramatikal „dalam keadaan‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + keadaan) dan ( + kejadian). Contoh: terpasang, artinya „dalam keadaan pasang‟, terdampar, artinya „dalam keadaan dampar‟. Makna gramatikal yang lain yaitu makna gramatikal „terjadi dengan tiba-tiba‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + kejadian). Contoh: terpeluk, artinya „tiba-tiba memeluk‟, teringat, artinya „tiba-tiba ingat‟. 6. Prefiks keVerba ini digunakan dalam bahasa ragam tidak baku. Fungsi dan makna gramatikalnya sepadan dengan verba berprefik ter-.40 Contoh: kebaca sepadan dengan terbaca, kebawa sepadan dengan terbawa. 40 Ibid., h. 141-142. 23 7. Konfiks dan Klofiks ber-an Verba ini memiliki dua macam proses pembentukan. Pertama, yang berupa konfiks, artinya prefiks ber- dan sufiks –an itu diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk dasar. Kedua, yang berupa klofiks artinya prefiks ber- dan sufiks –an itu tidak diimbuhkan secara bersamaan pada sebuah dasar. Ber-an sebagai konfiks memiliki satu makna, sedangkan ber-an sebagai klofiks memiliki makna yang terpisah. Makna gramatikal verba berkonfiks ber-an adalah: „banyak serta tidak teratur‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan), ( + sasaran) dan ( + gerak). Contohnya: berlompatan „banyak yang lompat dan tidak teratur‟. Makna gramatikal „saling‟ atau „berbalasan‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan), ( + sasaran) dan ( + gerak). Contohnya: bermusuhan „saling memusuhi‟.41 Selanjutnya, yang memiliki makna gramatikal „saling berada di‟. Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + benda), ( + letak) dan ( + tempat). Contohnya: berseberangan „saling berada di seberang‟, dan berhadapan „saling berada di hadapan‟. Bentuk ber-an pada sebuah verba mungkin bisa berupa konfiks mungkin juga berupa klofiks, tergantung pada konteks kalimatnya. Contoh klofik ber-an misalnya pada kata berpakaian. Imbuhan ber-an pada kata berpakaian dapat diimbuhkan terpisah, misalnya : pakai + an = pakaian, selanjutnya kata pakaian dibubuhi prefiks ber- menjadi berpakaian. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa klofiks ber-an memiliki makna yang berbeda-beda. Kata pakaian memiliki makna “baju atau kain yang menutupi tubuh” namun kata pakaian jika dibubuhi prefiks 41 Ibid., h. 112-115. 24 ber- maka akan membentuk kata berpakaian, kata berpakaian memiliki makna “menggunakan baju atau menggunakan bahan yg menutupi tubuh”. 8. Klofiks ber-kan Verba berklofiks ber-kan dibentuk dengan proses, mula-mula kepada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks –kan. Contoh: pada kata dasar senjata diimbuhkan prefiks ber- menjadi bersenjata, lalu pada bersenjata diimbuhkan pula sufiks –kan sehingga menjadi bersenjatakan.42 Verba berklofiks ber-kan juga tidak banyak, contohnya: bermodalkan, berselimutkan, berdasarkan. 9. Konfiks per-kan Verba berkonfiks per-kan adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me-, berprefiks di- atau berprefiks ter-).43 Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal „jadikan bahan per-an‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + kegiatan ). Contohnya: pertanyakan, artinya „jadikan bahan pertanyaan‟. Selanjutnya, memiliki makna gramatikal ‟lakukan supaya (dasar)‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + keadaan). Contohnya: perbedakan, artinya „lakukan supaya beda‟. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal „jadikan me-‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan). Contoh: perdengarkan, artinya „jadikan (orang lain) mendengar‟. Selanjutnya, memiliki makna gramatikal „jadikan ber-‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + kejadian). Contoh: pertemukan, artinya „jadikan bertemu‟. 42 43 Ibid., h. 115-116. Ibid., h. 126-128. 25 10. Konfiks per-i Verba berkonfiks per-i adalah verba yang dapat menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me- inflektif, di- inflektif, atau terinflektif).44 Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal „lakukan supaya jadi‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + keadaan). Contoh: perbarui, artinya „lakukan supaya jadi baru‟, perbaiki, artinya „lakukan supaya jadi baik‟. Selanjutnya, memiliki makna gramatikal „lakukan (dasar) pada objeknya‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + lokasi). Contoh: persetujui, artinya „lakukan setuju pada objeknya‟. 11. Konfiks ke-an Ada dua macam konfiks ke-an, yaitu konfiks ke-an yang membentuk verba dan konfiks ke-an yang membentuk nomina.45 Verba berkonfiks ke-an termasuk verba pasif, yang tidak dapat dikembalikan ke dalam verba aktif, seperti verba pasif di- dan verba pasif ter-. Verba berkonfiks ke-an memiliki makna gramatikal „terkena, menderita, mengalami (dasar)‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + peristiwa alam) atau ( + hal yang tidak enak). Contoh: kebanjiran, artinya „terkena banjir‟, kedinginan, artinya „menderita dingin‟. Selanjutnya, verba berkonfiks ke-an memilik makna gramatikal „agak (dasar)‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + warna). Contoh: kebiruan, artinya „agak biru‟, kekuningan, artinya „agak kuning‟. 44 45 Ibid., h. 128-129. Ibid., h. 142-143. 26 12. Sufiks –kan Dalam prosesnya, sufiks –kan, bila diimbuhkan pada dasar yang memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran) akan membentuk verba bitransitif, yaitu verba yang berobjek dua. Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal „jadikan‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + keadaan) atau ( + sifat khas). Contoh: tenangkan, artinya „jadikan tenang‟, satukan, artinya „jadikan satu‟.46 Selanjutnya, memiliki makna gramatikal „jadikan berada di‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tempat) atau ( + arah). Contoh: daratkan, artinya „jadikan berada di darat‟, tempatkan, artinya „jadikan berada di tempat‟, dan sebagainya. Memiliki makna gramatikal „lakukan untuk orang lain‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran). Contoh: bacakan, artinya „lakukan baca untuk (orang lain)‟, bawakan, artinya „lakukan bawa untuk (orang lain)‟. Memiliki makna gramatikal „lakukan akan‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran). Contoh: kabulkan, artinya „lakukan kabul akan‟, hapuskan, artinya „lakukan hapus akan‟. Selanjutnya, memiliki makna gramatikal „bawa masuk ke‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + ruang). Contoh: asramakan, artinya „bawa masuk ke asrama‟, gudangkan, artinya „bawa masuk ke gudang‟. 13. Sufiks –i Verba bersufiks –i adalah verba transitif, yang berlaku juga sebagai pangkal (stem) dalam pembentukan verba inflektif.47 Bahasa inflektif adalah bahasa yg menggunakan perubahan bentuk kata (dl bahasa fleksi) yg menunjukkan berbagai 46 47 Ibid., h. 116-119. Ibid., h. 119-124. hubungan gramatikal (spt deklinasi nomina, 27 pronomina, adjektiva, dan konjugasi verba).48 Verba bersufiks –i memiliki makna gramatikal „berulang kali‟ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna ( + tindakan) dan ( + sasaran). Contoh: lempari, artinya „pekerjaan lempar dilakukan berulang kali‟, potongi, artinya „pekerjaan potong dilakukan berulang kali‟, dan sebagainya. Makna gramatikal „tempat‟ apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna ( + tempat). Contoh: lewati, artinya „lakukan lewat di …‟, jalani, artinya „lakukan jalan di …‟. Makna gramatikal „merasa sesuatu pada‟ apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna ( + sikap batin) atau ( + emosi). Contoh: kasihi, artinya „merasa kasih pada‟, sukai, artinya „merasa suka pada‟. Memiliki makna gramatikal „memberi‟ atau „membubuhi‟ apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna ( + bahan berian). Contoh: nasihati, artinya „beri nasihat pada‟, gulai, artinya „beri gula pada‟. Makna gramatikal „jadikan‟ atau „sebabkan‟ apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna ( + keadaan) atau ( +sifat). Contoh: dekati, artinya „jadikan dekat‟, kurangi, artinya „jadikan kurang‟. Makna gramatikal „lakukan pada‟ apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna ( + tindakan) dan ( + tempat). Contoh: siasati, artinya „lakukan siasat pada‟, tulisi, artinya „lakukan tulis pada‟. Sufiks –i tidak dapat diimbuhkan pada bentuk dasar yang diakhiri dengan vokal –i atau diftong ai. Contoh bentuk „mandii‟, „belii‟, tidak berterima. 48 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), Cet. I, h. 535. 28 D. Berita 1. Hakikat Berita Menurut KBBI ada beberapa pengertian berita, yaitu cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita juga diartikan sebagai kabar, laporan dan pemberitahuan, atau pengumuman.49 Berita menurut Pers Timur dan Pers Barat. Menurut Pers Timur berita adalah suatu „proses‟, proses yang ditentukan arahnya. Berita tidak didasarkan pada maksud untuk memuaskan nafsu „ingin tahu‟ segala sesuatu yang „luar biasa‟ dan „menakjubkan‟, melainkan pada keharusan ikut berusaha „mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan Negara sosialis‟. Berbeda dengan Pers Timur, Pers Barat memandang berita itu sebagai „komoditi‟, sebagai „barang dagangan‟ yang dapat diperjual belikan.50 Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan berita adalah sebuah peristiwa atau laporan mengenai fakta atau opini yang baru saja terjadi dan penting untuk diketahui oleh khalayak. Ada dua jenis berita, pertama, berita yang terpusat pada peristiwa yang khas menyajikan peristiwa hangat yang baru terjadi, dan umumnya tidak diinterpretasikan, dengan konteks yang minimal, tidak dihubungkan dengan situasi dan peristiwa yang lain. Kedua, berita yang berdasarkan pada proses yang disajikan dengan interpretasi tentang kondisi dan situasi dalam masyarakat yang dihubungkan dalam konteks yang luas dan melampaui waktu. Berita semacam ini muncul di halaman opini berupa editorial, artikel, 49 Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 27. 50 Hikmat Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 32-33. 29 dan surat pembaca, sedangkan di halaman lain berupa komentar, laporan khusus, atau tulisan feature.51 2. Menulis Berita Dalam menulis berita, struktur penulisan berita mengikuti pola yang disebut sebagai piramida terbalik. Manfaat dari pola piramida terbalik ini antara lain: pertama, nilai sebuah berita dapat ditulis dengan langsung tanpa penjelasan yang lebih panjang atau detail sehingga publik dapat memahami apa maksud dari isi berita tersebut dalam waktu singkat tanpa harus membaca keseluruhan berita tersebut; kedua, keterbatasan kolom atau ruang di surat kabar atau tabloid menyebabkan berita yang ditulis dalam pola piramida terbalik ini memudahkan redaktur atau editor untuk melakukan penyederhanaan panjang tulisan berita dan biasanya pertama kali kalimat yang akan dihilangkan/ dipendekkan adalah kalimat atau paragraf yang berada di kerucut bawah dalam pola piramida terbalik ini.52 Dalam pola piramida terbalik ini jurnalis mempertaruhkan beritanya di dalam lead atau teras berita. Ini dianggap penting, karena lead merupakan paragraf pembuka yang mengantarkan khalayak pembaca untuk masuk ke dalam penjelasan berita. Apabila lead tidak ditulis dengan menarik, maka jangan berharap jika berita akan dibaca.53 Cara menulis berita juga berbeda-beda. Berita langsung biasanya ditulis dengan gaya piramida terbalik, di mana semua yang dianggap paling penting diletakkan pada lead atau intro. Karena itu, lead mencakup semua unsur berita 51 Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. 2007), Cet. 3. h. 51-52. 52 Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 30. 53 Ibid., h. 31 30 yang lazim disebut 5 W + 1 H, yaitu54 what (apa peristiwa yang terjadi); who (siapa yang terlibat dalam peristiwa); where (di mana peristiwa terjadi); when (kapan peristiwa terjadi); why (mengapa terjadi); how (bagaimana peristiwanya). Gaya penulisan yang biasanya menarik perhatian ialah tulisan yang mampu menjelaskan masalah yang pelik dengan cara sederhana dan mudah dipahami. Agar berita itu mudah dimengerti oleh khalayak, selain logis juga harus dihindari penggunaan istilah-istilah yang tidak lazim bagi khalayak. Selain itu penggunaan kata-kata haruslah ekonomis. Kata-kata yang tidak perlu sebaiknya dibuang, dan kata-kata yang digunakan hendaknya yang sedikit suku katanya. Kata-kata yang terdiri banyak suku katanya sebaiknya dihindari.55 Jadi, dapat ditarik kesimpulan, berita yang berkualitas yaitu berita yang menggunakan kalimat yang baik. Kalimat yang baik ialah kalimat yang tidak lebih dari 20 kata, tetapi juga tidak terlalu pendek. Selain itu, kalimat yang digunakan juga harus efektif sehingga dimengerti oleh khalayak. E. Penelitian yang Relevan Siti Merkhamah (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Afiksasi Pembentukan Nomina dalam Induk Opini Surat Kabar Pos Kota Sebagai Sumber Belajar”, membahas bentuk afiksasi pembentukan nomina. Data yang diambil yaitu dari surat kabar Pos Kota. Adapun data yaitu berupa kata untuk analisis afiksasi. Penelitian ini difokuskan pada analisis morfologi kata bahasa Indonesia pada surat kabar Pos Kota khususnya pada proses afiksasi nomina. Peneliti juga memfokuskan bahwa media massa bisa dijadikan sumber belajar. Ani Nurhayati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kata Berimbuhan Dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMK Nusantara, Legoso, 54 55 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru. (Jakarta: Kalam Indonesia. 2005), h. 56-57 Ibid., h. 61-62 31 Ciputat, Tangerang Tahun Pelajaran 2011/2012”, membahas bentuk kata berimbuhan dalam karangan deskripsi siswa kelas X SMK Nusantara, Legoso, Ciputat, Tangerang tahun pelajaran 2011/2012. Data yang diambil yaitu dari karangan deskripsi siswa kelas X SMK Nusantara. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan karangan yang telah ditulis oleh siswa. Karangan siswa itulah yang akan dijadikan data penelitian. Droe Iswatiningsih (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia pada Karya Tulis Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 1999/2000 Universitas Muhammadiyah Malang”, menguraikan pentingnya bahasa dalam berkomunikasi baik bahasa lisan maupun tulis, penggunaan bahasa dalam berkomunikasi harus cermat dan teliti. Droe Iswatiningsih mengkaji secara keseluruhan kesalahan berbahasa dalam sebuah karya tulis mahasiswa tidak hanya kesalahan dalam bidang morfologi (pembentukan kata berimbuhan „afiksasi‟), tetapi juga kesalahan dalam ejaan, sintaksis, dan kata mubazir. Sementara penulis skripsi ini membatasi kajian hanya pada analisis bidang morfologi saja, juga penulis lebih sempit lagi membatasi kajiannya, yakni kesalahan pembentukan kata berimbuhan (afiksasi). Sinta Dewi (2010) meneliti “Struktur Afiksasi meN- pada Kata Dasar Berfonem awal k/, p/, s/, t/ dan Implementasinya terhadap Masyarakat Pengguna Bahasa”. Hasil penelitian yang ditemukan Sinta Dewi adalah bentuk-bentuk bersaing kata berimbuhan meN- dengan kata dasar berfonem awal /p, t, k, s/ baik di artikel koran, tayangan berita di televisi, maupun di masyarakat umum. Ermanto (2007) meneliti “Hierarki Afiksasi pada Verba Bahasa Indonesia dari Perspektif Morfologi Derivasi dan Infleksi”. Penulis menguraikan afiksasi yang terjadi pada verba B1 yang dijelaskan dari perspektif morfologi derivasi dan infleksi. Sumber data yang diperoleh peneliti yaitu dari tajuk rencana surat kabar Kompas, majalah Tempo, majalah Intisari, jurnal Linguistik Indonesia. 32 Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh penulis tidaklah sama dengan apa yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti yang terdahulu. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini bertempat di SMP Darul Muttaqien yang beralamat di Jl. Haji Gaim Gg. Kasan Misin, Petukangan Utara – Jakarta Selatan. Kegiatan pengambilan data dilakukan di ruang pembelajaran. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari - Maret 2014. Pengambilan data dilakukan saat pembelajaran berlangsung. B. Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang penting untuk memahami suatu fenomena sosial dan perspektif individu yang diteliti.1 Tujuan pokoknya dalah menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan fenomena itu. Pemahaman fenomena ini dapat diperoleh dengan cara mendeskripsikan dan mengeksplorasikannya dalam sebuah narasi.2 Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian yaitu teks berita siswa kelas VIII di SMP Darul Muttaqien Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan afiksasi pembentuk verba dalam teks berita siswa. 1 Syamsuddin AR, dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. II, h. 74. 2 Ibid., 33 34 C. Data dan Sumber Data Data adalah keterangan atau bahan nyata yg dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan).3 Analisis data kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap data non angka, seperti hasil wawancara, laporan bacaan dari buku-buku, artikel, foto, gambar, film, dan sebagainya.4 Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sumber data primer. Data primer yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah teks berita siswa kelas VIII di SMP Darul Muttaqien. Selain sumber data primer, penulis juga menggunakan sumber data sekunder. Data sekunder yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah beberapa buku kajian morfologi. D. Korpus Data Korpus data dalam penelitian ini adalah seluruh temuan berupa kata yang mengandung afiks pembentuk verba di teks berita siswa. E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis dokumen yang berupa kajian morfologis dengan teknik catat, yaitu mencatat dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan yaitu sebagai berikut: Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu observasi. Melalui observasi, peneliti dapat mengamati kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung di salah satu kelas VIII Darul Muttaqien Jakarta. Selain mengambil 3 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), Edisi ke-IV. Cet. I, h. 544. 4 Abdul Halim Hanafi, Metode Penelitian Bahasa Untuk Penelitian, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta, Diadit Media Press, 2011), Cet. I, h. 144. 35 data yang berbentuk teks berita siswa untuk diteliti lebih lanjut, peneliti juga mengambil data tentang profil sekolah SMP Darul Muttaqien Jakarta. Teknik pengumpulan data selanjutnya yaitu dengan memberikan tes kepada siswa untuk menulis teks berita dengan tema dan judul yang tidak ditentukan. Setelah data terkumpul, peneliti membaca hasil tulisan siswa yang berbentuk teks berita tersebut, kemudian peneliti mencatat dan menggolongkan kata yang berbentuk afiksasi verba berdasarkan jenis afiksnya untuk dijadikan data penelitian. F. Teknik Analisis Data Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes kepada siswa. Data yang terkumpul sebanyak 30 data, tetapi peneliti hanya mengambil 12 data untuk dianalisis berdasarkan pertimbangan banyaknya penggunaan afiksasi verba di dalam data tersebut. Data tersebut dianalisis menggunakan teori afiksasi pembentuk verba. Hal ini dilakukan karena data yang diperoleh berupa karangan yang berbentuk teks berita dengan tema yang tidak ditentukan. Peneliti mengklasifikasikan data; menganalisis data, dan menarik kesimpulan sesuai hasil analisis yang telah dilakukan. BAB IV ANALISIS Bab ini menyajikan temuan afiks pembentuk verba dalam teks berita yang ditulis oleh siswa kelas VIII di SMP Darul Muttaqien. Dalam data penelitian ditemukan banyak ketidaktepatan dalam menggunaan EYD dan tanda baca, tetapi dalam penelitian ini penulis hanya menganalisis ketidaktepatan afiks pembentuk verba saja. Proses pembentukan afiks pembentuk verba dibahas guna memudahkan penulis dalam menganalisis ketepatan pembentukkan kata apakah memenuhi kriteria bahasa Indonesia yang baku. Dengan demikian, penulis bisa menyimpulkan apakah siswa sudah tepat dalam menggunakan afiks pembentuk verba dalam teks berita. Bab ini mengemukakan temuan penelitian yang merupakan hasil akhir penelitian dan pembahasan yang berlandaskan pada teori-teori yang dipakai. Pada bagian deskripsi data ini, penulis akan menguraikan hasil pembahasan temuan yang ada. Temuan yang muncul dianalisis serta dibahas berdasarkan teori yang terkait. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel-tabel disertai keterangan yang menjelaskan temuan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian lebih mudah untuk dideskripsikan. A. Profil Sekolah 1. Identitas Sekolah Nama Sekolah : SMP DARUL MUTTAQIEN Alamat : Jalan H. Kasan Misin No.126 Desa : Petukangan Utara Kecamatan : Pesanggrahan Kab./Kodya : Jakarta Selatan NNS/NSM/NDS : 202016305296/A04052021 36 37 Jenjang Akreditasi : DIAKUI Tahun Pendirian : 1986 Tahun Beroperasi : 1986 KepemilikanTanah : Milik Yayasan Status Tanah : Sertifikat H.M Luas Tanah : 3.000 M2 Status Bangunan : Milik Pribadi 2. Visi, Misi, dan Tujuan Visi sekolah SMP DARUL MUTTAQIEN MENCETAK PESERTA DIDIK UNTUK MENJADI INSAN YANG “CERDAS, TERAMPIL, BERIMTAQ DAN BERBUDI PEKERTI LUHUR” Misi Sekolah a. Menumbuh kembangkan nilai-nilai ajaran Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Menanamkan nilai-nilai Agama kepada siswa siswi agar memiliki akhlakul karimah. c. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif guna menciptakan pengetahuan dan keterampilan, serta mengenali potensi siswa sehingga dapat dikembangkan secara optimal. d. Menumbuhkan semangat disiplin dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. e. Mempersiapkan dan mengarahkan siswa/i untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 38 Tujuan Sekolah a. Sekolah mampu memenuhi standar pendidik meliputi semua guru berkualifikasi S1, semua mengajar sesuai dengan bidangnya dan semua mampu mengoperasikan komputer. b. Sekolah mampu memenuhi standar tenaga kependidikan meliputi kepala TU, tenaga administrasi keuangan dan tenaga administrasi Sarpras telah mengikuti penataran yang relevan dan mampu mengoperasikan komputer. c. Sekolah mampu memenuhi standar tenaga kependidikan meliputi tenaga tata usaha sudah memenuhi Standar Nasional Pendidikan. d. Sekolah mampu memenuhi standar tenaga pustakawan, laboran, dan teknisi komputer yang sudah memenuhi Standar Nasional Pendidikan. e. Sekolah mampu menyiapkan guru yang kompeten. f. Sekolah mampu menyiapkan pegawai Tata Usaha yang kompeten. g. Sekolah mampu memenuhi standar kelulusan. h. Sekolah mampu menghasilkan perangkat kurikulum yang lengkap mutakhir dan berwawasan ke depan. i. Sekolah mampu menghasilkan perangkat silabus yang telah dikembangkan untuk kelas 7, 8, dan 9 semua mata pelajaran. j. Sekolah mampu menghasilkan RPP yang berkarakter untuk kelas 7,8 dan 9 semua mata pelajaran dan semua guru. k. Sekolah mampu menghasilkan perangkat program perbaikan dan pengayaan untuk semua guru mata pelajaran. l. Sekolah mampu melaksanakan pembelajaran CTL. m. Sekolah mampu menyelenggarakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. n. Sekolah mampu melaksanakan strategi pembelajaran yang efektif. 39 o. Sekolah mampu menghasilkan bahan dan sumber pembelajaran yang relevan. p. Sekolah mampu mencapai nilai ujian nasional rata-rata 7,00. q. Sekolah mampu menghasilkan peserta didik yang berakhlak mulia dan memperkuat iman dan taqwa. r. Sekolah mampu menyediakan bahan dan sumber pembelajaran yang relevan. s. Sekolah mampu menyediakan media pembelajaran yang relevan. t. Sekolah mampu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Sekolah mampu menyediakan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan berwawasan ke depan. u. Sekolah mampu menata lingkungan sebagai pusat komunikasi belajar. v. Sekolah mampu menjadi sekolah yang sehat. w. Sekolah mampu menjadi sekolah yang inovatif. 3. Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana yang ada di SMPI Darul Muttaqien, yaitu: a. Ruang Kelas b. Perpustakaan c. Lab. IPA d. Lapangan Olah Raga e. Musholla f. Kantin g. Toilet Di SMPI Darul Muttaqien terdapat 15 Ruang Kelas, 1 Ruang Guru, 1 Ruang Kepala Sekolah. Di sekolah ini terdapat 20 unit komputer dan alatalat praktikum IPA sudah lengkap, misalnya mikroskop, dan gelas piala. Sarana lain misalnya, toilet guru dan siswa berbeda. Siswa mempunyai 40 toilet sendiri sedangkan toilet guru masih bersatu dengan toilet kepala sekolah. Alat perlengkapan pendidikan yang berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar, seperti papan tulis, 300 pasang meja dan kursi, buku-buku yang dimiliki oleh sekolah untuk menunjang proses belajar mengajar sudah lengkap, karena pemerintah sudah menunjang semua kebutuhan sekolah. Alat olah raga yang tersedia, seperti tenis meja, bola basket, voli, bulu tangkis, dan futsal. Alat keseniannya, seperti marawis, kosidah, dan band. Alat pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar seperti jumlah meja dan kursi siswa maksimal 20 pasang perkelas, meja dan kursi guru berjumlah 33 pasang dan peralatan lain seperti papan absen, lemari, buku agenda dan absensi tersedia. 4. Kurikulum yang Digunakan Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan, yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. SMP 41 Darul Muttaqien pada tahun ajaran ini telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas VII, VIII, dan kelas IX. Konsep dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang lebih mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter), yaitu: 1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. 2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. 3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. 4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. 5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Sejauh ini, hasil yang telah dicapai oleh sekolah tersebut sebagian telah sesuai dengan tujuan digunakannya kurikulum tersebut. Dari kurikulum yang diterapkan tersebut terdapat kekurangan-kekurangan yang salah satunya, yaitu terlalu banyaknya materi yang harus dipelajari oleh para peserta didik. Hal ini mengakibatkan banyaknya konsep atau materi yang tidak bisa dipahami oleh siswa, serta dapat membingungkan siswa untuk menyerap seluruh materi pelajaran yang diberikan, khususnya di SMPI Darul Muttaqien. Keunggulan dari kurikulum tersebut akan dapat dirasakan apabila siswa memiliki kemampuan lebih dalam menyerap materi yang diberikan, dan tentunya pengetahuan mereka akan lebih bertambah. 42 5. Data Keadaan Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa Jumlah Personal di SMPI Darul Muttaqien. Tabel 4.1 JUMLAH NO PERSONAL 1. Kepala Sekolah 2. Guru PNS 0 3. Guru PNS lainnya 0 4. Guru kontrak / bantuan / honda 0 5. Guru tetap sekolah 17 12 29 6. Guru honor / tidak tetap 2 2 4 7. Administrasi (TU) 1 2 3 8. Pustakawan 2 2 9. Petugas BP / BK 3 3 10. Laboran 1 1 2 11. Tenaga keterampilan 1 2 3 12. Personal lainnya Total Lk Pr Total 1 1 0 22 25 47 Tenaga struktural mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi di suatu unit organisasi. Pengembangan dan pembinaan karier kelompok tenaga struktural tergantung pada beban tugas pokok dan fungsi unit organisasi 43 tempat mereka bekerja. Tenaga fungsional dalam kariernya tergantung pada kemampuan profesi mereka yang lebih spesifik. Dalam hal ini kesempatan ada pada kemampuan dalam mengembangkan dirinya secara luas tanpa terikat dan terbatas pada stuktur organisasi di mana mereka betugas. Sampai saat ini setiap pegawai atau personal di SMPI Darul Muttaqien sudah berjalan dengan baik sesuai dengan tugas, hak dan kewajibannya masing-masing. Dalam pengelolaan bidang administrasi ketenagaan ini setiap personal fungsinya adalah mencari, mengevaluasi, mengadakan persetujuan, menempatkan, mengorientasikannya pada posisi tugas yang dibutuhkan dalam unit organisasi sekolah. Jumlah siswa di SMPI Darul Muttaqien dapat dilihat dan dihitung dari jumlah kelasnya. Tabel 4.2 Tahun Jumlah Pelajaran Pendaftar Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah Calon Jml Jml Jml Jml Siswa siswa rombel siswa rombel siswa rombel siswa rombel 190 5 208 5 212 5 610 15 232 6 187 5 192 5 607 15 280 7 221 6 170 4 671 17 364 9 274 7 208 5 846 21 Jml Jml Jml Jml Baru Th 2009- 630 2010 Th 2010- 615 2011 Th 2011- 692 2012 Th 2012- 860 44 2013 Th 2013- 1020 280 7 375 9 360 9 1015 2014 B. Deskripsi Data Secara Umum Data penelitian mencakup 10 jenis temuan, yaitu prefiks me-, prefiks ber-, prefiks di-, prefiks ter-, prefiks ke-, sufiks –kan, sufiks -i, konfiks ber-an, konfiks ke-an, dan klofiks ber-an. C. Analisis Subbab ini membahas hasil analisis penggunaan afiks pembentuk verba dalam teks berita siswa kelas VIII di SMP Darul Muttaqien Jakarta Selatan. Datadata yang telah diperoleh, yaitu berupa teks berita siswa. Siswa yang dijadikan subjek penelitian sebanyak 30, tetapi yang dianalisis hanya 12 teks berita siswa. Berikut ini peneliti akan melampirkan data-data teks berita siswa, data dilampirkan sesuai dengan yang ditulis oleh siswa tanpa melebihi dan mengurangi bentuk aslinya. Data 4.1 Bencana Gunung Meletus Sejumlah Warga dibukit tinggi terpaksa harus mengungsi di pengusian. Gunung merapi kembali menyemburkan hawa panas. banyak warga yang terluka-luka akibat semburan api dan banyak warga yang meninggal dunia. kini polisi sedang menyari korban yang meninggal dan terluka. 25 45 Menurut kepala desa gunung itu sudah tidak aman lagi, dan kepala desa memberitahukan kepada warga bahwa harus waspada, banyak sekolah yang rubuh akibat gunung meletus. Di pengungsian warga sangat membutuhkan pakaian yang layak di gunakan, seperti obat-obatan, makanan, susu untuk bayi, dan Selimut. Sampai Saat ini warga masih waspada pada gunung meletus dan sebagian warga masih bertahan di pengungsian tersebut. Data 4.2 Bencana Banjir Diwilayah jawa terendam banjir cukup dalam, dan disana cukup mengenaskan. lebih dari 1 meter rumah-rumah kemasukan air. Beberapa orang yang masih bertahan dirumah mereka masing-masing. Saat ini, warga sementara mengungsi di pertendaan yang sudah di pasang oleh petugas kesehatan. Namun, dipertendaan itu sebenarnya tidak layak untuk anak-anak maupun balita yang masih kecil. dan disana sangat kekurang air bersih. Dan mereka juga kekurangan bahan-bahan makanan. Sejumlah warga sangat kebingun memikirkan anak-anak mereka yang memerlukan bahan makanan yang akan untuk anak-anaknya. Dari sejumlah warga lain menyumbangkan sedikit bahan-bahan makanan yang mereka butuhkan, dan baju-baju yang untuk mereka gunakan selama di pengungsian sementara. Tapi ada juga warga yang nekat untuk pulang kerumah untuk melihat kondisi rumah mereka saat ini. 46 Data 4.3 Pencurian Motor Telah terjadi pencurian sebuah motor diwilayah Jakarta Barat (Ciledug, Jl. Gotong Royong 07 rt 03 rw 01). Sebuah motor bermerek Mio. Sabtu (3/11), sang pemilik motor meningglkn motornya diluar rumah dgn keadaan tdk dimatikn. Karena, sang pemilik ingin mengambil dompet didlm rumah dan beberapa menit kemudian sang pemilik kembali kedepan rumah karna curiga dgn adanya seseorang diluar. Ketika kembali keluar ditemukan motornya hilang. Dan sang pencuri kabur dgn motor itu. Alhasil sang pencuri tertangkap dan digebukin oleh orang2 disekitar itu. Dan pencuri itu dibawa kekantor polisi untuk diperiksa. Sebut saja inisialnya D. D pun diamankan oleh polisi. D mengaku nekat mencuri motor itu karena kekurangan biaya untuk menghidupi ke-tiga anaknya dan seorang istri. Sang pemilik motor sangat marah dan ingin sekali sang pencuri di penjara. Setelah diperiksa oleh polisi dan mendapatkan bukti bukti, akhirnya Si pencuri terpaksa dikurung di penjara selama tiga tahun lebih. Motor pun kembali kepada Sang pemilik. Data 4.4 Bencana Banjir. Sejumlah warga terkena musibah banjir. Di wilayah selatan sering di sebut (Cipulir). Sudah lama dia mengungsi di petukangan dari hari selasa.11,12,2013 s/d sekarang belum surut juga banjir di Cipulir. Sampai sodara saya mendatangi korban 47 banjir, dia bernama, Dr.sutimin, dia berbicara kepada korban banjir. Dan sayapun tidak tau apa yg di bicarakan kepada korban banjir. Dan dahulu juga sering terkena banjir sampai dua bulan belum surut surut juga sampai Rumah Pak RT (jono) kehanyut arus banjirnya dari cipulir. dan dua orang tewas kebawa arus banjir. dan sampai kini belum ketemu mayat orangnya itu. Sampai orang tuanya menangis nangis kejer, sampe warga kampunya terharu dengar ceritanya itu. Dan banyak yg bilang air banjirnya itu datang dari bogor sampai sini. dan Makannya di sini sering terkena banjir. Setahun 3 kali berturut-turut sampai Perbatasan banjir sudah di tutup tetapi masih bisa kebobol karena terkena arus banjir dari air kali bogor. Dan sampai kini warga cipulir sudah pada pindah karena Menahan air banjir dari bogor itu. Dan sekarang warga yg tinggal disitu sudah aman. dan sering anak anak bermain layangan, Bola. Dan selamat lah warga cipulir sekarang yg masih disitu. warganya tentram, sopansantun, dan sering bergotong royong. Data 4.5 Banjir di beberapa wilayah Dki Jakarta Sejumlah Penduduk Dki Jakarta mengalami bencana Banjir. ketinggian air sudah mencapai 3 meter. warga mengungsi di beberapa tempat yang aman dari genangan Banjir. kejadian banjir itu terjadi pada Rabu, 3 januari 2013. hingga saat ini banjir masih menggenang di beberapa wilayah Dki Jakarta. Akibat banjir warga terpaksa harus Pindah ke Tempat yang lebih aman dan terjadi kemacetan. Selain itu Banjir juga mengakibatkan beberapa penyakit, antara lain yaitu: gatal-gatal, Tbc, Masuk angin, gangguan Pencernaan dll. 48 Peristiwa itu terjadi karena hujan yang sangat lebat dan menggenangi Wilayah Dki Jakarta karna selokan air mampet, warga membuang sampah ke kali / sembarangan. Akibat dari bencana itu Dinas Dki Jakarta menghimbau agar tidak membuang sampah sembarangan. Data 4.6 Bencana Banjir Banjir melanda di kota Jakarta pada tgl 11 juli 2013. akibat hujan deras yg turun trus menerus hgga mengakibatkan banjir di kota Jakarta. ketinggian banjr kurang lebih sepinggang orang dwasa kira” antara 1 meter hingga 2 mter akibat banjir smua orang khilang harta benda termasuk orang yg di cintai* kbanyakan warga khilangan anggota keluarganya ada yg hilang karena hanyut dan ada yg jga meninggal karna hanyut terbawa arus deras banjir Data 4.7 Banjir di sejumlah daerah dijakarta Banjir yg menggenangi diberbagai daerah dijakarta, mengganggu aktivitas warga yang Rumahnya terkena banjir. banjir Terjadi di berbagai Daerah, salah satunya kampung Pilo. banjir yg menggenangi kampung pulo membuat warga harus mengungsi ke sejumlah posko pengungsian. dikarenakan air sudah mencapai ketinggian 3 meter atau sesampai leher orang dewasa. 49 banjir Dikarenan curah hujan yang Tinggi. Sampah yg menyumbat sejumlah kanal dan penebangan Liar di Sejumlah daerah Jakarta. banjir juga menggenangi jalan2 protokol seperti jalan Jendral Sudirman. jalan gatot Subroto dan Bundara Hotel Indonesia. gubernur DKI Jakarta Jokowi mendatang keberbagai posko pengungsian Dan memberikan sejumlah bantuan kepada pengungsi. Para selebritis Juga mendatangi Posko Pengungsian di berbagai Daerah dan memberikan sejumlah bantuan kepada pengungsi. Data 4.8 Bencana Banjir Sejumlah warga di Ibu kota Jakarta terpaksa mengungsi disejumlah tokoh-tokoh dan warung yang sudah tutup. dikarenakan banjir memasuki rumah mereka. ketinggiannya mencapai 1 meter. sejak pagi hingga siang ini hujan masih mengguyuri wilayah Jakarta salah satunya dijalan patra, kebon jeruk, Jakarta Barat banyak motor yang mogok Sampai dini hari banjir masih mengenangi jalanan dan banjir hingga saat ini ketinggian mencapai 2 meter banyak korban yang sakit sakit flu, batuk, demam, diare dan gatel-gatel. dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa terjadi ketika air naik yang berlebihan merendam daratan akibatnya mampu merendam dan merusak jalanan Data 4.9 Sejumlah peristiwa pembunuhan di Tangerang, Pada saat itu warga menemukan Rabu (28/01 Jenajah bapak Reyhan Polisi segera menyelidiki tempat Ke jadian. Polisi 50 menemukan barang bukti cerulit, polisi menyelidiki lebih dalam lagi dan warga korban mengetahui cerulit yang berumulan darah itu, yang tidak lain adalah teman dekat korban sendiri. Polisi segera mencari teman dekatnya yang telah di ketahui namanya yaitu bapak Erwin Polisi Segera dateng kerumah Erwin. ternyata ada di toilet rumahnya polisi segera menyelidiki lebih dalam lagi. dan ternyata kejadiannya perebutan lahan. Data 4.10 Bencana banjir di Jakarta Sejumlah warga di Jakarta terpaksa mengungsi ke pos keamanan di dekat daerahnya. Di karenakan Hujan yg terus mengguyur daerah Jakarta ini akan menambah naik. Di waspadakan kepada warga Jakarta untuk berhati2x dan tetap sabar. Gubernur DKI Jakarta; Joko widodo, Rabu (11-01-2014) mengungkapkan bahwa kejadian itu di karenakan warga DKI Jakarta telah sering membuang sampah sembarangan dan menjadi menyumbat selokan. Saat ini, warga DKI Jakarta dan Tim sar berupaya untuk mengevakuasi warga untuk mengungsi di Pos keamanan, warga ada juga yg menjaga rumahnya dan barang-barangnya walaupun ketinggihan Banjir itu sudah lebih dari 1 Meter. warga jakarta saat ini sangat membutuhkan pangan dan selimut seperti = makanan sehat, minuman, susu, selimut, dan lain-lain. Gubernur DKI Jakarta berupaya membersihkan kali2x atau selokan yg tersumbat untuk di ambil dan di buang tepat pada limbah pembuangan sampah. 51 Data 4.11 Bencana Banjir Banjir melandang Jakarta pd tgl : 10 Januari 2014. akibatnya hujan yang sangat delas sekali dan tdk berhenti terus karena cuaca kemarau. ketinggian banjir bisampai 2 meter karena air kali meluap warga Jakarta membuang sampah sembarangan karena warga Jakarta malas memBuang sampah pada tempatnya. kehilangan harta benda dan kehilang barang2x yang berharga. warga menangis karena rumah terendam banjir dan keluarga sangat khawatir takut Banjir susulan dari manasaja dan Juga yang harus diselamatkan adalah surat2x seperti surat tanah, ijazah, dan lainlainnya, karena sangat penting. Data 4.12 bencana gunung meletus sejumlah warga di kota bogor terpaksa mengungsi karna gunung sinabung terus keluarkan awan panas bahkan sejumlah ladang dan perkebunan yang berada didesa sekitar gunung sinabung sudah rawan. didesa itu semakin rawan karna gunung sinabung mengeluarkan lava. maka warga disekitar gunung sinabung segera diungsikan ketenda pengungsian. semua warga dikota bogor harus mengungsi di sekitar’a semenjak warga diungsi ketenda pengungsian anak-anak maupun orang tua berdesak-desakan, karna semua warga mengungsi di tenda tersebut Jadi semakin berdesak-desakan. 112 Berdasarkan uraian diatas, peneliti menemukan kesalahan pembentuk afiksasi verba dalam teks berita siswa, misalnya pada data I dan VIII berupa kesalahan penggunaan prefiks me-. Dapat dilihat pada data I paragraf 1 – kalimat 4, kata dasar cari jika dibubuhi prefiks me- maka akan membentuk kata mencari bukan menyari. Selanjutnya dapat dilihat pada data VIII paragraf 2 – kalimat 1, kata dasar genang jika dibubuhi prefiks me- maka akan membentuk kata menggenang bukan mengenang. Pada data II, IV, VI, dan XI terdapat kesalahan penggunaan prefiks ke-. Penggunaan prefiks ke- pada kata dasar kurang, bingung, bobol, dan hilang tidak tepat dan tidak memiliki makna dalam tata bahasa Indonesia. Kata-kata tersebut seharusnya menggunakan konfiks ke-an agar sesuai dan memiliki arti dalam tata bahasa Indonesia. Pada data II paragraf 2 – kalimat 3 dan paragraf 3 – kalimat 1 terdapat kesalahan proses afiksasi verba, kata dasar kurang dan kata dasar bingung jika dibubuhi konfiks ke-an maka akan membentuk kata kekurangan dan kata kebingungan. Pada data IV paragraf 3 - kalimat 3 terdapat kesalahan proses afiksasi verba, kata dasar bobol jika dibubuhi konfiks ke-an akan membentuk kata kebobolan. Pada data VI dan XI paragraf 3 - kalimat 1 terdapat kesalahan proses afiksasi verba, kata dasar hilang jika dibubuhi konfiks ke-an maka akan membentuk kata kehilangan. Pada data IV terdapat kesalahan penggunaan prefiks ke-. Penggunaan prefiks kepada kata dasar hanyut yang terdapat dalam paragraf 2 – kalimat 1 membentuk kata kehanyut. Kata kehanyut tidak sesuai dalam pembentukan kata afiksasi verba. Kata hanyut sebaiknya dibubuhi prefiks ter- yang akan membentuk kata terhanyut. Selanjutnya, dapat dilihat pada data III paragraf 2 – kalimat 3 terdapat kesalahan penggunaan sufiks –i. Penggunaan sufiks –i pada kata dasar gebuk membentuk kata gebuki bukan gebukin. Kemudian, dapat dilihat pula data XII paragraf 3 – kalimat 1 terdapat ketidaktepatan pada kata diungsi, kata diungsi akan lebih tepat jika dibubuhi 113 sufiks –kan yang akan membentuk kata diungsikan. Dapat dilihat pula data VII paragraf 2 – kalimat 1 terdapat kesalahan proses pembentukan afiksasi verba pada kata dikarenan, kata dasar karena jika dibubuhi prefiks di- dan sufiks –kan akan membentuk kata dikarenakan. Kesalahan yang terjadi dalam teks berita siswa tersebut, tidak hanya kesalahan dalam pembentukan afiksasi verba saja, tetapi ada pula kesalahan dalam penggunaan kata dasar, kesalahan ejaan, serta kesalahan pemakaian afiksasi di dalam kalimat. Dalam hal ini, kesalahan dalam penggunaan kata dasar, kesalahan ejaan, serta kesalahan pemakaian afiksasi di dalam kalimat tidak termasuk dalam analisis penelitian. BAB V PENUTUP Berdasarkan kajian teoretis dan hasil penelitian mengenai afiksasi verba pada teks berita siswa kelas VIII semester I di SMP Darul Muttaqien Jakarta, penulis dapat mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran. A. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, peneliti dapat mengemukakan simpulan, yaitu penggunaan afiksasi verba pada teks berita siswa kelas VIII semester I di SMP Darul Muttaqien Jakarta tahun pelajaran 2013/2014 mencakup 10 jenis, yaitu prefiks me-, prefiks ber-, prefiks di-, prefiks ter-, prefiks ke-, sufiks –kan, sufiks -i, konfiks ber-an, konfiks ke-an dan klofiks ber-an. Afiksasi pembentuk verba yang digunakan siswa sudah cukup beragam. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah memahami penggunaan afiksasi verba tersebut. Afiksasi verba yang digunakan siswa misalnya: 1. Pembubuhan prefiks me- pada kata dasar cari akan membentuk kata mencari. Prefiks me- dibubuhkan pada kata dasar buang akan membentuk kata membuang, kata dasar rendam jika dibubuhi prefiks me- akan membentuk kata merendam. Selanjutnya, kata dasar ungsi jika dibubuhi prefiks me- akan membentuk kata mengungsi, kata selidiki jika dibubuhi prefiks me- akan membentuk kata menyelidiki, kemudian kata ketahui jika dibubuhi prefiks me- akan membentuk kata mengetahui. 2. Pembubuhan prefiks ber- pada kata dasar tahan akan membentuk kata bertahan. 114 115 3. Pembubuhan prefiks di- pada kata dasar pasang akan membentuk kata dipasang. 4. Pembubuhan prefiks ter- pada kata dasar paksa akan membentuk kata terpaksa. 5. Pembubuhan prefiks ke- pada kata dasar bawa akan membentuk kata kebawa. 6. Pembubuhan sufiks -kan pada kata dasar tinggal akan membentuk kata tinggalkan. 7. Pembubuhan sufiks –i pada kata dasar selidik akan membentuk kata selidiki. 8. Pembubuhan konfiks ber-an pada kata dasar lumur akan membentuk kata berlumuran. 9. Pembubuhan konfiks ke-an pada kata dasar masuk akan membentuk kata kemasukan. 10. Pembubuhan klofiks ber-an pada kata dasar desak-desak akan membentuk kata berdesak-desakan. Penggunaan prefiks me-, prefiks ber-, prefiks di-, prefiks ter-, prefiks ke-, sufiks –kan, sufiks -i, konfiks ber-an, konfiks ke-an, dan klofiks ber-an tersebut sesuai dengan kaidah afiksasi bahasa Indonesia. B. SARAN Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia dan para peneliti : 1. Guru bahasa dan sastra Indonesia diharapkan memberikan perhatian terhadap siswa dalam menulis, khususnya dalam penggunaan afiksasi pembentuk verba, sehingga afiksasi pembentuk verba dikuasai oleh siswa dan diharapkan tidak ada lagi kesalahan dalam penggunaannya. Pentingnya pembelajaran menulis, sehingga guru hendaknya menekankan perhatiannya terhadap siswa 116 dengan memberikan latihan membuat karangan baik berupa teks berita ataupun karangan lainnya, dari hasil tulisan siswa tersebut sehingga dapat dilihat kemampuan siswa dalam menggunakan afiksasi verba secara tepat. 2. Para peneliti, selanjutnya diharapkan untuk mengembangkan penelitian ini dalam penelitian-penelitian selanjutnya dengan menggunakan objek yang berbeda. Bila penelitian ini difokuskan pada afiksasi pembentuk verba pada teks berita siswa, maka peneliti lain bisa meneliti afiksasi pembentuk verba, nomina, maupun adjektiva dalam karangan siswa yang lainnya. Hal ini bertujuan agar informasi analisis afiksasi dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat diperkaya. 117 DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Ambary, Abdullah. Intisari Tatabahasa Indonesia. Jakarta: DJATNIKA Bandung, 1979. AR, Syamsudin dan Vismaia S. Damaianti. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Arifin, E. Zaenal dan Junaiyah. Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Cet. III, 2009. Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. III, 2007. -------. Morfologi Bahasa Indonesia (pendekatan proses). Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. I, 2008. Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia, Edisi IV, Cet. I, 2008. -------. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Bandung: Pustaka Setia, Cet. X, 1992. Hanafi, Abdul Halim. Metode Penelitian Bahasa Untuk Penelitian, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta, Diadit Media Press, Cet. I, 2011. HP, Achmad. Linguistik Umum. Jakarta: Depdikbud, Cet. I, 1996. 118 Ishwara, Luwi. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, Cet. III, 2007. Katamba, Francis. Modern Linguistics: Morphology. London: The Macmillan Press LTD, 1993. Keraf, Gorys. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah, 1969. Kusumaningrat, Hikmat. Jurnalistik Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Lieber, Rochelle. Introducing Morphology. New York: Cambridge University Press, 2010. Muchtinah, Sri Ety dkk. Bahan Ajar Smart Bahasa Indonesia. Jakarta: t.p., t.t. Muslich, Masnur. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. I, 2008. Parera, Jos Daniel. Morfologi Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007. Putrayasa, Ida Bagus. Analisis Kalimat (fungsi, kategori, peran). Bandung: PT. Refika Aditama, Cet. I, 2007. Ramlan, M. Ilmu Bahasa Indonesia MORFOLOGI Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono, Cet. 13, 2009. Samsuri. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga, 1987. Sugono, Dendy dan Titik Indiyastini. Verba dan Komplementasinya. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994. Suhaimi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. 119 Tim penulis. TAKTIS Strategi Akurat dan Praktis Bahasa Indonesia untuk SMP. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Jakarta: Kalam Indonesia. 2005. UJI REr.ERENSI Nama Anggraini Prastikasari NIM 11 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan JudulSkripsi Afiksasi Pembentuk Verba Dalam Tel<s Berita Siswa Kelas 100130001 12 YIII di SMP Darul Muttaqien Jakorta Tahun Pelojaran 2013/2014 Dosen Pembimbing Djoko Kentjono, MA REFERENSI NO. I Alwi, Hasan dl,,k. Tata Bahqsa Balat Bahqsa Indonesia. J 2. aka*a: Balai Pustaka, 2003 . Ambary, Abdullah. Intis ari Tqtabahas a Indone s ia. Jakarta: DJATNIKA Bandung, J. 4. 5. PARAF 197 9. AR, Syamsudin dan Vismaia S. Damaianti. Metode Penelitian Pendidiknn Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarva 2007. Arifin, E. Zaenal dan Junaiyah. Morfologi: Bentuk, Malcna, dan Fungsi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Cet.III, 2009. Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. ril,2447. 6. Morfolo gi Bahasa Indone sia (pendekotan prose s) . Iakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. I,2008. 7. Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bohasa. dk d* d,lL t/< {* lk //(.. Jakarta: PT. Gramedia, Cet. I, 2008. Pedaman Umum Ejaan Bahaso Indonesia yang 8. 9. 10. Disempurnakan. Bandung: Pustaka Setia. Cet. X. 1992. Hanafi, Abdul Halim. Metode Penelitian Bahasa Untuk Penelitian, Tesis, dan Disertisi, {Jakarta, Diadit Media Press, Cet. I, 201I. FIP, Achmad. Linguistik Umum. Jakarta: Depdikbud, Cet. I, Ishwara, Luwi. Catatqn-cotatan Jurnalisme Dosar. Jakata: PT. Kompas MediaNusantara, Cet. III, 2007. t2. Katamba, Francis. Modern Linguistics: Morphologt. 13. London: The Macmillan Press LTD,1993. Keral Gorys. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah, 1969. 14. Lieber, Rochelle. Introducing Morphologt New York: Cambridge University Press, 2010. 16. Muslich, Masnur. Tata Bentuk Bahqsa Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. I,2008. 18. Parera, Jos Daniel. Morfologi Bahqso. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007. 19. d* dr& dlt dk lL dk Putrayas4 Ida Bagus. Analisis Kalimat (fungsi, kategori, peran). Bandung: PT. Refika Aditama, Cet. I, 2007. 20. lrk Muchtinah, Sri Ety dkk. Bahan Ajar Smart Bahasa Indonesia. Jakarta: t.p., t.t. 17. lk Kusumaningrat, Hikmat. Jurnalistik Teori dan Proktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. 15. JK ak 1996. II ek- Ramlan, M. Ilmu Bahasa Indonesia MORFOLOGI Suatu Tinjauon Deslviptif. Yogyakarta: C.V. Karyono, Cet. 13, d/{ t* 2009. 21. dlL 22. Sugono, Dendy dan Titik Indiyastini. Verba Komplementasinya. Jakarta: dan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994. 23. Suhaimi dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. 24. 'l/k lrL Tim penulis. TAKTIS Strategi Alatrat don Prahis Bshasa Indonesia untuk SMP. Solo: Tiga Serangkai Pustaka //L Mandiri,2009. 25. Tebba Sudirman. Jurnalistik Baru. Jakarta: Kalam Indonesia. 2005. dlL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Anggraini Prastikasari 1110013000112 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP Darul Muttaqien Jakarta Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas/ Semester : VIII/II Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit Standar Kompetensi : Mengungkap informasi dalam bentuk rangkuman, teks berita, slogan/poster. Kompetensi Dasar : Menulis teks berita secara singkat, padat dan jelas. Indikator : Sebagai indikator yang menunjukkan bahwa siswa telah mampu menguasai kompetensi dasar dengan baik, mereka dapat: 1. Menyimak isi berita yang dibacakan/ dari radio/televisi 2. Mencatat pokok-pokok isi berita yang disampaikan menyangkut unsur 5W+1H 3. Menulis teks berita sesuai dengan unsur 5W+1H Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu menyimak dan memahami isi berita yang dibacakan/ dari radio/televisi 2. Siswa mampu mencatat pokok-pokok isi berita yang disampaikan menyangkut unsur 5W+1H 3. Siswa mampu menulis teks berita sesuai dengan unsur 5W+1H Materi Ajar (Materi Pokok) (Lampiran) Metode Pembelajaran Tanya jawab, ceramah, diskusi, inquiri, penugasan. Sumber Belajar (Media Pembelajaran) a) Pemilihan Media Pembelajaran Analisis Tujuan Aktivitas Siswa Pembelajaran Menyimak dan Kognitif memahami isi berita Kognitif Sifat Pengadaan yang Dipilih Psikomotorik dan Kognitif Jenis Media Mencatat Multimedia Rancangan individu: Langkah-langkah: pokok- -Perencanaan: pokok isi berita menentukan materi, Menulis teks berita pencarian bahan sesuai dengan unsur -Pelaksanaan: 5W+1H pembuatan powerpoint dan rpp -Evaluasi hasil pembuatan media b) Isi Program Media Tema Indikator Pesan Multimedia Skenario Pemanfaatan keberhasilan Melalui Media Berita Menyimak dan Menemukan memahami isi berita informasi dari isi berita Mencatat pokok- Mampu mencatat pokok isi berita yang pokok-pokok isi disampaikan berita yang disampaikan Menulis teks berita Mampu menulis sesuai dengan unsur teks berita sesuai 5W+1H dengan unsur 5W+1H Langkah-langkah Pembelajaran No. Kegiatan 1. Pendahuluan Waktu Nilai Karakter 10 menit Tanya Jawab Guru mengucapkan salam pembuka Nilai Religius “Assalamualaikum wr. Wb?” Guru menanyakan keadaan siswa pada hari itu (menyiapkan psikis dan fisik siswa untuk Metode Nilai Sosial belajar) “Selamat pagi anak-anak? Bagaimana kabarnya? Sudah siap untuk belajar hari ini?” Guru bertanya kepada siswa tentang materi berita (membuka schemata siswa) “ Hari ini kita akan membahas berita! Ada yang mengetahui berita itu apa? Apakah kalian sudah pernah mendengarkan orang membaca berita? Atau kalian sendiri pernah melakukannya?” 2. Kegiatan Inti 70 menit Ceramah, Diskusi, Guru menjelaskan materi berita dengan bantuan media powepoint (untuk menyamakan presepsi siswa) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk Nilai Psikologi menanyakan apa yang tidak mereka pahami Siswa menyimak dan memahami isi berita. Inquiri Siswa mencatat pokok-pokok isi berita yang disampaikan. Penugasan Guru menugaskan siswa untuk menulis teks berita secara individu dengan tema yang tidak ditentukan, isi berita harus sesuai dengan unsur 5W+1H. Kegiatan Penutup 3. 10 menit Guru bersama dengan siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar dengan cara mengulas kembali materi berita yang telah dipelajari. Nilai Religius Guru menutup pertemuan dengan salam penutup. “ Baik, pelajaran kita sampai disini, kita lanjutkan lagi pada pertemuan selanjutnya! Semoga apa yang telah kita pelajari dapat bermanfaat semua! Penilaian Hasil Belajar Jenis tagihan Tugas individu Ulangan kita Wassalamualaikum wr.wb” bagi Bentuk instrumen Uraian Bebas Jawaban Singkat Nilai Kriteria: (10-9) A ( 8-7 ) C ( 9-8 ) B ( 7-6 ) D ( 6-5 ) E Jakarta, 3 Maret 2014 Mengetahui, Kepala SMP Darul Muttaqien Jakarta Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Dra. Hj. Siti Nuraisyah Anggraini Prastikasari NIP NIM. 1110013000112 Lampiran Materi Menulis Teks Berita Teknik menulis berita pada dasarnya sama dengan menulis atau mengarang pada umumnya. Perbedaannya hanyalah terletak sumber tulisan. Jika kita mengarang cerita sumbernya adalah imajinasi, sedangkan menulis berita sumbernya adalah peristiwa atau hal-hal nyata yang benar-benar terjadi. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis berita adalah sebagai berikut: 1. Menentukan peristiwa sebagai objek berita 2. Mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan peristiwa tersebut 3. Menyusun kerangka penulisan 4. Mengembangkan kerangka penulisan dalam bentuk berita 5. Menyunting atau mengedit berita hasil penulisan 6. Mempublikasikan tulisan melalui majalah dinding atau media massa. Perlu diketahui dalam menulis berita: 1. Judul berita a. Sesuai dengan keseluruhan isi berita. b. Menarik, menimbulkan minat pembaca untuk mengetahui isi berita c. Singkat, padat, mudah dipahami 2. Isi berita Isi berita hendaknya meliputi 5W dan 1H, yaitu What (apa yang terjadi dalam peristiwa tersebut?), When (kapan terjadinya peristiwa tersebut?), Who (siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut?), Where (di mana terjadinya peristiwa tersebut?), Why (kenapa dapat terjadi peritiwa tersebut?), dan How (bagaimana kejadiannya?). ^& KEMENTERIAN AGAMA UlN JAKARTA FITK Lry-mw.5"1 Jl. lr. H. Juanda No 95 Cipulat 15412 lndanesia r-N,.-..)N-i No Dokumen FORM (FR) : Tgl. Terbit : No. Revisi: : FITK-FR-AKD-081 1 Maret 2010 01 1t1 Hal SURAT BIMBINGAN SKRIPS! Nomor ; Un.01/F. 1/KM.O 1.3i....... ....12012 Larnp. :Hal :Bimbingan Skripsi Jakarta,3 Desember 20 I3 Kepada Yth. Djoko Kentjono, M.A. Pembimbing Skripsi Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UN Syarif Hidayatullah ' Jakarta. As s alamu' alaikum wr.wb. Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pernbimbing l/ll (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa: : Anggraini Prastikasari Nama :1110013000112 NIM : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Semester :7 Judul Skripsi :Afiksasi Pembentuk Verba dalam Tajuk Rencana Harian Kompas Sebagai Sumber Belajar Judul lerscbu'" teleh disotu.jul oleh Jurusan 3,ang bersangk'-rtan pada tangga! 3 Desen-rtrcr 2013, abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu. Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. 14/as s al amu' al ai kum wrw b. a.n. Dekan Kajur Pend. Bahasa dan Sas]ra Indonesia Dra. Mahm NIP. 19640 Tembusan: Dekan FITK Mahasisrva ybs. 1. 2. Fitriyah ZA, M.Pd 199103 2 001 KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK Jt. lr. H- Juaftda l,lo 1gt2 95 Clpidlat No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082 FORM (FR) tndr,n$ia SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN Nomor : Un.01 /F. 1/KM.01 .9t ........t2CI1 Jakarta, 22Maret 2A14 1 Lamp. : Outline/Proposat Hal : Permohonan lzin penelitian Kepada Yth" Kepala Sekolah SMP DarulMuttaqien di Tempat Assalamu' a la iku m wr.wb. Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama Anggraini Prastikasari NIM 11 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia Semester vilr Judul Skripsi 100130001 12 Afiksasi Pembentuk Verba Dalam Teks Berita Siswa Kelas Vlil di SMP DarulMuttaqien Jakarta Tahun Pelajaran 2O13f2814 adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riseti instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudara dapat melaksanakan penelitian dimaksud. mengizinkan mahasiswa tersebut Atas perhatian dan kerja sama saudara, kamiucapkan terima kasih. Wassalamu' a laiku m wr.wb. a.n. Dekan Kajur Pend. Bahasa dan 1. 2. 3, Dekan FITK Pembantu Dekan Bidang Akademik Mahasiswa yang bersangkutan NIP. Indonesia Fitriyah ZA,MP1, Dra. Tembusan: di 1 t2 199703 2 001 \'' ' "{f}ARtj ' t::. .: ,; '.;'. ' :' :' ffi&trF ffiT.Y XffiTq*{ #x&*iiri: I*.iirffi x.s e ffii.l\rfl *in .;r: Fes*rtggrah*lt .$a$tac-ta - sIrqAT KE*X&ANGAN No. F. 622 Yang bertanda tangan di bar,r'a ini 1 SMP.DM I Ifi I :0 i4 : Nam* Sra. tr{j.'$iti 1 xr*irsy,*h Jabatan K*paia Seir*l*h Alamat JI. H" Kssan Misi* N*;' t?6 Petuka*snn _ -G-'--- titara - ----"' Pesang grahan, Jakarta Selatan Menyatakan bahw'a : Narlta A}ifi SRAII{I FR,4STII{ASAfr,! NIM ] Prodi Pendidikafi Eahasa dax $a*tra Indonesia r,rssl3flr]*1i2 Narnatersebut adalah Mahnsiswa Fskults$ Iknu Tarhiyah da* Kegrma* UIN Syarit }tidayatullah Jakartn diizinknn untuk mengadakan Shservasi/Penelitian di SMp Darul hduttaqien dengan_iudul skripsi 'X*cl&r*4li&sari Vefha dalam T**s Eerits.Sisr+s Ketarr VIII di SMp Dawl $dxfr*qter. Tthun ?r;lajas*n ZfiI 3*2& I { "" Sernikian $urat K*tera*gan ini dihuat dengan m*sti*y*. A.tas perhatinmya kartri agar dap*t digunaknn sebagai*ra*a l umpkm trrjrlrs iss$ifu. s,lvx p &ffiNs$,l $URAH.,S$TSR*3{S&S[ No. F"6'?3 / $F-.{P.'}M I Iff 12014 Yang krt*nde taugnn din bawah i*i : lrixrn* Xlm" IXJ, Siti l{rxraiey*b ,I*t**ra* K*pcla sek*lah Alarnat $" fi. K.cse& Mixin N*. il$ Pe,t*kang,a* Utara Ferurng*Ifrh*$* Jakarta S*lsteft &fenyatakan bahwa : Nanra A}{SG*ATHI TRASTIKA$&ITX hiIM I I r00130001 1: Peu*Jidihar:' &ah,e$* dare Saxxa k*drulesia l*lama temebrf adal*h Mahgsiswa Fakultas trknu Tarbiyah dsn Keguru*n Hidayatutlah Jeksrta yang telah selesai rnelakukan peneiitian di judui sl*ipsi ti4nmi*Jr Yerba dst&tt Y*k #€rit& fuhxn fu{a!*ru* 3#l Sist*,n JFefsr UIN $h{f l}arul Muttaqien Wll dt,$ifP $yarif d*ngar: "Srad il{*trg,glen 3-20 I 4*, Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat digunaka* sebagaimana mestinya At*s prhatiarnya kami *capkan t*rima kasih. PENELITIAN DI SMP DARUL MUTTAQIEN JAKARTA BIODATA PENULIS Anggraini Prastikasari, lahir di Jakarta, 12 Agustus 1992. Ay, panggilan sehari-harinya, anak tunggal, dari orangtua bernama Heru Prasetyo dan Nurlaila. Saat ini, ia tinggal di Jl. H. Gaim Rt. 10 Rw. 002 No. 68 Petukangan Utara, Jakarta Selatan. Mendengarkan musik dan jalan-jalan adalah hobinya. Gadis ini tamat sekolah dasar di SD Islam Darul Muttaqien pada 2004, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 153 Jakarta pada 2007, dan sekolah menengah kejuruan di SMK Negeri 6 Jakarta pada 2010. Pada 2010, ia kuliah di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Selama kuliah banyak pelajaran yang didapatkannya, mulai dari ilmu yang diberikan oleh dosen, pengalaman mengajar di lembaga pendidikan LP3i, sampai sahabat-sahabat yang luar biasa. Wanita ini juga memiliki lembaga pendidikan pribadi yang diberi nama “Smart House” yang berdiri sejak 2013 hingga saat ini.