1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti
ketrampilan menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap
bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau
gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008).
Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya.
Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu
penggunaan, umur, dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan
efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah
penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan kosmetik,
manfaat dan pemakaian yang benar. Maka dari itu perlu penjelasan lebih
detail mengenai kosmetik (Djajadisastra, 2005).
Sekarang banyak ibu-ibu khususnya ibu hamil yang menggunakan
kosmetik. Kendati masih sedikit penelitian mengenai ini tetapi ada beberapa
bahan yang biasa ditemukan di dalam produk perawatan kulit dan kosmetik
yang diduga bisa mengganggu kesehatan janin. Sebenarnya penggunaan
kosmetik ini boleh sepanjang tidak mengandung bahan berbahaya dan tidak
1
2
merusak kehamilan. Untuk menghindari efek samping dari kosmetik maka
dianjurkan kepada ibu hamil agar sebaiknya mengkonsultasikan terlebih
dahulu hal tersebut kepada spesialis kulit. Sering kali memang kosmetik
berdampak negatif pada kesehatan ibu hamil, masalah yang sering terjadi
adalah tubuh lebih mudah berkeringat mengingat meningkatnya proses
metabolisme pada tubuh. Selain itu, zat pada kosmetik juga dapat
menghambat
dan
mengganggu
perkembangan
janin
bahkan
dapat
menyebabkan keguguran. Itulah bahayanya apabila ibu hamil salah memilih
kosmetik, untuk menghindari hal tersebut, perlu pengetahuan tentang
kandungan-kandungan zat bernahaya yang terdapat pada kosmetik (Fajar,
2012).
Menurut Media Konsumen (2006), belakangan ini jenis kosmetik
yang banyak digunakan oleh ibu hamil adalah produk bleaching cream yang
dikenal sebagai kosmetik pemutih. Produk ini banyak diminati karena
menjanjikan dapat memutihkan atau menghaluskan wajah secara singkat.
Hasil sampling dan pengujian kosmetik tahun 2008 terhadap 10.896 sampel
kosmetik menunjukkan, terdapat 124 sampel (1,24%) tidak memenuhi syarat,
diantaranya produk ilegal atau tidak terdaftar, mengandung bahan-bahan
dilarang terutama Hidroquinon, Merkuri, Asam Retinoat dan Rhodamin B
yang digunakan untuk memutihkan kulit wajah. (Deviana, 2009).
Hal ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan di Jepang bahwa
60% wanita Jepang dan 75% perempuan Cina masih menginginkan warna
kulit yang lebih putih/cerah dari warna kulit aslinya, meskipun mereka telah
3
memiliki kulit yang putih. Menurut Indarti (2002), mengutip Shannon (1997)
hasil test yang dilakukan di Amerika menggambarkan bahwa 88% ibu hamil
yang berusia >19 tahun ke atas berusaha mempercantik diri dengan
menggunakan kosmetik. Mereka merasa bahwa kosmetik tersebut membuat
mereka lebih cantik dan percaya diri (Purnamawati, 2009).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan ibu hamil
terhadap bahaya kosmetik saat ini masih sangat kecil, hal ini disebabkan
karena ibu hamil tidak pernah melakukan konsultasi kedokter spesialis kulit
berkaitan dengan produk kosmetik yang mereka gunakan. Saat hamil, tidak
ada salahnya bagi para ibu untuk tetap tampil cantik dan menawan. Namun,
dalam hal pemilihan kosmetik saat hamil haruslah hati-hati, mengingat bahan
yang terkandung di dalam kosmetik tersebut apakah berbahaya atau tidak
bagi kehamilan (Fajar, 2012).
Di Provinsi Aceh jumlah ibu hamil yang menggunakan kosmetik
berbahaya meningkat dari tahun ketahun, pada tahun 2010 jumlah ibu hamil
yang menggunakan kosmetik sebanyak 1892 orang, pada tahun 2012
sebanyak 1902 orang. Hal ini disebabkan karena banyak produk-produk
kosmetik yang dijual seperti kosmetik pemutih wajah sudah beredar luas di
Aceh, selain itu bagi ibu hamil yang tidak cocok, maka akan timbul flek
merah dan gatal-gatal dimuka (Dinkes Aceh, 2011).
3
4
Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya, terhadap 10 orang ibu hamil, 7 orang ibu hamil
cenderung memiliki masalah dengan kulit, terutama kulit wajah seperti
timbulnya hiperpigmentasi atau noda hitam. Hiperpigmentasi timbul karena
adanya berbagai sebab antara lain faktor usia, perawatan yang salah dan
paparan sinar matahari secara langsung.
Berbagai macam merek kosmetika yang beredar dipasaran telah
menarik minat ibu-ibu khususnya ibu hamil di daerah tersebut untuk
menggunakannya, mereka cenderung mencoba-coba dan berharap kulitnya
menjadi putih dan cantik. Kaum ibu-ibu tersebut menggunakan kosmetik
sebagai solusi masalah hiperpigmentasi kulitnya tanpa memperhatikan dan
mempertimbangkan dampak dari kosmetik tersebut. Hal ini bisa disebabkan
oleh banyak faktor, seperti terbatasnya informasi/pengetahuan terhadap
bahaya kosmetik pada masa kehamilan.
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melihat lebih
lanjut “Pengaruh Pengetahuan, Perilaku Dan Sosial Budaya Terahdap
Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun suatu rumusan
masalah yaitu “Adakah Pengaruh Pengetahuan, Perilaku Dan Sosial Budaya
Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang
Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya”
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Pengetahuan, Perilaku Dan Sosial
Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa
Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Pengaruh Pengetahuan Terhadap Penggunaan
Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.
b. Untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Terhadap Penggunaan Kosmetik
Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh
Jaya tahun 2013.
c. Untuk Mengetahui Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Penggunaan
Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Peneliti Lain
Dapat melanjutkan penelitan mengenai Pengaruh Pengetahuan,
Perilaku Dan Sosial Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu
Hamil dengan lebih baik dan berwawasan luas serta dengan
menambahkan variabel-variabel lain yang berkaitan dengan judul.
5
6
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan informasi kepada pembaca tentang bahaya
kosmetik pada kehamilan.
3. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai bahan penyuluhan dalam upaya memberikan stimulasi
terhadap pengetahuan ibu hamil tentang pengaruh bahaya kosmetik pada
kehamilan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kosmetik
1. Pengertian Kosmetik
Kosmetik sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu.Pada abad
ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk
kecantikan juga untuk kesehatan.Menurut Tranggono sambil mengutip
Jellinek dkk (1970) perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru
dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Djajadisastra, 2005).
Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang
siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku,
bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk
membersihkan,
menambah
daya
tarik,
mengubah
penampakan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan
tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit (Retno, 2011).
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti
ketrampilan menghias, mengatur.Defenisi kosmetik dalam Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018
adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ
genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
7
8
membersihkan,
mewangikan,
mengubah
penampilan
dan
atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik (BPOM RI, 2008).
Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit
diperlukan jenis kosmetik tertentu - bukan hanya obat.Selama kosmetik
tersebut tidak mengandung bahan bahaya yang secara farmakologis aktif
mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis ini menguntungkan dan
bermanfaat untuk kulit itu sendiri. Contoh: preparat antiketombe,,
antiperspirant, deodoran, preparat untuk mempengaruhi warna kulit
(untuk memutihkan atau mencoklatkan kulit), preparat antijerawat,
preparat pengeriting rambut dan lain-lain.
2. Tujuan Penggunaan Kosmetik
Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak
bisa dianggap sebelah mata lagi. Dan sekarang semakin terasa bahwa
kebutuhan adanya kosmetik yang beraneka bentuk dengan ragam warna
dan keunikan kemasan serta keunggulan dalam memberikan fungsi bagi
konsumen
menuntut
industri
kosmetik
untuk
semakin
terpicu
mengembangkan teknologi yang tidak saja mencakup peruntukkannya
dari
kosmetik
itu
sendiri
namun
juga
kepraktisannya
didalam
penggunaannya (Djajadisastra, 2005).
Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern
adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make
up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit
9
dan rambut dari kerusakan sinar ultraviolet, polusi dan factor lingkungan
yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang
lebih menikmati dan menghargai hidup (Djajadisastra, 2005).
Seseorang yang menggunakan produk kosmetik tentulah karena
adanya daya tarik kosmetik yang dibelinya tersebut, misalnya ketertarikan
terhadap fungsi dari kosmetik tersebut, kepraktisan dari pemakaian, dan
dampak yang ditimbulkan oleh pemakaian kosmetik itu. Konsumen
haruslah selektif dalam memilih produk kosmetik sehingga dampak
negatif dari pemakaian kosmetik seperti, kulit wajah menjadi kusam,
pucat,
kering,
pecah-pecah,
dan
dampak
lain
dapat
dihindari
(Djajadisastra, 2005).
Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya.
Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu
penggunaan,
umur,
dan
jumlah
pemakaiannya
sehingga
tidak
menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan
kosmetik, sangatlah penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang
dimaksud dengan kosmetik, manfaat dan pemakaian yang benar. Maka
dari itu perlu penjelasan lebih detail mengenai kosmetik (Djajadisastra,
2005).
3. Efek samping kosmetik
Ada berbagai reaksi negatif yang disebabkan oleh kosmetik yang
tidak aman pada kulit maupun system tubuh, antara lain:
9
10
a. Iritasi: reaksi langsung timbul pada pemakaian pertama kosmetik
karena salah satu atau lebih bahan yang dikandungnya bersifat iritan.
Sejumlah deodorant, kosmetik pemutih kulit (misalnya kosmetik
impor Pearl Creamyang mengandung merkuri) dapat langsung
menimbulkan reaksi iritasi (Tranggono dkk, 2007).
b. Alergi: reaksi negatif pada kulit muncul setelah dipakai beberapa kali,
kadang-kadang
setelah
bertahun-tahun,
karena
kosmetik
itu
mengandung bahan yang bersifat alergenik bagi seseorang meskipun
tidak bagi yang lain (Tranggono dkk, 2007).
c. Fotosensitisasi: reaksi negative muncul setelah kulit yang ditempeli
kosmetik terkena sinar matahari karena salah satu atau lebih dari
bahan, zat pewarna, zat pewangi yang dikandung oleh zat kosmetik itu
bersifat photosensitizer (Tranggono dkk, 2007).
d. Jerawat (acne): beberapa kosmetik pelembap kulit yang sangat
berminyak dan lengket pada kulit, seperti yang diperuntukkan bagi
kulit kering di iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat bila
digunakan pada kulit yang berminyak. Terutama di negara-negara
tropis seperti di Indonesia karena kosmetik demikian cenderung
menyumbat pori-pori kulit bersama kotoran dan bakteri (Tranggono
dkk, 2007).
e. Intoksikasi: keracunan dapat terjadi secara local maupun sistemik
melalui penghirupan lewat melalui hidung dan hidung, atau
11
penyerapan lewat kulit. Terutama jika salah satu atau lebih bahan
yang dikandung kosmetik itu bersifat toksik (Tranggono dkk, 2007).
f. Penyumbatan fisik: penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan
lengket yang ada dalam kosmetik tertentu, seperti pelembab atau dasar
bedak terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian tubuh
yang lain. Ada dua efek atau pengaruh kosmetik terhadap kulit, yaitu
efek positif dan efek negatif. Tentu saja yang diharapkan adalah efek
positifnya, sedangkan efek negatifnya tidak diinginkan karena dapat
menyebabkan kelainan-kelainan kulit (Tranggono dkk, 2007).
4. Penggolongan Kosmetik
Kosmetik yang beredar di pasaran sekarang ini dibuat dengan
berbagai jenis bahan dasar dan cara pengolahannya. Menurut bahan yang
digunakan dan cara pengolahannya, kosmetik dapat dibagi menjadi 2
golongan besar yaitu kosmetik tradisional dan kosmetik modern.
Kosmetik yang beredar di Indonesia ada dua macam yaitu kosmetik
tradisional dan kosmetik modern (Tranggono dkk, 2007).
a. Kosmetik Tradisional. Kosmetik tradisional adalah kosmetik alamiah
atau kosmetik asli yang dapat dibuat sendiri langsung dari bahanbahan segar atau yang telah dikeringkan, buah-buahan dan tanamtanaman disekitar kita. Cara tradisional ini merupakan kebiasaan atau
tradisi yang diwariskan turun-temurun dari leluhur atau nenek moyang
kita (Tranggono dkk, 2007).
11
12
b. Kosmetik Modern. Kosmetik modern adalah kosmetik yang
diproduksi secara pabrik (laboratorium), dimana telah dicampur
dengan zat-zat kimia untuk mengawetkan kosmetik tersebut agar
tahan lama, sehingga tidak cepat rusak (Tranggono dkk, 2007).
B. Bahan Kosmetik Yang Berbahaya Bagi Ibu Hamil
Beberapa jenis kosmetika dari bahan sintesis harus diwaspadai karen a
dapat melewati plasenta dan masuk ke otak janin sehingga mengganggu
perkembangan janin. Berikut ini kandungan zat dalam kosmetik yang harus
dihindari ketika sedang hamil:
1.
Benzoil peroksida, ditemukan dalam banyak produk yangdigunakan
untuk mengobati jerawat termasuk kategori C yang sebiknya di hindari.
2.
Salicylic acid (BHA atau beta hydroxxy acid), bahan ini dalam produk
yang digunakan untuk anti penuaan dan mengobati jerawat.
3.
Retinol A, merupakan bentuk vitamin A yang digunakan mengobati
jerawat dan pengelupasan kulit mati. Dosis tinggi vitamin A terbukti
dapat mengganggu perkembangan bagi.
4.
Parabéns, yaitu pengawet yang sangat umum digunakan banyak produk
perawatan kulit. Penelitian klinis menunjukkan adanya hubungan bahan
ini dengan efek buruk pada system reproduksi bayi laki-laki.
5.
Assutane,obat jerawat ini beresiko menyebabkan janin lahir cacat yang
serius dan kemungkinan keguguran.
6.
Hidrokortison,krip topical ini mengakibatkan janin lahir cacat dan jenis
keracunan.
13
7.
Dioksana, Ini merupakan bahan bahaya yang tercantum pada setiap
produk perawatan kulit karena merupakan bahan sintetis lain berbabis
minyak bumi. Bahan ini dapat menyebabkan kanker dan pengaruh efek
samping pada perkembangan janin.
8.
Cream Hair Removers, kemungkinan bahan ini dapat diserap ke dalam
kulit sehingga harus dihindari selama kehamilan.
Bahaya merkuri (Hg) pada kosmetik adalah dapat mengakibatkan
memperlambat pertumbuhan janin, mengakibatkan keguguran (kematian
janin dan mandul), flek hitam pada kulit akan memucat (seakan pudar) dan
bila pemakaian dihentikan, flek itu dapat / akan timbul lagi & bertambah
parah (melebar).
Selain itu juga menimbulkan Efek rebound yaitu memberikan respon
berlawanan (kulit akan menjadi gelap/kusam saat pemakaian dihentikan).
Untuk wajah yang tadinya bersih lambat laun akan timbul flek yang sangat
parah (lebar) dan yang palig parah dapat mengakibatkan kanker kulit.
C. Kehamilan
Kehamilan adalah proses alami yang terjadi setelah bertemunya
sperma dan ovum yang tumbuh berkembang di uterus selama 270-290 hari
atau 30-40 minggu. Dan masa kehamilan dibagi ke dalam 3 trimester. Tanda tanda kehamilan dapat diperhatikan sebagai berikut : Amenorrehoe (tidak
dapat haid) ; wanita harus dapat mengetahui tanggal hari pertama haid
terakhir (HPHT), agar dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal
persalinan (TTP) dengan memakai rumus dari Naeglee, yaitu HTTP adalah +
13
14
7 hari, - 3 bulan, 1 tahun dari hari pertama haid terakhir. Mual dan muntah ;
biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan sampai akhir triwulan
pertama (Depkes RI, 2006).
Menurut Wiknjosastro (2005), kehamilan adalah pertemuan sperma,
ovum dan terjadi pembuahan dalam rahim. Kehamilan adalah dikandungnya
janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma (Kuhartanti, 2004). Masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid
terakhir (Hanifa, 2000).
Bila mual dan muntah sering terjadi disebut hiperemesis. Mengidam
(ingin makanan khusus) terutama pada triwulan pertama. Anoreksia(Tidak
ada selera makan). Fatique (lelah). Payudara membesar, tegang dan sedikit
nyeri, hal ini disebabkan pengaruh hormon esterogen dan progesteron yang
merangsang duktus dan areoli mamae. Frekuensi buang air kecil meningkat,
disebabkan oleh karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang mulai
membesar. Konstipasi (susah buang air besar), karena otot-otot usus menurun
oleh pengaruh hormon steroid. Perut membesar, karena terjadi pembuahan di
dalam uterus. Tanda kejang, segmen bawah rahim melunak. Teraba
Ballotemen. Reaksi kehamilan positif (Roestam, 2002).
1.
Tanda-tanda kehamilan
Gejala kehamilan tidak pasti :
a. Tidak haid, adalah gejala pertama yang dirasakan oleh seorang wanita
yang menyadari kalau dirinya sedang hamil. Penting untuk dicatat
15
tanggal hari haid terakhir guna menentukan usia kehamilan dan
memperkirakan tanggal kelahiran. Rumus sederhana menentukan
tanggal kelahiran yaitu ditambah 7 sedangkan bulan dikurangi 3,
dihitung dari tanggal pertama haid terakhir.
b. Mual dengan diikuti muntah ataupun tidak sering terjadi pada bulanbulan pertama kehamilan
c. Mengidam atau menginginkan sesuatu baik itu makanan, minuman
atau hal-hal yang lain.
d. Gangguan buang air besar karena pengaruh hormonal
e. Sering kencing terutama bila kehamilan sudah besar
f. Kadang-kadang wanita hamil bisa pingsan dikeramaian terutama pada
bulan-bulan awal kehamilan
g. Tidak ada nafsu makan, mungkin ada hubungannya dengan mualmual di atas
Tanda kehamilan tidak pasti:
a. Perubahan warna kulit menjadi lebih gelap dari sebelumnya yang kirakira terjadi di atas Minggu ke 12 kehamilan.
b. Keputihan atau keluarnya cairan berlebihan dari vagina karena
pengaruh hormonal
c. Gusi bengkak terutama pada bulan-bulan pertama kehamilan
d. Perubahan payudara menjadi lebih besar
e. Pembesaran perut terutama tampak jelas setelah kehamilan 14 minggu
f. Tes kehamilan memberikan hasil positif.
15
16
Tanda pasti kehamilan:
a. Pada perabaan di bagian perut disarakan adanya janin serta gerak
janin.
b. Bila didengarkan menggunakan alat Doppler maka akan terdengar
detak jantung janin
c. Pada pemeriksaan USG dilihat gambaran janin
d. Pada pemeriksaan rontgen terlihat gambaran rangka janin
Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil permbuahan sel telur oleh
sperma (Suhartanti, 2004). Untuk mengetahui pembagian jumlah paritas
maka dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
1. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil
2. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup
(viabel)
3. Primigravida adalah seseorang wanita yang hamil untuk pertama kali
4. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi
5. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk
pertama kali
6. Multipara atau pleutipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi
viabel beberapa kali (sampai 5 kali)
7. Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau
lebih hidup mati (Rustam, 2000).
17
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Kosmetik
Menurut Djajadisastra (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan kosmetik antara lain sebagai berikut:
1.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep
dan pemahaman yang dimilik manusia tentang dunia dan segala isinya
termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan mencangkup
penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu.
Juga mencangkup praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan
berbagai persoalan hidup yang belum dibuktikan secara sistematis dan
metodis (Notoatmodjo, 2007).Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari
pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pangetahuan dari sejumlah
orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangunan yang
teratur (Ircham Mochfoedz, 2005).
Menurut Muhammad Ali (2005), pengetahuan adalah segala yang
diketahui mengenai sesuatu hal. Pengetahuan dapat mempengaruhi
perilaku seseorang, bermula dari pengetahuan akan sesuatu dan
mengetahui manfaatnya maka akan timbul sikap positif.Pengetahuan
didapat dengan menggunakan motivasi-motivasi yang benar dari
informasi yang ada. Innováis yang kompleks membutuhkan cara-cara
memperoleh pengetahuan yang lebih baik, jika jumlah pengetahuan yang
diinginkan cukup dan tidak dikembangkan guna memperoleh status
17
18
perubahan (innováis), maka hasil yang diinginkan tidak tercapai.Menurut
Notoatmodjo (2007), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan :
a.
Tahu (Know)
Tahu diartikan mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
b.
Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar.
c.
Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
19
d.
Analisis (analysis).
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu stuktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e.
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f.
Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan
diatas (Notoatmodjo, 2007).
Notoatmodjo (2003) juga menyatakan bahwa sebelum orang
mengadopsi prilaku baru (berprilaku baru) didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan yakni : Awareness (kesadaran) dimana
orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek), Interest dimana orang mulai tertarik
pada
stimulus.Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya
19
20
stimulus tersebut pada dirinya). Hal ini berarti sikap respon sudah lebih
baik lagi. Trial mencoba berprilaku baru dan Adaption, dimana subjek
telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan dan sikapnya terhadap
stimulus.
Namun dapat disimpulkan bahwa perubahan prilaku tidak selalu
melewati tahap-tahap tersebut diatas apabila penerimaan prilaku baru
atau adaptasi prilaku melalui proses seperti ini, dimana disadari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka prilaku tersebut
akan bersifat langgeng. Sebaliknya prilaku tidak disadari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
Menurut
Notoatmodjo
(2003)
dalam
Widianti
(2007),
pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1.
Pengalaman. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri
maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat
memperluas pengetahuan seseorang.
2.
Tingkat pendidikan. Secara umum, orang yang berpendidikan lebih
tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang
yang berpendidikan lebih rendah.
3.
Keyakinan. Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun,
baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.
21
4.
Fasilitas.
Fasilitas
sebagai
sumber
informasi
yang
dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran,
televisi, buku, dan lain-lain.
5.
Penghasilan. Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung
terhadap
pengetahuan
seseorang.
Namun,
jika
seseorang
berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas
yang lebih baik.
6.
Sosial budaya. Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga
dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang
terhadap sesuatu.
Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan
perilaku, pengetahuan tertentu tentang kesehatan mungkin penting
sebelum suatu tindakan kesehatan pribadi terjadi. Tetapi tindakan
kesehatan yang diharapkan mungkin tidak akan terjadi kecuali apabila
seseorang mendapat isyarat yang cukup kuat untuk memotivasinya
bertindak atas dasar pengetahuan yang dimilikinya.
Dari pernyataan diatas, jelaslah bahwa semakin tingginya
pengetahuan seorang ibu, maka semakin bertambah tinggi kepercayaan
seseorang kepada kita dalam menggunakan jasa yang kita berikan,
sebagaimana diketahui tugas seorang bidan adalah merupakan tugas jasa
atau menjual jasanya. Jasa tanpa adanya keyakinan dan pelayanan
(service) yang baik yang kita tampilkan, maka orang lain tidak akan
tunduk dan tertarik terhadap produk jasa yang kita tawarkan. Untuk
21
22
mengetahui pengukuran pengetahuan maka dapat diklasifikasikan
menjadi tiga yaitu:Tinggi jika ≥76-100%, sedang jika ≤ 56-75%, dan
rendah jika <55% (Notoatmodjo, 2007).
Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang bahaya
kosmetik pada masa kehamilan akan berakibat terhadap risiko kehamilan
yang
tidak
benar
sehingga
lebih
sering
meremehkannya
dan
menimbulkan dampak yang negatif pada bayi. Oleh karena itu, tinggi
rendahnya pendidikan ibu jelas mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
perilaku terhadap penggunaan kosmetik yang berbahaya terhadap jenin.
(Anton, 2007).
2. Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai
dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas
masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada
hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
(manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
23
luar.Notoatmodjo (2007) membuat klasifikasi lain tentang perilaku
kesehatan yaitu :
a. Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya.
b. Perilaku sakit (illnes behavior)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab
dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang
mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang
sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang
sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang
selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role).
Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam hal
memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor
lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun
stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang
berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang
23
24
berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2007) yaitu :
1.
Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2.
Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor
lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai
perilaku seseorang.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah
merupakan totalitas pengahayatan dan
aktivitas
seseorang,
yang
merupakan hasil bersama atau resultance antara berbagai faktor, baik
faktor internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia
sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Perilaku
manusia itu ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni : a)
kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor (psychomotor).
Sebenarnya penggunaan kosmetik ini boleh, sepanjang tidak
mengandung bahan berbahaya dan tidak merusak kehamilan. Untuk
menghindari efek samping dari kosmetik maka dianjurkan kepada ibu
hamil agar sebaiknya mengkonsultasikan terlebih dahulu hal tersebut
kepada spesialis kulit. Sering kali memang kosmetik berdampak negatif
pada kesehatan ibu hamil, masalah yang sering terjadi adalah tubuh lebih
mudah berkeringat mengingat meningkatnya proses metabolisme pada
25
tubuh. Selain itu, zat pada kosmetik juga dapat menghambat dan
mengganggu perkembangan janin bahkan dapat menyebabkan keguguran.
Itulah bahayanya apabila ibu hamil salah memilih kosmetik, untuk
menghindari hal tersebut, perlu pengetahuan tentang kandungankandungan zat bernahaya yang terdapat pada kosmetik
3. Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan suatu kebiasaan atau kepercayaan
masyarakat terhadap pengalaman masa lalu, pengaruh teman setempat
tinggal dan pengaruh dari keluarga. Sarwono (2009) mengatakan bahwa,
sosial budaya dapat di kategorikan dari positif dan negatif, jika pengaruh
masyarakat positif terhadap pemanfaatan pusat pelayanan kesehatan, maka
akan terdorong untuk memanfaatkan dan melakukan kunjungan ke
puskesmas, akan tetapi sebaliknya jika pengaruh masyarakat negatif, maka
semakin kurang semangat atau bahkan tidak mau memanfaatkan pusatpusat pelayanan kesehatan, karena mereka kurang yakin akan yang
didasarkan pada pengalaman masa lalu yang tidak baik.
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.
Azwar
(2010)
menyebutkan,
sosial
budaya
masyarakat
berpengaruh terhadap pemilihan baik sulit untuk dihilangkan, dan sudah
terbiasa, akan tetapi jika sosial budaya masyarakat baik sulit untuk
dihilangkan, dan sudah terbiasa dengan hal-hal yang baik serta menyadari
bahwa pentingnya pemeliharaan kesehatan yang lebih baik dan selalu
25
26
disiplin dalam hidup bersih dan sehat. Kebudayaan terhadap penggunaan
kosmetik sangat besar pengaruhnya, terumata di zaman yang serba modern
seperti sekarang, hal ini disebabkan karena pengaruh social budaya didapat
melalui media cetak dan elektronik. Tindakan ibu hamil menggunakan
kosmetik pada era kekinian tidak lagi dapat diposisikan menjadi bagian
dari budaya. kosmetik telah dijadikan sebagai teman dalam kehidupan
sedemikian rupa sehingga menjadi lebur dengan tindakan merias diri yang
dicitrakan banyak periklanan sebagai bagian dari gaya hidup, citra
seseorang, hingga menjadi semacam stimulus bagi peningkatan kualitas
hidup. Dengan demikian, kosmetik dan tindakan merias diri pada masa
sekarang tidak bisa dipisahkan secara tegas.
27
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bisa
dianggap sebelah mata lagi. Hal ini disebabkan karena jenis pemilihan
kosmetik dari bahan sintetis harus diwaspadai karena dapat melewati plasenta
dan masuk keotak janin sehingga mengganggu perkembangan janin, sekarang
semakin terasa bahwa kebutuhan alat kosmetik yang beraneka bentuk dengan
ragam warna dan keunikan kemasan serta keunggulan dalam memberikan
fungsi bagi konsumen menuntut industri kosmetik untuk semakin terpicu
mengembangkan teknologi yang tidak saja mencakup keuntungan/manfaat
dari kosmetik itu sendiri, namun juga kepraktisannya didalam penggunaannya
(Djajadisastra, 2009). Berdasarkan kerangka konsep inilah peneliti mencoba
untuk melihat pengaruh pengetahuan, perilaku dan sosial budaya terhadap
penggunaan kosmetik pada ibu hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan
Perilaku
Penggunaan Kosmetik
Pada Ibu Hamil
Sosial Budaya
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
27
28
B. Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional
N
Definisi
Variabel
o
Operasional
Variabel Dependen
1. Penggunaan
Sesuatu yang
kosmetik pada digunakan oleh
ibu hamil
ibu hamil untuk
memperindah
diri
Variabel Independen
Segala sesuatu
2. Pengetahuan
yang diketahui
ibu tentang
bahaya
penggunaan
kosmetik
3.
4.
Perilaku
Sosial budaya
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
Cara Ukur
Alat Ukur
Membagikan
kuesioner
dengan kriteria :
Kuesioner
- Baik
- Kurang
baik
Ordinal
Kuesioner
- Baik
- Kurang
Baik
Ordinal
Kuesioner
- Baik
- Kurang
Baik
Ordinal
Kuesioner
- Mendukung
- Tidak
Mendukung
Ordinal
- Baik, jika
x  3,1
- Kurang Baik,
jika
x< 3,1
Membagikan
kuesioner
dengan kriteria :
- Baik, jika
x  7,4
- Kurang Baik,
jika
x< 7,4
Tingkah laku
ibu terhadap
penggunaan
kosmetik
Membagikan
kuesioner
dengan kriteria :
Suatu
kpercayaan ibu
terhadap
penggunaan
kosmetik
Membagikan
kuesioner
dengan kriteria :
- Baik, jika
x  8,4
- Kurang Baik,
jika
x< 8,4
- Mendukung
x  3,4
- Tidak
Mendukung
x< 3,4
29
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian analitik, dengan
pendekatan crossectional yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel
(dependen dan independen) diteliti sekaligus pada waktu yang sama yaitu
melihat pengaruh pengetahuan, perilaku dan sosial budaya terhadap
penggunaan kosmetik pada ibu hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2010), populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu hamil di Desa Keutapang Kecamatan Jaya sebanyak 38 ibu.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan sampel dilakukan secara
total sampling, responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di
Desa Keutapang Kecamatan Jaya sebanyak 38 ibu. Dengan kriteria
sebagai berikut :
a.
Ibu hamil 0-9 bulan
b.
Ibu yang bersedia dijadikan responden
29
30
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 20 sampai dengan
tanggal 25 Agustus 2013.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data primer yaitu data yang didapat dari hasil kuesioner secara
langsung terhadap ibu hamil.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari keuchik, puskesmas atau
kader.
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan kepada responden dengan cara
menyebarkan kuesioner.
E. Instrumen Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner
dalam bentuk multiple chosice dan checklist yang terdiri dari 22 pertanyaan
dengan perincian sebagai berikut:
a. Untuk sub variabel pengetahuan terdiri dari 10 item pertanyaan yaitu no 1
s/d 10 untuk jawaban yang benar memperoleh nilai 2, jawaban yang salah
31
nilainya 1, dan 0 apabila tidak ada jawaban dengan menggunakan skala
ordinal
b. Untuk sub variabel perilaku terdiri dari 7 item pertanyaan yaitu no 1 s/d 7
untuk jawaban SS memperoleh nilai 4, S memperoleh nilai 3, RR
memperoleh nilai 2, TS dan STS memperoleh nilai 1 dan jawaban yang
salah nilainya 0 dengan menggunakan skala ordinal.
c. Untuk sub variabel sosial budaya terdiri dari 5 item pertanyaan yaitu no 1
s/d 5 untuk jawaban yang benar memperoleh nilai 1 dan jawaban yang
salah nilainya 0 dengan menggunakan skala ordinal.
d. Untuk sub variabel penggunaan kosmetik pada ibu hamil terdiri dari 3 item
pertanyaan yaitu no 1 s/d 3 untuk jawaban (a) memperoleh nilai 2, untuk
jawaban (b) memperoleh nilai 1, dan untuk jawaban (c) memeproleh nilai
0 dengan menggunakan skala ordinal.
F. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Data yang sudah didapat selanjutnya diolah melalui langkah
sebagai berikut: (Sudjana, 2005)
a.
Editing yaitu, memeriksa data-data yang terkumpul apakah sudah
terisi secara sempurna atau belum benar cara pengisiannya, dengan
meneliti
kembali
kesalahan-kesalahan
dalam
pengisian
atau
mengumpulkan data.
b.
Coding yaitu memeriksa kode-kode tertentu kepada masing-masing
kategori atau jawaban yang diberikan oleh responden.
31
32
c.
Transfering yaitu memindahkan jawaban atau kode jawaban ke
dalam media tertentu.
d.
Tabulating yaitu memasukkan data atau menyusun data dalam
bentuk tabel serta data diolah secara diskriptif dan disajikan dalam
bentuk persentase.
2. Analisa Data
a.
Analisa Univariat
Setelah dilakukan pengolahan data, maka hasil penelitian
dilakukan analisa yang bersifat univariat, menurut Budiarto (2002),
setelah dilakukan pengumpulan data maka selanjutnya data tersebut
diolah sebagai berikut:

x
x
n
Keterangan :

x = nilai rata-rata responden
x = jumlah data
n = jumlah responden
Setelah diolah, selanjutnya data yang telah di masukan ke
dalam tabel distribusi frekuensi ditentukan persentase perolehan (P)
untuk tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Sudjana (2005), yaitu:
P=
fi
x100%
n
33
Keterangan :
P
: persentasi
fi
: frekuensi yang teramati
n
: jumlah sampel
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
dapat dikelompokkan
berdasarkan kategori sebagai berikut:
1.
Kategori baik apabila x≥7,4,
2.
Kategori kurang apabila x< 7,4
Untuk
mengetahui
perilaku
dapat
dikelompokkan
berdasarkan kategori sebagai berikut:
1. Kategori baik apabila x ≥ 8,4,
2. Kategori kurang apabila x< 8,4
Untuk mengetahui sosial budaya dapat dikelompokkan
berdasarkan kategori sebagai berikut:
1.
Mendukung x ≥ 3,4,
2.
Tidak Mendukung x< 3,4
Untuk
mengetahui
penggunaan
kometik
dikelompokkan berdasarkan kategori sebagai berikut:
1. Baik x ≥ 3,1,
2. Kurang baik x< 3,1.
33
dapat
34
b. Analisa Bivariat
Analisa yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diolah
dengan komputer menggunakan program SPSS, untuk menentukan
pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen
melalui uji che-square tes (x2) untuk melihat hasil kemaknaan (Cl)
0,05 (95%). Dengan ketentuan bila nilai p =0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima, yang menunjukkan ada pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependen, adapun ketentuan yang pakai
pada uji statistik adalah:
1.
Ha diterima bila nilai p < 0,05 maka ada pengaruh antara
variabel independen dengan variabel dependen.
2.
Ha ditolak bila nilai p > 0,05 maka tidak ada pengaruh antara
variabel independen dengan variabel dependen
Pengolahan
data
diinterpretasikan
menggunakan
nilai
probabilitas dengan kriteria sebagai berikut:
a. Bila pada tabel 2x2, dan tidak ada nilai E (harapan) <5, maka uji
yang dipakai sebaiknya Continuity Correction.
b. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) <5, maka uji
yang digunakan adalah Fisher Exact.
c. Bila tabel lebih dari 2x2, misalnya 3x2, dan lain-lain, maka
digunakan uji Person Chi-Square.
35
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Secara geografis Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh
Jaya merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Aceh, dengan batas
wilayah sebagai berikut:
1.
Sebelah Barat berbatasan dengan Pasar Lamno
2.
Sebelah Timur berbatasan dengan Bak Paoh
3.
Sebelah Selatan berbatassan dengan Cot Dulang
4.
Sebelah Utara berbatasan dengan Bak Paoh
Berdasarkan data dari kantor Keuchik Desa Keutapang Kecamatan
Jaya, Jumlah penduduk sebanyak 495 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 254 jiwa
dan perempuan sebanyak 241 jiwa dengan 155 Kepala Keluarga (KK).
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Keutapang Kecamatann Jaya
Kabupaten Aceh Jaya dan pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 20
s/d 25 agustus 2013 dengan cara membagikan kuesioner kepada 38 orang ibu.
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 38 responden didapat hasil
sebagai berikut :
35
36
1.
Analisa Data
a. Analisa Univariat
1. Pengetahuan terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
No.
Pengetahuan
F
%
1.
Baik
15
39,5
2.
Kurang Baik
23
60,5
Jumlah
38
100
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Berdasarkan dari tabel 4.1. diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan responden paling banyak berada pada kategori kurang baik
yaitu 23 orang (60,5%).
2. Perilaku terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku
Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
No.
Perilaku
F
%
1.
Baik
18
47,4
2.
Kurang Baik
20
52,6
38
100
Jumlah
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Berdasarkan dari tabel 4.2. diatas dapat disimpulkan bahwa
perilaku responden paling banyak berada pada kategori kurang baik yaitu
20 orang (52,6%).
37
3. Sosial Budaya terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sosial Budaya
Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
No.
Sosial Budaya
F
%
1.
Mendukung
12
31,6
2.
Tidak Mendukung
26
68,4
38
100
Jumlah
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Berdasarkan dari tabel 4.3. diatas dapat disimpulkan bahwa sosial
budaya responden paling banyak berada pada kategori tidak mendukung
yaitu 26 orang (68,4%).
4. Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil
Tabel 4.4.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Kosmetik
Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
F
%
1.
Penggunaan Kosmetik
Pada Ibu Hamil
Positif
10
26,3
2.
Negatif
28
73,7
38
100
No.
Jumlah
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Berdasarkan dari tabel 4.4. diatas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan kosmetik pada ibu hamil paling banyak berada pada kategori
positif yaitu 28 orang (73,7%).
37
38
b. Analisa Bivariat
a. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil
Tabel 4.5.
Pengaruh Pengetahuan Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu
Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
Penggunaan Kosmetik Pada
Ibu Hamil
No.
Pengetahuan
Jumlah
Negatif
Positif
value
f
%
f
%
F
%
1.
Baik
6
40,0
9
60,0
15
100
2.
Kurang Baik
4
17,4
19
82,6
23
100
Total
10
28
38
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa dari 23 responden yang
berpengetahuan kurang baik ternyata penggunaan kosmetik negatif pada ibu
hamil sebanyak 82,6%.
Setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai P value=0,003,
artinya hipotesis diterima atau ada pengaruh antara pengetahuan terhadap
penggunaan kosmetik pada ibu hamil di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.
P
0,003
39
b. Pengaruh Perilaku Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil
Tabel 4.6.
Pengaruh Perilaku Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu
Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
No.
Perilaku
Penggunaan Kosmetik Pada
Ibu Hamil
Negatif
Positif
Jumlah
f
%
f
%
F
%
1.
Baik
3
16,7
15
83,3
18
100
2.
Kurang Baik
7
35,0
13
65,0
20
100
Total
10
28
P
value
0,002
38
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa dari 20 responden yang
berperilaku kurang baik ternyata penggunaan kosmetik negatif pada ibu hamil
sebanyak 65%.
Setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai P value=0,002,
artinya hipotesis diterima atau ada pengaruh antara perilaku terhadap
penggunaan kosmetik pada ibu hamil di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.
39
40
c. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil
Tabel 4.7.
Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu
Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
No.
Sosial Budaya
Penggunaan Kosmetik Pada
Ibu Hamil
Negatif
Positif
Jumlah
f
%
f
%
F
%
1.
Mendukung
4
33,3
8
66,7
12
100
2.
Tidak
Mendukung
Total
6
23,1
20
76,9
26
100
10
28
P
value
0,004
38
Sumber : Data Primer (Diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa dari 26 responden pada
katagori sosial budaya dengan tidak mendukung dan penggunaan kosmetik
negatif pada pada ibu hamil sebanyak 76,9%.
Setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh nilai P value=0,004, artinya
hipotesis diterima atau ada pengaruh antara sosial budaya terhadap penggunaan
kosmetik pada ibu hamil di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh
Jaya Tahun 2013.
C. Pembahasan
1.
Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu
Hamil
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15
responden berpengetahuan baik sebanyak 6 orang (40,0%) penggunaan
kosmetik pada ibu hamil baik dan 9 orang (60,0%) kurang baik.
41
Sedangkan dari 23 responden dengan pengetahuan kurang baik 4 orang
(17,4%) penggunaan kosmetik pada ibu hamil baik sedangkan 19 orang
(82,6%) kurang baik.
Setelah
dilakukan
uji
statistik
maka
diperoleh
nilai
P
value=0,003, artinya hipotesis diterima atau ada pengaruh antara
pengetahuan terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil Di Desa
Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.
Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Anton
(2007) yang menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan dan
pengetahuan tentang bahaya kosmetik pada masa kehamilan akan
berakibat terhadap risiko kehamilan yang tidak benar sehingga lebih
sering meremehkannya dan menimbulkan dampak yang negatif pada
bayi. Oleh karena itu, tinggi rendahnya pendidikan ibu jelas
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap penggunaan
kosmetik yang berbahaya terhadap jenin.
Menurut Muhammad Ali (2005), pengetahuan adalah segala yang
diketahui mengenai sesuatu hal. Pengetahuan dapat mempengaruhi
perilaku seseorang, bermula dari pengetahuan akan sesuatu dan
mengetahui manfaatnya maka akan timbul sikap positif. Pengetahuan
didapat dengan menggunakan motivasi-motivasi yang benar dari
informasi yang ada. Innováis yang kompleks membutuhkan cara-cara
memperoleh pengetahuan yang lebih baik, jika jumlah pengetahuan yang
41
42
diinginkan cukup dan tidak dikembangkan guna memperoleh status
perubahan (innováis), maka hasil yang diinginkan tidak tercapai.
Pengetahuan merupakan pemahaman secara internal berdasarkan
fakta-fakta ilmiah, pengalaman atau kepercayaan tradisonal. Pengalaman
menunjukkan bahwa pengetahuan itu penting tetapi tidak cukup untuk
mengubah suatu tindakan karena ada faktor lain yang mempengaruhinya
seperti persepsi, motivasi, keterampilan/keahlian dan lingkungan.
Pengetahuan terhadap sejumlah teori-teori yang ada biasanya membantu
pada program perencanaan dan menjelaskan hubungan diantar faktofaktor yang berbeda sehingga mempengaruhi prilaku dan perubahannya
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut asumsi peneliti bahwa kurangnya pengetahuan ibu hamil
terhadap
penggunaan
kosmetik
disebabkan
karena
ibu
kurang
mendapatkan informasi berkaitan dengan bahaya kosmetik selama masa
kehamilan, selain itu ibu tidak pernah konsultasi masalah penggunaan
kosmetik selama masa hamil pada dokter spesialis sehingga ibu
menggunakan kosmetik sesuai dengan keinginannya tanpa mengetahui
efek dari kosmetik tersebut.
2.
Perilaku Responden Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu
Hamil
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18
responden dengan perilaku baik sebanyak 3 orang (16,7%) penggunaan
kosmetik pada ibu hamil baik dan 15 orang (83,3%) kurang baik.
43
Sedangkan dari 20 responden dengan perilaku kurang baik 7 orang
(35,0%) penggunaan kosmetik pada ibu hamil baik serta 13 orang
(65,0%) kurang baik.
Setelah
dilakukan
uji
statistik
maka
diperoleh
nilai
P
value=0,002, artinya hipotesis diterima atau ada pengaruh antara perilaku
terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil Di Desa Keutapang
Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.
Penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Fajar (2012),
bahwa sekarang banyak ibu-ibu khususnya ibu hamil yang menggunakan
kosmetik, kendati masih sedikit penelitian mengenai ini tetapi ada
beberapa bahan yang biasa ditemukan di dalam produk perawatan kulit
dan kosmetik yang diduga bisa mengganggu kesehatan janin. Sering kali
memang kosmetik berdampak negatif pada kesehatan ibu hamil, masalah
yang sering terjadi adalah tubuh lebih mudah berkeringat mengingat
meningkatnya proses metabolisme pada tubuh. Selain itu, zat pada
kosmetik juga dapat menghambat dan mengganggu perkembangan janin
bahkan dapat menyebabkan keguguran.
Menurut Djajadisastra (2005), mengatakan bahwa penggunaan
kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya. Misalnya harus
sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur,
dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan efek yang tidak
diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah penting untuk
mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan kosmetik, manfaat dan
43
44
pemakaian yang benar. Maka dari itu perlu penjelasan lebih detail
mengenai kosmetik.
Penggunaan kosmetik boleh, sepanjang tidak mengandung bahan
berbahaya dan tidak merusak kehamilan. Untuk menghindari efek
samping dari kosmetik maka dianjurkan kepada ibu hamil agar sebaiknya
mengkonsultasikan terlebih dahulu hal tersebut kepada spesialis
kulit. Sering kali memang kosmetik berdampak negatif pada kesehatan
ibu hamil, masalah yang sering terjadi adalah tubuh lebih mudah
berkeringat mengingat meningkatnya proses metabolisme pada tubuh.
Selain itu, zat pada kosmetik juga dapat menghambat dan mengganggu
perkembangan janin bahkan dapat menyebabkan keguguran. Itulah
bahayanya apabila ibu hamil salah memilih kosmetik, untuk menghindari
hal tersebut, perlu pengetahuan tentang kandungan-kandungan zat
bernahaya yang terdapat pada kosmetik
Menurut asumsi peneliti bahwa kurang baiknya perilaku ibu
hamil terhadap penggunaan kosmetik disebabkan karena untuk
memperindah wajah selama masa hamil, selain itu untuk menghilangkan
noda hitam akibat bekas jerawat, sehingga ibu menggunakan kosmetik
tanpa melihat efek samping dari kosmetik.
3.
Sosial Budaya Responden Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada
Ibu Hamil
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12
responden dengan sosial budaya mendukung sebanyak 4 orang (33,3%)
45
penggunaan kosmetik pada ibu hamil baik dan 8 orang (66,7%) kurang
baik. Sedangkan dari 26 responden dengan sosial budaya tidak
mendukung sebanyak 6 orang (23,1%) penggunaan kosmetik pada ibu
hamil baik serta 20 orang (76,9%) kurang baik.
Setelah
dilakukan
uji
statistik
maka
diperoleh
nilai
P
value=0,004, artinya hipotesis diterima atau ada pengaruh antara sosial
budaya terhadap penggunaan kosmetik pada ibu hamil Di Desa
Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hanafi
(2008) bahwa belakangan ini jenis kosmetik yang banyak digunakan oleh
ibu hamil adalah produk bleaching cream yang dikenal sebagai kosmetik
pemutih. Produk ini banyak diminati karena menjanjikan dapat
memutihkan atau menghaluskan wajah secara singkat. Hasil sampling
dan pengujian kosmetik tahun 2008 terhadap 10.896 sampel kosmetik
menunjukkan, terdapat 124 sampel (1,24%) tidak memenuhi syarat,
diantaranya produk ilegal atau tidak terdaftar, mengandung bahan-bahan
dilarang terutama Hidroquinon, Merkuri, Asam Retinoat dan Rhodamin
B yang digunakan untuk memutihkan kulit wajah.
Hal ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan di Jepang
bahwa 60% wanita Jepang dan 75% perempuan Cina masih
menginginkan warna kulit yang lebih putih/cerah dari warna kulit
aslinya, meskipun mereka telah memiliki kulit yang putih.
45
46
Menurut Sarwono (2009) mengatakan bahwa, sosial budaya dapat
di kategorikan dari positif dan negatif, jika pengaruh masyarakat positif
terhadap pemanfaatan pusat pelayanan kesehatan, maka akan terdorong
untuk memanfaatkan dan melakukan kunjungan ke puskesmas, akan
tetapi sebaliknya jika pengaruh masyarakat negatif, maka semakin
kurang semangat atau bahkan tidak mau memanfaatkan pusat-pusat
pelayanan kesehatan, karena mereka kurang yakin akan yang didasarkan
pada pengalaman masa lalu yang tidak baik.
Kebudayaan terhadap penggunaan kosmetik sangat besar
pengaruhnya, terumata di zaman yang serba modern seperti sekarang, hal
ini disebabkan karena pengaruh social budaya didapat melalui media
cetak dan elektronik. Tindakan ibu hamil menggunakan kosmetik pada
era kekinian tidak lagi dapat diposisikan menjadi bagian dari budaya.
kosmetik telah dijadikan sebagai teman dalam kehidupan sedemikian
rupa sehingga menjadi lebur dengan tindakan merias diri yang dicitrakan
banyak periklanan sebagai bagian dari gaya hidup, citra seseorang,
hingga menjadi semacam stimulus bagi peningkatan kualitas hidup.
Dengan demikian, kosmetik dan tindakan merias diri pada masa sekarang
tidak bisa dipisahkan secara tegas.
Menurut asumsi peneliti bahwa ibu hamil menggunakan kosmetik
karena pengaruh tren budaya, selain itu ibu tidak merasa cemas jika
terjadi kelainan di kulit akibat penggunaan kosmetik pada saat hamil
47
serta ibu percaya jika menggunakan kosmetik, muka tampak bersih dan
cerah.
47
48
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
b.
Ada pengaruh antara pengetahuan terhadap penggunaan kosmetik pada
ibu hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya
Tahun 2013, dengan hasil uji statistik p value= 0,003
c.
Ada pengaruh antara perilaku terhadap penggunaan kosmetik pada ibu
hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Tahun
2013, dengan hasil uji statistik p value= 0,002
d.
Ada pengaruh antara sosial budaya terhadap penggunaan kosmetik pada
ibu hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya
Tahun 2013, dengan hasil uji statistik p value= 0,004
B. Saran
1.
Diharapkan kepada ibu-ibu hamil agar tidak menggunakan kosmetik saat
hamil, karena dapat menimbulkan efek pada muka, sehingga berpengaruh
terhadap perkembangan janin.
2.
Perlu adanya pembinaan yang berkelanjutan antara Dinas Kesehatan
dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan berkaitan dengan
pemilihan kosmetik saat hamil.
3.
Diharapkan kepada peneliti lain untuk dapat melanjutkan penelitian
sampai dengan variable dan alat pengumpulan data yang berbeda.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anton. 2007. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Kesehatan, Diakses dari
http//www.depkes.go.id/. pada tanggal 19 April 2012
Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.
Jakarta.
Azwar, Azrul., 2010, Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat. Edisi
Ketiga, Bina Rupa Aksara : Jakarta
Badan POM RI. 2008. Bahan Berbahaya Dalam Kosmetik. In: Kosmetik Pemutih
(Whitening), Naturakos, Vol.II1 No.8. Edisi Agustus 2008. Jakarta.
Budiarto. 2007. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
EGC. Jakarta
Deviana, Nina. 2009. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Mengenai
Kosmetik Mengandung Merkuri (Hg) di Akademi Kebidanan Hafsyah Medan
Tahun 2009. Medan: Fakultas Kesahatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Djajadisastra, 2009. Tekhnologi Kosmetik. Tangerang : Departemen Farmasi FMIPA
Universitas Indonesia
Fajar, 2012. Kosmetik Yang mengandung Merkuri. http://suspended.hawkhost.com/.
Pada tanggal 19 April 2012
Nasrul Effendi Drs. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat,
Edisi Kedua, Jakarta: EGG
Notoatmodjo,Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka
Cipta, Jakarta.
__________, 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Purnamawati. 2009. Pemilihan Kosmetik Yang Aman. Mahasiswa program
pendidikan S-1 kedokteran umum FK Undip
Syafrudin. 2009. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. EGC. Jakarta
Suhartanti. 2004. Konsep kehamilan. (http//www.depkes.go.id/ dikutip tanggal 22
Agustus 2012)
Tranggono, R. I., Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Kosmetik. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
49
50
Download