Analisis Peranan Manajemen Mutu Terpadu Dalam

advertisement
Jimmy Ardianto
73
ANALISIS PENERAPAN SARBANES OXLEY ACT
PADA PERUSAHAAN FINANSIAL YANG TERDAFTAR
DI NEW YORK STOCK EXCHANGE
Jimmy Ardianto
Universitas Multimedia Nusantara
[email protected]
ABSTRACT
Sarbanes Oxley Act becomes the most criteria that each company in the world which is listed
in New York Stock Exchange must comply. Company XXX which is the subsidiary of listed
Japanese company in Indonesia should comply that condition.
Internal control is the main interest in fulfilling the criteria of the report to SEC. Financial
report should send the report of compliance of internal control with the financial report
itself.
Internal Audit as the independence division in this company should prepare, reporting and
also test the compliance. Authorization is the main key for reliability and accuracy of internal
control compliance at company XXX.
Keyword: Sarbanes Oxley Act, Internal Control, Internal Audit.
I. PENDAHULUAN
Di tahun 2002 ditetapkan sebuah aturan baru yaitu Sarbanes-Oxley Act (SOX) bagi
perusahaan yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE) di mana aturan tersebut
muncul disebabkan adanya kasus yang menimpa bebrapa perusahaan yang terdaftar di NYSE
antara lain Enron dan WorldCom atas kecurangan dalam pelaporan keuangan.
Tujuan dari dibuatnya aturan ini adalah untuk melindungi para pemilik saham dan
juga menghindari adanya praktek-praktek kecurangan dalam perusahaan terutama dalam
bidang akuntansi.
Aturan ini berada dibawah pengawasan dari Securities and Exchange Commission
(SEC) yang juga mengatur kapan batas waktu atas pelaporan yang juga bersamaan dengan
waktu pelaporan laporan keuangan yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik. SOX tidak
hanya melihat apakah data yang terdapat dalam laporan keuangan sudah benar atau salah,
namun lebih kepada bagaimana proses yang dilaksanakan sampai data tersebut ada.
Munculnya kasus Enron dan WorldCom tidak hanya berdampak pada masalah hukum
atas perusahaan tersebut, namun juga melibatkan salah satu kantor akuntan publik Big Five
yaitu Arthur Andersen di mana ijin untuk menyelenggarakan usahanya dicabut karena
terbukti secara sengaja mengatur dan mengolah laporan keuangan yang akan disampaikan
pada NYSE agar terlihat menjadi lebih baik dari pada kenyataannya dan mengakibatkan
kerugian yang signifikan bagi masyarakat yang memiliki saham perusahaan tersebut di
NYSE.
Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010
74
Analisis Penerapan Sarbanes Oxley Act Pada Perusahaan Finansial
Yang Terdaftar di New York Stock Exchange
Sarbanes Oxley Act dibuat untuk seluruh perusahaan yang terdaftar di NYSE tanpa
kecuali termasuk cabang dan anak perusahaannya walaupun anak perusahaan tersebut tidak
terdaftar di NYSE, dan tidak hanya perusahaan yang terdapat di Amerika, namun semua
perusahaan di dunia termasuk perusahaan financial asing di Indonesia.
Perusahaan finansial dalam bisnisnya jelas lebih banyak bermain pada instrumen
keuangan dan pelaporannya pun menjadi terlihat lebih rumit. Perusahaan jenis ini
komoditasnya adalah keuangan sehingga dapat dikatakan permainan angka dalam keuangan
dan juga pelaporannya dalam hal ini adalah laporan keuangan menjadi perhatian khusus
dalam SOX karena sejarah berdirinya SOX disebabkan karena keterkaitan atas laporan
keuangan, namun walaupun sektor keuangan yang menjadi titik fokus bukan berarti sektor
yang lain seperti teknologi informasi, sumber daya manusia, penjualan, pembelian, dan
administrasi lainnya tidak luput dari pengawasan.
Penerapan SOX di perusahaan finansial berdampak pada system pengendalian internal
atas pelaporan laporan keuangan (internal control offer financial reporting) sesuai dengan
SEC section 404 dan 302, dengan demikian dapat dirumuskan beberapa masalah terkait pada
penerapan SOX di perusahaan finansial yaitu:
1. Bagaimana perumusan dan penerapan pengendalian internal atas pelaporan laporan
keuangan di perusahaan finansial berdasarakan SEC section 404 dan section 302?
2. Bagaimana pelaporan atas SOX yang mengacu pada SEC 404 dan 302?
Bagaimana peranan Internal Audit dalam penerapan SOX?
II. TINJAUAN PUSTAKA
Perusahaan Finansial (Finance Company)
Perusahaan finansial adalah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan namun
bukan bank, perusahaan ini mendapatkan dana dari bank sebagai pinjaman, dana tersebut
dipakai untuk memberikan pinjaman kepada pihak lain, dan pihak lain tersebut wajib
mengembalikan dana tersebut sesuai dengan waktu yang disepakati. Selisih bunga pinjaman
tersebut sebagai keuntungan dari perusahaan keuangan tersebut.
Sarbanes Oxley Act
Ada beberapa hal yang mendasari munculnya Sarbanes Oxley Act, antara lain:
1. Masalah yang terjadi pada Enron, Arthur Anderson dan WorldCom
2. Adanya indikator yang memperlihatkan kegagalan atas tata kelola perusahaan yang baik
(good corporate governance)
3. Ditemukannya beberapa dokumen yang tidak lengkap dan penyampaian laporan
keuangan yang tidak sesuai atau misleading
4. Upaya untuk mengembalikan kepercayaan investor di pasar bursa
Melihat dari beberapa kejadian di atas maka diperlukan peran komite audit yang lebih baik
lagi. Sebelum adanya SOX ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Diadakannya meeting antara internal auditor dan external auditor untuk melakukan
review atas laporan keuangan secara quarterly dan/atau annually.
2. Lemahnya konsep dan pengetahuan atas pengendalian internal (internal control) yang
dimiliki oleh pimpinan puncak.
Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010
Jimmy Ardianto
75
3. Pimpinan puncak sangat percaya pada auditor walau tidak didukung oleh tingkat
keyakinan yang memadai.
4. Karena kurangnya pengetahuan akan internal control maka kurang juga tanggung jawab
nya
Pada tahun 2002 seorang senator Amerika Serikat, Paul Sarbanes dan rekannya Michael
Oxley membuat konsep Sarbanes Oxley Act 2002. Didukung oleh George Bush – Presiden
Amerika Serikat pada 30 Juli 2002 yang memberikan pernyataan mendukung bahwa:
1. Memperketat peraturan atas auditor independen
2. Officer dan petinggi perusahaan harus competent dan akuntabel
Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa:
1. Tingkat kepercayaan di perusahaan harus dibangun oleh pimpinan perusahaan
2. Auditor akan diaudit, begitu pula dengan akuntannya
3. Pernyataan laporan keuangan yang harus reliable dan benar
4. Tata kelola yang baik
5. Semua diatur oleh hukum
Akibat dari diberlakukannya Sarbanes Oxley Act 2002, maka yang terkena dampak adalah:
1. Perusahaan go public di Amerika Serikat berikut anak perusahaan dan cabangnya
2. Perusahaan yang akan go public
3. Perusahaan yang akan diakuisisi atau yang akan mengakuisisi perusahaan yang go public
Berikut beberapa section yang terkait pada Sarbanes Oxley Act (SOX)
I. Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB)
101. Establishment; administrative provision
102. Registration with the board
103. Auditing, quality control, and independence standards and rules
104. Inspection of registered public accounting firms
105. Investigation and disciplinary proceedings
106. Foreign public accounting firm
107. Commission oversight of the board
108. Accounting Standards
109. Funding
II. Auditor Independence
201. Service outside the scope of practice of auditors
202. Pre-approval requirements
203. Audit partner rotation
204. Auditor reports to audit committees
205. Conforming amendments
206. Conflict of interest
207. Study of mandatory rotation of registered public accounting firms
208. Commission authority
209. Considerations by appropriate state of regulatory authorities
Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010
76
Analisis Penerapan Sarbanes Oxley Act Pada Perusahaan Finansial
Yang Terdaftar di New York Stock Exchange
III. Corporate Responsibility
301. Public company audit committees
302. Corporate responsibility for financial reports
303. Improper influence on conduct of audits
304. Forfeiture of certain bonuses and profits
305. Officer and director bars and penalties
306. Insider trades during pension fund blackout periods
307. Rules of professional responsibility for attorneys
308. Fair funds for investor
IV. Enhanced Financial Disclosures
401. Disclosures in periodic reports.
402. Enhanced conflict of interest provisions
403. Disclosure of transactions involving management and principal stockholders
404. Management assessment of internal control
405. Exemption
406. Code of ethics for senior financial officers
407. Disclosure of audit committee financial report
408. Enhanced review of periodic disclosure by issuers
409. Real time issuer disclosures
V. Analyst Conflict of Interest
501. Treatment of security analysts by registered security associations and national
securities exchanges
VII. Studies and Reports
701. Government Accountability Office study and report regarding consolidation of public
accounting firms
702. Commission study and report regarding credit rating agencies
703. Study and report on violators and violations
704. Study of enforcement actions
705. Study of investment banks
VIII. Corporate and Criminal Fraud Accountability
801. Short title
802. Criminal penalties for altering documents
803. Debts no dis-chargeable if incurred in violation of securities fraud laws
804. Statue of limitations for security fraud
805. Review of Federal Sentencing Guidelines for obstruction of justice and extensive
criminal fraud
806. Protection for employees of publicly traded companies who provide evidence of fraud
807. Criminal penalties for defrauding shareholders of publicly traded companies
IX. White Collar Crime Penalty Enhancement
901. Short title
902. Attempts and conspiracies to commit criminal fraud offense
903. Criminal penalties for mail and wire fraud
Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010
Jimmy Ardianto
77
904. Criminal penalties for violations of the Employee Retirement Income Security Act of
1974
905. Amendment to sentencing guidelines relating to certain white collar offense
906. Corporate responsibility for financial reports
XI. Corporate Fraud Accountability
1102. Tampering with a record on otherwise impeding an official proceeding
1103. Temporary freeze authority for the Security and Exchange Commission
1104. Amendment to the Federal Sentencing Guidelines
1105. Authority of the commission to prohibit persons from serving as officers or directors
1106. Increased criminal penalties under Securities Exchange Act of 1934
1107. Retaliation against informants
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskiptif analisis dengan menggunakan
data primer yang dihasilkan melalui observasi pada salah satu perusahaan finansial XXX di
Indonesia sebagai anak perusahaan yang perusahaan induknya berada di Jepang dan terdaftar
di New York Stock Exchange. Data sekunder yang didapat dari studi literatur yang kemudian
dianalisa untuk mendapatkan keyakinan bahwa dengan penerapan standar SOX memerlukan
sistem pengendalian internal yang memadai terutama yang ditujukan untuk pelaporan laporan
keuangan. Waktu penelitian dilakukan selama Maret 2008 sampai Desember 2008 (Sembilan
bulan)
Sumber Data
Data yang diperoleh adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui
observasi langsung, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka.
Proses Data
Data yang didapat melalui observasi dituangkan melalui flowchart yang diolah sesuai dengan
hasil observasi tersebut.
Data yang diambil adalah hanya 1 (satu) proses saja yaitu finance lease
Batasan Penelitian
Penelitian ini hanya membahas proses lease initiation, yaitu bagaimana proses yang
dijalankan sampai terjadinya kontrak perjanjian leasing.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perumusan dan penerapan pengendalian internal atas pelaporan laporan keuangan
di perusahaan finansial berdasarakan SEC section 404 dan section 302
Pelaporan laporan keuangan di perusahaan finansial pada dasarnya tidak memiliki
perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan perusahaan lainnya, namun yang
harus dibedakan adalah apakah perusahaan tersebut terdaftar di NYSE atau tidak. Apabila
perusahaan sudah terdaftar di NYSE walaupun yang terdaftar adalah perusahaan
induknya, maka perusahaan cabang atau anak perusahaannya di seluruh dunia harus patuh
terhadap Sarbanes Oxley Act.
Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010
78
Analisis Penerapan Sarbanes Oxley Act Pada Perusahaan Finansial
Yang Terdaftar di New York Stock Exchange
Inti dari kepatuhan atas SOX adalah untuk menjamin bahwa setiap angka yang terdapat
dalam laporan keuangan dihasilkan melalui proses yang benar dan didukung atas
pengendalian internal (internal control) yang memadai.
Pengendalian internal pada perusahaan finansial meliputi beberapa aspek yaitu:
1. Asset
Pada perusahaan finansial, asset yang paling besar adalah piutang (account
receivable). Perusahaan finansial dalam melakukan bisnisnya adalah dengan
memberikan pinjaman kepada pihak lain. Dana yang digunakan untuk dipinjamkan
berasal dari pinjaman kepada pihak lain seperti bank atau institusi keuangan lainnya.
Perusahaan finansial mendapatkan keuntungan dari selisih antara bunga pinjaman
dan bunga dari peminjam
2. Collateral (jaminan)
Setiap perusahaan keuangan dalam memberikan fasilitas pinjaman ke pihak lain
maka diperlukan suatu jaminan yang nilainya setara atas besarnya pinjaman yang
diberikan dengan value tertentu.
3. Giro Jaminan
Setiap kontrak pembiayaan selalu dibatasi dengan periode tertentu. Menurut
peraturan Menteri Keuangan No.84 dan No.77/2006 dinyatakan bahwa minimal 2
tahun untuk masa pembiayaan, dengan demikian jumlah giro yang dijaminkan oleh
lessee adalah sebanyak 24 dengan tanggal pencairan yang sama untuk setiap
bulannya.
Sesuai dengan ketentuan Sarbanes Oxley Act Section 404 dinyatakan bahwa manajemen
harus mengatur pengendalian internal atas proses yang dilaksanakan di perusahaan
keuangan tersebut, sehingga semua proses harus dapat terdokumentasi dengan baik.
Proses dokumentasi tersebut dibagi menjadi beberapa fase yaitu:
1. Membuat flowchart atas proses yang ada sehingga alur kerja dapat jelas
tergambarkan.
2. Membuat Risk Control Matrix dari proses yang sudah digambarkan melalu flowchart
3. Melakukan test atas risk control matrix dari proses yang sudah didefinisikan.
Flowchart dibuat berdasarkan atas proses apa yang sesungguhnya dilaksanakan, dan jelas
terlihat bagian mana saja yang terlibat, dalam flowchart terebut diberikan tanda kira-kira
resiko mana saja yang menjadi perhatian dalam proses tersebut yang nantinya akan
menjadi dasar dalam pembuatan RCM.
Dalam menerapkan pengendalian internal dengan baik, maka diperlukan identifikasi
resiko terlebih dahulu, setelah resiko dipetakan maka pihak manajemen dapat mulai untuk
melakukan rencangan efektivitas pengendalian atas resiko tersebut. Setiap rancangan
pengendalian yang ada harus dapat diklasifikasikan berdasarkan “assertion” nya apakah
termasuk dalam authorization, access to assets, completeness dan accuracy.
Atas rancangan pengendalian dan tuntutan atas pengendalian tersebut maka dapat
dijabarkan deskripsi ata pengendalian (control) tersebut dan dimasukkan ke dalam
kategori preventive atau detective, sehingga untuk pengendalian ke depan akan menjadi
lebih terarah, selain itu signifikansi dari pengendalian tadi termasuk yang primary atau
secondary, dan transaksi atau pengendalian tersebut dilakukan secara manual atau
otomatis.
Semua dokumentasi pengendalian tersebut harus dituangkan dalam satu dokumen yaitu
Risk Control Matrix (RCM). Dari RCM inilah dapat terlihat resiko mana yang harus
diberi perhatian lebih.
Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010
Jimmy Ardianto
79
Risk Control Matrix yang telah dibuat dilakukan pengujian atas resiko yang telah
didefinisikan, pengujian dilakukan dengan mengambil sample yang cukup, proses
pengujian dapat dilakukan seperti melaksanakan audit atas sistem. Dari hasil pengujian
tadi maka akan menghasilkan temuan (finding).
Pengujian dilakukan minimal 2 kali yaitu pada saat tengah tahun dan akhir tahun,
dilakukannya pengujian 2 kali dengan tujuan agar bila ditemukannya kesalahan atau
kelemahan atau ketidaksesuaian di pengujian pada pertengahan tahun, maka rekomendasi
akan diberikan untuk perbaikan, dan pada akhir tahun dilakukan pengujuan kembali dan
melihat apakah rekomendasi tersebut telah dilaksanakan atau belum.
Untuk proses pembiayaan tersebut ada beberapa proses yang terkait yang harus
didokumentasikan yaitu:
a. Inisiasi atas fasilitas pembiayaan (lease initiation)
b. Akusisi atas harta (asset acquisition)
c. Penentuan bunga (interest recoginition)
d. Penagihan (billing and collection)
e. Manajemen nilai sisa (residual value management)
f. Penyelesaian kontrak (cancellation of contract)
Dari semua proses tersebut harus dibuat bagan alur dan risk control matrix nya dan kemudian
diujikan, hasil seluruh dokumentasi tersebut menjadi salah satu syarat dalam pengiriman
laporan keuangan ke New York Stock Exchange.
Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010
Marketing Div / Branch
Analysis Div. LEGAL DIV
Authorized MIC/
BOD/TOKYO
P1
P1
Proposal
Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010
END
No
Approved ?
Yes
Yes
Related to
existing
customer?
Releasing
black list
record
Yes
No
Proposal
Approval for
Releasing Black
List
Releasing
black list
Yes
Black List
Customer ?
Check past
payment record
No
New
Customer
Receive
Inquiry
AS/400
OFIS
Preliminery
Review and
set condition
AS/400
OFIS
AS/400
Registration (ex:
Deposit, Interest
rate, RV)
No
P1
Assign
Cust Number &
Contract Number
MKT File
Credit Application
Sheet (approved)
Approval
P1
P1
No
AS/400
OFIS
Verbally
propose to
remove
contract #
No
Approved by
customer ?
(*a)
RV (Residual Value) is set up base on the
agreed upon value by lessor and lessee at the
inception of the lease item
P2
Update Data (ex.
Changing B/A, ins
coverage)
Contract
Agreement
Prepare
Contract
Negotiation on
approved
condition with
customer (*a)
Additional
agreement
(Reviewed)
AS/400
OFIS
Review
additional
agreement
P1
P3
No
Additional
agreement
Prepare
additional
agreement
Yes
Need
additional
agreement
?
Input Approval
Condition
Credit
Application
Sheet Marketing
File
Credit Analysis
Credit
Application
Sheet (CAS)
Mkt File
Application
LOTUS
NOTES
A
Collect contract
Sending contract
agreement & lease
to customer
rent payment
Contract agreement
Contract
(signed)
Agreement
PDC or S/L of remittance
or B/O (Including RV)
Yes
Meet the
approved
condition ?
Yes
End
Removal of
contract #
Yes
P3
AS/400
OFIS
No
P3
FL-Lease Initation.vsd
Alteration Slip
(approved)
Approval
Alteration
Slip
Check
alteration
Alteration
Slip
Allteration
Affect to
financial
calculation ?
Credit Application
Sheet ReApplication
P1
Yes
Credit Application
Sheet (CAS)
Marketing
File
AS/400
OFIS
No
Any changes
on proposed
conditions ?
PT. ORIX Indonesia Finance
4.1 Finance Lease
4.1.2. Lease Initiation
4.1.6. RV Management
80
Analisis Penerapan Sarbanes Oxley Act Pada Perusahaan Finansial
Yang Terdaftar di New York Stock Exchange
Jimmy Ardianto
81
Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010
82
Analisis Penerapan Sarbanes Oxley Act Pada Perusahaan Finansial
Yang Terdaftar di New York Stock Exchange
4.3 Pelaporan atas Sarbanes Oxley Act yang mengacu pada SEC 404 dan 302
Pelaporan atas laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di New York Stock
Exchange harus dilakukan secara berkala yaitu pada saat tengah tahun dan akhir tahun,
pada SEC 404 mengatur bagaimana agar perusahaan melalui manajemen menerapkan
pengendalian internal atas proses bisnisnya yang nantinya sebagai dasar pembuatan
laporan keuangan.
Pada SEC 302 diatur tentang bagaimana tanggung jawab perusahaan dalam membuat
laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan terdiri dari banyak pos yang ada, untuk perusahaan finansial non
bank yang menjadi perhatian adalah current assets dan current liabilities. Bagaimana
pengendalian internal atas dua bagian tersebut harus dapat dilaporkan dengan jelas dan
dapat dipertanggungjawabkan. Pelaporan tersebut harus melalui otorisasi yang memadai.
Untuk laporan keuangan dari perusahaan Indonesia, yang dilaporkan hanya dengan
menggunakan mata uang Dollar Amerika, untuk itu diperlukan valuasi dan penyesuaian,
dan harus diotorisasi oleh pejabat yang berwenang dalam perusahaan tersebut.
4.4 Peranan Internal Audit dalam penerapan Sarbanes Oxley Act
Internal Audit merupakan suatu bagian independen dalam perusahaan yang dapat
memonitor dan mengawasi jalannya pengendalian internal atas proses yang dilaksanakan.
Internal audit dipercaya tidak memiliki konflik kepentingan atas proses yang
dilaksanakan.
Peran internal audit mencakup beberapa hal dalam penerapan Sarbanes Oxley Act antara
lain:
1. Mengidentifikasi proses bisnis yang ada
2. Mengidentifikasi resiko atas proses bisnis tersebut
3. Membuat bagan alur atas proses tersebut
4. Melakukan walk trough atas dokumentasi proses yang telah dibuat
5. Membuat Risk Control Matrix
6. Melakukan pengujian atas proses yang telah didokumentasikan
7. Memberikan rekomendasi atas temuan yang ada
8. Melakukan meeting dengan semua unit bisnis yang ada
9. Melakukan cek ulang atas laporan keuangan yang akan dikirim ke SEC
Internal audit dalam hal ini merupakan kepanjangan tangan dari manajemen,
sebagai bagian yang paling independen dalam perusahaan diharapkan internal audit dapat
memberikan hasil yang reliable dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkan baik untuk
internal perusahaan dan pemegang saham.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Perusahaan yang terdaftar di bursa baik itu Bursa Efek Indonesia (BEI) ataupun di
bursa asing seperti New York Stock Exchange, tentu memiliki implikasi dalam
pelaporan keuangannya. Pertanggungjawaban dari perusahaan tidak hanya kepada
pemilik perusahaan dan stake holder saja, melainkan lebih kepada seluruh share
Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010
Jimmy Ardianto
83
holder. Terjadinya masalah seperti worldcom dan Arthur Andersen menggambarkan
terjadinya penyimpangan atas pelaporan keuangan di lantai bursa. Semua perusahaan
yang terdaftar tidak terkecuali perusahaan keuangan juga harus patuh terhadap
Sarbanes Oxley Act, sehingga perusahaan XXX pun harus patuh terhadap peraturan
ini.
Sistem pengendalian internal yang dilakukan perusahaan ini sebagai upaya mencapai
kepatuhan atas Sarbanes Oxley Act. Pelaporan yang dihasilkan sudah cukup
memadai. Semua proses telah terdokumentasi dengan baik, dan hasil pengujian
menunjukan hasil yang baik pula.
Laporan keuangan dan dokumentasi atas pengendalian internal telah dikirimkan ke
SEC melalui proses otorisasi yang berjenjang.
2. Saran
Perusahaan XXX diharapkan dapat terus melakukan pembenahan atas pengendalian
internalnya bukan hanya dikarenakan keharusan untuk memenuhi Sarbanes Oxley
Act, namun lebih kepada prinsip good corporate governance sebagai prinsip dasar
agar perusahaan memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen dan
memeberikan laporan yang akurat bagi pemegang saham.
VI. REFERENSI
Applegate, Austin, McFarlan, Corporate Information Strategy and Management, Seventh
Edition, McGraw Hill, 2007
Gerald V.Post, Database Management Systems, McGraw-Hill International Editions, 1999
Mikell P Groover, Automation, Production System, and Computer Integrated Manufacturing,
Second Edition, Prentice Hall, 2001
Monk, Wagner, Concepts in Enterprise Resource Planning, Third Edition, Course
Technology, 2007
O’Leary, Enterprise Resource Planning System, Cambridge, 2007
Romney, Steinbart, Accounting Information System, Eleventh Edition, New Jersey: Pearson
International Edition, 2009
Whitten, Jeffrey L & Bentley, System Analysis and Design Methods, Singapore: McGrawHill Company, 2004
Jajodia, Strous, Integrity and Internal Control in Information Systems VI, Kluwer Academic
Publisher, 2004
Bishop, Hydoski, Corporate Resiliency-Managing the Growing Risk of Fraud and
Corruption, Wiley, 2009
Ultima Accounting Vol 2. No.2. Desember 2010
Download