Etimologi Tujuan perkawinan

advertisement
TUGAS DAN FUNGSI PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN
1. TUGAS PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN
Kewenangan dan bidang tugas Pengadilan Agama Simalungun sesuai dengan ketentuan Pasal
2 jo. Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama adalah memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara tertentu antara orang-orang yang beragama Islam :
1. DIBIDANG PERKAWINAN
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang
membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya
setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi - yang biasanya intim dan
seksual.Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan.
Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga.
Tergantung budaya setempat bentuk perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa
berbeda-beda juga. Tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan mengenal konsep
perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap perkawinan. Perkawinan umumnya dijalani
dengan maksud untuk membentuk keluarga. Umumnya perkawinan harus diresmikan
dengan pernikahan.
Etimologi
Perkawinan adalah kata benda turunan dari kata kerja dasar kawin; kata itu berasal dari
kata jawa kuno ka-awin atau ka-ahwin yang berarti dibawa, dipikul, dan diboyong; kata
ini adalah bentuk pasif dari kata jawa kuno awin atau ahwin; selanjutnya kata itu berasal
dari kata vini dalam Bahasa Sanskerta
Tujuan perkawinan

Untuk mendapatkan keturunan

Untuk meningkat derajat dan status social baik pria maupun wanita

Mendekatkan kembali hubungan kerabat yang sudah renggang

Agar harta warisan tidak jatuh ke orang lain.
Bentuk Perkawinan

Menurut jumlah suami istri
1. Monogami (mono berarti satu, gamos berarti kawin) yaitu perkawinan antara satu
orang laki-laki dan satu orang perempuan.
2. Poligami (poli berarti banyak) yaitu perkawinan antara satu orang laki-laki atau
wanita dan lebih dari satu wanita atau laki-laki. Dengan kata lain, beristri atau
bersuami lebih dari satu orang. Poligami dibagi menjadi dua yaitu:
o
Poligini, yaitu seorang laki-laki beristri lebih dari satu orang. Poligini sendiri
dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
o

Poligini sororat, bila para istrinya beradik-kakak

Poligini non-sororat, bila para istrinya bukan beradik-kakak
Poliandri, yaitu seorang istri bersuami lebih dari satu orang. Poliandri dibagi
menjadi 2 macam, yaitu:

Poliandri fraternal, bila para suami beradik-kakak

Poliandri non-fraternal, bila para suami bukan beradik-kakak. Poliandri antara
lain terdapat pada orang Eskimo, Markesas (Oceania), Toda di India Selatan
dan beberapa bangsa di Afrika Timur dan Tibet
Adapun
tugas
hal
yang
Pengadilan
diatur
Agama
dalam
dibidang
atau
Perkawinan
adalah
berdasarkan
hal
-
undang-
undang mengenai perkawinan yang berlaku yang dilakukan menurut syari'ah, antara
lain :
1. Izin beristri lebih dari seorang
2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 (dua puluh
satu) tahun, dalam hal orang tua wali, atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan
pendapat;
3. Dispensasi kawin;
4. Pencegahan perkawinan;
5. Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;
6. Pembatalan perkawinan;
7. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;
8. Perceraian karena talak;
9. Gugatan perceraian;
10. Penyelesaian harta bersama;
11. Penguasaan anak-anak;
12. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak yang
seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya;
13. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri
atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri;
14. Putusan tentang sah tidaknya seorang anak;
15. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;
16. Pencabutan kekuasaan wali;
17. Penunjukan orang lain sebagai wall oleh pengadilan dalam hal kekuasaan
seorang wall dicabut;
18. Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18
(delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya;
19. Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda
anak
yang ada di
bawah kekuasaannya;
20. Penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan
hukum Islam;
21. Putusan
tentang
hal
penolakan
pemberian
keterangan
untuk melakukan
perkawinan campuran;
22. Pernyataan
tentang
sahnya
perkawinan
yang
terjadi
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
peraturan yang lain.
sebelum
Undang-
dan dijalankan menurut
2. DIBIDANG PERCERAIAN
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin
melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk
dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana
membagi harta mereka yang diperoleh selama pernikahan seperti rumah, mobil,
perabotan atau kontrak), dan bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban merawat
anak-anak mereka. Banyak negara yang memiliki hukum dan aturan tentang perceraian,
dan pasangan itu dapat menyelesaikannya ke pengadilan.
Jenis perceraian

Cerai hidup - karena tidak cocok satu sama lain.

Cerai mati - karena salah satu pasangan meninggal.
Penyebab perceraian
Faktor penyebab perceraian antara lain adalah sebagai berikut:

Ketidakharmonisan dalam rumah tangga
Alasan tersebut di atas adalah alasan yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan
suami – istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai hal
antara lain, krisis keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain,
istilah keharmonisan adalah terlalu umum sehingga memerlukan perincian yang lebih
mendetail.

Krisis moral dan akhlak
Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh
landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh
suami ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan
perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun istri, misal mabuk, berzinah,
terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang.

Perzinaan
Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian adalah
perzinaan, yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri.

Pernikahan tanpa cinta
Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah
perkawinan adalah bahwa perkawinan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta.
Untuk mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta, pasangan harus merefleksi
diri untuk memahami masalah sebenarnya, juga harus berupaya untuk mencoba menciptakan
kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.

Adanya masalah-masalah dalam perkawinan
Dalam sebuah perkawinan pasti tidak akan lepas dari yang namanya masalah. Masalah dalam
perkawinan itu merupakan suatu hal yang biasa, tapi percekcokan yang berlarut-larut dan
tidak dapat didamaikan lagi secara otomatis akan disusul dengan pisah ranjang seperti adanya
perselingkuhan antara suami istri. Langkah pertama dalam menanggulangi sebuah masalah
perkawinan adalah :
1. Adanya keterbukaan antara suami–istri
2. Berusaha untuk menghargai pasangan
3. Jika dalam keluarga ada masalah, sebaiknya diselesaikan secara baik-baik
4. Saling menyayangi antara pasangan
Dampak
Perceraian sering menimbulkan tekanan batin bagi tiap pasangan tersebut. Anak-anak yang
terlahir dari pernikahan mereka juga bisa merasakan sedih bila orangtua mereka bercerai.
Namun, banyak sumber daya yang bisa membantu orang yang bercerai, seperti keluarga
besar, teman-teman, terapi, konsultan, buku, dan DVD.
Perceraian menurut agama
Islam
Islam membimbing umatnya agar tidak memecah-belah persaudaraan di antara sesama
muslim. Pernikahan adalah salah satu sunnah Rosulullah S.A.W. yang akanlah kita
mendapat pahala jika melakukannya.
Perceraian sendiri adalah suatu hal yang halal untuk dilakukan. Namun halnya, jikalau
sepasang suami-istri melakukan perceraian, alkisah mengatakan bahwa 'Arsy terguncang
sebegitu dahsyatnya. Oleh karena hal tersebut, Allah membenci perceraian, meski telah
dikatakan bahwa hal ini adalah halal
3. DIBIDANG WARIS
Dibidang
waris
penentuan
masing
adalah
mengenai
ahli
waris,
penentuan
harta
dan
siapa
peninggalan,
melaksanakan
yang
menjadi
penentuan
pembagian
ahli
bagian
harta
waris,
masing-
peninggalap
tersebut, serta penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan
siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagian masing- masing ahli waris.
4. DIBIDANG HIBAH
Dibidang
hibah
adalah
pemberian
suatu
benda
secara
sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain
atau badan hukum untuk dimiliki.
5. DIBIDANG WAKAF
Wakaf (bahasa Arab:
vakıf, bahasa Urdu:
, [ˈwɑqf] ; plural bahasa Arab:
, awqāf; bahasa Turki:
) adalah perbuatan yang dilakukan wakif (pihak yang melakukan
wakaf) untuk menyerahkan sebagian atau keseluruhan harta benda yang dimilikinya
untuk kepentingan ibadah dan kesejahteraan masyarakat untuk selama-lamanya.
Objek Wakaf
Objek wakaf yang dapat diwakafkan adalah benda bergerak maupun benda tidak
bergerak yang dimiliki secaratidak bergerak dapat dalam bentuk tanah, hak milik atas
rumah, atau hak milik atas rumah susun. Sementara untuk objek wakaf benda bergerak
dapat dengan bentuk uang
Terminologi wakaf berasal daripada perkataan Arab “waqafa” yang bermaksud berhenti,
menegah dan menahan. Dari segi istilah, wakaf telah diberikan beberapa takrif seperti:
1. Syed Sabiq (Fiqh al-Sunnah) – Wakaf ialah menahan harta dan memberikan
manfaatnya pada jalan Allah.
2. Sahiban Abu Hanifah; Abu Yusuf dan Muhammad bin Hassan – Wakaf ialah
menahan ‘ain mawquf (benda) sebagai milik Allah atau pada hukum milik Allah dan
mensedekahkan manfaatnya ke arah kebajikan dari mula hingga akhirnya.
3. Dr. Muhammad Al-Ahmad Abu Al-Nur, bekas Menteri Wakaf Mesir – Wakaf ialah
harta atau hartanah yang ditahan oleh pemiliknya sekira-kira dapat menghalang
penggunaannya dengan dijual atau dibeli ataupun diberikan sebagai pemberian
dengan syarat dibelanjakan faedahnya atau keuntungannya atau hasil mahsulnya
kepada orang yang ditentukan oleh pewakaf.
Takrif-takrif di atas telah menunjukkan kedudukan wakaf sebagai sebahagian daripada
amalan yang dianjurkan oleh Syariah sebagaimana firman Allah SWT:
“
Bandingan (pahala) orang yang membelanjakan harta mereka pada jalan Allah
seperti sebiji benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, dan pada tiap-tiap tangkai itu
pula terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi setiap yang Dia
kehendaki dan Allah Mahaluas (Kurniaannya) lagi Maha Mengetahui[2].
Daripada Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
”
“
Apabila mati anak Adam, terputus amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariah
(wakaf), ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang mendoakan kepadanya[3].
”
Istilah wakaf adalah berkait dengan infaq, zakat dan sedeqah. Ia adalah termasuk dalam
mafhum infaq yang disebut oleh Allah sebanyak 60 kali dalam al-Quran. Ketiga-tiga
perkara ini bermaksud memindahkan sebahagian daripada segolongan umat Islam kepada
mereka yang memerlukan. Namun, berbanding zakat yang diwajibkan ke atas umat Islam
yang memenuhi syarat-syarat tertentu dan sedeqah yang menjadi sunat yang umum ke
atas umat Islam; wakaf lebih bersifat pelengkap (complement) kepada kedua-dua perkara
tersebut. Disamping itu, apa yang disumbangkan melalui zakat adalah tidak kekal dimana
sumbangannya akan digunakan dalam bentuk hangus, sedangkan harta wakaf adalah
berbentuk produktif iaitu kekal dan boleh dilaburkan dalam pelbagai bentuk untuk faedah
masa hadapan.
Sejarah
Rasulullah SAW merupakan perintis kepada amalan wakaf berdasarkan hadis yang
diriwayatkan oleh ‘Umar bin Syaibah daripada ‘Amr bin Sa’ad bin Mu’az yang
bermaksud:
“
Kami bertanya tentang wakaf yang terawal dalam Islam? Orang-orang Ansar
mengatakan adalah wakaf Rasulullah SAW.[4]
”
Orang Jahiliyyah tidak mengenali akad wakaf yang merupakan sebahagian daripada
akad-akad tabarru’, lalu Rasulullah SAW memperkenalkannya kerana beberapa ciri
istimewa yang tidak wujud pada akad-akad sedekah yang lain. Institusi terawal yang
diwakafkan oleh Rasulullah SAW ialah Masjid Quba’ yang diasaskan sendiri oleh
Baginda SAW apabila tiba di Madinah pada 622M atas dasar ketaqwaan kepada Allah
SWT. Ini diikuti pula dengan wakaf Masjid Nabawi enam bulan selepas pembinaan
Masjid Quba’. Diriwayatkan bahawa Baginda SAW membeli tanah bagi pembinaan
masjid tersebut daripada dua saudara yatim piatu iaitu Sahl dan Suhail dengan harga 100
dirham. Pandangan masyhur menyatakan individu pertama yang mengeluarkan harta
untuk diwakafkan adalah Saidina ‘Umar RA dengan mewakafkan 100 bahagian daripada
tanah Khaibar kepada umat Islam. Anaknya Abdullah bin ‘Umar RA menyatakan bahawa
ayahnya telah mendapat sebidang tanah di Khaibar lalu dia datang kepada Rasulullah
SAW untuk meminta pandangan tentang tanah itu, maka katanya:
“
Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendapat sebidang tanah di Khaibar, dimana
aku tidak mendapat harta yang lebih berharga bagiku selain daripadanya, (walhal aku
bercita-cita untuk mendampingkan diri kepada Allah) apakah yang engkau
perintahkan kepadaku dengannya?.
”
Maka sabda Rasulullah SAW:
“
Jika engkau hendak, tahanlah (bekukan) tanah itu, dan sedekahkan manfaatnya.”
“Maka ’Umar telah mewakafkan hasil tanahnya itu, sesungguhnya tanah itu tidak
boleh dijual, tidak boleh dihibah (diberi) dan diwarisi kepada sesiapa.” Katanya lagi:
“’Umar telah menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, hamba
yang baru merdeka, pejuang-pejuang di jalan Allah, ibn Sabil dan para tetamu.
Tidaklah berdosa sesiapa yang menyelia tanah wakaf itu memakan sebahagian
hasilnya sekadar yang patut, boleh juga ia memberi makan kawan-kawannya, tetapi
tidaklah boleh ia memilikinya.
”
Sejak itu amalan wakaf berkembang sehingga menjadi tulang belakang kepada menjadi
teras kepada pembangunan umat Islam terdahulu dan berkekalan sehingga ke hari ini.
Banyak institusi pendidikan seperti Universiti Cordova di Andalus, Al-Azhar al-Syarif di
Mesir, Madrasah Nizamiyyah di Baghdad, al-Qurawiyyin di Fez, Maghribi, Al-Jamiah alIslamiyyah di Madinah, Pondok Pesantren Darunnajah di Indonesia, Madrasah Al-Juneid
di Singapura dan banyak institusi pondok dan sekolah agama di Malaysia adalah
berkembang berasaskan harta wakaf. Universiti Al-Azhar contohnya telah membangun
dan terus maju hasil sumbangan harta wakaf. Sehingga kini pembiayaan Univesiti AlAzhar yang dibina sejak 1000 tahun lalu telah memberikan khidmat percuma pengajian
kepada ribuam pelajar Islam dari seluruh dunia. Merekalah yang menjadi duta Al-Azhar
untuk membimbing umat Islam kearah penghayatan Islam di seluruh pelusuk duni
Keistimewaan
Harta wakaf dalam dioperasikan sebagai pemangkin pembangunan ekonomi umat Islam
kerana ia memiliki beberapa ciri berikut:
1. Keunikan wakaf pada konsep pemisahan di antara hak pemilikan dan faedah
penggunaannya. Pewakafan harta menyebabkan kuasa pemilikan hartanya akan terhapus
daripada harta tersebut. Wakaf secara prinsipnya adalah satu kontrak berkekalan dan
pewakaf tidak boleh lagi memiliki harta itu dengan apa jua sekalipun, kecuali sebagai
pengurus harta wakaf. Secara majazinya harta wakaf adalah menjadi milik Allah Taala.
2. Wakaf adalah sedekah berterusan yaitu bukan saja membolehkan wakif mendapat pahala
berterusan, tetapi penerima mendapat faedah berterusan. Dengan itu pihak yang
bergantung wakaf boleh mengatur perancangan kewangan institusinya dengan berkesan
untuk jangka panjang. Disamping itu pihak pewakaf tidak perlu bimbang mungkin
berlaku sabotaj seperti pengubahan status wakaf tanahnya oleh pemerintah kerana kaedah
fiqh menyatakan: “Syarat pewakaf adalah seperti nas Syara’.”
3. Penggunaan harta wakaf adalah untuk kebajikan dan perkara-perkara yang diharuskan
oleh Syara’. Oleh tidak diwajibkan menentukan golongan yang mendapat manfaat
daripada wakaf dan memadai menyebutkan: “Saya wakafkan harta ini kerana Allah.” Ciri
ini membolehkan pengembangan harta wakaf kepada pelbagai bentuk moden selagimana
ia menepati objektif wakaf.
Syarat Wakaf
Syarat wakaf yang menjadi syarat utama agar dapat sahnya suatu akad wakaf adalah
seorang wakif telah dewasa, berakal sehat, tidak berhalangan membuat perbuatan hukum,
dan pemilik utuh dan sah dari harta benda yang diwakafkan.
Akad wakaf yang diikrarkan seorang wakif harus disaksikan oleh dua orang saksi dan
pejabat pembuat akta wakaf. Ikrar akad wakaf dilaksanakan dengan ikrar dari wakif
untuk menyerahkan harta benda yang dimiliki secara sah untuk diurus oleh nadzir (orang
yang mengurus harta wakaf) demi kepentingan ibadah dan kesejahteraan masyarakat.
Macam macam Wakaf
Ulama fikih seperti yang dinyatakan oleh Abdul Aziz Dahlan dalam Ensiklopedi Hukum
Islam (2006: 1906) membagi wakaf kepada dua bentuk:
1. Wakaf khairi. Wakaf ini sejak semula diperuntukkan bagi kemaslahatan atau
kepentingan umum, sekalipun dalam jangka waktu tertentu, seperti mewakafkan tanah
untuk membangun masjid, sekolah, dan Rumah Sakit.
2. Wakaf ahli atau zurri. Wakaf ini sejak semula ditentukan kepada pribadi tertentu atau
sejumlah orang tertentu sekalipun pada akhirnya untuk kemaslahatan atau kepentingan
umum, karena apabila penerima wakaf telah wafat maka harta wakaf itu tidak boleh
diwarisi oleh ahli waris yang menerima wakaf.
Dibidang
wakaf
sekelompok
sebagian
jangka
adalah
orang
harts
waktu
(wakif)
perbuatan
untuk
benda miliknya untuk
tertentu
sesuai
dengan
seseorang
atau
memisahkan
dan/atau
menyerahkan
dimanfaatkan
selamanya
atau
kepentingannya
untuk
guna
keperluan ibadah
perbuatan
seseorang
dan/atau kesejahteraan umum menurut syari'ah.
6. DIBIDANG SHADAQAH
Dibidang
memberikan
shadaqah
sesuatu
kepada
adalah
orang
lain
atau
lembaga/badan
hukum secara
spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap
ridho Allah Subhanahu Wata'ala dan pahala semata.
7. DIBIDANG WASIAT
Dibidang wasiat adalah perbuatan seseorang memberikan suatu benda atau manfaat
kepada orang lain atau lembaga/badan hukum, yang berlaku setelah yang memberi
tersebut meninggal dunia.
8. DIBIDANG ZAKAT
Dibidang zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan
hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan
ketentuan syari'ah untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya.
9. DIBIDANG INFAQ
Dibidang
sesuatu
makanan,
infaq
kepada
adalah
orang
minuman,
lain
perbuatan
guna
mendermakan,
menutupi
memberikan
seseorang
kebutuhan,
rezeki
memberikan
baik
(karunia),
berupa
atau
menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas, dan karena Allah
Subhanahu Wata'ala.
10. DIBIDANG EKONOMI SYARI’AH
Dibidang Ekonomi syari'ah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan
menurut prinsip syari'ah, antara lain meliputi :
1. Bank Syariah
2. Lembaga keuangan mikro syari'ah Contohnya : Asuransi syari'ah;
3. Reasuransi syari'ah;
4. Reksa dana syari'ah;
5. Obligasi syari'ah dan surat berharga berjangka menengah syari'ah;
6. Sekuritas syari'ah;
7. Pembiayaan syari'ah;
8. Pegadaian syari'ah;
9. Dana pensiun lembaga keuangan syari'ah;
10. Bisnis syari'ah.
2. FUNGSI PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN
Di samping tugas pokok dimaksud di atas, Pengadilan Agama mempunyai fungsi, antara lain
sebagai berikut :
1. FUNGSI MENGADILI (JUDICIAL POWER)
Fungsi mengadili (judicial power), yakni menerima, memeriksa, mengadili dan
menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama dalam
tingkat pertama (vide : Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006).
2. FUNGSI PEMBINAAN
Fungsi pembinaan, yakni memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk kepada
pejabat struktural dan fungsional di bawah jajarannya, baik menyangkut teknis yudicial,
administrasi
peradilan,
maupun
administrasi
umum/perlengkapan,
keuangan,
kepegawaian, dan pembangunan. (vide : Pasal 53 ayat (3) Undang-undang Nomor No. 3
Tahun 2006 jo. KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).
3. FUNGSI PENGAWASAN
Fungsi pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat atas pelaksanaan tugas dan
tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti, dan Jurusita/ Jurusita
Pengganti di bawah jajarannya agar peradilan diselenggarakan dengan seksama dan
sewajarnya (vide : Pasal 53 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun 2006)
dan terhadap pelaksanaan administrasi umum kesekretariatan serta pembangunan. (vide:
KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).
4. FUNGSI NASEHAT
Fungsi nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam
kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta. (vide : Pasal 52 ayat (1)
Undang-undang Nomor No. 3 Tahun 2006).
5. FUNGSI ADMINISTRATIF
Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan (teknis dan
persidangan),
dan
administrasi
umum
(kepegawaian,
keuangan,
dan
umum/perlengakapan) (vide : KMA Nomor KMA/080/ VIII/2006).
6. FUNGSI LAINNYA
a. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat dengan instansi lain
yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas Islam dan lain-lain (vide: Pasal 52 A
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).
b.
Pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan riset/penelitian dan sebagainya serta
memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat dalam era keterbukaan dan
transparansi
informasi
peradilan,
sepanjang
diatur
dalam
Keputusan
Ketua Mahkamah Agung RI Nomor KMA/144/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan
Informasi di Pengadilan.
Ketua Pengadilan Agama Simalungun
dto
Drs. Syafii
Download