Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 8-15 ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU PEMANFAATAN RESIDU BAHAN ORGANIK DAN FOSFOR UNTUK BUDIDAYA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) Long Bean (Vigna sinensis L.) Plantation on Organic Matter and P Fertilizer Residue Oleh: Andi Arniana , Suaib2), dan La Karimuna2*). 1) 1) Alumni S2 Program Studi Agronomi PPs Universitas Haluoleo 2) Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari. *) Alamat surat-menyurat: [email protected] ABSTRACT. The aims of the research were to study the interaction and partial effects of organic matter residue and phosphorus fertilizer after melon planting on the growth and production of long bean. This research was conducted at the Rahandouna Village, Poasia Sub-district, Kendari District, Southeast Sulawesi Province held from March to June 2010. The research was arranged based on Split Plot Design, with two factors, namely organic matter residue as the first factor or the main plot were: without organic matter (B0), 5 t ha-1 (B1), 10 t ha-1 (B2), and 15 t ha-1 (B3), and phosphorus fertilizer residue as the second factor or sub plot were: without phosphorus fertilizer (P0), 50 kg ha-1 (P1), 100 kg ha-1 (P2), 150 kg ha-1 (P3), and 200 kg ha-1 (P4). The variables observed were plant height, leaf number, leaf area, pod number, pod length, pod fresh weight, and P content of plants. Data obtained on plant height, leaf number and leaf area were analyzed with repeated measurement anova (RMA), while the other variables were analyzed using regular anova. The mean separation of treatments were analyzed using Duncan's Multiple Range Test (DMRT) at 95% significant level. The results showed that; (1) the interaction between two factors had effects on plant height and leaf area with highest yield at the application of organic matter at 15 t ha-1 and 100 kg ha-1 phosphorus, (2) residue application of organic matter partially had an effects on leaf area, pod number and pod weight, and residue application of phosphorus also partially had an effect on number of leaf. The application of organic matter at 10-15 t ha-1 and phosphorus at 50-150 kg ha-1 increased growth and the best production of long bean amounted to 5,46 t ha-1. Key words: growth and production, long bean, organic matter residue, phosphorus fertilizer residue. ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi dan mandiri residu bahan organic dan pupuk P terhadap pertumbuhan dan produksi kacang panjang setelah penanaman melon. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Rahandouna Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara mulai bulan Maret hingga bulan Juni 2010. Penelitian ini disusun menurut rancangan petak terbagi dengan dua factor. Faktor pertama atau petak utama adalah pupuk organik terdiri dari empat level, yaitu: tanpa pupuk organik (B0), 5 t ha-1 (B1), 10 t ha-1 (B2), dan 15 t ha-1 (B3), dan faktor ke dua atau anak petak pupuk P yang terdiri dari lima level, yaitu: tanpa pupuk P (P0), 50 kg ha-1 (P1), 100 kg ha-1 (P2), 150 kg ha-1 (P3), and 200 kg ha-1 (P4). Variabel penelitian adalah: tinggi tanaman, jumlah dan luas daun, jumlah, panjang dan berat segar polong, serta kandungan P tanaman. Data pengamatan tringgi tanaman, jumlah dan luas daun dianalisis menggunakan anova pengukuran berulang, sedangkan variabel lainnya dianalisis dengan anova biasa. Pemisahan nilai tengah perlakuan dianalisis dengan uji Duncan (Duncan's Multiple Range Test, DMRT) pada tingkat signifikansi 95 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) interaksi antara residu bahan organik dan pupuk kandang berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan luas daun pada aplikasi 15 t ha-1 pupuk organik dan 100 kg ha-1 pupuk P, (2) aplikasi residu bahan organik secara mandiri mempengaruhi luas daun, jumlah dan berat segar polong, dan aplikasi residu pupuk P juga secara mandiri mempengaruhi jumlah daun. Residu bahan organik pada perlakuan 10–15 t ha-1 dan pupuk P pada 50-150 kg ha-1 meningkatkan pertumbuhan yang baik dan produksi polong segar tertinggi hingga 5,46 t ha-1. Kata kunci: kacang panjang, pertumbuhan dan produksi, residu bahan organik dan posfor. PENDAHULUAN Sulawesi Tenggara umumnya didominasi oleh tanah Ultisol. Tanah ultisol merupakan tanah yang mempunyai kadar P tersedia dan bahan organik dalam tanah yang rendah sehingga tanah tersebut kurang baik dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman. Sementara itu, tanaman 8 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 8-15 kacang pan-jang memerlukan unsur hara makro dan mikro yang seimbang serta kondisi pH tanah yang umumnya netral untuk mendukung pertumbuhan dan hasil yang maksimal. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan suatu usaha dalam mengatasi kesuburan tanah yang rendah. Penambahan bahan organik seperti pupuk kandang ke dalam tanah merupakan alternatif yang lebih menguntungkan baik dari segi teknis, ekonomis, sosial, maupun dari segi lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran dan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Aplikasi pupuk P dan bahan organik pada tanaman melon dalam satu musim tanam pada tanah Ultisol tidak semua diserap oleh tanaman karena terikat oleh Al, Fe dan Mn. Dari aplikasi pupuk P secara empiris diketahui kurang dari 10 % yang diserap tanaman sedangkan sisanya (90 %) terfiksasi oleh mineral liat, oksida-oksida besi (hematit, gutit) dan oksida-oksida Al (gibsit, buhmit) sehingga terjadi pelonggokan P. Penambahan bahan organik (pupuk kandang) dapat meningkatkan efisiensi penyerapan unsur fosfor dan unsur lainnya (Moersidi, 1993). Selama proses dekomposisi bahan organik (pupuk kandang) akan menghasilkan asam-asam sitrat, oksalat, humaik, fulfit, dan lain-lain, yang dapat meningkatkan kelarutan fosfat (P) di dalam tanah. Hal ini akan meningkatkan kwantitas serapan P oleh tanaman. Di samping itu pupuk kandang dapat meningkatkan agregasi tanah sehingga tanah menjadi gembur. Residu P dan bahan organik dapat meningkatkan produksi pada tanaman selanjutnya yaitu tanaman kacang panjang dengan sistem tanam tumpang gilir/beruntun (Purnomo, et al., 2002). Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama satu tahun dengan memperhatikan curah hujan terutama pada daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Dengan demikian, pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian lanjutan di lokasi yang sama untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang setelah pertanaman melon yang diberi perlakuan bahan organik dan fosfor pada musim penanaman melon. Adapun tujuan penelitian adalah: (1) untuk mempelajari pengaruh interaksi residu bahan organik dan fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang, dan (2) untuk mempelajari ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU pengaruh mandiri residu bahan organik dan fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Rahandouna Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, jenis tanah Ultisol pada ketinggian 53 m dpl dengan tipe iklim C berdasarkan Smith Furguson, berlangsung selama 4 bulan mulai bulan Maret sampai Juli 2010. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang panjang varietas Putih Super, mulsa, ajir dari bambu, label, dan tali. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, pisau, gembor, jangka sorong, timbangan analitik, dan timbangan kasar. Residu bahan organik dan fosfor setelah pertanaman melon dipelajari melalui penelitian yang disusun berdasarkan Rancangan Petak Terbelah dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 2 faktor (mengikuti penelitian sebelumnya). Perlakuan pemberian pupuk kandang (faktor pertama) sebagai petak utama yang terdiri atas 4 taraf perlakuan, yaitu tanpa bahan -1 organik (B0), 5 ton bahan organik ha setara -1 dengan 1,8 kg petak (B1), 10 ton bahan organik -1 -1 ha setara dengan 3,6 kg petak (B2), dan 15 ton -1 -1 bahan organik ha setara dengan 5,4 kg petak (B3). Sementara itu perlakuan pem-berian pupuk fosfor (faktor kedua) sebagai anak petak, terdiri atas 5 taraf perlakuan, yaitu tanpa pupuk P2O5 -1 -1 (PO), 50 kg P2O5 ha atau 100,8 gram petak (P1), -1 -1 100 kg P2O5 ha atau 201,6 gram petak (P2), 150 -1 -1 kg P2O5 ha atau 302,4 gram petak (P3), 200 kg -1 -1 P2O5 ha atau 403,2 gram petak (P4). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 60 petak percobaan. Penyiapan lahan dilakukan dengan menggunakan cangkul sampai kedalaman 30 cm hingga gembur, kemudian bongkahan tanah diratakan, selanjutnya membuat bedengan dengan panjang 300 cm dan lebar 120 cm, tinggi 40 cm dan lebar parit antar bedengan 50 cm dengan 100 cm jarak antar ulangan. Penanaman dilakukan langsung di kebun tanpa disemai. Biji ditanam dalam lubang yang dibuat dengan tugal dan setiap lubang ditanami dengan 2 biji benih, kemudian lubang tersebut ditutup dengan tanah dan dipelihara sampai panen. Ajir digunakan untuk merambatkan tanaman dengan menggunakan belahan bambu setelah tanaman berumur 2 minggu atau mencapai tinggi kira-kira 25 cm dengan cara ditancapkan pada jarak 10 cm dari batang tanaman. Andi Arniana, et al., 2012. Pemanfaatan residu bahan organik .................................. 9 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 8-15 Tumbuhan pengganggu dicabut dan dibuang, dan penyiangan dilakukan sewaktu-waktu ketika pertumbuhan gulma mulai terlihat. Jenis gulma yang dominan pada lokasi penelitian adalah Bronos tectorum. Gulma ini merupakan rerumputan berakar serabut dengan kedalaman akar sekitar 3 cm di bawah permukaan tanah, berdaun sempit (monokotil). Penyulaman dilakukan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau mati, dan mengganti tanaman yang tumbuhnya kurang baik. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah penanaman. Kacang panjang dipanen pada umur 45-50 hari setelah tanam sebanyak 3 kali panen, dengan ciriciri polongnya sudah terisi penuh dan warna polongnya hijau merata sampai hijau keputihan. Adapun variabel yang diamati dalam penelitian dengan 3 ulangan dan 4 tanaman per petak adalah: tinggi tanaman (cm): pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi pada umur 15, 30 dan 45 HST menggunakan meteran; dan jumlah daun 2 (helai). luas daun (cm ). Luas daun dihitung menggunakan rumus: p x l x konstanta luas daun. Koefisien luas daun tanaman kacang panjang = 0,29 yang didapat dari rumus menurut Sitompul dan Guritno (1995), dan konstanta luas daun, dihitung sesuai rumus: C x.B K A P.x.L dengan: K = Konstanta luas daun tanaman; C = Bobot garis tengah kertas; B = Berat kertas kuarto; A = Luas kertas kuarto; P = Panjang maksimum daun tanaman, dan L = Lebar maksimum daun tanaman -1 Jumlah polong (buah petak ), panjang polong (cm), -1 berat segar polong (kg petak ) pengamatan dilakukan dengan menimbang berat segar polong menggunakan timbangan biasa, kadar P dianalisis dengan metode spektrofotometri cara Molibdat dan perhitungan kadar P mengikuti formula Sitompul dan Guritno, (1995): (%).P 0,25mg x.100%.x.0,3261.x.kbk 250mg 0,03261.x. fkbk dengan: A = mg PO43-/liter; Fkbk = faktor koreksi bahan kering mutlak, dan 0,3261 = faktor kimia PO43- Analisis tanah yang digunakan adalah analisis tanah awal dan akhir penelitian pada tanaman kacang panjang secara komposit yang dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Unhalu Kendari mengenai sifat kimia tanah meliputi; pH: H2O ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU (menggunakan pH air, N total: (% dengan metode -1 Kjeldhal) , P2O5 Bray (ppm) dengan metode Bray 1 , dan K-dd (me/100 g dengan metode 1N NH4OAC (Hardjowigeno, 2003). Data hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun dianalisis menggunakan sidik ragam pengamatan berulang (Repeated Measurement Anova, RMA), sedangkan pengamatan peubah lainnya dianalisis dengan anova biasa. Perlakuan yang menunjukkan pengaruh dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). HASIL Untuk mengetahui taraf perlakuan yang lebih baik dan mengetahui perbandingan antara taraf perlakuan masing-masing faktor maka dari hasil analisis ragam dilajutkan dengan uji lanjut pembandingan antar perlakuan untuk semua perlakuan. Berdasarkan hasil analisis ragam diperoleh bahwa perlakuan bahan organik dan fosfor berpengaruh sangat signifikan terhadap tinggi tanaman. Pengaruh interaksi bahan organik dan fosfor terhadap tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman kacang panjang tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian bahan organik 15 -1 -1 t ha setara dengan 5,4 kg petak dan 100 kg -1 -1 P2O5 ha atau 201,6 gram petak (B3P2) yang berbeda sangat signifikan dengan kontrol (B0P0), sedangkan rata-rata tinggi tanaman terendah diperoleh pada perlakuan kontrol yang berbeda signifikan dengan semua perlakuan. Grafik pengaruh bahan organik dan fosfor terhadap tinggi tanaman disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 memperlihatkan bahwa perlakuan tanpa bahan organik dan tanpa pupuk fosfor (B0P0) merupakan perlakuan yang menghasilkan tinggi tanaman kacang panjang terendah -1 sedangkan perlakuan 15 t ha bahan organik dan -1 100 kg P2O5 ha (B3P2) menghasilkan tinggi tanaman kacang panjang tertinggi. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bahan organik dan fosfor berpengaruh signifikan terhadap jumlah daun. Hasil uji DMRT pada α = 0,05 terhadap peubah jumlah daun disajikan pada Tabel 2. Andi Arniana, et al., 2012. Pemanfaatan residu bahan organik .................................. 10 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 8-15 ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU Tabel 1. Interaksi residu bahan organik dan fosfor terhadap tinggi tanaman kacang panjang selama percobaan Bahan Organik (t ha-1) B0=0 P2O5 (kg ha-1) P0=0 P1=50 P2=100 P3=150 P4=200 DMRT α = 0,05 149,75r a 249,03q a 274,42p a 256,39q a 250,58q 280,92p 266,79pq 248,79q a a a bc B1=5 271,18p 274,45p 274,63p 235,98q 2=28,20 a a a a B2=10 262,00p 281,63p 273,89p 283,77p 3=29,18 a a a a B3=15 265,38q 296,61p 251,16q 269,71q 4=29,67 a a a ab DMRT α = 0,05 2=20,35 3=21,41 4=21,97 5=22,53 Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a,b,c) dan kolom (p,q,r) signifikan ber-dasarkan uji DMRT pada taraf α = 0,05. Gambar 2. Grafik dinamika pertumbuhan tinggi tanaman pada berbagai takaran bahan organik dan fosfor Tabel 2. Interaksi residu bahan organik dan fosfor terhadap jumlah daun tanaman kacang panjang selama percobaan (t ha- P2O5 (kg ha-1) DMRT α = 0,05 P0=0 P1=50 P2=100 P3=150 P4=200 B0=0 56,33q 74,25p 77,00p 76,50p 83,17p b a b a a B1=5 85,25p 80,08p 80,50p 85,00p 84,00p 2=17,64 a a b a a B2=10 89,17p 71,92qr 74,17qr 85,33pq 70,50r 3=18,25 A a b a a B3=15 60,92r 76,33q 102,33p 79,42q 49,50r 4=18,56 b a a a b DMRT α = 0,05 2=13,01 3=13,68 4=14,04 5=14,40 Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a,b) dan kolom (p,q,r) signifikan berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 0,05. Bahan Organik 1 ) Gambar 2. Grafik dinamika pertumbuhan jumlah daun pada berbagai takaran bahan organik dan fosfor Andi Arniana, et al., 2012. Pemanfaatan residu bahan organik .................................. 11 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 8-15 Analisis ragam menunjukkan bahwa bahan organik secara mandiri memberikan pengaruh yang signifikan terhadap luas daun tanaman kacang panjang. Untuk mengetahui pengaruh bahan organik pada setiap taraf perlakuan maka dilakukan uji DMRT pada taraf α = 0,05 seperti disajikan pada Tabel 3, sedangkan grafik pengaruh bahan organik dan fosfor terhadap luas daun tanaman kacang panjang disajikan pada Gambar 3. Tabel 3. Pengaruh residu bahan organik terhadap luas daun tanaman kacang panjang selama percobaan ISSN: 2089-9858 Hasil uji DMRT pada taraf signifikan α = 0,05 pada Tabel 4, menunjukkan bahwa residu -1 dari pemberian bahan organik 5 t ha menghasilkan jumlah polong per petak paling banyak -1 sebesar 54,58 buah petak sedangkan perlakuan tanpa bahan organik menghasilkan jumlah polong -1 -1 petak paling sedikit sebesar 38,53 buah petak . Hal ini diduga disebabkan karena bahan organik mengandung unsur hara makro dan mikro yang dapat meningkatkan jumlah polong tanaman. Tabel 5. Pengaruh residu fosfor terhadap jumlah -1 polong (buah petak ) tanaman kacang panjang Perlakuan Luas daun (cm2) B0=0 t ha-1 1754,06c B1=5 t ha-1 1920,38bc 2=277,20 P0=0 kg P2O5 ha-1 2187,57ab 3=287,21 P1=50 kg P2O5 ha-1 B2=10 t ha -1 B3=15 t ha -1 2450,14a DMRT α = 0,05 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU Jumlah polong (buah petak-1) Perlakuan 4=291,83 Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang tidak sama pada kolom yang sama (ab) signifikan berdasarkan uji DMRT pada α = 0,05. DMRT α = 0,05 42,55b 53,75a 2 = 9,70 -1 47,94ab 3 = 10,20 -1 51,25ab 4 = 10,47 53,89a 5 = 10,74 P2=100 kg P2O5 ha P3=150 kg P2O5 ha -1 P4 =200 kg P2O5 ha Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang tidak sama pada kolom yang sama (ab) signifikan berdasarkan uji DMRT pada α = 0,05 Gambar 3 memperlihatkan bahwa pem-1 berian bahan organik 15 t ha menghasilkan daun tanaman kacang panjang lebih luas. Sementara pada perlakuan tanpa pemberian bahan organik menghasilkan daun tanaman kacang panjang paling sempit. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa residu bahan organik dan fosfor secara mandiri berpengaruh signifikan terhadap jumlah polong. Hasil uji DMRT α = 0,05 disajikan pada Tabel 4 dan 5. Hasil uji DMRT α = 0,05 terhadap jumlah polong per petak menunjukkan bahwa residu tanpa pemberian fosfor menghasilkan jumlah polong per petak paling sedikit, sedangkan residu -1 dari pembe-rian 200 kg P2O5 ha menghasilkan jumlah polong per petak paling banyak. Hal ini diduga karena dosis fosfor yang diberikan mampu menyedian kebutuhan hara tersebut bagi tanaman kacang panjang dalam meningkatkan jumlah polong per petak, dimana semakin banyak polong yang dihasilkan maka semakin tinggi produksi kacang panjang yang dihasilkan per petaknya. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa residu bahan organik memberikan pengaruh yang sangat signifikan secara mandiri terhadap berat segar tanaman kacang panjang. Hasil Uji DMRT taraf signifikan α = 0,05 dapat disajikan pada Tabel 6. Tabel 4. Pengaruh residu bahan organik terhadap jumlah -1 polong (buah petak ) tanaman kacang panjang Tabel 6. Pengaruh residu bahan organik terhadap berat -1 segar polong (kg petak ) tanaman kacang panjang Gambar 3. Grafik dinamika pertumbuhan luas daun pada berbagai takaran bahan organik dan fosfor. Perlakuan Jumlah polong (buah petak-1) B0=0 t ha-1 38,53b B1=5 t ha-1 54,58a B2=10 t ha -1 B3=15 t ha -1 53,44a 52,96a DMRT α = 0,05 2 = 13,53 3 = 14,00 4 = 14,23 Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang tidak sama pada kolom yang sama (ab) signifikan berdasarkan uji DMRT pada α = 0,05. Perlakuan Berat segar polong (kg petak-1) B0=0 t ha-1 0,80b = 1,41 t ha-1 B1=5 t ha-1 1,06ab = 1,85 t ha-1 B2=10 t ha -1 B3=15 t ha -1 1,13a = 1,98 t ha -1 1,10ab = 1,93 t ha -1 DMRT α = 0,05 2 = 0,29 3 = 0,30 4 = 0,31 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang tidak sama pada kolom yang sama (ab) signifikan berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 0,05. Andi Arniana, et al., 2012. Pemanfaatan residu bahan organik .................................. 12 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 8-15 Hasil uji DMRT pada taraf α = 0,05 pengaruh bahan organik terhadap berat segar tanaman kacang panjang pada Tabel 6, menunjukkan bahwa tanaman kacang panjang tanpa bahan organik (B0) menghasilkan polong lebih ringan yang berbeda signifikan dengan polong yang dihasilkan oleh tanaman kacang -1 panjang yang diberi bahan organik 5 t ha (B1), 10 t -1 -1 ha (B2) dan 15 t ha (B3). Hasil analisis kadar P dalam jaringan tanaman kacang panjang disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan hasil analisis kadar P tanaman kacang panjang pada Tabel 8 menunjukkan bahwa kadar P tinggi pada -1 perlakuan bahan organik 15 t ha dan fosfor 50 kg ha 1 sebesar 0,61 sedangkan perlakuan bahan organik 10 -1 -1 t ha dan fosfor 200 kg ha sebesar 0,35. Tabel 7. Pengaruh residu bahan organik dan fosfor terhadap kadar P (%) dalam jaringan tanaman kacang panjang P2O5 (kg ha-1) Bahan Organik (t ha-1) P0=0 P1=50 P2=100 P3=150 P4=200 B0=0 0,43 0,52 0,56 0,53 0,53 B1=5 0,49 0,54 0,60 0,52 0,54 B2=10 0,50 0,54 0,50 0,52 0,35 B3=15 0,48 0,61 0,46 0,55 0,49 Keterangan: B = bahan organik, P = fosfor. PEMBAHASAN Hasil tersebut menujukkan bahwa pemberian bahan organik pada tanah PMK sangat diperlukan untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman kacang panjang. Bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan air sehingga kemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman meningkat. Pengaruh positif yang lain dari penambahan bahan organik adalah pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman. Terdapat senyawa yang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas biologis yang ditemukan di dalam tanah adalah senyawa perangsang tumbuh (auxin), dan vitamin (Stevenson, 1982). Senyawa-senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat tanaman, pupuk kandang, kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas mikrobia dalam tanah. Di samping itu, diindikasikan asam organik dengan berat molekul rendah, terutama bikarbonat (suksinat, ciannamat, fumarat) hasil dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi rendah dapat mempunyai sifat seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman. Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan P dapat secara langsung ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU melalui proses mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu pelepasan P yang terfiksasi. Pertambahan ukuran tanaman kacang panjang cenderung meningkat seiring dengan bertambah-nya umur tanaman. Hasil uji DMRT α = 0,05 pada Tabel 2, menunjukkan bahwa pemberian bahan organik -1 -1 15 t ha dan pupuk fosfor 100 kg P2O5 ha (B3P2) merupakan kombinasi pemupukan yang menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak, sedangkan -1 perlakuan kombinasi bahan organik 15 t ha dan -1 fosfor 200 kg P2O5 ha menghasilkan jumlah daun yang lebih sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa hara fosfor yang dikandung bahan organik belum cukup memenuhi kebutuhan tanaman kacang panjang dalam memacu pertumbuhan terutama penambahan jumlah daun tanaman kacang panjang. Bertambahnya jumlah daun pada pem-1 berian bahan organik 15 t ha dan fosfor 100 kg -1 P2O5 ha (B3P2) mengindikasikan bahwa bahan organik yang diberikan mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro terutama unsur fosfor. Grafik pengaruh bahan organik dan fosfor pada Gambar 2 menunjukkan bahwa terjadi pengurangan jumlah daun pada pemberian bahan -1 -1 organik 15 t ha dan fosfor 200 kg P2O5 ha . Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pemupukan fosfor yang diberikan maka akan mengurangi penambahan jumlah daun. Pupuk fosfor merupakan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar sehingga keberadaan hara tersebut menjadi salah satu pembatas produksi tanaman akan tetapi apabila pemupukan diberikan dalam jumlah yang berlebihan maka akan menurunkan jumlah daun tanaman kacang panjang. Hal ini disebabkan pemupukan P selain meningkatkan kadar P tanah, juga akan meningkatkan pH tanah, sehingga akan menyebabkan hara mikro menjadi kurang tersedia bagi tanaman. Hal ini didukung oleh Havlin et al., (1999) bahwa defisiensi unsur hara Zn dipengaruhi oleh meningkatnya pH tanah, selain itu secara langsung juga dipengaruhi oleh tingginya kadar P tanah. Hasil uji DMRT pada taraf signifikan α = 0,05 pada Tabel 3, menunjukkan bahwa pembe-1 rian bahan organik 15 t ha merupakan dosis yang dapat meningkatkan luas daun tanaman kacang panjang yang berbeda tidak signifikan -1 dengan dosis 10 t ha bahan organik tetapi -1 berbeda signifikan dengan dosis 0 dan 5 t ha bahan organik. Hal ini mengindikasikan bahwa bahan organik memang sangat diperlukan dalam meningkatkan pertumbuhan khususnya dalam pertambahan luas daun tanaman, dimana sema- Andi Arniana, et al., 2012. Pemanfaatan residu bahan organik .................................. 13 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 8-15 kin luas daun tanaman maka semakin tinggi hasil tanaman yang diperoleh. Semakin bertambahnya luas daun maka laju fotosintesis pun meningkat akibat banyak-nya klorofil yang terdapat di daun yang dihasilkan dalam proses fisiologi tanaman. Berdasarkan hasil uji DMRT taraf α = 0,05 -1 diperoleh bahwa perlakuan bahan organik 10 t ha menghasilkan polong segar lebih berat sebesar 1,13 -1 -1 kg petak atau 1,98 t ha . Hal ini disebabkan karena bahan organik mengadung unsur hara makro maupun mikro sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam proses fotosintesis dan metabolisme sehingga pertumbuhan dan produksinya berjalan dengan baik. Menurut Gardner et al., (1991) menyatakan bahwa tanaman membutuhkan unsur hara yang cukup dan berimbang. Apabila unsur hara diberikan dalam dosis yang berlebihan atau dosis rendah akan menyebabkan berat segar tanaman akan menurun. Kelebihan atau kekurangan unsur hara yang diberikan pada tanaman mengakibatkan proses fotosintesis tidak berjalan efektif dan fotosintat yang dihasilkan berkurang, menyebabkan jumlah fotosintat yang ditranslokasikan ke polong menjadi berkurang. Ketersediaan unsur hara dalam tanah secara berimbang memungkinkan pertumbuhan dan produksi tanaman berlangsung dengan baik. Pada penelitian ini jarak tanam yang digunakan 50 x 60 cm dan jarak antar petak adalah 50 cm maka populasi tanaman per ha adalah 21.000 tanaman. Hasil polong per tanaman adalah 0,26 kg -1 tanaman sehingga akan diperoleh produksi tanaman -1 kacang panjang sebesar 5,46 t ha . Jika dibandingkan hasil yang diperoleh berdasarkan data deskripsi tanaman kacang panjang varietas putih super maka hasil yang diperoleh dalam penelitian ini masih lebih rendah dibanding dengan deskripsi tanaman kacang panjang varietas putih super yaitu sebesar 8.35 ton -1 ha . Semakin banyak pupuk organik yang diberikan atau semakin tinggi dosis pupuk organik berarti semakin banyak kadar hara yang akan dihasilkan dari hasil mineralisasi pupuk organik yang dapat diserap oleh tanaman kacang panjang untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil kacang panjang. Kadar total P tanah lapisan olah berkisar -1 -1 antara 90-225 kg P ha dengan rata-rata 890 kg ha hanya sedikit sekali yang tersedia bagi tanaman, dan sangat sedikit juga P tanah yang hilang tercuci terbawa aliran air dan yang hilang terangkut panen. Pemupukan TSP selain meningkatkan kadar P tersedia juga meninggalkan residu P yang relatif tinggi di tanah. P tersedia merupakan bentuk P yang langsung dapat diserap tanaman. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian maka dapat disimpulkan se- ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU bagai berikut: Interaksi residu bahan organik dan fosfor memberikan pengaruh terhadap tinggi tanam-an dan jumlah daun dengan hasil tertinggi diperoleh pada pemberian bahan organik 15 ton -1 -1 ha dan fosfor 100 kg P2O5 ha . Produksi tanaman kacang panjang tertinggi sebesar 5,46 t -1 ha . Residu bahan organik berpengaruh terhadap luas daun, jumlah polong dan berat segar polong, sedangkan residu fosfor secara mandiri berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah polong terhadap pertumbuhan dan produksi kacang panjang. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh residu bahan organik dan fosfor pada lokasi dan waktu yang berbeda karena pada lokasi dan waktu yang berbeda dapat diketahui pula seberapa besar pengaruh residu bahan organik dan fosfor dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Ucapan Terima Kasih Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Pengaruh Residu Bahan Organik dan Fosfor Setelah Pertanaman Melon Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) oleh Bapak Dr. Ir. La Ode Safuan, M.P. Oleh karena itu diucapkan terima kasih kepada beliau atas pendanaan sehingga penelitian ini dapat dirampungkan. KEPUSTAKAAN Gardner, A.H., R.B. Pearce, and R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi tanaman budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale, and W.L. Nelson, 1999. Soil fertility and fertilizers. An introduction to nutrient management. Sixth ed. Prentice hall, New Jersey. Hardjowigeno, S., 1987. Ilmu tanah. PT. Medyatama Perkasa. 216. hlm. Moersidi, S. 1993. Pengaruh bahan organik dan pupuk fosfat terhadap hubungan fosfat tersedia dengan sifat-sifat kimia pada tanah masam. Pros Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat bidang Kesuburan dan Produktivitas Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Rosmiyani, 2010. Pengaruh bahan organik dan pupuk fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman melon (Cucumis melo L.) Tesis Program Studi Agronomi Program Pasca Sarjana Unhalu, Kendari. Andi Arniana, et al., 2012. Pemanfaatan residu bahan organik .................................. 14 Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 8-15 Purnomo J., I. G. P. Wigena, D. Santoso, dan Mulyadi. 2002. Pengaruh pemberian pupuk P dan bahan organik terhadap perubahan sifat kimia tanah dan hasil jagung musim tanam ke tiga pada Oxyc Dystropepts di Jambi. Hal 111-125 dalam Prosiding Seminar Pengelolaan Lahan Kering Berlereng dan Terdegradasi. Bogor, 9-10 Agustus 2001. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU Sitompul, S.M, dan B. Guritno, 1995. Analisis pertumbuhan tanaman. Gadjah Mada University Press. Stevenson, F.J., 1982. Humus chemistry genesis, composition, reaction. John Willey and Sons. New York. Andi Arniana, et al., 2012. Pemanfaatan residu bahan organik .................................. 15