DETEKSI KEBERADAAN PLASMID IncHI1 MULTI

advertisement
DETEKSI KEBERADAAN PLASMID IncHI1 MULTI-LOKUS PADA
Salmonella typhi YANG RESISTEN TERHADAP OBAT TIFOID DI
MAKASSAR
DETECTION OF THE PRESENCE OF INCHI1 PLASMID MULTILOCUS IN SALMONELLA TYPHI AGAINST DRUG-RESISTANT
TYPHOID IN MAKASSAR
Riskayati1, Moch. Hatta2, Rosana Agus3
1,2
Program Studi Biomedik, Jurusan Mikrobiologi, Pascasarjana,
Universitas Hasanuddin
3
Program Studi Biologi, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi:
Riskayati
Jl. Maccini Gusung No 93 Po.Box 90144
081354600965
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya plasmid IncHI1 yang multi-lokus pada S.typhi
yang dikelompokkan dalam (grup I dan II) yang resisten terhadap antibiotik ampisilin, amoxicillin,
kloramfenikol, tetrasiklin, sulfametoxasol dan ciprofloxacin yang diisolasi dari penderita demam
tifoid di Makassar. Dan juga mengetahui hubungan antara resistensi antibiotik tertentu dengan
keberadaan plasmid IncHI1 yang multi-lokus pada S.typhi. Desain penelitian ini bersifat
diagnostik. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 36 isolat. Pengujian terhadap resistensi
antibiotik dilakukan dengan metode difusi agar dan untuk mendeteksi plasmid IncHI1 multi-lokus
digunakan multipleks-PCR. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pada populasi
tertentu (khususnya penelitian ini) di Makassar tidak dapat dideteksi adanya plasmid IncHI1
multi-lokus pada S.typhi. Meskipun secara metode difusi agar diperoleh hasil 13 isolat (36,1%)
yang multiresisten obat, 4 isolat (11,1%) yang hanya resisten terhadap antibiotik amoxicillin, 6
isolat (16,7%) yang intermediat terhadap amoxicillin dan tetrasiklin dan 13 isolat (36,1%) yang
sensitif untuk semua antibiotik yang diujikan.
Kata kunci : Plasmid IncHI1, Salmonella typhi, Resistensi obat
Abstract
This study aimed to detect the presence of IncHI1 plasmid multi-locus on S.typhi grouped into
(group I and II) were resistant to the antibiotic ampicillin, amoxicillin, chloramphenicol,
tetracycline, and ciprofloxacin sulfametoxasol isolated from patients with typhoid fever in
Makassar. And also find out the relationship between the presence of certain antibiotic resistance
plasmid IncHI1 multi-locus on S.typhi. The design of this study is diagnostic. The number of
samples used were 36 isolates. Tests on antibiotic resistance carried by the agar diffusion method
and to detect multi-locus plasmid IncHI1 used multiplex-PCR. Based on these results, it can be
concluded that in certain populations (especially research) in Makassar not detected IncHI1
plasmid multi-locus on S.typhi. Although diffusion method in order to obtain results of 13 isolates
(36.1%) were drug multiresisten, 4 isolates (11.1%) were only resistant to the antibiotic
amoxicillin, 6 isolates (16.7%) were intermediate to amoxicillin and tetracycline and 13 isolates
(36,1%) were sensitive to all antibiotics tested.
Keywords: Plasmid IncHI1, Salmonella typhi, drug resistance
PENDAHULUAN
Demam tifoid atau typhoid fever merupakan penyakit infeksi dan menjadi
masalah serius di dunia. Di Indonesia penyakit ini adalah suatu penyakit endemis
dengan angka kejadian termasuk yang tertinggi, yaitu antara 358-810/100.000
penduduk/tahun. Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella typhi yaitu bakteri
enterik gram negatif, dan bersifat patogen pada manusia (Nurtjayani, 2007). Di
Sulawesi Selatan, penderita demam tifoid memperlihatkan peningkatan, dari tahun
1990 terdapat 8.528 penderita menjadi 24.405 penderita pada tahun 1995,
sedangkan angka kematian meningkat dari 1,80% menjadi 4,59% (Windarti dan
Hardjoeno 1998). Selama tahun 2005 di Makassar jumlah penderita demam tifoid
2210 orang dan berada pada urutan ke 5 dari 20 penyakit terbanyak penderita
rawat inap di sejumlah rumah sakit yang ada di Makassar (Karim, 2005)
Strategi pencegahan dari demam tifoid ini antara lain dengan menjaga
kebersihan air, kebersihan makanan, kebersihan pekerja, penyediaaan sanitasi
yang memadai dan vaksinasi (Bhan et al., 2005). Sedangkan untuk pengobatan,
penggunaan antibiotik dinilai paling efektif. Antibiotik yang sering digunakan
untuk terapi demam tifoid yaitu kloramfenikol, ampisilin, atau trimethoprimsulfamethoxazole (co-trimoxazole) serta antibiotik dari golongan fluoroquinolon
(ciprofloxacin, ofloxacin, dan pefloxacin) (Connor dan Schwartz, 2005; Bhan et
al., 2005).
Namun penggunaan antibiotik menyebabkan masalah baru yaitu
munculnya resistensi terutama pada pemakaian antibiotik yang tidak prosedural
dan tidak terkontrol. IncHI1 merupakan plasmid yang menyandi terjadinya
multiresisten terhadap antibiotik. Dari penelitian yang dilakukan oleh Holt et al.,
diketahui bahwa pada plasmid IncHI1 memiliki variasi yang disebabkan karena
adanya mutasi. Selain itu, juga diperoleh melalui transfer gen secara horizontal
(konjugasi) dan juga adanya transposon yang menyisip ke dalam plasmid
sehingga menyebabkan urutan nukleotida dari plasmid IncHI1 mengalami
perubahan. Adanya variasi pada plasmid IncHI1 ini menyebabkan terdapatnya
multi-lokus pada plasmid S.typhi.
Sebelum mendeteksi keberadaan plasmid IncHI1 yang multi-lokus perlu
adanya uji kepekaan antibiotik terhadap strain-strain yang diduga resisten
terhadap antibiotik tertentu. Umumnya menggunakan metode difusi (disc
diffusion) dan metode Kadar Hambat Minimal (KHM), sedangkan multipleksPCR digunakan untuk pendeteksian secara cepat dan spesifik strain-strain yang
resisten terhadap antibiotik dan dapat menggunakan lebih dari satu pasang primer
(Haque et al., 2005).
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mendeteksi adanya plasmid IncHI1
yang multi-lokus pada S.typhi yang dikelompokkan dalam (grup I dan II) yang
resisten terhadap antibiotik ampisilin, amoxicillin, kloramfenikol, tetrasiklin,
sulfametoxasol dan ciprofloxacin yang diisolasi dari penderita demam tifoid di
Makassar. Selain itu, untuk mengetahui hubungan antara resistensi antibiotik
tertentu yang menggunakan metode difusi dengan keberadaan plasmid IncHI1
yang multi-lokus pada S.typhi.
BAHAN DAN METODE
Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat diagnostik yaitu mendeteksi
keberadaan plasmid IncHI1 multi-lokus yang dikelompokkan dalam (grup I dan
II) pada S.typhi.
lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2012. Lokasi
penelitian
dilakukan di
Laboratorium Immunologi dan Biologi Molekuler,
Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar .
Populasi dan sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh sampel darah dari penderita yang
didiagnosa suspek demam tifoid yang diambil dari Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo,
RS. Ibnu Sina, Puskesmas Kassi-Kassi,
Puskesmas Dahlia,
Puskesmas Jongaya, Puskesmas Minasaupa dan Puskesmas Sudiang. Sampel
penelitian ini adalah isolat Salmonella typhi sebanyak 36 sampel.
HASIL
Gambar 9 sampai 12. Berdasarkan hasil amplifikasi multipleks-PCR
menunjukkan bahwa, DNA S.typhi yang diamplifikasi tidak terdapat plasmid
IncHI1 multi-lokus yang dikelompokkan dalam grup I dan II.
Tabel 6. Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil multipleks-PCR tidak sesuai
dengan hasil uji difusi. DNA S.typhi yang diamplifikasi tidak ditemukan plasmid
IncHI1 yang multi-lokus (grup I dan II) meskipun isolat yang digunakan terdapat
13 (36,1%) yang multiresisten terhadap antibiotik dan terdapat 4 (11,1%) yang
resisten terhadap antibiotik.
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, untuk uji difusi menunjukkan telah terjadi resistensi
obat
terhadap
ampisilin,
amoxicillin,
kloramfenikol,
tetrasiklin
dan
sulfametoxasol. Adapun perbedaan hasil, dapat disebabkan karena adanya jenis
plasmid lain yang berada pada DNA S.typhi seperti pHCM1. Diketahui pHCM1
ini juga dapat menyandi terjadinya resistensi obat pada antibiotik golongan betalaktam (ampisilin), golongan sulfonamida (sulfametoxasol) dan streptomisin (Duy
et al., 2007).
Resistensi yang terjadi, juga dapat disebabkan keberadaan gen resisten lain
yang berada pada daerah kromosom seperti gen resisten tem-1 yang menyandi
terjadinya resistensi pada ampisilin, gen resisten sul2 yang menyandi terjadinya
resistensi pada sulfametoxasol, gen resisten cat-p yang menyandi resistensi pada
kloramfenikol dan gen resisten tet yang menyandi terjadinya resistensi pada
tetrasiklin (Duy et al., 2007)
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
pada populasi tertentu (khususnya penelitian ini) di Makassar tidak dapat
dideteksi adanya plasmid IncHI1 multi-lokus pada S.typhi.
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan cara menambah jumlah
sampel sehingga dapat diperoleh data yang lebih signifikan dan juga memisahkan
primer antara grup I dan II.
DAFTAR PUSTAKA
Bhan, M K., Bahl, R., Bhatnagar S. (2005). Typhoid and Paratyphoid Fever.
Lancet 2005; 366, halaman: 749–62.
Connor, B. A., Schwartz, E. (2005). Typhoid and Paratyphoid Fever in Travelers.
Lancet Infect Dis 2005; 5, halaman 623–628.
Duy phan, Nicholas R. Thomson, John Wain, Satheesh Nair, Rumina Hasan,
Zulfiqar A.Butta, Michael A.Quail, Halina Norbertczak, Danielle
Walker, Gordon Dougan, Julian Parkhill, (2007). Multidrug-resistant
Salmonella enteric Serovar Paratyphi A Harbour IncHI1 Plasmid
Similar to those Found in Serovar Typhi. Welcome Trust Genome
Campus, Hinxton, Cambridge.
Haque, A., Haque, A., Sarwar, Y., Ali, A., Bashir, S., Tariq, A., Mohsin, M.
(2005). Identification Of Drug Resistance Genes In Clinical Isolates Of
Salmonella Typhi For Development Of Diagnostic Multiplex PCR, Pak
J. Med. Sci. 2005. Vol. 21 No. 4, halaman 402 – 407
Karim, A. (2005). Analysis of Culture, Resistance and Polymerase Chain reaction
Tests Of Salmonella typhi On Children Suspected To Typhoid Fever In
DR. Wahidin Sudirohusodo Hospital in Makassar. Thesis Hasanuddin
University, Makassar.
Nurtjahyani, D., (2007). Studi Biologi Molekuler Resistensi Salmonella typhi
Terhadap Cloramfenikol. Post Graduate Airlangga University, halaman
1-2 (diakses tanggal 29 Mei 2012)
Windarti, dan Hardjoeno. (1998) Sensifitas Hasil Pemeriksaan Gall Kultur pada
Penderita Demam Tifoid di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Bagian
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin, Kumpulan
Makalah Pertemuan Ilmiah Berkala (PIB) X; 341-344.
Gambar 9. Hasil elektroforesis produk PCR 12 sampel isolat S.typhi
Gambar 10. Hasil elektroforesis produk PCR 3 sampel isolat S.typhi
Gambar 11. Hasil elektroforesis produk PCR 12 sampel isolat S.typhi
Gambar 12. Hasil elektroforesis 9 sampel sensitif terhadap antibiotik
Tabel 6. Persentase hasil Uji Difusi dan metode Multipleks-PCR
Metode Difusi Agar (Disc Diffusion)
MDR
n=36
Sensitif
n=36
Resisten
n=36
Intermediat
n=36
13 (36,1%)
13 (36,1%)
4 (11,1%)
6 (16,7%)
Multipleks PCR (Plasmid
IncHI1 Multi-lokus)
Grup I
Grup II
0 (0%)
0 (0%)
Download