sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseana, Volume XXXII, Nomor 1, Tahun 2007 : 39-48 ISSN 0216-1877 BAHAN AKTIF DARI ORGANISME LAUT SEBAGAI PENGENDALI BIOTA PENEMPEL Oleh Irma Shita Arlyza 1) ABSTRACT BIO ACTIVE COMPOUND FROM MARINE ORGANISMS AS A CONTROL OF BIOFOULING. Coherent organisms on underwater surface are not expected as "fouling". Marine biofouling is occured by bacterials growth, invertebrates and algae on artificial surface. Biofouling divided into microfouling (e.g. micro plant and bacteria) and macrofouling (e.g. barnacle, seasquirt, sponge and algae). Fouling can cause problems in shipping, increase the use of fuel, problem in sea water inclusion structure through pipe, increase abration, metal corotion at mooring system and problem in aquaculture. In order to minimize the impacts of the fouler, some under water structures are protected by antifouling coating. Coatings, however, have been found to be toxic on marine organisms. For example, concentration of tributyltin (TBT), can kill organisms immediately and it is not environmental friendly. Finding the environmentaly friendly antifouling which is based on natural substances is important to avoid water contaminations. Some marine organisms such as algae, seagrass, sponge, marine bacteria, echinoderm, benthic invertebrate and coral are known to have ability in yielding bioactive antifouling using this bioactive compounds for antifouling. Their bioactive compounds are more efficient and naturally friendly, and they are expected to solve problems of biofouling. pemecahan masalah yang diakibatkan oleh biota penempel (biofouling) telah banyak dilakukan. Biota penempel merupakan fenomena yang kehadirannya dapat menimbulkan kerugian dan kerusakan pada beberapa kepentingan manusia, antara lain penghambatan laju kapal, gangguan presisi, kerusakan peralatan bawah air, dan mempercepat pelapukan konstruksi bangunan bawah air (DAHURI, 2002). PENDAHULUAN Penempelan jasad renik akuatik (biota penempel) pada sarana transportasi (kapal, perahu) dan bangunan yang beroperasi di daerah pesisir dan laut dapat menghambat kegiatan operasi yang pada akhirnya menimbulkan kerusakan. Usaha-usaha untuk mencari 39 Oseana, Volume XXXII No. 1, 2007 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Gambar 1. Biota penempel (biofouling) yang menempel pada dinding kapal Penerapan bioteknologi dalam rangka menghasilkan produk bahan alami yang berasal dari laut semakin meningkat dengan adanya kecenderungan manusia untuk kembali ke alam (back to nature). Pemikiran tersebut sangatlah beralasan, karena produk yang dihasilkan oleh mikro dan makro organisme yang berasal dari laut umumnya tidak menimbulkan efek samping dan bersifat mudah terurai secara alami (biodegradable). Secara garis besar, industri bioteknologi yang dapat dikembangkan dengan memanfaatkan keragaman hayati perairan laut, antara lain adalah pengendalian pencemaran di wilayah pesisir dan laut serta pengendalian biota penempel (DAHURI, 2002). Pengendalian dan pencegahan biota penempel yang banyak dilakukan saat ini adalah dengan menggunakan bahan sintetik, antara lain cat antifouling yang umumnya dibuat dari bahan beracun yang dapat menimbulkan pencemaran pada lingkungan perairan. Salah satu alternatif yang saat ini mulai dilirik untuk mencegah keberadaan biota penempel adalah dengan memanfaatkan kandungan bahan aktif yang berasal dari alam, khususnya laut. Usaha penanggulangan biota penempel dengan menggunakan bahan aktif ini merupakan alternatif yang lebih efisien dan ramah terhadap lingkungan (LINAWATI, 1998 dan DAHURI, 2002). ASAM FENOLIK, LACTONE DAN FURANDAR1LAMUN Lamun adalah tumbuhan berbunga yang tumbuh dan berkembang dengan baik di lingkungan laut dangkal, membentuk kelompokkelompok kecil sampai berupa hamparan padang lamun dan terdapat cukup banyak di Indonesia. Salah satu dari jenis lamun, yaitu Zostera marina telah banyak menjadi pusat perhatian para peneliti karena kandungan bahan aktifnya, yang diketahui mengandung sejenis bahan aktif berupa senyawa aromatik, yaitu zosteric acid (ZIMMERMAN, 1990). 40 Oseana, Volume XXXII No. 1, 2007 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Gambar 2. Zostera marina, Eelgrass mengandung zosteric acid Asam p-Sulfoxy cinnamic adalah Akhir 1980 an, DAN RITTSCHOF dari Duke University Marine Laboratory, North Carolina telah menemukan bahwa komponen yang bertanggungjawab sebagai antifouling adalah oksigen kecil yang mengandung cincin dan diketahui sebagai lactone dan furan (ANONIMOUS, 1995) bagian dari zosteric acid yang telah diisolasi dari ekstrak methanol Zostera marina, memiliki kemampuan signifikan sebagai antifouling. Ester sulfat dari asam fenolik yang lain menunjukkan aktifitas seperti antifouling, dengan harapan bahwa ester sulfat dari asam fenolik dapat mencegah biota penempel (ZIMMERMAN et al., 1997). Gambar 3. Lamun Thalassia yang diketahui sebagai antibiotik baru yang mengandung flavone glycoside 41 Oseana, Volume XXXII No. 1, 2007 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id bromine yang mengandung furanones. Senyawa ini nonpolar halogen yang diketahui mampu mereduksi kumpulan larva teritip dan mencegah perkembangan spora dari alga Ulva (ANONIMOUS, 1995). Hingga saat ini, lebih dari 2004 produk-produk alami telah berhasil diisolasi dari alga terutama dari divisi Rhodophyta, Phaeophyta, dan Chlorophyta (MUNRO & BLUNT, 1999 dan FAULKNER, 2001). Secara umum, senyawa lipofilik nonpolar antara lain terpenoid, acetogenin dan senyawa-senyawa campuran biosintetik dihasilkan dalam konsentrasi yang rendah (berkisar antara 0,2% sampai 2% berat alga kering), tetapi polifenolik polar dapat dihasilkan dalam konsentrasi yang cukup tinggi, yaitu sebanyak 15% massa alga kering (HAY & STEINBERG, 1992; RAGAN & GLOMBITZA, 1986 dan PEREIRA & YONESHIGUE-VALENTIN, 1999). Produk alami terbanyak dihasilkan oleh Rhodophyta yang sebagian besar adalah senyawa halogen (FENICAL, 1975 dan FAULKNER, 2001). Sebagai contoh dari marga Laurencia yakni mampu memproduksi senyawa Thalassia testudinum telah diteliti dan diketahui sebagai new antibiotic flavone glycoside yang dapat melawan zoosporic jamur. Hasil penelitian ini menawarkan karakterisasi lengkap secara kimia yang pertama kali dari Thalassia testudinum sebagai penghasil sulfat flavone glycoside dan memberikan bukti bahwa secara kimia metabolit sekunder yang berasal dari Thalassia testudinum mampu melawan mikroorganisme penempel, jamur Schizochytrium aggregatum (JENSEN et al.i, 1998). SENYAWA TRIBROMOGRAMINE, BROMINE, LIPOFILIK NONPOLAR DAN SESQUITERPEN DARI ALGA LAUT SEBAGAI ANTIFOULING ALAMI Beberapa proyek penelitian di Australia saat ini telah memfokuskan program marine bioprospecting pada deteksi, isolasi, identifikasi dan evaluasi bahan aktif alami antifouling dari alga laut dan sponge (WETHERBEE, 2004). "Marine Biotechnology Institute" di Tokyo, telah mengisolasi antifouling potensial yang disebut tribromogramine (TBG) dari kompleks terpenoid dan acetogenin. Chlorophyta, ordo Caulerpales adalah yang banyak dipelajari dan alga berkalsium dari marga Halimeda diketahui dapat menghasilkan senyawa yang mampu menghalangi ikan karang pemakan tumbuhan untuk tidak memakannya (PAUL & FENICAL, 1987). Kemampuan Halimeda untuk melindungi areanya dari gangguan hewan pemakan tumbuhan disebabkan oleh kemampuannya dalam memproduksi senyawa kimia untuk pertahanan diri (PAUL & VAN ALSTYNE, 1988). bryozoan Zoobotryon pellucidum. TBG mempunyai kemampuan toksik hampir sama dengan TBT dan bisa menghambat perkembangan kumpulan larva (ANONIMOUS, 1995). PETER STEINBERG di Sydney, mengetahui bahwa alga merah Deliseapulchra dapat berperan sebagai agen antifouling. Alga ini mampu menghasilkan sejenis senyawa 42 Oseana, Volume XXXII No. 1, 2007 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id (b) (a) Gambar 4. (c) (d) Alga Rhodophyta, Laurencia (a), Chlorophyta, Caulerpa (b) dan Halimeda (c) serta Phaeophyta, Dictyota (d). yaitu kemampuan kimiawi melawan bermacammacam hewan laut pemakan tumbuhan dan ikan karang (HAY et al., 1987 dan PAUL et al., 1988), sea urchin Diadema (HAY et al., 1987), siput jenis Littorina strata dan Osilinus atratus (GRANADO & CABALLERO, 1995). Kandungan dua senyawa sesquiterpen, elatol dan deschloroelatol, yang berasal dari alga Australia Laurencia rigida memproduksi efek yang kuat melawan larva invertebrata dan mempunyai toksik yang tinggi (DE NYS et al., 1996). Baru-baru ini, ekstrak kasar dan kandungan utama elatol ditemukan pada alga Laurencia obtusa dari Brazil menunjukkan aktifitas spesifik antifouling melawan Perna perna dalam pengujian laboratorium, dan kemampuan antifoulingnya. mempunyai spektrum yang luas. Ekstrak kasar Laurencia obtusa juga diketahui dapat menghambat konsumsi makanan secara signifikan terhadap hewan pemakan tumbuhan, yaitu kepiting Pachygrapsus transversus dan sea urchin Lytechinus variegatus (PEREIRA et al, 2003). Divisi Phaeophyta, marga Dictyota telah banyak dipelajari dan telah diketahui menghasilkan produk alami yang sangat menarik, sebagian diantaranya banyak dipakai untuk menghindari hewan pemakan tumbuhan (HAY & STEINBERG, 1992). Sebagai contoh Dictyota diketahui mengandung senyawa; diterpenes pachydictyol A, dictyol E, dictyol B, dictyol B acetate, dictyol H, (6R)hydroxydichotoma-3,14-diene-1,17-dial, dan campuran isolinerol/linearol telah memperlihatkan efek anti-feedant metabolites (HAY & STEINBERG, 1992 dan PEREIRA et al., 2002). Dictyota menstrualis telah banyak dipelajari dan diketahui menghasilkan produk alami yang sangat menarik berupa metabolit sekunder nonpolar, yaitu terpenoid (McCLINTOCK & BAKER, 2001). Jenis dari marga Laurencia diketahui memproduksi berbagai produk alami yang memiliki berbagai aktivitas biologis (KONIG et al., 2000 dan PEREIRA & TEIXEIRA, 1999) 43 Oseana, Volume XXXII No. 1, 2007 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id kumpulan cacing tabung Hydroides elegans (QIAN & DOBRETSOV, 2004). WILLEMSEN dari Glasgow Marine Technology Centre telah menskrining 35 jenis sponge dari Karibia yang diketahui mempunyai kemampuan untuk menolak teritip. Beberapa jenis tersebut diketahui toksik terhadap larva teritip (ANONIMOUS, 1995). Keberhasilan evaluasi senyawa antifouling dari sponge laut, yaitu Dendrilla nigra, Axinella donnai dan Clathria gorgonoides juga telah dilaporkan (SELVIN & LIPTON, 2002). Sponge Aplysina fistularia menghasilkan metabolit sekunder berupa aerothionin dan homoaerothionin yang terdapat di dalam sel spherulous. Pada sel spherulous ini juga terdapat lokasi bioaktif metabolit sekunder, guanidine alkaloid pada sponge Crambe crambe yang kandungannya potensial melawan organisme fouling (biota penempel) (McCLINTOCK & BAKER, 2001). METABOLIT SEKUNDER GUANIDINE ALKALOID, AEROTHIONIN DAN HOMOAEROTHIONIN DARI SPONGE Hasil penelitian terhadap kandungan bahan aktif pada sponge telah diperoleh 86 ekstrak dari 24 organisme yang berasal dari wilayah inter dan subtidal Selat Long Island dan ada 6 ekstrak yang telah diisolasi dari alga dan invertebrata yang mempunyai kekuatan sebagai antifouling. Dari 6 ekstrak tersebut telah diketahui mampu menghambat aktifitas kerang biru, Mytilus edulis yang merupakan biota penempel utama di pesisir timur laut Amerika (TAYLOR & ZHENG, 1995). Sponge Callyspongia (Euplacella) pulvinata diketahui mempunyai aktifitas antifouling yang kuat terhadap pertumbuhan bentik diatom Nitzschia paleaceae dan Gambar 6. Sponge Crambe crambe yang diketahui mengandung guanidine alkaloid Gambar 5. Callyspongia (Euplacella) pulvinata 44 Oseana, Volume XXXII No. 1, 2007 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id penempel pada konsentrasi rendah. Senyawa inorganik vanadium ditemukan pada Vanadocytes tempat penempelan Ascidia nigra yang melepaskan senyawa organik tersebut sebagai sebuah mekanisme pencegahan pada ascidian (McCLINTOCK & BAKER, 2001). Polikhaeta Notomastus lobatus menghasilkan organohalogen, yaitu bromofenol yang berdasarkan pengujian laboratorium pada konsentrasi normal dapat mencegah aktifitas awal metamorfosis juvenil dari beberapa biota infaunal (McCLINTOCK & BAKER, 2001). UBIQUINONE-8 DARI BAKTERI LAUT DAN SENYAWA ALKALOID, INORGANIK VANADIUM DAN ORGANOHALOGEN DARI BENTIK INVERTEBRATA Studi bakteri penghasil antifouling telah difokuskan sejak tahun 1990 an oleh STAFFAN KJELLEBERG di Universitas New South Wales, Sydney. Bakteri Alteromonas telah diisolasi dan diketahui memiliki tiga kandungan aktif, yaitu sebuah protein, sebuah molekular dengan berat molekul rendah, keduanya stabil dan sebuah molekul kecil yang bersifat toksik. Protein dari Alteromonas sp. mampu menghambat sekumpulan teritip, sea squirt dan spora dari alga Ulva (ANONIMOUS, 1995). Alteromonas sp. merupakan bakteri yang diisolasi dari sponge Halichondria okadai dan menghasilkan produk alami berupa ubiquinone-8 (metabolit penghambat) yang mampu menghambat terbentuknya biofilm. Beberapa penghambat dari bakteri laut, antara lain Pseudoalteromonas tunicata diisolasi dari tunicate Ciona intestinalis, bakteri ini memproduksi beragam metabolit yang secara khusus menghambat kumpulan larva invertebrata, spora alga, pertumbuhan bakteri, jamur dan diatom (McCLINTOCK & BAKER, 2001). Ekstrak bakteri yang diperoleh dari isolasi permukaan air laut dipromosikan memiliki kandungan antifouling alami. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa ekstrak dari isolat bakteri tersebut mampu menghambat pertumbuhan spora Ulva lactuca dan menurunkan perkembangan teritip. Pseudomonas sp. diketahui mempunyai aktifitas antifouling yang sangat bagus untuk semua pengujian (BURGESS et al., 2003). HOLOTHURIN DARI EKHINODERMATA DAN LIPID DITERPENOID DARI KARANG Studi antifouling juga telah mengkonfirmasi bahwa Holothuria scabra di dalam habitatnya mempunyai cara melindungi diri. Cara perlindungan diri Holothuria scabra adalah dengan memproduksi kelenjar merah muda yang dikenal sebagai "Kelenjar Cuverian" yang mengandung senyawa toksik, holothurin yang mana telah dikarakterisasi sebagai saponin. Saponin telah dilaporkan memiliki potensi sebagai senyawa toksik atau bioaktif (SELVIN & LIPTON, 2002). Ascidian Eusdistoma olivaceum diketahui dapat memproduksi senyawa alkaloid, yaitu eudistomin G dan H yang secara ekologi mampu menghalangi keberadaan biota Gambar7. Jenis-jenis teripang, beberapa diantaranya diketahui mengandung senyawa saponin 45 Oseana, Volume XXXII No. 1, 2007 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Duke University Marine Laboratory, North Carolina telah mengisolasi senyawa antifouling dari karang lunak dan diketahui sebagai lipid diterpenoid. Karang Leptogorgia virgulata memiliki dua lipid serupa yang diketahui sebagai pukalide dan epoypukalide (ANONIMOUS, 1995 dan SELVIN & LIPTON, 2002). 2. Antifouling alami dapat mencegah pertumbuhan bakteri pembentuk biofilm dan pertumbuhan larva pembentuk fouling dengan suatu mekanisme nontoksik. 3. Untuk menghindari pencemaran lingkungan perairan maka penting untuk memanfaatkan makro dan mikro organisme tersebut untuk menghasilkan antifouling yang ramah lingkungan (biodegradable), mampu memecahkan permasalahan biota penempel dan back to nature. DAFTAR PUSTAKA ANONIMOUS 1995. Natural Ways to Banish Teritips. The Marine Biological Association in Plymouth. From News Scientist Magazine, 18th February 1995. Copyright News Scientist, RBI Limitied. http://www.biosciences.bham.ac.uk/ external/biofoulnet/ Gambar 8. Karang lunak diketahui memiliki kandungan bahan aktif alami sebagai antifouling Banyak kandungan bahan aktif alami termasuk renillafouling dan juncellin telah diisolasi dari karang lunak dan berperan sebagai antifouling alami. Juncellin merupakan bahan aktif antifouling yang diperoleh dari Juncella juncea. Beberapa karang telah diketahui mampu memproduksi metabolit sekunder potensial yang dapat melawan biota penempel secara spesifik (ANONIMOUS, 1995 dan SELVIN & LIPTON, 2002). BURGESS, J.G.; K. G. BOYD; E. ARMSTRONG; Z. JIANG; L. YAN; M. BERGGREN; U. MAY; T. PISACANE; A. GRANMO and D. R. ADAMS 2003. The development of a marine natural product-based antifouling paint. Biofouling, Suppl: 197-205 DAHURI, R. 2002. Paradigma baru pembangunan Indonesia berbasis kelautan. Orasi ilmiah pengukuhan Guru Besar bidang Pengelolaan sumberdaya Pesisir dan Lautan Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanIPB, Bogor (tidak diterbitkan). KESIMPULAN DAN SARAN 1. Makro dan mikro organisme yang berasal dari laut, diantaranya sebagian besar alga, lamun, sponge, bakteri laut, ekhinodermata, bentik invertebrata dan karang diketahui mempunyai kemampuan untuk menghasilkan bahan aktif yang dapat berperan sebagai antifouling alami. 46 Oseana, Volume XXXII No. 1, 2007 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id KONIG, G.M.; A.D. WRIGHT and S.G. FRANZBLAU 2000. Assessment of antimycobacterial actifity of a series of mainly marine derived natural products. Planta. Med. 66 : 337-342. DENYS, R.; T. LEYA; R. MAXIMILIEN; A. AFSAR; P.S.R. FAIR and P.D. STEINBERG 1996. The need for standardised broad scale bioassay testing: a case study using the red alga Laurencia rigida. Biofouling, 10:213224. LINAWATI, H. 1998. Pemanfaatan biodiversitas perairan untuk pengembangan industri bioteknologi dalam Konperensi Nasional I Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia. PKSPL-IPB, Bogor : 104-110. FAULKNER, D. J. 2001. Marine natural product. Nat Prod. Rep., 18 : 1-49. FENICAL, W. 1975. Halogenation in the Rhodophyta: a review. J. Phycol., 11: 245-259. MC CLINTOCK, J.B. and B.J. BAKER 2001. Marine chemical ecology. CRC Press : 543-566. GRANADO, I. and P. CABALLERO 1995. Chemical defense in the seaweed Laurencia obtusa (Hudson) MUNRO, M.H.G. and J. W. BLUNT 1999. Marinlit, version 10.4, Marine chemical group, University of Canterbury, Christchurc, New Zealand. Lamouroux. Sci. Mar. 59 : 31-39. HAY, M.E. and P.D. STEINBERG 1992. The chemical ecology of plant-herbivore interactions in marine versus terrestrial communities. In (ROSENTHAL J. and M. BERENBAUM, eds.), Herbivore: Their interaction with secondary plant metabolites. Evolutionary and ecological processes, vol. II. Academic Press, New York: 371 -413. HAY, PAUL, V.J. and W. FENICAL 1987. Natural product chemistry and chemical defense in tropical marine alga of the phylum Chlorophyta. In (Scheuer, P. J., Ed), Bioorganic marine chemistry, 1. vol. Springer-Verlag :l-37. M.E.; W. FENICAL and K. GUSTAFSON 1987. Chemical defense against diverse karang reef herbivore. Ecology 68 : 1581-1591. PAUL, VJ. and K.L. VAN ALSTYNE 1988. Chemical defense and chemical variation in some tropical pacific jenis of Halimeda (Chlorophyta, Halimedaceae). Coral Reefs, 6 : 263270. JENSEN, R.; K.M. JENKINS; D. PORTER and W. FENICALL 1998. Evidence that a new antibiotic flavone glycoside chemically Defends the lamun Thalassia testudinum PEREIRA, R.C. and Y. YONESHIGUEVALENTIN 1999. The role of polyphenols from trofical brown alga Sargassum furcatum on the feeding by amphipod herbivore. Bot. Mar. 42 : 441-448. against zoosporic fungi. Scripps Institute of Oceanography, Center for Marine Biotechnology and Biomedicine, University of California-San Diego, La Jolla, California. Appl Environ Microbial. Vol. 64 (4): 1490-1496. 47 Oseana, Volume XXXII No. 1, 2007 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id PEREIRA, R.C., M. D. PINHEIRO and B.A.P. DA GAM A 2002. Feeding preference of the endemic gastropod Astraea latispina in relation to chemical defenses of Brazilian tropical seaweeds. Braz. J. Biol., 62 : 33-40. SELVIN, J. and A.P. LIPTON 2002. Development of a rapid "mollusk foot adherence bioassay" for detecting potent antifouling bioactive compounds. Current Science, vol. 83, 6 : 735-737. PEREIRA, R.C. and V.I. TEIXEIRA 1999. Sesquiterpenos da alga marinha Laurencia Lamouroux (Ceramiales, Rhodophyta). 1. Significado ecologico. Quimica Nova, 22 : 369373. TAYLOR G.T. and D. ZHENG 1995. Natural products for mitigation of fouling by the blue mussel, Mytilus edulis, in marine water intake system in Proceedings of The Fifth International Zebra Mussel and Other Aquatic Nuisance Organisms Conference, Toronto, Canada : 447-454. ZIMMERMAN, R. 1990. Natural Ways to Banish Teritips The Hopkins Marine Station. The article is drawn from News Scientist Magazine 18th February 1995. Copyright News Scientist, RBI Limitied. http://www.biosciences.bham.ac.uk/ external/biofoulnet/ h t t p ://www.o d u . e d u / s c i / oc eanographv/people/f acuity/ Zimmerman/ PEREIRA, R.C.; B.A.P. DA GAMA; V.I. TEIXEIRA and Y. YONESHIGUEVALENTIN 2003. Ecological roles of natural product of the Brazilian red seaweed Laurencia obtusa. Braz. J. Biol., 63 (4): 665-672. QIAN P.Y. and S. DOBRETSOV 2004. Investigation of antifouling defence of soft-body organisms. Supported by HK Grants (RGC). http://now.ifmo.ru/biofoul/ resul.htm#ulva ZIMMERMAN, R.; C. ALBERTE; S. RANDALL; TODD; S. JAMES; CREWS and PHILLIP 1997. Phenolic acid sulfate esters for prevention of marine biofouling. United States Patent 5607741. http://www.freepatentsonline.com/ 5607741.html RAGAN, M.A. andK.W. GLOMBITZA 1986. Phlorotannins: brown algal polyphenols. Prog. Phycol Res., 4 : 130-241. RITTCHOF, D. 2001. Natural product antifoulants and coatings development. In : MCCLINTOCK, J.B. and B.J. BAKER 2001. Marine chemical ecology (eds.). CRC Press : 543-566. WETHERBEE, R. 2004. Replacements for toxic antifouling agents. School of Botany, The University of Melbourne. Email: [email protected] 48 Oseana, Volume XXXII No. 1, 2007