Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 EVALUASI KERASIONALAN PENGOBATAN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA Nur Rahayuningsih, Ilham Alifiar, Elis Sri Mulyani Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk Mengevaluasi kerasionalan pengobatan Diabetes Melitus tipe 2 pada pasien rawat inap di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya periode Juli-Desember 2013. Penelitian ini dilakukan terhadap 62 catatan rekam medik pasien penderita Diabetes Melitus tipe 2. Hasilnya menunjukkan bahwa dari 62 pasien Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya periode Juli- Desember 2013 adalah berusia 17-60. Pasien Diabetes Melitus tipe 2 terdiri sebanyak (30,9%) pasien laki-laki dan (69,3%) pasien perempuan, obat antidiabetik yang paling banyak digunakan pada periode Juli 2013 – Desember 2013 yaitu Insulin sebanyak 35 pasien (56,45%), obat hipoglikemik tunggal sebanyak 14 pasien (22,58%), kombinasi (OHO) dengan Insulin sebanyak 13 pasien (29.96%). Penggunaan obat DM bisa di katakan rasional tepat indikasi (88,71%), tepat obat (100%), tepat dosis (100%), dan tepat pasien (100%) dan tepat cara pemberian (100%). Kata Kunci : Evaluasi kerasionalan obat, Diabetes Melitus, antidiabetik Abstract This study aimed to evaluate the rationality treatment of type 2 diabetes mellitus in hospitalized patients in dr. Soekardjo Tasikmalaya period of July-August 2013. The study was conducted on 62 patients with a medical record of diabetes mellitus type 2. The results showed that of 62 patients with type 2 diabetes mellitus in dr. Soekardjo Tasikmalaya period of July-August 2013 were aged 17-60. Patients with type 2 diabetes mellitus comprising as many (30.9%) patients were males and (69.3%) patients were female, antidiabetic drugs most widely used in the period July 2013 December 2013, namely Insulin total of 35 patients (56.45% ), single hypoglycemic drugs as many as 14 patients (22.58%), combination (OHO) with Insulin as many as 13 patients (29.96%). The use of drugs rationally DM can say right indication (88.71%), the right medication (100%), the right dosage (100%), right tdan patients (100%) and appropriate mode of administration (100%). Keyword :Evaluation of rationality medicine, Diabetes Mellitus, Antidiabetik. meningkat hingga dua sampai tiga kali PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindrom gangguan ditandai dengan metabolism hiperglikemia dan yang lipat pada tahun 2030 dari 8,4 juta mencapai 21,3 juta orang (Perkeni, 2011). Hampir 90% DM pada orang dewasa disebabkan oleh defisiensi absolute atau merupakan DM Tipe 2. relative dari sekresi insulin dan atau merupakan gangguan kerja insulin (Greenspan et.al dengan dikutip dari Rizal, 2008). mempengaruhinya. Penyakit ini ditandai penyakit banyak DM Tipe 2 yang heterogen faktor yang DM merupakan salah satu penyakit dengan adanya gangguan metabolic yaitu yang telah menjadi masalah kesehatan gangguan fungsi sel β pankreas dan dunia. Badan Kesehatan Dunia (World resistensi insulin di jaringan perifer seperti Health jaringan otot dan jaringan lemak, serta Organization/WHO) memperkirakan jumlah penderita diabetes resistensi melitus mengakibatkan terjadinya hiperglikemia (DM) di Indonesia akan insulin dihati. Hal ini 183 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 kronik dan dalam jangka panjang, dapat sampai terjadi komplikasi yang serius. Resistensi pengambilan data sekunder, yaitu dari insulin rekam dianggap sebagai salah satu Desember medis. 2013 Hasil melalui penelitian mekanisme yang mendasari terjadinya dibandingkan dengan Standar Pengobatan DM Tipe 2 (Merentek, 2006). Diabetes Tingginya pentingnya angka Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes secara tepat Melitus Tipe 2 di Indonesia Tahun 2006. yang ditimbulkannya, maka terapi DM Kerasionalan Kosensus serta penanganan dilakukan menurut kejadian terhadap penyakit DM dan komplikasi harus Mellitus secara pengobatan rasional. terdiri atas Sampel Sampel penelitian yang diambil yaitu pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi. Penetapan Kriteria ketepatan terapi yang dipengaruhi proses Eksklusi diagnosis, pemilihan terapi, pemberian a. Kriteria Inklusi pasien penggunaan obat merupakan suatu proses penelitian ini yaitu pasien DM tipe 2 jaminan dan yang menjalani rawat inap, yang dilakukan secara terus menerus untuk berusia 17-60 tahun (dewasa) berjenis menjamin agar obat-obat yang digunakan kelamin laki – laki dan perempuan. yang terstruktur tepat, aman dan efisien (Kumolosari, 2001). diikutsertakan dan terapi, serta evaluasi terapi. Evaluasi mutu yang Inklusi dalam b. Kriteria Eksklusi Pasien yang tidak diikutsertakan dalam Mengingat diabetes mellitus penelitian ini yaitu pasien DM tipe 2 merupakan salah satu gangguan metabolic dengan dimana pada keadaan gawat darurat dapat lengkap atau tidak terbaca dengan menimbulkan komplikasi yang angka jelas. kematiannya masih tinggi yaitu 8,4 juta rekam medis yang tidak Kriteria Obat pada tahun 2000 dan 21,3 juta pada tahun Obat yang di teliti pada penelitian ini 2030, maka perlu dilakukanpenelitian yaitu obat hipoglikemik oral (OHO) dan untuk insulin. mengevaluasi kerasionalan pengobatan penyakit diabetes mellitus tipe 2 pada pasien rawat inap di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. Pengelompokan Data Dari data rekam medis yang termasuk ke dalam kriteria inklusi, dicatat yang terkait ke dalam kriteria penggunaan obat METODOLOGI PENELITIAN rasional. Data yang diambil yaitu jenis Desain Penelitian kelamin, umur, berat badan, jenis diet, Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan menggunakan desain deskriptif. Pengambilan data secara retrospektif dari periode Bulan Juli 2013 diagnosis, regimen obat DM, hasil laboratorium, status pulang dan cara pembayaran. Pengolahan Data 184 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 Data yang telah terkumpul melalui data rekam medis yang ada di selanjutnya diolah sebagai tindak lanjut RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya dari evaluasi kerasionalan pengobatan DM tipe bulan Juli sampai Desember 2013, dengn 2 berdasarkan kelas terapi dilakukan jumlah pasien yang di teliti sebanyak 62 perpasien dengan menggunakan referensi pasien. standar Informatorium Obat Nasional Data Demografi Pasien Indonesia (IONI), PB Perkeni, Guidelines Umur for clinical practice for developing a Pengelompokan pasien berdasarkan diabetes mellitus comprehensive care umur dilakukan untuk mengetahui plan. karakteristik umur yang terdiagnosis DM tipe 2. Jumlah DM tipe 2 di RSUD dr. PEMBAHASAN Penelitian mengevaluasi Soekardjo Tasikmalaya selama periode ini dilakukan untuk Juli-Desember 2013 paling banyak pada kerasionalan pengobatan umur 51-60. Dapat dilihat pada 1. pasien DM Tipe 2 yang dirawat inap Tabel 1 Distribusi Pasien DM Tipe 2 yang dirawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya Berdasarkan Umur No 1 2 3 Umur (tahun) 36-38 40-50 51-60 Total Jumlah 3 16 43 62 Persentase % 4,9 25,8 69,3 100 % Keterangan : Persentase dihitung dari jumlah pasien terhadap jumlah keseluruhan pasien yang diteliti. Pasien 60 69.3% 40 20 25.8% 4.9% 0 36-38 40-50 51-60 Umur Gambar 1 Distribusi Pasien DM Berdasarkan Umur Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya Dapat dilihat bahwa pasien DM tipe 2 pada orang dewasa dan geriatri. Umur lebih banyak terjadi pada usia 51 tahun merupakan salah satu faktor yang sangat hingga usia 60 tahun. Data umur dalam penting penelitian ini dipergunakan untuk menjadi prevalensi DM. Faktor yang menunjang batasan dalam mengetahui banyaknya tingginya angka prevalensi DM tipe 2 pasien DM tipe 2 yang umumnya diderita pada usia lanjut adalah adanya gangguan dalam pengaruhnya terhadap 185 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 fungsi sel beta pankreas serta gangguan Jumlah pasien rawat inap yang dalam cara kerja insulin, kegemukan, terdiagnosa DM tipe 2 yang mendapat kurang aktivitas fisik, obat-obatan, dan terapi obat antidiabetik di RSUD dr. adanya penyakit lain (Rochmah, 2006). Soekardjo Tasikmalaya berdasarkan jenis Jenis Kelamin kelamin dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Pasien DM Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. SoekardjoTasikmalaya Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis kelamin Jumlah Persentase % 1 Laki-laki 19 30,7 2 Perempuan 43 69,3 Total 62 100 Keterangan : Persentase dihitung dari jumlah pasien terhadap jumlah keseluruhan pasien yang diteliti. 69.3% 50 persentase (%) 40 30 30.7% 20 10 0 Laki-laki Jenis kelamin Perempua n Gambar 2 Distribusi Pasien DM Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan data tersebut perempuan memiliki tingkat resiko lebih tinggi indeks masa tubuh yang lebih besar, Sindroma siklus bulanan (premenstrual terdiagnosa penyakit DM dibandingkan syndrome), dengan laki-laki. Prevalensi DM pada membuat distribusi lemak tubuh menjadi perempuan cenderung lebih tinggi dari mudah terakumulasi (Hongdiyanto A. dkk, pada 2013). laki-laki karena secara fisik pasca-menopouse yang perempuan memiliki peluang peningkatan Lama Perawatan Tabel 3 Distribusi Pasien DM Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya berdasarkan lama perawatan No Lama Perawatan (hari) Jumlah Persentase (%) 1 1-2 1 1.6 2 3-4 16 25.8 3 5-6 22 35.5 4 >7 23 37.1 Total 62 100 Keterangan : Persentase dihitung dari jumlah pasien terhadap jumlah keseluruhan pasien yang diteliti. 186 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 35.5% 35.5 37.1% 37.1 % % 25 25.8%25.8% Pasien 20 15 10 5 0 1-2 1-2 hari hari 3-4 3-4 hari hari > 77 hari hari 5-6 hari Lama Perawatan Gambar 3 Distribusi Pasien DM Tipe 2 Rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya berdasarkan lama perawatan. Lama perawatan pasien DM tipe 2 di dengan adanya penyakit RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya sudah semakin komplek sesuai dengan standar pelayanan medis semakin lama pasien di rawat inap. rumah sakit menurut Peraturan Menteri Keadaan Pulang penyakit penyerta, penyerta Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Jumlah Pasien DM tipe 2 yang tahun 2013 pasal 1 ayat 8, yaitu rawat inap dirawat inap di RSUD dr. Soekardjo tingkat Tasikmalaya sebagian besar pulang dalam pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan. DM di pengaruhi keadaan membaik. Tabel 4 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya berdasarkan keadaan pulang perawatan. No Keadaan Pulang Jumlah Kasus Persentase % 1 Membaik 55 88.7 2 Pulang Paksa 6 9.7 3 Meninggal 1 1.6 Total 62 100 Keterangan : Persentase dihitung dari jumlah pasien terhadap jumlah keseluruhan pasien yang diteliti. 88.7% 60 50 Persentase % 40 30 9.7% 20 1.6% 10 0 Membaik Pulang paksa Meninggal Keadaan Pulang 187 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 Gambar 4 Distribusi Pasien DM Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya berdasarkan keadaan pulang perawatan. Berdasarkan rekam medis di RSUD terdapat pasien yang pulang paksa (9.7%), dr. Soekardjo Tasikmalaya, pasien yang ini dapat disebabkan oleh beberapa hal dalam keadaan membaik lebih banyak yaitu adanya ketidakpuasan dari pasien (88.7%) dibandingkan dengan pasien yang dengan fasilitas perawatan yang tersedia pulang dalam keadaan pulang paksa sehingga pasien lebih memilih untuk (9.7%) dan meninggal (1.6%) Hal ini melakukan pengobatannya di pelayanan menunjukkan bahwa pengobatan yang kesehatan lain atau melakukan pengobatan diupayakan di RSUD dr. Soekardjo di rumahnya sendiri. Tasikmalaya sudah baik. Namun masih Status Pembayaran Tabel 5 Distribusi Pasien DM Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya berdasarkan status pembayaran. No Status Pembayaran Jumlah Persentase % 1 Umum 24 38.71 2 Askin 21 33.87 3 Askes 17 27.42 Total 62 100 Keterangan : Persentase dihitung dari jumlah pasien terhadap jumlah keseluruhan pasien yang diteliti. 38.71% 25 33.87% Persentase (%) 27.42% 20 15 10 5 0 Umum Askin Askes Status Pembayaran Gambar 5 Distribusi Pasien DM Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya berdasarkan status pembayaran. Dapat dilihat bahwa mayoritas pasien Kesehatan Nomor di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya 1185/Menkes/SK/XII/2009 menggunakan pembayaran secara umum sebuah progam jaminan kesehatan untuk sebagai Askin masyarakat miskin dan tidak mampu yang adalah cara pembayaran yang kedua iurannya oleh pemerintah agar kebutuhan terbanyak. Hal ini dikarenakan kondisi dasar pasien tidak mampu dan ekonomi rendah. terpenuhi. Askin cara pembayarannya. menurut Keputusan kesehatan yang merupakan layak dapat Menteri 188 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 berdasarkan diagnosis dapt dilihat pada Jenis Diagnosa Distribusi pasien diabetes melitus tipe Tabel 4.6, Gambar 4.6, 2 rawat inap di dr. Soekardjo Tasikmalaya Tabel 6 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tasikmalaya Berdasarkan Diagnosis Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo No 1 2 Jenis diagnosa Jumlah Persentase % DM tipe 2 tunggal 15 24,2 DM tipe 2 dengan penyakit 47 75,8 penyerta Total 62 100 Keterangan : Persentase dihitung dari jumlah pasien terhadap jumlah keseluruhan pasien yang diteliti. 75.8% persentase (%) 60 40 24.2% 20 0 DM Tipe 2 Tunggal Dengan penyakit penyerta Jenis diagnosa Gambar 6 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya Berdasarkan Diagnosia Kadar glukosa darah yang tidak pembuluh darah menyempit dan terkontrol dapat menyebabkan berbagai mengurangi volume aliran darah ke komplikasi, berbagai bagian tubuh seperti mata, ginjal, baik maupun kronik. diabetes yang yang bersifat Banyaknya mengalami akut pasien jaringan saraf, dan lain sebagainya komplikasi sehingga bagian-bagian tubuh mengalami disebabkan karena umumnya komplikasi kerusakan fungsi yang serius bahkan diabetes berhubungan dengan kerusakan mengancam jiwa. Tabel 7 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe Tasikmalaya Berdasarkan karakteristik klinik 2 Rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Jenis Penyakit Jumlah DM + Ulkus DM +Hipertensi DM + Jantung DM + Gasteropati DM + Hipertensi + Hipoglikemia DM + Neropati DM + TB paru DM + Anemia DM + Gangren DM + Hipoglikemia DM +Ketoasidosis DM + Dislipidemia 15 6 6 3 3 2 1 1 1 1 1 1 Persentase (%) 31.9 12.75 12,75 6.40 6.40 4.25 2.13 2.13 2.13 2.13 2.13 2.13 189 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 DM + Ulkus + TB paru 1 2.13 DM + Hipertensi + Gangren 1 2.13 DM + Hipertensi + Parkinson 1 2.13 DM + Hipertensi + Ketoasidosis 1 2.13 DM + infeksi saluran kemih 1 2.13 DM + Hipertensi + gagal jantung + 1 2.13 penyakit jantung Total 47 100 Keterangan : Persentase dihitung dari jumlah pasien terhadap total jumlah pasien DM tipe 2 yang disertai penyakit penyerta. Pada pasien DM tipe 2 banyak menyebabkan volume cairan menjadi ditemukan penyakit penyerta Ulkus Pedis bertambah. Kenaikan volume cairan ini sebesar biasanya akan meningkatkan tekanan darah pasien. mikroorganisme Hipertensi memiliki kemungkinan dua kali staphylococcus, lebih besar terjadi pada pasien diabetes streptococcus, bakteri batang gram negatif dari pada pasien non diabetes, dimana dan kuman anaerob. Adanya infeksi pada patogenesis terjadinya komplikasi terkait diabetes sangat berpengaruh terhadap. dengan resistensi terhadap insulin dan kontrol glukosa darah. Infeksi dapat hiperinsulinemia. Untuk itu perlu di memperburuk kontrol glukosa darah, dan lakukan kadar mengurangi resiko (Guyton dan Hall, 31,9 melibatkan seperti %. Ulkus banyak bakteri glukosa darah meningkatkan yang tinggi kemudahan atau manajemen terapi untuk 1996). memperburuk infeksi (Perkeni, 2006). Penyakit komplikasi pada DM 4.3 Penggunaan Obat Antidiabetik tipe 2 yang terbanyak selain ulkus adalah Golongan obat yang digunakan pada hipertensi, sebesar Proses pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2 pada terjadinya DM hipertensi pasien yang menjalani perawatan di 12.75 %. komplikasi adalah saat kadar glukosa darah yang instalasi terlalu banyak akan menyebabkan cairan Soekardjo ekstraseluler menjadi lebih pekat karena golongan sulfonilurea, golongan biguanid, glukosa darah tidak mudah berdifusi golongan inhibitor α-glukosidase, insulin melalui atau kombinasi dari obat tersebut. Dapat pori-pori membran sehingga menarik cairan dari dalam sel dan rawat inap Di Tasikmalaya RSUD dr. meliputi, di lihat pada Tabel Tabel 8 Distribusi Penggunaan Antidiabetik pada Pasien DM Tipe 2 Rawat Inap Di RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya No Golongan Obat Insulin 1 Obat 2 Hipoglikemik Oral a. Sulfonilurea b. Golongan inhibitor α-glukosida Generik Glimepirid Acarbose Jumlah Persentase % 35 56.45 11 2 17,74 3,225 190 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 c. Golongan DPP-4 inhibitor αglukosidase Linagliptin 1 1.62 Kombinasi 3 Insulin + Glimepirid + Metformin Insulin+ glimepirid Glimepirid + Metformin Glikazid + Metformin 3 4.83 7 2 11.29 3.225 1 1.62 62 100 Total Keterangan : Persentase dihitung dari jumlah pasien yang menggunakan obat antidiabetik Antidiabetik injeksi berupa insulin yang paling banyak di gunakan adalah dibandingkan insulin regular (ACCP, 2013). injeksi novorapid atau insulin aspart Antidiabetes oral yang paling sebanyak 56.45 %. Penggunaan insulin banyak digunakan adalah sulfonilurea diberikan jika kondisi pasien DM telah terutama glimepirid sebanyak 17.74 %. drop atau memiliki kadar glukosa darah Tingginya yang sangat tinggi. Pasien DM tipe 2 yang sulfonilurea (glimepirid) ini kemungkinan memiliki kontrol glukosa darah yang tidak disebabkan baik dengan penggunaan obat antidiabetik glimepirid merupakan obat pilihan untuk oral untuk pasien dewasa, selain itu efek samping terapi obat golongan sulfonilurea yang umumnya kombinasi dengan obat oral atau insulin ringan dan frekuensi rendah, antara lain tunggal. Insulin yang diberikan lebih dini gangguan saluran cerna serta gangguan dan lebih baik terutama berkaitan dengan susunan syaraf pusat, serta mempunyai masalah tersebut efek hipoglikemia yang jarang dan rendah. diperlihatkan oleh perbaikan fungsi sel Pemakaian kombinasi beberapa beta pankreas insulin memiliki efek lain obat antidiabetes oral yang paling banyak yang menguntungkan dalam kaitannya digunakan adalah kombinasi antara insulin dengan dengan glimepirid sebanyak 11.29 %. perlu penambahan di pertimbangkan insulin sebagai glukogenesis. komplikasi Hal DM. Banyaknya penggunaan karena antidiabetes penggunaan injeksi novorapid disebabkan Kombinasi karena memiliki kerja yang cepat (rapid glimepirid dengan metformin sebanyak acting) serta memiliki keunggulan dalam 4.83 %, kombinasi obat glimepirid dan hal penyuntikannya. Insulin aspart dapat metformin disuntikan 15 menit sebelum makan. penggunaan kombinasi obat antidiabetes Selain itu, insulin kerja cepat dapat glikazid dan metformin sebanyak 1.62 %. memberikan kadar Mekanisme kerjanya glimepirid yaitu glukosa postprandial yang lebih cepat dengan menstimulasi seksresi insulin dan efek penurunan obat obat golongan antidiabetes sebanyak 3.225% insulin, dan metformin pun bekerja untuk mengurangi 191 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 glukoneogenesis hepatik, meningkatkan dosis maksimal (Soegondo, 2006) Untuk sensitifitas mengurangi kombinasi OHO dan insulin, yang banyak absorbsi glukosa pada saluran cerna. dipergunakan yang diberikan pada malam Berdasarkan mekanisme kerja kombinasi hari menjelang tidur. Dengan pendekatan obat tersebut dapat menurunkan glukosa terapi tersebut pada umumnya dapat darah lebih cepat dari pada pengobatan diperoleh kendali glukosa darah yang baik tunggal masing-masing obat. Pemakaian dengan dosis insulin yang cukup kecil kombinasi (Perkeni, 2011). insulin, dengan serta sulfonilurea sudah dapat dianjurkan sejak awal pengelolaan Penggunaan Obat Penyerta diabetes, berdasarkan hasil penelitian Obat penyerta yang digunakan untuk UKPDS (United Kingdom Prospective mengobati Diabetes Study) pasien DM tipe 2 yang pasien DM tipe 2 di RSUD dr. Soekardjo kemudian Tasikmalaya, dapat dilihat pada Tabel dapat dikendalikan dengan penyakit komplikasi pada pengobatan tunggal sulfonilurea sampai Tabel 9 Distribusi Penggunaan Obat Penyerta Pasien DM tipe 2 di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya No 1 2 3 4 Penyakit penyerta Hipertensi Ulkus (antibotik) Jantung Golongan Jumlah kasus 3 1 1 Persentase % ACE inhibitor Kaptropil Ramipril Obat hipertensi kerja sentral Angiotensin II Receptor Blocer Thiazide Kalcium chanel bloker Klonidin Telmisartan Valsartan Hidroklorotiazid Amlodipin Nifedipin 3 1 3 5 1 3,53 1,76 3,53 5,88 1,76 Kuinolon Levofloksasin 2 2,35 Nitroimidazol Sefalosporin Metronidazol Sefotakim Seftriaxon Seftazidim Cilostazol Gentamisin Digoksin Asam asetilsalisilat + glisin (Proxime®) Isosobid dinitrat Klopidogrel bisulfate Klopidogrel base Trimetazidin HCL Kalium klorida Insulin Gemfibrozil Amiodaron HCL Mecobalamin Seftriakson Sefotaksim Ranitidin Sucralfat 15 3 9 1 1 1 3 4 17,6 3,53 10,5 1,76 1,76 1,76 3,53 2,35 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 3 2 1,76 2,35 2,35 1,76 Rifampisin Ethambutol Fenitoin Ketorolak 2 1 1 1 2,35 1,76 1,76 1,76 Seftriakson 1 1,76 Non steroidal Aminoglikosida Glikosida jantung Antiangina dan antiplatelet Nitrat Antiagregasi trombosit Ketoasidosis Dislipidemia Neuropati Gangren Insulin Fibrat Benzilamide Neurotropik Seftriaxone 6 Gasteropati 7 TB Paru Reseptor histamine 2 antagonis Tukak duodenum Antibiotik 8 Parkinson 9 Infeksi saluran 5 Jenis Hidantoin NSAID (Non steroidal anti-inflammatory drugs Sefalosporin 3,53 1,76 1,76 2,35 2,35 1,76 1.76 2,35 1,76 1,76 3,53 2,35 192 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 kemih Anemia 10 Sangobion Total 1 85 1,26 100 Keterangan : persentase dihitung dari jumlah obat terhadap jumlah total obat penyerta yang di gunakan Kelas terapi obat adalah kelompok golongan insulin, obat hipoglikemik oral, obat terdiri atas beberapa golongan obat sedangkan mempunyai tujuan pengobatan yang sama biasanya diberikan obat antibiotik, kulit pada daerah ekstrimasi hipoglikemia maupun obat lain yang bawah merupakan tempat yang sering digunakan mengalami infeks. Ulkus kaki biasanya kepada untuk penyerta baik mengobati yang Converting pasien, diderita. Enzym penyakit Angiotensin (ACE) inhibitor untuk digunakan melibatkan seperti terapi banyak ulkus kaki golongan obat mikroorganisme Staphylococcus, Streptococcus, merupakan drug of choice untuk diabetes batang garam negatif dan kuman anaerob melitus hipertensi. (Perkeni, 2011). Pemberian antibiotik bagi Golongan obat ini memiliki mekanisme pasien ulkus diabetik yang terinfeksi harus kerja menghambat perubahan angiotensin memperhatikan derajat beratnya infeksi I menjadi angiotensin II, sehingga terjadi karena vasodilatasi didapatkan kuman gram positif aerobik tipe 2 dan dengan penurunan sekresi pada kronik umumnya dan sekresi natrium dan air. Golongan ACE didapatkan inhibitor tidak menimbulkan efek samping sehingga metabolik pada jangka spektrum luas, jadi pemberian antibiotik panjang yaitu mengubah perlu mempertimbangkan tingkat derajat tidak luka akut aldosteron yang menyebabkan terjadinya penggunaan untuk infeksi atau mikroorganisme perlu berat multipel diberikan antibiotik metabolisme karbohidrat maupun kadar infeksi ulkus diabetik (Sarwono, 2005). lipid dan asam urat dalam plasma. Selain Evaluasi Kerasionalan Pengobatan itu golongan ACE dapat Pemberian obat antidiabetes yang mengurangi resistensi insulin, sehingga tepat merupakan hal yang sangat penting golongan ini sangat menguntungkan bagi mengingat penderita diabetes melitus tipe 2 dengan kejadian serta pentingnya penanganan hipertensi (Ganiswarna, 1995). Pemberian secara tepat terhadap penyakit DM tipe 2 ACE reseptor dan komplikasi yang ditimbulkan nya, angiotensin II, dan antagonis kalsium maka terapi diabetes harus dilaksanakan golongan rasional secara farmakologi. Ketetapan Inhibitor, inhibitor penyekat non-dihidropiridin dapat begitu terapi inhibitor juga dapat memperbaiki kinerja pemilihan terapi, pemberian terapi serta kardiovaskuler (Perkeni, 2006). evaluasi terapi. Evaluasi penggunaan obat merupakan proses angka memperbaiki mikro albuminuria. ACE Ulkus dipengaruhi tingginya diagnosis, penyakit merupakan suatu proses jaminan mutu penyerta DM tipe 2 yang terbanyak yang terstruktur dan dilakukan secara dengan mendapat terapi DM berupa obat terus menerus untuk menjamin agar obat193 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 obat yang digunakan tepat, aman, dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan efisien (Kumolosari, 2001). glukosa darah puasa, namun pemeriksaan Tepat Indikasi ini memiliki ketebatasan tersendiri yaitu Tepat indikasi adalah ketepatan penggunaan antidiabetik dasar dalam praktik sangat jarang dilakukan. diagnosis yang di tegakkan, sesuai dengan Ketiga pemeriksaan glukosa plasma puasa diagnosis yang tercantum di rekam medis > 126 mg/dl yang akan lebih mudah untuk yang dilakukan, mudah diterima, oleh pasien. memiliki kadar atas sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan glukosa darah sewaktu >200 mg/dL. Diagnosis diabetes (Perkeni. 2011). mellitus dapat ditegakan melalui tiga cara. Berdasarkan hasil penelitian Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, ketepatan indikasi, dari jumlah 62 pasien maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu diabetes mellitus yang memenuhi kriteria >200 untuk kerasionalan tepat indikasi yaitu DM Tipe menegakan diagnosis diabetes mellitus. 2 sebanyak (88,71%) dan Bukan DM Tipe Kedua dengan TTGO, meskipun TTGO 2 (11,29%) dapat dilihat pada Tabel 10. mg/dl sudah cukup dengan beban 75 g lebih sensitif dan Tabel 10 Distribusi Persentase Tepat Indikasi DM tipe 2 di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya No Indikasi DM Tipe 2 Jumlah Persentase % 1 DM Tipe 2 55 88,71 2 Bukan DM Tipe 2 7 11,29 Total 62 100 Keterangan : Persentase dihitung dari jumlah pasien tepat indikasi terhadap jumlah keseluruhan pasien yang diteliti. Tepat obat Ketepatan obat adalah kesesuaian RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya telah sesuai standar perkeni 2011. Jika dengan pemilihan suatu obat diantaranya beberapa perubahan jenis obat yang mempunyai indikasi untuk antidiabetik tidak menghasilkan kadar penyakit DM yang telah ditetapkan pada glukosa darah yang diinginkan, langkah literatur dan disesuaikan dengan riwayat selanjutnya pengobatan pasien yang telah digunakan intensifikasi terapi insulin kerja pendek sebelumnya. dan cepat yang diberikan sebelum makan Berdasarkan dari data diagnosa yang sudah tepat maka harus dilakukan gaya harus hidup dan dimulai obat dengan untuk menurunkan glukosa darah. Tepat Dosis pemilihan obat yang tepat. Pemilihan Dosis merupakan salah satu hal suatu obat yang tepat dapat dilihat dari yang menjadi pertimbangan pada kelas terapi dan jenis obat yang sesuai penilaian ketepatan. Dosis yang diberikan dengan diagnosanya. Hasil penelitian harus sesuai dengan keadaan pasien, dan ketepatan obat pada pasien diabetes di juga dosis yang sudah di tetapkan pada 194 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 literature dalam guideline. Berdasarkan aturan pakai yang berbeda-beda. Aturan hasil evaluasi penggunaan antidiabetik pemakaian pada pengobatan DM Tipe 2 di RSUD dr. penggunaan obat (sebelum atau sesudah Soekardjo 2013, makan), frekuensi pemberian, dan rute diperoleh bahwa penggunaan antidiabetes pemberian obat. Aturan penggunaan obat tepat dosis 100%. Penilaian ketepatan berdasarkan data dari rekam medis yang di dosis pada peroleh pada evaluasi penggunaan obat regimen dosis yang di berikan. Ketepatan antidiabetik di RSUD dr. Soekardjo dosis harus diperhitungkan agar obat Tasikmalaya, telah memiliki kesesuiaian antidiabetik 100% dengan standar PERKENI 2011. Tasikmalaya pada maksimal pasien didasarkan dapat dalam tahun bekerja dengan menurunkan kadar ini meliputi waktu Interaksi Obat glukosa. Interaksi obat merupakan hal yang sangat dihindari dari pemberian obat. Tepat Pasien Pemberian obat antidiabetik harus disesuaikan obat dengan keadaan Interaksi akan mempengaruhi kadar masing- glukosa darah. Hal ini dapat menyebabkan masing pasien dan tidak mempunyai kadar glukosa darah yang menurun secara kontraindikasi drastis terhadap obat yang (hipoglikemia) atau dapat digunakan. Ketepatan pasien dapat dilihat menyebabkan keadaan kadar glukosa dari kesesuaian dengan kondisi pasien. darah melebihi normal Berdasarkan hasil penelitian dari data (hiperglikemia). rekam medis, dari 62 pasien yang Berdasarkan hasil evaluasi pengobatan menggunakan obat antidiabetik di RSUD DM yang menggunakan obat antidiabetik dr. Soekardjo Tasikmalaya selama periode di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya pada Juli-Desember 2013, tidak terdapat kasus tahun 2013 terdapat interaksi antara kontraindikasi. penggunaan obat antidiabetik dengan obat Tepat Cara Pemberian yang lain yang di gunakan oleh pasien Cara pemberian merupakan aturan pemakaian obat yang harus diperhatikan yang batas rawat inap sebesar 43,55%, dapat dilihat pada Tabel 11. oleh pasien DM. Setiap obat memiliki Tabel 11 Jumlah pasien dengan kasus interkaksi obat No Kasus Jumlah Presentase % 1 Pasien dengan interaksi obat 27 43,55 2 Pasien tanpa interkasi obat 35 56,45 Total 62 100 Keterangan : persentase dihitung dari interaksi obat terhadap jumlah total pasien tepat indikasi. Evaluasi Kerasionalan tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat Evaluasi kerasionalan dilakukan cara pemberian. Keempat aspek ketepatan dengan memperhatikan evaluasi hasil ini harus dapat memberikan nilai tepat 195 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 hingga hasil akhir evaluasi dinyatakan Tentang tepat seluruhnya. Sehingga dapat diambil Farmasi Di Rumah Sakit Jakarta: keputusan bahwa pemberian antidiabetik Depkes RI sudah dinyatakan rasional jika sudah Departemen Standar Pelayanan Kesehatan Republik dinyatakan tepat pada keempat aspek Indonesia. ketepatan No.269/MENKES/PER/2008 pada setiap pemberian antidiabetik pada pasien. 2008. Permenkes tanggal 12 Maret 2008 Tentang Rekam Medis. Jakarta: Depkes RI KESIMPULAN Departemen Berdasarkan hasil penelitian yang Indonesia. telah di lakukan di RSUD dr. Soekardjo pasien (56,45%), obat (OHO) RI Departemen hipoglikemik dengan Mellitus. Jakarta: Depkes RI Guyton A.C., dan Hall, J.E., 1996, Textbook Of Medical Physiologi, indikasi (88,71%), tepat obat (100%), (100%) dan tepat cara pemberian (100%). America College Of Clinical Pharmacy. 2013. Pharmacotherapy Review advanced Clinical Pharmacy Practice and Impaired Glicose Tolrnce in Indonesia Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta : Gaya Harvey, Rhichad. Kesehatan A., & Champe, Phamela. C. 2014. Farmakologi : EGC Hongdiyanto, Arnold., & dkk. 2014. Evaluasi Republik Indonesia. 2004. Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 Kerasionalan Pengobatan DM Tipe 2 Pada Pasien Rawat Inap Di RSUP Prof. dr.R. D. Kandou Manado Tahun 2013. ISSN, 3, (2), 2302-2493 Karam, J.H. 2007, Diabetes Mellius and Hypoglikemia dalam McPee S.J. and Baru Departemen EGC, Jakarta Ulasan Bergambar Edisi 4 Jakarta DAFTAR PUSTAKA Programfpr Republik Care Untuk Penyakit Diabetes obat DM bisa di katakan rasional tepat tepat dosis (100%), dan tepat pasien Kesehatan Indonesia. 2005. Pharmaceutical Insulin sebanyak 13 pasien (29.96%). Penggunaan Permenkes Di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes Juli 2013 – tunggal sebanyak 14 pasien (22,58%), kombinasi 2014. Sstandar Pelayanan Kefarmasian obat antidiabetik yang paling banyak Desember 2013 yaitu Insulin sebanyak 35 Republik No.58/MENKES/PER/2014 Tasikmalaya dapat disimpulkan bahwa digunakan pada periode Kesehatan Papadakis M.A., Curent Medical Diagnosis and Treatment, 1231-1241, McGraw Hill Medical, New York 196 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 Katzhung, Betram. G., & dkk. 2014. Rizal, Nofira Buana. 2008. Faktor-Faktor Farmakologi Dasar & Klinik yang Edisi 12 Jakarta : EGC Kejadian PJK pada Penderita DM Keban, Sesilia. A., & dkk. 2013. Evaluasi berhubungan dengan tipe 2 di RSUP DR. M. Djamil Hasil Edukasi Farmasis Pada Padang. Pasien DM Tipe 2 Di Rumah Sakit Program Studi Ilmu Keperawatan dr. Sardjito Yogyakarta. ISSN, 11, Universitas Andalas Padang (1), 1693-1831. Padang : Siregar C.J.P., dan Amalia,L. 2004. Kumolosari, E., Siregar, C.J.P.,Susiani, Farmasi Rumah Sakit, Teori dan S.,Amalia, L., dan Puspawati, F., 2001,Studi Skripsi. Penggunaan Suherman, Suhart. K. 2009. Departemen Antibiotika Betalaktam di ruang Farmakologi dan Terapetik Edisi Perawatan 5 Jakarta : FKUI Rumah Pola Penerapan. Jakarta: EGC Bedah Sakit di di Sebuah Bandung, Soegondo s., 2006 b, Farmakoterapi pada Institut pengendalian Glikemia Diabetes LaporanPenelitian, Teknologi Bandung, Bandung. Mellitus Tipe 2, dalam Sudoyo Merentek E. Resistensi Insulin Pada A.W., setiyohadi B.,Alwi I., Diabtes Tipe 2. Cermin Dunia Simabrata M., SetiatiS., Buku Ajar Kedokteran, 2006: 150 Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Perkumpulan Endokrinologi 1882-1887, Pusat Penerbitan Departmen Ilmu Pencegahan Penyakit Dalam Tipe Kedokteran Universitas Indonesia, (PERKENI). 2011. Pengelolaan dan Diabetes Melitus Indonesia Indonesia Edisi Konsesus 2011. Perkumpulan 2 di Jakarta: Endokrinologi Indonesia. Perkumpulan Fakultas Jakarta Triplitt, C.L., C.A. Isley.L.I. 2005. Diabetes Mellitus, dalam Dipro, Endokrinologi Indonesia J.T, Talbert, R.I., Yee, G.C., Konsesus Matzke, G.R., Welss, B.G., Posey, Pencegahan L.M., (Eds), Pharmacotheraphy a Tipe di Phathophysiologi Approach, sixth Jakarta: edition 1333-1365, Appleton and (PERKENI). 2006. Pengelolaan dan Diabetes IV, Melitus Indonesia Perkumpulan 2011. 2 Endokrinologi Lange, Standford Canneticut. Indonesia. 197