PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ROPE SKIPPING DAN

advertisement
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ROPE SKIPPING DAN
QUADRANT JUMP TERHADAP KELINCAHAN DI PERSATUAN
BULUTANGKIS TANKER KARTASURA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
Fisioterapi pada Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
SILMA ROQI ALFIS SYAUQI
J120130042
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
HALAMAN PERSETUJUAN
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ROPE SKIPPING DAN
QUADRANT JUMP TERHADAP KELINCAHAN DI PERSATUAN
BULUTANGKIS TANKER KARTASURA
PUBLIKASI ILMIAH
Diajukan oleh:
SILMA ROQI ALFIS SYAUQI
J120 130 042
Telah disetujui oleh
Pembimbing,
Agus Widodo, S.St.FT., M.Fis
ii i
iiHALAMAN PENGESAHAN
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ROPE SKIPPING DAN
QUADRANT JUMP TERHADAP KELINCAHAN DI PERSATUAN
BULUTANGKIS TANKER KARTASURA
Yang telah dipersiap kandan disusunoleh
SILMA ROQI ALFIS SYAUQI
J120 130 042
Telah dipertahankan didepan Dewan penguji
Pada tanggal
5 April 2017
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji
1. Agus Widodo, S.St.FT., M.Fis
(Ketua Dewan Penguji)
(
)
2. Maskun Pudjianto, M.Kes
(Anggota I Dewan Penguji)
(
)
3. Yulisna Mutiasari SST.FT., M.Sc(GRS)
(Anggota II Dewan Penguji)
(
)
Surakarta, 5 April 2017
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dekan
Dr. Suwaji, M.Kes
iii ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka
akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 5 April 2017
Penulis
SILMA ROQI ALFIS SYAUQI
J120 130 042
iii
iv
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ROPE SKIPPING DAN QUADRANT
JUMP TERHADAP KELINCAHAN DI PERSATUAN BULUTANGKIS
TANKER KARTASURA
ABSTRAK
Latar Belakang: Kelincahan sangat dibutuhkan oleh pemain bulutangkis, agar
pemain mampu bergerak dan bereaksi dengan cepat, tepat, tanpa pernah
kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya dan menjangkau
setiap sudut lapangan untuk berusaha mengembalikan shuttlecock ke daerah
permainan lawan selama pertandingan
Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan Rope Skipping dan
Quadrant Jump pada kelincahan di persatuan bulutangkis Tanker kartasura.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi experimental
dengan metode two group pre dan post test. Sampel penelitian sebanyak 20 orang
yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok Quadrant Jump dan
kelompok Rope Skipping. Penelitian ini dilakukan selama 4 minggu, frekuensi
latihan 3x seminggu. Pengukuran kelincahan menggunakan Illinois Agility Run
Test. Teknik analisa data menggunakan uji wilcoxon dan uji mann-whitney.
Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil statistik untuk uji pengaruh sebelum dan
sesudah pemberian latihan Quadrant Jump diperoleh p-value 0,005, sedangkan
untuk uji pengaruh sebelum dan sesudah latihan Rope Skipping diperoleh p-value
0,005 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian latihan
Quadrant Jump dan Rope skipping terhadap kelincahan. Untuk uji beda pengaruh
diperoleh p-value 0,545, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan pengaruh pemberian Quadrant Jump dan Rope Skipping terhadap
kelincahan.
Kata Kunci: Latihan Quadrant Jump, Latihan Rope Skipping, Kelincahan, Illinois
Agility Run Test, Pemain Bulutangkis.
ABSTRACT
Background: Agility very needed in badminton players, so that players are able
to move and react quickly, accurately, without ever losing his balance and
awareness of body position and reach every corner of the field to attempt to
recover the shuttle to the game opponents during matches.
Objective: To determine the differences in the effects of exercise and Quadrant
Jump Rope Skipping on agility in Badminton Association of Tanker Kartasura.
Methods: This study is a quasi experimental approaches and methods of two
group pre and post test. Samples of this study were 20 people who were divided
into two group that is Quadrant Jump group and Rope Skipping group. The study
was conducted over 4 weeks, the frequency of exercise 3 times a week.
Measurements of agility using Illinois Agility Run Test. Data analysis using
Wilcoxon test and Mann-Whitney test.
Result : Based on the statistical results to test the effect before and after practice
Quadrant Jump obtained p-value 0.005. Quadrant Jump obtained p-value of
0.005, while for the test before and after exercise influence Skipping Rope
1
obtained p-value 0.005 It can be concluded that there is the effect of exercise and
Rope skipping Quadrant Jump to agility. To test the effect difference was obtained
p-value 0.545, so it can be concluded that there is no difference in the effect of
Quadrant and Rope Skipping Jump to agility.
Keyword: Quadrant Jump exercise, Rope Skipping exercise, agility, Illinois
Agility Run Test, Badminton Players
1. PENDAHULUAN
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana
untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan
kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Dengan olahraga, kondisi
kebugaran tubuh kita terjaga sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang
maksimal (Octamiandra et al, 2013). Prestasi berbagai cabang olahraga yang
dicapai oleh bangsa Indonesia diberbagai kejuaraan baik tingkat nasional,
regional maupun internasional, sampai saat ini belum begitu menggembirakan.
Hanya beberapa cabang olahraga yang sampai saat ini masih tetap eksis di
antaranya adalah cabang panahan dan olahraga bela diri, pencak silat dan
bulutangkis (Karyono, 2016).
Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua
diIndonesia. olahraga ini sangat popular di dunia bahkan di Indonesia. Ini
terbukti dengan banyak berdirinya klub-klub bulutangkis dan banyak pula
peminatnya yang didominasi mulai kelompok umur anak-anak, pemula,
kelompok umur taruna dan remaja. Menurut Swadesi (2009) dalam Suryawan
(2014) masa remaja (adolesensi) adalah masa transisi dari anak-anak menuju
dewasa dan merupakan masa pertumbuhan yang pesat, yang ditandai dengan
perkembangan biologis yang kompleks. Menurut Marjiana et al. (2014), usia
12 sampai 15 tahun termasuk ke dalam masa adolesensi.
Salah satu latihan yang dapat di berikan adalah kelincahan. Kelincahan
yaitu kemampuan seseorang dalam merubah arah dan posisi tubuhnya dengan
cepat yang dilakukan bersama-sama (Widiastuti, 2015). Kelincahan sangat
dibutuhkan oleh pemain bulutangkis, agar pemain mampu bergerak dan
bereaksi dengan cepat, tepat, tanpa pernah kehilangan keseimbangan dan
2
kesadaran akan posisi tubuhnya dan menjangkau setiap sudut lapangan untuk
berusaha mengembalikan shuttlecock ke daerah permainan lawan selama
pertandingan (Junanda, 2016).
2. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan
Pretest-Posttest with two grup design. Teknik pengambilan sampel dengan
purposive sampling yaitu berdasarkan kriteria eklusi dan inklusi. Responden
dalam penelitian ini adalah anggota PB Tanker Kartasura berusia 12-15 tahun
yaitu sebanyak 20 orang. Subjek penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu 10 orang untuk kelompok Quadrant jump dan 10 orang untuk kelompok
Rope skipping. Latihan Rope skipping dan Quadrant jump diberikan 3 kali
seminggu dan dilakukan selama empat minggu. Analisa data menggunakan uji
Wilcoxon dan uji Mann-Whitney.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Uji Pengaruh
Uji pengaruh pre dan post test pada kelompok Quadrant jump dan
Rope skipping menggunakan uji Wilcoxon. Berdasarkan hasil uji statistik yang
telah dilakukan dapat disimpilkan bahwa ada pengaruh latihan Quadrant jump
dan Rope skipping terhadap kelincahan di persatuan bulutangkis Tanker
Kartasura.
3.2. Uji beda pengaruh
Pada uji beda pengaruh dengan menggunakan uji Mann Whitney,
diperoleh hasil nilai p>0,05. . Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedan
antara kelompok Quadrant Jump dengan kelompok Rope Skipping terhadap
kelincahan para pemain bulutangkis di PB Tanker.
3.3. Pembahasan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Partavi (2013), salah satu
latihan yang dapat diberikan untuk meningkatkan kelincahan yaitu dengan
menggunakan Rope skipping, latihan ini juga dapat digunakan untuk
meningkatkan daya tahan kardiorespirasi, dan kecepatan. Kelincahan terdiri
dari power dan flexibility, salah satu latihan untuk meningkatkan power adalah
3
latihan Quadrant Jump. Quadrant Jump adalah latihan dengan gerakan
melompat dan berpindah tempat secara cepat (Kisner dan Colby, 2012) dalam
penelitian ini didapatkan hasil pre dan post test untuk latihan Quadrant jump
hasil rata-rata pre testnya 17.720 detik, post testnya 16.350 detik dengan
selisih 1.370. Kemudian untuk latihan Rope skipping hasil rata-rata pre
testnya 17.960 detik, post testnya 16.400 detik dengan selisih 1.560 . latihan
ini dilakukan selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali latihan per minggu.
Menurut Sakeran et al. (2014), menyatakan bahwa pada latihan Rope
Skipping terdiri dari 3 fase yaitu laod phase, flight phase dan landing phase.
Pada saat Load phase gerakan yang terjadi adalah : fleksi dari hip joint yang
melibatkan otot illiopsoas berkontraksi secara konsentrik dan otot gluteus
maksimus bekerja eksentrik, fleksi dari knee joint yang melibatkan kelompok
otot hamstring berkontraksi konsentrik dan kelompok otot quadriceps bekerja
eksentrik, dorsal fleksi dari ankle joint yang melibatkan otot tibialis anterior
berkontraksi secara isometrik dan otot gastrocnemius berkontraksi konsentrik.
Pada flight phase gerakan yg terjadi yaitu ekstensi dari hip joint yang
melibatkan otot gluteus maksimus berkontraksi konsentrik dan otot illiopsoas
kontraksi eksentrik, ekstensi dari knee joint yang melibatkan otot quadricep
berkontraksi secara konsentrik dan otot hamstring yang bekerja eksentrik,
plantar fleksi yang melibatkan otot gastrocnemius.
Pada landing phase gerakan yang terjadi gerakan yang terjadi adalah
fleksi hip yang melibatkan otot illiopsoas berkontraksi secara konsentrik dan
gluteus maksimus kontraksi eksentrik, fleksi knee yang melibatkkan otot
hamstring kontrksi konsentrik dan otot quadriceps bekerja eksentrik, plantar
fleksi yang melibatkan otot gastrocnemius.
Hal berbeda terjadi pada Quadrant Jump, latihan ini mengandalkan
kemampuan melompat yang cepat, selain itu juga menekankan pada
perpindahan posisi kaki dan tubuh pada area tertentu. Latihan ini melibatkan
berbagai gerakan dari otot tungkai diantaranya adalah gerakan melompat
kedepan yang dilakukan oleh otot quadricep (bekontraksi eksentrik), dan otot
gastrocnemius (berkontraksi konsentrik). Gerakan melompat kebelakang
4
dilakukan oleh otot gluteus maximus dan hamstring yang berkontraksi
konsentrik serta otot tibialis anterior bekarja eksentrik (Walsh et al., 2012).
Selain melompat kedepan dan kebelakang dalam latihan Quadrant
Jump juga terjadi gerakan melompat kesamping, otot terlibat adalah otot
gluteus maximus, gluteus minimus, gluteus medius, vastus medianus, vastus
lateralis dan soleus (Yokozawa dan Yuda, 2008). Dengan gerakan berpindah
area yang cepat pada area yang telah ditentukan, Quadrant Jump
membutuhkan unsur keseimbangan. Rangsangan visual akan memberikan
informasi sistem propioseptif, kemudian informasi tersebut akan diteruskan ke
otak sehingga tubuh akan merespon dengan menentukan posisi target dari
lompatan pada Quadrant Jump.
Kelincahan merupakan salah satu komponen kondisi fisik dimana
tubuh harus mengubah posisinya dengan cepat tepat. Namun kelincahan
merupakan kemampuan biomotorik mobilitas tubuh yang kompleks. Untuk
membentuk kelincahan yang baik, dibutuhkan lebih dari satu bentuk latihan
(Ismaryati, 2008). Sebagai contohnya menggabungkan latihan pliometrik
dengan latihan koordinasi. Pada latihan Quadrant Jump, otot akan
berkontraksi dengan cepat dan kuat untuk membentuk power yang baik.
Sedangkan dengan berpindahnya posisi kaki dan tubuh, akan memberikan
adaptasi terhadap koordinasi tubuh.
3.4. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dalam pelaksanaannya
antara lain sebagai berikut :
3.4.1 Kurangnya pengawasan terhadap aktifitas fisik sampel diluar pelatihan.
3.4.2 Peneliti tidak mengamati asupan nutrisi yang dikonsumsi oleh masingmasing sampel yang turut mempengaruhi kondisi fisik.
3.4.3 Peneliti tidak dapat mengontrol waktu istirahat responden.
3.4.4 Peneliti tidak mengontrol psikologis dari responden.
3.4.5 Kurangnya sosialisasi terhadap penyakit dalam guna kelancaran
penelitian.
5
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisa dan perhitungan uji statistik, maka
didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1.1 Ada pengaruh pemberian latihan Rope Skipping terhadap peningkatan
kelincahan pemain bulutangkis.
4.1.2 Ada pengaruh pemberian latihan Quadrant Jump terhadap peningkatan
kelincahan pemain bulutangkis.
4.1.3 Tidak ada beda pengaruh antara Quadrant Jump dan Rope Skipping
terhadap peningkatan kelincahan pemain bulutangkis.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi pelatih
Untuk mendapat hasil yang optimal maka pelatihan yang diberikan
kepada para pemain harus tepat dan sesuai dengan tujuan. Quadrant Jump
dan Rope Skipping adalah salah satu latihan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kelincahan pemain bulutangkis.
4.2.2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dilakukan dengan banyak keterbatasan sehingga peneliti
menyarankan agar penelitian lanjutan dilakukan dengan beragam variabel, dan
dalam jangka waktu lebih panjang sehingga dapat diketahui keefektifitasan
lama program latihan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ismaryati. 2008. Peningkatan kelincahan atlet melalui penggunaan metode
kombinasi latihan sirkuit-plyometrik dan berat badan. Paedagogia, jilid
11, nomor 1, februari 2008 halaman 74-89
Juanda, H.A., Rusdiana, A., dan Rahayu, N.I. 2016. Kecepaan Dan Akurasi
Shuttle Cock Pada Jump Smash Dengan Loncatan Vertikal Dan Parabol
Depan Dalam Bulutangkis. Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan. Volume 1
Nomer 1 Tahun 2016.
6
Karyono, T. 2016. Pengaruh Metode Latihan Dan Power Otot Tungkai Terhadap
Kelincahan Bulutangkis. Jurnal Prestasi Olahraga. Volume 12 Nomer 1
Tahun 2016.
Kisner, C. dan Colby, L.A. 2012. Therapeutic Exercise Foundations And
Techniques. Fa Davis Company: Philadelphia
Marjana, W., Sudiana, I.K., dan Budiawan, M. 2014. Pengaruh Pelatihan Shuttle
Run Terhadap Kecepatan Dan Kelincahan. E-Journal Ikor Universitas
Pendidikan Genesha. Volume 1 Tahun 2014.
Octamirandra, F., Saripin., dan Yuherdi. 2013. Perbandingan Pengaruh Metode
Latihan Side Hop Dan Metode Latihan Skipping Rope Terhadap Daya
Ledak Otot Tungkai Pada Tim Voli Putri Mahasiswa Pendidikan
Olahraga. Riau: Universitas Riau.
Partavi, S. 2013. Effects Of 7 Weeks Of Rope-Jump Training On Cardiovascular
Endurance, Speed, And Agility In Middle School Student Boys. Sport
Science. Vol. 02, No. 6 Tahun 2013.
Sakeran, H., Chow, R., Salim, M.S., Razak, N.A., Rusli, W.M.R., dan Ahmad,
F.S. 2014. Effect Of Rope Skipping Techniques On Kinematics And
Dynamics Of Motion. International Review Of Mechanical Engineering
(I.RE.M.E). Vol. 8 No. 6 Tahun 2014.
Suryawan, I.B.K., Kanca, I.N,. dan Sudiana, I.K. 2014. Pengaruh Pelatihan Lari
Sprint 60 Meter Dan Hexsagonal Obstacle Sprint Terhadap Daya Ledak
Otot Tungkai. E-Journal Ikor Universitas Pendidikan Genesha. Volume 1
Tahun 2014.
Swadesi, I.K.I. 2009. Buku Ajar Perkembangan Dan Belajar Motorik. (Tidak
Diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Genesha.
Walsh, M., Boling, M.C., McGrath, M., Blackburn,J.T., dan Padua, D.A. 2012.
Lower Extremity Muscle Activation And Knee Flexion During A Jump
Landing Task. Journal Of Athletic Training 2012; 47(4):406-413.
Widiastuti. 2015. Tes Dan Pengukuran Olahraga.
PT.Rajagrafindo Persada.
Edisi 1. Depok:
Yokozawa,T. dan Yuda, J. 2008. Muscle Activities Of The Support Leg During
Side Jump Test For Speed Skaters. ISBS Conference 2008.
7
Download