JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) Viabilitas Azotobacter pada Medium yang Terpapar Logam Besi (Fe) Aiditya Pamungkas dan Enny Zulaika Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected] Abstrak—Besi merupakan logam yang dibutuhkan oleh organisme untuk metabolismenya. Namun dalam konsentrasi tinggi besi dapat membahayakan organisme dan lingkungan. Beberapa bakteri mampu resisten terhadap besi. Salah satu genus bakteri resisten besi adalah Azotobacter. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat Azotobacter yang resisten terhadap logam besi dan untuk mengetahui viabilitasnya terhadap cekaman Fe. Uji resistensi Fe dilakukan di medium Nutrient Agar-FeCl3.6H2O 25 mg/L sampai dengan konsentrasi yang mampu ditoleransi isolat. Uji viabilitas isolat Azotobacter dilakukan dengan menumbuhkan isolat pada medium Nutrient Broth-FeCl3.6H2O dengan konsentrasi 50, 100 dan 150 mg/L dengan visualisasi kurva pertumbuhan isolat. Hasil dari penelitian ini lima isolat Azotobacter yaitu A1a, A2, A7, A9 dan A10 resisten terhadap logam besi (Fe) sampai dengan 200 mg/L.. Isolat Azotobacter A1a, A7 dan A9 memiliki kemampuan viabilitas baik dalam medium Nutrient Broth terpapar Fe 50 mg/L dibandingkan dengan 100 dan 150 mg/L. Kata Kunci—Azotobacter, besi (Fe), resisten, viabilitas. I. PENDAHULUAN B ESI atau Ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat, dan dapat dibentuk. Di alam didapat sebagai senyawa hematit [1]. Besi sangat penting sebagai komponen pigmen sitokrom pada respirasi seluler [2] dan sebagai kofaktor enzim [3] pada mikroorganisme. Namun besi dalam konsentrasi tinggi yang mencemari lingkungan dapat menimbulkan bahaya bagi organisme. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70 tahun 2011 baku mutu logam Fe didalam tanah maksimal 50 mg/L. Beberapa bakteri telah mengembangkan beberapa sistem yang efisien untuk detoksifikasi logam. Mekanismenya dapat digolongkan ke dalam 5 kategori, yaitu (1) penyerapan intraseluler; (2) mengekspor; (3) mereduksi permeabilitas; (4) penyerapan ekstraseluler; dan (5) detoksifikasi ekstraseluler [4]. Hampir semua mekanisme resitensi bakteri dikode di dalam plasmid dan transposon [4] dan hal itu memungkinkan transfer gen atau mutasi spontan yang menyebabkan bakteri resisten terhadap logam. Bakteri yang mampu resisten terhadap logam diharapkan mampu meremediasi cemaran logam di lingkungan. Resistensi bakteri terhadap logam dapat melalui mekanisme biosorbsi dan bioakumulasi. Mekanisme biosorpsi merupakan proses pasif sehingga logam tidak meracuni bakteri. Sedangkan mekanisme bioakumulasi merupakan proses aktif dimana logam berat dapat meracuni sel bakteri [5]. Mekanisme toleransi mikroba terhadap logam berat dengan cara memproduksi polisakarida ekstraselular yang memiliki gugus fungsional yang berfungsi sebagai bioakumulator yang efisien, produksi metabolit organik yang memiliki sifat pengkelat dan membentuk kompleks dengan logam, presipitasi, serta kristalisasi ekstraselular [6]. Beberapa genus mampu resisten terhadap logam, salah satunya adalah Azotobacter. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa beberapa anggota genus Azotobacter resisten terhadap logam berat Fe [8]. Genera Azotobacter merupakan genera yang tergolong melimpah di alam [9]. Beberapa karakter yang membedakan genus ini dengan genus bakteri yang lain yaitu membentuk cysta [10], Gram negatif, bersifat aerobik dan katalase positif [11]. Azotobacter koleksi Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi ITS diketahui resisten terhadap logam merkuri [7]. Azotobacter tersebut belum diteliti resistensinya terhadap logam Fe. II. METODOLOGI A. Uji Resistensi Azotobacter Terhadap FeCl3.6H2O Isolat Azotobacter A1a, A1b, A2, A3, A5, A6, A7, A8, A9 dan A10 berumur 24 jam ditumbuhkan secara aseptis pada media Nutrient Agar-FeCl3.6H2O dengan konsentrasi mulai dari 25 mg/L, 50 mg/L, 75 mg/L, 100 mg/L, hingga konsentrasi maksimum yang dapat ditoleransi oleh isolat. Kultur diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang. Koloni yang tumbuh merupakan isolat yang resisten terhadap logam Fe. Kemudian dipilih 3 isolat yang memiliki kemampuan resistensi terhadap FeCl3.6H2O lebih baik dibanding isolat lain dan dipilih 3 konsentrasi di bawah konsentrasi maksimum yang dapat ditoleransi isolat. B. Uji Viabilitas Azotobacter Pada Medium Tercekam FeCl3.6H2O Sebelum uji viabilitas, dibuat kultur starter. Pembuatan kultur starter dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama untuk kultur starter I. Satu ose isolat Azotobacter berumur 24 jam diinokulasikan secara aseptis ke dalam 10 ml medium NB (Nutrient Broth) dalam Erlenmeyer, diinkubasi selama 18 jam JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) pada suhu ruang di atas rotary shaker (100 rpm). Selanjutnya tahap kedua untuk kultur starter II. Setelah diinkubasi 18 jam, 5 ml kultur starter I diinokulasikan secara aseptis ke dalam 45 ml medium NB dalam Erlenmeyer dan diinkubasi selama 18 jam pada suhu ruang di atas rotary shaker (100 rpm). Sebanyak 10 ml kultur starter II diinokulasikan secara aseptis ke dalam Erlenmeyer berisi 90 ml medium NB (Nutrient Broth) dengan penambahan FeCl3.6H2O sesuai konsentrasi yang dibutuhkan. Untuk kontrol tidak ditambahkan FeCl3.6H2O. Setiap 2 jam sebanyak 1,5 ml kultur diambil dan dimasukkan ke dalam kuvet kemudian diukur nilai Optical Density (OD) nya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang (λ) 600 nm [12]. Pengukuran OD dimulai dari jam ke-0 sampai jam ke 24. Data OD yang didapatkan kemudian dibuat kurva pertumbuhan dengan sumbu x sebagai waktu (t) dan sumbu y sebagai nilai OD. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Resistensi Isolat Azotobacter Terhadap Logam Fe Uji resistensi dilakukan untuk mengetahui kemampuan isolat tumbuh dalam medium yang mengandung logam Fe. Hasil yang didapat, isolat Azotobacter A1a, A2, A7, A9 dan A10 mampu tumbuh pada media yang mengandung logam FeCl3.6H2O sampai dengan 200 mg/L (Tabel 1 dan Gambar 1). Azotobacter mampu tumbuh dengan baik pada medium yang mengandung Fe (III) konsentrasi rendah. Semua isolat Azotobacter mampu tumbuh dalam medium yang mengandung Fe karena Fe dibutuhkan dalam metabolisme sel bakteri. Hal tersebut juga dinyatakan oleh [14] secara umum semua mikroorganisme, termasuk Azotobacter membutuhkan Fe untuk aktivitas metabolisme dan juga sebagai komponen struktural utama pada beberapa enzim, sedangkan konsentrasi Fe yang terlalu tinggi dapat menyebabkan DNA terdenaturasi sehingga bakteri mati [12]. Tabel 1. Hasil Uji Resistensi FeCl3.6H2O Isolat Pertumbuhan Isolat Azotobacter pada Medium NA yang mengandung FeCl3.6H2O (mg/L) 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 A1a A1b A2 A3 A5 A6 A7 A8 A9 A10 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ +++ ++ ++ ++ +++ ++ +++ +++ + + + + + + + + + + - Keterangan: (+++) = tumbuh baik, (++) = tumbuh sedang, (+) = tumbuh rendah, (-) = tidak tumbuh A. B. C. Gambar 1. Hasil Uji Resistensi Azotobacter Ket: A. Sangat Resisten (+++), B. Cukup Resisten (+) dan C. Tidak Resisten (-). Beberapa spesies Azotobacter resisten terhadap logam Fe sampai dengan 100 mg/L [13]. Menurut [5], bakteri yang diisolasi dari lingkungan yang tercemar logam berat merupakan bakteri yang mempunyai resistensi tinggi terhadap logam berat di sekitarnya. Azotobacter uji diketahui resisten terhadap logam Hg [11], sehingga memiliki toleransi yang baik terhadap logam, sebab Hg merupakan logam berat yang paling toksik dibandingkan logam berat lainnya. Mikroba yang hidup pada lingkungan kaya logam cenderung lebih resisten terhadap logam berat daripada yang hidup di lingkungan tidak kaya logam [17]. Resistensi tersebut melalui mekanisme adaptasi [18], hal ini karena adanya perbedaan kromosomal, transposon, dan plasmid yang mengatur sistem resistensi pada masing-masing bakteri [14] Pada dasarnya, populasi mikroorganisme yang resisten terhadap logam melibatkan perubahan kelarutan dari logam melalui reduksi, akumulasi, dan immobilisasi in-situ [14]. Menurut [18] salah satu mekanisme penting resistensi pada bakteri terhadap logam adalah adanya protein RND (Resistence, Nodulation, Cell Division) yang mengatur transportasi logam melalui membran sel. Pada Azotobacter pengambilan Fe diatur melalui produksi siderofor (senyawa pengkelat Fe). Dalam kondisi lingkungan yang kaya akan Fe, produksi siderofor menurun [19]. Siderofor merupakan senyawa organik dengan berat molekul ringan yang mampu membentuk kompleks dengan Ferri (Fe3+) dan menyalurkannya ke dalam sel [12] kemudian diubah menjadi bentuk Ferro (Fe2+) [15]. Berdasarkan hasil uji resistensi, isolat Azotobacter A1a, A2, A7, A9 dan A10 mampu tumbuh pada media Nutrient Agar yang mengandung logam FeCl3.6H2O sampai dengan 200mg/L. Isolat yang dipilih untuk uji viabilitas adalah A1a, A7 dan A9 dan konsentrasi yang digunakan yaitu 50, 100, dan 150 mg/L. B. Viabilitas Azotobacter Pada Medium Tercekam Logam Fe Kurva pertumbuhan isolat Azotobacter dalam medium Nutrient Broth yang tercekam logam Fe digunakan untuk mengetahui kemampuan hidup pada medium yang terpapar logam Fe. Kemampuan hidup isolat uji dapat dilihat dari kurva pertumbuhan isolat pada masing-masing media Nutrient Broth yang mengandung logam Fe (Gambar 2-5). JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) Azotobacter A1a Absorbansi (OD 600 nm) 1.4 1.2 1 kons. Fe 50 ppm 0.8 kons. Fe 100 ppm 0.6 kons. Fe 150 ppm 0.4 tanpa Fe 0.2 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 Inkubasi Jam KeGambar 2. Kurva Pertumbuhan Azotobacter A1a yang Terpapar Logam Fe. Azotobacter A7 Absorbansi (OD 600 nm) 0.6 0.5 0.4 Berdasarkan pola pertumbuhan pada Gambar 3–4, pada Azotobacter A1a dan A9 menunjukkan pola pertumbuhan yang hampir serupa, sedangkan Azotobacter A7 memiliki pola pertumbuhan yang berbeda dengan A1a dan A9. Azotobacter A7 mengalami peningkatan nilai OD ketika ditumbuhkan pada medium Nutrient Broth dengan Fe. Nilai OD semakin tinggi dengan semakin meningkatnya konsentrasi logam. Hal tersebut dapat terjadi karena Azotobacter resisten terhadap logam Fe pada medium Nutrient Broth hingga konsentrasi 200 mg/L, sehingga dalam medium Nutrient Broth tercekam logam Fe pada media Nutrient Agar yang , Azotobacter masih mampu tumbuh dengan baik. Hal tersebut disebabkan logam besi (Fe) penting sebagai komponen pigmen sitokrom pada respirasi seluler [20] dan sebagai kofaktor enzim [21], juga adanya protein Fur pada Azotobacter dapat menekan sistem pengambilan Fe berlebih saat kondisi lingkungan bakteri kaya akan Fe [19]. Kurva pertumbuhan pada isolat Azotobacter A1a dan A9 mengalami penurunan nilai OD jika dibandingkan dengan kontrol (tanpa logam Fe). Hal ini dapat terjadi karena kondisi medium NB yang berupa cairan memungkinkan paparan logam Fe yang lebih besar terhadap sel bakteri yang tersebar bebas di dalam medium daripada di medium padat. Azotobacter A1a, A7 dan A9 diketahui viabel pada medium dengan Fe. kons. Fe 50 ppm 0.3 IV. KESIMPULAN kons. Fe 100 ppm 0.2 kons. Fe 150 ppm tanpa Fe 0.1 0 Lims isolat Azotobacter yaitu A1a, A2, A7, A9 dan A10 resisten pada medium Nutrient Agar yang mengandung besi FeCl3.6H2O sampai dengan 200 mg/L. Isolat A1a, A7 dan A9 dapat tumbuh dan mempunyai viabilitas pada medium Nutrient Broth yang mengandung besi FeCl3.6H2O. 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 Inkubasi Jam Ke- UCAPAN TERIMA KASIH Gambar 3. Kurva Pertumbuhan Azotobacter A7 yang Terpapar Logam Fe. Azotobacter A9 Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Enny Zulaika, MP atas dukungannya melalui pendanaan PNBP ITS tahun anggaran 2015 sesuai nomor kontrak 003246.IT2.11/PN.08/2015. Absorbansi (OD 600 nm) 1.6 DAFTAR PUSTAKA 1.4 [1] 1.2 [2] 1 kons. Fe 50 ppm 0.8 kons. Fe 100 ppm 0.6 kons. Fe 150 ppm 0.4 tanpa Fe 0.2 [3] [4] [5] [6] 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 [7] Inkubasi Jam KeGambar 4. Kurva Pertumbuhan Azotobacter A9 yang Terpapar Logam Fe. [8] [9] S. Yudo, “Kondisi Pencemaran Logam Berat di Perairan Sungai DKI Jakarta,” (2006) JAI 2: No 1. M. T. Madigan, J. M. Martinko, D. A. Stahl, and D. P. Clark, “Brock Biology of Microorganims,” San Fransisco: Pearson Education (2012). Prescott, Harley, and Klein, “Microbiology, Seventh Edition,” New York: McGraw-Hill (2008). I. Sheramati and A. Varma, “Soil Biology: Soil Heavy Metals,” New York: Springer Heidelberg Dordrecht (2010). K. Chojnacka, “Biosorption and Bioaccumulation-The Prospects for Practical Applications”, (2010) Environment International 36: 299-307. R. Saraswati dan E. Yuniarti, “Metode Analisis Biologi Tanah”, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian (2007). E. Zulaika dan K. Khotimah, Azotobacter sebagai Bioakumulator Merkuri. Jurnal Sains POMITS 3 : 2337-3539. A. Kraepiel, J. Bellenger dan Morel. Multiple roles of siderophores in free-living nitrogen-fixing bacteria 22 : 573-481 K. Elder, D. Baker, and J. Ribes, “Infections, Infertility, and Assisted Reproduction”, Cambridge: Cambridge University Press (2005). JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) [10] M. Dworkin, S. Falkow, E. Rosenberg, K. H. Schleifer, and E. Stackebrand, “The Prokaryotes: A Handbook on The Biology of Bacteria: Firmicutes, Cyanobacteria”, Springer Science Bussiness Media (2006). [11] M. Mathuselvan dan Balagurunathan, “Siderophore Production from Azotobacter sp. and its application as biocontrol agent”. J Cur Res Rev (11). [12] Harley and Prescott, “Laboratory Exercises in Microbiology, Fifth Edition”, The McGraw-Hill Companies (2002). [13] V. Baby, S. Rajakumar, and P. M. Ayyasamy, “Prevalence and Screening of Potential Fe(III) and Mn(VI) Resistant Microorganisms in Industrial Soil”, (2014) International Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology Vol. 3: 7. [14] V. Baby, S. Rajakumar, and P. M. Ayyasamy, “Reduction of Ferric Iron in Synthetic Medium Amended with Acetate As A Sole Carbon Source”, (2013) International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences Vol. 2 No. 12: 501-513. [15] R. Kumar, Nongkhlaw, C. Acharya, and S. R. Joshi, “Growth Media Composition and Heavy Metal Tolerance Behaviour of Bacteria Characterized From The Sub-Surface Soil of Uranium Rich Ore Bearing Site of Domiasiat in Meghalaya”, (2013) Indian Journal of Biotecnology Vol. 12: 115-119. [16] C. Nithya, B. Gnanalakshmi, and S. K. Pandian, “Assesment and Characterization of Heavy Metal Resistance in Palk Bay Sediment Bacteria”, (2011) Marine Envioronmental Research: 283-294. [17] M. Fuangthong, A. F. Herbig, N. Bsat, dan J. D. Helmann, “Regulation of The Azotobacter fur and perR Genes by PerR: Not All Members of The PerR Regulon Are Peroxide Inducible”, (2002) Journal of Bacteriology: 3276-3286. [18] M. T. Madigan, J. M. Martinko, D. A. Stahl, and D. P. Clark, “Brock Biology of Microorganisms”, San Fransisco: Pearson Education (2012). [19] Prescott, Harley, Klein, “Microbiology, Seventh Edition”, New York: McGraw-Hill (2008). [20] K. R. Aneja, “Experiments in Microbiology, Plant Pathology, and Biotecnology”, New Age International Publisher (2003).