MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No. 5 Tahun 2016 ISSN : 2301-9085 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE IMPROVE DAN METODE KONVENSIONAL PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINIER SATU VARIABEL DI KELAS VII SMP NEGERI 5 SIDOARJO Dita Nilamsari Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : [email protected] Ika Kurniasari Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : [email protected] Abstrak IMPROVE merupakan akronim yang mempresentasikan semua tahap dalam metode tersebut, yaitu Introducing the new concept, Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulties, Obtaning mastery, Verification, dan Enrichment. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih baik daripada metode konvensional. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMP Negeri 5 Sidoarjo. Dalam penelitian ini memilih dua sampel yang dipilih secara acak menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Sampel yang terpilih yaitu kelas VII-4 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-8 sebagai kelas kontrol. Instrumen dalam penelitian ini yaitu lembar tes pemecahan masalah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes di akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh rata-rata kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen sebesar 66 dan rata-rata kemampuan pemecahan masalah kelas kontrol sebesar 50,22. Dari perhitungan dengan menggunakan uji t satu pihak diperoleh π‘βππ‘π’ππ ≥ π‘π‘ππππ yaitu 7,46 ≥ 1,67 sehingga π»0 ditolak atau π»1 diterima. Maka peneliti mengambil simpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih baik dari pada metode konvensional. Kata kunci: Metode IMPROVE, Metode Konvensional, Kemampuan Pemecahan Masalah. Abstract IMPROVE is an acronym that represents every stage of the method, namely Introducing the new concept, Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulties, Obtaning mastery, Verification, dan Enrichment. The purpose of this research is to figure out students’ improvement in problem solving skill after being taught by using IMPROVE method in compared to conventional methods. This research belongs to an experimental research. In this research, there were two samples randomly selected using Cluster Random Sampling technique. The selected samples were Class 7th-4 was used as the experimental group and 7th-8 was used as a control group. Instruments used in this research were problem-solving test sheets. Data were collected by using test method at the end of the lesson. Based on the results and discussion, gained an average of experimental class problem-solving abilities by 66 and the average problem-solving ability control class is 50.22. It need t variable to determine π‘πππ’ππ‘πππ ≥ π‘π‘ππππ which resulted 7,46 ≥ 1,67, it means π»0 was not or π»1 was accepted. Then the researchers to conclude that the problem solving ability of students who are taught by the IMPROVE method is better than the conventional method of content one variable linear inequality. Keyword: IMPROVE Methods, Conventional Methods, Problem Solving Ability Volume 3 No. 5 Tahun 2016 matematika bertujuan agar siswa dapat memiliki beberapa kemampuan, yakni kemampuan untuk mengolah dan menjelaskan keterkaitan antar bilangan-bilangan, bernalar, pemecahan masalah, dan mengkomunikasikan informasi secara matematis sehingga siswa dapat menguasai atau memahami konsep-konsep matematika dengan baik. Salah satu kemampuan yang tercakup dalam tujuan pembelajaran matematika adalah pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah tidak hanya diperlukan untuk menyelesaikan masalah dalam matematika, akan tetapi juga diperlukan siswa untuk menyelesaikan masalah yang mereka alami dalam kehidupan sehari- hari. Secara umum, pemecahan masalah dapat didefinisikan sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai (Polya, 1973). Agar dapat memecahkan masalah matematika dengan benar, maka seharusnya siswa menerapkan empat langkah mudah dalam memecahkan masalah matematika yang dimulai dengan memahami masalah, merencanakan pemecahannya, menyelesaikan masalah, dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Begitu pula dengan kesuksesan seseorang dalam memecahkaan masalah sangat tergantung pada kesadarannya tentang apa yang mereka ketahui dan bagaimana dia melakukannya. Sampai sekarang siswa masih sulit untuk menguasai konsep dan prinsip dalam menyelesaikan masalah matematika. Konsep dan prinsip yang tidak dikuasai tersebut mengakibatkan siswa tidak memiliki keterampilan dalam menyelesaikan masalah matematika dengan baik. Pembelajaran yang sering digunakan pada umumnya yaitu pembelajaran konvensional. Dimana pembelajaran berpusat pada guru, dan guru menjadi sumber utama pengetahuan. Pembelajaran hanya berlangsung satu arah saja, sehingga siswa menjadi kurang aktif dan terkadang konsentrasi siswa terpecah pada saat pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar siswa menjadi terbatas pada mengingat informasi, mengungkap kembali apa yang telah dikuasainya, dan bertanya kepada guru tentang bahan pelajaran yang belum dipahami. Pembelajaran seperti ini terkesan kurang bermakna dan membatasi pemikiran siswa. Siswa PENDAHULUAN Salah satu yang menjadi peranan penting dalam masyarakat adalah pendidikan. Jika pendidikan dalam negara kualitasnya baik, maka negara tersebut akan menjadi negara yang maju. Dengan mengenyam pendidikan yang layak, seseorang dapat mengembangkan pengetahuan atau intelektual serta membentuk watak dan sikap ke arah yang positif. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan selalu mengalami pembaharuan untuk mencapai suatu keberhasilan. Keberhasilan suatu pendidikan tak luput dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, diantaranya guru sebagai pendidik, siswa, serta kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Guru sebagai pendidik sangat memegang peranan penting bagi keberhasilan peserta didik dalam menerima pendidikan di sekolah. Guru mempunyai kewajiban untuk menumbuhkan semangat dan antusias belajar siswa pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Untuk itu, guru harus merencanakan dengan baik metode, strategi maupun model pembelajaran yang cocok untuk digunakan sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai. Pembelajaran menurut Uno (2006: 6) adalah kegiatan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswa dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu pembelajaran yang sulit menurut siswa adalah pembelajaran matematika. Sejauh ini siswa selalu berfikir bahwa matematika merupakan pelajaran yang menakutkan. Mereka menyebut itu atas dasar bahwa matematika selalu berhubungan dengan berbagai macam rumus yang membuat siswa merasa sulit ketika memahaminya. Matematika adalah ilmu yang berhubungan dengan ide, konsep abstrak, dan penalaran deduktif yang tersusun secara hierarki (Hudojo, 1990). Matematika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan ilmu tentang prosedur operasional yang digunakan dalam pemecahan masalah. Melalui pembelajaran matematika, siswa dapat melatih kemampuan yang dimiliki secara terus-menerus sehingga semakin lama semakin berkembang. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 yang diamanatkan oleh kurikulum (Depdiknas, 2013), pembelajaran 123 Volume 3 No. 5 Tahun 2016 tidak bisa mengeksplorasi ide-idenya karena telah terpaku pada pola pengerjaan jawaban guru dan menganggapnya sebagai satu-satunya jawaban yang benar. Pada akhirnya, siswa akan sangat tergantung pada guru, lebih-lebih dalam memecahkan masalah yang kompleks. Dengan demikian maka peneliti memilih suatu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan teori kontruktivis dan pembelajaran berpusat pada siswa, siswa aktif dalam pembelajaran dan menemukan sendiri suatu konsep serta menekankan aktivitas metakognisi pada siswa. Sehingga siswa dapat melatih kemampuan yang dimiliki khususnya kemampuan pemecahan masalah adalah metode IMPROVE. Kramarski dan Mevarech menyatakan bahwa IMPROVE merupakan akronim yang mempresentasikan semua tahap dalam metode tersebut, yaitu Introducing the new concenpts, Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulties, Obtaning mastery, Verification, dan Enrichment (Huda, 2013). Pada pembelajaran dengan metode IMPROVE, siswa disituasikan untuk belajar kelompok dengan menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang heterogen. Situasi belajar berkelompok yang heterogen dapat menonjolkan interaksi antar siswa, seperti tanya jawab, tukar pendapat, dan debat antar siswa. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi aktif dalam pembelajaran. Pada saat siswa menyelesaikan masalah, guru membimbing siswa melakukan aktivitas metakognisi. Aktivitas metakognisi yang dilakukan siswa dibimbing oleh guru dengan memberikan sebuah pertanyaan metakognisi, dimana pertanyaan metakognisi berguna untuk mendorong siswa menentukan langkah-langkah dalam memecahkan permasalahan yang diberikan. Pertanyaan metakognisi meliputi: pertanyaan pemahaman, pertanyaan strategi, pertanyaan koneksi, dan pertanyaan refleksi. Melalui pertanyaan metakognisi tersebut siswa dapat menemukan sendiri suatu konsep, dan siswa akan menyelesaikan permasalahan secara mandiri tanpa menerima bantuan dari guru. Sehingga siswa dapat melatih kemampuan pemecahan masalah yang mereka miliki dan dapat memecahkan masalah dengan mudah. Pada materi pertidaksamaan linier satu variabel terdapat pada permasalahan di kehidupan sehari-hari misalnya pada masalah kontruksi bangunan. Untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan pertidaksamaan tidak hanya dengan mengakulasi suatu pertidaksamaan saja, sebelumnya siswa diminta untuk menyajikan permasalahan tersebut ke dalam model matematika terlebih dahulu. Untuk menentukan himpunan penyelesaiannya siswa perlu memahami sifat-sifat pertidaksamaan serta karakteristik bentuk-bentuk pada pertidaksamaan. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja aktif dari siswa untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan pada pertidaksamaan guna membangun pengetahuan mereka sendiri ketika menyelesaikan masalah tersebut. Sehingga sesuai dengan menggunakan pembelajaran dengan metode IMPROVE. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti berkeinginan untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Diajar dengan Metode IMPROVE dan Metode Konvensional Pada Materi Pertidaksamaan Linier Satu Variabel di kelas VII SMP Negeri 5 Sidoarjo” Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih baik daripada metode konvensional pada materi pertidaksamaan linier satu variabel. METODE Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen yang diberikan perlakuan terhadap populasi tertentu. Penelitian eksperimen bertujuan untuk melakukan perbandingan suatu akibat perlakuan tertentu dengan suatu perlakuan lain yang berbeda atau dengan yang tanpa perlakuan (Siswono, 2010).Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMP Negeri 5 Sidoarjo. Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Dalam penelitian ini 124 Volume 3 No. 5 Tahun 2016 random yang dilakukan oleh peneliti adalah random kelas. Terpilih dua kelas yang menjadi sampel dalam penelitian ini antara lain kelas VII-4 sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan metode IMPROVE dan kelas VII-8 sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan metode konvensional. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Perbandingan Kelompok Statik (the static group comparation desain) (Siswono, 2010:56). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas yang terdiri dari metode IMPROVE dan metode konvensional dan variabel terikat terdiri dari kemampuan pemecahan masalah siswa pada akhir pembelajaran. Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar tes pemecahan masalah. Tes pemecahan masalah yang dibuat berupa soal berbentuk uraian terdiri dari empat soal tentang materi pertidaksamaan linier satu variabel.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Metode tes digunakan untuk memperoleh data berupa skor hasil tes pemecahan masalah pada materi pertidaksamaan linier satu variabel. Teknik analasis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu uji kesamaan dua rata-rata. syarat untuk dapat menggunakan uji kesamaan dua rata-rata adalah sampel berdistribusi normal dan kedua sampel mempunyai varians yang homogen. a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahi apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Kuadrat. Adapun langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan skor maksimum dan minimum dari masing-masing kelas 2) Menentukan Rentangan (R) yaitu: π = πππππ − ππππ 3) Menentukan banyak kelas (BK) π΅πΎ = 1 + 3,3 log π , dengan n banyak siswa 4) Menentukan panjang kelas (P) π= π π΅πΎ 6) Menghitung rata-rata (π₯Μ ) dengan rumus: π₯Μ = ∑ ππ₯π π Menghitung simpangan baku (s) dengan rumus π ∑ ππ₯π 2 − (∑ ππ₯π )2 π =√ π(π − 1) 7) Membuat tabel frekuensi harapan dan pengamatan. Langkah-langkah yang ditempuh: a) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor kanan kelas interval ditambah 0,5 b) Menghitung besarnya bilangan baku untuk tiap-tiap kelas interval dengan rumus: ππ = π₯π −πΜ π , untuk i= 1,2,3,4,……,n Keterangan: (Riduwan, 2010: 189) ππ = bilangan baku π₯π = batas kelas pada tiap-tiap kelas interval π = simpangan baku c) Mencari luas 0-Z dari tabel kurfa normal d) Menghitung luas tiap kelas interval (L) e) Menghitung frekuensi yang diharapkan (πΈπ ) dengan cara mengalikan luas tiap kelas interval dengan jumlah responden. πΈπ = πΏ × π Keterangan: πΈπ = frekuensi yang diharapkan πΏ= luas tian kelas interval n= banyak data 8) Menentukan nilai ο£2 dengan teknik analisis uji Chi-Kuadrat dengan rumus: π ο£ =∑ 2 π=1 (ππ − πΈπ )2 πΈπ 9) Menentukan taraf signifikan πΌ = 0,05 10) Mencari nilai ο£2 (πΌ)(π − 1) dari daftar ChiKuadrat 11) Menentukan kriteria pengujian hipotesis: π»0 diterima jika ο£2 βππ‘π’ππ < ο£2 (πΌ)(π − 1), maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. π»0 ditolak jika ο£2 βππ‘π’ππ ≥ ο£2 (πΌ)(π − 1), maka (Riduwan, 2010: 188) sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. 5) Membuat daftar distribusi frekuensi untuk masing-masing kelas. 125 Volume 3 No. 5 Tahun 2016 12) Menarik kesimpulan. b. Uji Homogenitas Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji homogenitas antara lain sebagai berikut. 1. Merumuskan hipotesis statistik π»0 : π1 2 = π2 2 : varians sampel homogen π»1 : π1 2 ≠ π2 2 : varians sampel tidak homogen. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut Tolak π»0 hanya jika πΉβππ‘π’ππ ≥ πΉπ‘ππππ yang π 2 = π =√ b) Jika π‘′ = 2 c. 1 2 nilai tabel kelas berdistribusi 1 1 + π1 π2 2 π π 2 √( 1 )+( 2 ) (Sudjana, 1996: 241) π2 π»0 ditolak jika π‘ ≥ π€1 π‘1 +π€2 π‘2 π€1 +π€2 π€1 π‘1 +π€2 π‘2 π€1 +π€2 π 1 2 π€1 = , π‘ = π‘(1−πΌ),(π1−1) π1 1 π 2 2 π€2 = , π‘ = π‘(1−πΌ),(π2−1) π2 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan judul perbandingan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE dan metode konvensional pada materi pertidaksaman linier satu variabel dilakukan di SMP Negeri 5 Sidoarjo pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 yaitu pada tanggal 21 maret 2016 sampai 29 maret 2016. Data Hasil Tes Pemecahan Masalah. Data Tes Pemecahan Masalah dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yaitu berupa skor tes pemecahan masalah yang diperoleh siswa dari kelas VII-4 sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan metode IMPROVE dan normal digunakan Μ π₯Μ Μ Μ −π₯ 1 Μ Μ Μ Μ 2 Μ Μ Μ Μ Μ Μ 2Μ π₯1Μ −π₯ π»0 diterima jika π‘ < dengan kriteria dengan varians homogen, rumus yang π‘′ = normal Dengan ππ = (π1 + π2 − 2) 2. Jika π1 ≠ π2 πππ π π‘ππππ πππππ‘πβπ’π ππ = (π1 + π2 − 2) π»1 : π1 > π2 kedua berdistribusi π»0 ditolak jika π‘ ≥ π‘(1−πΌ)ππ pengujian dan menyimpulkannya. Uji Kesamaan Dua Rata-rata (uji satu pihak) Uji satu pihak untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih baik daripada metode konvensional. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: Hipotesis statistik yang diuji adalah: π»0 : π1 = π2 a) Jika kelas Keterangan: π₯1 Μ Μ Μ =skor rata-rata siswa pada kelas eksperimen π₯2 skor rata-rata siswa pada kelas kontrol Μ Μ Μ = π1 = banyak siswa pada kelas eksperimen π2 = banyak siswa pada kelas kontrol S= simpangan baku gabungan antara kelas eksperimen dan kontrol π 1 = simpangan baku pada kelas eksperimen π 2 = simpangan baku pada kelas kontrol. c) Menentukan kriteria π»0 1. Jika π1 = π2 πππ π π‘ππππ πππππ‘πβπ’π π»0 diterima jika π‘ < π‘(1−πΌ)ππ (Sudjana, 1996: 250) πΉβππ‘π’ππ sesuai kedua π1 π£ππππππ π‘πππππ ππ π£ππππππ π‘πππππππ π1 +π2 −2 digunakan varians kedua sampel homogen. 2. Menentukan taraf signifikan πΌ = 0,1 3. Mencari varians dari nilai tes pemecahan masalah masing-masing kelas 4. mencari derajat kebebasan pembilang dan penyebut dengan rumus sebagai berikut. π1 = π1 − 1 πππ π2 = π2 − 1 Keterangan: π1 : derajat kebebasan pembilang π2 : derajat kebebasan penyebut π1 : banyak data dari kelas eksperimen π2 : banyak data dari kelas kontrol 5. Mencari F dengan menggunakan rumus 6. Membandingkan πΉ1πΌ(π .π ) pada (π1 −1)π 1 2 +(π2 −1)π 2 2 dengan varians tidak homogen, rumus yang berarti varians kedua sampel tidak homogen. Terima π»0 jika πΉβππ‘π’ππ < πΉπ‘ππππ yang berarti πΉβππ‘π’ππ = (π1 − 1)π 1 2 + (π2 − 1)π 2 2 π1 + π2 − 2 (Sudjana, 1996: 239) π √ Dengan rumus varians gabungan 126 Volume 3 No. 5 Tahun 2016 kelas VII-8 sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan metode konvensional. Berikut disajikan hasil skor tes pemecahan masalah pada materi pertidaksamaan linier satu variabel dari kelas VII-4 dan kelas VII-8. Tabel 1. Skor Tes Pemecahan Masalah Kelas VII-4 Kode siswa S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 Skor 57 63 56 57 55 79 54 63 76 66 Kode siswa S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 Skor 56 68 59 54 56 78 79 61 59 73 Kode siswa S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 diperoleh rata-rata nilai seluruh siswa sebesar 66. Sedangkan dari data skor tes pemecahan masalah siswa kelas VII-8 sebagai kelas kontrol diperoleh rata-rata nilai seluruh siswa sebesar 50,22. Jika dilihat besar rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata kelas kontrol. Untuk membandingkan kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh dari hasil tes pemecahan masalah antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol secara statistik dapat digunakan dengan uji t satu pihak. Maka akan dilakukan perhitungan dan memperoleh hasil sebagai berikut: Skor 70 72 65 83 66 70 71 62 74 74 a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Tabel 4. Data Uji Normalitas Chi-Kuadrat Tabel 2. Skor Tes Pemecahan Masalah Kelas VII-8 Kode siswa Skor Kode siswa Skor Kode siswa Skor S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 58 51 56 58 62 58 45 54 51 38 35 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 42 64 49 63 35 44 45 43 44 55 44 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 49 58 62 37 49 50 52 64 50 Nilai Maksimum siswa Kelas kontrol 64 Nilai Minimum 54 35 Μ ) Rata-rata (πΏ 66 50,22 Simpangan Baku (s) 8,6 8,3 ο£π ππππππ 8,186 4,04 ο£π πππππ 11,070 11,070 Kesimpulan Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdasarkan perhitungan yang telah dirangkum dalam Tabel 4. Diperoleh rata-rata kelas eksperimen sebesar 66, sedangkan kelas kontrol sebesar 50,22. Dari nilai maskimum, nilai minimum, rata-rata dan simpangan baku yang telah diperoleh. Maka selanjutnya dapat dihitung ο£2 βππ‘π’ππ untuk dapat membandingkan Data yang diperoleh dari skor tes pemecahan masalah yang telah dijelaskan, selanjutnya dilakukan analisis pembahasan sebagai berikut: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor Tes Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen Nilai Frekuensi (ππ ) 54 – 58 8 59 – 63 6 64 – 68 4 69 – 73 5 74 – 78 4 79 – 83 3 Jumlah 30 Rata-rata 66 Kelas eksperimen 83 dengan ο£2 π‘ππππ . Kelas Kontrol Nilai Frekuensi (ππ ) 35 – 39 4 40 – 44 5 45 – 49 5 50 – 54 6 55 – 59 6 60 – 64 5 Jumlah 31 Rata-rata 50,22 Dengan menentukan πΌ sebesar 0,05 maka untuk kelas eksperimen, ο£2 βππ‘π’ππ yang diperoleh sebesar 8,186 dan ο£2 π‘ππππ diperoleh sebesar 11,070. maka berarti ο£2 βππ‘π’ππ < ο£2 (πΌ)(π − 1), yaitu 8,186 < 11,070. Sehingga π»0 diterima. Jika π»0 diterima, maka sampel dari kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelas kontrol ο£2 βππ‘π’ππ diperoleh sebesar 4,04 dan Dari data skor tes pemecahan masalah kelas VII-4 sebagai kelas eksperimen ο£2 π‘ππππ diperoleh sebesar 11,070. Maka berarti 127 Volume 3 No. 5 Tahun 2016 ο£2 βππ‘π’ππ < ο£2 (πΌ)(π − 1), yaitu 4,04 < 11,070. perbandingan antara kelas eksperimen dan kelas Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa π»0 diterima. Jika π»0 diterima, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. kontrol dilakukan uji perbandingan dua rata- b. rata sebagai berikut. Tabel 6. Data Perhitungan Uji-t Uji Homogenitas Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Tabel 5. Data Uji Homogenitas Banyak Siswa (n) Varians (π 2 ) Kelas Eksperimen 30 Banyak Siswa (n) Rata-rata (πΜ ) Varians (π 2 ) Kelas kontrol 69,24 πΉβππ‘π’ππ = 1,070 πΉπ‘ππππ = 1,85 Kesimpulan: πΉβππ‘π’ππ < πΉπ‘ππππ yaitu 1,070 < 1,85. Sehingga varians kedua sampel homogen. πΉπ‘ππππ pada tabel distribusi F dengan 31 66 50,22 74,13 69,24 Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dirangkum dalam Tabel 6, diperoleh rata-rata pada Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dirangkum dalam Tabel 5, diperoleh Varians (π 2 ) pada kelas eksperimen sebesar 74,13, sedangkan Varians (π 2 ) pada kelas kontrol sebesar 69,24. Setelah itu menghitung πΉβππ‘π’ππ dan menentukan 1 Kelas Kontrol π‘βππ‘π’ππ = 7,46 Varians gabungan (s)=8,46 π‘π‘ππππ = 1,67 Derajat kebebasan (dk)= 59 Kesimpulan π‘ ≥ π‘(1−πΌ)ππ yaitu7,46 ≥ 1,67, maka terdapat perbedaan yang signifikan 31 74,13 Kelas Eksperimen 30 kelas eksperimen sebesar 66 dan Varians (π 2 ) sebesar 74,13. Sedangkan pada kelas kontrol memiliki rata-rata sebesar 50,22 dan Varians (π 2 ) sebesar 69,24. Untuk menghitung perbandingan πΌ = 0,05, kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang dan dapat dihitung dengan rumus πΉπ‘ππππ = πΉ1πΌ(π −1,π −1) = πΉ0,05(29,30). Selanjutnya menentukan diajar dengan metode IMPROVE dan metode kriteria pengujian hipotesis yaitu bahwa π»0 diterima jika πΉβππ‘π’ππ < πΉπ‘ππππ yang berarti varians uji statistika yaitu analisis menggunakan uji-t atau 2 1 2 konvensional, maka perlu dianalisis menggunakan 2 bisa disebut uji kesamaan dua rata-rata melalui uji kedua sampel homogen. Sedangkan π»0 ditolak jika πΉβππ‘π’ππ ≥ πΉπ‘ππππ yang berarti varians kedua sampel satu pihak. Sebelum itu perlu menentukan terlebih tidak homogen. Dari hasil perhitungan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa πΉβππ‘π’ππ = 1,070 dahulu varians gabungan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil perhitungan diperoleh sedangkan πΉπ‘ππππ = 1,85. Dapat dikatakan bahwa πΉβππ‘π’ππ < πΉπ‘ππππ yaitu 1,070 < 1,85. Sehingga varians gabungan antara kelas eksperimen dan berdasarkan kriteria pengujian hipotesis menyatakan bahwa π»0 diterima, yang berarti varians kedua sampel homogen. c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata. Berdasarkan hasil yang diperoleh, kedua kelas kontrol sebesar 8,46. Selanjutnya menentukan kriteria π»0 , jika π»0 diterima jika π‘ < π‘(1−πΌ)ππ dengan ππ = (π1 + π2 − 2) maka kesimpulannya tidak ada perbedaan, tetapi jika π»0 ditolak jika π‘ ≥ π‘(1−πΌ)ππ dengan ππ = (π1 + sampel yang menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi π2 − 2) kesimpulannya ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menentukan kriteria π»0 , maka terlebih dahulu menghitung π‘βππ‘π’ππ selanjutnya yang berdistribusi normal. Begitu juga kedua sampel mempunyai langkah varians yang selanjutnya homogen. untuk Maka membandingkan dengan π‘π‘ππππ . Untuk perhitungan π‘βππ‘π’ππ sebagai berikut: melihat 128 Volume 3 No. 5 Tahun 2016 π‘′ = π √ π‘′ = 1 1 + π1 π2 π‘′ = Berdasarkan hasil dan pembahasan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan metode konvensional. Maka berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut peneliti menyarankan hendaknya guru matematika dapat menggunakan metode IMPROVE selama proses belajar matematika di kelas khususnya pada materi pertidaksamaan linier satu variabel. 66−50,22 8,46√ π‘′ = Saran Μ Μ Μ Μ Μ Μ 2Μ π₯1Μ −π₯ 1 1 + 30 31 15,78 8,46(0,25) 15,78 2,115 ′ π‘ = 7,46 Setelah diketahui nilai dari π‘βππ‘π’ππ sebesar 7,46, selanjutnya menentukan nilai dari π‘π‘ππππ . Untuk menentukan π‘π‘ππππ maka perlu menghitung derajat kebebasan (dk) dengan rumus ππ = (π1 + π2 − 2), maka diperoleh ππ sebesar 59 dan πΌ = 0,05. Sehingga nilai π‘π‘ππππ diperoleh π‘(1−πΌ)ππ = π‘(0,95)(59) = DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Gulo , W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo. Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang. Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: IKIP Malang. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002.Departemen Pendidikan Nasional Ed.3 Cet.2.jakarta: Balai Pustaka. M.B.A, Riduwan. 2006. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMP-MTS. 2013. ____________ Polya , G. 1973. How to Solve it: A New Aspect of Mathematical Method (2end ed). Princenton, NJ: Princenton University Press Riduwan, M.B.A. 2010. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Siswono , Tatag Yuli Eko. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press Siswono , Tatag Yuli Eko. 2010. Penelitian Pendidikan Matematika. Surabaya: Unesa University Press Sudjana . 1996. Metoda Statistika Edisi 6. Bandung: Tarsito. Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta 1,67. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwaπ‘βππ‘π’ππ = 7,46, sedangkan π‘π‘ππππ = 1,67. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa π‘ ≥ π‘(1−πΌ)ππ yaitu7,46 ≥ 1,67 dengan kesimpulan π»0 ditolak. Jika π»0 ditolak, maka π»1 diterima. Berdasarkan hasil hipotesis statistik yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih baik dibanding dengan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode konvensional. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh perhitungan hasil tes pemecahan masalah dari kedua sampel kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal dan keduanya mempunyai varians yang.Untuk melihat perbandingan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE dan metode konvensional dapat dianalisis dengan menggunakan uji t satu pihak yang diperoleh π‘βππ‘π’ππ sebesar 7,46, sedangkan untuk π‘π‘ππππ sebesar 1,67. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa π‘βππ‘π’ππ > π‘π‘ππππ yaitu 7,46 > 1,67 sehingga π»0 ditolak atau π»1 diterima. Maka, peneliti dapat mengambil simpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan metode konvensional pada materi pertidaksamaan linier satu variabel. 129 Volume 3 No. 5 Tahun 2016 Suherman , Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI dan IMSTEP JICA. Suharman. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progesif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara 130