MODUL ANTROPOLOGI File

advertisement
1
BAB I
ANTROPOLOGI KESEHATAN
A. Latar Belakang
Istilah antropologi budaya terdiri dari dua patah kata yaitu :
antropolgi dan budaya atau kebudayaan. Istilah Antropologi berasal dari
kata anthropos yang berarti manusia; dan logos yang berarti ilmu atau
teori. Jadi Istilah antropologi berarti ilmu tentang manusia. Kebudayaan
berhubungan dengan kebudayaan manusia itu sendiri. Segi – segi tersebut
masing – masing menjadi objek khusus yang dipelajari atau diselidiki oleh
ilmu tertentu. Sedangkan manusia dengan segala seginya tersebut
merupakan obyek umum yang dipelajari atau diselidiki berbagai ilmu. Jadi
yang membedakan antropologi budaya dari ilmu lain yang juga
mempelajari masalah manusia, ialah objek khusus yang diselidikinya.
Antropologi budaya yang obyek khusus penyelidikannya ialah kebudayaan
juga perlu mengetahui anak – anak cabang ilmunya. Bahkan antropologi
budaya dengna anak – anak cabang ilmunya itu juga harus berhubungan
dengan ilmu – ilmu lain seperti sosiologi,sejarah, ilmu hukum, geografi,
ekologi dan sebagainya.
Kegunaan antropolgi budaya adalah untuk menunjukkan perbedaan
dan persamaan dalam berbagai hal yang terdapat pada berbagai suku
bangsa atau bangsa di dunia ini. Dalam kehidupan sehari – hari kita dapat
dengan mudah melihat hal – hal yang berbeda sedangkan hal – hal yang
sama atau bersamaan sulit atau bahkan tidak dapat diketahui. seperti itulah
adanya budaya dalam mengatasi masalah kesehatan dalam kehidupan kita
sehari- hari. semua terjadi akibat adanya pengaruh budaya.
Kesehatan adalah kebutuhan setiap individu dari berbagai kalangan status
kesehatan (sakit–sehat), ekonomi (kaya-miskin), sosial (elit-wong alit),
geografik (desa-kota) dan psikologi perkembangan (bayi, anak, remaja,
dewasa, manula).
Pembangunan kesehatan adalah salah satu cara pembangunan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran, keinginan, dan kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap masyarakat supaya terwujudnya kesehatan yang
2
optimal. Tetapi munculnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa
ditolak walaupun bisa dicegah atau dihindari.
Antropologi
mempunyai
pandangan
tentang
pentingnya
pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman individual sebagai
anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana
mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang
lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya.
Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian
pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah
kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada
manusia. Dalam definisi yang dibuat Foster/Anderson dengan tegas
disebutkan
bahwa
antropologi
kesehatan
studi
objeknya
yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia.
Menurut
Foster/Anderson,
Antropologi
kesehatan
mengkaji
masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda
yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya. Foster dan Anderson (1978),
menyatakan bahwa antropologi kesehatan kontemporer dapat ditemukan
pada empat sumber daya yang berbeda yaitu Antropologi Fisik,
Ethnomedicine, Studi Personalitas dan Kultural, dan Kesehatan Publik
Internasional.
Menurut McElroy dan Townsend (1985) Antropologi Kesehatan
adalah sebuah studi tentang bagaimana faktor-faktor sosial dan lingkungan
mempengaruhi kesehatan dan kesadaran cara-cara alternatif tentang
pemahaman dan merawat penyakit. McElroy dan Townsend yang
mengambil pandangan sejarah juga menekankan pentingnya adaptasi dan
perubahan sosial dengan menyatakan bahwa sejumlah besar ahli
antropologi kesehatan kini berhubungan dengan kesehatan dan penyakit
yang berkaitan dengan adaptasi kelompok manusia sepanjang jarak
geografis dan jangka waktu luas dari masa prasejarah ke masa depan.
Kedua ahli ini menyepakati setidaknya enam sub-disiplin antropologis
yang relevan dengan Antropologi Kesehatan yaitu Antropologi Fisik,
3
Arkeologi Pra-Historis, Antropologi Kultural, Antropologi Ekologikal,
Teori Evolusioner, dan Linguistik Antropologi.
Menurut Hasan dan Prasad (1959) Antropologi Kesehatan adalah
cabang dari ilmu mengenai manusia yang mempelajari aspek-aspek
biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak
pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran
medico-historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial
kedokteran (medico-social) dan masalah-masalah kesehatan manusia.
B. Ruang Lingkup Antropologi Kesehatan
Penyakit muncul tidak bersamaan dengan saat munculnya manusia,
tetapi sebagaimana dikemukakan oleh Sigerit (Landy 1977), penyakit
adalah bagian dari kehidupan yang ada di bawah kondisi yang berubahubah. Menurut Foster dan Anderson kesehatan berhubungan dengan
perilaku. Perilaku manusia cenderung bersifat adaptif. Terdapat hubungan
antara penyakit, obat-obatan, dan kebudayaan. Menurut Landy antropologi
kesehatan adalah suatu studi tentang konfrotasi manusia dengan penyakit
serta rasa sakit, dan rencana adaptif yaitu sistem pengobatan dan obat-obat
yang dibuat oleh kelompok manusia berkaitan dengan ancaman yang akan
datang.
C. Batasan Dan Ruang Lingkup
Buku berjudul anthropology in Medicine menurut Foster dan
Anderson belum melahirkan disiplin baru dan hanya merupakan lapangan
perhatian
dari
antropologi
terapan.
Munculnya
istilah
Medicine
Anthropology dari tulisan Scotch dan Paul dalam artikel tentang
pengobatan dan kesehatan masyarakat. Atas dasar ini kemudian di
Amerika lahirlah antropologi kesehatan. Ahli-ahli antropologi tertarik
untuk mempelajari faktor-faktor biologis, dan sosio-budaya yang
mempengaruhi kesehatan dan munculnya penyakit pada masa sekarang
dan sepanjang sejarah kehidupan manusia dipengaruhi oleh keinginan
untuk memahami perilaku sehat manusia dalam manifestasi yang luas dan
berkaitan segi praktis.
4
D. Sumbangan Antropologi Terhadap Ilmu Kesehatan
Menurut Foster dan Anderson ada empat hal utama yang dapat
disumbangkan oleh antropologi terhadap ilmu kesehatan yaitu,
a. Perspektif Antropologi
Terdapat dua konsep dalam perspektif antropologi bagi ilmu kesehatan
Pendekatan Holistik, pendekatan ini memahami gejala sebagai suatu
sistem. Pendekatan ini dimana suatu pranata tidak dapat dipelajari
sendiri-sendiri lepas dari hubungannya dengan pranata lain dalam
keseluruhan sistem. (b) Relativisme Budaya, Standar penilaian budaya
itu relative, suatu aktivitas budaya yang oleh pendukungnya dinilai
baik, pantas dilakukan mungkin saja nilainya tidak baik dan tidak
pantas bagi masyarakat lainnya.
b.
Perubahan: Proses dan Persepsi (Perubahan Terencana)
Suatu perubahan terencana akan berhasil apabila perencanan program
bertolak dari konsep budaya. Bertolak dari itu, perencanaan program
pembaharuan kesehatan dalam upaya mengubah perilaku kesehatan
tidak hanya memfokuskan diri pada hal yang tampak, tetapi
seharusnya pada aspek psiko-budaya.
E. Akar Antropologi Kesehatan
Tipe kajian antropologi budaya yang menjadi akar antropologi kesehatan:
1. Kajian tentang obat primitif, tukang sihir, dan majik
2. Kajian tentang kepribadian dan kesehatan di berbagai seting budaya
3. Keterlibatan ahli-ahli antropologi dalam program-program kesehatan
internasional dan perubahan komunitas yang terencana
4. Antropologi ekologi
5. Teori evolusioner
F. Kegunaan Antropologi Kesehatan
Antropologi
mempunyai
pandangan
tentang
pentingnya
pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman individual sebagai
anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana
mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang
lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya
5
itu sendiri diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan
cara menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam
perwujudn kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya
akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat.
6
BAB II
HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN KESEHATAN
A. Hubungan Antropologi Dengan Kesehatan/Keperawatan
Para antropolog kesehatan pada masa kini (khususnya di Amerika) bekerja
di fakultas-fakultas kedokteran, sekolah perawat, di bidang kesehatan masyarakat, di rumahsakit-rumahsakit dan depertemen-departemen kesehatan, serta
di jurusan-jurusan antropologi pada universitas umum. Mereka melakukan
penelitian dalam topik-topik seperti manusia, anatomi, pediatri, epidemiologi,
kesehatan jiwa, penyalahguna- an obat, definisi mengenai sehat dan penya-kit,
latihan petugas kesehatan,birokasi medis, pengaturan dan pelaksanaan rumahsakit,hubungan dokter-pasien, dan proses mem-perkenalkan sistem kesehatan
ilmiah kepada masyarakat masyarakat yang semula hanya mengenal sistem
kesehatan tradisional. Konsep-konsep Penting dalam Antropologi Kesehatan
dan Ekologi keperawatan
B. Konsep-Konsep
Penting
Dalam
Antropologi
Kesehatan
Dan
Ekologi Keperawatan
SISTEM adalah Agregasi atau pengelompokan objek-objek yang dipersatukan
oleh beberapa bentuk interaksi yang tetap atau saling tergantung, sekelompok
unit yang berbeda, yang dikombinasikan sedemikian rupa oleh alam atau oleh
seni sehingga membentuk suatu keseluruhan yang integral dan berfungsi,
beroperasi atau bergerak dalam satu kesatuan
C. Paleopatologi
Paleopatologi adalah studi mengenai penyakit-penyakit purba. Para ahli
peleopatologi melakukan studi pada tulang-tulang manusia purba, kotoran,
lukisan pada dinding, patung, mumi, dan lain lain untuk menemukan penyakitpenyakit infeksi pada manusia purba. Studi untuk mengetahui penyakit
manusia purba dari fosil-fosil ini, pada umumnya hanya terbatas hanya
mengetahui pada penyakit-penyakit yang menunjukkan buktinya seperti pada
tulang-tulang yang dapat diidentifikasi. Sebagai contoh kerusakan atau abses
pada tulang sebagai akibat dari siphilis, TBC, frambosia, osteomilitus,
poliomilitis, kusta, dan penyakit-penyakit yang sejenisnya adalah penyakit
7
infeksi yang dapat dikenali. Banyak penyakit-penyakit modern yang tidak
terdapat pada penduduk purba, bukan berarti manusia purba lebih sehat dari
manusia modern tetapi bahwa sakitnya manusia purba disebabkan oleh jenisjenis patogen dan faktor lingkungan yang jumlahnya lebih sedikit dari yang
dialami oleh manusia modern. Misalnya penyakit campak, rubella, cacar,
gondong, kolera dan cacar air mungkin tidak terdapat di zaman purba. Dapat
disimpulkan bahwa paleopatologi atau studi mengenai penyakit purba, sangat
banyak berhubungan dengan lingkungan untuk menemukan penyakit-penyakit
purba.
D. Epidemiologi
Epidemiologi berkenaan dengan distribusi, tempat dan prevalensi atau
terjadinya penyakit, sebagaimana yang dipengaruhi oleh lingkungan alam atau
lingkungan ciptaan manusia serta oleh tingkah laku manusia. Variabelvariabel yang dipakai untuk melihat distribusi tempat dan prevalensi serta
tingkah laku suatu penyakit adalah perbedaan umur, jenis kelamin, status
perkawinan, pekerjaan, hubungan suku bangsa, kelas sosial, tingkahlaku
individu, serta lingkungan alami. Faktor-faktor ini dan faktor lainnya
berperanan penting dalam distribusi dan prevalensi berbagai penyakit. Contoh
pemuda Amerika lebih banyak mengalami kecelekaan daripada wanita muda
dan orang tua, perokok lebih banyak kena kanker paru-paru daripada bukan
perokok, gondok lebih banyak menyerang penduduk pedalaman yang tinggal
di daerah pegunungan daripada penduduk pantai yang bahan makannya kaya
yodium.
Tugas seorang epidemiologi adalah bekerja untuk membuat korelasikorelasi dalam hal insiden penyakit dalam usaha menetapkan petunjuk tentang
pola-pola penyebab penyakit yang kompleks, atau tentang kemungkinankemungkinan dalam pengawasan penyakit (Clausen; 1963:142). Epidemiologi
berusaha mencapai suatu tujuan yaitu meningkatkan derajat kesehatan,
mengurangi timbulnya semua ancaman kesehatan.
Ahli antropologi lebih menaruh minat pada ciri epidemiologi dari
penyakit-penyakit penduduk non Eropa dan Amerika, termasuk penyakitpenyakit psikologis yang disebabkan oleh struktur budaya yang dalam
8
Antropologi Kesehatan disebut dengan istilah “Sindroma Kebudayaan
Khusus” seperti “mengamuk” atau histeris. Selain itu, ahli antropologi juga
menaruh minat pada studi-studi mengenai “Epidemiologi Pembangunan” yaitu
mencari konsekuensi-konsekuensi kesehatan yang sering bersifat mengganggu
terhadap proyek-proyek pembangunan.
9
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN TRANSTRUKTURAL
A. Pengertian Transkultural
Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan
culture,
Trans
berarti
aluar
perpindahan
,
jalan
lintas
atau
penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang
, melintas , menembus , melalui.
Culture berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur
berarti:

kebudayaan , cara pemeliharaan , pembudidayaan.

Kepercayaan , nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi
suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya , sedangkan
cultural berarti : Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.
Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat Dan kebudayaan
berarti :

Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti
kepercayaan , kesenian dan adat istiadat.

Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan
untuk menjadi pedoman tingkah lakunya Jadi transkultural dapat diartikan
sebagai :

Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu
mempengaruhi budaya yang lain

Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses
interaksi social

Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan
dengan perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya ( nilai budaya
yang berbeda , ras , yang mempengaruhi pada seorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien ). Menurut Leininger
(1991).
10
B. Konsep Transkultural
Menurut Kazier Barabara ( 1983 ) dalam bukuya yang berjudul
Fundamentals of Nursing Concept and Procedures mengatakan bahwa
konsep keperawatan adalah tindakan perawatan yang merupakan
konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi
pengetahuan ilmu humanistic , philosopi perawatan, praktik klinis
keperawatan , komunikasi dan ilmu sosial . Konsep ini ingin memberikan
penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan
dalam perawatan adalah bersifat bio – psycho – social – spiritual . Oleh
karenanya , tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang
komperhensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk
interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang
berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam
kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang berlangsung lama
dalam suatu tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam
proses yang dijalaninya . Keberlangsungaan terus – menerus dan lama
merupakan proses internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi
pembentukan karakter , pola pikir , pola interaksi perilaku yang
kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi
keperawatan ( cultural nursing approach).
C. Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu .
Oleh sebab itu , penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya
orang yang dirawat ( Pasien ) . Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari ,
seperti tidur , makan , kebersihan diri , pekerjaan , pergaulan social ,
praktik kesehatan , pendidikan anak , ekspresi perasaan , hubungan
kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur
juga terbagi dalam sub – kultur . Subkultur adalah kelompok pada suatu
kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan keompok kultur yang
lebih besar atau member makna yang berbeda . Kebiasaan hidup juga
saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.Nilai – nilai budaya Timur,
11
menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan dari dokter
pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima pelayanan
kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan
bahwa budaya Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya
pengaruh kultur terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural
merupakan bidang yang relative baru ; ia berfokus pada studi
perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan
hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 ) mengatakan
bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai
budaya yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat
saat
melakukan
asuhan
keperawatan
kepada
pasien.
Perawatan
transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk
pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) . Caring practices adalah
kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan
kesehatan transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman
atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya . Dengan
mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ) , baik
di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan –
persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola
praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan
makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan
berbagai kultur.
D. Proses keperawatan Transkultural.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk
matahari terbit (Sunrise Model).
12
1) Pengkajian
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada“Sunrise
Model” yaitu :
a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors)
b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
e. Faktor ekonomi (economical factors)
f. Faktor pendidikan (educational factors)
g. Faktor tekhnologi
2) Diagnosa keperawatan
Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam
asuhan keperawatan transkultural yaitu :
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan
kultur,
b. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c. Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem
nilai yang diyakini.
3) Perencanaan keperawatan
Cultural care preservation/maintenance
a. Identifikasi
perbedaan
konsep
antara
klien
dan
perawat
tentang proses melahirkan dan perawatan bayi
b. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan
klien
c. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan
perawat
Cultural care accomodation/negotiation
a. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
b. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
c. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik.
Cultural care repartening/reconstruction
13
a. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya.
b. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
c. Gunakan pihak ketiga bila perlu.
d. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga.
e. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
f. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai
dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai
dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien.
Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya klien.
14
BAB IV
PERKEMBANGAN ILMU KEPERAWATAN DAN
TRANSTRUKTURAL
A. Pengertian Keperawatan Dan Tujuan Keperawatan
Menurut lokakarya (1983) adalah sebagai bentuk pelayanan yang
merupakan bagian integral dari pelayanan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif
di tujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat
yang mencakup seluruh proses kehidupan.
Menurut Roger keperawatan sebagai profesi yang menggabungkan unsur ilmu
pengetahuan dan seni. Keperawatan sebagai ilmu merupakan ilmu
pengetahuan humanistik yang mempelajari sifat dan arahpengembangan
manusia sebagai satu kesatuan yang utuh dengan lingkungan.
Menurut Handerson mendefinisikan keperawatan yaitu membantu individu
yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki
kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhan.individu tersebut mampu
mengerjakannya tanpa bantuan bila iya memiliki kekuatan, kemauan, dan
pengetahuan yang di butuhkan.
B. Beberapa Tujuan Keperawatan Yaitu :
1. Menurut Handerson.
Untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan.
(Marriner Tomey,1994).
Membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya secepat
mungkin.
2. Menurut Roger.
Untuk
mempertahankan
dan
meningkatkan
kesehatan,
mencegah
kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak
mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan.
3. Menurut Orem.
Perawat membantu klien mencapai perawatan diri secara total.
15
C. KARAKTERISRTIK KEPERAWATAN
Keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang keperawatan sebagai bagian
integral bagian pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan
profesional yang di dasar kan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya
ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain , mengingat ilmu
keperawatan merupakan ilmu terapapan yang selalu mengikuti perkembangan
zaman.Menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologi yaitu keperawatan
meupakan suatu pelayan dimana dalam pemberian asuhan keperawatan selalu
berupaya untuk menyeimbangkan atau menstabilkan kembali fungsi alat-alat
tubuh manusia yang sakit menjadi normal kembali , meliputi fungsi fisik,
biologis, maupun psikologis manusia. Di tinjau dari sisi fungsional
Keperawatan memiliki suatu fungsi atau tugas-tugas yang jelas serta sistematis
yang di jalankan oleh seorang perawat, dalam menjalan tugasnya seorang
perawat harus sistematis dalam pengambilan keputusan yang dimulai dari
tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
diakhiri oleh tahap evaluasi .
Merupakan ilmu humanistik/ humanitarian Keperawatan merupakan suatu
pengetahuan tentang kemanusiaan yang dalam ilmunya berkaitan dengan
dimensi holistik manusia, meliputi aspek pengetahuan : biologis, psikologis,
sosial budaya, serta spiritual yang berhubungan langsung dengan kesehatan
jiwa manusia.
D. Pengaruh Sosiokultural
Nilai terbentuk dalam lingkungan social diman latar belakang pendidikan,
sosioekonomi, spiriyual, dan budaya. Budaya orang dapat bervariasi. Contoh :
dalam lingkup budaya yang lebih besar, mungkin terdapat kelompok
masyarakat yang lebih kecil, subbudaya dengan nilai yang cukup khas yang
membuat mereka berbeda dengan kelompok yang dominan
E. Perkembangan Keperawatan sebagai Profesi
Sejarah perkembangan keperawatan sebagai profesi dilihat dari 2 tinjauan:
Dari perkembangan keperawatan di dunia
Dan dari perkembangan keperawatan di Indonesia
16
Keperawatan sebagai profei si Indonesia mulai disadari pada tahun 1983.
Sejak itu terjadi proses professionalisasi dibidang keperawatan yang
berlangsung sampai sekarang. Keperawatan sebagai suatu profesi saat ini
sudah semakin jelas dapat dilihat dan perkembangan pendidikan tinggi
keperawatan. Hukum yang mengatur tentang praktik keperawatan professional
belum dirasakan.Untuk memperoleh suatu pengakuan profesi , Taylor (et al
1997) mengungkapka bahwa keperawatan harus memiliki :
 perumusan body of knowledge yang baik
 berorientasi pada pelayanan yang kuat
 pengakuan keahlian oleh sebuah kelompok professional
 kode etik
 organisasi profesi yang menetapkan standar
 pengembangan diri secara terus menerus
 otonomi
F. Profesi Keperawatan
Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang membangun suatu norma yang
khusus berasal dari peranan nya di masyarakat. (Schein EH, 1965) Profesi
berasal dari profession yang berarti suatu pekejaan yang membutuhkan
dukungan body of knowledge sebagai dasar bagi perkembangan teori yamg
sistematis menghadapi banyak tantangan baru dan karena itu membutuhkan
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi
utamanya adalah melayani. (wilensky, 1964)
G. Karakteristik Profesi Keperawatan
Suatu profesi memerlukan pendidikan pendidikan lanjut dari anggotanya ,
demikian juga landasan dasarnya.
1. Suatu profesi memrlukan kerangka pengetahuan teoritis yang mengarah
pada ketrampilan, kemampuan dan norma- norma tertentu.
2. Suatu profesi memberikan pelayanan tertentu.
3. Anggota dari suatu profesi memliki otonomi untuk membuat keputusan
dan melakukan tindakan.
4. Profesi sebagai satu kesatuan memliki kode etik untuk melakukan praktik
keperawatan.
( potter & perry, 2005 ).
17
H. Dampak IPTEK Dalam Kesehatan Dampak Positif Perkembangan
Teknologi.
Terhadap Kesehatan Perkembangan teknologi dapat membuka banyak
lapanganpekerjaan baru,sehingga sumber daya manusia dapat berperan,baik
tenaga maupun pikiran. Perkembangan teknologi mempunyai dampak
positif,yaitu
terpenuhinya
kebutuhan
manusia
akan
kemakmuran
materi,kemudahan serta manusia dapat mendayagunakan sumber daya alam
lebih efektif dan efisien. Manusia dapat mengubah sistemtransformasi dan
komunikasi sehingga menimbulkan kemudahan.Untuk usaha ini diperlukan
tenaga dan pikiran manusia atau dengankata lain akan tercipta lapangan baru.
I. Iptek Dalam Kesehatan Antara Lain Sebagai Berikut:
Endoscopy, Magnetic Ressonace Imagi Ng (Mri), Termografi, Pulse
Oxymetry, X-Ray (Sinar X), Ct-Scan(Computerized Tomography Scanning),
Pet (Positron Emissiontomography), Fetal Ecg, Electro Myograph (Emg),
Electroencephalography (Eeg): Kelistrikan Pada Jaringanotak.
Dampak IPTEK dalam Kesehatan Dampak Positif Perkembangan Teknologi
Terhadap KesehatanPerkembangan teknologi dapat membuka banyak
lapanganpekerjaan baru,sehingga sumber daya manusia dapat berperan,baik
tenaga maupun pikiran. Perkembangan teknologi mempunyai dampak
positif,yaitu
terpenuhinya
kebutuhan
manusia
akan
kemakmuran
materi,kemudahan serta manusia dapat mendayagunakan sumber daya alam
lebih efektif dan efisien. Manusia dapat mengubah sistemtransformasi dan
komunikasi sehingga menimbulkan kemudahan.Untuk usaha ini diperlukan
tenaga dan pikiran manusia atau dengankata lain akan tercipta lapangan baru.
Dampak Negatif Perkembangan Teknologi Terhadap Kesehatan Kemampuan
teknologi dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan tidak menutup
kemungkinan juga akan menimbulkan dampak negatif. Yaitu timbulnya
penyakit-penyakit baru, baik langsung maupuntidak langsung.
Efek Radiasi yang Berpotensi Menghasilkan Penyakit Baru b. Efek
Ketergantungan c. Kesalahan Persepsi Diyakini Oleh Masyarakat d. Proses
18
Publikasi Perangkat Kesehatan yang Tidak Tepat e. Kerahasiaan Seseorang
Tidak Terjamin f. Terganggunya Syaraf g. Repetitive Strain Injury (RSI).
Efek Radiasi yang Berpotensi Menghasilkan Penyakit Baru Salah satu contoh:
adalah penyakit kanker yang kita ketahuibersama bahwa hingga saat ini
penyakit tersebut belum memilikiobat yang bisa mendeteksi hingga
tercapainya suatu kesembuhanyang sempurna bagi para penderitanya.
Efek Ketergantungan Teknologi yang kian berkembang juga dapat
menimbulkantimbal balik yang bersifat begatif seperti sifat ketergantungan.
Para pengkonsumsi obat antibiotik yang banyak beredar di masyarakat
ternyata tidak semata-mata hanya mengurangi keluhan yang ada tetapi juga
menimbulkan ketergantungan dengan intensitas yang berbeda-beda dari
masing-masing jenis antibiotik. Tidak hanyasampai pada hal tersebut, akan
tetapi timbul suatu kemungkian yang menyebabkan penyakit tersebut
memiliki tingkat kekebalan terhadap antibiotik tertentu.
Kesimpulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia tidak terkecuali dalam dunia
keperawatan.Perawat di era modern juga harus mempunyai pengetahuan
tentang ilmu pengetahuan yang berkembang dalam dunia kesehatan manusia.
19
BAB V
KONSEP KEPERAWATAN DAN TRANSTRUKTURAL
A. Pengertian Konsep Keperwatan dan Transtruktural
Teori ini di gagas pertama kali oleh madeleine Leininger yang di
inspirasi oleh pengalaman dirinya sewaktu bekerja sebagai perawat
spesialis anak di Midwestern United States pada tahun 1950. Saat itu ia
melihat adanya perbedaan perilaku di antara anak yang berasal dari budaya
yang berbeda. Fenomena ini membuat leininger menelaah kembali profesi
keperawatan. Ia mengidentifikasi bahwa pengetahuan perawat untuk
memahami budaya anak dalam layanan keperawatan ternyata masih
kurang.
Pada
tahun
kata transclutural
1960,
leinger
nursing,
pertama
kali
menggunakan
ethnonursing, dancross-cultural
nursing. Akhirnya, pada tahun 1985, leininger memublikasikan teory nya
untuk pertama kali, sedangkan ide-ide dan teoriny sudah di presentasikan
pada tahun 1988. Teory leininger kemudian di sebut sebagai cultural care
dieversity
and
universality. tetapi
menyebutnyatranscultural
nursing
para
theory atau
ahli
teori
lebih
sering
keperawatan
transkultural
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam
keperawatan yang berfokus pada study komparatif dan analisis tentang
budaya dan sub budaya yang berbeda di dunia yang menghargai
perilaku caring, layanan keperawatan, niai-nilai, keyakinan tentang sehat
sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of
knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik
keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey,
1994). Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran
keperawatan dalam memahami budaya klien
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien,
baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah
terjadinya culture shock maupun culture imposition.Cultural shock terjadi
saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara
20
efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture
imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara
diam-diam mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya,
keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pda individu,
keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa
budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.
Teory keperawatan transkultural matahari terbit, sehinnga di sebut
juga
sebagai sunrise
modelmatahari
terbit (sunrise
model
) ini
melambangkan esensi keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan
bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu,
keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang
dimensi dan budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan
yang sempit. Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut menurut
Leininger di pengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan
falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan. Peran perawatan
pada transcultural nursing teory ini adalah menjebatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan
prosfesional melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat
tersebut digambarkan oleh leininger.oleh karena itu perawat harus mampu
membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan
diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses
keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan
keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap
memperhatikan tiga perinsip asuhan keperawatan, yaitu :
culture care preservation/maintenance,
yaitu prinsip membantu,memfasilitasi,atau memperhatikan fenomena
budaya guna membantu individu menentukan tingkan kesehatan dan gaya
hidup yang di inginkan
Culture care accommodation/negatiation,
21
yaitu prisip
membantu,memfasilitasi,
ataumemperhatikan
fenomena
budaya,yang merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi,atau bernegosiasi
atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau
klien.
culture care repatterning/restructuring,
yaitu :prinsip merekonstruksiatau mengubah desain untuk membantu
memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah lebih baik.
B. Konsep dalam Transkultural
1) Budaya
Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,
dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
2) Nilai budaya
Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu
danmelandasi tindakan dan keputusan.
3) Perbedaan budaya
Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi
pendekatan
keperawatan
yang
dibutuhkan
untuk
memberikan
asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang
dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
4) Etnosentris
Diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi
yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah
yang terbaik
5) Etnis
Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
22
6) Ras
Adalah
perbedaan
macam-macam
manusia
didasarkan
pada
mendiskreditkan asal muasal manusia.
7) Etnografi
Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.
8) Care
Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
9) Caring
Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung
dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang
nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia
Cultural Care
Berkenaan
dengan
kemampuan
kognitif
untuk
mengetahui
nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup,
hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
Cultural imposition
Berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural
sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
23
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan, yaitu :

manusia,

sehatlingkungan dan

Keperawatan.
11. Proses keperawatan Transkultural.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk
matahari terbit (Sunrise Model)
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
24
BAB VI
PROSES PENGKAJIAN KEPERWATAN TRANSTRUKTURAL
A. Proses keperawatan Transkultural.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk
matahari terbit (Sunrise Model)
Pengkajian
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise
Model” yaitu :
Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Faktor ekonomi (economical factors)
Faktor pendidikan (educational factors)
Faktor tekhnologi
Diagnosa keperawatan
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu:
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
Perencanaan keperawatan
Cultural care preservation/maintenance
Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses
melahirkan dan perawatan bayi
Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
Cultural care accomodation/negotiation
Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
25
Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
Cultural care repartening/reconstruction
Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.
Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
Gunakan pihak ketiga bila perlu.
Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan keluarga
Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan
klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi
dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang
dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang
sesuai dengan latar belakang budaya klien.
26
BAB VII
PARADIGMA KEPERWATAN
A. Pengertian Paradigma Keperawatan
Paradigma adalah
suatu
cara
dalam
mempersepsikan
atau
memandang sesuatu. Paradigma menjelaskan sesuatu dalam memahami
suatu tingkah laku. Paradigma memberikan dasar dalam melihat,
memandang, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap
berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan.
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang profesional,
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, dengan bentuk pelayanan mencakup
biopsikososio-spiritual
yang
ditujukan
kepada
individu,
keluarga,
kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit dalam siklus
kehidupan manusia.
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar
atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan
memilih tindakan terhadap fenomena yang ada dalam keperawatan.
B. Komponen Paradigma Keperawatan
Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan
salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya pembangunan nasional,
oleh karena itu tenaga keperawatan berada ditatanan pelayanan kesehatan
terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan klien, yaitu selama
24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka perawat perlu mengetahui dan
memahami tentang paradigma keperawatan, peran, fungsi dan tanggung
jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari
segi bio, psiko, sosial, spiritual dan cultural.
27
C. Paradigma Memiliki Fungsi Antara Lain:
1. Menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi
profesi keperawatan sebagai aspek pendidikan dan pelayanan
keperawatan, praktik dan organisasi profesi.
2. Membantu individu dan masyarakat untuk memahami dunia
keperawatan kita dan membantu kita untuk memahami setiap
fenomena yang terjadi disekitar kita.
3.
Dalam keperawatan ada empat komponen yang merupakan pola dasar
dari teori – teori keperawatan atau paradigma keperawatan. Empat
komponen tersebut meliputi: manusia, keperawatan, lingkungan, dan
kesehatan.
D. Konsep Manusia
Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang
utuh, dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan
rohani serta unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai
tingkat perkembangannya Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa
berinteraksi secara tetap dengan lingkungan eksternalnya serta senantiasa
berusaha selalu menyeimbangkan keadaan internalnya (homeoatatis).
Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu
beradaptasi dan merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi,
interelasi dan interdependensi. Jadi, konsep manusia menurut paradigma
keperawatan adalah manusia sebagai sistem terbuka, sistem adaptif ,
personal dan interpersonal yang secara umum dapat dikatakan holistik atau
utuh. Sebagai sistem terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis,
psikologis maupun sosial dan spiritual sehingga perubahan pada manusia
akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya.
Sebagai sistem adaptif manusia akan merespon terhadap perubahan
lingkungannya dan akan menunjukan respon yang adaptif maupun respon
maladaptif. Respon adaptif akan terjadi apabila manusia tersebut
mempunyai mekanisme koping yang baik menghadapi perubahan
lingkungannya, tetapi apabila kemampuannya untuk merespon perubahan
lingkungan yang terjadi rendah maka manusia akan menunjukan prilaku
yang maladaptif.Manusia atau klien dapat diartikan sebagai individu,
keluarga ataupun masyarakat yang menerima asuhan keperawatan.
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
teru menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan
maupun bersama-sama, di dalam lingkungan sendiri atau masyarakat
secara keseluruhan.
Beberapa alasan keluarga sebagai focus dalam pelayanan
keperawatan diantaranya adalah keluarga merupaka suatu kelompok yang
dapat menimbulkan, mencegah memperbaiki, mengabaikan masalah dalam
kelompoknya sendiri serta merupaka perantara yang efektif dalam
melakukan upaya kesehatan.(Baylon Maglaya, 1974) Peran perawat pada
individu sebagai klien adalah memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup
kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan
fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju
28
kemandirian pasien. Peran perawat dalam membantu keluarga
meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan
adalah perawat sebagai pendeteksi adanya masalah kesehatan, memberi
asuhan kepada anggota keluarga yang sakit, koordinator pelayanan
kesehatan keluarga, fasilitator, pendidik dan penasehat keluarga dalam
masalah – masalah kesehatan.Dalam memberikan asuhan keperawatan
pada keluarga perawat perlu memperhatikan sifat – sifat keluarga yaitu
keluarga mempunyai reaksi dan cara yang unik dalam menghadapi
masalahnya, pola komunikasi yang dianut, cara pengambilan keputusan,
sikap, nilai, cita – cita keluarga dan gaya hidup keluarga yang berbeda –
beda. Individu dalam keluarga mempunyai siklus tumbuh
kembang.Pelayanan kesehatan pada masyarakat ini dapat berbentuk
pelayanan kepada masyarakat umum dan kelompok – kelompok
masyarakat tertentu (balita dan lansia).
E. Konsep Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai
bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi,
psikologi, sosial, spiritual dan kultural secara komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit mencakup
siklus hidup manusia. Asuhan keperawatan diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurang
kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan sehari – hari
secara mandiri. Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki falsafah yang
bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan. Dalam hal
ini, pertama, keperawatan menganut pandangan yang holistik terhadap
manusia yaitu Ketuhanan Manusia sebagai makhluk bio – psiko – sosial –
spiritual dan kultural. Kedua, kegiatan keperawatan dilakukan dengan
pendekatan humanistik dalam arti menghargai dan menghormati martabat
manusia memberi perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan
bagi semua manusia. Ketiga, keperawatan bersifat universal dalam arti
tidak dibedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etnik, agama,
aliran politik dan status ekonomi sosial. Keempat, keperawatan adalah
bagian integral dari pelayanan kesehatan serta kelima, bahwa keperawatan
menganggap klien sebagai partner aktif dalam arti perawat selalu
bekerjasama dengan klien dalam memberikan asuhan keperawatan.
29
F. Konsep Kesehatan
Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu
menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan lingkungan internal dan
eksternal untuk memepertahankan keadaan kesehatannya. Adapun faktor
lingkungan internal yang mempengaruhi adalah psikologis, dimensi
intelektual dan spiritual dan proses penyakit. Faktor – faktor lingkungan
eksternal adalah faktor – faktor yang berada diluar individu yang mungkin
mempengaruhi kesehatan antara lain variabel lingkungan fisik, hubungan
sosial dan ekonomi. Salah satu ukuran yang dipakai untuk mengukur
tingkat atau status kesehatan adalah rentang sehat sakit. Rentang sehat
sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang untuk mengukur keadaan
seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada skala yang bersifat
dinamis, individualis, dan tergantung pada faktor – faktor yang
mempengaruhi kesehatan. Menurut model ini, keadaaan sehat selalu
berubah secara konstan, dimana rentang sehat sakit berada diantara dua
kutub yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita
bergerak kearah kematian kita berada dalam area sakit (illness area), tetapi
apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita berada
dalam area sehat (wellness area).
G. Konsep Lingkungan
Lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah
( kawasan dsb) yang termasuk didalamnya. Lingkungan adalah faktor
eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan menusia dan
mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan.
Fokus ingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologi, sosial,budaya dan
spiritual. Lingkungan dibagi 2 yaitu Lingkungan dalam terdiri dari:
Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan
ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan
fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia
berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat
tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab,
30
bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri.
Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan
keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan
penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi
pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat
ventilasi.
Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang
negatif dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap
emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga
rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik
dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu
pasien dalam mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien
dipandang
dalam
suatu
konteks
lingkungan
secara
menyeluruh,
komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus.
Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya
sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan
diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh
memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan
tentang kondisi penyakitnya. Selain itu membicarkan kondisi-kondisi
lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan
para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
Lingkungan sosial (social environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang
spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan
penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian
setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan
dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang
ditunjukkan pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan komuniti
dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna
individu paien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya
31
meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga
keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara
khusus.
Lingkungan luar ( kultur, adat, struktur masyarakat, status sosial, udara,
suara, pendidikan, pekerjaan dan sosial ekonomi budaya )
Lingkungan dengan kesehatan sangat berpengaruh karena dengan cara
terapi lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola
pertahanan tubuh terhadap penyakit untuk meningkatkan pola interaksi
yang sehat dengan klien. Lingkungan dengan timbulnya penyakit yaitu
apabila lingkungan kita kotor dan tidak bersih maka akan berpotensi sekali
untuk terciptanya banyak penyakit – penyakit.
32
BAB VIII
DILEMA ETIK
A. Dilemak Etik
Definisi Dilema Etik Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan
dua atau lebih landasan moral suatu tindakan terapi tidak dapat dilakukan
keduanya. Ini merupakan kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan
moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menetukan yang benar
atau salah dan dapat menimbulkan stres pada perawat karena dia tahu apa
yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema
etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi
menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan.
Menurut Thompson dan Thompson (1985), dilema etik merupakan suatu
masalah yang sulit dimana alternatif yang memuaskan atau situasi dimana
alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema
etik tidak ada yang benar tidak ada yang salah. Untuk membuat keputusan
yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional bukan
emosional (Wulan, 2011). Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang
sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta.
3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilemma
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema.
5. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternatif.
6. Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan
menerapkan
enam
pendekatan
tersebut
maka
dapat
meminimalisasi atau menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi:
1. semua orang melakukannya,
2. jika legal maka disana terdapat keetisan dan
3. kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya. Pada dilema etik ini sukar
untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stress
pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
33
rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai
perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul
pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson &
Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang
sulit
dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif
yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding.
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai
alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai
dengan falsafah umum untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
B. Contoh Dilema Etik
Ny. D seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 2
orang anak yang ber umur 6 dan 4 tahun, Ny.D. berpendidikan SMA, dan
suami Ny.D bekerja sebagai Sopir angkutan umum. Saat ini Ny.D dirawat
di ruang kandungan RS. sejak 2 hari yang lalu. Sesuai hasil pemeriksaan
Ny.D positif menderita kanker Rahim grade III, dan dokter merencanakan
klien harus dioperasi untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker rahim,
karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan
telah dilakukan untuk persiapan operasi Ny.D. Klien tampak hanya diam
dan tampak cemas dan binggung dengan rencana operasi yang akan
dijalaninnya. Pada saat ingin meninggalakan ruangan dokter memberitahu
perawat kalau Ny.D atau keluarganya bertanya, sampaikan operasi adalah
jalan terakhir. Dan jangan dijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang
34
akan menjelaskannya. Menjelang hari operasinya klien berusaha bertanya
kepada perawat ruangan yang merawatnya, yaitu: “apakah saya masih bisa
punya anak setelah dioperasi nanti”.karena kami masih ingin punya anak.
“apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan “apakah
operasi saya bisa diundur dulu suster” Dari beberapa pertanyaan tersebut
perawat ruangan hanya menjawab secara singkat, “ibu kan sudah
diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi” “penyakit ibu hanya bisa
dengan operasi, tidak ada jalan lain” “yang jelas ibu tidak akan bisa punya
anak lagi…” “Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan
lansung dengan dokternya…ya.” Sehari sebelum operasi klien berunding
dengan suaminya dan memutuskan menolak operasi dengan alasan, klien
dan suami masih ingin punya anak lagi. KASUS KEEMPAT: SPERMA
TIDAK BERKUALITAS, BAYI INSEMINASI LAHIR NORMAL *
Kesuksesan Dokter Tim Reproduksi dan Bayi Tabung RSWS Menangani
Infertilitas Pertama kalinya,
rekayasa teknologi
reproduksi
pada
penanganan infertilitas (ketidaksuburan) dengan menggunakan teknik
inseminasi intra uterina, sukses dilakukan tim dokter reproduksi manusia
dan bayi tabung RS Dr Wahidin Sudirohusodo (RSWS).
35
BAB IX
NUTRISI DAN TRANSTRUKTURAL
A. Penegrtian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh manusia yang bertujuan menghasilkan energi yang
nantinya akan digunakan untuk aktivitas tubuh serta mengeluarkan zat sisanya
(hasil metabolisme). Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan,
zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
a. STATUS NUTRISI
Pemecahan makanan, pencernaan, absorpsi, dan asupan makanan
merupakan factor penting dalam menentukan status nutrisi.
Keseimbangan Energi
Energi adalah kekuatan untuk kerja. Manusia membutuhkan energi untuk
terus-menerus berhubungan dengan lingkungannya.
Keseimbangan Energi = Pemasukan Energi + Pengeluaran atau
Pemasukan Energi = Total Pengeluaran Energi ( Panas + kerja + energi
simpanan)
b. Pemasukan Energi
Pemasukan energi merupakan energi yang dihasilkan selama oksidasi
makanan. Makanan merupakan sumber utama energi manusia. Dari
makanan yang dimakan kemudian dipecah secara kimiawi menjadi
protein, lemak, dan karbohidrat. Besarnya energi yang dihasilkan dengan
satuan kalori. Satu kalori juga disebut satu kalori besar (K) atau Kkal
adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikan suhu 1 kg air
sebesar 1 derajat celcius. Satu kkal = 1 K atau sama dengan 1.000 kalori.
Ketika makanan tidak tersedia maka akan terjadi pemecahan glikogen
yang merupakan cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati dan
jaringan otot.
36
c. Pengeluaran Energi
Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk mensupport jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Cadangan energi tubuh
berbentuk senyawa fosfat seperti adenosin triphosfat (ATP).
Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh Basal Metabolisme Rate
(BMR) dan aktifitas fisik. Kebutuhan energi tiap hari ditentukan dengan
rumus = (BMR + 24) + (0.1 X Konsumsi kkal setiap hari + energi untuk
aktivitas ). Energi untuk aktivitas misalnya : Istirahat = 30 kal/jam , duduk
= 40 kal/jam, Berdiri = 60 kal/jam, Menjahit = 70 kal/jam, Mencuci piring
= 130 s/d 176 kal/jam, Melukis 400 kal/jam. Jika nilai pemasukan energi
lebih kecil dari pengeluaran energi maka akan terjadi keseimbangan
negative (-) sehingga cadangan makanan dikeluarkan, hal ini akan
berakibat pada penurunan berat badan. Sebaliknya, jiak pemasukan lebih
banyak dari pengeluaran energi maka akan terjadi keseimbangan positif
(+), kelebihan energi akan disimpan dalam tubuh sehingga terjadi
peningkatan berat badan
Basal Metabolisme Rate
Basal Metabolisme Rate adalah energi yang digunakan tubuh pada saat
istirahat yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti pergerakan jantung,
pernapasan, peristaltic usus, kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh. Kebutuhan
kalori basal dipengaruhi oleh :
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Tinggi dan Berat Badan
d. Kalainan endokrin
e. Suhu Lingkungan
f. Keadaan Sakit
g. Karakteristik Status Nutrisi
a. Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass Index
(BMI) dan Ideal Body Weight (IBW).
b. Body Mass Index (BMI)
37
c. Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi
badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai
panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan
obesitas.
d. Rumus BMI diperhitungkan :
e. BB (kg) atau BB (pon) X 704,5
f. TB (m) TB (inci)2
Ideal Body Weight (IBW)
Merupakan perhitungan barat badan optimal dalam fungsi tubuh yang
sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter dikurangi
dengan 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu.
Kegiatan yang membutuhkan energi, antara lain :
a. Vital kehidupan, pernafasan, sirkulasi darah, suhu tubuh dan lain-lain
b. Kegiatan mekanik oleh otot
c. Aktivitas otot dan syaraf
d. Energi kimia untuk membangun jaringan, enzim, dan hormone
e. Sekresi cairan pencernaan
f. Absorpsi zat-zat gizi di saluran pencernaan
Pengeluaran hasil sisa metabolisme dan Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan energi :
a. Peningkatan Basal Metabolisme Rate
b. Aktivitas tubuh
c.
Faktor usia
d. Suhu Lingkungan
e. Penyakit atau status kesehatan
B. MASALAH-MASALAH KEBUTUHAN NUTRISI
Secara umum, gangguan nutrisi terdiri dari :
1. Kekurangan Nutrisi
2. Kelebihan Nutrisi
3. Obesitas
4. Malnutrisi
5. Diabetes Melitus
38
6. Hipertensi
7. Jantung Koroner
8. Anoreksia
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN NUTRISI
1. Pengetahuan
2. Prasangka
3. Kebiasaan
4. Kesukaan
39
BAB X
HUBUNGAN TRADISI KEPECAYAAN DENGAN KESEHATAN
A. Pengertian Manusia (Paradigma kesehatan)
Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dannormanorma yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
tindakan.
Transkultural Nursing
Transkultural Nursing merupakan lintas budaya yang mempunyai efek bahwa
budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lainnya
Agama
Agama
merupakan
penghambaan
manusia
kepada
Tuhannya.
Dalam pengertian agama terdapat 3 ( tiga ) unsur, yaitu : manusia,
penghambaan danTuhan.
Tradisi
Keagamaan
dan
Kepercayaan
yang
berhubungan
dengan
peningkatanKesehatan mengeplorasi pengaruh Gaya hidup, Social, Budaya,
dan Spiritualterhadap status kesehatan dan memberikan suatu dasar
pengetahuan
untuk mengembangkan
Pengkajian
keperawatan
dan
ketrampilan-ketrampilan IntervensiAsuhan keperawatan.( http.rsjLewang.com
google 6 september 2011)
B. Hubungan antara Manusia, Agama, dan Transkultural Keperawatan
Psikologi Agama merupakn salah satu bukti adanya perhatian Khusus para
ahli psikologi terhadap peran agama dalam kehidupan kejiwaan manusia.
Manusia larikepada agama karena rasa ketidakberdayaannya menghadapi
bencana. Dengandemikiaqn segala bentuk prilaku keagamaan merupakan
ciptaan manusia yang timbuldari dorongan agar dirinya terhindar dari bahaya
dan dapat memberikan rasa aman.Untuk mengatasi masalah ini manusia
menghadirkan tuhan dalam dirinya sebagai pelindung mereka tatkala mereka
merasa terancam dan memerlukan perlindunganterhadap segala macam bentuk
ancaman terhadap dirinya.
40
Menurut Abraham Maslow manusia membutuhkan kebutuhan yang paling
dasar hingga yang paling puncak, yaitu :
Fisiologis
Rasa aman dan nyaman
Cinta dan kasih saying
Harga diri, dan
Aktulitas diri
Makna hidup merupakan segala hal yang mampu memberikan nilai khusus
bagi seseorang yang bila dipenuhi akan menjadikan hidupnya berharga dan
akhirnya akanmenimbulkan penghayatan bahagian dalam dirinya.(Perry AG
dan Potter PA, 2009)
C. Terapi Keagamaan
Seseorang yang tidak merasa aman, tenang, serta tentram dalam hatinya
adalahorang yang sakit rohani atau mentalnya. Setiap manusia mempunyai
kebutuhan-kebutuhan dasar yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan
mereka secaralancar. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohaniatau juga kebutuhan social. Jika kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi, maka manusiaakan menyesuaikan diri dengan kenyataan yang ada
bahwa mereka harus berusahalebih keras lagi untuk memenuhi kekurangan
dari kebutuhan mereka. Sehingga segalamacam cara mereka lakukan guna
terpenuhinya kebutuhan tersebut.Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang
dijumpai bahwa seseorang tidak mampuumenahan keinginan bagi seseorang
yang ingin memenuhi kebutuhan dirinya atauketika seseorang terhimpit oleh
persoalan ekonomi, maka dalam diri mereka akanterjadi adanya konflik dalam
batin mereka yang memerlukan pengobatan atau penyelesaian dengan cepat.
Ketika konflik yang dihadapinya tidak segeradiselesaikan, maka batin akan
merasa berat untuk menanggungnya sehingga akan bertambah parah
permasalahan yang ditanggungnya.
41
D. Peran Agama Dalam Transkultural Nursing
Adapun peran agama dalam transkultural nursing adalah sebagai berikut :
Memberikan pandangan dari penanganan kesehatan.
Budaya
akan
memengaruhi
bagaimana
orang
menyebutkan
danmengkomunikasikan masalahnya.
Mempersepsikan pelayanan kesehatan jiwa
Menggunakan atau merespon penanganan kesehatan jiwa
Mengatasi masalah bahasa dan menciptakan dialog yangsensitive budaya.
Mengatasi masalah-masalah kesehatan mental (Perry AG dan Potter PA,2006)
E. Masalah Religi
Masalah religi klien dapat mempengaruhi spiritualitas klien. Praktik kebiasaan
keagamaan, jika terganggu atau berubah, dapat mempengaruhi struktur atau
dukungan agama terhadap rasa sejahtera seseorang.
F. Keyakinan Keagamaan tentang Kesehatan
Agama dan kepercayaan spiritual sangat mempengaruhi pandangan klien
tentang kesehatan dan penyakit. Rasa nyeri da penderitaan serta kehidupan
dan kematian. Banyak budaya tidak memedakan antara agama dan spiritual,
tetapi sebagian lain membedakan dengan jelas konsep spiritualitas. Perawat
harus memahami perspektif emic kliennya.(Perry AG dan Potter PA,2006).
42
BAB XI
STUDI KASUS KEPERAWATAN
A. Pengertian Studi Kasus
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian
secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat
penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu .Surachrnad (1982)
membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan
memusatkan
perhatian
pada
suatu
kasus
secaraintensif
dan
rinci.SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis
dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985)
menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji
unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menemukan
semuavariabel yang penting.
B. Jenis-Jenis Studi Kasus
Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian
organisasitertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuri
perkembangan
organisasinya.
memungkinkan untuk
Studi
kasus
ini
sering
kurang
diselenggarakan, karena sumbernya
kurang
mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
C. Tujuan Studi Kasus
Seperti halnya pada tujuan penelitian lain pada umumnya, pada
dasarnya peneliti yang menggunakan metoda penelitian studi kasus
bertujuan untuk memahami obyek yang ditelitinya. Meskipun demikian,
berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian studi kasus bertujuan
secara khusus menjelaskan dan memahami obyek yang ditelitinya secara
khusus sebagai suatu ‘kasus’. Berkaitan dengan hal tersebut, Yin (2003a,
2009) menyatakan bahwa tujuan penggunaan penelitian studi kasus adalah
tidak sekedar untuk menjelaskan seperti apa obyek yang diteliti, tetapi
untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus tersebut
dapat terjadi. Dengan kata lain, penelitian studi kasus bukan sekedar
menjawab pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ (what) obyek yang diteliti,
tetapi lebih menyeluruh dan komprehensif lagi adalah tentang ‘bagaimana’
43
(how) dan ‘mengapa’ (why) obtek tersebut terjadi dan terbentuk sebagai
dan dapat dipandang sebagai suatu kasus. Sementara itu, strategi atau
metoda penelitian lain cenderung menjawab pertanyaan siapa (who), apa
(what), dimana (where), berapa (how many) dan seberapa besar (how
much).
44
BAB XII
ROLE PLAY KEPERAWATAN
A. Penegertian Role Play
Role
play
adalah
sebuah permainan yang
para
pemainnya
memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk
merajut sebuah cerita bersama. Jill Hadfield (dalam Santoso, 2011)
menyatakan bahwarole playing adalah sejenis permainan gerak yang
didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang.
Hadari Nawawi (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa bermain
peran (role playing) adalah mendramatisasikan cara bertingkah laku
orang-orang tertentu dalam posisi yang membedakan peranan masingmasing dalam suatu organisasi atau kelompok di masyarakat.
Sehubungan dengan itu, Santoso (2011) mengatakan bahwa model role
playing adalah adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Dengan kata
lain bahwa model pembelajaran role playing adalah suatu model
pembelajaran dengan melakukan permainan peran yang di dalamnya
terdapat aturan, tujuan, dan unsur senang dalam melakukan proses
belajar-mengajar.
B. Karakteristik
Hapidin (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa dalam metode ini
anak diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya dalam
memerankan seorang tokoh atau benda-benda tertentu dengan
mendapat ulasan dari guru agar mereka menghayati sifat-sifat dari
tokoh atau benda tersebut. Dalam bermain peran, anak diberi
kebebasan
untuk
menggunakan
benda-benda
sekitarnya
dan
mengkhayalkannya jika benda tersebut diperlukan dalam memerankan
tokoh yang dibawakan. Contoh kegiatan ini misalnya anak
memerankan
bagaimana
Bapak
Tani
mencangkul
sawahnya,
bagaimana kupu-kupu yang menghisap madu bunga, bagaimana
gerakan pohon yang ditiup angin, dan sebagainya. Baroro (2011)
dalam
penelitiannya
mengungkapkan
bahwa
dalam role
45
playing peserta didik dituntut dapat menjadi pribadi yang imajinatif,
mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir,
ingin tahu, penuh energi dan percaya diri.
Sehubungan dengan itu, Nursid Sumaatmadja (dalam Kartini, 2007)
juga menyatakan bahwa metode bermain peran sangat difokuskan pada
kenyataankenyataan yang terjadi di lingkungan masyarakat. metode ini
berhubungan dengan penghayatan suatu peranan sosial
yang
dimainkan anak di masyarakat. Basri Syamsu (dalam Santoso, 2011)
menyatakan bahwa dalam role playing murid dikondisikan pada situasi
tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam
kelas,
dengan
menggunakan
bahasa
Inggris.
Selain
itu, role
playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana
pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas
dan memainkan peran orang lain. Murid diperlakukan sebagai subyek
pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa
(bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama temantemannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan
yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Santoso,
2011).
C. Tujuan
Menurut Zuhaerini (dalam Santoso, 2011), model ini digunakan
apabila pelajaran dimaksudkan untuk: 1) menerangkan suatu peristiwa
yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan
pertimbangan
didaktik
lebih
baik
didramatisasikan
daripada
diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; 2)
melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalahmasalah sosial-psikologis; dan 3) melatih anak-anak agar mereka dapat
bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang
lain beserta masalahnya. Sementara itu, Davies (dalam Sadali)
mengemukakan bahwa penggunaan role playing dapat membantu
siswa dalam mencapai tujuan-tujuan afektif.
46
D. Manfaat
Bobby DePorter (Santoso: 2011) mengatakan manfaat yang dapat
diambil dari role playing adalah: 1) role playing dapat memberikan
semacam hidden practise yaitu murid tanpa sadar menggunakan
ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka
pelajari; 2) role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak,
cocok untuk kelas besar; 3) role playing dapat memberikan kepada
murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah
permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena
bermain adalah dunia siswa.
E. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing
Djumingin (2011: 174) menyatakan bahwa sintak dari model
pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan skenario pembelajaran;
menunjuk beberapa siswa untuk memelajari skenario tersebut;
pembentukan kelompok siswa; penyampaian kompetensi; menunjuk
siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajari; kelompok
siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon; presentasi hasil
kelompok; bimbingan penyimpulan; dan refleksi. Secara lebih
lengkap.
47
BAB XIII
PSIKODARMA KEPERAWATAN
A. Pengertian Psikodarma Keperawatan
Sesuai dengan namanya, model terapi ini dilakukan dengan
bermain drama. Model terapi ini dipelopori oleh Jacob Moreno (1920)
dengan metode role playing. Tujuan dari model terapi ini adalah
mendorong katarsis (pelepasan), spontanitas, serta pemahaman diri dari
tiap-tiap partisipan. Dalam proses berjalannya terapi, variasi situasi
interpersonal terlebih pada pasien yang memiliki hambatan psikologis
adalah objek yang menjadi fokus dari terapi.
B. Psikodrama dalam konsep manusia, kehadiran terkait secara
dinamis dengan empat dimensi. Ini adalah:
1. Ruang lingkup peran yang dimainkan dalam hidup Anda.
Setiap individu adalah banyak peran fisiologis, psikologis,
kejuruan dan sosial sesuai dengan mendengar, berpikir dan
berperilaku. Masing-masing peran bagi orang-orang dari suatu
kesesuaian tertentu atau ketidakpatuhan terjadi. Akibatnya,
orang-orang di diri mereka sendiri-yang kompatibel atau tidak
kompatibel, dan pada akhirnya, merasa baik dan merasa
nyaman atau tidak nyaman.
2. Hubungan selama hidupnya interaksi dengan orang-orang.
Ini menciptakan jaringan hubungan sekitar setiap orang.
Membentuk jaringan individu yang terlibat dalam hubungan ini.
Muncul bahwa dinamika sekelompok orang terjadi dalam
dinamika ini.
3. Atom sosial seseorang.
interaksi emosional di dunia pribadi
4. Milik status sociometric dalam kelompok.
Kehadiran wajah seseorang dalam kesungguhannya, didirikan
sendiri dan didasarkan pada suatu terhubung nyata.
Psikodrama'da protagonis orang (Protos: yang Agon, pertama:
prajurit) dalam kelompok dan untuk fakta itu sendiri, yang diatur
48
oleh ketentuan sendiri, tetapi dalam seluruh kelompok sesuai
dengan kehidupan mereka sendiri untuk bergabung permainan
dibintangi pameran. Dengan demikian, dalam jalan keluar yang
sama Psikodrama'da özgürleşen dibebaskan dan rakyatnya
telah keluar dari rakyat mereka sendiri berada di depan teater.
Tujuan-merakit kembali kehidupan dari awal dan kembali
mengamati fenomena yang sama dalam berbagai peran. secara
psikologis hubungan interpersonal yang dikembangkan dalam
kasus-kasus psikodrama, tetapi ini dan lainnya hubungan dalam
jaringan dan mengembangkan cara-cara yang lebih tepat untuk
menerima dan bekerja dalam bidang klinis saja, dan masyarakat
di mana orang memancarkan ke segala arah adalah contoh
khas tren
kontemporer.
Saat
ini, meskipun
pencabutan
psikodrama banyak teori, acara dan up to date. Memahami
dinamika internal masyarakat dan sosiometri penelitian sebagai
metode mempertahankan keberadaan area aplikasi dalam
psikodrama. Freud dan Moreno untuk periode terakhir itu
tumbuh menjadi seorang pria masuk ke dalam laboratorium
yang terbatas, dan ia mengkritik dirinya dengan berpartisipasi
dalam hidup mereka, mengamati, mengalami dan hidup
merupakan perbedaan penting yang dibawa oleh mengoreksi
mengatakan. Moreno dipengaruhi psikoanalis dan kelompok
kelompok psikoterapi psikoterapi psikoanalitik setelah beberapa
saat mulai membaik. Maka proses ini disebut analisis kelompok.
Psikodrama juga dipengaruhi oleh para terapis Gestalt, mulai
menggunakan metode tindakan. Teknik yang paling penting
yang
digunakan
oleh
teknik
"kursi
kosong"
menerima
psikodrama. Psikodrama Moreno dikembangkan setelah banyak
kelompok komunikasi dan terapi kelompok. Rogerian dan
Moreno membuat terobosan nyata dalam hal ini. Aksi dan repenemuan kebenaran sumber manusia dari tiga alır. Bunlar
psikodrama
fitur
penting
dasar:
Action,
kreativitas
dan
49
spontanlıktır. İnsan varlıktır.Hareketsiz berorientasi aksi tidak
mungkin untuk berbicara tentang kehidupan yang menjenuhkan
perlunya tindakan bergantung pada tindakan yang memadai
dan sesuai, jika orang ini Hal ini memungkinkan Anda untuk
mendemonstrasikan kreativitas dan kreativitas dilakukan melalui
spontanitas. Orang Spontanitas baru atau situasi baru dan
tanggapan sesuai dengan keadaan mantan verebilme dan
Spontanitas dan kreativitas pada hubungan antara Moreno
menemukan arti Alegori: "Jika orang itu spontan dan kreatif jika
tidak, ini adalah seorang petani dengan pedang samurai adalah
seperti pedang dirinya karena tidak mengetahui penggunaan
bahkan akan dipotong Jika orang tersebut tidak kreatif,. tapi
spontan, bukan seorang pejuang pedang samurai, ini mirip
dengan produksi bisnis tidak akan tahu bila ada tidak pedang.
Psikodrama, batas penangkapan kreativitas manusia dan
spontanitas dan perlunya tindakan untuk memenuhi target dapat
dicapai pada saat ini. Psikodrama dalam psikoterapi psikoterapi
kelompok kelompok mungkin daerah yang paling berkembang
dari aplikasi. Perawatan, pendidikan, psikologi industri dalam
spektrum yang luas mulai dari teater menemukan daerah sendiri
aplikasi.
Psikodrama
menyelesaikan
pembangunan
didasarkan
hubungan
pada
persis
bentuk
yang
(Transferans:..
bentuk
tidak
Realitas
hubungan
sehat
tidak
interpersonal
Seseorang masuk ke dalam hubungan emosional dengan
transmisi manusia melalui yang lain, orang yang tidak lagi nya
Seseorang dengan kebenaran sendiri, melainkan sebagai
pembawa keinginan tidak sadar yang lain dan kenangan disebut
transferase).
50
BAB XIV
TRANSTRUKTURAL KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN TRANSKULTURAL
Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture,
Trans berarti aluar perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus ,
melalui.
Cultur berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur
berarti:
kebudayaan , cara pemeliharaan , pembudidayaan.
Kepercayaan , nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu
kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya , sedangkan cultural
berarti:Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti :
akal budi , hasil dan adat istiadat. Dan kebudayaan berarti :
Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti
kepercayaan, kesenian dan adat istiadat Keseluruhan pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi pedoman tingkah
lakunya Jadi , transkultural dapat diartikan sebagai : Lintas budaya yang
mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain
Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi
sosial
B. PENGERTIAN TRANSKULTURAL NURSING
Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan
dengan perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya ( nilai budaya yang
berbeda , ras , yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan
asuhan keperawatan kepada klien / pasien (Leininger, 1991 ).
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan
dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan
51
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).
C. Pengaruh Transkultural Nursing Terhadap Keperawatan
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan
transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah
laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi
praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ), baik di masa lampau
maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan . Lininger
berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural
dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya
pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.
D. MACAM-MACAM TRANSKULTURAL DI INDONESIA
Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat
sederhana , pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat tradisional , sistem
pengobatan tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan
cara yang sama seperti mempelajari pranata social umumnya dan bahwa
praktek pengobatan asli ( tradisional ) adalah rasional dilihat dari sudut
kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.
52
Daftar Pustaka
Adimihardja, Kusnaka. 1983. Kerangka Studi Antropologi Sosial.
Bandung : Tarsito.
Danandjaja, James. 1988. Antropologi Psikologi. Jakarta : CV. Rajawali.
Ihromi, T.O. (ed). 1980. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta :
Yayasan Obor dan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial UI.
Jacobs and Stern. 1955. General Anthropology. Printed in The USA
Koentjaraningrat. 1982. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara
Baru
Koentjaraningrat. 1974. Beberapa pokok Antropologi Sosial. Jakarta :
Dian Rakyat.
Mutakin, Awan. 2005. Geografi Budaya. Bandung : Buana Nusantara
Pope, Geoffrey.1984. Antropologi Biologi. Jakarta : CV. Rajawali.
Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia. Jakarta : RajaGrafindo Persada
Download