Perkembangan Investasi Kondisi ekonomi Provinsi Gorontalo adalah salah satu dari hanya sedikit daerah pemekaran dengan trend kinerja ekonomi yang makin baik dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi Gorontalo, dalam rentang waktu 10 tahun sejak pemekaran berada diatas rata-rata nasional; dengan pertumbuhan rata-rata diatas 6%; dan tercatat sebagai pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di region Sulawesi pada tahun 2004 setelah SUlasesi Tenggara. Pada tahun 2010, laju pertumbuhan perekonomian Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan yaitu mencapai 7,63 % jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2009 hanya sebesar 7,54%. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo sebagian besar oleh pemerintah sementara kontribusi investasi dan ekspor masih relative rendah. Kontribusi investasi hanya sebesar 16% dari PDRB sementara investasi pemerintah pada APBN dan APBD sebesar Rp. 4268,2 milyar pada tahun 2010. Sedangkan realsisasi investasi diperkirakan mencapai tidak lebih dari Rp. 1000 milyar Membaiknya perekonomian Gorontalo sangat dipengaruhi oleh peningkatan kinerja sektor yang membentuk struktur PDRB. Dari sisi sektoral, pada tahun 2010, PDRB Provinsi Gorontalo Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) adalah sebesar 8.056 milyar rupiah. Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (ADHK) adalah sebesar 2.917 milyar Rupiah. Struktur perekonomian Gorontalo masih didominasi sector pertanian dengan share mencapai 31,32% meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 30,51% disusul sector jasa sebesar 26,57% pada tahun 2009. Realisasi pendapatan Provinsi Gorontalo pada tahun 2010 adalah sebesar 592.932 milyar Rupiah. Sementara itu, realisasi anggaran belanja Provinsi Gorontalo pada tahun 2010 adalah sebanyak 567.220 milyar Rupiah. Perkembangan Investasi Sejak tahun 2006 – 2011 realisasi investasi di Provinsi Gorontalo baik PMA maupun PMDN mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 realisasi investasi PMA sebesar US$ 62,990,740 dengan jumlah proyek sebanyak ….., pada tahun 2007 62,793,383; Tahun 2008 sebesar US$ 60,030,000; tahun 2009 sebesar US$ 54,793,062; dan pada tahun 2010 menurun menjadi US$ 24,659,241, kemudian tahun 2011 meningkat menjadi US$ 26,483,846. Fluktuasi realisasi investasi ini disebabkan ada beberapa perusahaan yang tidak memberikan LKPM nya sehingga tidak diperoleh data yang akurat disamping itu ada beberapa perusahaan yang mengalami pailit karena masalah internal perusahaan. Gambar Realisasi Penanaman Modal ASing (PMA) dan PMDN periode thn 2006 – 2011 Update data a.Investasi Asing (PMA) Secara kumulatif sejak tahun 2006 – 2011, persetujuan investasi asing di Provinsi Gorontalo mencapai 26 proyek dengan total nilai investasi mencapai US$ 110,884,000,000. Jumlah persetujuan penanaman asing menurut sector meliputi proyek di Sector Primer (tanaman pangan, perkebunan, persetujuan 22 peternakan, kehutanan, proyek dengan nilai total perikanan, investasi pertambangan) dengan jumlah US$ 110,882,000,000 (99.94%); 4 proyek Sector Sekunder (industry makanan, tekstil, kulit, barang-barang dari kulit, dan sepatu, kayu, kertas, barang-barang dari kertas dan pencetakan, kimia dasar, barang –barang kimia dan farmasi, barang-barang dari karet dan plastic, mineral non logam, logam dasar, barang-barang dari logam, peralatan medis, optic, alat-alat pengukuran, alat-alat trasportasi, dan industry lainnya) dengan total nilai investasi sebesar US$ 63,700,000 (0,06%); sementara belum ada proyek yang bergerak di sector tersier (0%). Sedangkan realisasi investasi PMA menurut sector untuk tahun 2011 meliputi sebanyak 9 proyek dengan nilai realisasi investasi sebesar US$ 26,483,846; yang meliputi proyek di sector primer (8 proyek; US$ 17,825,872), sector sekunder (1 proyek; US$ 8,657,974). b.Investasi Dalam Negeri (PMDN) Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dari tahun 2006 – 2011 tercatat sebanyak 5 proyek dengan total nilai investasi sebesar Rp. 378,699,000,000,-. Jumlah persetujuan penanaman modal dalam negeri menurut sector meliputi proyek di Sector Sekunder (industry makanan, tekstil, kulit, barang-barang dari kulit, dan sepatu, kayu, kertas, barangbarang dari kertas dan pencetakan, kimia dasar, barang –barang kimia dan farmasi, barang-barang dari karet dan plastic, mineral non logam, logam dasar, barang-barang dari logam, peralatan medis, optic, alat-alat pengukuran, alat-alat trasportasi, dan industry lainnya) dengan jumlah persetujuan 1 proyek dengan nilai total investasi US$ 46,944,000,000 (8,2%); 4 proyek Sector Tersier dengan total nilai investasi sebesar US$ 572,199,000,000 (91,8%); sementara belum ada proyek yang bergerak di sector primer(0%). Sedangkan realisasi investasi PMDN menurut sector untuk tahun 2011 sebanyak 2 proyek dengan nilai realisasi investasi sebesar Rp. 56,841,088,211; yang meliputi proyek di sector tersier (2 proyek; Rp. 56,841,088,211). Potensi Dan Peluang Investasi Bidang Pertanian Kebijakan Pemerintah Provinsi diantaranya menjadikan Gorontalo sebagai pusat pengembangan pertanian yang didukung dengan luas lahan 419,183 ha terdiri dari lahan kering seluas 390 ha dan lahan basah seluas 28, ha, tersebar di lima wilayah Kabupaten dan Kota. Sektor ini menyerap tenaga kerja paling banyak yaitu 57% dari total tenaga kerja Gorontalo. Pertumbuhan sector pertanian didukung oleh potensi lahan pertanian di daerah. Kinerja pertanian Provinsi Gorontalo didominasi produksi dan produktivitas komoditi jagung yang terus meningkat. Pada kurun waktu lima tahun terakhir (2006 – 2010), luas panen, luas tanam dan produksi jagung terus mengalami peningkatan. Luas panen pada tahun 2006 mencapai 109.792 ha meningkat menjadi 144.216 ha pada tahun 2010, dan luas panen terbesar berada di Kabupaten Pohuwato yaitu 47,20% dari total luas panen jagung Provinsi. Sedangkan untuk produksi jagung menunjukkan peningkatan yang signifikan dimana pada tahun 2006 sebesar 416.220 ton meningkat menjadi 674.000 ton. Selain komoditi jagung komoditi pertanian lainnya juga memiliki potensi yang cukup besar seperti tanaman padi dan kedelai. Gambar Grafik Produksi Jagung Periode Tahun 2001 – 2010 Bidang Perikanan dan Kelautan Perikanan dan Kelautan merupakan sector unggulan bagi Provinsi GOrontalo. Gorontalo memiliki garis pantai yang cukup panjang, garis pantai Utara dan pantai Selatan masing-masing memiliki panjang + 230 km dan + 330 km. Luas perairan Provinsi Gorontalo termasuk cukup besar yakni di Utara sepanjang 230 km menghadap ke laut Sulawesi terdapat areal Zone Economic Exclusive (ZEE) yang kaya dengan hasil laut bernilai ekonomi tinggi. Jenis ikan di zona tersebut antara lain adalah pelagis besar, pelagis kecil dan jenis demersal serta crustacea dan molusca. Di sebelah Selatan, dibatasi oleh Teluk Gorontalo dengan panjang pantai +330 km dengan potensi yang dikandung berupa ikan laut jenis palagis besar, palagis kecil, ikan karang, dll yang mempunyai nilai jual yang sangat tinggi. Luas perairan di TEluk Gorontalo mencapai 7.400 km2 dan di Lut Sulawesi mencapai 43.100 km2. Sektor perikanan laut dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan masyarakat dan peningkatan kesejateraan dengan budidaya dan penangkapan ikan dengan tetap memperhatikan potensi lestari tangkapan. Pengembangan budidaya laut akan menjadi alternative terbaik terutama untuk pengembangan ikan karang yang mempunyai nilai jual tinggi serta untuk mencegah terjadinya perusakan terumbu karang karena penangkapan. 2 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yaitu Wpp Teluk Tomini sampai dengan laut seran dan WPP Laut Sulawesi sampai dengan Samudera Pasifik memiliki potensi perikanan yang cukup besar yaitu dengan perkiraan jumlah ikan laut (pelagis dan demersal) sebesar 1.226.090 ton/tahun (19,15% dari potensi perikanan laut seluruh Indonesia) dengan tingkat pemanfaatan baru sebesar 434.760 ton (28,22%). Dengan demikian potensi perikanan baik laut, payau dan tawar masih belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh sebab itu pengembangan investasi akan menjadi prioritas pemerintah terutama dengan mengundang para investor untuk menanamkan modalnya dibidang ini. Pemerintah akan mengembangkan infrastruktur perikanan dan kelautan seperti fasilitas pelabuhan ikan dapat melayani pengumpulan dan pengolahan untuk tujuan ekspor maupun kebutuhan domestic. Gambar Grafik Produksi Perikanan tangkap Periode 2007 - 2010 Bidang Perkebunan Potensi lahan yang mempunyai peluang dikembangkan juga cukup menjanjikan. Potensi areal perkebunan adalah seluas 180.019,81 ha. Sekitar + 100.701,85 ha belum termanfaatkan. Komoditas yang cocok dikembangkan di wilayah ini antara lain kelapa, kakao, cengkeh, pala, kemiri dan gula aren. Potensi pengembangan Kelapa Kelapa sejak awal sudah menjadi komoditas andalan Provinsi Gorontalo, sehingga hampirs seluruh lahan yang sesuai untuk kelapa telah terpenuhi. Potensi kesesuaian lahan dan tersedia untuk pengembangan kelapa adalah sebesar 121.867 ha, sedang luas eksisting tahun 2007 adalah 61.096 ha. Dengan demikian potensi pengembangan 60.771 Ha. Potensi pengembangan terbesar adalah di Kabupaten Bone Bolango sebesar 28,345 ha, kemudian Kabupaten Pohuwato seluas 9.688 ha, Kabupaten Boalemo sebesar 8.192 ha dan Kabupaten Gorontalo seluas 6.449 ha. Dari analisis kelayakanmenunjukkkan usaha produksi tanaman kelapa masiih cukup layak dikembangkan. Analisis kelayakan terhadap pembangunan satu hektar kebun kelapa untuk menghasilkan kopra menunjukkan nilai : NPV positif = Rp. 1.97 juta, Net B/C : 1.18, IRR : 20,2% per tahun dan PP sebesar 5,57 tahun. Potensi pengembangan kakao Tanaman kakao sangat potensial dikembangkan di Provinsi Gorontalo. Dari analisis kesesuaian lahan yang dilakukan maka luas lahan yang sesuai dan tersedia untuk pengembangan tanaman kakao adalah sebesar 98.853 ha, sedang luas eksisting tanaman kakao di Provinsi Gorontalo tahun 2007 masih rendah yaitu seluas 9.398 Ha. Dengan demikian terdapat potensi pengembangan seluas 89.455 ha. Potensi terbesar pengembangan kakao terdapat di tiga kabupaten yaitu : Kab. Gorontalo seluas 28.555 h, kab. Pohuwato seluas 25.098 ha dan Kab. Boalemo seluas 18.766 ha. Usaha perdagangan sarana produksi untuk peningkatan produktivitas kakao dan pemasaran biji kakao kering daru suatu kebun dengan luas 1500 ha sangat layak dikembangkan di PRovinsi Gorontalo. Analisis kelayakan financial dair kegiatan tersebut menunjukkan nilai : NPV = 6,54 M, Net B/C = 3,58, IRR : 112% dan PP sebesar = 4,66 tahun. Potensi Pengembangan Gula Aren Gula merah tanaman aren banyak ditemukan tumbuh di pinggir sungai dan tebing pegunungan didaerah pedalaman. Tanaman ini tumbuh alami sehingga menyebar tidak merata dalam suatu hamparan dan dengan jarak yang tidak teratur. Dengan demikian sampai saat ini belum dapat diketahui secara tepat populasi atau luas tanaman aren di Provinsi Gorontalo. Sebagian besar pengrajin gula merah hanya mengeksploitasi tanaman aren dengan mengambil nira untuk bahan baku gula merah dan sabut sebagai bahan bangunan, tetapi mereka tidak melakukan pemeliharaan tanaman tersebut secara baik dengan kata lain belum dibudidayakan. Akses ke lokasi tanaman aren yang umumnya terletak di daerah pedalaman tergolong sulit . Oleh karena itu pengrajin umumnya adalah rumah tangga yang tinggal didekat lokasi tanaman tersebut untukmemudahkan pengambilan dan pengangkutan nira ke tempat pengolahan gula merah. Hasil gula merah biasanya dijual ke pedagang pengumpul yang juga berlokasi di dekat pengrajin atau pedagang pengumpul di pasar desa. Produksi gula merah tiap usaha rumah tangga pengrajin masih sedikit, berkisar antara 3 -15 kg dengan rata-rata 7,8 kg per hari. Dengan mengacu pada data jumlah pengrajin gula merah dari Dinas Kopersi Perindustrian dan Perdagangan Tahun 2007 sebanyak 487 unit usaha, diperoleh jumlah produksi gula aren di Provinsi Gorontalo tahun 2008 sebanyak 1.367.496 kg, yang pada tahun 2007 baru mencapai 111.048.708 kg. Bidang Peternakan Gorontalo adalah salah satud aerah penghasil ternak yang cukp besar, tahun 2009 terdapat ternak sapi (240.275 ekor), ayam (1.060.033 ekor) dan kambing (91.117 ekor). Sapid an kambing sebagian dikonsumsi masyarakat, sebgaian diperdagankan sntar pulau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat si Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Potensi pengembangan untuk usaha peternakan ruminansia besar ini cukup prospektif dengan tersedianya lahan yang cukup luas. Peluang investasi juga terbuka untuk sarana pendukung seperti industry pakan ternak, pembangunan rumah potong hewan, penggemukan ternak (cattle fatening) dan pembibitan. Gambar grafik perkembangan peternakan sapi dari tahun 2001-2010 Bidang Kehutanan Provinsi Gorontalo memiliki poensi seluas + 826.378,12 ha yang teridiri dari hutan lindung 165.448,67 = 20,02%, hutan produksi (463.302,60/56,06%) dan hutan konservasi (197.586,85/ 23,91%). Hutan yang belum dimanfaatkan+ 673.736 ha. Investasi di bidang kehutanan yang prospektif adalah pengembangan hutan tanman industry pada areal tetentu terutama untuk pengembangan kayu jati. Potensi lainnya adalah pegnembangan industry hasi hutan seperti industry meubel berbahan kayu, rotan, industry dammar, serta budidaya lebah madu dan lain-lain. Dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan, kelestarian dan ekologi hutan tetap harus menjadi prioritas. Pengembangan hutan produksi harus diikuti dengan penanaman kembali agar tidak terjadi degradasi hutan sehingga kelangsugan produksi tetap terjaga dan tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan. Hal lain yang patut mendaptakan perhatian adalah aktifitas illegal logging yang dapat tejadi akibat fungsi-fungsi unit manajemen tidak optimal. Provincial Development Guidelines 2009. Dari seluruh luas lahan di PRovinsi Gorontalo 1,02 juta ha atau 83,74% merupakan lahan pertanian, sementara potensi areal perkebunan 180.019,81 ha, yang tersebar di Kabupaten Gprpntalo dan Kabupaten Bone Bolango sebesar 115.061,51 ha serta Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato sebesar 64.958,30 ha. Dari potensi tersebut yang sudah dimanfaatkan baru 83.277,25 ha untuk pengembangan 12 komoditi perkebunan. Dari luasan pengembangan komoditi perkebunan tersebut 58.906,37 ha atau 70,74% adalah komoditi kelapa yang dikelola oleh 65.453 KK. Potensi perkebunan yang dikembangkan di Provinsi Gorontalo yaitu : Kelapa, Kakao, Jambu Mete, Kopi, Cassiavera, Pala, Vanili, Aren, Cengkeh, Lada, Tebu, Kemiri. Bidang Pertambangam dan Energi Potensi yang ada mencakup sejumlah bahan tambang dan mineral yang mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti emas, perak, tembaga, batu gamping (lime stone), toseki, batu granit, sirtu, zeolit, kaolin, pasir kuarsa, feldspar dan lempung (clay). Potensi ini mempunyai nilai ekonomis pengting dalam peningkatan kemakmuran masyarakat Gorontalo. Secara geologis, potensi bahan tambang Provinsi Gorontalo tersebar di Kabupaten GOrontalo dan Boalemo. Isu sentral dalam pertambangan adalah aktifitas illegal mining. Menyangkut sub sector ebergi dapat digambarkan bahwa secara umum kebutuhan listrik hanya mengharapkan pasokan dari PT. PLN Wilayah VII Gorontalo. Untuk tahun 2005, total daya terpasang sebanyak 91.855.770 VA dengan produksi sebesar 131.154.182 kwh, sedang listrik terjual sebesar 116.669.383 kwh. Jika jumlah pelanggan sebesar 106.607 keluarga maka rata-rata pemakaian listrik per rumah tangga adalah 1.094 kwh. Melihat dilakukanya pemadaman listrik yang digilir menurut wilayah tertentu menunjukkan bahwa kwmamapuan PLN untuk mendistrivusikan energy listrik masih kurang. Hal ini, jelas terlihat dari neraca kemampuan PLN Gorontalo dari total lproduksi 131.154.182 kw, terdapat 99,75% atau 130.829.543 kwh telah terpakai. Padahal belum seluruh wilayah di Provinsi Gorontalo telah mendapatkan pasokan energy listrik.