EVALUASI KERASIONALAN PENGOBATAN DIABETES MELITUS

advertisement
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
EVALUASI KERASIONALAN PENGOBATAN DIABETES MELITUS TIPE 2
PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD dr. SOEKARDJO TASIKMALAYA
Nur Rahayuningsih, Ilham Alifiar, Elis Sri Mulyani
Program Studi S1 Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk Mengevaluasi kerasionalan pengobatan Diabetes Melitus tipe 2
pada pasien rawat inap di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya periode Juli-Desember 2013. Penelitian
ini dilakukan terhadap 62 catatan rekam medik pasien penderita Diabetes Melitus tipe 2. Hasilnya
menunjukkan bahwa dari 62 pasien Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
periode Juli- Desember 2013 adalah berusia 17-60. Pasien Diabetes Melitus tipe 2 terdiri sebanyak
(30,9%) pasien laki-laki dan (69,3%) pasien perempuan, obat antidiabetik yang paling banyak
digunakan pada periode Juli 2013 – Desember 2013 yaitu Insulin sebanyak 35 pasien (56,45%), obat
hipoglikemik tunggal sebanyak 14 pasien (22,58%), kombinasi (OHO) dengan Insulin sebanyak 13
pasien (29.96%). Penggunaan obat DM bisa di katakan rasional tepat indikasi (88,71%), tepat obat
(100%), tepat dosis (100%), dan tepat pasien (100%) dan tepat cara pemberian (100%).
Kata Kunci : Evaluasi kerasionalan obat, Diabetes Melitus, antidiabetik
Abstract
This study aimed to evaluate the rationality treatment of type 2 diabetes mellitus in
hospitalized patients in dr. Soekardjo Tasikmalaya period of July-August 2013. The study was
conducted on 62 patients with a medical record of diabetes mellitus type 2. The results showed that of
62 patients with type 2 diabetes mellitus in dr. Soekardjo Tasikmalaya period of July-August 2013
were aged 17-60. Patients with type 2 diabetes mellitus comprising as many (30.9%) patients were
males and (69.3%) patients were female, antidiabetic drugs most widely used in the period July 2013 December 2013, namely Insulin total of 35 patients (56.45% ), single hypoglycemic drugs as many as
14 patients (22.58%), combination (OHO) with Insulin as many as 13 patients (29.96%). The use of
drugs rationally DM can say right indication (88.71%), the right medication (100%), the right dosage
(100%), right tdan patients (100%) and appropriate mode of administration (100%).
Keyword :Evaluation of rationality medicine, Diabetes Mellitus, Antidiabetik.
meningkat hingga dua sampai tiga kali
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu
sindrom
gangguan
ditandai
dengan
metabolism
hiperglikemia
dan
yang
lipat pada tahun 2030 dari 8,4 juta
mencapai 21,3 juta orang (Perkeni, 2011).
Hampir 90% DM pada orang dewasa
disebabkan oleh defisiensi absolute atau
merupakan DM Tipe 2.
relative dari sekresi insulin dan atau
merupakan
gangguan kerja insulin (Greenspan et.al
dengan
dikutip dari Rizal, 2008).
mempengaruhinya. Penyakit ini ditandai
penyakit
banyak
DM Tipe 2
yang
heterogen
faktor
yang
DM merupakan salah satu penyakit
dengan adanya gangguan metabolic yaitu
yang telah menjadi masalah kesehatan
gangguan fungsi sel β pankreas dan
dunia. Badan Kesehatan Dunia (World
resistensi insulin di jaringan perifer seperti
Health
jaringan otot dan jaringan lemak, serta
Organization/WHO)
memperkirakan jumlah penderita diabetes
resistensi
melitus
mengakibatkan terjadinya hiperglikemia
(DM)
di
Indonesia
akan
insulin
dihati.
Hal
ini
183
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
kronik dan dalam jangka panjang, dapat
sampai
terjadi komplikasi yang serius. Resistensi
pengambilan data sekunder, yaitu dari
insulin
rekam
dianggap
sebagai
salah
satu
Desember
medis.
2013
Hasil
melalui
penelitian
mekanisme yang mendasari terjadinya
dibandingkan dengan Standar Pengobatan
DM Tipe 2 (Merentek, 2006).
Diabetes
Tingginya
pentingnya
angka
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
secara
tepat
Melitus Tipe 2 di Indonesia Tahun 2006.
yang ditimbulkannya, maka terapi DM
Kerasionalan
Kosensus
serta
penanganan
dilakukan
menurut
kejadian
terhadap penyakit DM dan komplikasi
harus
Mellitus
secara
pengobatan
rasional.
terdiri
atas
Sampel
Sampel penelitian yang diambil yaitu
pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Penetapan
Kriteria
ketepatan terapi yang dipengaruhi proses
Eksklusi
diagnosis, pemilihan terapi, pemberian
a. Kriteria Inklusi
pasien
penggunaan obat merupakan suatu proses
penelitian ini yaitu pasien DM tipe 2
jaminan
dan
yang menjalani rawat inap, yang
dilakukan secara terus menerus untuk
berusia 17-60 tahun (dewasa) berjenis
menjamin agar obat-obat yang digunakan
kelamin laki – laki dan perempuan.
yang
terstruktur
tepat, aman dan efisien (Kumolosari,
2001).
diikutsertakan
dan
terapi, serta evaluasi terapi. Evaluasi
mutu
yang
Inklusi
dalam
b. Kriteria Eksklusi
Pasien yang tidak diikutsertakan dalam
Mengingat
diabetes
mellitus
penelitian ini yaitu pasien DM tipe 2
merupakan salah satu gangguan metabolic
dengan
dimana pada keadaan gawat darurat dapat
lengkap atau tidak terbaca dengan
menimbulkan komplikasi yang angka
jelas.
kematiannya masih tinggi yaitu 8,4 juta
rekam
medis
yang
tidak
Kriteria Obat
pada tahun 2000 dan 21,3 juta pada tahun
Obat yang di teliti pada penelitian ini
2030, maka perlu dilakukanpenelitian
yaitu obat hipoglikemik oral (OHO) dan
untuk
insulin.
mengevaluasi
kerasionalan
pengobatan penyakit diabetes mellitus tipe
2 pada pasien rawat inap di RSUD dr.
Soekardjo Tasikmalaya.
Pengelompokan Data
Dari data rekam medis yang termasuk
ke dalam kriteria inklusi, dicatat yang
terkait ke dalam kriteria penggunaan obat
METODOLOGI PENELITIAN
rasional. Data yang diambil yaitu jenis
Desain Penelitian
kelamin, umur, berat badan, jenis diet,
Penelitian ini merupakan studi cross
sectional dengan menggunakan desain
deskriptif.
Pengambilan
data
secara
retrospektif dari periode Bulan Juli 2013
diagnosis,
regimen
obat
DM,
hasil
laboratorium, status pulang dan cara
pembayaran.
Pengolahan Data
184
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
Data
yang
telah
terkumpul
melalui data rekam medis yang ada di
selanjutnya diolah sebagai tindak lanjut
RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya dari
evaluasi kerasionalan pengobatan DM tipe
bulan Juli sampai Desember 2013, dengn
2 berdasarkan kelas terapi dilakukan
jumlah pasien yang di teliti sebanyak 62
perpasien dengan menggunakan referensi
pasien.
standar Informatorium Obat Nasional
Data Demografi Pasien
Indonesia (IONI), PB Perkeni, Guidelines
Umur
for clinical practice for developing a
Pengelompokan pasien berdasarkan
diabetes mellitus comprehensive care
umur
dilakukan
untuk
mengetahui
plan.
karakteristik umur yang terdiagnosis DM
tipe 2. Jumlah DM tipe 2 di RSUD dr.
PEMBAHASAN
Penelitian
mengevaluasi
Soekardjo Tasikmalaya selama periode
ini
dilakukan
untuk
Juli-Desember 2013 paling banyak pada
kerasionalan pengobatan
umur 51-60. Dapat dilihat pada 1.
pasien DM Tipe 2 yang dirawat inap
Tabel 1
Distribusi Pasien DM Tipe 2 yang dirawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Berdasarkan Umur
No
1
2
3
Umur (tahun)
36-38
40-50
51-60
Total
Jumlah
3
16
43
62
Persentase %
4,9
25,8
69,3
100 %
Keterangan :
Persentase dihitung dari jumlah pasien terhadap jumlah keseluruhan pasien yang diteliti.
Pasien
60
69.3%
40
20
25.8%
4.9%
0
36-38
40-50
51-60
Umur
Gambar 1 Distribusi Pasien DM
Berdasarkan Umur
Tipe
2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Dapat dilihat bahwa pasien DM tipe 2
pada orang dewasa dan geriatri. Umur
lebih banyak terjadi pada usia 51 tahun
merupakan salah satu faktor yang sangat
hingga usia 60 tahun. Data umur dalam
penting
penelitian ini dipergunakan untuk menjadi
prevalensi DM. Faktor yang menunjang
batasan dalam mengetahui banyaknya
tingginya angka prevalensi DM tipe 2
pasien DM tipe 2 yang umumnya diderita
pada usia lanjut adalah adanya gangguan
dalam
pengaruhnya
terhadap
185
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
fungsi sel beta pankreas serta gangguan
Jumlah pasien rawat inap yang
dalam cara kerja insulin, kegemukan,
terdiagnosa DM tipe 2 yang mendapat
kurang aktivitas fisik, obat-obatan, dan
terapi obat antidiabetik di RSUD dr.
adanya penyakit lain (Rochmah, 2006).
Soekardjo Tasikmalaya berdasarkan jenis
Jenis Kelamin
kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Distribusi Pasien DM Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. SoekardjoTasikmalaya Berdasarkan
Jenis Kelamin
No
Jenis kelamin
Jumlah
Persentase %
1
Laki-laki
19
30,7
2
Perempuan
43
69,3
Total
62
100
Keterangan :
Persentase dihitung dari jumlah pasien terhadap jumlah keseluruhan pasien yang
diteliti.
69.3%
50
persentase (%)
40
30
30.7%
20
10
0
Laki-laki
Jenis kelamin
Perempua
n
Gambar 2 Distribusi Pasien DM Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data tersebut perempuan
memiliki
tingkat
resiko lebih tinggi
indeks masa tubuh yang lebih besar,
Sindroma siklus bulanan (premenstrual
terdiagnosa penyakit DM dibandingkan
syndrome),
dengan laki-laki. Prevalensi DM pada
membuat distribusi lemak tubuh menjadi
perempuan cenderung lebih tinggi dari
mudah terakumulasi (Hongdiyanto A. dkk,
pada
2013).
laki-laki
karena
secara fisik
pasca-menopouse
yang
perempuan memiliki peluang peningkatan
Lama Perawatan
Tabel 3 Distribusi Pasien DM Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya berdasarkan
lama perawatan
No Lama Perawatan (hari) Jumlah
Persentase (%)
1
1-2
1
1.6
2
3-4
16
25.8
3
5-6
22
35.5
4
>7
23
37.1
Total
62
100
Keterangan : Persentase dihitung dari jumlah pasien terhadap jumlah keseluruhan pasien yang diteliti.
186
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
35.5%
35.5 37.1% 37.1
%
%
25
25.8%25.8%
Pasien
20
15
10
5
0
1-2
1-2 hari
hari
3-4
3-4 hari
hari
> 77 hari
hari
5-6 hari
Lama Perawatan
Gambar 3
Distribusi Pasien DM Tipe 2 Rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
berdasarkan lama perawatan.
Lama perawatan pasien DM tipe 2 di
dengan
adanya
penyakit
RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya sudah
semakin
komplek
sesuai dengan standar pelayanan medis
semakin lama pasien di rawat inap.
rumah sakit menurut Peraturan Menteri
Keadaan Pulang
penyakit
penyerta,
penyerta
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71
Jumlah Pasien DM tipe 2 yang
tahun 2013 pasal 1 ayat 8, yaitu rawat inap
dirawat inap di RSUD dr. Soekardjo
tingkat
Tasikmalaya sebagian besar pulang dalam
pertama
adalah
pelayanan
kesehatan perorangan. DM di pengaruhi
keadaan membaik.
Tabel 4
Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya berdasarkan keadaan pulang perawatan.
No
Keadaan Pulang
Jumlah Kasus Persentase %
1
Membaik
55
88.7
2
Pulang Paksa
6
9.7
3
Meninggal
1
1.6
Total
62
100
Keterangan :
Persentase dihitung dari jumlah pasien terhadap jumlah keseluruhan pasien yang
diteliti.
88.7%
60
50
Persentase %
40
30
9.7%
20
1.6%
10
0
Membaik
Pulang paksa
Meninggal
Keadaan Pulang
187
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
Gambar 4 Distribusi Pasien DM Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
berdasarkan keadaan pulang perawatan.
Berdasarkan rekam medis di RSUD
terdapat pasien yang pulang paksa (9.7%),
dr. Soekardjo Tasikmalaya, pasien yang
ini dapat disebabkan oleh beberapa hal
dalam keadaan membaik lebih banyak
yaitu adanya ketidakpuasan dari pasien
(88.7%) dibandingkan dengan pasien yang
dengan fasilitas perawatan yang tersedia
pulang dalam keadaan pulang paksa
sehingga pasien lebih memilih untuk
(9.7%) dan meninggal (1.6%) Hal ini
melakukan pengobatannya di pelayanan
menunjukkan bahwa pengobatan yang
kesehatan lain atau melakukan pengobatan
diupayakan di RSUD dr. Soekardjo
di rumahnya sendiri.
Tasikmalaya sudah baik. Namun masih
Status Pembayaran
Tabel 5 Distribusi Pasien DM Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya berdasarkan
status pembayaran.
No
Status Pembayaran
Jumlah
Persentase %
1
Umum
24
38.71
2
Askin
21
33.87
3
Askes
17
27.42
Total
62
100
Keterangan :
Persentase dihitung dari jumlah pasien terhadap jumlah keseluruhan pasien yang
diteliti.
38.71%
25
33.87%
Persentase (%)
27.42%
20
15
10
5
0
Umum
Askin
Askes
Status
Pembayaran
Gambar 5
Distribusi Pasien DM Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
berdasarkan status pembayaran.
Dapat dilihat bahwa mayoritas pasien
Kesehatan
Nomor
di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
1185/Menkes/SK/XII/2009
menggunakan pembayaran secara umum
sebuah progam jaminan kesehatan untuk
sebagai
Askin
masyarakat miskin dan tidak mampu yang
adalah cara pembayaran yang kedua
iurannya oleh pemerintah agar kebutuhan
terbanyak. Hal ini dikarenakan kondisi
dasar
pasien tidak mampu dan ekonomi rendah.
terpenuhi.
Askin
cara
pembayarannya.
menurut
Keputusan
kesehatan
yang
merupakan
layak
dapat
Menteri
188
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
berdasarkan diagnosis dapt dilihat pada
Jenis Diagnosa
Distribusi pasien diabetes melitus tipe
Tabel 4.6, Gambar 4.6,
2 rawat inap di dr. Soekardjo Tasikmalaya
Tabel 6 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus
Tasikmalaya Berdasarkan Diagnosis
Tipe
2 rawat Inap Di RSUD dr.
Soekardjo
No
1
2
Jenis diagnosa
Jumlah
Persentase %
DM tipe 2 tunggal
15
24,2
DM tipe 2 dengan penyakit
47
75,8
penyerta
Total
62
100
Keterangan :
Persentase dihitung dari jumlah pasien terhadap jumlah keseluruhan pasien yang
diteliti.
75.8%
persentase (%)
60
40
24.2%
20
0
DM Tipe 2 Tunggal
Dengan penyakit penyerta
Jenis diagnosa
Gambar 6
Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya Berdasarkan Diagnosia
Kadar glukosa darah yang tidak
pembuluh
darah
menyempit
dan
terkontrol dapat menyebabkan berbagai
mengurangi volume aliran darah ke
komplikasi,
berbagai bagian tubuh seperti mata, ginjal,
baik
maupun
kronik.
diabetes
yang
yang
bersifat
Banyaknya
mengalami
akut
pasien
jaringan
saraf,
dan
lain
sebagainya
komplikasi
sehingga bagian-bagian tubuh mengalami
disebabkan karena umumnya komplikasi
kerusakan fungsi yang serius bahkan
diabetes berhubungan dengan kerusakan
mengancam jiwa.
Tabel 7 Distribusi Pasien Diabetes Mellitus Tipe
Tasikmalaya Berdasarkan karakteristik klinik
2 Rawat Inap Di RSUD dr. Soekardjo
Jenis Penyakit
Jumlah
DM + Ulkus
DM +Hipertensi
DM + Jantung
DM + Gasteropati
DM + Hipertensi + Hipoglikemia
DM + Neropati
DM + TB paru
DM + Anemia
DM + Gangren
DM + Hipoglikemia
DM +Ketoasidosis
DM + Dislipidemia
15
6
6
3
3
2
1
1
1
1
1
1
Persentase
(%)
31.9
12.75
12,75
6.40
6.40
4.25
2.13
2.13
2.13
2.13
2.13
2.13
189
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
DM + Ulkus + TB paru
1
2.13
DM + Hipertensi + Gangren
1
2.13
DM + Hipertensi + Parkinson
1
2.13
DM + Hipertensi + Ketoasidosis
1
2.13
DM + infeksi saluran kemih
1
2.13
DM + Hipertensi + gagal jantung +
1
2.13
penyakit jantung
Total
47
100
Keterangan :
Persentase dihitung dari jumlah pasien terhadap total jumlah pasien DM tipe 2 yang
disertai penyakit penyerta.
Pada pasien DM tipe 2 banyak
menyebabkan volume cairan menjadi
ditemukan penyakit penyerta Ulkus Pedis
bertambah. Kenaikan volume cairan ini
sebesar
biasanya
akan meningkatkan tekanan darah pasien.
mikroorganisme
Hipertensi memiliki kemungkinan dua kali
staphylococcus,
lebih besar terjadi pada pasien diabetes
streptococcus, bakteri batang gram negatif
dari pada pasien non diabetes, dimana
dan kuman anaerob. Adanya infeksi pada
patogenesis terjadinya komplikasi terkait
diabetes sangat berpengaruh terhadap.
dengan resistensi terhadap insulin dan
kontrol glukosa darah. Infeksi dapat
hiperinsulinemia. Untuk itu perlu di
memperburuk kontrol glukosa darah, dan
lakukan
kadar
mengurangi resiko (Guyton dan Hall,
31,9
melibatkan
seperti
%.
Ulkus
banyak
bakteri
glukosa
darah
meningkatkan
yang
tinggi
kemudahan
atau
manajemen
terapi
untuk
1996).
memperburuk infeksi (Perkeni, 2006).
Penyakit komplikasi pada DM
4.3 Penggunaan Obat Antidiabetik
tipe 2 yang terbanyak selain ulkus adalah
Golongan obat yang digunakan pada
hipertensi,
sebesar
Proses
pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2 pada
terjadinya
DM
hipertensi
pasien yang menjalani perawatan di
12.75
%.
komplikasi
adalah saat kadar glukosa darah yang
instalasi
terlalu banyak akan menyebabkan cairan
Soekardjo
ekstraseluler menjadi lebih pekat karena
golongan sulfonilurea, golongan biguanid,
glukosa darah tidak mudah berdifusi
golongan inhibitor α-glukosidase, insulin
melalui
atau kombinasi dari obat tersebut. Dapat
pori-pori
membran
sehingga
menarik cairan dari dalam sel dan
rawat
inap
Di
Tasikmalaya
RSUD
dr.
meliputi,
di lihat pada Tabel
Tabel 8 Distribusi Penggunaan Antidiabetik pada Pasien DM Tipe 2 Rawat Inap Di RSUD
dr.Soekardjo Tasikmalaya
No
Golongan Obat
Insulin
1
Obat
2 Hipoglikemik Oral
a. Sulfonilurea
b. Golongan inhibitor α-glukosida
Generik
Glimepirid
Acarbose
Jumlah
Persentase %
35
56.45
11
2
17,74
3,225
190
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
c. Golongan DPP-4 inhibitor αglukosidase
Linagliptin
1
1.62
Kombinasi
3
Insulin +
Glimepirid +
Metformin
Insulin+ glimepirid
Glimepirid +
Metformin
Glikazid +
Metformin
3
4.83
7
2
11.29
3.225
1
1.62
62
100
Total
Keterangan : Persentase dihitung dari jumlah pasien yang menggunakan obat antidiabetik
Antidiabetik injeksi berupa insulin
yang paling banyak di gunakan adalah
dibandingkan insulin regular (ACCP,
2013).
injeksi novorapid atau insulin aspart
Antidiabetes oral yang paling
sebanyak 56.45 %. Penggunaan insulin
banyak digunakan adalah sulfonilurea
diberikan jika kondisi pasien DM telah
terutama glimepirid sebanyak 17.74 %.
drop atau memiliki kadar glukosa darah
Tingginya
yang sangat tinggi. Pasien DM tipe 2 yang
sulfonilurea (glimepirid) ini kemungkinan
memiliki kontrol glukosa darah yang tidak
disebabkan
baik dengan penggunaan obat antidiabetik
glimepirid merupakan obat pilihan untuk
oral
untuk
pasien dewasa, selain itu efek samping
terapi
obat golongan sulfonilurea yang umumnya
kombinasi dengan obat oral atau insulin
ringan dan frekuensi rendah, antara lain
tunggal. Insulin yang diberikan lebih dini
gangguan saluran cerna serta gangguan
dan lebih baik terutama berkaitan dengan
susunan syaraf pusat, serta mempunyai
masalah
tersebut
efek hipoglikemia yang jarang dan rendah.
diperlihatkan oleh perbaikan fungsi sel
Pemakaian kombinasi beberapa
beta pankreas insulin memiliki efek lain
obat antidiabetes oral yang paling banyak
yang menguntungkan dalam kaitannya
digunakan adalah kombinasi antara insulin
dengan
dengan glimepirid sebanyak 11.29 %.
perlu
penambahan
di
pertimbangkan
insulin
sebagai
glukogenesis.
komplikasi
Hal
DM.
Banyaknya
penggunaan
karena
antidiabetes
penggunaan injeksi novorapid disebabkan
Kombinasi
karena memiliki kerja yang cepat (rapid
glimepirid dengan metformin sebanyak
acting) serta memiliki keunggulan dalam
4.83 %, kombinasi obat glimepirid dan
hal penyuntikannya. Insulin aspart dapat
metformin
disuntikan 15 menit sebelum makan.
penggunaan kombinasi obat antidiabetes
Selain itu, insulin kerja cepat dapat
glikazid dan metformin sebanyak 1.62 %.
memberikan
kadar
Mekanisme kerjanya glimepirid yaitu
glukosa postprandial yang lebih cepat
dengan menstimulasi seksresi insulin dan
efek
penurunan
obat
obat
golongan
antidiabetes
sebanyak
3.225%
insulin,
dan
metformin pun bekerja untuk mengurangi
191
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
glukoneogenesis hepatik, meningkatkan
dosis maksimal (Soegondo, 2006) Untuk
sensitifitas
mengurangi
kombinasi OHO dan insulin, yang banyak
absorbsi glukosa pada saluran cerna.
dipergunakan yang diberikan pada malam
Berdasarkan mekanisme kerja kombinasi
hari menjelang tidur. Dengan pendekatan
obat tersebut dapat menurunkan glukosa
terapi tersebut pada umumnya dapat
darah lebih cepat dari pada pengobatan
diperoleh kendali glukosa darah yang baik
tunggal masing-masing obat. Pemakaian
dengan dosis insulin yang cukup kecil
kombinasi
(Perkeni, 2011).
insulin,
dengan
serta
sulfonilurea sudah
dapat dianjurkan sejak awal pengelolaan
Penggunaan Obat Penyerta
diabetes, berdasarkan hasil penelitian
Obat penyerta yang digunakan untuk
UKPDS (United Kingdom Prospective
mengobati
Diabetes Study) pasien DM tipe 2 yang
pasien DM tipe 2 di RSUD dr. Soekardjo
kemudian
Tasikmalaya, dapat dilihat pada Tabel
dapat
dikendalikan
dengan
penyakit
komplikasi
pada
pengobatan tunggal sulfonilurea sampai
Tabel 9 Distribusi Penggunaan Obat Penyerta Pasien DM tipe 2 di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
No
1
2
3
4
Penyakit
penyerta
Hipertensi
Ulkus
(antibotik)
Jantung
Golongan
Jumlah
kasus
3
1
1
Persentase %
ACE inhibitor
Kaptropil Ramipril
Obat hipertensi kerja
sentral
Angiotensin II
Receptor Blocer
Thiazide
Kalcium chanel bloker
Klonidin
Telmisartan
Valsartan
Hidroklorotiazid
Amlodipin
Nifedipin
3
1
3
5
1
3,53
1,76
3,53
5,88
1,76
Kuinolon
Levofloksasin
2
2,35
Nitroimidazol
Sefalosporin
Metronidazol
Sefotakim
Seftriaxon
Seftazidim
Cilostazol
Gentamisin
Digoksin
Asam asetilsalisilat +
glisin (Proxime®)
Isosobid dinitrat
Klopidogrel bisulfate
Klopidogrel base
Trimetazidin HCL
Kalium klorida
Insulin
Gemfibrozil
Amiodaron HCL
Mecobalamin
Seftriakson
Sefotaksim
Ranitidin
Sucralfat
15
3
9
1
1
1
3
4
17,6
3,53
10,5
1,76
1,76
1,76
3,53
2,35
1
2
2
1
2
2
1
1
2
1
1
3
2
1,76
2,35
2,35
1,76
Rifampisin
Ethambutol
Fenitoin
Ketorolak
2
1
1
1
2,35
1,76
1,76
1,76
Seftriakson
1
1,76
Non steroidal
Aminoglikosida
Glikosida jantung
Antiangina dan
antiplatelet
Nitrat
Antiagregasi trombosit
Ketoasidosis
Dislipidemia
Neuropati
Gangren
Insulin
Fibrat
Benzilamide
Neurotropik
Seftriaxone
6
Gasteropati
7
TB Paru
Reseptor histamine 2
antagonis
Tukak duodenum
Antibiotik
8
Parkinson
9
Infeksi
saluran
5
Jenis
Hidantoin
NSAID (Non steroidal
anti-inflammatory
drugs
Sefalosporin
3,53
1,76
1,76
2,35
2,35
1,76
1.76
2,35
1,76
1,76
3,53
2,35
192
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
kemih
Anemia
10
Sangobion
Total
1
85
1,26
100
Keterangan : persentase dihitung dari jumlah obat terhadap jumlah total obat penyerta yang di gunakan
Kelas terapi obat adalah kelompok
golongan insulin, obat hipoglikemik oral,
obat terdiri atas beberapa golongan obat
sedangkan
mempunyai tujuan pengobatan yang sama
biasanya
diberikan
obat
antibiotik, kulit pada daerah ekstrimasi
hipoglikemia maupun obat lain yang
bawah merupakan tempat yang sering
digunakan
mengalami infeks. Ulkus kaki biasanya
kepada
untuk
penyerta
baik
mengobati
yang
Converting
pasien,
diderita.
Enzym
penyakit
Angiotensin
(ACE)
inhibitor
untuk
digunakan
melibatkan
seperti
terapi
banyak
ulkus
kaki
golongan
obat
mikroorganisme
Staphylococcus,
Streptococcus,
merupakan drug of choice untuk diabetes
batang garam negatif dan kuman anaerob
melitus
hipertensi.
(Perkeni, 2011). Pemberian antibiotik bagi
Golongan obat ini memiliki mekanisme
pasien ulkus diabetik yang terinfeksi harus
kerja menghambat perubahan angiotensin
memperhatikan derajat beratnya infeksi
I menjadi angiotensin II, sehingga terjadi
karena
vasodilatasi
didapatkan kuman gram positif aerobik
tipe
2
dan
dengan
penurunan
sekresi
pada
kronik
umumnya
dan
sekresi natrium dan air. Golongan ACE
didapatkan
inhibitor tidak menimbulkan efek samping
sehingga
metabolik
pada
jangka
spektrum luas, jadi pemberian antibiotik
panjang
yaitu
mengubah
perlu mempertimbangkan tingkat derajat
tidak
luka
akut
aldosteron yang menyebabkan terjadinya
penggunaan
untuk
infeksi
atau
mikroorganisme
perlu
berat
multipel
diberikan
antibiotik
metabolisme karbohidrat maupun kadar
infeksi ulkus diabetik (Sarwono, 2005).
lipid dan asam urat dalam plasma. Selain
Evaluasi Kerasionalan Pengobatan
itu
golongan
ACE
dapat
Pemberian obat antidiabetes yang
mengurangi resistensi insulin, sehingga
tepat merupakan hal yang sangat penting
golongan ini sangat menguntungkan bagi
mengingat
penderita diabetes melitus tipe 2 dengan
kejadian serta pentingnya penanganan
hipertensi (Ganiswarna, 1995). Pemberian
secara tepat terhadap penyakit DM tipe 2
ACE
reseptor
dan komplikasi yang ditimbulkan nya,
angiotensin II, dan antagonis kalsium
maka terapi diabetes harus dilaksanakan
golongan
rasional secara farmakologi. Ketetapan
Inhibitor,
inhibitor
penyekat
non-dihidropiridin
dapat
begitu
terapi
inhibitor juga dapat memperbaiki kinerja
pemilihan terapi, pemberian terapi serta
kardiovaskuler (Perkeni, 2006).
evaluasi terapi. Evaluasi penggunaan obat
merupakan
proses
angka
memperbaiki mikro albuminuria. ACE
Ulkus
dipengaruhi
tingginya
diagnosis,
penyakit
merupakan suatu proses jaminan mutu
penyerta DM tipe 2 yang terbanyak
yang terstruktur dan dilakukan secara
dengan mendapat terapi DM berupa obat
terus menerus untuk menjamin agar obat193
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
obat yang digunakan tepat, aman, dan
spesifik dibanding dengan pemeriksaan
efisien (Kumolosari, 2001).
glukosa darah puasa, namun pemeriksaan
Tepat Indikasi
ini memiliki ketebatasan tersendiri yaitu
Tepat indikasi adalah ketepatan
penggunaan
antidiabetik
dasar
dalam praktik sangat jarang dilakukan.
diagnosis yang di tegakkan, sesuai dengan
Ketiga pemeriksaan glukosa plasma puasa
diagnosis yang tercantum di rekam medis
> 126 mg/dl yang akan lebih mudah untuk
yang
dilakukan, mudah diterima, oleh pasien.
memiliki
kadar
atas
sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan
glukosa
darah
sewaktu >200 mg/dL. Diagnosis diabetes
(Perkeni. 2011).
mellitus dapat ditegakan melalui tiga cara.
Berdasarkan
hasil
penelitian
Pertama, jika keluhan klasik ditemukan,
ketepatan indikasi, dari jumlah 62 pasien
maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu
diabetes mellitus yang memenuhi kriteria
>200
untuk
kerasionalan tepat indikasi yaitu DM Tipe
menegakan diagnosis diabetes mellitus.
2 sebanyak (88,71%) dan Bukan DM Tipe
Kedua dengan TTGO, meskipun TTGO
2 (11,29%) dapat dilihat pada Tabel 10.
mg/dl
sudah
cukup
dengan beban 75 g lebih sensitif dan
Tabel 10
Distribusi Persentase Tepat Indikasi DM tipe 2 di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
No
Indikasi DM Tipe 2
Jumlah
Persentase %
1 DM Tipe 2
55
88,71
2 Bukan DM Tipe 2
7
11,29
Total
62
100
Keterangan : Persentase dihitung dari jumlah pasien tepat indikasi terhadap jumlah keseluruhan
pasien yang diteliti.
Tepat obat
Ketepatan obat adalah kesesuaian
RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya telah
sesuai standar perkeni 2011. Jika dengan
pemilihan suatu obat diantaranya beberapa
perubahan
jenis obat yang mempunyai indikasi untuk
antidiabetik tidak menghasilkan kadar
penyakit DM yang telah ditetapkan pada
glukosa darah yang diinginkan, langkah
literatur dan disesuaikan dengan riwayat
selanjutnya
pengobatan pasien yang telah digunakan
intensifikasi terapi insulin kerja pendek
sebelumnya.
dan cepat yang diberikan sebelum makan
Berdasarkan dari data diagnosa
yang sudah tepat maka harus dilakukan
gaya
harus
hidup
dan
dimulai
obat
dengan
untuk menurunkan glukosa darah.
Tepat Dosis
pemilihan obat yang tepat. Pemilihan
Dosis merupakan salah satu hal
suatu obat yang tepat dapat dilihat dari
yang
menjadi
pertimbangan
pada
kelas terapi dan jenis obat yang sesuai
penilaian ketepatan. Dosis yang diberikan
dengan diagnosanya. Hasil penelitian
harus sesuai dengan keadaan pasien, dan
ketepatan obat pada pasien diabetes di
juga dosis yang sudah di tetapkan pada
194
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
literature dalam guideline. Berdasarkan
aturan pakai yang berbeda-beda. Aturan
hasil evaluasi penggunaan antidiabetik
pemakaian
pada pengobatan DM Tipe 2 di RSUD dr.
penggunaan obat (sebelum atau sesudah
Soekardjo
2013,
makan), frekuensi pemberian, dan rute
diperoleh bahwa penggunaan antidiabetes
pemberian obat. Aturan penggunaan obat
tepat dosis 100%. Penilaian ketepatan
berdasarkan data dari rekam medis yang di
dosis
pada
peroleh pada evaluasi penggunaan obat
regimen dosis yang di berikan. Ketepatan
antidiabetik di RSUD dr. Soekardjo
dosis harus diperhitungkan agar obat
Tasikmalaya, telah memiliki kesesuiaian
antidiabetik
100% dengan standar PERKENI 2011.
Tasikmalaya
pada
maksimal
pasien
didasarkan
dapat
dalam
tahun
bekerja
dengan
menurunkan
kadar
ini
meliputi
waktu
Interaksi Obat
glukosa.
Interaksi obat merupakan hal yang
sangat dihindari dari pemberian obat.
Tepat Pasien
Pemberian obat antidiabetik harus
disesuaikan
obat
dengan
keadaan
Interaksi
akan
mempengaruhi
kadar
masing-
glukosa darah. Hal ini dapat menyebabkan
masing pasien dan tidak mempunyai
kadar glukosa darah yang menurun secara
kontraindikasi
drastis
terhadap
obat
yang
(hipoglikemia)
atau
dapat
digunakan. Ketepatan pasien dapat dilihat
menyebabkan
keadaan kadar
glukosa
dari kesesuaian dengan kondisi pasien.
darah
melebihi
normal
Berdasarkan hasil penelitian dari data
(hiperglikemia).
rekam medis, dari 62 pasien
yang
Berdasarkan hasil evaluasi pengobatan
menggunakan obat antidiabetik di RSUD
DM yang menggunakan obat antidiabetik
dr. Soekardjo Tasikmalaya selama periode
di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya pada
Juli-Desember 2013, tidak terdapat kasus
tahun 2013 terdapat interaksi antara
kontraindikasi.
penggunaan obat antidiabetik dengan obat
Tepat Cara Pemberian
yang lain yang di gunakan oleh pasien
Cara pemberian merupakan aturan
pemakaian obat yang harus diperhatikan
yang
batas
rawat inap sebesar 43,55%, dapat dilihat
pada Tabel 11.
oleh pasien DM. Setiap obat memiliki
Tabel 11 Jumlah pasien dengan kasus interkaksi obat
No
Kasus
Jumlah
Presentase %
1
Pasien dengan interaksi obat
27
43,55
2
Pasien tanpa interkasi obat
35
56,45
Total
62
100
Keterangan :
persentase dihitung dari interaksi obat terhadap jumlah total pasien tepat indikasi.
Evaluasi Kerasionalan
tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat
Evaluasi kerasionalan dilakukan
cara pemberian. Keempat aspek ketepatan
dengan memperhatikan evaluasi hasil
ini harus dapat memberikan nilai tepat
195
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
hingga hasil akhir evaluasi dinyatakan
Tentang
tepat seluruhnya. Sehingga dapat diambil
Farmasi Di Rumah Sakit Jakarta:
keputusan bahwa pemberian antidiabetik
Depkes RI
sudah dinyatakan rasional jika sudah
Departemen
Standar
Pelayanan
Kesehatan
Republik
dinyatakan tepat pada keempat aspek
Indonesia.
ketepatan
No.269/MENKES/PER/2008
pada
setiap
pemberian
antidiabetik pada pasien.
2008.
Permenkes
tanggal 12 Maret 2008 Tentang
Rekam Medis. Jakarta: Depkes RI
KESIMPULAN
Departemen
Berdasarkan hasil penelitian yang
Indonesia.
telah di lakukan di RSUD dr. Soekardjo
pasien
(56,45%),
obat
(OHO)
RI
Departemen
hipoglikemik
dengan
Mellitus. Jakarta: Depkes RI
Guyton A.C., dan Hall, J.E., 1996,
Textbook Of Medical Physiologi,
indikasi (88,71%), tepat obat (100%),
(100%) dan tepat cara pemberian (100%).
America College Of Clinical Pharmacy.
2013. Pharmacotherapy Review
advanced
Clinical
Pharmacy Practice and Impaired
Glicose Tolrnce in Indonesia
Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2009. Farmakologi dan
Terapi Edisi V. Jakarta : Gaya
Harvey,
Rhichad.
Kesehatan
A.,
&
Champe,
Phamela. C. 2014. Farmakologi
: EGC
Hongdiyanto, Arnold., & dkk. 2014.
Evaluasi
Republik
Indonesia. 2004. Kepmenkes No.
1197/MENKES/SK/X/2004
Kerasionalan
Pengobatan DM Tipe 2 Pada
Pasien Rawat Inap Di RSUP Prof.
dr.R. D. Kandou Manado Tahun
2013. ISSN, 3, (2), 2302-2493
Karam, J.H. 2007, Diabetes Mellius and
Hypoglikemia dalam McPee S.J.
and
Baru
Departemen
EGC, Jakarta
Ulasan Bergambar Edisi 4 Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Programfpr
Republik
Care Untuk Penyakit Diabetes
obat DM bisa di katakan rasional tepat
tepat dosis (100%), dan tepat pasien
Kesehatan
Indonesia. 2005. Pharmaceutical
Insulin
sebanyak 13 pasien (29.96%). Penggunaan
Permenkes
Di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes
Juli 2013 –
tunggal sebanyak 14 pasien (22,58%),
kombinasi
2014.
Sstandar Pelayanan Kefarmasian
obat antidiabetik yang paling banyak
Desember 2013 yaitu Insulin sebanyak 35
Republik
No.58/MENKES/PER/2014
Tasikmalaya dapat disimpulkan bahwa
digunakan pada periode
Kesehatan
Papadakis
M.A.,
Curent
Medical Diagnosis and Treatment,
1231-1241,
McGraw
Hill
Medical, New York
196
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 17 Nomor 1 Februari 2017
Katzhung, Betram. G., & dkk. 2014.
Rizal, Nofira Buana. 2008. Faktor-Faktor
Farmakologi Dasar & Klinik
yang
Edisi 12 Jakarta : EGC
Kejadian PJK pada Penderita DM
Keban, Sesilia. A., & dkk. 2013. Evaluasi
berhubungan
dengan
tipe 2 di RSUP DR. M. Djamil
Hasil Edukasi Farmasis Pada
Padang.
Pasien DM Tipe 2 Di Rumah Sakit
Program Studi Ilmu Keperawatan
dr. Sardjito Yogyakarta. ISSN, 11,
Universitas Andalas Padang
(1), 1693-1831.
Padang
:
Siregar C.J.P., dan Amalia,L. 2004.
Kumolosari, E., Siregar, C.J.P.,Susiani,
Farmasi Rumah Sakit, Teori dan
S.,Amalia, L., dan Puspawati, F.,
2001,Studi
Skripsi.
Penggunaan
Suherman, Suhart. K. 2009. Departemen
Antibiotika Betalaktam di ruang
Farmakologi dan Terapetik Edisi
Perawatan
5 Jakarta : FKUI
Rumah
Pola
Penerapan. Jakarta: EGC
Bedah
Sakit
di
di
Sebuah
Bandung,
Soegondo s., 2006 b, Farmakoterapi pada
Institut
pengendalian Glikemia Diabetes
LaporanPenelitian,
Teknologi Bandung, Bandung.
Mellitus Tipe 2, dalam Sudoyo
Merentek E. Resistensi Insulin Pada
A.W.,
setiyohadi
B.,Alwi
I.,
Diabtes Tipe 2. Cermin Dunia
Simabrata M., SetiatiS., Buku Ajar
Kedokteran, 2006: 150
Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III,
Perkumpulan
Endokrinologi
1882-1887,
Pusat
Penerbitan
Departmen
Ilmu
Pencegahan
Penyakit
Dalam
Tipe
Kedokteran Universitas Indonesia,
(PERKENI).
2011.
Pengelolaan
dan
Diabetes
Melitus
Indonesia
Indonesia
Edisi
Konsesus
2011.
Perkumpulan
2
di
Jakarta:
Endokrinologi
Indonesia.
Perkumpulan
Fakultas
Jakarta
Triplitt,
C.L.,
C.A.
Isley.L.I.
2005.
Diabetes Mellitus, dalam Dipro,
Endokrinologi
Indonesia
J.T, Talbert, R.I., Yee, G.C.,
Konsesus
Matzke, G.R., Welss, B.G., Posey,
Pencegahan
L.M., (Eds), Pharmacotheraphy a
Tipe
di
Phathophysiologi Approach, sixth
Jakarta:
edition 1333-1365, Appleton and
(PERKENI).
2006.
Pengelolaan
dan
Diabetes
IV,
Melitus
Indonesia
Perkumpulan
2011.
2
Endokrinologi
Lange,
Standford
Canneticut.
Indonesia.
197
Download