universitas indonesia analisis praktik klinik keperawatan kesehatan

advertisement
1
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN
KANKER PAYUDARA DI RUANG RAWAT BEDAH
GEDUNG A RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR
ENDANG MURWANINGSIH
1106129682
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
JULI 2014
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
2
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN
KANKER PAYUDARA DI RUANG RAWAT BEDAH
GEDUNG A RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar ners keperawatan
ENDANG MURWANINGSIH
1106129682
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
JULI 2014
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
3
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Endang Murwaningsih
NPM
: 1106129682
Tanda Tangan :
Tanggal
: 16 Juli 2014
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
4
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Penulisan karya ilmiah akhir ners. Penulisan
karya ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Profesi Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Saya menyadari penulisan karya ilmiah ini dapat selesai dengan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Bimbingan ini saya rasakan selama menjalani praktik
profesi sampai pada penyusunan tugas akhir, Oleh karena itu saya mengucapkan
terima kasih kepada:
1.
Ibu DR. Debbie Dahlia S.Kp., MHSM selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dalam
penyusunan karya ilmiah akhir ini.
2.
Ibu Ns.Yeane Anastania,S.Kep selaku pembimbing klinik di RSCM yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing kami selama
menjalani praktek profesi Ners di Ruang Bedah Gedung A
RS.Cipto Mangunkusumo.
3.
Manajemen dan bidang keperawatan RS Kanker Dharmais yang telah
memberikan kesempatan dan dukungannya kepada penulis untuk melanjutkan
studi Profesi Ners.
4.
Suamiku Anggiat Monang,ST dan kedua anakku Igor dan Rachel tercinta yang
senantiasa membuatku semangat, selalu mendoakan dan memberi dukungan
demi kelancaran selama menjalani praktek profesi ini dan terimakasih juga untuk
pengertiannya.
5.
Teman-teman seperjuangan selama menjalani profesi Ners di Fakultas Ilmu
Keperawatan tahun 2014.
6.
Teman-teman di ruang Instalasi Radioterapi RS Kanker Dharmais yang telah
memberikan dukungan dan semangat yang luar bisa.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
6
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Penulisan Karya Ilmiah
Keperawatan ini bisa membawa manfaat bagi pengembangan ilmu khususnya dalam
bidang keperawatan.
Depok, 16 Juli 2014
Penulis
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
7
HALAMAN PERNYATAAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
Nama
: Endang Murwaningsih
NPM
: 1106129682
Program studi
: Profesi Ners
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
: Karya Ilmiah Akhir
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada
Pasien Kanker Payudara di Ruang Rawat Bedah gedung A RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan
tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta
dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Depok
Pada tanggal : 16 Juli 2014
Yang menyatakan
( Endang Murwaningsih )
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
8
ABSTRAK
Nama
: Endang Murwaningsih
Program Studi : Profesi Ners
Judul
: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan pada Pasien Kanker Payudara di Ruang Rawat Bedah
gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
Kanker Payudara adalah tumor ganas yang terjadi karena terganggunya sistem
pertumbuhan sel di dalam jaringan payudara. Kanker payudara juga merupakan salah
satu masalah kesehatan yang terjadi di daerah perkotaan terkait dengan gaya hidup
yang tidak sehat. Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian
pengobatan salah satunya pembedahan dengan cara mastektomi. Pasien pasca
pembedahan mastektomi biasanya mengalami keterbatasan gerak. Akibat dari
keterbatasan gerak ini pasien merasa kaku dan nyeri. Tujuan penulisan ini adalah
untuk melakukan analisis evidence based mengenai pengaruh latihan rentang gerak
sendi/ROM terhadap pengurangan rasa kaku dan nyeri sehingga dapat mencegah
limfedema.
Kata kunci: Kanker payudara, keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan, Range
of Motion (ROM).
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Endang Murwaningsih
: Faculty of Nursing
: Analysis clinical practice of urban health nursing in Breast
Cancer at Surgical room A area RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta.
Breast cancer is when cancer develops from breast tissue. Breast cancer is the most
common health problems for public health in urban city that cause by unhealthy life.
Total mastectomy in breast cancer is one of treatment of breast cancer management.
Patient who had surgery on total mastectomy ussually developed side effects of
surgery in their activity such as pain and Loss of range of motion. The aim of this
paper that doing evidence base analisis of exercise for range of motion (ROM)
related with side efect after surgery to prevent lymhedema.
Key words: Breast Cancer, Urban health nursing, Range of Motion (ROM).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ....................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...............vii
ABSTRAK ................................................................................................ viiii
DAFTAR ISI ...................................................................................... ...... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................. ........ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... .......... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... .......... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................. .......... 1
1.1 Latar Belakang .........................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................... 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 7
2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) ...... 7
2.2 Kanker Payudara ..................................................................... 8
2.2.1 Definisi .......................................................................... 8
2.2.2 Patofisiologi................................................................... 9
2.2.3 Etiologi………... .................................................. .......11
2.2.4 Staging… .................................................................... 13
2.2.5 Manifestasi Klinis........................................................ 17
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang............................................... 18
2.2.7 Penatalaksanaan………............................................... 21
2.2.8 Asuhan Keperawatan….............................................. 36
BAB 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA .......................... 41
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
10
3.1 Pengkajian ............................................................................. 41
3.1.1 Identitas Pasien ........................................................... 41
3.1.2 Anamnesis ................................................................... 41
3.1.3 Pemeriksaan Laboratorium ......................................... 45
3.1.4 Pemeriksaan Diagnostik ............................................. 46
Hasil Patologi anatomi................................................. 47
3.1.5 Daftar Terapi Medikasi ............................................... 47
3.1.8 Laporan Pembedahan .................................................. 47
3.2 Analisis Data ......................................................................... 48
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan dan Implementasi ......... 51
3.3.1 Rencana Asuhan Keperawatan Sebelum Operasi ........ 51
3.3.2 Rencana Asuhan Keperawatan Setelah Operasi ......... 52
3.4 Evaluasi Keperawatan ............................................................54
BAB 4. ANALISA SITUASI .................................................................. 57
4.1 Analisis Masalah Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan (KKMP) ............................................................... 57
4.2 Analisis Kasus ....................................................................... 58
4.3 Analisa Salah Satu Intervensi dengan Konsep
dan Penelitian Terkait ............................................................ 63
4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan ....................... 65
BAB 5. PENUTUP ................................................................ ................. 66
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 66
5.2 Saran ...................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 68
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
11
DAFTAR TABEL & BAGAN
Tabel 2.1. Tahapan latihan gerak sendi............................................................. 29
Tabel 3.1. Pemeriksaan darah…………………………………………………45
Tabel 3.2.
Daftar terapi medikasi……………………………………………...47
Tabel 3.3. Analisa Data………………………………………………………..48
Bagan 2.1. Patofisiologi kanker payudara……………………………………..10
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Anatomi Payudara.........................................................................9
Gambar 2.2.
Stadium Kanker Payudara ...........................................................16
Gambar 2.3.
Tanda-tanda Kanker Payudara.....................................................18
Gambar 2.4.
Pemeriksaan Mamografi ............................................................ 20
Gambar 2.5.
Tehnik Pengangkatan sentinel nodul............................................22
Gambar 2.6.
Tehnik operasi kanker payudara.................................................. 23
Gambar 2.7.
Skema latihan gerak sendi……………………………………….31
Gambar 2.8.
Gerakan tangan memanjat dinding dari depan……………….....33
Gambar 2.9.
Gerakan Tangan memanjat dinding dari samping……………….34
Gambar 2.10. Gerakan peregangan gaya kupu-kupu………………………...…36
Gambar 2.11. Tehnik palpasi kanker payudara………………………………...38
Gambar 2.12. Tehnik palpasi kalenjar payudara…………………………….....39
Gambar 3.1.
Foto Rongten……………………………………………………46
Gambar 4.1.
Sistem kalenjar getah bening pada tubuh……………………….64
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Asuhan Keperawatan
Lampiran 2 Catatan Keperawatan
Lampiran 3 Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 4 Lembar Observasi Latihan ROM
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
14
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat perkotaan. Penyakit kanker sampai saat ini masih menjadi hal yang
menakutkan di masyarakat karena penyakit kanker tergolong penyakit berbahaya
penyebab kematian. Kanker adalah istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan
neoplasma ganas, dan ada banyak tumor atau neoplasma lain yang tidak bersifat
kanker (Price et al., 2006). Kanker adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh sel
tunggal yang tumbuh tidak normal dan tidak terkendali sehingga dapat menjadi tumor
ganas yang dapat menghancurkan dan merusak sel atau jaringan sehat (Brunner &
Suddarth, 2002). Penyakit kanker yang sering diderita oleh wanita salah satu nya
adalah kanker payudara. Kanker payudara di banyak negara merupakan kanker yang
paling sering terjadi dan penyebab kematian pada wanita. Di kebanyakan negara
urutan pertama ditempati oleh kanker leher serviks, kanker payudara menempati
urutan kedua (Otto, 2001).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang terjadi pada payudara, berasal dari sel dan
jaringan yang pertumbuhan sel nya abnormal. Payudara wanita terdiri dari lobulus
(kelenjar susu), duktus (saluran susu), lemak dan jaringan ikat, pembuluh darah dan
limfe. Sebagian besar kanker payudara bermula pada sel-sel yang melapisi duktus
(kanker duktal), beberapa bermula di lobulus (kanker lobular), serta sebagian kecil
bermula di jaringan lain (Otto, 2001). Kanker pada payudara dapat cepat membesar
dan menyusup ke jaringan sekitarnya dan menimbulkan kerusakan pada jaringan
yang berdekatan dengan payudara, serta dapat menyebar ke tempat yang jauh, dan
menimbulkan kerusakan organ lain. Kanker payudara merupakan gangguan payudara
yang paling ditakuti perempuan. Salah satu penyebabnya karena penyakit ini tidak
dapat disembuhkan jika ditemukan pada stadium lanjut. Sebanyak 60-70 % penderita
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
15
datang pada stadium lanjut ( Stadium III atau IV ) sehingga hampir setengah dari
angka kejadian kanker payudara berakhir dengan kematian (Sutrisna, 2010)
Dari tahun ke tahun angka kejadian kanker payudara terus meningkat di dunia. Pada
tahun 2010 WHO (World Health Organization) memperkirakan angka kejadian yang
terkena kanker payudara terdapat 11 juta dan tahun 2030 akan bertambah menjadi 27
juta kematian akibat kanker. Di Indonesia, angka kejadian tertinggi kanker pada
wanita saat ini adalah kanker payudara, kemudian disusul kanker leher rahim.
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara
menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia
(16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%). Dokter spesialis bedah kanker
Rumah Sakit Kanker Dharmais yaitu Sutjipto menyatakan saat ini penderita kanker
payudara di Indonesia mencapai 100 dari 100.000 penduduk. Sekitar 60-70% dari
penderita tersebut datang pada stadium tiga, yang kondisinya terlihat semakin parah
(Depkes, 2013). Data dari yayasan kanker Indonesia pada lima tahun terakhir
menyebutkan kejadian kanker payudara menempati urutan pertama 32%, dari total
jumlah kasus kanker. Total penderita kanker payudara 40% berobat pada stadium
awal dan 30% dari total jumlah penderita kanker terdeteksi stadium lanjut lokal, dan
30% dengan metastasis (Harnowo, 2011).
Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui. Penyebab yang ada hanya merupakan
dugaan-dugaan, biasa disebut sebagai faktor-faktor resiko terkena kanker payudara.
Faktor risiko yang menyebabkan tingginya kejadian kanker di Indonesia yaitu
prevalensi merokok 23,7%, obesitas umum penduduk berusia ≥ 15 tahun pada lakilaki 13,9% dan pada perempuan 23,8%. Prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur
93,6%, konsumsi makanan diawetkan 6,3%, makanan berlemak 12,8%, dan makanan
dengan penyedap 77,8%. Sedangkan prevalensi kurang aktivitas fisik sebesar 48,2%
(data Riskesdas, 2007).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
16
Angka prevalensi kejadian kanker di Indonesia, paling banyak adalah kanker
payudara. Sebagian besar kasus kanker payudara menyerang wanita diusia 40 - 45
tahun, Namun ada juga wanita di luar usia tersebut yang terserang. Kasus terbanyak
kanker payudara di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta adalah pada
kisaran umur 40 – 44 tahun dan persentase kejadian kanker payudara pada responden
yang memiliki keluarga penderita kanker adalah sebesar 15,79% (Nurcahyo, 2010).
Berdasarkan survei yang dilakukan lembaga Globocan dan RSCM di tahun 2008,
kanker payudara merupakan kanker paling tinggi penyebab kematian baik di antara
perempuan maupun laki-laki.
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi
pembedahaan, kemoterapi, terapi radiasi, dan yang terbaru adalah terapi imunologi
(antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi
perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis
terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual. Ada beberapa pengobatan
kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit,
salah satunya adalah dengan pembedahan. Tumor primer biasanya dihilangkan
dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker
payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan
pasien secara umum.
Pembedahan yang sering dilakukan adalah dengan cara mastetomi. Efek samping
yang biasanya dialami oleh pasien setelah operasi adalah adanya perubahan bentuk
payudara, termasuk dengan terbentuknya darah pada luka, luka karena infeksi dan
terbentuknya cairan bening dalam luka, sehingga akan menghambat dalam proses
penyembuhan luka. Bila proses penyembuhan luka terhambat akan mengakibatkan
peningkatan hari rawat pasien. Operasi dan terapi radiasi melibatkan kalenjar getah
bening pada aksila yang dapat menyebabkan limfedema yaitu pembengkakan serius
pada lengan atas. Pembengkakan ini disebabkan oleh retensi cairan getah bening.
Limfedema dapat terjadi segera setelah operasi atau beberapa bulan atau beberapa
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
17
tahun kemudian. Pengkajian awal dan pengelolaan dini limfedema penting untuk
meminimalkan komplikasi yang berhubungan dengan kondisi yang tak tersembuhkan
ini (American Cancer Society,2011). Setidaknya hingga 20% - 40% dari penderita
kanker
payudara
berkembang
menjadi
limfedema.
Limfedema
ini
dapat
mengakibatkan kondisi pasien menjadi kronis yang mengakibatkan kesulitan dalam
mobilitas fisik, rasa tidak nyaman atau sakit dan berdampak pada psikologis seperti
emosional dan penderitaan sosial (Armer & Stewart, 2010; McLaughlin et al, 2013.)
Salah satu masalah keperawatan dalam merawat pasien dengan kanker payudara yang
sudah menjalani prosedur pembedahan adalah mencegah dan mengurangi limfedema
dengan melakukan pergerakan sedini mungkin yaitu dengan melakukan latihan pada
lengan. Penulis tertarik menerapkan latihan gerakan lengan berdasarkan evidence
base. Latihan ini bertujuan mencegah dan mengurangi kejadian limfedema, pasien
pasca operasi mastektomi harus memanfaatkan latihan lengan tangan pada sisi yang
dioperasi. Dengan melakukan Intervensi latihan lengan lebih dini setelah diagnosis
kanker payudara, ternyata terjadi dampak peningkatan yang signifikan dicapai dalam
fungsi fisik, tanpa menurunkan kualitas hidup atau efek yang merugikan pada area
lengan. Latihan lengan harus diobservasi dan disesuaikan dengan kekuatan dan
stamina dari masing-masing individu. Dalam kurun waktu waktu  3 bulan setelah
operasi kanker payudara, latihan lengan aman dilakukan dan dapat mempercepat
perbaikan dalam fungsi fisik (Cismas, at all, 2011).
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang
pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan
tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh.
Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera
bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang peristaltik usus. Keuntungan lain
adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari
kontraktur sendi. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah
stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan hingga optimal. Intervensi pasca
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
18
pembedahan ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan Range of Motion (ROM).
Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun
kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta
melakukan secara mandiri.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1.2.1. Tujuan umum :
Menggambarkan analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
pada pasien Kanker Payudara di ruang rawat bedah gedung A RSUPN Cipto
Mangunkusumo.
1.2.2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
Mengetahui:
1.
Melakukan analisis masalah Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
(KKMP)
2.
Melakukan analisis masalah keperawatan terkait dengan kasus Kanker Payudara
pada pasien pascaoperasi mastektomi dan konsep Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan.
3.
Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien kelolaan dengan kasus kanker
payudara
4. Melakukan analisis evidence based mengenai pengaruh mobilisasi dini dan latihan
rentang gerak sendi pada lengan/ROM terhadap proses penyembuhan luka dan
lama hari rawat pada dalam mengurangi dan mencegah limfedema .
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini antara lain:
1. Pelayanan Keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada para perawat
untuk lebih memodifikasi lagi dalam menyusun asuhan keperawatan, Khususnya
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
19
dalam memberikan intervensi keperawatan kepada pasien dengan kanker payudara
pasca mastektomi dan menerapkan evidence based mengenai pengaruh mobilisasi
dini dengan latihan lengan terhadap proses penyembuhan luka, mempercepat
perbaikan dalam fungsi fisik dan lama hari rawat
2. Pendidikan
Hasil penulisan ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan
mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan kanker khususnya mengenai kanker
payudara dengan menerapkan evidence based mengenai pengaruh mobilisasi dini
dengan latihan lengan terhadap proses penyembuhan luka, mempercepat perbaikan
dalam fungsi fisik dan lama hari rawat
3. Penulis selanjutnya
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk melakukan evidence
based practice yang serupa dengan kasus yang lain sesuai dengan penelitian
terbaru.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP)
Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan ini termasuk dalam lingkup
keperawatan komunitas. Karena masyarakat perkotaan merupakan komunitas yang
tinggal di daerah perkotaan dengan semua keadaan dan kondisi yang ada di
lingkungan kota. Masyarakat perkotaan adalah masyarakat yang memiliki kegiatan
utama bukan pertanian. Masyarakat perkotaan sering disebut urban community yaitu
masyarakat yang perpindahan dari desa ke kota. Gejala urbanisasi di sebuah kota
dapat dilihat dari jumlah penduduk yang terus berubah seringnya selalu bertambah,
ketika terjadi bertambahan penduduk maka masyarakat perkotaan akan mengalami
perubahan pada tatanan masyarakat. Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
(KKMP) merupakan suatu proses koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan
dengan menerapkan proses keperawatan komunitas.
KKMP diajarkan di lingkungan pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan dan pelayanan pada pasien komunitas khususnya
pada masyarakat didaerah perkotaan. Mata ajar Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan (KKMP) berfokus pada pemahaman mahasiswa terhadap multidimensial
perkotaan dengan menekankan pada permasalahan kesehatan perkotaan, dan faktor
yang mempengaruhi masalah individu, kelompok dan masyarakat yang utama pada
perkotaan, dan metode pemberdayaan masyarakat kota dengan pendekatan lintas
program dan lintas sektoral. Mahasiswa diharapkan mampu merencanakan asuhan
keperawatan melalui penerapan konsep, teori, dan modalitas lintas keilmuan di
bidang keperawatan dan ilmu-ilmu lain yang relevan pada saat menyelesaikan
masalah.
Perawat kesehatan masyarakat memiliki peran dalam mengelola perawatan kesehatan
dalam daerah tersebut serta menjadi pendidik kesehatan dalam masyarakat Ruang
lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
21
kesehatan (promotif),
pencegahan
(preventif),
pemeliharaan kesehatan
dan
pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta
memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke
lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Berbeda dengan asuhan
keperawatan individu ataupun keluarga, asuhan keperawatan untuk masyarakat
perkotaan berfokus pada pencegahan penyakit pada sebuah populasi (preventif) dan
kontrol lingkungan (promotif) (Nies, 2001). Sehingga dapat dikatakan dalam
memberikan asuhan keperawatan masyarakat perkotaan (komunitas) kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif tapi juga tidak mengabaikan upaya
kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
Keperawatan masyarakat perkotaan ini memiliki 8 karakteristik dan merupakan hal
yang penting dalam melakukan praktik (Stanhope & Lancaster, 2004) yaitu:
a. Merupakan lahan keperawatan
b. Merupakan kombinasi antara keperawatan publik dan keperawatan klinik
c. Berfokus pada populasi.
d. Menekankan terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya promosi
kesehatan dan kesejahteraan diri
e. Mempromosikan tanggung jawab klien dan self care
f. Menggunakan pengesahan / pengukuran dan analisa
g. Menggunakan prinsip teori organisasi
h. Melibatkan kolaborasi interprofesional
2.2 Kanker Payudara
2.2.1 Definisi
Kanker payudara merupakan kanker invasif yang dimulai dari jaringan payudara dan
paling sering terjadi pada wanita. Pertumbuhan jaringan payudara abnormal tidak
memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrative dan destruktif, serta dapat
bermetastase (Brunner, & suddarth. 2010). American Cancer Society (2013) dalam
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
22
situs resminya menjelaskan kanker payudara adalah tumor ganas atau yang biasa
disebut maligna yang dimulai pada sel-sel payudara. Maligna adalah sekelompok sel
kanker yang dapat tumbuh menyerang jaringan sekitarnya atau menyebar (metastasis)
ke daerah-daerah yang jauh dari tubuh. Tumor adalah jaringan baru / neoplasma yang
timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab tumor yang
menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas
pertumbuhannya (Desen.2011). Penyakit ini terjadi hampir seluruhnya pada wanita,
tetapi pria bisa mendapatkannya juga.
Gambar 2.1. Anatomi Payudara
2.2.2 Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
2.2.2.1 Tahap Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing
sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen
yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau sinar
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
23
matahari, tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap karsinogen.
Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya disebut promotor, menyebabkan sel
lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
2.2.2.2. Tahap Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi,
oleh karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan yaitu sel-sel
yang peka dan karsinogen.
Bagan 2.1. Patofiosiologi Kanker Payudara
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
24
2.2.3 Etiologi
Sebab pasti kanker payudara sampai saat ini belum diketahui tetapi dari beberapa
teori menjelaskan tentang penyebab terjadinya kanker payudara adalah akibat
multiple faktor. Faktor paling utama yaitu usia, meskipun tidak semuanya. Beberapa
orang memiliki faktor risiko yang lebih tinggi dibanding yang lain. Kanker payudara
85% di diagnosa pada wanita dengan usia lebih dari 45 tahun (Ignatavicius &
Workman. 2006), hal ini dikarenakan masa produktif ada perubahan-perubahan
fungsi atau saat menopause. Wanita dengan riwayat keluarga kanker payudara juga
meningkat 3 kali faktor risiko.
Kanker payudara biasanya sporadis (tidak ada genetik spesifik yang menunjukan
pola diturunkan). Berikut faktor risiko yang menyebabkan kanker payudara (Mc
Pherson., C.M., et al (2000 dalam Ignatavicius &Workman. 2006):
a.
Jenis kelamin perempuan. Sembilan puluh persen kanker payudara terjadi pada
wanita. Hal ini disebabkan karena pada wanita ada produksi hormon esterogen
dan progesteron, hormon ini dapat memicu pertumbuhan sel kanker. (American
Cancer Society, 2013)
b.
Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami kanker payudara
pada payudara sebelahnya meningkat 5 kali. Hal ini diakibatkan kanker
payudara kebanyakan berasal dari duktus yang menyebar ke jaringan limfatik.
c.
Riwayat menstruasi. Menstruasi yang terlalu cepat
(<12 tahun) dan atau
menepouse (>50 tahun) yang terlalu lama meningkatkan risiko. Hal ini
disebabkan ada paparan atau keadaan dimana tubuh mengalami pajanan hormon
esterogen dan progesteron lebih lama dalam hidup (American Cancer Society,
2013)
d.
Riwayat reproduksi. Nullipara (seorang wanita yang belum pernah melahirkan
dengan usia kehamilan lebih dari 28 minggu / belum pernah melahirkan janin
yang mampu hidup di luar rahim) dan anak pertama lahir pada usia 30 tahun.
Wanita yang memiliki sedikit anak dan melahirkan pada usia 30 tahun akan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
25
meningkatkan risiko. Penelitian telah menunjukkan bahwa risiko seorang wanita
terkena kanker payudara berhubungan dengan paparan hormon yang diproduksi
oleh ovarium (estrogen endogen dan progesteron). Faktor reproduksi yang
meningkatkan durasi dan / atau tingkat paparan hormon ovarium, yang
merangsang pertumbuhan sel, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker
payudara. Faktor-faktor ini termasuk onset awal menstruasi, terlambat
menopause, kemudian usia kehamilan pertama, dan tidak memiliki anak.
Kehamilan dan menyusui dapat menurunkan jumlah lingkaran menstruasi yang
artinya dapat menurunkan paparan terhadap hormon endogen. Selain itu
kehamilan dan menyusui akan membentuk proses normal pembelahan sel
payudara. Peneliti memiliki hipotesa bahwa sel yang secara normal membelah
akan tahan terhadap pemicu kanker dibanding sel yang belum pernah membelah.
(National Cancer Institute, 2011)
e.
Riwayat keluarga. Anak perempuan dan atau saudara perempuan yang memiliki
hubungan langsung risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker
sebelum berusia 60 tahun, risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara
terjadi pada dua saudara langsung. Seseorang yang mengalami kanker payudara
akan terjadi mutasi gen diturunkan dari keluarga. Terjadi mutasi gen sporadis
pada kanker payudara (Warren, S. B, 2003). Pada kanker payudara gen penekan
disebut BRCA1 dan BRCA 2, gen ini mengidentifikasi kerusakan DNA yang
kemudain dapat menahan perkembangan sel abnormal. Mutasi pada gen ini
diturunkan pada mayoritas penderita kanker payudara. Mutasi BRCA1
berhubungan dengan 65% hingga 87% risiko kanker, dan mutasi BRCA2
berhubungan dengan 45% hingga 84% risiko kanker payudara (Tumbull &
Rahman, 2008; Brunner & Suddarth. 2010)
f.
Diet. Diet tinggi lemak berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker payudara.
Hingga saat ini belum dapat disimpulkan diet dan hubungannya dengan kanker
payudara dengan kuat. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami efek
dari jenis lemak dimakan pada risiko kanker payudara. Tetapi jelas bahwa kalori
sangat penting, dan lemak merupakan sumber utama kalori. Diet tinggi lemak
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
26
dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas, yang merupakan faktor
risiko kanker payudara. Diet tinggi lemak juga telah ditunjukkan mempengaruhi
risiko memicu beberapa jenis kanker lainnya, dan asupan jenis lemak tertentu
jelas berkaitan dengan risiko penyakit jantung (American Cancer Society , 2013)
g.
Obesitas. Obesitas setelah menopouse dilaporkan dapat meningkatkan risiko
kanker payudara hal ini disebabkan setelah menepouse (ketika ovarium berhenti
memproduksi esterogen), pada saat itu estrogen akan dihasilkan oleh jaringan
lemak. Sehingga orang yang obese akan memproduksi estrogen lebih banyak.
Peningkatan BMI, resisten insulin, hiperglikemi dilaporkan berhubungan dengan
kanker payudara dan kanker lainya (ACS, 2013)
h.
Radiasi ion. Wanita yang terkena radiasi disekitar dada dan thorak pada usia
pembentukan payudara akan meningkat risiko terjadi kanker payudara. Paparan
radiasi akan memicu faktor kanker.
i.
Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunya tumor payudara
disertai perubahan epitel proliferatif mempunyai risiko dua kali lipat untuk
mengalami kanker payudara
j.
Oral kontrasepsi dan hormon eksogen menunjukan hanya sedikit studi yang
mengatakan berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara (Ignatavicius
& Workman, 2000).
2.2.4. Staging Kanker Payudara
Staging Kanker Payudara adalah pengklasifikasikan kanker payudara berdasarkan
keluasan penyakit. Beberapa pemeriksaan darah dan prosedur diagnostik dilakukan
untuk menentukan staging kanker payudara, mencakup: rontgen dada, bone scanning,
dan fungsi hepar. Staging yang digunakan untuk kanker payudara adalah sistem
klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, jumlah nodus limfe yang terkena,
dan bukti adanya metastasis yang jauh. Adapun tahap tersebut:
a.
Tahap 1 terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe,
dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
27
b.
Tahap II terdiri atas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm,
dengan nodus limfe tidak terfiksasi negatif atau positif, dan tidak terdeteksi
adanya metastasis.
c.
Tahap III terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm, atau tumor dengan
sembarang ukuran yang menginvasi kulit atau dinding, dengan nodus life
terfiksasi positif dalam area klavikular, dan tanpa bukti metastasis
d.
Tahap IV terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran, dengan nodus limfe
normal atau adanya metastasis jauh.
Pentahapan kanker payudara berdasarkan standar American Joint Comittee on Cancer
(2013) sebagai berikut :
Tahap 0
Tis
N0
M0
Tahap I
T1
N0
M0
Tahap II A
T0
N1
M0
T1
N1
M0
T2
N0
M0
T0
N2
M0
T1
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N1
M0
T3
N2
M0
T4
sembarang N
M0
Tahap IIIA
Tahap IIIB
Tahap IV
Sembarang T N3
M0
Sembarang T Sembarang N
M1
Keterangan:
Tumor Primer (T)
TX
tumor belum dapat dikaji
T0
tidak ada bukti tumor primer
Tis
karsinoma in situ: karsinoma intraduktal, karsinoma lobular insitu, atau
penyakit
T1
paget’s puting susu dengan atau tanpa tumor
Tumor < 2 cm dalam dimensi terbesarnya
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
28
T2
Tumor > 2 cm tetapi tidak > 5 cm dalam dimensi terbesarnya
T3
Tumor >5cm dalam dimensi terbesarnya
T4
Tumor sembarang ukuran dengan arah perluasan ke dinding dada atau kulit
Nodus Limfe Regional (N)
NX
nodus limfe terdekat tidak dapat dikaji (misal, sebelumnya telah diangkat)
N0
tidak ada metastasis nodus limfe regional
N1
metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral (s) yang dapat digerakan
N2
metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral (s) terfiksasi pada satu sama lain
atau pada struktur lainnya
N3
metastasis ke nodus limfe mamaria internal ipsilateral
Metastasis Jauh (M)
MX
penyebaran jauh yang sulit dikaji
M0
tidak ada metastasis yang jauh
M1
metastasis jauh termasuk metastasis ke nodus limfe supraklavikular ipsilateral
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
29
Gambar 2.2. Stadium kanker Payudara (Sumber: http://www.google.co.id/)
Selanjutnya tipe kanker payudara berdasarkan asal dari area kanker yang
menginfiltrasi:
a.
Karsinoma duktal menginfiltrasi adalah tipe histologi paling umum dan sering
terjadi sekitar 75% dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat jelas
karena keras saat dipalpasi. Kanker ini akan bermetastasi ke nodus aksila.
Prognosisnya lebih buruk dibanding kanker lainnya
b.
Karsinoma lobular menginfiltrasi terjadi 5-10%. Tumor ini biasanya terjadi
pada area penebalan yag tidak baik pada payudara. Karsinoma lobular biasanya
bermetastasis ke permukaan meningeal atau tempat-tempat tidak lazim.
c.
Karsinoma medular menempati sekitar 6% dari kanker payudara dan tumbuh
dalam kapsul di dalam duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas
dengan lambat, prognosisnya baik.
d.
Karsinoma musinus menempati 3%. Penghasil lendir juga tumbuh lambat;
sehingga kanker ini prognosisnya baik dibanding yang lain.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
30
e.
Kanker duktal-tubular jarang terjadi, menempati 2%. Karena metastasis
aksilarasi secara histologi tidak lazim, maka pronosisnya sangat baik
f.
Karsinoma inflammatori adalah tipe kanker yang jarang terjadi 1% dan
menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker payudara lainnya. Tumor
setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri, payudara secara abnormal keras dan
membesar. Kulit diatas tumor ini merah dan agak hitam. Sering terjadi edema
dan retraksi puting susu. Penyakit dapat menyebar dengan cepat pada bagian
tubuh lainnya.
g.
Penyakit paget payudara adalah tipe kanker payudara yang jarang terjadi. Gejala
yang sering timbul adalah rasa terbakar dan gatal pada payudara. Massa tumor
sering tidak dapat diraba dibawah puting tempat dimana penyakit ini timbul.
2.2.5 Manifestasi Klinis
a.
Manifestasi yang paling sering terjadi
1) Terdapat massa (keras, ireguler, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada
payudara atau penebalan aksila.
2) Rabas puting payudara, persisten, spontan, yang mempunyai karakter
serosanguinosa, mengandung darah atau encer.
3) Retraksi atau inversi puting susu
4) Perubahan ukuran, bentuk, atau tekstur payudara (asimetris)
5) Pengerutan atau pelekukan kulit di sekitarnya
6) Kulit yang bersisik di sekeliling puting susu
b.
Manifestasi penyebaran lokal atau regional
1) Kemerahan, ulserasi, atau pelebaran vena. Kemerahan atau eritema dapat
menunjukkan inflamasi lokal jinak atau inflamasi limfatik supervisial oleh
neoplasma. Pelebaran vena atau pola venosa yang menonjol menandakan
peningkatan suplai darah yang dibutuhkan oleh sel tumor
2) Edema, perubahan peau d’ orange (seperti kulit jeruk). Edema dan pitting
kulit dapat terjadi akibat neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga kulit
tampak seperti buah jeruk.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
31
3) Pembesaran kelenjar getah bening aksila
c.
Manifestasi metastasis
1) Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal
2) Nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke tulang
(Otto, 2005)
Gambar 2.3. Tanda-tanda kanker payudara
2.2.6. Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan Sitologi
Ada beberapa cara melakukan pemeriksaan sitologi dan yang sering dilakukan
adalah sebagai berikut:
1) Biopsi insisi, Merupakan prosedur yang dilakukan terhadap segala massa
payudara yang dapat diraba dengan cara mengambil sebagian kecil atau
seluruh jaringan tumor ganas dengan menggunakan pisau bedah.
Prosedur ini digunakan ketika tumor relatif besar dan dekat dengan
permukaan kulit
2) Biopsi aspirasi dengan jarum (Needle Aspiration Biopsy, needle core
biopsy ), yaitu mengambil sebagian kecil jaringan tumor ganas dengan
cara disedot menggunakan jarum silverman yang ditusukkan kedalam
jaringan tumor. Pada umumnya fungsi dengan jarum halus (FNAB/Fine
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
32
Needle Aspiration Biopsy) sering dipakai. Bahan sitologik ini diusapkan
di atas preparat kaca dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis.
Pemeriksaan ini juga dapat menentukan perlu tidaknya segera pembedahan
dengan sediaan beku atau dilanjutkan dengan pemeriksaan lain ataupun
langsung dilakukan ekstirpasi.
3) Biopsi endoskopi, yaitu mengambil sebagian kecil jaringan tumor
dengan menggunakan alat endoskop.
Penentuan derajat diferensial histologis :
a)
G1 : derajat keganasan rendah
b) G2 : derajat keganasan sedang
c)
G3 : derajat keganasan tinggi
Jenis histologis :
a) Duktal (timbul dari epitelium duktus) : non invasive/invasive
b) Lobular (timbul dari epithelium lobular) : non invasive/invasive
Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal, sebab
hasil negatif palsu sering terjadi, sedangkan hasil pemeriksaan positif palsu selalu
dapat terjadi.
b.
Pemeriksaan Radiologi
1) Mammografi
Pemerisaan dengan mammografi dapat ditemukan benjolan yang kecil sekalipun.
Tanda berupa mikrokalsifikasi tidak khas untuk kanker. Bila secara klinis
dicurigai ada tumor dan pada mammografi tidak ditemukan apa pun, maka
pemeriksaan harus dilanjutkan dengan biopsi, sebab sering karsinoma tidak
tampak pada mammogram. Sebaliknya jika mammografi positif dan secara klinis
tidak teraba tumor, maka pemeriksaan harus dilanjutkan pada fungsi atau biopsi
pada tempat yang ditunjukkan pada foto tersebut. Mammogram pada masa
pramenopause kurang bermanfaat karena gambaran kanker di antara jaringan
kelenjar kurang tampak.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
33
Gambar 2.4. Pemeriksaan Mamografi
2) Ultrasonografi payudara (USG)
Ultrasonografi / USG payudara digunakan bersama dengan mammografi untuk
membedakan kista yang berisi cairan dengan lesi lainnya. Kadang tampak kista
1-2 cm. Pada mammografi, gambaran karsinoma mammae adalah ireguler,
berspikula, massa radioopak dengan mikrokalsifikasi
3) Rontgen dada diperlukan untuk mengatahui metastasis paru
4) CT scan tulang, liver, dan otak sangat penting untuk mengetahui metastasis.
5) PET CT
Pencitraan dengan PET merupakan bentuk pencitraan metabolik atau fungsional
yang dapat memberi gambaran serta memelajari berbagai fungsi metabolik dalam
tubuh pada tingkat seluler. Alat ini berbeda dengan MRI atau CT Scan yang
mengidentifikasi patologi dan penyakit melalui pendeteksian dari perubahan
struktur ataupun anatomi di dalam tubuh.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
34
2.2.7. Penatalaksanaan
a.
Terapi Bedah
Prosedur yang paling sering digunaan untuk penatalaksanaan kanker payudara
adalah dengan operasi atau pembedahan. Ada berbagai macam tehnik
pembedahan diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Mastektomi Radikal
Lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari tumor,
seluruh kelenjar mammae, muskulus pektoralis mayor, muskulus pektoralis
minor dan jaringan limfatik dan lemak subkapular dan nodus limfe aksilaris.
2) Mastektomi Radikal Modifikasi
Lingkup reseksi sama dengan tekhnik radikal, tapi mempertahankan
muskulus
pektoralis
mayor
dan
minor
(model
Auchincloss)
atau
mempertahankan muskulus pektoralis mayor, mereseksi muskulus pektoralis
minor (model Patey). Pola operasi memiliki kelebihan antara lain memacu
pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan kelenjar limfe
aksilar superior. Mastektomi radikal modifikasi disebut sebagai mastektomi
radikal standar luas digunakan secara klinis.
3) Mastektomi Total
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar
limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut
usia.
4) Mastektomi Segmental Plus Diseksi Kelenjar Limfe Aksilar
Secara umum disebut dengan operasi konservasi mammae (BCT). Biasanya
dibuat 2 insisi terpisah di mammae dan aksila. Mastektomi segmental
bertujuan mereseksi sebagian jaringan kelenjar mammae normal di tepi
tumor, dibawah mikroskop tak ada invasi tumor di tempat irisan. Lingkup
diseksi kelenjar limfe aksilar kelompok tengah.
5) Mastektomi Segmental Plus Biopsy kelenjar Limfe Sentinel
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
35
Metode reseksi segmental sama dengan diatas. Kelenjar limfe sentinel
adalah terminal pertama metastasis limfogen dari karsinoma mammae, saat
operasi dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar
limfe sentinel, di biopsy, bila patologik negatif maka operasi dihentikan, bila
positif maka dilakukan diseksi kalenjar limfe aksilar.
Gambar 2.5. Tehnik Pengangkatan Sentinel nodul
Untuk terapi kanker mammae terdapat banyak pilihan pola operasi yang mana
yang terbaik masih controversial. Secara umum dikatakan harus berdasarkan
stadium penyakit dengan syarat dapat mereseksi tuntas tumor, kemudian baru
memikirkan sedapat mungkin konservasi fungsi dan kontur mammae. Secara
umum,terhadap lesi < 3 cm dan kelenjar limfe aksilar tidak jelas membesar,
harus lebih mempertimbangkan terapi kombinasi konservasi mammae, kalau
tidak lebih mempertimbangkan operasi radikal.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
36
Gambar 2.6. Tehnik Operasi Kanker Payudara
b.
Komplikasi yang muncul pada paska operasi Mastektomi bisa timbul secara dini
dan bisa timbul secara lambat. Komplikasi secara dini yang dapat timbul adalah
pendarahan, sedangkan komplikasi yang timbul secara lambat diantaranya adalah
Infeksi, nekrosis flap, wound dehiscence, seroma, edema lengan, kekakuan sendi
bahu dan berakibat menjadi Kontraktur.
Radioterapi
Radioterapi terutama mempunyai 3 tujuan :
1) Radioterapi Murni Kuratif
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
37
Radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya kurang ideal survival 5
tahun 10-37%. Terutama digunakan untuk pasien dengan kontra indikasi
atau menolak operasi.
2) Radioterapi Adjuvant
Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut pengaturan
waktu radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi pra-operasi dan pasca
operasi. Radioterapi pra-operasi terutama untuk pasien stadium lanjut
lokalisasi dapat membuat sebagian kanker non-operabel menjadi kanker
mammae operable. Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh
mammae (bila perlu ditambah radioterapi kelenjar limfe regional) pasca
operasi konservasi mammae (operasi segmental plus diseksi kelenjar aksilar
atau biopsy) dan radioterapi adjuvant pasca mastektomi. Indikasi radioterapi
pasca mastektomi adalah diameter tumor primer >5 cm, fasia perktoral
terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar matastasik lebih dari 4 buah dan tepi
irisan positif.
3) Radioterapi Paliatif
Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi,
metastasis. Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik. Selain itu,
kadang kala digunakan radiasi terhadap ovarium bilateral untuk menghambat
fungsi ovarium sehingga dicapai efek kastrasi.
c.
Kemoterapi
1) Kemoterapi Pra-Operasi
Terutama kemoterapi sistemik, bila perlu dapat dilakukan kemoterapi intraanterial, mungkin dapat membuat sebagian kanker mammae lanjut nonoperabel menjadi kanker mammae operable.
2) Kemoterapi Adjuvant Pasca Operasi
Indikasi kemoterapi ini relatif luas terhadap semua pasien karsinoma invasive
dengan diameter terbesar tumor lebih besar atau sama dengan 1 cm
kemoterapi adjuvant. Hanya terhadap pasien lanjut usia dengan ER, PR positif
dapat dipertimbangkan hanya member terapi hormonal.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
38
3) Kemoterapi Terhadap Kanker Mammae Stadium Lanjut atau Rekuren dan
Metastatik
Kemoterapi adjuvant karsinoma mammae selain bagian kecil masih memakai
regimen CMF semakin banyak yang memakai kemoterapi kombinasi berbasis
golongan antrasiklin.Terhadap pasien dengan kelenjar limfe positif, reseptor
hormon negatif masih dapat dipertimbangkan memakai golongan taksan.
d.
Hormonal Terapi
Tujuan dari terapi hormonal adalah untuk menginduksi pengurangan kadar
estrogen pada tumor. Hal ini bisa dicapai dengan :
1) Blockade reseptor dengan menggunakan satu dari selektif estrogen receptor
modulators sepertit amoxifen dan toremifene.
2) Supresi estrogen sintesis dengan aromatase inhibitor (anastrozole, letrozole,
exemestane) pada wanita post menopause atau dengan LH-RH analog
(goserelin) pada wanita pre menopause.
3) Ablasiovarium dengan ophorectomy pada wanita pre menopause.
e.
Mobilisasi dini dengan ROM
1) Pengertian mobilisasi dini
a) Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di
tempat tidur dengan melatih bagian–bagian tubuh untuk melakukan
peregangan atau belajar berjalan (Brunner & Suddarth, 2002).
b) Mobilisasi
dini
adalah
kebijaksanaan
untuk
selekas
mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya
selekas mungkin berjalan. Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini
merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal
itu esensial untuk mempertahankan kemandirian.
Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah
suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Mobilisasi
menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
39
kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan
tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
2) Pengertian ROM
Range of Motion (ROM) adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masingmasing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif
(Brunner & Suddarth, 2002).
ROM merupakan teknik dasar yang digunakan untuk menilai gerakan dan
untuk gerakan awal ke dalam suatu program intervensi terapeutik. Gerakan
dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot atau pun gaya ekternal
lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka
seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh,
yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf.
Untuk mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus digerakkan pada
ruang gerak yang dimilikinya secara periodik. Faktor-faktor yang dapat
menurunkan ROM, yaitu penyakit-penyakit sistemik, sendi, nerologis
ataupun otot, akibat pengaruh cedera atau pembedahan, inaktivitas atau
imobilitas (Potter & Perry, 2006).
Dari sudut terapi, aktivitas ROM diberikan untuk mempertahankan mobilitas
persendian dan jaringan lunak untuk meminimalkan kehilangan kelentukan
jaringan dan pembentukan kontraktur. Latihan ROM dapat mempertahankan
mobilitas sendi dan jaringan ikat, meminimalisir efek dari pembentukan
kontraktur, mempertahankan elastisitas mekanis dari otot, membantu
kelancaran sirkulasi, meningkatkan pergerakan sinovial untuk nutrisi tulang
rawan serta difusi persendian, menurunkan atau mencegah rasa nyeri,
membantu proses penyembuhan pasca cedera dan operasi, membantu
mempertahankan kesadaran akan gerak dari pasien.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
40
Pasca-operatif Komplikasi yang berhubungan dengan masektomi radikal
adalah edema, nyeri, imobilitas dan kosmetik yang buruk. Ada beberapa
kerusakan fisik yang dapat terjadi pada pasien kanker payudara setelah pasca
pembedahan mastektomi dengan diseksi bagian aksila Salah satu contoh
kerusakan tersebut adalah limfedema dan komplikasi lengan lainnya
(Andreia, at all, 2011).
Limfedema terjadi biasanya sebagai hasil komplikasi dari operasi, radioterapi
atau penyakit lanjut. Wanita yang mengalami limfedema memiliki lebih
banyak kesulitan melakukan aktifitas dan pekerjaan mereka dibandingkan
wanita yang tidak mengalami limfedema. pentingnya mengajarkan pasien
tentang pengaturan posisi yang sesuai, jangkauan gerak, pengendalian rasa
nyeri dan aktivitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahdy & Ali ( 2012) mengambarkan predischarge dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan
lengan
dengan
limfedema
pasca
mastektomi
dapat
meningkatkan
pengetahuan dan praktik perawatan diri pada perempuan dan Pendidikan
kesehatan yang diberikan dapat meminimalkan angka morbiditas. Penelitian
yang dilakukan oleh Rezende,L.F & Franco,R.L (2006) juga menghasilkan
bahwa gerakan bahu fleksi, abduction dan rotasi eksternal yang dilakukan
pada fase rehabilitasi setelah dilakukan pembedahan payudara dan
pengaruhnya terhadap komplikasi pasca operasi, menunjukkan pemulihan
yang lebih baik dan signifikan statistik pada kelompok yang diarahkan dalam
latihan dibandingkan dengan kelompok bebas.
3) Prosedur Latihan Mobilisasi dengan ROM
Prinsip-prinsip penerapan teknik ROM dengan pemeriksaan, penilaian dan
rencana perlakuan yaitu dengan cara memeriksa dan menilai kelemahan
pasien, menentukan prognosis, pencegahan serta rencana intervensi dengan
tehnik sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
41
a) Tentukan kemampuan pasien untuk mengikuti program
b) Tentukan seberapa banyak gerakan yang dapat diberikan
c) Tentukan pola gerak ROM
d) Pantau kondisi umum pasen
e) Catat serta komunikasikan temuan-temuan serta intervensi
f)
Lakukan penilaian ulang serta modifikasi intervensi bila diperlukan
Rentang Gerak dalam mobilisasi. Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang
gerak yaitu :
a) Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
b) Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan
otot-ototnya
secara
aktif
misalnya
berbaring
pasien
menggerakkan kakinya.
c) Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas
yang diperlukan (Carpenito, 2000).
4) Tahapan dalam rentang gerak sendi/ROM/ Stretching
Hari 1-2
1. latihan lingkup gerak sendi
Hari 3-5
1. Latihan lingkup gerak
untuk siku pergelangan tangan
sendi untuk bahu sisi
dan jari lengan daerah yang
operasi (bertahap)
dioperasi.
2. Untuk sisi sehat latihan
lingkup gerak sendi lengan
Hari 6 dan seterusnya
1. Bebas gerakan
2. Edukasi untuk
mempertahankan
2. Latihan relaksasi
lingkup gerak sendi
3. Aktif dalam sehari-hari
dan usaha untuk
mencegah/menghilang
dimana sisi operasi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
42
secara penuh
tidak dibebani dan pada
3. Untuk lengan atas bagian
operasi latihan isometric
timbulnya limfedema.
3. Aktivitas berdiri tegak
ekstremitas superior
yang tidak terkena.
dan kehidupan sehari-
4. Latihan relaksasi otot leher dan
hari (ADLs) dan
aktivitas penguatan
thoraks
5. Aktif mobilisasi
selama program pasien
di rumah
4. Kompresi dengan
perban elastic
Tabel 2.1. Tahapan latihan gerak sendi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
43
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
44
Gambar 2.9. Skema latihan gerak sendi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
45
Berikut ini adalah pedoman sederhana untuk latihan peregangan. Latihan ini dapat
dimulai setelah operasi, secepat dua minggu setelah operasi. Pada minggu pertama
dapat dimulai dengan dua latihan sederhana yaitu dengan melatih tangan untuk
memanjat dinding dan gaya peregangan Kupu-kupu. Sebelum mulai berolahraga dan
peregangan, pastikan bahwa latihan ini tidak bertentangan dengan program dari
dokter bedah
a.
Minggu ke-1 sampai ke- 2
Tangan memanjat dinding dengan posisi dari depan.
Tujuan : Peregangan ini membantu dalam mendapatkan kembali rentang gerak
dari bahu untuk dapat mencapai di atas kepala . Kelompok otot utama
yang membentang dalam latihan ini adalah otot dada (pectoralis),
daerah ketiak (coracobrachialis), dan otot punggung (latissimus dorsi).
Cara nya:
1) Berdiri menghadap dinding, sekitar satu kaki jauhnya. Tempatkan satu tangan
di dinding setinggi bahu.
2) Dengan siku tetap lurus, jari jemari berjalan perlahan menaiki tembok sampai
setinggi
titik maksimal. Jika bisa naik lagi ke arah dinding untuk
meningkatkan peregangan. Tahan selama lima detik. kemudian kembali ke
posisi awal. ulangi kembali kemudian tahan selama lima hitungan, lalu
berjalan selama tiga hitungan. Ulangi tiga sampai lima kali.
3) Hal yang perlu diingat
Berhentilah pada titik sesak, kemudian coba lagi sedikit lebih jauh bila tidak
ada rasa sakit setiap latihan dilakukan, lakukan sesuai kebutuhan.
4) Ulangi setiap peregangan tiga sampai lima kali dalam setiap latihan. Ulangi
latihan ini dua kali sehari jika memungkinkan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
46
Gambar 2.10. Gerakan tangan memanjat dinding dari depan.
Tangan memanjat dinding dengan posisi dari samping.
Tujuan : Peregangan ini membantu dalam mendapatkan kembali rentang gerak
bahu, untuk dapat mencapai di atas kepala. Kelompok otot utama yang
terlibat dalam latihan ini adalah otot dada (pectoralis), daerah ketiak
(choracobrachialis), sisi belakang dari ketiak ke pinggang (latissimus
dorsi), dan bagian depan bahu Anda / lengan atas (deltoid anterior).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
47
Cara nya:
1) Dengan sisi payudara yang di operasi, berdiri sekitar dua meter dari
dinding dan sisi Anda. Tempatkan telapak tangan di dinding.
2) Menjaga siku tetap lurus, jari jemari menaiki tembok setinggi yang bisa
dilakukan. Jika
bisa, langkah lebih dekat ke dinding. Tahan peregangan, tahan selama
lima hitungan, Ulangi tiga sampai lima kali.
3) Hal yang perlu diingat
Berhentilah pada titik sesak, kemudian coba lagi sedikit lebih jauh bila
tidak ada rasa sakit setiap latihan dilakukan, lakukan sesuai kebutuhan.
4) Ulangi setiap peregangan tiga sampai lima kali dalam setiap latihan.
Ulangi latihan ini dua kali sehari jika memungkinkan.
Gambar 2.11. Gerakan Tangan memanjat dinding dari samping
Selama periode tiga minggu, latihan ini akan menemukan bahwa secara bertahap
dapat memperluas jangkauan lengan dari beberapa inci ke atas dan ke luar, hanya
dengan latihn yang sederhana dan peregangan yang lembut. Jika tidak dapat
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
48
mencapai jangkauan penuh di akhir tiga minggu, tetap akan bisa mendapatkan
manfaat dari terapi fisik.
a. Minggu ke-2
Gaya peregangan kupu-kupu
Tujuan : Ketika dilakukan berbaring, peregangan ini secara eksternal memutar
bahu kembali dan bawah dan membentang daerah dada dan ketiak
Anda. Otot-otot utama membentang dalam latihan ini adalah otot
dada kecil (pectoralis).
Caranya :
1) Berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan kaki di lantai. Tempatkan
tangan Anda di belakang kepala dengan siku Anda menunjuk ke arah
langit-langit.
2) Turunkan siku ke samping ke arah lantai. Tahan peregangan lima sampai
30 detik. Kembali perlahan-lahan ke posisi awal. Setelah 20 detik,
mungkin terasa pada otot yang diregangkan.
3) Hal yang perlu diingat
Mengontrol perlahan-lahan menurunkan siku ke lantai. Berhenti pada titik
sesak. Menjaga irama pernapasan dari dalam hidung dan keluar melalui
mulut.
4) Jika mengalami kesulitan ketika menurunkan siku, Tempatkan bantal ke
sisi masing-masing siku. Ini adalah cara yang baik untuk memulai ini
peregangan karena aman membatasi rentang gerak sendi.
5) Ulangi setiap peregangan tiga sampai lima kali setidaknya sekali sehari.
Ulangi dua kali sehari jika memungkinkan.
Gambar 2.12. Gerakan peregangan gaya kupu-kupu
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
49
2.3. Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
a.
Riwayat Kesehatan
Ketika pasien mengeluhkan ada masalah pada payudaranya, maka perawat
melakukan pengkajian kesehatan umum, meliputi riwayat gangguan medis
dan riwayat pembedahan sebelumnya; riwayat penyakit keluarga, seperti
kanker; riwayat ginekologi dan obstetri; pengobatan yang saat ini dikonsumsi
(meliputi obat-obatan, vitamin, dan herbal); riwayat dan saat ini penggunaan
kontrasepsi hormon, terapi hormon, atau pengobatan fertilitas; dan gaya
hidup (misalnya merokok, alkohol). Informasi psikososial seperti status
pernikahan, pekerjaan, sumber dan dukungan dari orang lain. Tes diagnostik
yang baru saja dijalani. Perawat juga menanyakan kapan saat klien
menemukan merasakan gejala hingga waktu puncaknya. Klien juga akan
diminta untuk telentang dan perawat akan menginspeksi dan palpasi untuk
melihat adanya nyeri, kemerahan, bengkak, puting susu retraksi, atau
perubahan kulit. Pada pengkajian riwayat perawat fokus akan tiga hal:
1) Faktor risiko
Dokumentasikan usia, jenis kelamin, status pernikahan, berat badan, dan
tinggi badan. Tanyakan pada klien orang yang mendukungnya, riwayat
keluarga
dengan
kanker
payudara.
Tanyakan
mengenai
riwayat
reproduksi:
a)
Usia saat menstruasi
b)
Usia saat menepouse
c)
Gejala menopouse
d)
Usia saat memiliki anak pertama
e)
Jumlah anak
2) Massa payudara
Tanyakan pada klien bagaimana, kapan, dan oleh siapa massa ditemukan,
serta jarak waktu antara ditemukan massa dengan perilaku mencari
pertolongan. Jika klien terlambat, tanyakan juga apa alasannya terlambat
mencari pertolongan (untuk mengetahui waktu adanya tumor). Selain itu
tanyakan juga apakah ada perubahan kondisi tubuh dalam setahun
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
50
kebelakang. Tanyakan apakah ada nyeri kaki untuk mengetahui
metastasis.
3) Perilaku mempertahankan kesehatan
Tanyakan pada klien pengetahuan dan perilaku mengenai pemeriksaan
payudara sendiri atau breast self examination (BSE). Selain itu riwayat
mamografi. Setelah itu tanyakan pada klien mengenai pola makan, menu
harian, alkhohol, dan makanan tinggi lemak. Tanyakan juga pada klien
mengenai obat-obatan yang digunakan, suplemen estrogen baik secara
oral, transdermal, dan intravagina. Dokumentasikan tipe dan bentuk
hormon serta lamanya
b.
Pengkajian Fisik
1) Inspeksi
Pengkajian dimulai dengan inspeksi, klien diminta untuk duduk dan
menaruh lengannya. Inspeksi dilakukan dengan melihat ukuran serta
simetrisitas payudara. Kulit dilihat warna, kepatenan vena, edema,
kemerahan. Eritema mengindikasikan adanya inflamasi pada benigna
lokal atau invasi superfisial limfatik. Adanya vena yang terlihat jelas
menunjukan adanya peningkatan suplai darah yang dibutuhkan oleh
tumor. Edema dan pitting pada kulit menunjukan adanya neoplasma yang
menghambat drainase limfatik, sehingga membentuk orange-peel , tanda
awal adanya kanker payudara. Inversi puting pada salah satu atau kedua
payudara. Ulkus, ruam, dan cairan yang keluar dari payudara perlu di
evaluasi. Skin dimpling dan retraksi seringkali tak terlihat jelas, maka
perawat dapat meminta klien mengangkat kedua tangannya, manuver ini
dapat mengangkat payudara. Klien lalu diinstruksikan untuk memegang
pinggangnya dan mendorong tangannya kedepan. Pergerakan dapat
membuat kontraksi otot pektoralis. Dimpling atau retraksi selama proses
ini menunjukan adanya massa. Regio klavikula dan aksilaris yang terlihat
bengkak, warnanya berbeda, lesi, dan perbesaran nodus limfa (Brunner &
Suddarth. 2010).
2) Palpasi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
51
Klien di palpasi pada posisi duduk ataupun posisi supinasi. Pada posisi
supine, pertama, lengan kilen ditinggikan dengan bantal kecil untuk
menyeimbangkan payudara pada dinding dada. Perawat dapat mempalpasi
dengan menggunakan 3 jari tengah secara sistematis. Palpasi dapat
dilakukan searah dengan jarum jam dari bagian terluar hingga ke bagian
terdalam yaitu puting susu. Metode lainnya dengan dari bagian terluar
menuju kedalam atau vertikal.
Gambar 2.7. Tehnik Palpasi Payudara
Palpasi pada area aksilari dan kalvikula area lebih mudah dilakukan pada
klien yang sedang duduk. Nodus limfa aksilari, klien diminta untuk
abduksi lengannya, dengan tangan kiri perawat menyangga, lalu tangan
kanan mempalpasi aksila. Normalnya nodus limfa ini tidak terpalpasi, jika
terpalpasi maka dokumentasikan. Jika besar, maka catat lokasi, ukuran,
pergerakan, dan konsistensi.
Gambar 2.8. Tehnik Palpasi Kalenjar di Payudara
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
52
Selama palpasi, perawat mendokumentasikan adanya massa yang lembek.
Jika ditemukan massa, deskripsikan lokasi (misal: payudara kiri, 2 cm
setelah puting arah jam 2). Ukuran, bentuk, konsistensi, dan batasan, serta
pergerakan juga dijelaskan dalam pendokumentasian.
Pendokumentasian pemeriksaan fisik dengan tehnik palpasi payudara
sebagai berikut :
a) Dokumentasikan massa payudara: ukuran, bntuk, konsistensi, dan
mudah bergerak atau terfiksasi di jaringan sekitar.
b) Perubahan kulit: peau d’ orange (dimpling, orange peel) , peningkatan
vaskularisasi, rektraksi puting susu, ulkus
c) Palpasi dengan dalam adanya perbesaran nodus
di aksila atau
supraklavikular
d) Kaji tingkat nyeri klien
c.
Pengkajian Psikososial
1) Ketakutan akan kanker
2) Ancama terhadap gambaran citra tubuh, seksualitas, hubungan intim, dan
pertahanan
3) Konflik diri dalam mengambil keputusan terapi
2.3.2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mencakup sebagai
berikut:
a.
Preoperatif
1) Kurang pengetahuan tentang kanker payudara dan pilihan pengobatan
2) Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker
3) Ketakutan berhubungan dengan pengobatan spesifik dan perubahan citra
tubuh
4) Risiko ketidakefektifan koping individu atau keluarga berhubungan
dengan diagnosis kanker payudara dan berhubungan dengan pilihan
pengobatan
5) Konflik dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan pilihan
pengobatan. (Nanda, 2012)
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
53
b.
Pascaoperatif
1) Nyeri akut dan ketidaknyamanan berhubungan dengan prosedur
pembedahan
2) Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan iritasi saraf pada
lengan, payudara, atau dinding dada.
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan atau gangguan
pada payudara.
4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas parsial pada
ekstremitas atas pada sisi operasi
5) Risiko disfungsi seksual berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh,
perubahan pada gambaran diri, dan ketakutan akan respon pasangan.
6) Kurang pengetahuan: manajemen drain setelah pembedahan
7) Kurang pengetahuan: latihan lengan untuk mengembalikan mobilitas
pada area yang terkena
(Nanda, 2012)
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
54
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Pasien dengan nama Ny.M (45 tahun) datang ke RSCM untuk dilakukan operasi
MRM (Modified radikal Mastektomi) pada tanggal 3 Juni 2014. Agama pasien
Kristen. Pekerjaan sehari-hari adalah sebagai Ibu rumah tangga. Pasien tinggal di
Kp. Baru, Rawamangun, Jakarta Timur.. Pasien datang dengan diantar oleh
keluarga melalui poli bedah tumor.
3.1.2 Anamnesis
a.
Keluhan utama pada saat dirawat
Pasien dikirim dari poli bedah onkologi karena akan direncanakan operasi
pengangkatan payudara. Sebelumnya pasien mengeluh benjolan di payudara
kanan terasa nyeri sejak satu bulan yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul
dan sekarang di rasakan semakin memberat. Nyeri terasa seperti tertusuktusuk dan tidak menjalar. Benjolan di payudara kanan sebesar telur ayam,
dirasakan makin membesar. Punting susu masuk kedalam dan tampak
kemerahan. Pasien mengaku tidak mengeluhkan adanya demam, pusing,
nyeri dada serta sesak napas.
b.
Riwayat kesehatan yang lalu
Menurut pasien  18 tahun yang lalu pernah menjalani operasi payudara kiri
di rumah sakit UKI ( Universitas Kristen Indonesia) dengan hasil tumor
jinak. Tidak ada riwayat DM, asma, penyakit asam urat dan hipertensi.
c.
Riwayat kesehatan keluarga
Menurut pasien ibunya yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien
yaitu kanker payudara. Tidak ada riwayat DM, Hipertensi, asma, sakit ginjal
dari keluarga.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
55
d.
Aktivitas / istirahat
Pasien merupakan ibu rumah tangga, aktivitas sehari-hari pasien hanya di
rumah saja dengan kegiatan sebagai ibu rumah tangga. Pasien juga sering
tidur dan istirahat yang cukup. Tidur ± 7 jam sehari baik siang maupun
malam. Namun saat ditanya Saat dilakukan pengkajian awal tekanan darah
130/90 mmHg, frekuensi nadi = 88 x/menit, frekuensi napas = 20 x/menit,
suhu = 36,7 o C. Pasien sangat kooperatif.
e.
Sirkulasi
Pasien mengatakan tidak ada tanda-tanda dada berdebar, atau pusing. Pasien
juga mengatakan tidak ada riwayat hipertensi, masalah jantung, edema kaki,
flebitis. TTV menunjukkan bahwa tekanan darah 130/90 mmHg pada hari
pertama masuk. Nadi 88 x/menit, teraba kuat. Pada ekstremitas suhu 36,7 o C,
capilary refill time (CRT) ≤ 2 detik. Tidak ada varises, persebaran rambut
merata. Mukosa lembab, bibir sedikit kering, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak ikterik, tidak ada diaphoresis.
f.
Integritas Ego
Pasien mengatakan takut dan belum mengetahui mengenai prosedur
pembedahan dan perawatan setelah operasi. Saat ditanya pasien mengatakan
belum mengetahui bagaimana caranya, Walaupun dulu pernah menjalani
operasi payudara tetapi prosedur operasi saat ini lebih dirasakan
menegangkan. Pasien hanya diberitahu dokter bahwa akan dilakukan operasi
pengangkatan seluruh payudara sebelah kanan. Hal ini yang membuat pasien
merasa takut dan bingung. Pasien tidak ada masalah finansial karena sudah
memakai jaminan askes sosial. Selama perawatan pasien di dukung oleh
semua keluarga besarnya. Sehari – hari pasien ditunggu oleh suami dan
bergantian dengan adik perempuannya. Hal ini yang membuat pasien senang
dan merasa kuat. Pasien sekarang mengaku pasrah dan meminta dalam doa
untuk kesembuhan. Saat dilakukan pengkajian wajahnya tampak cemas dan
takut menjalani operasi.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
56
g.
Eliminasi
Pasien mengatakan BAB minimal 1 kali sehari, karakter feses lunak, BAB
terakhir pagi sebelum berangkat ke RS. Tidak ada riwayat perdarahan,
hemoroid, konstipasi dan diare. Pola BAK ± 8-10 x sehari, pasien merasa
tidak ada masalah BAK. Tidak ada riwayat nyeri pada saat BAK dan tidak
ada riwayat penyakit ginjal. Saat dilakukan pengkajian tidak ada nyeri tekan
pada bagian pinggang. Tidak ada massa, bising usus normal 4-5 x/menit.
h.
Makanan / cairan
Pasien makan makanan nasi biasa dan lauk serta sayur. Makanan terakhir
masuk tanggal 2/6/2014 pagi sebelum ke RS. Tidak ada mual dan muntah.
Tidak ada nyeri ulu hati. Tidak ada alergi makanan. Kemampuan untuk
mengunyak dan menelan masih baik. BB saat masuk 77 kg. Tidak ada
perubahan berat badan. TB 153 cm. Bentuk tubuh tegak. Turgor kulit elastis,
kelembaban agak sedikit kering. Tidak ada edema dan distensi vena
jugularis. Kondisi gigi tidak ada yang berlubang, penampilan lidah lembab
dan membran mukosa lembab. Pada saat di RS mendapat terapi diet biasa
dengan jumlah kalori 2000 kkal dan protein 60 gram.
i.
Kebersihan / Hygiene
Aktivitas sehari-hari masih mandiri, mobilitas berjalan sendiri, makan,
mandi, berpakaian sendiri. Penampilan umum pasien, pasien menjaga
kebersihan kerapian. Cara berpakaian rapi dengan jenis baju yang sesuai
dengan usianya. Saat awal dikaji tidak ada bau badan.
j.
Neurosensori
Tidak ada kesemutan pada ekstremitas. Tidak ada riwayat stroke dan kejang.
Penglihatan dan pendengaran normal. Status mental terorientasi, kesadaran
compos mentis, kooperatif. Memori saat ini baik, masih ingat juga memori
masa lalu. Tidak ada tanda fasial drop. Refleks menelan baik.
k.
Nyeri/ketidaknyamanan
Pasien mengeluh ada benjolan dan nyeri di payudara kanan, seperti ditusuktusuk, nyeri hilang timbul, Durasinya 1-2 menit, Tidak ada penjalaran. Rasa
nyeri dirasakan sejak satu bulan yang lalu. Punting susu masuk kedalam.
Benjolan di rasakan makin membesar dan sekarang benjolan sudah sebesar
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
57
telur ayam. Saat dilakukan pengkajian tidak ada rasa nyeri, pasien tampak
tenang.
l.
Pernapasan
Pasien mengatakan tidak mengeluh batuk atau sesak. Tidak ada riwayat
bronchitis, TB, asma, empisema, pneumonia. Pasien juga bukan perokok.
Tidak menggunakan oksigen. Frekuensi pernapasan 20 x/menit. Simetris,
tidak menggunakan otot bantu napas. Bunyi napas vesikuler. Tidak ada
sianosis, tidak ada sputum. Fungsi mental, tenang, compos mentis.
m. Keamanan
Pasien tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat kecelakaan atau jatuh.
Tidak ada jaringan parut, laserasi, ulserasi, kemerahan pada bagian kulit.
Cara berjalan dengan normal. Rom aktif. Tonus otot 5555 5555
5555 5555
n.
Seksualitas
Pada saat pengkajian adanya benjolan dipayudara sebelah Upper linear kanan
dengan ukuran 5x4x3 cm, batas tegas, permukaan licin, konsistensi padat,
nyeri tekan tidak ada dan terfiksasi. tampak tidak simetris antara payudara
kanan dan kiri, punting masuk kedalam, tidak ada cairan yang keluar dari
punting. Pasien menstruasi awal pada usia 10 tahun. Pasien belum punya
anak, pernah hamil pada tahun 2012 tetapi keguguran. Menurut pasien tidak
ada masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga nya.
o.
Interaksi sosial
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasien sudah menikah selama
10 tahun tetapi belum mempunyai anak. Pasien pernah hamil sekali pada
tahun 2012 tetapi keguguran. Komunikasi dan hubungan dengan suami baik.
Interaksi dengan keluarga yang lain baik, dengan lingkungan di sekitar
tempat tinggal pasien juga baik. Bicara masih jelas, dapat dimengerti dengan
yang menerima informasi. Terkadang pasien menggunakan bahasa batak.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
58
3.1.3 Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.1. Pemeriksaan darah
Tanggal
Jenis pemeriksaan
Nilai
Satuan Nilai normal
13 / 05 / 20141. Pemeriksaan darah
Lengkap
–
Hemoglobin
12,9
g/dL
12,0 - 15,0
–
Hematokrit
39,2
%
36,0 - 46,0
–
Leukosit
6540
μL
5 - 10 rb
–
Trombosit
292
μL
150 - 400 rb
2. Ureum
13
mg/dL
<80
3. Kreatinin
0,6
mg/dL
0,60-1,20
4. Gula darah sewaktu
100
mg/dL
<140
5. Elektrolit
2/06/2014
3/06/2014
–
Natrium
139
mEq/L
132-147
–
Kalium
3,17
mEq/L
3,30-5,40
–
Klorida
98,9
mEq/L
94,0-111,0
6. SGOT
13
g/L
<27
7. SGPT
10
g/L
<34
8.
11,4
detik
11,5-15,5
9. APTT
17,4
detik
27-35
10. Fosfatase alkali
56
U/L
42-98 U/L
PT
Elektrolit
–
Natrium
135
mEq/L
132-147
–
Kalium
3,82
mEq/L
3,30-5,40
–
Klorida
100.4
mEq/L
94,0-111,0
11. Pemeriksaan darah
Pasca operasi
Lengkap
–
Hemoglobin
12,2
g/dL
12,0 - 15,0
–
Hematokrit
38,2
%
36,0 - 46,0
–
Leukosit
10.020 μL
μL
5 - 10 rb
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
59
–
Trombosit
230
μL
150 - 400 rb
Tdk diperiksa
Albumin
3.1.4 Pemeriksaan Diagnostik
a.
Rongten Thorak (13/05/2014)
Gambar 3.1. Foto Rongten
Hasil :
CTR < 0,5 Cor pulmo dalam batas normal.
b.
Mamografi (13/05/2014)
Kulit dan subkutis tidak menebal, tampak retraksi papilla mamae, tampak
lesi densitas tinggi bulat batas ireguler di mamae kanan kuadran inferior.
Tampak makrokalsifikasi mamae kanan. Kalenjar limfa aksila tidak
membesar.
Kesimpulan :
Lesi di kuadran inferior mamae kanan dan sangat mungkin sebuah malignancy
c.
USG Mamae bilateral (13/05/2014)
Kesimpulan : Massa padat ireguler di jam 6, 1 cm.
Mamae kanan ukuran 2,3 cm x 2,7 cm
DD/ kemungkinan malignancy
d.
USG Abdomen (13/05/2014)
Tidak tampak kelainan pada abdomen
e.
Patologi Anantomi (28/04/2014)
Makroskopis :
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
60
FNAB tumor mamae dektra diameter 2 cm kenyal dank eras, batas tidak
jelas, aspirat sedikit darah.
Kesimpulan :
Tumor mamae dektra, FNAB inflammatory adeno carcinoma mammae.
3.1.5 Daftar Terapi Medikasi
Tabel 3.1. Daftar terapi medikasi
Nama obat
Cefazolin
Dosis
1 gram
Waktu
2x1
Rute
IV
Indikasi
Antibiotik
Ketorolac
30 mg
3x1
IV
analgetik
Ranitidin
1 amp
2x1
IV
Menurunkan
peningkatan asam
lambung
3.1.6 Laporan Pembedahan
Operasi dilakukan pada tanggal 3 Juni 2014 , lama pembedahan 2 jam, tidak ada
komplikasi selama pembedahan dengan laporan pembedahan sebagai berikut:
a. Pasien diberikan posisi supine, kemudian dilakukan anastesi umum
dan dibuat desain insisi pada mamae sebelah kanan (Mastektomi
Radikal Modifikasi)
b. A dan antiseptik daerah operasi
c. Insisi dilakukan sesuai dengan desain, dilakukan reseksi mencakup
kulit  3 cm dari tumor, seluruh kelenjar mammae, muskulus
pektoralis mayor, muskulus pektoralis minor
d. Dilakukan eksisi dan VC lateral sayatan pada daerah
jaringan
limfatik upper linear kanan dan lemak subkapular dan nodus limfe
aksilaris.
e. Luka operasi di cuci dengan NaCl 0,9% steril
f. Luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan meninggalkan satu buah
drain vakum pada sisi lateral mamae kanan
g. operasi selesai
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
61
3.2 Analisis Data
Tabel 3.2. Analisa data
No
Data
Masalah keperawatan
Pra pembedahan
1 DS:
Cemas berhubungan dengan
- Menyatakan takut dan cemas karena
ketidaktahuan tentang prosedur operasi,
prosedur operasi dan
perawatan setelah operasi.
perawatan setelah operasi dan tidak tahu
apa yang akan dilakukan dokter terhadap
dirinya
- Merasa takut akan kondisi kesehatannya
DO:
- Pasien tampak tegang
- Tanda vital
TD: 130/80 mmHg, frekuensi nadi = 88
x/menit, frekuensi napas = 20 x/menit,
suhu = 36,5 o C
-
Pasien tampak bertanya tentang prosedur
operasi dan perawatan setelah operasi.
-
Pada awal pengkajian pasien tampak
gelisah
-
Pandangan ke segala arah dan terkadang
menunduk
-
Tidak bisa tidur pada hari pertama
perawatan
-
Pasien cerita mengenai perasaannya
Pasca Pembedahan
1 DS:
–
Nyeri Akut pasca
pembedahan
pasien mengatakan nyeri di daerah pasca
operasi
–
skala nyeri menurut pasien 5 (skala-sedang)
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
62
DO:
- Operasi dilakukan tangal 3/6/2014
- Tampak luka operasi di payudara kanan
dengan dibalut elastis verban
- Pasien tampak meringis menahan sakit
- Pasien tampak melindungi area sakit
- Pasien tampak tegang
- Pengkajian nyeri
o P (Provocate)
Nyeri terasa tiba-tiba dan hilang
timbul
o Q (Quality)
Kualitas nyerinya seperti ditusuktusuk
o R (Region)
Pada area luka post operasi
o S (Skala)
5 (skala-sedang)
o T (Time)
Nyeri terasa  3-4 menit
- Drain di payudara kanan
2 DS:
Kerusakan integritas kulit
DO:
- Pasca operasi mastektomi hari pertama
- Tanda vital
TD: 130/80 mmHg, frekuensi nadi = 88
x/menit, frekuensi napas = 20 x/menit,
suhu = 36,5 o C
- Tampak luka operasi di payudara kanan
dengan dibalut elastis verban
- Drain pasca operasi di payudara kanan,
produksi 10 cc
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
63
- Pasien tampak membatasi gerak tangan
sebelah kanan dan kaku.
3 DS:
- Pasien mengatakan belum bisa
Gangguan mobilisasi fisik
(pascaoperasi)
menggerakkan tangan sebelah kanan
karena masih lemas dan sakit
-
Pusing jika duduk dan masih merasa
dingin
DO:
- Pasca operasi mastektomi hari pertama dengan
anastesi umum
- Tanda vital
TD: 130/80 mmHg, frekuensi nadi = 88
x/menit, frekuensi napas = 20 x/menit,
suhu = 36,5 o C
- Pasien tampak membatasi rentang gerak
lengan kanan
- Keadaan umum masih tampak lemah.
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan dan Implementasi
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa dibagi menjadi dua yaitu rencana
asuhan
keperawatan
sebelum
operasi
dan
sesudah
operasi.
Adapun
penjelasannyadadalah sebagai berikut:
3.3.1. Rencana Asuhan Keperawatan Sebelum Operasi
a. Cemas berhubungan dengan prosedur operasi dan perawatan setelah operasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam rasa cemas dapat
diatasi/berkurang
Dengan kriteria:
-
Pasien dapat menyatakan kecemasan yang dirasakan
-
Pasien dapat beristirahat dengan tenang
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
64
-
Nadi dalam batas normal
-
Ekspresi wajah ceria/rileks.
Intervensi yang dilakukan adalah:
Mandiri
-
Berikan privasi dan lingkungan yang nyaman.
-
Observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala
kecemasan.
-
Temani pasien bila gejala-gejala kecemasan timbul.
-
Berikan kesempatan bagi pasien untuk mengekspresikan perasaannya .
-
Hindari konfrontasi dengan pasien.
-
Lakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi
terapeutik.
-
Berikan informasi tentang program pengobatan
1) Penjelasan prosedur operasi (pre-intra-post)
2) Mengajarkan batuk efektif pasca operasi
3) Mengajarkan tehnik relaksasi
4) mengajarkan rentang gerak sendi pasca operasi
-
Anjurkan pasien istirahat sesuai dengan yang diprogramkan.
-
Berikan dorongan pada pasien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk
meningkatkan harga dirinya sesuai dengan kondisi penyakit.
-
Hargai setiap pendapat dan keputusan pasien.
3.3.2. Rencana Asuhan Keperawatan Setelah Operasi
a.
Nyeri Akut pasca pembedahan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien
menyatakan nyerinya hilang/ terkontrol
Dengan kriteria:
-
Pasien akan tampak rileks
-
Istirahat cukup dan pasien dapat tidur nyenyak
-
pasien mengatakan nyeri sudah berkurang / hilang dengan skala 0
Intervensi yang dilakukan adalah:
-
Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 –10)
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
65
-
Pertahankan patensi sistem drainase. Pertahankan selang bebas dari
lekukan dan bekuan
-
Berikan tindakan kenyamanan (sentuhan terapeutik, pengubahan posisi,
pijatan punggung) dan aktifitas terapeutik.
-
Dorong penggunaan teknik relaksasi, termasuk latihan nafas dalam
visualisasi, pedoman imajinasi.
-
Bantu dan anjurkan pasien untuk ambulasi dini
-
Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi dan napas dalam
-
Kolaborasi: beri analgetik sesuai program (ketorolac)
Rencana asuhan keperawatan yang lengkap bisa dilihat di lampiran 2 dan
implementasi keperawatan bisa dilihat di lampiran 3.
b.
Kerusakan intergritas kulit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam integritas kulit membaik.
Dengan Kriteria:
-
Mencapai penyembuhan luka
-
Berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang dianjurkan untuk
meningkatkan penyembuhan luka.
-
Tidak terjadi komplikasi
Intervensi yang dilakukan adalah:
Mandiri
–
Penatalaksanaan
luka
akut
dengan
menggunakan
prinsip-prinsip
penyembuhan luka :
1) Kaji status luka Akut (warna, bau, jumlah drainase dari luka dan
sekeliling kulit)
2) Bersihkan luka dengan cairan salin steril.
3) Lindungi jahitan luka dari trauma
4) Periksa luka secara teratur, catat jumlah dan karateristik cairan
luka bila ada dan integritas kulit
5) Tutup luka operasi dengan balutan steril sehingga dapat
mempertahankan lingkungan di atas tetap lembab (mis; balutan
kassa dengan film, hidrokoloid).
6) Pantau tanda-tanda klinis dari infeksi luka
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
66
Kolaborasi
Memberikan antibiotik sesuai indikasi.
c.
Gangguan mobilisasi ( pascaoperasi )
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, aktivitas
kembali normal
Dengan kriteria:
-
TTV dalam batas normal
-
Menunjukan keinginan untuk berpartisipasi dalam terapi
-
Menunjukan tehnik yang memampukan melakukan aktifitas, seperti ADL
sudah dilakukan sendiri, makan dan minum, Sudah bisa duduk .
-
Menunjukan peningkatan kekuatan pada bagian tubuh yang sakit.
Intervensi yang dilakukan adalah:
Mandiri
-
Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas
-
Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,
disritmia, dipsnea, berkeringat, pucat.
–
Mulai melakukan rentang gerak pasif sesegera mungkin (fleksi,
ekstensi siku, pronasi/supinasi pergelangan, menekuk/ekstensi jari).
–
Dorong pasien menggunakan lengan untuk melakukan ADL
(kebersihan diri, makan, menyisir rambut, mencuci muka, dll)
-
Evaluasi peningkatan mobilisasi
-
Tingkatkan latihan rentang gerak aktif
-
Diskusikan tipe latihan yang dilakukan dirumah untuk meningkatkan
kekuatan dan sirkulasi pada lengan yang sakit.
-
Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.
-
Beri lingkungan yang aman
Kolaborasi
–
Berikan obat sesuai dengan indikasi (analgetik, diuretik)
–
Bila perlu rujuk ke ahli terapi fisik/okupasi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
67
3.4 Evaluasi Keperawatan
Hasil dari evaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilakukan sesuai dengan masalah
keperawatan ialah sebagai berikut:
a. Cemas berhubungan dengan prosedur operasi
Pada saat pertama datang di ruang bedah lantai 4 zona A RSCM pasien
tampak tegang dan bingung dengan kondisi yang ada. Namun setelah
mahasiswa datang dan menjelaskan prosedur yang akan dijalani dan
mendengarkan keluhan pasien maka pada hari kedua pasien menjalankan
operasi dengan siap dan bisa tidur walaupun belum pulas.
b. Nyeri Akut pasca pembedahan
Pada tanggal 3-06-2014 pasien selesai operasi dan di jemput dari ruangan OK.
operasi yang dilakukan adalah mastektomi dengan tehnik MRM (Modified
Radikal Mastectomy),
hari pertama pasien pasca operasi pasien mengatakan nyeri dengan skala 3-4 di
bagian payudara kanan. Kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan durasi 3-4
menit.
Luka operasi tampak dibalut dengan verban elastic. Kondisi ini
bertambah jika pasien bergerak sehingga pasien membatasi gerak daerah pasca
operasi, Namun setelah diajari teknik napas dalam dan mendapat terapi
analgetik ketorolac injeksi dengan dosis 30 mg, pasien mengatakan lebih lega
dan nyeri berkurang, skala nyeri menjadi 2, dalam waktu 3 hari. Pada akhir
intervensi pasien mengatakan nyeri sudah sangat berkurang. Ekspresi wajah
pasien tampak tenang tidak tegang, tidur nyaman dan sudah bisa berinteraksi
dengan keluarga dengan nyaman.
d. Kerusakan intergritas kulit
Tujuan
dari
perawatan
kerusakan
integritas
kulit
adalah
mencapai
penyembuhan luka secara optimal, pasien juga dapat berpartisipasi dalam
rencana pengobatan yang dianjurkan dan di programkan untuk meningkatkan
proses penyembuhan luka dengan terhindar dari komplikasi yang mungkin
terjadi. Tindakan perawatan luka akut dilakukan dengan merawat luka secara a
dan antiseptik kemudian luka operasi dibalut dengan kassa kering dengan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
68
plester berperekat. Jahitan belum diangkat selama 4 hari perawatan hingga
pasien pulang dan di rencanakan diangkat pada saat kontrol di poli bedah.
d. Gangguan mobilisasi ( pascaoperasi )
Kondisi ini terjadi setelah pasien menjalani operasi. Mahasiswa dan perawat
menganjurkan untuk istirahat sampai pasien mampu latihan duduk dan berdiri.
sebelum duduk pasien diminta untuk latihan miring kanan dan kiri. Perawat
mulai melakukan latihan rentang gerak pasif. Pada hari kedua setelah operasi
pasien bisa duduk sendiri tanpa bantuan, kemudian perawat mendorong pasien
untuk melakukan kegiatan ADL (makan, mengosok gigi, minum, menyisir,
dll) secara perlahan semampu pasien. Dan pada hari ke-3 pasien sudah bisa
latihan rentang gerak aktif dengan mengingat kembali pembelajaran sebelum
dilakukan operasi dan hari ke-4 pasien bisa pulang.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
69
BAB IV
ANALISA SITUASI
4.1 Analisis Masalah Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
(KKMP)
Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan ini termasuk dalam lingkup
keperawatan komunitas. Karena masyarakat perkotaan merupakan komunitas
yang tinggal di daerah perkotaan dengan semua keadaan dan kondisi yang ada di
lingkungan kota. Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP)
merupakan suatu metode yang digunakan oleh perawat untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan dan pelayanan pada pasien komunitas. Asuhan keperawatan
yang diberikan dalam menerapkan konsep keperawatan komunitas di lahan klinik
dengan memberikan asuhan sesuai dengan prosedur yang ada dan penyakit yang
ada di masyarakat. Proses keperawatan yang diberikan pada
keperawatan
kesehatan masyarakat perkotaan bertujuan untuk mencegah masalah keperawatan
yang muncul dalam masyarakat di daerah perkotaan.
Masalah yang sering terjadi di daerah perkotaan terkait dengan penyakit kanker
adalah kanker payudara. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia
dan tidak terkecuali di Indonesia. Tingginya tingkat kematian akibat kanker
terutama di Indonesia antara lain disebabkan karena terbatasnya pengetahuan
masyarakat tentang bahaya kanker, tanda-tanda dini dari kanker, faktor-faktor
resiko terkena kanker, cara penanggulangannya secara benar serta membiasakan
diri dengan pola hidup sehat. Tidak sedikit dari mereka yang terkena kanker,
datang berobat ketempat yang salah dan baru memeriksakan diri ke sarana
pelayanan kesehatan ketika stadiumnya sudah lanjut sehingga biaya pengobatan
lebih mahal.
Data dari yayasan kanker Indonesia pada lima tahun terakhir menyebutkan
kejadian kanker payudara menempati urutan pertama 32%, dari total jumlah
kasus kanker. Total penderita kanker payudara 40% berobat pada stadium awal
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
70
dan 30% dari total jumlah penderita kanker terdeteksi stadium lanjut lokal, dan
30% dengan metastasis (Haryono 2007).
Insidensi dan prevalensi yang pasti dari penyakit ini di Indonesia belum dapat
ditetapkan secara pasti. Di Indonesia, hasil survei Riset Kesehatan Dasar
menunjukkan angka prevalensi penyakit tumor/kanker sebesar 4,3 per 1000
penduduk (Kementerian Kesehatan, 2007). Kanker sebagai penyebab kematian
menempati urutan ke tujuh (5,7% dari seluruh penyebab kematian) setelah
kematian akibat stroke, tuberkulosis, hipertensi, cedera, perinatal, dan diabetes
melitus.
4.2 Analisis Kasus
Pasien dengan kanker payudara sering dialami oleh masyarakat perkotaan. Sebab
pasti kanker payudara sampai saat ini belum diketahui tetapi dari beberapa teori
menjelaskan tentang penyebab terjadinya kanker payudara adalah akibat multiple
faktor, multifaktor baik dari segi host, agent maupun lingkungannya.
Faktor paling utama yaitu usia dan jenis kelamin perempuan, meskipun tidak
semuanya. Dari hasil analisa didapatkan kanker payudara 85% di diagnosa pada
wanita dengan usia lebih dari 45 tahun (Ignatavicius & Workman. 2006), hal ini
dikarenakan masa produktif ada perubahan-perubahan fungsi atau saat
menepouse. Usia pasien dan berjenis kelamin perempuan yang tergolong usia
produktif membuat salah satu pemicu munculnya kanker payudara. Usia
Produktif rentan terhadap kanker payudara. Sembilan puluh persen kanker
payudara terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan karena pada wanita ada
produksi hormon esterogen dan progesteron, hormon ini dapat memicu
pertumbuhan sel kanker. (American Cancer Society, 2013)
Wanita dengan riwayat keluarga kanker payudara juga meningkat 3 kali faktor
risiko dan wanita yang mempunyai riwayat pribadi tentang kanker payudara
beresiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya akan meningkat
5 kali. Hal ini diakibatkan kanker payudara kebanyakan berasal dari duktus yang
menyebar ke jaringan limfatik (Pherson., C.M., at al .2000. dalam Ignatavicius
&Workman. 2006). Ny. M mempunyai riwayat keluarga dengan kanker dari
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
71
ibunya. Ny M pernah dilakukan operasi payudara  18 tahun yang lalu pada
payudara sebelah kiri dan dinyatakan hasil nya berupa tumor jinak. Pada Riwayat
penyakit payudara jinak diketahui bahwa wanita yang mempunyai riwayat tumor
payudara disertai perubahan epitel proliferatif mempunyai risiko dua kali lipat
untuk mengalami kanker payudara.
Seseorang yang mengalami kanker payudara akan terjadi mutasi gen diturunkan
dari keluarga. Terjadi mutasi gen sporadis pada kanker payudara (Warren, S. B.
2003). Pada kanker payudara gen penekan disebut BRCA1 dan BRCA 2, gen ini
mengidentifikasi kerusakan DNA yang kemudain dapat menahan perkembangan
sel abnormal. Mutasi pada gen ini diturunkan pada mayoritas penderita kanker
payudara. Mutasi BRCA1 berhubungan dengan 65% hingga 87% risiko kanker,
dan mutasi BRCA2 berhubungan dengan 45% hingga 84% risiko kanker
payudara (Tumbull & Rahman, 2008; Brunner & Suddarth. 2010)
Ny. M mengalami mestruasi pertama kali pada usia 10 tahun. Riwayat
menstruasi. Menstruasi yang terlalu cepat (<12 tahun) dan atau menopause (>50
tahun) yang terlalu lama meningkatkan risiko. Hal ini disebabkan ada paparan
atau keadaan dimana tubuh mengalami pajanan hormon esterogen dan
progesteron lebih lama dalam hidup (American Cancer Society, 2013). Penelitian
telah menunjukkan bahwa risiko seorang wanita terkena kanker payudara
berhubungan dengan paparan hormon yang diproduksi oleh ovarium (estrogen
endogen dan progesteron). Faktor reproduksi yang meningkatkan durasi dan /
atau tingkat paparan hormon ovarium, yang merangsang pertumbuhan sel, telah
dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara.
Pada pengkajian riwayat reproduksi, Nullipara adalah seorang wanita yang belum
pernah melahirkan atau belum pernah melahirkan janin yang mampu hidup di
luar rahim dan anak pertama lahir pada usia 30 tahun. Wanita yang memiliki
sedikit anak dan melahirkan pada usia 30 tahun akan meningkatkan risiko. Ny. M
berusia 45 tahun sudah menikah selama 10 tahun dan belum mempunyai anak.
Ny. M pernah hamil pada tahun 2012 tetapi mengalami keguguran. Berdasarkan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
72
hasil penelitian telah menunjukkan bahwa risiko seorang wanita terkena kanker
payudara berhubungan dengan paparan hormon yang diproduksi oleh ovarium
(estrogen endogen dan progesteron). Faktor reproduksi yang meningkatkan durasi
dan / atau tingkat paparan hormon ovarium, yang merangsang pertumbuhan sel,
telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara. Faktor-faktor ini
termasuk onset awal menstruasi, terlambat menopause, kemudian usia kehamilan
pertama, dan tidak memiliki anak. Kehamilan dan menyusui dapat menurunkan
jumlah lingkaran menstruasi yang artinya dapat menurunkan paparan terhadap
hormon endogen. Selain itu kehamilan dan menyusui akan membentuk proses
normal pembelahan sel payudara. Peneliti memiliki hipotesa bahwa sel yang
secara normal membelah akan tahan terhadap pemicu kanker dibanding sel yang
belum pernah membelah (National Cancer Institute, 2011).
Menurut hasil pengkajian Ny.M mempunyai berat badan 77 kg dengan tinggi 153
cm yang berarti Ny. M mempunyai berat badan berlebih dari berat ideal nya yang
seharusnya 53 kg. Diet tinggi lemak berkaitan dengan meningkatnya risiko
kanker payudara. Hingga saat ini belum dapat disimpulkan diet dan hubungannya
dengan kanker payudara dengan kuat. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
memahami efek dari jenis lemak dimakan pada risiko kanker payudara. Tetapi
jelas bahwa kalori sangat penting, dan lemak merupakan sumber utama kalori.
Diet tinggi lemak dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas, yang
merupakan faktor risiko kanker payudara. Diet tinggi lemak juga telah
ditunjukkan mempengaruhi risiko memicu beberapa jenis kanker lainnya, dan
asupan jenis lemak tertentu jelas berkaitan dengan risiko penyakit jantung
(American Cancer Society, 2013).
Obesitas setelah menepouse dilaporkan dapat meningkatkan risiko kanker
payudara hal ini disebabkan setelah menepouse (ketika ovarium berhenti
memproduksi esterogen), pada saat itu estrogen akan dihasilkan oleh jaringan
lemak. Sehingga orang yang obese akan memproduksi estrogen lebih banyak.
Peningkatan BMI, resisten insulin, hiperglikemi dilaporkan berhubungan dengan
kanker payudara dan kanker lainya (American Cancer Society, 2013).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
73
Berbagai faktor penyebab kanker payudara diatas mengakibatkan adanya
beberapa masalah keperawatan. Penegakan masalah keperawatan pada pasien ini
berdasarkan hasil pengkajian, pemeriksaan fisik dan data penunjang. Dari hasil
pengkajian didapatkan data pasien wanita berumur 45 tahun, datang dengan
keluhan benjolan yang makin membesar di payudara sebelah kanan dan terasa
nyeri, keluhan dirasakan makin memberat sejak 1 bulan yang lalu SMRS. Nyeri
yang dirasakan hilang timbul dan kadang juga terus menerus seperti ditusuktusuk, tidak menjalar. Pasien pernah punya riwayat benjolan di payudara sebelah
kiri dan di operasi 18 tahun yang lalu, hasilnya dinyatakan tumor jinak. Pasien
dikirim dari poli bedah onkologi untuk rencana operasi pengangkatan payudara
kanan. Pasien mengatakan takut dan belum mengetahui mengenai prosedur
pembedahan dan perawatan setelah operasi. Saat ditanya pasien mengatakan
belum mengetahui bagaimana caranya. Saat dilakukan pengkajian wajahnya
tampak cemas dan takut menjalani operasi.
Berdasarkan data tersebut dapat dipikirkan bahwa pasien mengalami cemas
berhubungan dengan prosedur operasi dan perawatan setelah operasi. Kecemasan
dalam menghadapi operasi pengangkatan payudara di karenakan pasien tidak
mengetahui dengan jelas dan kurangnya informasi apa yang akan dilakukan
terhadap dirinya. Rasa takut menjalani operasi dirasakan pasien hingga
mengalami kesulitan dalam tidur. Saat dilakukan pengkajian awal pasien terlihat
gelisah dan menjawab pertanyaan dengan ragu. Saat ditanya mengenai
penyakitnya pasien hanya menjelaskan secara singkat dan tidak tahu yang lain.
Saat ditanya mengenai persiapan operasi pasien mengatakan sebenarnya takut
menjalani operasi. Suami pasien sangat mendukung semua prosedur yang akan
dihadapi pasien, ini terlihat suami pasien selalu berada di samping pasien untuk
memberikan dukungan, begitu juga dukungan dari keluarga besar pasien, mereka
selalu memberikan motivasi. Pada saat jam kunjungan keluarga besar selalu
mengadakan doa bersama untuk kesembuhan pasien. Dorongan dari suami dan
keluarga ini yang membuat pasien siap menjalani operasi.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
74
Masalah keperawatan yang muncul setelah operasi adalah nyeri akut, Hal ini
dikarenakan terdapat luka operasi dan drain di daerah payudara sebelah kanan.
Nyeri akut sangat wajar dialami oleh setiap pasien yang mengalami pembedahan.
Nyeri akut harus segera diatasi karena kenyamanan pasien terganggu yang
berdampak secara fisik dan psikologis. Pasca pembedahan pasien dianjurkan
untuk menerapkan tehnik relaksasi yang sudah diajarkan sebelum operasi. Pasien
juga diberikan terapi analgetik injeksi oleh Dokter.
Kerusakan integritas kulit terjadi pasca pembedahan karena adanya luka operasi
dan drain. Perawat harus memperhatikan tindakan a dan antiseptik selama
melakukan perawatan luka operasi dan drain. Upaya ini bertujuan untuk
mempercepat proses penyembuhan dan tidak membuat luka operasi jatuh
kedalam resiko infeksi sehingga akan menambah beban pasien dengan
meningkatnya lama rawat.
Gangguan mobilisasi fisik
juga dialami pasien setelah menjalani operasi.
Mobilisasi dapat dilakukan secara bertahap. Pasien mengalami bedrest pasca
operasi sampai pasien benar-benar merasa pulih dan keadaan umum makin
membaik. Selama bedrest Pasien boleh miring kanan dan miring kiri, setelah
pasien mampu dan benar-benar merasa pulih boleh latihan duduk. Pengangkatan
jaringan payudara juga mengakibatkan rasa nyeri pasca pembedahan, sehingga
pasien membatasi gerak pada area operasi yaitu daerah lengan kanan.
Keterbatasan mobilisasi fisik dapat mengganggu pasien dalam melakukan
aktifitas sehari-hari. Perawat memberikan motivasi dalam melakukan rentang
gerak sendi sedini mungkin agar sirkulasi menjadi lancar dan meminimalkan
resiko limfedema.
4.3 Analisa Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Salah satu masalah keperawatan dari pasca pembedahan kanker payudara dengan
mastektomi adalah terjadinya limfedema. Limfedema merupakan komplikasi
yang serius pasca mastektomi. Walau hanya terjadi pada sebagian kecil pasien,
pencegahan sebaiknya dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
limfedema. Pentingnya pencegahan limfedema bermanfaat untuk kelangsungan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
75
hidup jangka panjang pada penderita kanker payudara. Jadi, edukasi diperlukan
untuk meningkatkan kesadaran pasien dari limfedema. Upaya pencegahan ini
harus dilakukan selamanya karena setelah 10 tahun pasca operasi masih ada
kemungkinan
terjadi
pembengkakan
lengan
akibat
limfedema
karena
pembengkakan akan berlangsung sedikit demi sedikit.
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan potensial komplikasi penyakit kanker
payudara dapat mencakup limfedema yang terjadi jika saluran limfe yang
menjamin aliran balik limfe bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat, jika
nodus aksilaris dan sistem limfe diangkat maka sistem kolater dan auksilaris
harus mengambil alih mereka. Limfedema biasanya dapat dicegah dengan
meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang lebih proksimal.
Kalenjar limfe atau Sistem limfatik pada dasarnya adalah saluran yang membawa
cairan yang disebut getah bening. Pengangkatan kalenjar getah bening selama
operasi kanker payudara dapat berefek menghambat satu atau lebih saluran getah
bening ( limfe ). Hal ini membuat lebih sulit bagi cairan getah bening di dada,
payudara, dan lengan mengalir keluar dari daerah-daerah tersebut. Jika pembuluh
getah bening yang tersisa tidak bisa mengalirkan cairan yang cukup dari daerahdaerah tersebut maka kelebihan cairan dapat menumpuk dan menyebabkan
pembengkakan atau limfedema.
Dalam penelitian Hayes,at 2008, 6 sampai 18 bulan paca operasi mastektomi,
33% (n = 62) dari sampel mengalami lymphedema dan 40% memiliki limfedema
jangka panjang. Tidak mengherankan, Limfedema merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang membutuhkan perhatian lebih besar. Pengawasan yang lebih
sistematis untuk deteksi dini dan potensi manfaat aktivitas fisik untuk mencegah
dan mengurangi gejala limfedema untuk menjamin kualitas hidup pasien
meningkat.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
76
Gambar 4.1. Sistem kalenjar getah bening pada tubuh bagian atas
Berdasarkan uraian masalah keperawatan di atas masalah keperawatan yang perlu
mendapat intervensi lebih adalah mengurangi efek dari limfedema. Pasien pasca
pembedahan mastektomi yang berpotensi mengalami limfedema harus mendapat
pengalaman bagaimana mengurangi resiko limfedema dengan edukasi latihan
rentang pergerak sendi /ROM sedini mungkin. latihan ini bertujuan meningkatkan
atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot, Mempertahankan fungsi
jantung dan pernapasan dan mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi
karena Setelah operasi payudara, wanita sering mengalami kekakuan tubuh, kulit
atau otot sesak, ketidakseimbangan otot, dan penurunan rentang gerak sendi
mereka, terutama pada sisi bahu yang dioperasi.
Edukasi latihan rentang pergerak sendi /ROM sedini mungkin dapat dilakukan
secara bertahap, dilakukan dari hari pertama pasca operasi sampai pasien pulang
dan dilanjutan dengan latihan di rumah. Gerakan yang dilakukan adalah gerakan
sederhana yang merangsang otot-otot dan sendi area posca operasi menjadi tidak
kaku dan sakit, selain itu dapat juga mempercepat proses penyembuhan.
.4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien mahasiswa memiliki
beberapa kendala. Mahasiswa berupaya mencari alternatif pemecahan solusi yang
tepat untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang dilakukan. Solusi didapat
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
77
dari perawat dengan peran utamanya sebagai pemberi asuhan keperawatan,
fasilitas layanan kesehatan, peran kolaborasi dengan professional kesehatan lain,
ataupun keterlibatan pasien dan keluarga dalam proses pemberian asuhan
keperawatan. Dengan mencari alternatif penyelesaian masalah, diharapkan
intervensi
keperawatan
yang
diberikan
dapat
menyelesaikan
masalah
keperawatan pasien dengan optimal. Masalah keperawatan yang masih harus
memerlukan perawatan sesuai dengan analisis diatas adalah mengenai latihan
ROM yang berkesinambungan. Upaya pencegahan ini harus dilakukan selamanya
karena setelah 10 tahun pasca operasi masih ada kemungkinan terjadi
pembengkakan lengan akibat limfedema karena pembengkakan akan berlangsung
sedikit demi sedikit.
Kekurangan penulis dalam melakukan latihan/ROM ini yaitu penulis merasa
referensi terkait evidence based practice yang sesuai dengan kasus sangat
terbatas. Selain itu penulis juga merasakan belum ada yang menjamin kontinuitas
latihan ini tetap dilakukan pasien di rumah sehingga pasien perlu diberikan
rencana tindak lanjut yaitu dibekali jadual latihan yang akan dilakukan sebelum
pulang. Solusi bisa ditawarkan kepada perawat ruangan untuk memperkaya cara
perawatan pasien khususnya dibedah onkologi dengan kanker payudara pasca
operasi mastektomi yaitu dengan membimbing pasien untuk latihan rentang gerak
sendi/ROM/ Stretching. Diharapkan setelah adanya contoh sederhana ini perawat
ruangan bersedia untuk melanjutkan latihan ini sampai ada penemuan baru yang
lebih baik daripada latihan ROM untuk pasien pasca mastektomi dalam
mencegah dan mengurangi limfedema.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
78
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat
perkotaan pada pasien kanker payudara di ruang bedah gedung A lantai 4 zona A
RSCM adalah sebagai berikut:
a.
Penyakit bedah onkologi yang sering terdapat di perkotaan adalah kanker
payudara, kanker tiroid dan kanker ginjal. Kanker payudara
merupakan
salah satu penyakit yang sering dialami oleh masyarakat perkotaan yang
sering diderita oleh wanita.
b.
Penyebab kanker payudara belum diketahui dengan pasti, tetapi beberapa
teori menjelaskan kanker payudara adalah akibat multiple faktor. Faktor
paling utama yaitu usia, meskipun tidak semuanya. Wanita dengan riwayat
keluarga kanker payudara juga meningkatkan 3 kali faktor risiko.
c.
Kondisi pasien setelah tindakan pembedahan
mastektomi biasanya
mengalami keterbatasan aktifitas area operasi. Apabila ini tidak segera
ditangani akan menjadi komplikasi pembedahan lanjut yaitu limfedema.
Tahap awal untuk mengatasi kondisi ini diperlukan edukasi tentang latihan
rentang gerak sendi/ROM dan latihan ini dapat diberikan lebih awal yaitu
pada saat persiapan pre operatif. Langkah selanjutnya setelah pasca
pembedahan dan ditindaklanjuti latihan rutin sampai pasien pulang kerumah.
d.
Perawat dapat melakukan edukasi untuk mengatasi limfedema yaitu dengan
latihan rentang gerak sendi/ROM. Tujuan dari latihan ini adalah untuk
meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot,
Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan dan Mencegah kontraktur
dan kekakuan pada sendi karena Setelah operasi payudara, wanita sering
mengalami kekakuan tubuh, kulit atau otot sesak, ketidakseimbangan otot,
dan penurunan rentang gerak sendi mereka, terutama pada sisi bahu yang
dioperasi.
5.2 Saran
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
79
Berdasarkan keterbatasan dan pembahasan hasil penulisan, maka penulis
memberikan beberapa rekomendasi kepada pemberi pelayanan khususnya
keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien pascaoperasi
kanker payudara dengan mastektomi:
a.
Perawat dapat melakukan tindakan ROM lebih dini untuk mengatasi
limfedema setelah operasi pengangkatan payudara, tindakan ROM ini bisa
dilatih sebelum pasien menjalani operasi sehingga menghasilkan asuhan
keperawatan yang optimal. Selain itu perawat juga dapat mencari jurnal yang
lebih banyak dengan metode yang lebih baru lagi sehingga tindakan ROM
dengan evidence base terbaru ini dapat memberi informasi yang lebih luas
kepada pembaca. Penulis juga sebaiknya melakukan asuhan keperawatan
tidak hanya kepada pasien kelolaan namun juga kepada pasien yang lain
sehingga penulis mengetahui kelebihan dan kekurangan metode yang
dilakukakan. Pada saat mengevaluasi latihan rentang gerak sendi/ROM.
sebaiknya penulis mendampingi pasien dan memeriksanya sehingga pasien
mengetahui otot dan sendi serta apakah gerakan yang dilakukan sudah
benar.
b.
Dalam bidang keperawatan, khususnya perawat bedah sebaiknya dapat
dibuatkan SOP untuk merawat pasien setelah operasi pengangkatan payudara
dengan latihan rentang gerak sendi/ROM. Perawat bedah juga seharusnya
dapat memberikan inspirasi lebih banyak lagi dalam menyusun asuhan
keperawatan. Khususnya dalam memberikan intervensi keperawatan kepada
penderita kanker payudara sesuai dengan penelitian terbaru.
c.
Institusi pendidikan seharusnya memberikan tambahan informasi kepada
mahasiswa mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
onkologi khususnya mengenai penyakit kanker payudara dengan pasien yang
mengalami limfedema. Cara yang tepat bisa memasukkan terapi ini dalam
sub bab sistem onkologi dengan kasus penyakit kanker payudara. Hal ini
diharapkan dapat menurunkan angka komplikasi terjadinya limfedema.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
80
Daftar Pustaka
American Cancer Institute. (2013). Breast cancer publication.
http://www.cancer.org/cancer/breastcancer/detailedguide/breast-cancer-riskfactors . Diunduh pada 1 Juli 2014 pukul 23.00.
American Cancer Society. (2011). Breast Cancer Facts & Figures. American
Cancer Society Inc: Atlanta.
Armer, J. M., & Stewart, B. (2010). Post-breast cancer lymphedema: Incidence
increases from 12 to 30 to 60 months. Lymphology, 43, 118-127.
Andreia, C.1,. Mesina,L,. Lionte,A,.at al. (2011). Physical therapy after total
mastectomy surgery in breast cancer. Timisoara Physical Education and
Rehabilitation Journal,Volume 4 Issue 7.
Albar, Z.A., Tjindarbumi, D., Ramli, M., Lukito, P., Reksoprawiro, S., Handojo,
D.,Suardi, R.D, Achmad, D.(2004). Protokol Penatalaksanaan Kanker
Payudara dalam Protokol PERABOI 2003. Bandung: PERABOI hal 1-14.
Brunner, & Suddarth’s.(2010). Textbook of Medical Surgical Nursing, Tweltfh
edition. Philadelphia: Lippincott William Wilkins.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal-bedah (edisi 8).
Jakarta: EGC.
Berman, Audrey dkk. ( 2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis edisi V .
Jakarta : EGC.
Carpenito,J.B.(2000). Nursing diagnosis: Aplication to clinical practice.
Philadelphiia: JB Lippincott company.
Cismas,A., Mesina,L., Lionte,A., Hoble,L.(2011). Physical therapy after total
mastectomy surgery in breast cancer. Timisoara Physical Education and
Rehabilitation Journal 2011: Volume 4: (7).
Dep Kes RI.( 2007). Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). Dep Kes RI:
Indonesia
Dep Kes RI.( 2007). Data Riskesdas tahun 2007. Dep Kes RI: Indonesia.
Desen, W. (2011). Buku Ajar Onkologi Klinis, edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
DepKes RI.(2013). Angka kejadian kanker payudara. Available at:
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
81
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/170-angka-kejadiankanker-payudara.html. diakses 7 juli 2014 P.10, 34-6.
Desanti,O.I., Sunarsih, & Supriyati. ( 2010 ). Persepsi wanita berisiko kanker
payudara tentang pemeriksaan payudara sendiri di kota semarang, jawa
tengah. berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 26, No. 3, September 2010
halaman 152 – 161.
Garrison, S.J. 2001. Rehabilitasi Kanker dalam Dasar-dasar Terapi dan
RehabilitasiFisik. Jakarta: Hipokrates. hal 98-103
Harianto, Mutiara, R., Surachmat,H.( 2005 ). Risiko penggunaan pil kontrasepsi
kombinasi terhadap kejadian kanker payudara pada reseptor KB di perjan RS
dr. cipto mangunkusumo. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.1, April
2005, 84 – 99. ISSN : 1693-9883.
Harnowo, P.A. (2011). “Ductal Carsinoma In Situ Gejala Awal Kanker
Payudara”.
http://health.detik.com/read/2011/10/20/083502/1748249/770/ductalcarsinoma-in-situ-gejala-awal-kanker-payudara (Diakses pada 1 Juli 2014
pukul 07.25 WIB)
Hayes,S.C., Janda,M., Cornish,B., at al. (2008). Lymphedema After Breast
Cancer: Incidence, Risk Factors, and Effect on Upper Body Function.
journal American Society of Clinical Oncology.
Ignatavicius, D. D., & Workman., L., M.(2006). Medical Surgical Nursing:
Critical Thingking For Collaborative care. US: Elsevier
Kemenkes RI.(2014). Kanker Payudara. Jakarta: Kemenkes RI. diunduh tanggal 7
Juli 2014. www.depkes.go.id
Mahdy N.E., & Ali, R.A.E. (2012). Effect of Pre-discharge Guidelines on
Women's Knowledge and Self- Care Practices Regarding Arm Lymphedema
Prevention Post mastectomy. Journal of American Science 2012;8(12).
National cancer institute.(2011). Reproductive history and risk factor breast
cancer.
http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/Risk/reproductive-
history. Diunduh pada 7 Juli 2014 pukul 23.30
Nies,M.A., and Ewen,M.M, (2001). Community health nursing promotion the
health of population. Washington: WB Saunder Company.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
82
Nurcahyo, J (2010). Awas bahaya kanker rahim dan kanker payudara. Yogyakarta
: Wahana Totalita Publisher.
Otto, S.E. (2005). Buku saku keperawatan onkologi. (Jane Freyana Budi,
Penerjemah). Jakarta: EGC
Otto, S.E. (2001). Oncology Nursing, Fourth Edition. United State of America:
Mosby
Oemiati, R., Rahajeng,E., Kristianto, A.Y. (2011). Prevalensi tumor dan beberapa
faktor yang mempengaruhinya di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Price, S. A. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. edisi V.
Jakarta: EGC.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi
4. Jakarta: EGC
Rezende,L.F., Franco,R.L., Rezende,M.F.,et al.(2006). Two exercise schemes in
postoperative breast cancer: comparison of effects on shoulder movement
and lymphatic disturbance. Tumori, 92: 55-61, Brazil.
Raharjo, E. (2014).Waspadai Kanker Payudara. artikel diunduh tanggal 7 Juli
2014.
http://www.suarasurabaya.net/referensikesehatan/read/29-Waspadai-KankerPayudara
suarasurabaya.net- RSDarmo.
Sjamsuhidajat R., Jong W. (2003). Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Stania, N. (2013). Artikel kanker ganas ini merengut nyawa. diunduh tanggal 7
Juli
2014.
http://www.tempo.co/read/news/2013/05/16/060480866/Kanker-GanasIni-Merengut-Nyawa . KAMIS, 16 MEI 2013 | 14:40 WIB.
Stanhope, M & Lancaster, J.(2004). Community & public health nursing. St
Louis: The Mosby Year Book.
Sutrisna. (2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan
pada wanita penderita kanker payudara RSUPH. Adam Malik Medan. FKM
USU Medan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
83
Siahaan, F. (2014). Kanker Payudara. diunduh tanggal 7 Juli 2014.
http://id.scribd.com/doc/217259114/Bab-1-Bab-3-Kanker-Payudara.
Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah
brunner & suddarth. (Ed. 8). (Agung Waluyo, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Therrese, B.(2008). Primary Prevention and Sreening of Breast Cancer, Second
Edition. M.D.Anderson Cancer Care Springer: Houston USA.
Warren,S.B. (2003). Inheritence and risk factor breast cancer.
http://envirocancer.cornell.edu/factsheet/general/fs48.inheritance.cfm .
diunduh pada 7 Juli 2014 pukul 00.15
WHO.(2010). Data Statistik Kannker Menurut WHO . Terapi Kanker 14 Apr
2009. terapikanker.com/berita-mengejutkan-tentang-kanker/ Pada tahun 2010
WHO (World Health Organization)
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
84
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 1. Rencana Asuhan Keperawatan
3.5. Rencana Asuhan Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERATIF
Diagnosa Keperawatan/
Data Penunjang
Tujuan/Kriteria
Rencana Tindakan
Rasional
Cemas berhubungan
Setelah dilakukan
dengan prosedur
tindakan keperawatan
operasi dan perawatan
selama 1x24 jam rasa
setelah operasi.
cemas dapat
bahasa verbal dari gejala-gejala
DS:
o Menyatakan takut dan
cemas karena
ketidaktahuan tentang
prosedur operasi,
perawatan setelah
operasi dan tidak tahu
apa yang akan
dilakukan dokter
terhadap dirinya
o Merasa takut akan
kondisi kesehatannya
diatasi/berkurang
kecemasan.
Dengan kriteria:
o Pasien dapat
menyatakan
kecemasan yang
Mandiri
o Berikan privasi dan lingkungan yang
nyaman.
o Observasi bahasa non verbal dan
masalah
o Temani pasien bila gejala-gejala
o Untuk mengurangi rasa cemas
kecemasan timbul.
o Berikan kesempatan bagi pasien
untuk mengekspresikan perasaannya
o Hindari konfrontasi dengan pasien.
dirasakan
o Pasien dapat
o Lakukan intervensi keperawatan
beristirahat dengan
dengan hati-hati dan lakukan
tenang
komunikasi terapeutik.
o Nadi dalam batas
o Memberikan privasi dapat
meningkatkan kenyamanan
pasien.
o Untuk mendeteksi dini terhadap
o Kemampuan pemecahan masalah
pasien meningkat bila lingkungan
nyaman dan dukungan diberikan.
o Untuk mengurangi ketegangan
pasien
o Untuk menghindari kemungkinan
yang tidak diinginkan
o Berikan informasi tentang program
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 1. Rencana Asuhan Keperawatan
DO:
o Pasien tampak tegang
o Tanda vital
TD: 130/80 mmHg,
frekuensi nadi = 88
x/menit, frekuensi
napas = 20 x/menit,
suhu = 36,5 o C
o Pasien tampak
bertanya tentang
prosedur operasi dan
perawatan setelah
operasi.
o Pada awal pengkajian
pasien tampak gelisah
o Pandangan ke segala
arah dan terkadang
menunduk
o Tidak bisa tidur pada
hari pertama
perawatan
o Pasien cerita
mengenai
perasaannya
normal
o Informasi yang jelas dapat
pengobatan
o Ekspresi wajah
ceria/rileks.
o Penjelasan prosedur operasi (preintra-post)
mengurangi tingkat kecemasan
pasien
o Mengajarkan batuk efektif pasca
o Mengurangi kecemasan dengan
operasi
o Mengajarkan tehnik relaksasi
perawatan lebih dini pasca
o mengajarkan rentang gerak sendi
operasi
o Dapat mencegah limfedema yang
pasca operasi
o Anjurkan pasien istirahat sesuai
dapat meningkatkan kecemasan
o Untuk mengurangi ketegangan
dengan yang diprogramkan.
o Berikan dorongan pada pasien bila
sudah dapat merawat diri sendiri
untuk meningkatkan harga dirinya
dan kecemasan pasien
o Untuk mengurangi
ketergantungan pasien
sesuai dengan kondisi penyakit.
o Hargai setiap pendapat dan keputusan
o Untuk meningkatkan harga diri
pasien.
pasien.
Asuhan Keperawatan Pasca Operatif
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 1. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Data Penunjang
Tujuan/Kriteria
Rencana Tindakan
Rasional
Nyeri Akut
Setelah dilakukan
Mandiri
DS:
intervensi selama 2x24

o pasien mengatakan
nyeri di daerah pasca
operasi
o skala nyeri menurut
pasien 5 (skala-sedang)
DO:
– Operasi dilakukan
tangal 3/6/2014
- Tampak luka
operasi di payudara
kanan dengan
dibalut elastis
verban
- Pasien tampak
meringis menahan
sakit
- Pasien tampak
melindungi area
sakit
jam, nyeri berkurang atau
lokasi, intesitas (skala), faktor
ketidaknyamanan dan
hilang dengan kriteria:
pemberat/penghilang. Perhatikan
keefektifan analgetik atau dapat
 Klien menyatakan
petunjuk nonverbal, mis melindungi
menyatakan terjadinya
nyeri berkurang/
area nyeri, napas dangkal, respon
komplikasi
hilang
emosi
 Klien dapat

Observasi keluhan nyeri, perhatikan
Anjurkan klien untuk melaporkan


Membantu mengevaluasi derajat
Menurunkan ansietas/takut
beristirahat dengan
nyeri segera saat mulai atau
dapat meningkatkan relaksasi/
tenang
bertambah
kenyamanan
 Kien tampak rileks


Pantau tanda-tanda vital
 Klien sudah tidak
Peningkatan tanda vital
menunjukkan adanya nyeri yang
bertambah
memegang area nyeri


Kaji insisi bedah, perhatikan
edema, perubahan kontur luka
Inflamasi dan infeksi pada luka
dapat memburuk keadaan nyeri
(pembentukan hematoma), atau
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 1. Rencana Asuhan Keperawatan
- Pasien tampak
tegang
- Pengkajian nyeri
o P (Provocate)
Nyeri terasa
tiba-tiba dan
hilang timbul
o Q (Quality)
Kualitas
nyerinya seperti
ditusuk-tusuk
o R (Region)
Pada area luka
post operasi
o S (Skala)
5 (skala-sedang)
o T (Time)
Nyeri terasa  34 menit
- Drain di payudara
kanan
inflamasi



Berikan tindakan kenyamanan,

Menurunkan tegangan otot,
mis., gosokan punggung,
meningkatkan relaksasi, dan
pembebatan insisi selama
dapat meningkatkan
perubahan posisi dan latihan batuk.
kemampuan koping
Anjurkan penggunaan bimbingan

Membantu pasien untuk
imajinasi, teknik relaksasi. Berikan
istirahat lebih efektif sehingga
aktivitas hiburan
menurunkan nyeri
Latih dan anjurkan klien untuk

memobilisasi tubuhnya di tempat
Melatih mobilisasi untuk
mendistraksi nyeri
tidur, mis., miring kanan kiri,
latihan duduk

Kolaborasi

Berikan analgetik sesuai indikasi
Kerusakan Intergritas
Setelah dilakukan
Mandiri
Kulit
tindakan 3 x 24 jam
o Penatalaksanaan luka akut dengan
Menurunkan nyeri langsung
pada saraf pengendali nyeri
o Mengetahui prinsip proses
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 1. Rencana Asuhan Keperawatan
DS:
DO:
integritas kulit membaik
menggunakan prinsip-prinsip
penyembuhan luka akut
Dengan Kriteria:
penyembuhan luka :
meningkatkan proses
o Mencapai
- Pasca operasi mastektomi
hari pertama
o
- Tanda vital
TD: 130/80 mmHg,
frekuensi nadi = 88
x/menit, frekuensi
napas = 20 x/menit,
suhu = 36,5 o C
o
- Tampak luka
operasi di payudara
kanan dengan
dibalut elastis
verban
- Drain pasca operasi
di payudara kanan,
produksi 10 cc
- Pasien tampak
membatasi gerak
tangan sebelah
kanan dan kaku.
penyembuhan luka
Berpartisipasi dalam
rencana pengobatan
yang dianjurkan
untuk meningkatkan
penyembuhan luka.
Tidak terjadi
komplikasi
o Kaji status luka Akut (warna, bau,
jumlah drainase dari luka dan
sekeliling kulit)
o Bersihkan luka dengan cairan salin
steril.
o Lindungi jahitan luka dari trauma
o Periksa luka secara teratur, catat
jumlah dan karateristik cairan luka
bila ada dan integritas kulit
o Tutup luka operasi dengan balutan
steril sehingga dapat
mempertahankan lingkungan di atas
tetap lembab (mis; balutan kassa
penyembuhan luka
o Sebagai data awal dalm
pengkajian
o Cairan salin dapat mengurangi
trauma pada luka
o Mengurangi komplikasi pada luka
o Sebagai tambahan data dalam
pengkajian dini pada luka
o Memberikan suasana lembab
pada luka dapat mempercepat
proses penyembuhan
dengan film, hidrokoloid).
o Pantau tanda-tanda klinis dari
infeksi luka
o Menghindari dan mengurangi
komplikasi lanjut dari tanda
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 1. Rencana Asuhan Keperawatan
infeksi
Kolaborasi
o Memberikan antibiotik sesuai
o Mencegah infeksi lebih dini
indikasi.
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama
- Periksa tanda vital sebelum dan
( pascaoperasi )
1x24 jam, aktivitas
segera setelah aktivitas
DS:
kembali normal
- Catat respon kardiopulmonal
- Pasien mengatakan
Dengan kriteria:
terhadap aktivitas, catat takikardi,
belum bisa
o TTV dalam batas
disritmia, dipsnea, berkeringat,
menggerakkan tangan
normal
o Menunjukan keinginan
pucat.
sebelah kanan karena
untuk berpartisipasi
– Mulai melakukan rentang gerak
masih lemas dan sakit
dalam terapi
pasif sesegera mungkin (fleksi,
- Pusing jika duduk dan o Menunjukan tehnik
yang memampukan
ekstensi siku, pronasi/supinasi
masih merasa dingin
melakukan aktifitas,
pergelangan, menekuk/ekstensi
seperti ADL,Sudah
jari).
bisa duduk .
– Dorong pasien menggunakan
DO:
o Menunjukan
lengan untuk melakukan ADL
- Pasca operasi
peningkatan kekuatan
(kebersihan diri, makan, menyisir
Gangguan mobilisasi
–
Sebagai data awal dalam
menditeksi adanya gangguan
mobilisasi.
–
Dapat memperkuat data adanya
gangguan mobilisasi
–
Latihan bertahap dari gerakan
pasif dapat mencegah gangguan
mobilisasi lebih lanjut
–
Memberi motivasi pasien dalam
melakukan gerakan dapat
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 1. Rencana Asuhan Keperawatan
mastektomi hari
pertama dengan
anastesi umum
pada bagian tubuh
yang sakit.
rambut, mencuci muka, dll)
mengurangi gangguan mobilisasi
-
Evaluasi peningkatan mobilisasi
-
Tingkatkan latihan rentang gerak
- Tanda vital
–
aktif
TD: 130/80 mmHg,
-
sebagai data dalam memberikan
latihan gerakan lebih lanjut.
Diskusikan tipe latihan yang
–
frekuensi nadi = 88
dilakukan dirumah untuk
x/menit,
meningkatkan kekuatan dan
kemampuan pasien dalam
sirkulasi pada lengan yang sakit.
mobilisasi
frekuensi
napas = 20 x/menit,
suhu = 36,5 o C
-
- Pasien tampak
Berikan bantuan dalam aktivitas
perawatan diri sesuai indikasi.
membatasi rentang
-
gerak lengan kanan
Kolaborasi
- Keadaan umum masih
–
tampak lemah.
–
Beri lingkungan yang aman
Meringankan beban pasien
dalam melakukan mobilisasi
pasca operasi
Berikan obat sesuai dengan indikasi
–
(analgetik)
–
Meningkatkan motivasi
Bila perlu rujuk ke ahli terapi
Mengurangi rasa nyeri sebelum
pasien melakukan mobilisasi.
fisik/okupasi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 2. Catatan Keperawatan
3.6. Catatan keperawatan pre operasi
Tanggal
2/6/2014
Jam 09.00
WIB
Diagnosa
Ansietas
Implementasi











Evaluasi
S:
Menerima pasien di Rungan
Bedah
 Pasien mengatakan sudah tidak terlalu cemas dengan
Orientasi ruangan
prosedur operasinya
Mengkaji tingkat kecemasan
pasien
 Pasien mengatakan sudah mengerti tentang prosedur
Mengkaji tanda-tanda vital
operasinya
pasien, terutama tekanan darah
dan frekuensi nadi
 Pasien mengerti penjelasan perawatan setelah operasi
Menemani pasien untuk
 Pasien mengatakan tidak ada gangguan tidur akibat dari
mengungkapkan perasaan
Memberi privasi dan lingkungan
kecemasan.
yang nyaman
O:
Melakukan intervensi
keperawatan dengan hati-hati
 Ekspresi wajah pasien tampak rileks
dan Melakukan komunikasi
 Pasien dapat menjelaskan kembali tentang prosedur
terapeutik
Memberi informasi mengenai
operasinya
pengobatan dan perawatan yang
 Tanda-tanda vital dalam batas normal: Tekanan darah:
akan dilakukan
Menjelaskan prosedur operasi
128/84 mmHg, Frekuensi nadi 92 kali/menit
(pre-intra-post)
Mengajarkan batuk efektif pasca A:
operasi
 Ansietas berkurang
Mengajarkan tehnik relaksasi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 2. Catatan Keperawatan


Mengajarkan rentang gerak
sendi pasca operasi
Memberi dukungan kepada
pasien untuk meningkatkan
harga dirinya
P:
 Pantau tingkat kecemasan pasien
 Pantau timbulnya gejala fisik akibat kecemasan
 Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan informed
consent prosedur operasi.
3.7. Catatan keperawatan post operasi
Tanggal
Diagnosa
3/6/2014
Nyeri akut
Jam 16.00
paska operasi
WIB
Implementasi

Menjemput pasien dari ruangan
Evaluasi
S:
 Pasien mengatakan: nyeri bertambah jika berubah posisi
OK

Mengkaji tanda-tanda vital
dan berkurang, setelah diberikan injeksi obat nyeri, dan

Mengkaji keluhan nyeri, lokasi
menarik nafas dalam.
nyeri, durasi, frekuensi, kualitas

dan skala
area luka operasi, skala nyeri 8, nyeri dirasakan sering
Menjelaskan tentang penyebab
timbul
nyeri kepada pasien

 karakteristik nyeri tajam seperti tersayat, nyeri terasa di
Menganjurkan pasien untuk
 Pasien mengatakan sudah
mengerti tentang penyebab
nyeri
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 2. Catatan Keperawatan
melaporkan nyeri segera saat

O:
mulai atau bertambah
 Pasien dapat menyebutkan penyebab nyeri.
Mendampingi pasien
 Pasien mampu mempraktikkan teknik relaksasi dengan
menggunakan teknik relaksasi
menarik nafas dalam

dengan menarik nafas dalam


Vital Sign TD: 130/80mmHg, N: 88X/menit, RR:
20X/menit, S: 36,50C.
Menganjurkan pasien untuk
memeluk bantal saat menarik
A:
nafas dalam dan saat batuk
 Nyeri
Mengatur posisi pasien
P:
 Memantau skala, durasi, frekuensi, kualitas nyeri
senyaman mungkin
 Memberikan pasien posisi senyaman mungkin
 Motivasi pasien untuk menggunakan teknik relaksasi nafas
dalam
 Lanjutkan terapi injeksi ketorolac 3 x 30 mg IV
Jam 17.00
Gangguan
WIB
mobilisasi
pascaoperasi
-
-
Memeriksa tanda vital sebelum
S:
dan segera setelah aktivitas
– Pasien menyatakan masih sakit daerah lengan kanan
Melakukan rentang gerak pasif
– Klien mengatakan badan masih terasa lemah
(fleksi, ekstensi siku,
– Klien mengatakan tidak ada keluhan sesak, berdebar atau
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 2. Catatan Keperawatan
pronasi/supinasi pergelangan,
menekuk/ekstensi jari).
-
keringat dingin setelah mobilisasi
O:
 Vital Sign TD: 130/80mmHg, N: 88X/menit,
Memberikan bantuan dalam
RR: 20X/menit, S: 36,50C.
aktivitas perawatan diri

– Tampak pasien menunjukan keinginan untuk berpartisipasi
dalam terapi
– Tampak pasien mampu melakukan aktifitas ADL ( makan
dan minum sendiri)
Memberikani lingkungan yang
aman: pasang penghalang
tempat tidur dan kunci roda
tempat tidur

A:
Melibatkan keluarga untuk
memberikan bantuan dalam
aktivitas perawatan diri
–
Gangguan mobilisasi pasca operasi

Libatkan keluarga dalam latihan mobilisasi dan aktivitas
P:
harian
–
Pasang penghalang tempat tidur dan kunci roda tempat
tidur setiap meninggalkan pasien.
–
Mendiskusikan tipe latihan yang dilakukan dirumah untuk
meningkatkan kekuatan dan sirkulasi pada lengan yang
sakit
–
Evaluasi peningkatan mobilisasi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 2. Catatan Keperawatan
4/6/2014
Nyeri akut
Jam 16.00
paska operasi

Mengkaji keluhan nyeri,
S:
– Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah diberi obat,
Memantau skala, durasi,
WIB
skala nyeri 3
frekuensi, kualitas nyeri

– Klien mengatakan dapat beristirahat dan tidur nyenyak
Menganjurkan pasien untuk
melaporkan nyeri segera saat
O:
 Kien belum mampu mempraktikkan teknik relaksasi
mulai atau bertambah

Mengkaji tanda-tanda vital

Mengajurkan kepada pasien
 Klien tampak rileks
untuk menggunakan teknik
 Klien tampak tidak memegang area yang nyeri
relaksasi dan distrakasi
 Tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan darah:

Jam 18.00
WIB

dengan menarik nafas dalam
Mengatur posisi pasien
116/72 mmHg, frekuensi nadi: 82 kali/menit, frekuensi
senyaman mungkin
pernafasan: 22 kali/ menit, suhu: 36,8 oC
Memberikan terapi injeksi
A:
ketorolac 3 x 30 mg IV
 Nyeri Teratasi
P:
 Mengajarkan klien teknik disatraksi
 Melanjutkan terapi injeksi ketorolac 3 x 30 mg IV
– Kolaborasi untuk mengganti obat nyeri injeksi dengan oral
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 2. Catatan Keperawatan
5/6/2014
Nyeri akut
Jam 14.00
paska operasi
WIB
 Memantau skala, durasi, frekuensi, S:
 Pasien mengatakan nyeri berkurang, skala: 2 – 3
kualitas nyeri
 Mengkaji tanda-tanda vital
 Pasien mengatakan sudah mengerti aturan minum obat
 Memberikan edukasi tentang obat
analgesik di rumah
Ultracet oral 2 x 500 mg untuk di O:
 Pasien mampu menjelaskan aturan minum obat analgesik
minum di rumah
di rumah
 Tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan darah:
121/76 mmHg, frekuensi nadi: 86 kali/menit, frekuensi
pernafasan: 20 kali/ menit, suhu: 36,0oC
 Ekspresi wajah tampak rileks
A:
 Nyeri teratasi
P:
–
Memotivasi Pasien untuk minum obat analgesik teratur dan
melatih teknik relaksasi dan distraksi selama di rumah
Jam 15.30

Pasien PULANG
WIB
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
RANGE OF MOTION
Topik
: LATIHAN AKTIF DAN PASIF ROM
Tujuan
: Memberikan Tindakan Keperawatan Dalam Pemenuhan Gangguan mobilitas fisik
paska operasi mastektomi
Tempat
: Ruang Perawatan bedah lantai 4 zona A kamar 419 RSCM
Waktu
: 15.00-15.30 WIB
Sasaran
: Ny. M dan keluarga
Metode
:
1. Ceramah dan Tanya Jawab
2. Demonstrasi
Media
: Gambar ROM
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah diberikan penyuluhan, Ny. M mampu melakukan latihan aktif dan pasif / ROM dengan
maksimal.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, Ny. M dapat :
1. Menyebutkan kembali pengertian dari latihan aktif dan pasif / ROM
2. Menyebutkan kembali tiga tujuan dari latihan aktif dan pasif / ROM
3. Mendemonstrasikan gerakan latihan aktif dan pasif / ROM dengan benar.
MATERI
1. Pengertian latihan aktif dan pasif / ROM
2. Tujuan latihan aktif dan pasif / ROM
3. Langkah-langkah latihan aktif dan pasif / ROM
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan
Rencana Pelaksanaan :
No
1
Kegiatan
Waktu
5 menit
Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam
Metode/Media
Penjelasan oleh
Mahasiswa
2. Menjelaskan tujuan
Respon Peserta
Didik
1. Merespon salam
2. Mendengarkan
3. Menyepakati
kontrak waktu
kegiatan
3. Menjelaskan kontrak
waktu
2
20 menit
Fase Kerja
Diskusi dan tanya
jawab
1. Menjelaskan pengertian
1. Klien menyimak
penjelasan tentang
pengertian latihan
aktif dan pasif /
ROM.
2. Klien
mengemukakakan
pendapatnya
tentang tujuan
latihan aktif dan
pasif / ROM.
3. Klien menyimak
penjelasan
penyuluh tentang
langkah-langkah
latihan aktif dan
pasif / ROM.
4. Mengikuti
demonstrasi
langkah-langkah
latihan aktif dan
pasif / ROM
5. Klien
mengemukakakan
tentang hal-hal
yang belum
dipahami.
6. Klien menyimak
ulasan dan
jawaban perawat.
latihan aktif dan pasif / ROM.
2. Menjelaskan tentang tujuan
latihan aktif dan pasif / ROM
3. Menjelaskan langkah-langkah
latihan aktif dan pasif / ROM
4. Mendemonstrasikan langkahlangkah latihan aktif dan pasif
/ ROM
5. Memberi kesempatan pada
sasaran untuk mengajukan
pertanyaaan.
6. Menjawab pertanyaan yang
diajukan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan
3
5 menit
Fase Terminasi
Pemaparan oleh
Mahasiswa
1. Kesimpulan
Bersama-sama dengan peserta
menyimpulkan :
– Pengerian latihan aktif dan
pasif / ROM.
– Tujuan latihan aktif dan
pasif / ROM
– Langkah-langkah latihan
aktif dan pasif / ROM
2. Evaluasi
Mendengarkan
Menjawab
pertanyaan
EVALUASI
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur:
 Satuan penyuluhan telah disiapkan
 Mahasiswa telah kontrak dengan pasien terkait waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan
 Alat dan media yang diperlukan telah disiapkan
 Tempat kegiatan telah tersedia dan terkondisi
 Mahasiswa telah mempelajari materi yang akan disampaikan
2. Evaluasi Proses

Kegiatan dimulai sesuai jadwal yang telah ditetapkan

Materi disampaikan sesuai rencana

Pasien aktif berperan serta selama kegiatan, mampu menanyakan hal yang belum
dimengerti dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
3. Evaluasi Hasil
–
Pasien mampu menyebutkan kembali pengertian latihan aktif dan pasif / ROM.
–
Pasien mampu menyebutkan tujuan latihan aktif dan pasif / ROM
–
Pasien mampu menyebutkan langkah-langkah latihan aktif dan pasif / ROM
–
Pasien mampu mendemonstrasikan kembali langkah-langkah latihan aktif dan pasif /
ROM
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan
SUMBER PUSTAKA
American Cancer Society. (2011). Breast Cancer Facts & Figures. American Cancer Society
Inc: Atlanta.
Brunner, & Suddarth’s.(2010). Textbook of Medical Surgical Nursing, Tweltfh edition.
Philadelphia: Lippincott William Wilkins.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC
Rezende,L.F., Franco,R.L., Rezende,M.F.,et al.(2006). Two exercise schemes in postoperative
breast cancer: comparison of effects on shoulder movement and lymphatic disturbance.
Tumori, 92: 55-61, Brazil.
Lampiran Materi
LATIHAN AKTIF DAN PASIF / RANGE OF MOTION (ROM)
1. Pengertian
Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan
pergerakan dimana pergerakan tersebut dilakukan secara bebas. latihan aktif dan pasif / ROM
dapat dilakukan kapan saja dimana keadaan fisik tidak aktif dan disesuaikan dengan keadaan
pasien.
2. Tujuan
a. Untuk memelihara fungsi dan mencegah kemunduran.
b. Untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan dari persendian.
c. Untuk merangsang sirkulasi darah.
d. Untuk mencegah kelainan bentuk.
e. Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.
3. Langkah-langkah Latihan Aktif dan Pasif / ROM
a. Latihan pasif anggota gerak atas
1) Gerakkan menekuk dan meluruskan sendi bahu :
a) Tangan satu penolong memegang siku, tangan lainnya memegang lengan.
b) Luruskan siku, naikkan dan turunkan lengan dengan siku tetap lurus.
2) Gerakkan menekuk dan meluruskan siku :
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan
Pegangan lengan atas dengan lengan satu, tangan lainnya menekuk dan
meluruskan siku.
3) Gerakkan memutar pergelangan tangan :
a) Pegangan
lengan
bawah
dengan
lengan
satu,
tangan
lainnya
menggenggam telapak tangan pasien.
b) Putar pergelangan tangan pasien ke arah luar (terlentang) dan ke arah
dalam (telungkup).
4) Gerakkan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan :
a) Pegang lengan bawah dengan lengan satu, tangan lainnya memegang
pergelangan tangan pasien.
b) Tekuk pergelangan tangan keatas dan kebawah.
5) Gerakkan memutar ibu jari :
Pegang telapak tangan dan keempat jari dengan tangan satu, tangan lainnya
memutar ibu jari tangan.
6) Gerakkan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan :
Pegang pergelangan tangan dengan tangan satu, tangan lainnya menekuk dan
meluruskan jari-jari tangan.
b. Latihan pasif anggota gerak bawah.
1) Gerakkan menekuk dan meluruskan pangkal paha :
a) Pegang lutut dengan tangan satu, tangan lainnya memegang tungkai.
b) Naikkan dan turunkan kaki dengan lutut tetap lurus.
2) Gerakkan menekuk dan meluruskan lutut :
a) Pegang lutut dengan tangan satu, tangan lainnya memegang tungkai.
b) Tekuk dan luruskan lutut.
3) Gerakkan untuk pangkal paha :
Gerakkan kaki pasien menjauh dan mendekati badan (kaki satunya)
4) Gerakkan memutar pergelangan kaki :
Pegang tungkai dengan tangan satu, tangan lainnya memutar pergelangan kaki.
c. Latihan aktif anggota gerak atas dan bawah
1) Latihan 1
a) Angkat lengan tangan yang dioperasi menggunakan tangan yang sehat
keatas.
b) Letakkan kedua tangan diatas kedua kepala
c) Kembalikan tangan ke posisi semula.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan
2) Latihan 2
a) Angkat tangan yang lumpuh melewati dada kearah tangan yang sehat
b) Kembali ke posisi semula
3) Latihan 3
a) Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat keatas
b) Kembali seperti semula
4) Latihan 4
a) Tekuk siku yang lumpuh menggunakan tangan yang sehat
b) Luruskan siku, kemudian angkat keatas
c) Letakkan kembali tangan yang lumpuh ditempat tidur.
5) Latihan 5
a) Pegang pergelangan tangan yang lumpuh menggunakan tangan yang sehat,
angkat keatas dada
b) Putar pergelangan tangan kearah dalam dan kearah luar
6) Latihan 6
a) Tekuk jari-jari yang lumpuh dengan tangan yang sehat, kemudian
luruskan.
b) Putar ibu jari yang lemah menggunakan tangan yang sehat.
7) Latihan 7
a) Letakkan kaki yang sehat dibawah lutut Turunkan kaki yang sehat,
sehingga punggung kaki yang sehat berada dibawah pergelangan kaki
Angkat kedua kaki keatas dengan bantuan kaki yang sehat, kemudian
turunkan pelan-pelan.
8) Latihan 8
a) Angkat kaki menggunakan kaki yang sehat keatas sekitar 3 cm
b) Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi, kemudian kesisi
sebelahnya (sisi satunya)
c) Kembali ke posisi semula dan ulangi lagi.
9) Latihan 9
a) Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang pada lutut yang
lumpuh pada tangan yang satu
b) Dengan tangan lainnya penolong memegang pinggang pasien
c) Anjurkan pasien untuk mengangkat bokongnya
d) Kembali ke posisi semula dan ulangi lagi.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Lampiran 4. Lembar Observasi Latihan ROM
Dilakukan
NO
Tanggal /waktu
Mandiri
Dibantu
Tidak
dilakukan
Jumlah
Latihan
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Hasil
Keterangan
Universitas Indonesia
Lampiran 5. Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Biodata
Nama
: Endang Murwaningsih
Tempat/ Tanggal Lahir
: Jakarta, 10 April 1973
Status
: Menikah
Nama suami
: Anggiat Monang Simatupang
Nama anak
: 1. Igor Anggoro Halomoan
2. Rachel Natania DA
Agama
: Kristen
Alamat
: Perum Bumi Kencana Asri Blok A No: 9,
Kencana, Tanah Sareal, Bogor, Jawa Barat 16167
Nomor telepon
: 0815 8933 709
Alamat email
: [email protected]
[email protected]
II. Riwayat Pendidikan
1. SPK Dep Kes RI RS Harapan Kita, lulus tahun 1992
2. D3 Keperawatan Dep Kes RI,PolteKes Jakarata III, lulus tahun 2002
3. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Program Ekstensi, angkatan tahun
2011-2013
4. Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, tahun 2013-2014
III. Riwayat Pekerjaan
1. Menjadi Perawat di RS Kanker Dharmais dari tahun 1993- sekarang.
Analisis praktik ..., Endang Murwaningsih, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Download