PDF - Jurnal UNESA

advertisement
MATHEdunesa
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No. 5 Tahun 2016
ISSN : 2301-9085
PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE
IMPROVE DAN METODE KONVENSIONAL PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINIER SATU
VARIABEL DI KELAS VII SMP NEGERI 5 SIDOARJO
Dita Nilamsari
Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : [email protected]
Ika Kurniasari
Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : [email protected]
Abstrak
IMPROVE merupakan akronim yang mempresentasikan semua tahap dalam metode tersebut, yaitu
Introducing the new concept, Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulties,
Obtaning mastery, Verification, dan Enrichment. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih baik daripada
metode konvensional.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas
VII SMP Negeri 5 Sidoarjo. Dalam penelitian ini memilih dua sampel yang dipilih secara acak
menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Sampel yang terpilih yaitu kelas VII-4 sebagai kelas
eksperimen dan kelas VII-8 sebagai kelas kontrol. Instrumen dalam penelitian ini yaitu lembar tes
pemecahan masalah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes di akhir
pembelajaran.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh rata-rata kemampuan pemecahan masalah kelas
eksperimen sebesar 66 dan rata-rata kemampuan pemecahan masalah kelas kontrol sebesar 50,22. Dari
perhitungan dengan menggunakan uji t satu pihak diperoleh π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” ≥ π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ yaitu 7,46 ≥ 1,67 sehingga
𝐻0 ditolak atau 𝐻1 diterima. Maka peneliti mengambil simpulan bahwa kemampuan pemecahan
masalah siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih baik dari pada metode konvensional.
Kata kunci: Metode IMPROVE, Metode Konvensional, Kemampuan Pemecahan Masalah.
Abstract
IMPROVE is an acronym that represents every stage of the method, namely Introducing the new concept,
Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulties, Obtaning mastery, Verification, dan
Enrichment. The purpose of this research is to figure out students’ improvement in problem solving skill after
being taught by using IMPROVE method in compared to conventional methods.
This research belongs to an experimental research. In this research, there were two samples randomly selected
using Cluster Random Sampling technique. The selected samples were Class 7th-4 was used as the experimental
group and 7th-8 was used as a control group. Instruments used in this research were problem-solving test sheets.
Data were collected by using test method at the end of the lesson.
Based on the results and discussion, gained an average of experimental class problem-solving abilities by 66
and the average problem-solving ability control class is 50.22. It need t variable to determine π‘‘π‘π‘œπ‘’π‘›π‘‘π‘–π‘›π‘” ≥ π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘™π‘’
which resulted 7,46 ≥ 1,67, it means 𝐻0 was not or 𝐻1 was accepted. Then the researchers to conclude that the
problem solving ability of students who are taught by the IMPROVE method is better than the conventional
method of content one variable linear inequality.
Keyword: IMPROVE Methods, Conventional Methods, Problem Solving Ability
Volume 3 No. 5 Tahun 2016
matematika bertujuan agar siswa dapat memiliki
beberapa kemampuan, yakni kemampuan untuk
mengolah dan menjelaskan keterkaitan antar
bilangan-bilangan, bernalar, pemecahan masalah,
dan
mengkomunikasikan
informasi
secara
matematis sehingga siswa dapat menguasai atau
memahami konsep-konsep matematika dengan
baik. Salah satu kemampuan yang tercakup dalam
tujuan pembelajaran matematika adalah pemecahan
masalah. Kemampuan pemecahan masalah tidak
hanya diperlukan untuk menyelesaikan masalah
dalam matematika, akan tetapi juga diperlukan
siswa untuk menyelesaikan masalah yang mereka
alami dalam kehidupan sehari- hari.
Secara umum, pemecahan masalah dapat
didefinisikan sebagai suatu usaha mencari jalan
keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai suatu
tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai
(Polya, 1973). Agar dapat memecahkan masalah
matematika dengan benar, maka seharusnya siswa
menerapkan empat langkah mudah dalam
memecahkan masalah matematika yang dimulai
dengan
memahami
masalah, merencanakan
pemecahannya, menyelesaikan masalah, dan
memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Begitu
pula dengan kesuksesan seseorang dalam
memecahkaan masalah sangat tergantung pada
kesadarannya tentang apa yang mereka ketahui dan
bagaimana dia melakukannya.
Sampai sekarang siswa masih sulit untuk
menguasai
konsep
dan
prinsip
dalam
menyelesaikan masalah matematika. Konsep dan
prinsip yang tidak dikuasai tersebut mengakibatkan
siswa tidak memiliki keterampilan dalam
menyelesaikan masalah matematika dengan baik.
Pembelajaran yang sering digunakan pada
umumnya yaitu pembelajaran konvensional.
Dimana pembelajaran berpusat pada guru, dan
guru menjadi sumber utama pengetahuan.
Pembelajaran hanya berlangsung satu arah saja,
sehingga siswa menjadi kurang aktif dan terkadang
konsentrasi siswa terpecah pada saat pembelajaran
berlangsung. Aktivitas belajar siswa menjadi
terbatas pada mengingat informasi, mengungkap
kembali apa yang telah dikuasainya, dan bertanya
kepada guru tentang bahan pelajaran yang belum
dipahami. Pembelajaran seperti ini terkesan kurang
bermakna dan membatasi pemikiran siswa. Siswa
PENDAHULUAN
Salah satu yang menjadi peranan penting
dalam masyarakat adalah pendidikan. Jika
pendidikan dalam negara kualitasnya baik, maka
negara tersebut akan menjadi negara yang maju.
Dengan mengenyam pendidikan yang layak,
seseorang dapat mengembangkan pengetahuan
atau intelektual serta membentuk watak dan sikap
ke arah yang positif. Oleh karena itu dalam dunia
pendidikan selalu mengalami pembaharuan untuk
mencapai suatu keberhasilan.
Keberhasilan suatu pendidikan tak luput dari
adanya
faktor-faktor
yang
mempengaruhi,
diantaranya guru sebagai pendidik, siswa, serta
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di
sekolah. Guru sebagai pendidik sangat memegang
peranan penting bagi keberhasilan peserta didik
dalam menerima pendidikan di sekolah. Guru
mempunyai kewajiban untuk menumbuhkan
semangat dan antusias belajar siswa pada saat
pembelajaran sedang berlangsung. Untuk itu, guru
harus merencanakan dengan baik metode, strategi
maupun model pembelajaran yang cocok untuk
digunakan sehingga tujuan pembelajaran bisa
tercapai.
Pembelajaran menurut Uno (2006: 6) adalah
kegiatan usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswa dalam rangka mencapai
tujuan yang diharapkan. Salah satu pembelajaran
yang sulit menurut siswa adalah pembelajaran
matematika. Sejauh ini siswa selalu berfikir bahwa
matematika
merupakan
pelajaran
yang
menakutkan. Mereka menyebut itu atas dasar
bahwa matematika selalu berhubungan dengan
berbagai macam rumus yang membuat siswa
merasa sulit ketika memahaminya.
Matematika adalah ilmu yang berhubungan
dengan ide, konsep abstrak, dan penalaran deduktif
yang tersusun secara hierarki (Hudojo, 1990).
Matematika menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) merupakan ilmu tentang prosedur
operasional yang digunakan dalam pemecahan
masalah. Melalui pembelajaran matematika, siswa
dapat melatih kemampuan yang dimiliki secara
terus-menerus sehingga semakin lama semakin
berkembang.
Menurut
Peraturan
Menteri
Pendidikan Nasional nomor 22 yang diamanatkan
oleh kurikulum (Depdiknas, 2013), pembelajaran
123
Volume 3 No. 5 Tahun 2016
tidak bisa mengeksplorasi ide-idenya karena telah
terpaku pada pola pengerjaan jawaban guru dan
menganggapnya sebagai satu-satunya jawaban
yang benar. Pada akhirnya, siswa akan sangat
tergantung
pada
guru,
lebih-lebih
dalam
memecahkan masalah yang kompleks.
Dengan demikian maka peneliti memilih
suatu metode pembelajaran yang dapat membuat
siswa terlibat aktif pada saat pembelajaran
berlangsung.
Dimana
guru
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri. Salah satu
metode pembelajaran yang sesuai dengan teori
kontruktivis dan pembelajaran berpusat pada
siswa, siswa aktif dalam pembelajaran dan
menemukan
sendiri
suatu
konsep
serta
menekankan aktivitas metakognisi pada siswa.
Sehingga siswa dapat melatih kemampuan yang
dimiliki khususnya kemampuan pemecahan
masalah adalah metode IMPROVE.
Kramarski dan Mevarech menyatakan bahwa
IMPROVE
merupakan
akronim
yang
mempresentasikan semua tahap dalam metode
tersebut, yaitu Introducing the new concenpts,
Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and
reducing difficulties, Obtaning mastery, Verification,
dan Enrichment (Huda, 2013). Pada pembelajaran
dengan metode IMPROVE, siswa disituasikan
untuk belajar kelompok dengan menyelesaikan
masalah-masalah yang ada. Setiap kelompok terdiri
dari siswa yang heterogen. Situasi belajar
berkelompok yang heterogen dapat menonjolkan
interaksi antar siswa, seperti tanya jawab, tukar
pendapat, dan debat antar siswa. Hal tersebut
menyebabkan
siswa
menjadi
aktif
dalam
pembelajaran. Pada saat siswa menyelesaikan
masalah, guru membimbing siswa melakukan
aktivitas metakognisi. Aktivitas metakognisi yang
dilakukan siswa dibimbing oleh guru dengan
memberikan sebuah pertanyaan metakognisi,
dimana pertanyaan metakognisi berguna untuk
mendorong siswa menentukan langkah-langkah
dalam memecahkan permasalahan yang diberikan.
Pertanyaan metakognisi meliputi: pertanyaan
pemahaman, pertanyaan strategi, pertanyaan
koneksi, dan pertanyaan refleksi. Melalui
pertanyaan metakognisi tersebut siswa dapat
menemukan sendiri suatu konsep, dan siswa akan
menyelesaikan permasalahan secara mandiri tanpa
menerima bantuan dari guru. Sehingga siswa dapat
melatih kemampuan pemecahan masalah yang
mereka miliki dan dapat memecahkan masalah
dengan mudah.
Pada materi pertidaksamaan linier satu
variabel terdapat pada permasalahan di kehidupan
sehari-hari misalnya pada masalah kontruksi
bangunan. Untuk menyelesaikan permasalahan
sehari-hari yang berkaitan dengan pertidaksamaan
tidak
hanya
dengan
mengakulasi
suatu
pertidaksamaan saja, sebelumnya siswa diminta
untuk menyajikan permasalahan tersebut ke dalam
model matematika terlebih dahulu. Untuk
menentukan himpunan penyelesaiannya siswa
perlu memahami sifat-sifat pertidaksamaan serta
karakteristik bentuk-bentuk pada pertidaksamaan.
Oleh karena itu, dibutuhkan kerja aktif dari siswa
untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan
pada
pertidaksamaan
guna
membangun
pengetahuan mereka sendiri ketika menyelesaikan
masalah tersebut.
Sehingga sesuai dengan
menggunakan pembelajaran dengan metode
IMPROVE.
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan, peneliti berkeinginan untuk mengadakan
penelitian
yang
berjudul
“Perbandingan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang
Diajar dengan Metode IMPROVE dan Metode
Konvensional Pada Materi Pertidaksamaan Linier
Satu Variabel di kelas VII SMP Negeri 5 Sidoarjo”
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
dan
mendeskripsikan
apakah
kemampuan
pemecahan masalah siswa yang diajar dengan
metode IMPROVE lebih baik daripada metode
konvensional pada materi pertidaksamaan linier
satu variabel.
METODE
Penelitian
ini
termasuk
penelitian
eksperimen yang diberikan perlakuan terhadap
populasi tertentu. Penelitian eksperimen bertujuan
untuk melakukan perbandingan suatu akibat
perlakuan tertentu dengan suatu perlakuan lain
yang berbeda atau dengan yang tanpa perlakuan
(Siswono, 2010).Penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap tahun ajaran 2015/2016. Populasi
dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMP
Negeri 5 Sidoarjo. Sedangkan sampel dalam
penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
Cluster Random Sampling. Dalam penelitian ini
124
Volume 3 No. 5 Tahun 2016
random yang dilakukan oleh peneliti adalah
random kelas. Terpilih dua kelas yang menjadi
sampel dalam penelitian ini antara lain kelas VII-4
sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan
dengan metode IMPROVE dan kelas VII-8 sebagai
kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan metode
konvensional.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Perbandingan
Kelompok Statik (the static group comparation desain)
(Siswono, 2010:56). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu
variabel bebas yang terdiri dari metode IMPROVE
dan metode konvensional dan variabel terikat
terdiri dari kemampuan pemecahan masalah siswa
pada akhir pembelajaran.
Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar
tes pemecahan masalah. Tes pemecahan masalah
yang dibuat berupa soal berbentuk uraian terdiri
dari empat soal tentang materi pertidaksamaan
linier satu variabel.Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes.
Metode tes digunakan untuk memperoleh data
berupa skor hasil tes pemecahan masalah pada
materi pertidaksamaan linier satu variabel.
Teknik analasis data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu uji
kesamaan dua rata-rata. syarat untuk dapat
menggunakan uji kesamaan dua rata-rata adalah
sampel berdistribusi normal dan kedua sampel
mempunyai varians yang homogen.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahi
apakah
sampel
berasal
dari
populasi
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Chi-Kuadrat. Adapun langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menentukan skor maksimum dan minimum
dari masing-masing kelas
2) Menentukan Rentangan (R) yaitu:
𝑅 = π‘Œπ‘šπ‘Žπ‘˜π‘  − π‘Œπ‘šπ‘–π‘›
3) Menentukan banyak kelas (BK)
𝐡𝐾 = 1 + 3,3 log 𝑛 , dengan n banyak siswa
4) Menentukan panjang kelas (P)
𝑃=
𝑅
𝐡𝐾
6) Menghitung rata-rata (π‘₯Μ… ) dengan rumus:
π‘₯Μ… =
∑ 𝑓π‘₯𝑖
𝑛
Menghitung simpangan baku (s) dengan
rumus
𝑛 ∑ 𝑓π‘₯𝑖 2 − (∑ 𝑓π‘₯𝑖 )2
𝑠=√
𝑛(𝑛 − 1)
7) Membuat tabel frekuensi harapan dan
pengamatan.
Langkah-langkah yang ditempuh:
a) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor
kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5
dan kemudian angka skor kanan kelas
interval ditambah 0,5
b) Menghitung besarnya bilangan baku
untuk tiap-tiap kelas interval dengan
rumus:
𝑍𝑖 =
π‘₯𝑖 −𝑋̅
𝑠
, untuk i= 1,2,3,4,……,n
Keterangan:
(Riduwan, 2010: 189)
𝑍𝑖 = bilangan baku
π‘₯𝑖 = batas kelas pada tiap-tiap kelas
interval
𝑠= simpangan baku
c) Mencari luas 0-Z dari tabel kurfa normal
d) Menghitung luas tiap kelas interval (L)
e) Menghitung frekuensi yang diharapkan
(𝐸𝑖 ) dengan cara mengalikan luas tiap
kelas interval dengan jumlah responden.
𝐸𝑖 = 𝐿 × π‘›
Keterangan:
𝐸𝑖 = frekuensi yang diharapkan
𝐿= luas tian kelas interval
n= banyak data
8) Menentukan nilai 2 dengan teknik analisis
uji Chi-Kuadrat dengan rumus:
π‘˜
 =∑
2
𝑖=1
(𝑂𝑖 − 𝐸𝑖 )2
𝐸𝑖
9) Menentukan taraf signifikan 𝛼 = 0,05
10) Mencari nilai 2 (𝛼)(π‘˜ − 1) dari daftar ChiKuadrat
11) Menentukan kriteria pengujian hipotesis:
𝐻0 diterima jika 2 β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” < 2 (𝛼)(π‘˜ − 1),
maka sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
𝐻0 ditolak jika 2 β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” ≥ 2 (𝛼)(π‘˜ − 1), maka
(Riduwan, 2010: 188)
sampel berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal.
5) Membuat daftar distribusi frekuensi untuk
masing-masing kelas.
125
Volume 3 No. 5 Tahun 2016
12) Menarik kesimpulan.
b. Uji Homogenitas
Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji
homogenitas antara lain sebagai berikut.
1. Merumuskan hipotesis statistik
𝐻0 : 𝜎1 2 = 𝜎2 2 : varians sampel homogen
𝐻1 : 𝜎1 2 ≠ 𝜎2 2 : varians sampel tidak
homogen.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut
Tolak 𝐻0 hanya jika πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” ≥ πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ yang
𝑠2 =
𝑠=√
b) Jika
𝑑′ =
2
c.
1 2
nilai
tabel
kelas
berdistribusi
1
1
+
𝑛1 𝑛2
2
𝑆
𝑠 2
√( 1 )+( 2 )
(Sudjana, 1996: 241)
𝑛2
𝐻0 ditolak jika 𝑑 ≥
𝑀1 𝑑1 +𝑀2 𝑑2
𝑀1 +𝑀2
𝑀1 𝑑1 +𝑀2 𝑑2
𝑀1 +𝑀2
𝑠1 2
𝑀1 =
, 𝑑 = 𝑑(1−𝛼),(𝑛1−1)
𝑛1 1
𝑠2 2
𝑀2 =
, 𝑑 = 𝑑(1−𝛼),(𝑛2−1)
𝑛2 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dengan judul perbandingan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar
dengan
metode
IMPROVE
dan
metode
konvensional pada materi pertidaksaman linier satu
variabel dilakukan di SMP Negeri 5 Sidoarjo pada
semester genap tahun ajaran 2015/2016 yaitu pada
tanggal 21 maret 2016 sampai 29 maret 2016.
Data Hasil Tes Pemecahan Masalah.
Data Tes Pemecahan Masalah dalam
penelitian ini berupa data kuantitatif yaitu berupa
skor tes pemecahan masalah yang diperoleh siswa
dari kelas VII-4 sebagai kelas eksperimen yang
diberi perlakuan dengan metode IMPROVE dan
normal
digunakan
Μ…π‘₯Μ…Μ…Μ…−π‘₯
1 Μ…Μ…Μ…Μ…
2
Μ…Μ…Μ…
Μ…Μ…Μ…2Μ…
π‘₯1Μ…−π‘₯
𝐻0 diterima jika 𝑑 <
dengan
kriteria
dengan varians homogen, rumus yang
𝑑′ =
normal
Dengan π‘‘π‘˜ = (𝑛1 + 𝑛2 − 2)
2. Jika 𝜎1 ≠ 𝜎2 π‘‘π‘Žπ‘› 𝜎 π‘‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘˜ π‘‘π‘–π‘˜π‘’π‘‘π‘Žβ„Žπ‘’π‘–
π‘‘π‘˜ = (𝑛1 + 𝑛2 − 2)
𝐻1 : πœ‡1 > πœ‡2
kedua
berdistribusi
𝐻0 ditolak jika 𝑑 ≥ 𝑑(1−𝛼)π‘‘π‘˜
pengujian dan menyimpulkannya.
Uji Kesamaan Dua Rata-rata (uji satu pihak)
Uji satu pihak untuk mengetahui apakah
kemampuan pemecahan masalah siswa yang
diajar dengan metode IMPROVE lebih baik
daripada metode konvensional.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
Hipotesis statistik yang diuji adalah:
𝐻0 : πœ‡1 = πœ‡2
a) Jika
kelas
Keterangan:
π‘₯1
Μ…Μ…Μ…=skor
rata-rata siswa pada kelas
eksperimen
π‘₯2 skor rata-rata siswa pada kelas kontrol
Μ…Μ…Μ…=
𝑛1 = banyak siswa pada kelas eksperimen
𝑛2 = banyak siswa pada kelas kontrol
S= simpangan baku gabungan antara kelas
eksperimen dan kontrol
𝑠1 = simpangan baku pada kelas eksperimen
𝑠2 = simpangan baku pada kelas kontrol.
c) Menentukan kriteria 𝐻0
1. Jika 𝜎1 = 𝜎2 π‘‘π‘Žπ‘› 𝜎 π‘‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘˜ π‘‘π‘–π‘˜π‘’π‘‘π‘Žβ„Žπ‘’π‘–
𝐻0 diterima jika 𝑑 < 𝑑(1−𝛼)π‘‘π‘˜
(Sudjana, 1996: 250)
πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘”
sesuai
kedua
𝑛1
π‘£π‘Žπ‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘›π‘  π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘ π‘Žπ‘Ÿ
π‘£π‘Žπ‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘›π‘  π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘˜π‘’π‘π‘–π‘™
𝑛1 +𝑛2 −2
digunakan
varians kedua sampel homogen.
2. Menentukan taraf signifikan 𝛼 = 0,1
3. Mencari varians dari nilai tes pemecahan
masalah masing-masing kelas
4. mencari derajat kebebasan pembilang dan
penyebut dengan rumus sebagai berikut.
𝑉1 = 𝑛1 − 1 π‘‘π‘Žπ‘› 𝑉2 = 𝑛2 − 1
Keterangan:
𝑉1 : derajat kebebasan pembilang
𝑉2 : derajat kebebasan penyebut
𝑛1 : banyak data dari kelas eksperimen
𝑛2 : banyak data dari kelas kontrol
5. Mencari F dengan menggunakan rumus
6. Membandingkan
𝐹1𝛼(𝑉 .𝑉 ) pada
(𝑛1 −1)𝑠1 2 +(𝑛2 −1)𝑠2 2
dengan varians tidak homogen, rumus yang
berarti varians kedua sampel tidak
homogen.
Terima 𝐻0 jika πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” < πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ yang berarti
πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” =
(𝑛1 − 1)𝑠1 2 + (𝑛2 − 1)𝑠2 2
𝑛1 + 𝑛2 − 2
(Sudjana, 1996: 239)
𝑠√
Dengan rumus varians gabungan
126
Volume 3 No. 5 Tahun 2016
kelas VII-8 sebagai kelas kontrol yang diberi
perlakuan dengan metode konvensional. Berikut
disajikan hasil skor tes pemecahan masalah pada
materi pertidaksamaan linier satu variabel dari
kelas VII-4 dan kelas VII-8.
Tabel 1. Skor Tes Pemecahan Masalah
Kelas VII-4
Kode
siswa
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
Skor
57
63
56
57
55
79
54
63
76
66
Kode
siswa
S11
S12
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19
S20
Skor
56
68
59
54
56
78
79
61
59
73
Kode
siswa
S21
S22
S23
S24
S25
S26
S27
S28
S29
S30
diperoleh rata-rata nilai seluruh siswa sebesar 66.
Sedangkan dari data skor tes pemecahan masalah
siswa kelas VII-8 sebagai kelas kontrol diperoleh
rata-rata nilai seluruh siswa sebesar 50,22. Jika
dilihat besar rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi
dari pada rata-rata kelas kontrol. Untuk
membandingkan kemampuan pemecahan masalah
yang diperoleh dari hasil tes pemecahan masalah
antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
secara statistik dapat digunakan dengan uji t satu
pihak. Maka akan dilakukan perhitungan dan
memperoleh hasil sebagai berikut:
Skor
70
72
65
83
66
70
71
62
74
74
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui
apakah
sampel
berasal
dari
populasi
berdistribusi normal atau tidak.
Tabel 4. Data Uji Normalitas Chi-Kuadrat
Tabel 2. Skor Tes Pemecahan Masalah
Kelas VII-8
Kode
siswa
Skor
Kode
siswa
Skor
Kode
siswa
Skor
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
58
51
56
58
62
58
45
54
51
38
35
S12
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19
S20
S21
S22
42
64
49
63
35
44
45
43
44
55
44
S23
S24
S25
S26
S27
S28
S29
S30
S31
49
58
62
37
49
50
52
64
50
Nilai Maksimum
siswa
Kelas kontrol
64
Nilai Minimum
54
35
Μ…)
Rata-rata (𝑿
66
50,22
Simpangan Baku
(s)
8,6
8,3
𝟐 π’‰π’Šπ’•π’–π’π’ˆ
8,186
4,04
𝟐 𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍
11,070
11,070
Kesimpulan
Berdistribusi
Normal
Berdistribusi
Normal
Berdasarkan perhitungan yang telah
dirangkum dalam Tabel 4. Diperoleh rata-rata
kelas eksperimen sebesar 66, sedangkan kelas
kontrol sebesar 50,22. Dari nilai maskimum, nilai
minimum, rata-rata dan simpangan baku yang
telah diperoleh. Maka selanjutnya dapat
dihitung 2 β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” untuk dapat membandingkan
Data yang diperoleh dari skor tes
pemecahan masalah yang telah dijelaskan,
selanjutnya dilakukan analisis pembahasan sebagai
berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor Tes
Pemecahan Masalah
Kelas Eksperimen
Nilai
Frekuensi
(π’‡π’Š )
54 – 58
8
59 – 63
6
64 – 68
4
69 – 73
5
74 – 78
4
79 – 83
3
Jumlah
30
Rata-rata
66
Kelas
eksperimen
83
dengan 2 π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ .
Kelas Kontrol
Nilai
Frekuensi
(π’‡π’Š )
35 – 39
4
40 – 44
5
45 – 49
5
50 – 54
6
55 – 59
6
60 – 64
5
Jumlah
31
Rata-rata
50,22
Dengan menentukan 𝛼 sebesar 0,05
maka untuk kelas eksperimen, 2 β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” yang
diperoleh sebesar 8,186 dan 2 π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ diperoleh
sebesar
11,070.
maka
berarti
2 β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” <
2 (𝛼)(π‘˜ − 1), yaitu 8,186 < 11,070. Sehingga 𝐻0
diterima. Jika 𝐻0 diterima, maka sampel dari
kelas eksperimen berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelas
kontrol 2 β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” diperoleh sebesar 4,04 dan
Dari data skor tes pemecahan masalah
kelas VII-4 sebagai kelas eksperimen
2 π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ diperoleh sebesar 11,070. Maka berarti
127
Volume 3 No. 5 Tahun 2016
2 β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” < 2 (𝛼)(π‘˜ − 1),
yaitu
4,04 < 11,070.
perbandingan antara kelas eksperimen dan kelas
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diambil
kesimpulan bahwa 𝐻0 diterima. Jika 𝐻0 diterima,
maka sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
kontrol dilakukan uji perbandingan dua rata-
b.
rata sebagai berikut.
Tabel 6. Data Perhitungan Uji-t
Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians digunakan untuk
mengetahui
apakah
kedua
sampel
mempunyai varians yang homogen atau
tidak.
Tabel 5. Data Uji Homogenitas
Banyak Siswa
(n)
Varians (𝑠 2 )
Kelas
Eksperimen
30
Banyak Siswa
(n)
Rata-rata (𝑋̅ )
Varians (𝑠 2 )
Kelas kontrol
69,24
πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” = 1,070
πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ = 1,85
Kesimpulan: πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” < πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ yaitu 1,070 < 1,85.
Sehingga varians kedua sampel homogen.
πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ pada tabel distribusi F dengan
31
66
50,22
74,13
69,24
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah
dirangkum dalam Tabel 6, diperoleh rata-rata pada
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah
dirangkum dalam Tabel 5, diperoleh Varians (𝑠 2 )
pada kelas eksperimen sebesar 74,13, sedangkan
Varians (𝑠 2 ) pada kelas kontrol sebesar 69,24.
Setelah itu menghitung πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” dan menentukan
1
Kelas Kontrol
π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” = 7,46
Varians
gabungan
(s)=8,46
π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ = 1,67
Derajat kebebasan (dk)=
59
Kesimpulan 𝑑 ≥ 𝑑(1−𝛼)π‘‘π‘˜ yaitu7,46 ≥ 1,67, maka
terdapat perbedaan yang signifikan
31
74,13
Kelas
Eksperimen
30
kelas eksperimen sebesar 66 dan Varians (𝑠 2 )
sebesar 74,13. Sedangkan pada kelas kontrol
memiliki rata-rata sebesar 50,22 dan Varians (𝑠 2 )
sebesar 69,24. Untuk menghitung perbandingan
𝛼 = 0,05,
kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang
dan dapat dihitung dengan rumus πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ =
𝐹1𝛼(𝑛 −1,𝑛 −1) = 𝐹0,05(29,30). Selanjutnya menentukan
diajar dengan metode IMPROVE dan metode
kriteria pengujian hipotesis yaitu bahwa 𝐻0
diterima jika πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” < πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ yang berarti varians
uji statistika yaitu analisis menggunakan uji-t atau
2
1
2
konvensional, maka perlu dianalisis menggunakan
2
bisa disebut uji kesamaan dua rata-rata melalui uji
kedua sampel homogen. Sedangkan 𝐻0 ditolak jika
πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” ≥ πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ yang berarti varians kedua sampel
satu pihak. Sebelum itu perlu menentukan terlebih
tidak homogen. Dari hasil perhitungan yang
diperoleh, dapat dilihat bahwa πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” = 1,070
dahulu varians gabungan antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Dari hasil perhitungan diperoleh
sedangkan πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ = 1,85. Dapat dikatakan bahwa
πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” < πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™
yaitu 1,070 < 1,85. Sehingga
varians gabungan antara kelas eksperimen dan
berdasarkan
kriteria
pengujian
hipotesis
menyatakan bahwa 𝐻0 diterima, yang berarti
varians kedua sampel homogen.
c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, kedua
kelas kontrol sebesar 8,46.
Selanjutnya menentukan kriteria 𝐻0 , jika 𝐻0
diterima jika 𝑑 < 𝑑(1−𝛼)π‘‘π‘˜ dengan π‘‘π‘˜ = (𝑛1 + 𝑛2 − 2)
maka kesimpulannya tidak ada perbedaan, tetapi
jika 𝐻0 ditolak jika 𝑑 ≥ 𝑑(1−𝛼)π‘‘π‘˜ dengan π‘‘π‘˜ = (𝑛1 +
sampel yang menjadi kelas eksperimen dan
kelas
kontrol
berasal
dari
populasi
𝑛2 − 2) kesimpulannya ada perbedaan yang
signifikan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Untuk menentukan kriteria 𝐻0 , maka
terlebih dahulu menghitung π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” selanjutnya
yang
berdistribusi normal. Begitu juga kedua sampel
mempunyai
langkah
varians
yang
selanjutnya
homogen.
untuk
Maka
membandingkan dengan π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ . Untuk perhitungan
π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” sebagai berikut:
melihat
128
Volume 3 No. 5 Tahun 2016
𝑑′ =
𝑠√
𝑑′ =
1
1
+
𝑛1 𝑛2
𝑑′ =
Berdasarkan hasil dan pembahasan bahwa
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar
dengan metode IMPROVE lebih baik dari pada
siswa yang diajar dengan metode konvensional.
Maka berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut
peneliti menyarankan hendaknya guru matematika
dapat menggunakan metode IMPROVE selama
proses belajar matematika di kelas khususnya pada
materi pertidaksamaan linier satu variabel.
66−50,22
8,46√
𝑑′ =
Saran
Μ…Μ…Μ…
Μ…Μ…Μ…2Μ…
π‘₯1Μ…−π‘₯
1 1
+
30 31
15,78
8,46(0,25)
15,78
2,115
′
𝑑 = 7,46
Setelah diketahui nilai dari π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” sebesar
7,46, selanjutnya menentukan nilai dari π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ .
Untuk menentukan π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ maka perlu menghitung
derajat kebebasan (dk) dengan rumus π‘‘π‘˜ = (𝑛1 +
𝑛2 − 2), maka diperoleh π‘‘π‘˜ sebesar 59 dan 𝛼 = 0,05.
Sehingga nilai π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ diperoleh 𝑑(1−𝛼)π‘‘π‘˜ = 𝑑(0,95)(59) =
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Gulo , W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Grasindo.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan
Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar
Matematika. Malang: IKIP Malang.
Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran Matematika. Malang: IKIP
Malang.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002.Departemen
Pendidikan Nasional Ed.3 Cet.2.jakarta: Balai
Pustaka.
M.B.A, Riduwan. 2006. Dasar-dasar Statistika.
Bandung: Alfabeta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2013 tentang
Kurikulum SMP-MTS. 2013. ____________
Polya , G. 1973. How to Solve it: A New Aspect of
Mathematical Method (2end ed). Princenton,
NJ: Princenton University Press
Riduwan, M.B.A. 2010. Dasar-dasar Statistika.
Bandung: Alfabeta.
Siswono , Tatag Yuli Eko. 2008. Model Pembelajaran
Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan
Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif.
Surabaya:
Unesa
University Press
Siswono , Tatag Yuli Eko. 2010. Penelitian Pendidikan
Matematika. Surabaya: Unesa University
Press
Sudjana . 1996. Metoda Statistika Edisi 6. Bandung:
Tarsito.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R&D.Bandung: Alfabeta
1,67. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh
dapat disimpulkan bahwaπ‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” = 7,46, sedangkan
π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ = 1,67. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa
𝑑 ≥ 𝑑(1−𝛼)π‘‘π‘˜
yaitu7,46 ≥ 1,67
dengan
kesimpulan 𝐻0 ditolak. Jika 𝐻0 ditolak, maka 𝐻1
diterima. Berdasarkan hasil hipotesis statistik yang
diperoleh
maka
dapat
dikatakan
bahwa
kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar
dengan metode IMPROVE lebih baik dibanding
dengan kemampuan pemecahan masalah siswa
yang diajar dengan metode konvensional.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan,
diperoleh perhitungan hasil tes pemecahan masalah
dari kedua sampel kelas eksperimen maupun kelas
kontrol berdistribusi normal dan keduanya
mempunyai
varians
yang.Untuk
melihat
perbandingan kemampuan pemecahan masalah
siswa yang diajar dengan metode IMPROVE dan
metode konvensional dapat dianalisis dengan
menggunakan uji t satu pihak yang diperoleh
π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” sebesar 7,46, sedangkan untuk π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ sebesar
1,67. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
π‘‘β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” > π‘‘π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ yaitu 7,46 > 1,67 sehingga 𝐻0 ditolak
atau 𝐻1 diterima. Maka, peneliti dapat mengambil
simpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah
siswa yang diajar dengan metode IMPROVE lebih
baik dari pada siswa yang diajar dengan metode
konvensional pada materi pertidaksamaan linier
satu variabel.
129
Volume 3 No. 5 Tahun 2016
Suherman , Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung: UPI dan
IMSTEP JICA.
Suharman. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya:
Srikandi
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
Progesif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran.
Jakarta: PT Bumi Aksara
130
Download