Jimmy Ardianto 73 ANALISIS PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT PADA PERUSAHAAN FINANSIAL YANG TERDAFTAR DI NEW YORK STOCK EXCHANGE Jimmy Ardianto Universitas Multimedia Nusantara [email protected] ABSTRACT Sarbanes Oxley Act becomes the most criteria that each company in the world which is listed in New York Stock Exchange must comply. Company XXX which is the subsidiary of listed Japanese company in Indonesia should comply that condition. Internal control is the main interest in fulfilling the criteria of the report to SEC. Financial report should send the report of compliance of internal control with the financial report itself. Internal Audit as the independence division in this company should prepare, reporting and also test the compliance. Authorization is the main key for reliability and accuracy of internal control compliance at company XXX. Keyword: Sarbanes Oxley Act, Internal Control, Internal Audit. I. PENDAHULUAN Di tahun 2002 ditetapkan sebuah aturan baru yaitu Sarbanes-Oxley Act (SOX) bagi perusahaan yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE) di mana aturan tersebut muncul disebabkan adanya kasus yang menimpa bebrapa perusahaan yang terdaftar di NYSE antara lain Enron dan WorldCom atas kecurangan dalam pelaporan keuangan. Tujuan dari dibuatnya aturan ini adalah untuk melindungi para pemilik saham dan juga menghindari adanya praktek-praktek kecurangan dalam perusahaan terutama dalam bidang akuntansi. Aturan ini berada dibawah pengawasan dari Securities and Exchange Commission (SEC) yang juga mengatur kapan batas waktu atas pelaporan yang juga bersamaan dengan waktu pelaporan laporan keuangan yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik. SOX tidak hanya melihat apakah data yang terdapat dalam laporan keuangan sudah benar atau salah, namun lebih kepada bagaimana proses yang dilaksanakan sampai data tersebut ada. Munculnya kasus Enron dan WorldCom tidak hanya berdampak pada masalah hukum atas perusahaan tersebut, namun juga melibatkan salah satu kantor akuntan publik Big Five yaitu Arthur Andersen di mana ijin untuk menyelenggarakan usahanya dicabut karena terbukti secara sengaja mengatur dan mengolah laporan keuangan yang akan disampaikan pada NYSE agar terlihat menjadi lebih baik dari pada kenyataannya dan mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi masyarakat yang memiliki saham perusahaan tersebut di NYSE. Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010 74 Analisis Penerapan Sarbanes Oxley Act Pada Perusahaan Finansial Yang Terdaftar di New York Stock Exchange Sarbanes Oxley Act dibuat untuk seluruh perusahaan yang terdaftar di NYSE tanpa kecuali termasuk cabang dan anak perusahaannya walaupun anak perusahaan tersebut tidak terdaftar di NYSE, dan tidak hanya perusahaan yang terdapat di Amerika, namun semua perusahaan di dunia termasuk perusahaan financial asing di Indonesia. Perusahaan finansial dalam bisnisnya jelas lebih banyak bermain pada instrumen keuangan dan pelaporannya pun menjadi terlihat lebih rumit. Perusahaan jenis ini komoditasnya adalah keuangan sehingga dapat dikatakan permainan angka dalam keuangan dan juga pelaporannya dalam hal ini adalah laporan keuangan menjadi perhatian khusus dalam SOX karena sejarah berdirinya SOX disebabkan karena keterkaitan atas laporan keuangan, namun walaupun sektor keuangan yang menjadi titik fokus bukan berarti sektor yang lain seperti teknologi informasi, sumber daya manusia, penjualan, pembelian, dan administrasi lainnya tidak luput dari pengawasan. Penerapan SOX di perusahaan finansial berdampak pada system pengendalian internal atas pelaporan laporan keuangan (internal control offer financial reporting) sesuai dengan SEC section 404 dan 302, dengan demikian dapat dirumuskan beberapa masalah terkait pada penerapan SOX di perusahaan finansial yaitu: 1. Bagaimana perumusan dan penerapan pengendalian internal atas pelaporan laporan keuangan di perusahaan finansial berdasarakan SEC section 404 dan section 302? 2. Bagaimana pelaporan atas SOX yang mengacu pada SEC 404 dan 302? Bagaimana peranan Internal Audit dalam penerapan SOX? II. TINJAUAN PUSTAKA Perusahaan Finansial (Finance Company) Perusahaan finansial adalah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan namun bukan bank, perusahaan ini mendapatkan dana dari bank sebagai pinjaman, dana tersebut dipakai untuk memberikan pinjaman kepada pihak lain, dan pihak lain tersebut wajib mengembalikan dana tersebut sesuai dengan waktu yang disepakati. Selisih bunga pinjaman tersebut sebagai keuntungan dari perusahaan keuangan tersebut. Sarbanes Oxley Act Ada beberapa hal yang mendasari munculnya Sarbanes Oxley Act, antara lain: 1. Masalah yang terjadi pada Enron, Arthur Anderson dan WorldCom 2. Adanya indikator yang memperlihatkan kegagalan atas tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) 3. Ditemukannya beberapa dokumen yang tidak lengkap dan penyampaian laporan keuangan yang tidak sesuai atau misleading 4. Upaya untuk mengembalikan kepercayaan investor di pasar bursa Melihat dari beberapa kejadian di atas maka diperlukan peran komite audit yang lebih baik lagi. Sebelum adanya SOX ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Diadakannya meeting antara internal auditor dan external auditor untuk melakukan review atas laporan keuangan secara quarterly dan/atau annually. 2. Lemahnya konsep dan pengetahuan atas pengendalian internal (internal control) yang dimiliki oleh pimpinan puncak. Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010 Jimmy Ardianto 75 3. Pimpinan puncak sangat percaya pada auditor walau tidak didukung oleh tingkat keyakinan yang memadai. 4. Karena kurangnya pengetahuan akan internal control maka kurang juga tanggung jawab nya Pada tahun 2002 seorang senator Amerika Serikat, Paul Sarbanes dan rekannya Michael Oxley membuat konsep Sarbanes Oxley Act 2002. Didukung oleh George Bush – Presiden Amerika Serikat pada 30 Juli 2002 yang memberikan pernyataan mendukung bahwa: 1. Memperketat peraturan atas auditor independen 2. Officer dan petinggi perusahaan harus competent dan akuntabel Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa: 1. Tingkat kepercayaan di perusahaan harus dibangun oleh pimpinan perusahaan 2. Auditor akan diaudit, begitu pula dengan akuntannya 3. Pernyataan laporan keuangan yang harus reliable dan benar 4. Tata kelola yang baik 5. Semua diatur oleh hukum Akibat dari diberlakukannya Sarbanes Oxley Act 2002, maka yang terkena dampak adalah: 1. Perusahaan go public di Amerika Serikat berikut anak perusahaan dan cabangnya 2. Perusahaan yang akan go public 3. Perusahaan yang akan diakuisisi atau yang akan mengakuisisi perusahaan yang go public Berikut beberapa section yang terkait pada Sarbanes Oxley Act (SOX) I. Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) 101. Establishment; administrative provision 102. Registration with the board 103. Auditing, quality control, and independence standards and rules 104. Inspection of registered public accounting firms 105. Investigation and disciplinary proceedings 106. Foreign public accounting firm 107. Commission oversight of the board 108. Accounting Standards 109. Funding II. Auditor Independence 201. Service outside the scope of practice of auditors 202. Pre-approval requirements 203. Audit partner rotation 204. Auditor reports to audit committees 205. Conforming amendments 206. Conflict of interest 207. Study of mandatory rotation of registered public accounting firms 208. Commission authority 209. Considerations by appropriate state of regulatory authorities Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010 76 Analisis Penerapan Sarbanes Oxley Act Pada Perusahaan Finansial Yang Terdaftar di New York Stock Exchange III. Corporate Responsibility 301. Public company audit committees 302. Corporate responsibility for financial reports 303. Improper influence on conduct of audits 304. Forfeiture of certain bonuses and profits 305. Officer and director bars and penalties 306. Insider trades during pension fund blackout periods 307. Rules of professional responsibility for attorneys 308. Fair funds for investor IV. Enhanced Financial Disclosures 401. Disclosures in periodic reports. 402. Enhanced conflict of interest provisions 403. Disclosure of transactions involving management and principal stockholders 404. Management assessment of internal control 405. Exemption 406. Code of ethics for senior financial officers 407. Disclosure of audit committee financial report 408. Enhanced review of periodic disclosure by issuers 409. Real time issuer disclosures V. Analyst Conflict of Interest 501. Treatment of security analysts by registered security associations and national securities exchanges VII. Studies and Reports 701. Government Accountability Office study and report regarding consolidation of public accounting firms 702. Commission study and report regarding credit rating agencies 703. Study and report on violators and violations 704. Study of enforcement actions 705. Study of investment banks VIII. Corporate and Criminal Fraud Accountability 801. Short title 802. Criminal penalties for altering documents 803. Debts no dis-chargeable if incurred in violation of securities fraud laws 804. Statue of limitations for security fraud 805. Review of Federal Sentencing Guidelines for obstruction of justice and extensive criminal fraud 806. Protection for employees of publicly traded companies who provide evidence of fraud 807. Criminal penalties for defrauding shareholders of publicly traded companies IX. White Collar Crime Penalty Enhancement 901. Short title 902. Attempts and conspiracies to commit criminal fraud offense 903. Criminal penalties for mail and wire fraud Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010 Jimmy Ardianto 77 904. Criminal penalties for violations of the Employee Retirement Income Security Act of 1974 905. Amendment to sentencing guidelines relating to certain white collar offense 906. Corporate responsibility for financial reports XI. Corporate Fraud Accountability 1102. Tampering with a record on otherwise impeding an official proceeding 1103. Temporary freeze authority for the Security and Exchange Commission 1104. Amendment to the Federal Sentencing Guidelines 1105. Authority of the commission to prohibit persons from serving as officers or directors 1106. Increased criminal penalties under Securities Exchange Act of 1934 1107. Retaliation against informants III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskiptif analisis dengan menggunakan data primer yang dihasilkan melalui observasi pada salah satu perusahaan finansial XXX di Indonesia sebagai anak perusahaan yang perusahaan induknya berada di Jepang dan terdaftar di New York Stock Exchange. Data sekunder yang didapat dari studi literatur yang kemudian dianalisa untuk mendapatkan keyakinan bahwa dengan penerapan standar SOX memerlukan sistem pengendalian internal yang memadai terutama yang ditujukan untuk pelaporan laporan keuangan. Waktu penelitian dilakukan selama Maret 2008 sampai Desember 2008 (Sembilan bulan) Sumber Data Data yang diperoleh adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka. Proses Data Data yang didapat melalui observasi dituangkan melalui flowchart yang diolah sesuai dengan hasil observasi tersebut. Data yang diambil adalah hanya 1 (satu) proses saja yaitu finance lease Batasan Penelitian Penelitian ini hanya membahas proses lease initiation, yaitu bagaimana proses yang dijalankan sampai terjadinya kontrak perjanjian leasing. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perumusan dan penerapan pengendalian internal atas pelaporan laporan keuangan di perusahaan finansial berdasarakan SEC section 404 dan section 302 Pelaporan laporan keuangan di perusahaan finansial pada dasarnya tidak memiliki perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan perusahaan lainnya, namun yang harus dibedakan adalah apakah perusahaan tersebut terdaftar di NYSE atau tidak. Apabila perusahaan sudah terdaftar di NYSE walaupun yang terdaftar adalah perusahaan induknya, maka perusahaan cabang atau anak perusahaannya di seluruh dunia harus patuh terhadap Sarbanes Oxley Act. Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010 78 Analisis Penerapan Sarbanes Oxley Act Pada Perusahaan Finansial Yang Terdaftar di New York Stock Exchange Inti dari kepatuhan atas SOX adalah untuk menjamin bahwa setiap angka yang terdapat dalam laporan keuangan dihasilkan melalui proses yang benar dan didukung atas pengendalian internal (internal control) yang memadai. Pengendalian internal pada perusahaan finansial meliputi beberapa aspek yaitu: 1. Asset Pada perusahaan finansial, asset yang paling besar adalah piutang (account receivable). Perusahaan finansial dalam melakukan bisnisnya adalah dengan memberikan pinjaman kepada pihak lain. Dana yang digunakan untuk dipinjamkan berasal dari pinjaman kepada pihak lain seperti bank atau institusi keuangan lainnya. Perusahaan finansial mendapatkan keuntungan dari selisih antara bunga pinjaman dan bunga dari peminjam 2. Collateral (jaminan) Setiap perusahaan keuangan dalam memberikan fasilitas pinjaman ke pihak lain maka diperlukan suatu jaminan yang nilainya setara atas besarnya pinjaman yang diberikan dengan value tertentu. 3. Giro Jaminan Setiap kontrak pembiayaan selalu dibatasi dengan periode tertentu. Menurut peraturan Menteri Keuangan No.84 dan No.77/2006 dinyatakan bahwa minimal 2 tahun untuk masa pembiayaan, dengan demikian jumlah giro yang dijaminkan oleh lessee adalah sebanyak 24 dengan tanggal pencairan yang sama untuk setiap bulannya. Sesuai dengan ketentuan Sarbanes Oxley Act Section 404 dinyatakan bahwa manajemen harus mengatur pengendalian internal atas proses yang dilaksanakan di perusahaan keuangan tersebut, sehingga semua proses harus dapat terdokumentasi dengan baik. Proses dokumentasi tersebut dibagi menjadi beberapa fase yaitu: 1. Membuat flowchart atas proses yang ada sehingga alur kerja dapat jelas tergambarkan. 2. Membuat Risk Control Matrix dari proses yang sudah digambarkan melalu flowchart 3. Melakukan test atas risk control matrix dari proses yang sudah didefinisikan. Flowchart dibuat berdasarkan atas proses apa yang sesungguhnya dilaksanakan, dan jelas terlihat bagian mana saja yang terlibat, dalam flowchart terebut diberikan tanda kira-kira resiko mana saja yang menjadi perhatian dalam proses tersebut yang nantinya akan menjadi dasar dalam pembuatan RCM. Dalam menerapkan pengendalian internal dengan baik, maka diperlukan identifikasi resiko terlebih dahulu, setelah resiko dipetakan maka pihak manajemen dapat mulai untuk melakukan rencangan efektivitas pengendalian atas resiko tersebut. Setiap rancangan pengendalian yang ada harus dapat diklasifikasikan berdasarkan “assertion” nya apakah termasuk dalam authorization, access to assets, completeness dan accuracy. Atas rancangan pengendalian dan tuntutan atas pengendalian tersebut maka dapat dijabarkan deskripsi ata pengendalian (control) tersebut dan dimasukkan ke dalam kategori preventive atau detective, sehingga untuk pengendalian ke depan akan menjadi lebih terarah, selain itu signifikansi dari pengendalian tadi termasuk yang primary atau secondary, dan transaksi atau pengendalian tersebut dilakukan secara manual atau otomatis. Semua dokumentasi pengendalian tersebut harus dituangkan dalam satu dokumen yaitu Risk Control Matrix (RCM). Dari RCM inilah dapat terlihat resiko mana yang harus diberi perhatian lebih. Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010 Jimmy Ardianto 79 Risk Control Matrix yang telah dibuat dilakukan pengujian atas resiko yang telah didefinisikan, pengujian dilakukan dengan mengambil sample yang cukup, proses pengujian dapat dilakukan seperti melaksanakan audit atas sistem. Dari hasil pengujian tadi maka akan menghasilkan temuan (finding). Pengujian dilakukan minimal 2 kali yaitu pada saat tengah tahun dan akhir tahun, dilakukannya pengujian 2 kali dengan tujuan agar bila ditemukannya kesalahan atau kelemahan atau ketidaksesuaian di pengujian pada pertengahan tahun, maka rekomendasi akan diberikan untuk perbaikan, dan pada akhir tahun dilakukan pengujuan kembali dan melihat apakah rekomendasi tersebut telah dilaksanakan atau belum. Untuk proses pembiayaan tersebut ada beberapa proses yang terkait yang harus didokumentasikan yaitu: a. Inisiasi atas fasilitas pembiayaan (lease initiation) b. Akusisi atas harta (asset acquisition) c. Penentuan bunga (interest recoginition) d. Penagihan (billing and collection) e. Manajemen nilai sisa (residual value management) f. Penyelesaian kontrak (cancellation of contract) Dari semua proses tersebut harus dibuat bagan alur dan risk control matrix nya dan kemudian diujikan, hasil seluruh dokumentasi tersebut menjadi salah satu syarat dalam pengiriman laporan keuangan ke New York Stock Exchange. Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010 Marketing Div / Branch Analysis Div. LEGAL DIV Authorized MIC/ BOD/TOKYO P1 P1 Proposal Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010 END No Approved ? Yes Yes Related to existing customer? Releasing black list record Yes No Proposal Approval for Releasing Black List Releasing black list Yes Black List Customer ? Check past payment record No New Customer Receive Inquiry AS/400 OFIS Preliminery Review and set condition AS/400 OFIS AS/400 Registration (ex: Deposit, Interest rate, RV) No P1 Assign Cust Number & Contract Number MKT File Credit Application Sheet (approved) Approval P1 P1 No AS/400 OFIS Verbally propose to remove contract # No Approved by customer ? (*a) RV (Residual Value) is set up base on the agreed upon value by lessor and lessee at the inception of the lease item P2 Update Data (ex. Changing B/A, ins coverage) Contract Agreement Prepare Contract Negotiation on approved condition with customer (*a) Additional agreement (Reviewed) AS/400 OFIS Review additional agreement P1 P3 No Additional agreement Prepare additional agreement Yes Need additional agreement ? Input Approval Condition Credit Application Sheet Marketing File Credit Analysis Credit Application Sheet (CAS) Mkt File Application LOTUS NOTES A Collect contract Sending contract agreement & lease to customer rent payment Contract agreement Contract (signed) Agreement PDC or S/L of remittance or B/O (Including RV) Yes Meet the approved condition ? Yes End Removal of contract # Yes P3 AS/400 OFIS No P3 FL-Lease Initation.vsd Alteration Slip (approved) Approval Alteration Slip Check alteration Alteration Slip Allteration Affect to financial calculation ? Credit Application Sheet ReApplication P1 Yes Credit Application Sheet (CAS) Marketing File AS/400 OFIS No Any changes on proposed conditions ? PT. ORIX Indonesia Finance 4.1 Finance Lease 4.1.2. Lease Initiation 4.1.6. RV Management 80 Analisis Penerapan Sarbanes Oxley Act Pada Perusahaan Finansial Yang Terdaftar di New York Stock Exchange Jimmy Ardianto 81 Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010 82 Analisis Penerapan Sarbanes Oxley Act Pada Perusahaan Finansial Yang Terdaftar di New York Stock Exchange 4.3 Pelaporan atas Sarbanes Oxley Act yang mengacu pada SEC 404 dan 302 Pelaporan atas laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di New York Stock Exchange harus dilakukan secara berkala yaitu pada saat tengah tahun dan akhir tahun, pada SEC 404 mengatur bagaimana agar perusahaan melalui manajemen menerapkan pengendalian internal atas proses bisnisnya yang nantinya sebagai dasar pembuatan laporan keuangan. Pada SEC 302 diatur tentang bagaimana tanggung jawab perusahaan dalam membuat laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari banyak pos yang ada, untuk perusahaan finansial non bank yang menjadi perhatian adalah current assets dan current liabilities. Bagaimana pengendalian internal atas dua bagian tersebut harus dapat dilaporkan dengan jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Pelaporan tersebut harus melalui otorisasi yang memadai. Untuk laporan keuangan dari perusahaan Indonesia, yang dilaporkan hanya dengan menggunakan mata uang Dollar Amerika, untuk itu diperlukan valuasi dan penyesuaian, dan harus diotorisasi oleh pejabat yang berwenang dalam perusahaan tersebut. 4.4 Peranan Internal Audit dalam penerapan Sarbanes Oxley Act Internal Audit merupakan suatu bagian independen dalam perusahaan yang dapat memonitor dan mengawasi jalannya pengendalian internal atas proses yang dilaksanakan. Internal audit dipercaya tidak memiliki konflik kepentingan atas proses yang dilaksanakan. Peran internal audit mencakup beberapa hal dalam penerapan Sarbanes Oxley Act antara lain: 1. Mengidentifikasi proses bisnis yang ada 2. Mengidentifikasi resiko atas proses bisnis tersebut 3. Membuat bagan alur atas proses tersebut 4. Melakukan walk trough atas dokumentasi proses yang telah dibuat 5. Membuat Risk Control Matrix 6. Melakukan pengujian atas proses yang telah didokumentasikan 7. Memberikan rekomendasi atas temuan yang ada 8. Melakukan meeting dengan semua unit bisnis yang ada 9. Melakukan cek ulang atas laporan keuangan yang akan dikirim ke SEC Internal audit dalam hal ini merupakan kepanjangan tangan dari manajemen, sebagai bagian yang paling independen dalam perusahaan diharapkan internal audit dapat memberikan hasil yang reliable dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkan baik untuk internal perusahaan dan pemegang saham. V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Perusahaan yang terdaftar di bursa baik itu Bursa Efek Indonesia (BEI) ataupun di bursa asing seperti New York Stock Exchange, tentu memiliki implikasi dalam pelaporan keuangannya. Pertanggungjawaban dari perusahaan tidak hanya kepada pemilik perusahaan dan stake holder saja, melainkan lebih kepada seluruh share Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010 Jimmy Ardianto 83 holder. Terjadinya masalah seperti worldcom dan Arthur Andersen menggambarkan terjadinya penyimpangan atas pelaporan keuangan di lantai bursa. Semua perusahaan yang terdaftar tidak terkecuali perusahaan keuangan juga harus patuh terhadap Sarbanes Oxley Act, sehingga perusahaan XXX pun harus patuh terhadap peraturan ini. Sistem pengendalian internal yang dilakukan perusahaan ini sebagai upaya mencapai kepatuhan atas Sarbanes Oxley Act. Pelaporan yang dihasilkan sudah cukup memadai. Semua proses telah terdokumentasi dengan baik, dan hasil pengujian menunjukan hasil yang baik pula. Laporan keuangan dan dokumentasi atas pengendalian internal telah dikirimkan ke SEC melalui proses otorisasi yang berjenjang. 2. Saran Perusahaan XXX diharapkan dapat terus melakukan pembenahan atas pengendalian internalnya bukan hanya dikarenakan keharusan untuk memenuhi Sarbanes Oxley Act, namun lebih kepada prinsip good corporate governance sebagai prinsip dasar agar perusahaan memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen dan memeberikan laporan yang akurat bagi pemegang saham. VI. REFERENSI Applegate, Austin, McFarlan, Corporate Information Strategy and Management, Seventh Edition, McGraw Hill, 2007 Gerald V.Post, Database Management Systems, McGraw-Hill International Editions, 1999 Mikell P Groover, Automation, Production System, and Computer Integrated Manufacturing, Second Edition, Prentice Hall, 2001 Monk, Wagner, Concepts in Enterprise Resource Planning, Third Edition, Course Technology, 2007 O’Leary, Enterprise Resource Planning System, Cambridge, 2007 Romney, Steinbart, Accounting Information System, Eleventh Edition, New Jersey: Pearson International Edition, 2009 Whitten, Jeffrey L & Bentley, System Analysis and Design Methods, Singapore: McGrawHill Company, 2004 Jajodia, Strous, Integrity and Internal Control in Information Systems VI, Kluwer Academic Publisher, 2004 Bishop, Hydoski, Corporate Resiliency-Managing the Growing Risk of Fraud and Corruption, Wiley, 2009 Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010