1 BAB I ANTROPOLOGI KESEHATAN A. Latar Belakang Istilah antropologi budaya terdiri dari dua patah kata yaitu : antropolgi dan budaya atau kebudayaan. Istilah Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia; dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi Istilah antropologi berarti ilmu tentang manusia. Kebudayaan berhubungan dengan kebudayaan manusia itu sendiri. Segi – segi tersebut masing – masing menjadi objek khusus yang dipelajari atau diselidiki oleh ilmu tertentu. Sedangkan manusia dengan segala seginya tersebut merupakan obyek umum yang dipelajari atau diselidiki berbagai ilmu. Jadi yang membedakan antropologi budaya dari ilmu lain yang juga mempelajari masalah manusia, ialah objek khusus yang diselidikinya. Antropologi budaya yang obyek khusus penyelidikannya ialah kebudayaan juga perlu mengetahui anak – anak cabang ilmunya. Bahkan antropologi budaya dengna anak – anak cabang ilmunya itu juga harus berhubungan dengan ilmu – ilmu lain seperti sosiologi,sejarah, ilmu hukum, geografi, ekologi dan sebagainya. Kegunaan antropolgi budaya adalah untuk menunjukkan perbedaan dan persamaan dalam berbagai hal yang terdapat pada berbagai suku bangsa atau bangsa di dunia ini. Dalam kehidupan sehari – hari kita dapat dengan mudah melihat hal – hal yang berbeda sedangkan hal – hal yang sama atau bersamaan sulit atau bahkan tidak dapat diketahui. seperti itulah adanya budaya dalam mengatasi masalah kesehatan dalam kehidupan kita sehari- hari. semua terjadi akibat adanya pengaruh budaya. Kesehatan adalah kebutuhan setiap individu dari berbagai kalangan status kesehatan (sakit–sehat), ekonomi (kaya-miskin), sosial (elit-wong alit), geografik (desa-kota) dan psikologi perkembangan (bayi, anak, remaja, dewasa, manula). Pembangunan kesehatan adalah salah satu cara pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, keinginan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap masyarakat supaya terwujudnya kesehatan yang 2 optimal. Tetapi munculnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak walaupun bisa dicegah atau dihindari. Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia. Dalam definisi yang dibuat Foster/Anderson dengan tegas disebutkan bahwa antropologi kesehatan studi objeknya yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia. Menurut Foster/Anderson, Antropologi kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya. Foster dan Anderson (1978), menyatakan bahwa antropologi kesehatan kontemporer dapat ditemukan pada empat sumber daya yang berbeda yaitu Antropologi Fisik, Ethnomedicine, Studi Personalitas dan Kultural, dan Kesehatan Publik Internasional. Menurut McElroy dan Townsend (1985) Antropologi Kesehatan adalah sebuah studi tentang bagaimana faktor-faktor sosial dan lingkungan mempengaruhi kesehatan dan kesadaran cara-cara alternatif tentang pemahaman dan merawat penyakit. McElroy dan Townsend yang mengambil pandangan sejarah juga menekankan pentingnya adaptasi dan perubahan sosial dengan menyatakan bahwa sejumlah besar ahli antropologi kesehatan kini berhubungan dengan kesehatan dan penyakit yang berkaitan dengan adaptasi kelompok manusia sepanjang jarak geografis dan jangka waktu luas dari masa prasejarah ke masa depan. Kedua ahli ini menyepakati setidaknya enam sub-disiplin antropologis yang relevan dengan Antropologi Kesehatan yaitu Antropologi Fisik, 3 Arkeologi Pra-Historis, Antropologi Kultural, Antropologi Ekologikal, Teori Evolusioner, dan Linguistik Antropologi. Menurut Hasan dan Prasad (1959) Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran medico-historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan masalah-masalah kesehatan manusia. B. Ruang Lingkup Antropologi Kesehatan Penyakit muncul tidak bersamaan dengan saat munculnya manusia, tetapi sebagaimana dikemukakan oleh Sigerit (Landy 1977), penyakit adalah bagian dari kehidupan yang ada di bawah kondisi yang berubahubah. Menurut Foster dan Anderson kesehatan berhubungan dengan perilaku. Perilaku manusia cenderung bersifat adaptif. Terdapat hubungan antara penyakit, obat-obatan, dan kebudayaan. Menurut Landy antropologi kesehatan adalah suatu studi tentang konfrotasi manusia dengan penyakit serta rasa sakit, dan rencana adaptif yaitu sistem pengobatan dan obat-obat yang dibuat oleh kelompok manusia berkaitan dengan ancaman yang akan datang. C. Batasan Dan Ruang Lingkup Buku berjudul anthropology in Medicine menurut Foster dan Anderson belum melahirkan disiplin baru dan hanya merupakan lapangan perhatian dari antropologi terapan. Munculnya istilah Medicine Anthropology dari tulisan Scotch dan Paul dalam artikel tentang pengobatan dan kesehatan masyarakat. Atas dasar ini kemudian di Amerika lahirlah antropologi kesehatan. Ahli-ahli antropologi tertarik untuk mempelajari faktor-faktor biologis, dan sosio-budaya yang mempengaruhi kesehatan dan munculnya penyakit pada masa sekarang dan sepanjang sejarah kehidupan manusia dipengaruhi oleh keinginan untuk memahami perilaku sehat manusia dalam manifestasi yang luas dan berkaitan segi praktis. 4 D. Sumbangan Antropologi Terhadap Ilmu Kesehatan Menurut Foster dan Anderson ada empat hal utama yang dapat disumbangkan oleh antropologi terhadap ilmu kesehatan yaitu, a. Perspektif Antropologi Terdapat dua konsep dalam perspektif antropologi bagi ilmu kesehatan Pendekatan Holistik, pendekatan ini memahami gejala sebagai suatu sistem. Pendekatan ini dimana suatu pranata tidak dapat dipelajari sendiri-sendiri lepas dari hubungannya dengan pranata lain dalam keseluruhan sistem. (b) Relativisme Budaya, Standar penilaian budaya itu relative, suatu aktivitas budaya yang oleh pendukungnya dinilai baik, pantas dilakukan mungkin saja nilainya tidak baik dan tidak pantas bagi masyarakat lainnya. b. Perubahan: Proses dan Persepsi (Perubahan Terencana) Suatu perubahan terencana akan berhasil apabila perencanan program bertolak dari konsep budaya. Bertolak dari itu, perencanaan program pembaharuan kesehatan dalam upaya mengubah perilaku kesehatan tidak hanya memfokuskan diri pada hal yang tampak, tetapi seharusnya pada aspek psiko-budaya. E. Akar Antropologi Kesehatan Tipe kajian antropologi budaya yang menjadi akar antropologi kesehatan: 1. Kajian tentang obat primitif, tukang sihir, dan majik 2. Kajian tentang kepribadian dan kesehatan di berbagai seting budaya 3. Keterlibatan ahli-ahli antropologi dalam program-program kesehatan internasional dan perubahan komunitas yang terencana 4. Antropologi ekologi 5. Teori evolusioner F. Kegunaan Antropologi Kesehatan Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya 5 itu sendiri diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan cara menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam perwujudn kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat. 6 BAB II HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN KESEHATAN A. Hubungan Antropologi Dengan Kesehatan/Keperawatan Para antropolog kesehatan pada masa kini (khususnya di Amerika) bekerja di fakultas-fakultas kedokteran, sekolah perawat, di bidang kesehatan masyarakat, di rumahsakit-rumahsakit dan depertemen-departemen kesehatan, serta di jurusan-jurusan antropologi pada universitas umum. Mereka melakukan penelitian dalam topik-topik seperti manusia, anatomi, pediatri, epidemiologi, kesehatan jiwa, penyalahguna- an obat, definisi mengenai sehat dan penya-kit, latihan petugas kesehatan,birokasi medis, pengaturan dan pelaksanaan rumahsakit,hubungan dokter-pasien, dan proses mem-perkenalkan sistem kesehatan ilmiah kepada masyarakat masyarakat yang semula hanya mengenal sistem kesehatan tradisional. Konsep-konsep Penting dalam Antropologi Kesehatan dan Ekologi keperawatan B. Konsep-Konsep Penting Dalam Antropologi Kesehatan Dan Ekologi Keperawatan SISTEM adalah Agregasi atau pengelompokan objek-objek yang dipersatukan oleh beberapa bentuk interaksi yang tetap atau saling tergantung, sekelompok unit yang berbeda, yang dikombinasikan sedemikian rupa oleh alam atau oleh seni sehingga membentuk suatu keseluruhan yang integral dan berfungsi, beroperasi atau bergerak dalam satu kesatuan C. Paleopatologi Paleopatologi adalah studi mengenai penyakit-penyakit purba. Para ahli peleopatologi melakukan studi pada tulang-tulang manusia purba, kotoran, lukisan pada dinding, patung, mumi, dan lain lain untuk menemukan penyakitpenyakit infeksi pada manusia purba. Studi untuk mengetahui penyakit manusia purba dari fosil-fosil ini, pada umumnya hanya terbatas hanya mengetahui pada penyakit-penyakit yang menunjukkan buktinya seperti pada tulang-tulang yang dapat diidentifikasi. Sebagai contoh kerusakan atau abses pada tulang sebagai akibat dari siphilis, TBC, frambosia, osteomilitus, poliomilitis, kusta, dan penyakit-penyakit yang sejenisnya adalah penyakit 7 infeksi yang dapat dikenali. Banyak penyakit-penyakit modern yang tidak terdapat pada penduduk purba, bukan berarti manusia purba lebih sehat dari manusia modern tetapi bahwa sakitnya manusia purba disebabkan oleh jenisjenis patogen dan faktor lingkungan yang jumlahnya lebih sedikit dari yang dialami oleh manusia modern. Misalnya penyakit campak, rubella, cacar, gondong, kolera dan cacar air mungkin tidak terdapat di zaman purba. Dapat disimpulkan bahwa paleopatologi atau studi mengenai penyakit purba, sangat banyak berhubungan dengan lingkungan untuk menemukan penyakit-penyakit purba. D. Epidemiologi Epidemiologi berkenaan dengan distribusi, tempat dan prevalensi atau terjadinya penyakit, sebagaimana yang dipengaruhi oleh lingkungan alam atau lingkungan ciptaan manusia serta oleh tingkah laku manusia. Variabelvariabel yang dipakai untuk melihat distribusi tempat dan prevalensi serta tingkah laku suatu penyakit adalah perbedaan umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, hubungan suku bangsa, kelas sosial, tingkahlaku individu, serta lingkungan alami. Faktor-faktor ini dan faktor lainnya berperanan penting dalam distribusi dan prevalensi berbagai penyakit. Contoh pemuda Amerika lebih banyak mengalami kecelekaan daripada wanita muda dan orang tua, perokok lebih banyak kena kanker paru-paru daripada bukan perokok, gondok lebih banyak menyerang penduduk pedalaman yang tinggal di daerah pegunungan daripada penduduk pantai yang bahan makannya kaya yodium. Tugas seorang epidemiologi adalah bekerja untuk membuat korelasikorelasi dalam hal insiden penyakit dalam usaha menetapkan petunjuk tentang pola-pola penyebab penyakit yang kompleks, atau tentang kemungkinankemungkinan dalam pengawasan penyakit (Clausen; 1963:142). Epidemiologi berusaha mencapai suatu tujuan yaitu meningkatkan derajat kesehatan, mengurangi timbulnya semua ancaman kesehatan. Ahli antropologi lebih menaruh minat pada ciri epidemiologi dari penyakit-penyakit penduduk non Eropa dan Amerika, termasuk penyakitpenyakit psikologis yang disebabkan oleh struktur budaya yang dalam 8 Antropologi Kesehatan disebut dengan istilah “Sindroma Kebudayaan Khusus” seperti “mengamuk” atau histeris. Selain itu, ahli antropologi juga menaruh minat pada studi-studi mengenai “Epidemiologi Pembangunan” yaitu mencari konsekuensi-konsekuensi kesehatan yang sering bersifat mengganggu terhadap proyek-proyek pembangunan. 9 BAB III KONSEP KEPERAWATAN TRANSTRUKTURAL A. Pengertian Transkultural Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans berarti aluar perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus , melalui. Culture berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti: kebudayaan , cara pemeliharaan , pembudidayaan. Kepercayaan , nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya , sedangkan cultural berarti : Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat Dan kebudayaan berarti : Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti kepercayaan , kesenian dan adat istiadat. Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi pedoman tingkah lakunya Jadi transkultural dapat diartikan sebagai : Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi social Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda , ras , yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien ). Menurut Leininger (1991). 10 B. Konsep Transkultural Menurut Kazier Barabara ( 1983 ) dalam bukuya yang berjudul Fundamentals of Nursing Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan perawatan yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu humanistic , philosopi perawatan, praktik klinis keperawatan , komunikasi dan ilmu sosial . Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio – psycho – social – spiritual . Oleh karenanya , tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif sekaligus holistik. Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya . Keberlangsungaan terus – menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter , pola pikir , pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan ( cultural nursing approach). C. Peran dan Fungsi Transkultural Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu , penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) . Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri , pekerjaan , pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan anak , ekspresi perasaan , hubungan kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur juga terbagi dalam sub – kultur . Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan keompok kultur yang lebih besar atau member makna yang berbeda . Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.Nilai – nilai budaya Timur, 11 menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan dari dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu. Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya pengaruh kultur terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative baru ; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) . Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan. Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur. D. Proses keperawatan Transkultural. Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). 12 1) Pengkajian Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada“Sunrise Model” yaitu : a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors) b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors) c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors) e. Faktor ekonomi (economical factors) f. Faktor pendidikan (educational factors) g. Faktor tekhnologi 2) Diagnosa keperawatan Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, b. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural c. Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. 3) Perencanaan keperawatan Cultural care preservation/maintenance a. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan perawatan bayi b. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien c. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat Cultural care accomodation/negotiation a. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien b. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan c. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik. Cultural care repartening/reconstruction 13 a. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya. b. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok c. Gunakan pihak ketiga bila perlu. d. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga. e. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan. f. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien. 14 BAB IV PERKEMBANGAN ILMU KEPERAWATAN DAN TRANSTRUKTURAL A. Pengertian Keperawatan Dan Tujuan Keperawatan Menurut lokakarya (1983) adalah sebagai bentuk pelayanan yang merupakan bagian integral dari pelayanan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif di tujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan. Menurut Roger keperawatan sebagai profesi yang menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni. Keperawatan sebagai ilmu merupakan ilmu pengetahuan humanistik yang mempelajari sifat dan arahpengembangan manusia sebagai satu kesatuan yang utuh dengan lingkungan. Menurut Handerson mendefinisikan keperawatan yaitu membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhan.individu tersebut mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila iya memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang di butuhkan. B. Beberapa Tujuan Keperawatan Yaitu : 1. Menurut Handerson. Untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan. (Marriner Tomey,1994). Membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin. 2. Menurut Roger. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan. 3. Menurut Orem. Perawat membantu klien mencapai perawatan diri secara total. 15 C. KARAKTERISRTIK KEPERAWATAN Keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang keperawatan sebagai bagian integral bagian pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang di dasar kan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain , mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapapan yang selalu mengikuti perkembangan zaman.Menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologi yaitu keperawatan meupakan suatu pelayan dimana dalam pemberian asuhan keperawatan selalu berupaya untuk menyeimbangkan atau menstabilkan kembali fungsi alat-alat tubuh manusia yang sakit menjadi normal kembali , meliputi fungsi fisik, biologis, maupun psikologis manusia. Di tinjau dari sisi fungsional Keperawatan memiliki suatu fungsi atau tugas-tugas yang jelas serta sistematis yang di jalankan oleh seorang perawat, dalam menjalan tugasnya seorang perawat harus sistematis dalam pengambilan keputusan yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan diakhiri oleh tahap evaluasi . Merupakan ilmu humanistik/ humanitarian Keperawatan merupakan suatu pengetahuan tentang kemanusiaan yang dalam ilmunya berkaitan dengan dimensi holistik manusia, meliputi aspek pengetahuan : biologis, psikologis, sosial budaya, serta spiritual yang berhubungan langsung dengan kesehatan jiwa manusia. D. Pengaruh Sosiokultural Nilai terbentuk dalam lingkungan social diman latar belakang pendidikan, sosioekonomi, spiriyual, dan budaya. Budaya orang dapat bervariasi. Contoh : dalam lingkup budaya yang lebih besar, mungkin terdapat kelompok masyarakat yang lebih kecil, subbudaya dengan nilai yang cukup khas yang membuat mereka berbeda dengan kelompok yang dominan E. Perkembangan Keperawatan sebagai Profesi Sejarah perkembangan keperawatan sebagai profesi dilihat dari 2 tinjauan: Dari perkembangan keperawatan di dunia Dan dari perkembangan keperawatan di Indonesia 16 Keperawatan sebagai profei si Indonesia mulai disadari pada tahun 1983. Sejak itu terjadi proses professionalisasi dibidang keperawatan yang berlangsung sampai sekarang. Keperawatan sebagai suatu profesi saat ini sudah semakin jelas dapat dilihat dan perkembangan pendidikan tinggi keperawatan. Hukum yang mengatur tentang praktik keperawatan professional belum dirasakan.Untuk memperoleh suatu pengakuan profesi , Taylor (et al 1997) mengungkapka bahwa keperawatan harus memiliki : perumusan body of knowledge yang baik berorientasi pada pelayanan yang kuat pengakuan keahlian oleh sebuah kelompok professional kode etik organisasi profesi yang menetapkan standar pengembangan diri secara terus menerus otonomi F. Profesi Keperawatan Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang membangun suatu norma yang khusus berasal dari peranan nya di masyarakat. (Schein EH, 1965) Profesi berasal dari profession yang berarti suatu pekejaan yang membutuhkan dukungan body of knowledge sebagai dasar bagi perkembangan teori yamg sistematis menghadapi banyak tantangan baru dan karena itu membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya adalah melayani. (wilensky, 1964) G. Karakteristik Profesi Keperawatan Suatu profesi memerlukan pendidikan pendidikan lanjut dari anggotanya , demikian juga landasan dasarnya. 1. Suatu profesi memrlukan kerangka pengetahuan teoritis yang mengarah pada ketrampilan, kemampuan dan norma- norma tertentu. 2. Suatu profesi memberikan pelayanan tertentu. 3. Anggota dari suatu profesi memliki otonomi untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan. 4. Profesi sebagai satu kesatuan memliki kode etik untuk melakukan praktik keperawatan. ( potter & perry, 2005 ). 17 H. Dampak IPTEK Dalam Kesehatan Dampak Positif Perkembangan Teknologi. Terhadap Kesehatan Perkembangan teknologi dapat membuka banyak lapanganpekerjaan baru,sehingga sumber daya manusia dapat berperan,baik tenaga maupun pikiran. Perkembangan teknologi mempunyai dampak positif,yaitu terpenuhinya kebutuhan manusia akan kemakmuran materi,kemudahan serta manusia dapat mendayagunakan sumber daya alam lebih efektif dan efisien. Manusia dapat mengubah sistemtransformasi dan komunikasi sehingga menimbulkan kemudahan.Untuk usaha ini diperlukan tenaga dan pikiran manusia atau dengankata lain akan tercipta lapangan baru. I. Iptek Dalam Kesehatan Antara Lain Sebagai Berikut: Endoscopy, Magnetic Ressonace Imagi Ng (Mri), Termografi, Pulse Oxymetry, X-Ray (Sinar X), Ct-Scan(Computerized Tomography Scanning), Pet (Positron Emissiontomography), Fetal Ecg, Electro Myograph (Emg), Electroencephalography (Eeg): Kelistrikan Pada Jaringanotak. Dampak IPTEK dalam Kesehatan Dampak Positif Perkembangan Teknologi Terhadap KesehatanPerkembangan teknologi dapat membuka banyak lapanganpekerjaan baru,sehingga sumber daya manusia dapat berperan,baik tenaga maupun pikiran. Perkembangan teknologi mempunyai dampak positif,yaitu terpenuhinya kebutuhan manusia akan kemakmuran materi,kemudahan serta manusia dapat mendayagunakan sumber daya alam lebih efektif dan efisien. Manusia dapat mengubah sistemtransformasi dan komunikasi sehingga menimbulkan kemudahan.Untuk usaha ini diperlukan tenaga dan pikiran manusia atau dengankata lain akan tercipta lapangan baru. Dampak Negatif Perkembangan Teknologi Terhadap Kesehatan Kemampuan teknologi dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan tidak menutup kemungkinan juga akan menimbulkan dampak negatif. Yaitu timbulnya penyakit-penyakit baru, baik langsung maupuntidak langsung. Efek Radiasi yang Berpotensi Menghasilkan Penyakit Baru b. Efek Ketergantungan c. Kesalahan Persepsi Diyakini Oleh Masyarakat d. Proses 18 Publikasi Perangkat Kesehatan yang Tidak Tepat e. Kerahasiaan Seseorang Tidak Terjamin f. Terganggunya Syaraf g. Repetitive Strain Injury (RSI). Efek Radiasi yang Berpotensi Menghasilkan Penyakit Baru Salah satu contoh: adalah penyakit kanker yang kita ketahuibersama bahwa hingga saat ini penyakit tersebut belum memilikiobat yang bisa mendeteksi hingga tercapainya suatu kesembuhanyang sempurna bagi para penderitanya. Efek Ketergantungan Teknologi yang kian berkembang juga dapat menimbulkantimbal balik yang bersifat begatif seperti sifat ketergantungan. Para pengkonsumsi obat antibiotik yang banyak beredar di masyarakat ternyata tidak semata-mata hanya mengurangi keluhan yang ada tetapi juga menimbulkan ketergantungan dengan intensitas yang berbeda-beda dari masing-masing jenis antibiotik. Tidak hanyasampai pada hal tersebut, akan tetapi timbul suatu kemungkian yang menyebabkan penyakit tersebut memiliki tingkat kekebalan terhadap antibiotik tertentu. Kesimpulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia tidak terkecuali dalam dunia keperawatan.Perawat di era modern juga harus mempunyai pengetahuan tentang ilmu pengetahuan yang berkembang dalam dunia kesehatan manusia. 19 BAB V KONSEP KEPERAWATAN DAN TRANSTRUKTURAL A. Pengertian Konsep Keperwatan dan Transtruktural Teori ini di gagas pertama kali oleh madeleine Leininger yang di inspirasi oleh pengalaman dirinya sewaktu bekerja sebagai perawat spesialis anak di Midwestern United States pada tahun 1950. Saat itu ia melihat adanya perbedaan perilaku di antara anak yang berasal dari budaya yang berbeda. Fenomena ini membuat leininger menelaah kembali profesi keperawatan. Ia mengidentifikasi bahwa pengetahuan perawat untuk memahami budaya anak dalam layanan keperawatan ternyata masih kurang. Pada tahun kata transclutural 1960, leinger nursing, pertama kali menggunakan ethnonursing, dancross-cultural nursing. Akhirnya, pada tahun 1985, leininger memublikasikan teory nya untuk pertama kali, sedangkan ide-ide dan teoriny sudah di presentasikan pada tahun 1988. Teory leininger kemudian di sebut sebagai cultural care dieversity and universality. tetapi menyebutnyatranscultural nursing para theory atau ahli teori lebih sering keperawatan transkultural Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niai-nilai, keyakinan tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami budaya klien Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun culture imposition.Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara 20 efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pda individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain. Teory keperawatan transkultural matahari terbit, sehinnga di sebut juga sebagai sunrise modelmatahari terbit (sunrise model ) ini melambangkan esensi keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang sempit. Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut menurut Leininger di pengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan. Peran perawatan pada transcultural nursing teory ini adalah menjebatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh leininger.oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap memperhatikan tiga perinsip asuhan keperawatan, yaitu : culture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu,memfasilitasi,atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkan kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan Culture care accommodation/negatiation, 21 yaitu prisip membantu,memfasilitasi, ataumemperhatikan fenomena budaya,yang merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi,atau bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau klien. culture care repatterning/restructuring, yaitu :prinsip merekonstruksiatau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah lebih baik. B. Konsep dalam Transkultural 1) Budaya Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. 2) Nilai budaya Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi tindakan dan keputusan. 3) Perbedaan budaya Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985). 4) Etnosentris Diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik 5) Etnis Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. 22 6) Ras Adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. 7) Etnografi Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya. 8) Care Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. 9) Caring Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia Cultural Care Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai. Cultural imposition Berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain. Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam 23 terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan, yaitu : manusia, sehatlingkungan dan Keperawatan. 11. Proses keperawatan Transkultural. Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model) 1. Pengkajian 2. Diagnosa keperawatan 3. Perencanaan keperawatan 4. Implementasi Keperawatan 5. Evaluasi 24 BAB VI PROSES PENGKAJIAN KEPERWATAN TRANSTRUKTURAL A. Proses keperawatan Transkultural. Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model) Pengkajian Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu : Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors) Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors) Faktor ekonomi (economical factors) Faktor pendidikan (educational factors) Faktor tekhnologi Diagnosa keperawatan Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu: Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. Perencanaan keperawatan Cultural care preservation/maintenance Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan perawatan bayi Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat Cultural care accomodation/negotiation Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan 25 Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik. Cultural care repartening/reconstruction Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok Gunakan pihak ketiga bila perlu. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan. Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien. 26 BAB VII PARADIGMA KEPERWATAN A. Pengertian Paradigma Keperawatan Paradigma adalah suatu cara dalam mempersepsikan atau memandang sesuatu. Paradigma menjelaskan sesuatu dalam memahami suatu tingkah laku. Paradigma memberikan dasar dalam melihat, memandang, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang profesional, yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, dengan bentuk pelayanan mencakup biopsikososio-spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit dalam siklus kehidupan manusia. Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap fenomena yang ada dalam keperawatan. B. Komponen Paradigma Keperawatan Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga keperawatan berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka perawat perlu mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan, peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio, psiko, sosial, spiritual dan cultural. 27 C. Paradigma Memiliki Fungsi Antara Lain: 1. Menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan sebagai aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan, praktik dan organisasi profesi. 2. Membantu individu dan masyarakat untuk memahami dunia keperawatan kita dan membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi disekitar kita. 3. Dalam keperawatan ada empat komponen yang merupakan pola dasar dari teori – teori keperawatan atau paradigma keperawatan. Empat komponen tersebut meliputi: manusia, keperawatan, lingkungan, dan kesehatan. D. Konsep Manusia Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh, dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap dengan lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan keadaan internalnya (homeoatatis). Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu beradaptasi dan merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi. Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia sebagai sistem terbuka, sistem adaptif , personal dan interpersonal yang secara umum dapat dikatakan holistik atau utuh. Sebagai sistem terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual sehingga perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya. Sebagai sistem adaptif manusia akan merespon terhadap perubahan lingkungannya dan akan menunjukan respon yang adaptif maupun respon maladaptif. Respon adaptif akan terjadi apabila manusia tersebut mempunyai mekanisme koping yang baik menghadapi perubahan lingkungannya, tetapi apabila kemampuannya untuk merespon perubahan lingkungan yang terjadi rendah maka manusia akan menunjukan prilaku yang maladaptif.Manusia atau klien dapat diartikan sebagai individu, keluarga ataupun masyarakat yang menerima asuhan keperawatan. Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara teru menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun bersama-sama, di dalam lingkungan sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Beberapa alasan keluarga sebagai focus dalam pelayanan keperawatan diantaranya adalah keluarga merupaka suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah memperbaiki, mengabaikan masalah dalam kelompoknya sendiri serta merupaka perantara yang efektif dalam melakukan upaya kesehatan.(Baylon Maglaya, 1974) Peran perawat pada individu sebagai klien adalah memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju 28 kemandirian pasien. Peran perawat dalam membantu keluarga meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan adalah perawat sebagai pendeteksi adanya masalah kesehatan, memberi asuhan kepada anggota keluarga yang sakit, koordinator pelayanan kesehatan keluarga, fasilitator, pendidik dan penasehat keluarga dalam masalah – masalah kesehatan.Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga perawat perlu memperhatikan sifat – sifat keluarga yaitu keluarga mempunyai reaksi dan cara yang unik dalam menghadapi masalahnya, pola komunikasi yang dianut, cara pengambilan keputusan, sikap, nilai, cita – cita keluarga dan gaya hidup keluarga yang berbeda – beda. Individu dalam keluarga mempunyai siklus tumbuh kembang.Pelayanan kesehatan pada masyarakat ini dapat berbentuk pelayanan kepada masyarakat umum dan kelompok – kelompok masyarakat tertentu (balita dan lansia). E. Konsep Keperawatan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial, spiritual dan kultural secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia. Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan sehari – hari secara mandiri. Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki falsafah yang bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan. Dalam hal ini, pertama, keperawatan menganut pandangan yang holistik terhadap manusia yaitu Ketuhanan Manusia sebagai makhluk bio – psiko – sosial – spiritual dan kultural. Kedua, kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia memberi perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia. Ketiga, keperawatan bersifat universal dalam arti tidak dibedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etnik, agama, aliran politik dan status ekonomi sosial. Keempat, keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan serta kelima, bahwa keperawatan menganggap klien sebagai partner aktif dalam arti perawat selalu bekerjasama dengan klien dalam memberikan asuhan keperawatan. 29 F. Konsep Kesehatan Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk memepertahankan keadaan kesehatannya. Adapun faktor lingkungan internal yang mempengaruhi adalah psikologis, dimensi intelektual dan spiritual dan proses penyakit. Faktor – faktor lingkungan eksternal adalah faktor – faktor yang berada diluar individu yang mungkin mempengaruhi kesehatan antara lain variabel lingkungan fisik, hubungan sosial dan ekonomi. Salah satu ukuran yang dipakai untuk mengukur tingkat atau status kesehatan adalah rentang sehat sakit. Rentang sehat sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang untuk mengukur keadaan seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada skala yang bersifat dinamis, individualis, dan tergantung pada faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan. Menurut model ini, keadaaan sehat selalu berubah secara konstan, dimana rentang sehat sakit berada diantara dua kutub yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian kita berada dalam area sakit (illness area), tetapi apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita berada dalam area sehat (wellness area). G. Konsep Lingkungan Lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah ( kawasan dsb) yang termasuk didalamnya. Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan. Fokus ingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologi, sosial,budaya dan spiritual. Lingkungan dibagi 2 yaitu Lingkungan dalam terdiri dari: Lingkungan fisik (physical enviroment) Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, 30 bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi. Lingkungan psikologi (psychologi enviroment) Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman. Lingkungan sosial (social environment) Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna individu paien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya 31 meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus. Lingkungan luar ( kultur, adat, struktur masyarakat, status sosial, udara, suara, pendidikan, pekerjaan dan sosial ekonomi budaya ) Lingkungan dengan kesehatan sangat berpengaruh karena dengan cara terapi lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap penyakit untuk meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien. Lingkungan dengan timbulnya penyakit yaitu apabila lingkungan kita kotor dan tidak bersih maka akan berpotensi sekali untuk terciptanya banyak penyakit – penyakit. 32 BAB VIII DILEMA ETIK A. Dilemak Etik Definisi Dilema Etik Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral suatu tindakan terapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menetukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stres pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson dan Thompson (1985), dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar tidak ada yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional bukan emosional (Wulan, 2011). Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu: 1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan 2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta. 3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilemma 4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema. 5. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternatif. 6. Menetapkan tindakan yang tepat. Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: 1. semua orang melakukannya, 2. jika legal maka disana terdapat keetisan dan 3. kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak 33 rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. a. Mengidentifikasi masalah kesehatan b. Mengidentifikasi masalah etik c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan d. Mengidentifikasi peran perawat e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan g. Memberi keputusan h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum untuk perawatan klien i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan B. Contoh Dilema Etik Ny. D seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 2 orang anak yang ber umur 6 dan 4 tahun, Ny.D. berpendidikan SMA, dan suami Ny.D bekerja sebagai Sopir angkutan umum. Saat ini Ny.D dirawat di ruang kandungan RS. sejak 2 hari yang lalu. Sesuai hasil pemeriksaan Ny.D positif menderita kanker Rahim grade III, dan dokter merencanakan klien harus dioperasi untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker rahim, karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan telah dilakukan untuk persiapan operasi Ny.D. Klien tampak hanya diam dan tampak cemas dan binggung dengan rencana operasi yang akan dijalaninnya. Pada saat ingin meninggalakan ruangan dokter memberitahu perawat kalau Ny.D atau keluarganya bertanya, sampaikan operasi adalah jalan terakhir. Dan jangan dijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang 34 akan menjelaskannya. Menjelang hari operasinya klien berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang merawatnya, yaitu: “apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti”.karena kami masih ingin punya anak. “apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan “apakah operasi saya bisa diundur dulu suster” Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya menjawab secara singkat, “ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi” “penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain” “yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi…” “Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan lansung dengan dokternya…ya.” Sehari sebelum operasi klien berunding dengan suaminya dan memutuskan menolak operasi dengan alasan, klien dan suami masih ingin punya anak lagi. KASUS KEEMPAT: SPERMA TIDAK BERKUALITAS, BAYI INSEMINASI LAHIR NORMAL * Kesuksesan Dokter Tim Reproduksi dan Bayi Tabung RSWS Menangani Infertilitas Pertama kalinya, rekayasa teknologi reproduksi pada penanganan infertilitas (ketidaksuburan) dengan menggunakan teknik inseminasi intra uterina, sukses dilakukan tim dokter reproduksi manusia dan bayi tabung RS Dr Wahidin Sudirohusodo (RSWS). 35 BAB IX NUTRISI DAN TRANSTRUKTURAL A. Penegrtian Nutrisi Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh manusia yang bertujuan menghasilkan energi yang nantinya akan digunakan untuk aktivitas tubuh serta mengeluarkan zat sisanya (hasil metabolisme). Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. a. STATUS NUTRISI Pemecahan makanan, pencernaan, absorpsi, dan asupan makanan merupakan factor penting dalam menentukan status nutrisi. Keseimbangan Energi Energi adalah kekuatan untuk kerja. Manusia membutuhkan energi untuk terus-menerus berhubungan dengan lingkungannya. Keseimbangan Energi = Pemasukan Energi + Pengeluaran atau Pemasukan Energi = Total Pengeluaran Energi ( Panas + kerja + energi simpanan) b. Pemasukan Energi Pemasukan energi merupakan energi yang dihasilkan selama oksidasi makanan. Makanan merupakan sumber utama energi manusia. Dari makanan yang dimakan kemudian dipecah secara kimiawi menjadi protein, lemak, dan karbohidrat. Besarnya energi yang dihasilkan dengan satuan kalori. Satu kalori juga disebut satu kalori besar (K) atau Kkal adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikan suhu 1 kg air sebesar 1 derajat celcius. Satu kkal = 1 K atau sama dengan 1.000 kalori. Ketika makanan tidak tersedia maka akan terjadi pemecahan glikogen yang merupakan cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati dan jaringan otot. 36 c. Pengeluaran Energi Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk mensupport jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Cadangan energi tubuh berbentuk senyawa fosfat seperti adenosin triphosfat (ATP). Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh Basal Metabolisme Rate (BMR) dan aktifitas fisik. Kebutuhan energi tiap hari ditentukan dengan rumus = (BMR + 24) + (0.1 X Konsumsi kkal setiap hari + energi untuk aktivitas ). Energi untuk aktivitas misalnya : Istirahat = 30 kal/jam , duduk = 40 kal/jam, Berdiri = 60 kal/jam, Menjahit = 70 kal/jam, Mencuci piring = 130 s/d 176 kal/jam, Melukis 400 kal/jam. Jika nilai pemasukan energi lebih kecil dari pengeluaran energi maka akan terjadi keseimbangan negative (-) sehingga cadangan makanan dikeluarkan, hal ini akan berakibat pada penurunan berat badan. Sebaliknya, jiak pemasukan lebih banyak dari pengeluaran energi maka akan terjadi keseimbangan positif (+), kelebihan energi akan disimpan dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan berat badan Basal Metabolisme Rate Basal Metabolisme Rate adalah energi yang digunakan tubuh pada saat istirahat yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti pergerakan jantung, pernapasan, peristaltic usus, kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh. Kebutuhan kalori basal dipengaruhi oleh : a. Usia b. Jenis Kelamin c. Tinggi dan Berat Badan d. Kalainan endokrin e. Suhu Lingkungan f. Keadaan Sakit g. Karakteristik Status Nutrisi a. Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass Index (BMI) dan Ideal Body Weight (IBW). b. Body Mass Index (BMI) 37 c. Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas. d. Rumus BMI diperhitungkan : e. BB (kg) atau BB (pon) X 704,5 f. TB (m) TB (inci)2 Ideal Body Weight (IBW) Merupakan perhitungan barat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter dikurangi dengan 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu. Kegiatan yang membutuhkan energi, antara lain : a. Vital kehidupan, pernafasan, sirkulasi darah, suhu tubuh dan lain-lain b. Kegiatan mekanik oleh otot c. Aktivitas otot dan syaraf d. Energi kimia untuk membangun jaringan, enzim, dan hormone e. Sekresi cairan pencernaan f. Absorpsi zat-zat gizi di saluran pencernaan Pengeluaran hasil sisa metabolisme dan Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi : a. Peningkatan Basal Metabolisme Rate b. Aktivitas tubuh c. Faktor usia d. Suhu Lingkungan e. Penyakit atau status kesehatan B. MASALAH-MASALAH KEBUTUHAN NUTRISI Secara umum, gangguan nutrisi terdiri dari : 1. Kekurangan Nutrisi 2. Kelebihan Nutrisi 3. Obesitas 4. Malnutrisi 5. Diabetes Melitus 38 6. Hipertensi 7. Jantung Koroner 8. Anoreksia C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN NUTRISI 1. Pengetahuan 2. Prasangka 3. Kebiasaan 4. Kesukaan 39 BAB X HUBUNGAN TRADISI KEPECAYAAN DENGAN KESEHATAN A. Pengertian Manusia (Paradigma kesehatan) Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dannormanorma yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan. Transkultural Nursing Transkultural Nursing merupakan lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lainnya Agama Agama merupakan penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 ( tiga ) unsur, yaitu : manusia, penghambaan danTuhan. Tradisi Keagamaan dan Kepercayaan yang berhubungan dengan peningkatanKesehatan mengeplorasi pengaruh Gaya hidup, Social, Budaya, dan Spiritualterhadap status kesehatan dan memberikan suatu dasar pengetahuan untuk mengembangkan Pengkajian keperawatan dan ketrampilan-ketrampilan IntervensiAsuhan keperawatan.( http.rsjLewang.com google 6 september 2011) B. Hubungan antara Manusia, Agama, dan Transkultural Keperawatan Psikologi Agama merupakn salah satu bukti adanya perhatian Khusus para ahli psikologi terhadap peran agama dalam kehidupan kejiwaan manusia. Manusia larikepada agama karena rasa ketidakberdayaannya menghadapi bencana. Dengandemikiaqn segala bentuk prilaku keagamaan merupakan ciptaan manusia yang timbuldari dorongan agar dirinya terhindar dari bahaya dan dapat memberikan rasa aman.Untuk mengatasi masalah ini manusia menghadirkan tuhan dalam dirinya sebagai pelindung mereka tatkala mereka merasa terancam dan memerlukan perlindunganterhadap segala macam bentuk ancaman terhadap dirinya. 40 Menurut Abraham Maslow manusia membutuhkan kebutuhan yang paling dasar hingga yang paling puncak, yaitu : Fisiologis Rasa aman dan nyaman Cinta dan kasih saying Harga diri, dan Aktulitas diri Makna hidup merupakan segala hal yang mampu memberikan nilai khusus bagi seseorang yang bila dipenuhi akan menjadikan hidupnya berharga dan akhirnya akanmenimbulkan penghayatan bahagian dalam dirinya.(Perry AG dan Potter PA, 2009) C. Terapi Keagamaan Seseorang yang tidak merasa aman, tenang, serta tentram dalam hatinya adalahorang yang sakit rohani atau mentalnya. Setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan mereka secaralancar. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohaniatau juga kebutuhan social. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka manusiaakan menyesuaikan diri dengan kenyataan yang ada bahwa mereka harus berusahalebih keras lagi untuk memenuhi kekurangan dari kebutuhan mereka. Sehingga segalamacam cara mereka lakukan guna terpenuhinya kebutuhan tersebut.Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang dijumpai bahwa seseorang tidak mampuumenahan keinginan bagi seseorang yang ingin memenuhi kebutuhan dirinya atauketika seseorang terhimpit oleh persoalan ekonomi, maka dalam diri mereka akanterjadi adanya konflik dalam batin mereka yang memerlukan pengobatan atau penyelesaian dengan cepat. Ketika konflik yang dihadapinya tidak segeradiselesaikan, maka batin akan merasa berat untuk menanggungnya sehingga akan bertambah parah permasalahan yang ditanggungnya. 41 D. Peran Agama Dalam Transkultural Nursing Adapun peran agama dalam transkultural nursing adalah sebagai berikut : Memberikan pandangan dari penanganan kesehatan. Budaya akan memengaruhi bagaimana orang menyebutkan danmengkomunikasikan masalahnya. Mempersepsikan pelayanan kesehatan jiwa Menggunakan atau merespon penanganan kesehatan jiwa Mengatasi masalah bahasa dan menciptakan dialog yangsensitive budaya. Mengatasi masalah-masalah kesehatan mental (Perry AG dan Potter PA,2006) E. Masalah Religi Masalah religi klien dapat mempengaruhi spiritualitas klien. Praktik kebiasaan keagamaan, jika terganggu atau berubah, dapat mempengaruhi struktur atau dukungan agama terhadap rasa sejahtera seseorang. F. Keyakinan Keagamaan tentang Kesehatan Agama dan kepercayaan spiritual sangat mempengaruhi pandangan klien tentang kesehatan dan penyakit. Rasa nyeri da penderitaan serta kehidupan dan kematian. Banyak budaya tidak memedakan antara agama dan spiritual, tetapi sebagian lain membedakan dengan jelas konsep spiritualitas. Perawat harus memahami perspektif emic kliennya.(Perry AG dan Potter PA,2006). 42 BAB XI STUDI KASUS KEPERAWATAN A. Pengertian Studi Kasus Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu .Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secaraintensif dan rinci.SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menemukan semuavariabel yang penting. B. Jenis-Jenis Studi Kasus Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasitertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuri perkembangan organisasinya. memungkinkan untuk Studi kasus ini sering kurang diselenggarakan, karena sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal. C. Tujuan Studi Kasus Seperti halnya pada tujuan penelitian lain pada umumnya, pada dasarnya peneliti yang menggunakan metoda penelitian studi kasus bertujuan untuk memahami obyek yang ditelitinya. Meskipun demikian, berbeda dengan penelitian yang lain, penelitian studi kasus bertujuan secara khusus menjelaskan dan memahami obyek yang ditelitinya secara khusus sebagai suatu ‘kasus’. Berkaitan dengan hal tersebut, Yin (2003a, 2009) menyatakan bahwa tujuan penggunaan penelitian studi kasus adalah tidak sekedar untuk menjelaskan seperti apa obyek yang diteliti, tetapi untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi. Dengan kata lain, penelitian studi kasus bukan sekedar menjawab pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ (what) obyek yang diteliti, tetapi lebih menyeluruh dan komprehensif lagi adalah tentang ‘bagaimana’ 43 (how) dan ‘mengapa’ (why) obtek tersebut terjadi dan terbentuk sebagai dan dapat dipandang sebagai suatu kasus. Sementara itu, strategi atau metoda penelitian lain cenderung menjawab pertanyaan siapa (who), apa (what), dimana (where), berapa (how many) dan seberapa besar (how much). 44 BAB XII ROLE PLAY KEPERAWATAN A. Penegertian Role Play Role play adalah sebuah permainan yang para pemainnya memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Jill Hadfield (dalam Santoso, 2011) menyatakan bahwarole playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Hadari Nawawi (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa bermain peran (role playing) adalah mendramatisasikan cara bertingkah laku orang-orang tertentu dalam posisi yang membedakan peranan masingmasing dalam suatu organisasi atau kelompok di masyarakat. Sehubungan dengan itu, Santoso (2011) mengatakan bahwa model role playing adalah adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Dengan kata lain bahwa model pembelajaran role playing adalah suatu model pembelajaran dengan melakukan permainan peran yang di dalamnya terdapat aturan, tujuan, dan unsur senang dalam melakukan proses belajar-mengajar. B. Karakteristik Hapidin (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa dalam metode ini anak diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya dalam memerankan seorang tokoh atau benda-benda tertentu dengan mendapat ulasan dari guru agar mereka menghayati sifat-sifat dari tokoh atau benda tersebut. Dalam bermain peran, anak diberi kebebasan untuk menggunakan benda-benda sekitarnya dan mengkhayalkannya jika benda tersebut diperlukan dalam memerankan tokoh yang dibawakan. Contoh kegiatan ini misalnya anak memerankan bagaimana Bapak Tani mencangkul sawahnya, bagaimana kupu-kupu yang menghisap madu bunga, bagaimana gerakan pohon yang ditiup angin, dan sebagainya. Baroro (2011) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam role 45 playing peserta didik dituntut dapat menjadi pribadi yang imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, ingin tahu, penuh energi dan percaya diri. Sehubungan dengan itu, Nursid Sumaatmadja (dalam Kartini, 2007) juga menyatakan bahwa metode bermain peran sangat difokuskan pada kenyataankenyataan yang terjadi di lingkungan masyarakat. metode ini berhubungan dengan penghayatan suatu peranan sosial yang dimainkan anak di masyarakat. Basri Syamsu (dalam Santoso, 2011) menyatakan bahwa dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama temantemannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Santoso, 2011). C. Tujuan Menurut Zuhaerini (dalam Santoso, 2011), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk: 1) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; 2) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalahmasalah sosial-psikologis; dan 3) melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya. Sementara itu, Davies (dalam Sadali) mengemukakan bahwa penggunaan role playing dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan-tujuan afektif. 46 D. Manfaat Bobby DePorter (Santoso: 2011) mengatakan manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah: 1) role playing dapat memberikan semacam hidden practise yaitu murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari; 2) role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar; 3) role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. E. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing Djumingin (2011: 174) menyatakan bahwa sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan skenario pembelajaran; menunjuk beberapa siswa untuk memelajari skenario tersebut; pembentukan kelompok siswa; penyampaian kompetensi; menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajari; kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon; presentasi hasil kelompok; bimbingan penyimpulan; dan refleksi. Secara lebih lengkap. 47 BAB XIII PSIKODARMA KEPERAWATAN A. Pengertian Psikodarma Keperawatan Sesuai dengan namanya, model terapi ini dilakukan dengan bermain drama. Model terapi ini dipelopori oleh Jacob Moreno (1920) dengan metode role playing. Tujuan dari model terapi ini adalah mendorong katarsis (pelepasan), spontanitas, serta pemahaman diri dari tiap-tiap partisipan. Dalam proses berjalannya terapi, variasi situasi interpersonal terlebih pada pasien yang memiliki hambatan psikologis adalah objek yang menjadi fokus dari terapi. B. Psikodrama dalam konsep manusia, kehadiran terkait secara dinamis dengan empat dimensi. Ini adalah: 1. Ruang lingkup peran yang dimainkan dalam hidup Anda. Setiap individu adalah banyak peran fisiologis, psikologis, kejuruan dan sosial sesuai dengan mendengar, berpikir dan berperilaku. Masing-masing peran bagi orang-orang dari suatu kesesuaian tertentu atau ketidakpatuhan terjadi. Akibatnya, orang-orang di diri mereka sendiri-yang kompatibel atau tidak kompatibel, dan pada akhirnya, merasa baik dan merasa nyaman atau tidak nyaman. 2. Hubungan selama hidupnya interaksi dengan orang-orang. Ini menciptakan jaringan hubungan sekitar setiap orang. Membentuk jaringan individu yang terlibat dalam hubungan ini. Muncul bahwa dinamika sekelompok orang terjadi dalam dinamika ini. 3. Atom sosial seseorang. interaksi emosional di dunia pribadi 4. Milik status sociometric dalam kelompok. Kehadiran wajah seseorang dalam kesungguhannya, didirikan sendiri dan didasarkan pada suatu terhubung nyata. Psikodrama'da protagonis orang (Protos: yang Agon, pertama: prajurit) dalam kelompok dan untuk fakta itu sendiri, yang diatur 48 oleh ketentuan sendiri, tetapi dalam seluruh kelompok sesuai dengan kehidupan mereka sendiri untuk bergabung permainan dibintangi pameran. Dengan demikian, dalam jalan keluar yang sama Psikodrama'da özgürleşen dibebaskan dan rakyatnya telah keluar dari rakyat mereka sendiri berada di depan teater. Tujuan-merakit kembali kehidupan dari awal dan kembali mengamati fenomena yang sama dalam berbagai peran. secara psikologis hubungan interpersonal yang dikembangkan dalam kasus-kasus psikodrama, tetapi ini dan lainnya hubungan dalam jaringan dan mengembangkan cara-cara yang lebih tepat untuk menerima dan bekerja dalam bidang klinis saja, dan masyarakat di mana orang memancarkan ke segala arah adalah contoh khas tren kontemporer. Saat ini, meskipun pencabutan psikodrama banyak teori, acara dan up to date. Memahami dinamika internal masyarakat dan sosiometri penelitian sebagai metode mempertahankan keberadaan area aplikasi dalam psikodrama. Freud dan Moreno untuk periode terakhir itu tumbuh menjadi seorang pria masuk ke dalam laboratorium yang terbatas, dan ia mengkritik dirinya dengan berpartisipasi dalam hidup mereka, mengamati, mengalami dan hidup merupakan perbedaan penting yang dibawa oleh mengoreksi mengatakan. Moreno dipengaruhi psikoanalis dan kelompok kelompok psikoterapi psikoterapi psikoanalitik setelah beberapa saat mulai membaik. Maka proses ini disebut analisis kelompok. Psikodrama juga dipengaruhi oleh para terapis Gestalt, mulai menggunakan metode tindakan. Teknik yang paling penting yang digunakan oleh teknik "kursi kosong" menerima psikodrama. Psikodrama Moreno dikembangkan setelah banyak kelompok komunikasi dan terapi kelompok. Rogerian dan Moreno membuat terobosan nyata dalam hal ini. Aksi dan repenemuan kebenaran sumber manusia dari tiga alır. Bunlar psikodrama fitur penting dasar: Action, kreativitas dan 49 spontanlıktır. İnsan varlıktır.Hareketsiz berorientasi aksi tidak mungkin untuk berbicara tentang kehidupan yang menjenuhkan perlunya tindakan bergantung pada tindakan yang memadai dan sesuai, jika orang ini Hal ini memungkinkan Anda untuk mendemonstrasikan kreativitas dan kreativitas dilakukan melalui spontanitas. Orang Spontanitas baru atau situasi baru dan tanggapan sesuai dengan keadaan mantan verebilme dan Spontanitas dan kreativitas pada hubungan antara Moreno menemukan arti Alegori: "Jika orang itu spontan dan kreatif jika tidak, ini adalah seorang petani dengan pedang samurai adalah seperti pedang dirinya karena tidak mengetahui penggunaan bahkan akan dipotong Jika orang tersebut tidak kreatif,. tapi spontan, bukan seorang pejuang pedang samurai, ini mirip dengan produksi bisnis tidak akan tahu bila ada tidak pedang. Psikodrama, batas penangkapan kreativitas manusia dan spontanitas dan perlunya tindakan untuk memenuhi target dapat dicapai pada saat ini. Psikodrama dalam psikoterapi psikoterapi kelompok kelompok mungkin daerah yang paling berkembang dari aplikasi. Perawatan, pendidikan, psikologi industri dalam spektrum yang luas mulai dari teater menemukan daerah sendiri aplikasi. Psikodrama menyelesaikan pembangunan didasarkan hubungan pada persis bentuk yang (Transferans:.. bentuk tidak Realitas hubungan sehat tidak interpersonal Seseorang masuk ke dalam hubungan emosional dengan transmisi manusia melalui yang lain, orang yang tidak lagi nya Seseorang dengan kebenaran sendiri, melainkan sebagai pembawa keinginan tidak sadar yang lain dan kenangan disebut transferase). 50 BAB XIV TRANSTRUKTURAL KEPERAWATAN A. PENGERTIAN TRANSKULTURAL Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans berarti aluar perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus , melalui. Cultur berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti: kebudayaan , cara pemeliharaan , pembudidayaan. Kepercayaan , nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya , sedangkan cultural berarti:Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat. Dan kebudayaan berarti : Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi pedoman tingkah lakunya Jadi , transkultural dapat diartikan sebagai : Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial B. PENGERTIAN TRANSKULTURAL NURSING Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda , ras , yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien (Leininger, 1991 ). Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan 51 untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). C. Pengaruh Transkultural Nursing Terhadap Keperawatan Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ), baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur. D. MACAM-MACAM TRANSKULTURAL DI INDONESIA Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana , pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat tradisional , sistem pengobatan tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli ( tradisional ) adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat. 52 Daftar Pustaka Adimihardja, Kusnaka. 1983. Kerangka Studi Antropologi Sosial. Bandung : Tarsito. Danandjaja, James. 1988. Antropologi Psikologi. Jakarta : CV. Rajawali. Ihromi, T.O. (ed). 1980. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor dan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial UI. Jacobs and Stern. 1955. General Anthropology. Printed in The USA Koentjaraningrat. 1982. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru Koentjaraningrat. 1974. Beberapa pokok Antropologi Sosial. Jakarta : Dian Rakyat. Mutakin, Awan. 2005. Geografi Budaya. Bandung : Buana Nusantara Pope, Geoffrey.1984. Antropologi Biologi. Jakarta : CV. Rajawali. Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia. Jakarta : RajaGrafindo Persada