Akuntansi Keuangan

advertisement
AKUNTANSI KEUANGAN
•
Bab I
– Konsep Dasar
•
Bab II
– Siklus Akuntansi
•
Bab III
– Aktiva
•
Bab IV
- Kewajiban dan Modal
•
Bab V
– Laporan Keuangan Konsolidasi
•
Bab VI
– Analisa Laporan Keuangan
Akuntansi
Keuangan
mh # 2
Bab I – Konsep Dasar
 Pendahuluan
•
Accounting is a service activity. Its function is to provide
quantitative information, primarily financial in nature,
about economic entities that is intended to be useful in
making economic decisions - in making reasoned choices
among alaternatives courses of action (AICPA, 1970).
•
Informasi kuantitatif (laporan keuangan):
Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Laba Ditahan (Laporan
Perubahan Modal), dan Laporan Arus Kas.
•
LK tersebut berasal dari bukti-bukti transaksi yang diproses
melalui siklus akuntansi:
– Pencatatan (recording),
– pengelompokan (classifying), dan
– pelaporan (reporting) serta
– penafsiran atau interprestasi (interpreting).
•
Jadi fungsi akuntansi adalah menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengambil keputusan baik internal
maupun eksternal.
Konsep Dasar
Akuntansi
Persamaan
Akuntansi
Sistem
Pencatatan
mh # 3
Bab I – Konsep Dasar (2)
Pendahuluan
•
Kesatuan Akuntansi
Setiap perusahaan merupakan satu kesatuan yang berdiri
sendiri dan terpisah dari kegiatan lainnya atau urusan
pribadi pemiliknya.
•
Nilai Historis
Aktiva selalu dicatat dan dilaporkan berdasarkan nilai
perolehannya (nilai historis).
•
Obyektivitas
Pencatatan transaksi harus didasarkan pada bukti atas
fakta yang obyektif dan dapat diverifikasi.
•
Berkesinambungan
Perusahaan diasumsikan akan beroperasi secara
berkelanjutan dan tidak dimaksudkan untuk dilikuidasi.
 Konsep Dasar
Akuntansi
Persamaan
Akuntansi
Sistem
Pencatatan
mh # 4
Bab I – Konsep Dasar (3)
Pendahuluan
 Konsep Dasar
Akuntansi
Persamaan
Akuntansi
Sistem
Pencatatan
•
Unit Pengukuran
Transaksi akuntansi dan hasilnya (yang disajikan) dalam
Laporan Keuangan dinyatakan dalam nilai satuan uang.
Disamping konsep dasar tersebut diatas, terdapat pula
asas akuntansi yang meliputi:
– asas kas (cash basis) dan
– asas akrual (accrual basis).
Akuntansi Komersial menggunakan asas akrual:
Mengakui pendapatan maupun biaya pada saat terjadinya,
tanpa memperhatikan waktu penerimaan atau pembayaran
uang tunainya.
mh # 5
Bab I – Konsep Dasar (4)
Pendahuluan
Konsep Dasar
Akuntansi
 Persamaan
Akuntansi
Sistem
Pencatatan
•
AKTIVA = HUTANG + MODAL
•
Aktiva merupakan sumber-sumber ekonomi atau kekayaan
riil yang dimiliki perusahaan dan digunakan untuk
menjalankan kegiatan usahanya.
•
Hutang merupakan kewajiban perusahaan yang timbul
kepada pihak ketiga yang harus dibayarkan oleh perusahaan
di masa depan atau pada saat jatuh tempo.
•
Modal merupakan kekayaan bersih pemilik yang ditanamkan
di perusahaan.
– Modal merupakan selisih antara total aktiva dikurangi
total kewajiban/hutang.
– Modal dapat mengalami perubahan karena adanya
tambahan setoran modal, pengambilan untuk
keperluan pribadi, dan laba yang diperoleh atau rugi
yang diderita.
mh # 6
Bab I – Konsep Dasar (5)
Pendahuluan
•
Untuk setiap AKUN:
–
DEBET mencerminkan sisi kiri
–
KREDIT mencerminkan sisi kanan
•
Setiap Penambahan:
–
AKTIVA dan BIAYA dicatat dengan mendebet,
–
HUTANG, MODAL, dan PENDAPATAN dicatat dengan
mengkredit.
Konsep Dasar
Akuntansi
Persamaan
Akuntansi
 Sistem
Pencatatan
•
•
Pengurangan dicatat secara logis di sisi yang berlawanan
dengan penambahan.
Saldo normal setiap Akun adalah pada sisi di mana
penambahan dicatat:
–
Debet: Aktiva dan Biaya
–
Kredit: Hutang, Modal, dan Pendapatan
mh # 7
Bab I – Konsep Dasar (6)
Pendahuluan
•
Konsep Dasar
Akuntansi
Persamaan
Akuntansi
 Sistem
Pencatatan
Ikhtisar penambahan & pengurangan Akun sbb:
(+)
(-)
Normal
Aktiva
D
K
D
Hutang
K
D
K
Modal
K
D
K
(+)
(-)
Normal
Biaya
D
K
D
Pendapatan
K
D
K
•
Aktiva, Hutang, dan Modal, yang merupakan elemen
Neraca disebut sebagai akun permanen atau riil;
•
Akun pembantu Modal, yaitu Pendapatan dan Biaya,
merupakan akun temporer atau nominal.
mh # 8
Bab II – Siklus Akuntansi
 Jurnal
•
Buku Besar
•
Neraca Saldo
Penyesuaian
Laporan
Keuangan
Jurnal
Penutup
NS setelah
Penutupan
•
•
Jurnal adalah pencatatan atas transaksi-transaksi yang
dilaksanakan secara kronologis, yang merupakan dasar
untuk mem-posting transaksi ke buku besar.
Terdapat dua bentuk jurnal:
–
Jurnal Umum (general journal)
–
Jurnal Khusus (special journal).
Jurnal Umum (general journal) digunakan untuk
mencatat segala jenis transaksi yang terjadi.
Jurnal Khusus dirancang untuk mencatat jenis-jenis
transaksi tertentu yang sering terjadi, misalnya:
–
Jurnal Penjualan,
–
Jurnal Pembelian,
–
Jurnal Penerimaan Kas, dan
–
Jurnal Pengeluaran Kas.
mh # 9
Bab II – Siklus Akuntansi(2)
ILUSTRASI
 Jurnal
Transaksi-transaksi yang terjadi pada “Perusahaan JPK”
selama bulan Desember 2001 adalah sebagai berikut:
Buku Besar
Neraca Saldo
•
Tanggal 1, disetor dana sebesar Rp 55.000.000,- oleh
Tuan Akbar sebagai modal untuk perusahaan yang baru
saja dibentuknya.
•
Tanggal 1, dibayar sewa kantor sebesar Rp 1.320.000,-
•
Tanggal 2, dibeli peralatan kantor sebesar Rp 7.920.000,dengan cara Rp 4.400.000,- dibayar secara tunai sedang
sisanya akan dilunasi dalam waktu 60 hari
•
Tanggal 2, diterima dimuka kontrak empat bulanan,
sebesar Rp 550.000,- per bulannya
Penyesuaian
Laporan
Keuangan
Jurnal
Penutup
NS setelah
Penutupan
mh # 10
Bab II – Siklus Akuntansi(3)
•
Tanggal 3, dibeli perlengkapan dan suku cadang senilai
Rp 2.090.000,- dengan kredit 60 hari.
Buku Besar
•
Tanggal 7, diterima uang jasa pelayanan untuk tanggal 17 sebesar Rp 1.430.000,-
Neraca Saldo
•
Tanggal 14, diberikan jasa pelayanan secara kredit senilai
Rp 1.980.000,-
•
Tanggal 19, diterima dari piutang pelanggan sebesar Rp
1.100.000,-
•
Tanggal 26, dibayar upah untuk bulan desember sebesar
Rp 1.188.000,-
•
Tanggal 28, dilakukan penarikan oleh pemilik untuk
keperluan pribadi sebesar Rp 1.760.000,-
 Jurnal
Penyesuaian
Laporan
Keuangan
Jurnal
Penutup
NS setelah
Penutupan
(Lihat MODUL: pencatatan dalam Jurnal Umum)
mh # 11
Bab II – Siklus Akuntansi (4)
Jurnal
•
 Buku Besar
•
Item yang ditransfer dari jurnal ke buku besar:
–
Tanggal transaksi,
–
Jumlah yang tercantum dalam sisi debet maupun
kredit,
–
Nomor indeks jurnal (referensi silang antara nomor
akun pada jurnal dengan buku besar akun yang
bersangkutan).
•
Kalau pencatatan dalam jurnal dilakukan setiap hari,
maka posting ke buku besar dilakukan secara periodik,
umumnya sebulan sekali.
Neraca Saldo
Penyesuaian
Laporan
Keuangan
Jurnal
Penutup
NS setelah
Penutupan
Proses pentransferan data dari jurnal ke buku besar
disebut posting.
(Lihat MODUL: hasil posting ke Buku Besar)
mh # 12
Bab II – Siklus Akuntansi (5)
Jurnal
•
Neraca Saldo adalah daftar saldo dari seluruh akun buku
besar, yang dibuat pada akhir periode akuntansi dan
merupakan titik awal bagi penyiapan laporan keuangan.
•
Neraca Saldo:
–
Sebelum penyesuaian (unadjusted trial balance) dan
–
Sesudah penyesuaian (adjusted trial balance).
•
Bila terjadi perbedaan antara jumlah sisi debit dan sisi
kredit, kemungkinan disebabkan oleh:
–
kesalahan dalam menjumlah debit atau kredit,
–
kesalahan dalam memindahkan saldo yang terdapat
dalam buku besar ke neraca saldo,
–
kesalahan mencatat dari jurnal ke buku besar,
–
kesalahan mencatat dari bukti asli ke jurnal.
Buku Besar
 Neraca Saldo
Penyesuaian
Laporan
Keuangan
Jurnal
Penutup
NS setelah
Penutupan
(Lihat MODUL: Neraca Saldo)
mh # 13
Bab II – Siklus Akuntansi (6)
Jurnal
•
Fungsi jurnal penyesuaian (adjustment) adalah untuk:
–
koreksi kesalahan,
–
pemindahbukuan,
–
mencatat pos-pos akrual, yaitu yang masih harus
diterima/dibayar,
–
mencatat pos-pos deferal, yaitu yang
diterima/dibayar di muka,
–
mencatat beban penyusutan, dan
–
mencatat susulan pembukuan.
•
Beberapa contoh kondisi yang memerlukan junal
penyesuaian, antara lain:
–
Penyesuaian atas biaya dibayar di muka
–
Penyesuaian atas pendapatan diterima di muka
–
Penyesuaian atas biaya yang masih harus dibayar
–
Penyesuaian atas pendapatan yang masih harus
diterima
–
Pembebanan biaya depresiasi
Buku Besar
Neraca Saldo
 Penyesuaian
Laporan
Keuangan
Jurnal
Penutup
NS setelah
Penutupan
(Lihat MODUL: Ilustrasi jurnal penyesuaian)
mh # 14
Bab II – Siklus Akuntansi (7)
Jurnal
•
Buku Besar
Neraca Saldo
•
Penyesuaian
 Laporan
Keuangan
Jurnal
Penutup
•
Untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan
(secara manual) digunakan lembar kerja yang disebut
Neraca Lajur.
Kolom-kolom neraca lajur:
–
Nama akun,
–
Saldo sebelum penyesuaian,
–
Jurnal penyesuaian,
–
Saldo setelah penyesuaian,
–
Perhitungan laba-rugi, dan
–
Neraca.
Neraca Lajur dan Laporan Keuangan untuk Perusahaan
JPK (ilustrasi) – lihat MODUL.
NS setelah
Penutupan
mh # 15
Bab II – Siklus Akuntansi (8)
Jurnal
•
Saldo Pendapatan dan Biaya tidak dibawa ke tahun
berikutnya,
–
Pada akhir periode (tahun) harus ditutup
menggunakan Jurnal Penutup, dan
–
Selisih antara keduanya akan mempengaruhi saldo
Modal atau Laba Ditahan pada Neraca.
•
Jurnal Penutup dilakukan dengan:
–
Mendebet saldo Pendapatan dan mengkredit Ikhtisar
Pendapatan,
–
Mengkredit saldo Biaya dan mendebet Ikhtisar
Pendapatan,
–
Mendebet (atau mengkredit) saldo Ikhtisar
Pendapatan dan mengkredit (atau mendebet) Modal
atau Laba Ditahan, dan
–
Mengkredit saldo Prive (jika ada) dan mendebet
Modal.
Buku Besar
Neraca Saldo
Penyesuaian
Laporan
Keuangan
 Jurnal
Penutup
NS setelah
Penutupan
mh # 16
Bab II – Siklus Akuntansi (9)
Jurnal
Buku Besar
•
Setelah pembukuan jurnal penutup, maka akun-akun
temporer/nominal yang merupakan elemen dari Laporan
Laba-Rugi menjadi bersaldo nihil. Yang masih terbuka
adalah akun-akun permanen/riil Neraca, yaitu: aktiva,
hutang dan modal.
•
Dari semua saldo akun yang masih terbuka tersebut
disusun Neraca Saldo seteleh Penutupan (post closing
trial balance) – lihat MODUL.
Neraca Saldo
Penyesuaian
Laporan
Keuangan
Jurnal
Penutup
 NS setelah
Penutupan
mh # 17
Bab III – Aktiva
•
Pengertian kas tidak hanya terbatas pada uang tunai yang
terdapat di perusahaan, tetapi meliputi unsur-unsur
sebagai berikut:
–
Uang tunai yang terdapat di perusahaan
–
Uang yang disimpan di bank: tabungan atau giro
–
Uang atau dana yang ada di kas kecil
–
Cek yang dapat diuangkan di bank
•
Terdapat dua sistem pencatatan kas kecil:
–
imprest system dan
–
fluctuating system
 Kas dan Bank
Piutang
Dagang dan
Wesel
Persediaan
Aktiva Tetap
•
Dalam praktek, yang banyak digunakan adalah imprest
system (Ilustrasi – lihat MODUL).
•
Untuk mengetahui saldo dana perusahaan yang disimpan
di bank (terutama pada akhir periode), maka perlu
dilakukan rekonsiliasi kas-bank.
mh # 18
Bab III – Aktiva (2)
 Kas dan Bank
Piutang
Dagang dan
Wesel
Persediaan
Aktiva Tetap
•
REKONSILIASI BANK merupakan pembandingan antara
saldo menurut rekening koran bank dan saldo menurut
pembukuan perusahaan.
•
Perbedaan antara kedua catatan tersebut, biasanya,
disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
–
–
–
–
–
–
Penerimaan yang belum masuk dalam RK bank
(deposit in transit);
Pembayaran atau cek yang belum dicairkan ke Bank
(outstanding checks);
Pendapatan bunga / jasa giro yang belum dibukukan;
Biaya administrasi yang belum dibukukan;
Setoran debitur langsung ke rekening bank;
Kesalahan-kesalahan yang terjadi baik di pembukuan
perusahaan dan atau di catatan bank.
mh # 19
Bab III – Aktiva (3)
•
Kas dan Bank
 Piutang
Dagang dan
Wesel
Persediaan
Aktiva Tetap
Piutang dapat dibedakan antara piutang dagang (piutang
usaha) dengan piutang wesel (wesel tagih).
–
Piutang Dagang biasanya terjadi karena adanya
penjualan barang / jasa secara kredit.
–
Piutang Wesel merupakan piutang yang disertai
dengan sebuah promes atau pengakuan hutang
secara tertulis.
•
Piutang Dagang karena timbul dari penjualan, maka
pengakuannya berdasarkan terjadinya perpindahan
kepemilikan atas barang yang dijual.
•
Pencatatan piutang dagang:
Piutang
Penjualan
Kas
Piutang

xxx
xxx
xxx
xxx
Terhadap piutang, perlu dibuatkan taksiraan atas
kemungkinan tidak tertagihnya.
mh # 20
Bab III – Aktiva (4)

Kas dan Bank
 Piutang
Dagang dan
Wesel
Persediaan
Aktiva Tetap
Metode penghapus-bukuan piutang:
o
Metode penghapusan langsung (direct write-off):
sejumlah biaya tak tertagih langsung dihapuskan dari
akun piutang.
o
Metode cadangan (allowance): estimasi jumlah
piutang yang tidak dapat ditagih dicatat dengan
mendebet "biaya piutang ragu" dan mengkredit
"cadangan piutang ragu".

Pada umumnya wesel mencantumkan tingkat suku bunga,
tetapi ada juga yang tidak mencantumkannya.

Wesel yang tidak mencantumkan tingkat suku bunganya
berarti dalam jumlah yang harus dibayar sudah termasuk
beban bunga.
(Lihat Modul: Ilustrasi Piutang Wesel)
mh # 21
Bab III – Aktiva (5)
•
Sistem pencatatan persediaan:
Sistem periodik (periodic system) dan
Sistem terus-menerus (perpetual system).

Sistem periodik
Menggunakan akun "pembelian" untuk mencatat
seluruh pembelian yang terjadi selama satu periode
akuntansi.
Saldo akhir persediaan ditetapkan berdasarkan
perhitungan melalui pengamatan fisik.
•
Misalnya:
Persediaan awal Rp 108.000, pembelian Rp 417.000, dan
persediaan akhir Rp 125.000. Jurnalnya:
Kas dan Bank
Piutang
Dagang dan
Wesel
 Persediaan
Aktiva Tetap
Persediaan
Harga pokok penjualan
Pembelian
Rp 17.000
400.000
Rp 417.000
mh # 22
Bab III – Aktiva (6)
•
Kas dan Bank
Piutang
Dagang dan
Wesel

 Persediaan
Aktiva Tetap
•

Sistem terus-menerus (perpetual system)
–
Penambahan persediaan langsung dicatat dengan
mendebet akun "persediaan".
–
Pada saat barang dijual akun "persediaan" dikredit
dan sejumlah itu akun "harga pokok penjualan"
didebet.
Jurnal saat pembelian adalah:
Persediaan
Kas atau Hutang
Jurnal saat penjualan adalah:
Kas atau Piutang
Penjualan
Harga pokok penjualan
Persediaan
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Alokasi Harga Persediaan yang banyak digunakan dalam
praktik akuntansi: First In First Out (FIFO), Average, dan
Last In First Out (LIFO) – Ilustrasi lihat MODUL.
mh # 23
Bab III – Aktiva (7)
•
Aktiva tetap dimiliki oleh perusahaan untuk dipakai
dalam operasi perusahaan (tidak dimaksudkan untuk
dijual) dan mempunyai umur ekonomis lebih dari satu
tahun.
Piutang
Dagang dan
Wesel
•
Penilaian aktiva tetap berdasarkan harga perolehannya,
termasuk biaya-biaya yang berkaitan, misalnya ongkos
angkut, dan biaya pemasangan.
Persediaan
•
Ada kemungkinan pembelian meliputi beberapa aktiva
tetap sekaligus.
Kas dan Bank
 Aktiva Tetap
Misalnya: Dibeli sebidang tanah, gedung, dan peralatan
seharga Rp 43 juta. Penilaian atas aktiva tersebut,
sebagai dasar untuk alokasi, masing-masing Rp 10 juta,
Rp 15 juta, dan Rp 25 juta. Maka jurnalnya:
Tanah
Gedung
Peralatan
Rp 8.600.000
12.900.000
21.500.000
Kas
Rp 43.000.000
mh # 24
Bab III – Aktiva (8)
•
Selain secara tunai, perolehan aktiva tetap dapat
dilakukan melalui pembelian angsuran.
•
Ilustrasi 1:
Dibeli sebidang tanah seharga Rp 100 juta, uang muka
Rp 40 juta, sisanya diangsur selama 6 bulan @ Rp 10 juta.
Bunga yang diperhitungkan 12 % dari sisa hutang.
Kas dan Bank
Piutang
Dagang dan
Wesel
Persediaan
 Aktiva Tetap
Jurnal pada saat transaksi:
Tanah
Rp 100 juta
Hutang wesel
Kas
Jurnal angsuran I:
Hutang wesel
Biaya bunga
Kas
Rp 60 juta
40 juta
Rp 10.000.000
600.000
Rp 10.600.000
mh # 25
Bab III – Aktiva (9)
•
Kas dan Bank
Jurnal saat transaksi:
Peralatan
Rp 50.000.000
Diskon hutang wesel
15.323.000
Hutang wesel
Rp 50.323.000
Kas
15.000.000
Piutang
Dagang dan
Wesel
Persediaan
 Aktiva Tetap
Ilustrasi 2:
Dibeli peralatan dengan uang muka Rp 15 juta, dan
angsuran tahunan Rp 7.189.000 selama 7 tahun mulai
tahun depan. Harga tunainya Rp 50 juta.
•
Menghitung besarnya tingkat suku bunga sebagai berikut:
Rp 35.000.000 = Rp 7.189.000 x PVAFi,n
Rp 35.000.000 : Rp 7.189.000 = PVAFi,7
4,8685 = PVAFi,7
Dari table A2, maka i (tingkat suku bunga) adalah 10%.
Maka, jurnal angsuran tahun pertama:
Hutang wesel
Rp 7.189.000
Biaya bunga
3.500.000
Kas
Rp 7.189.000
Diskon hutang wesel
3.500.000
mh # 26
Bab III – Aktiva (10)
•
Depresiasi Aktiva Tetap merupakan alokasi biaya secara
sistematis dan rasional terhadap periode pemanfaatan
aktiva tetap yang bersangkutan.
•
Untuk melakukan depresiasi atas aktiva tetap, faktor
berikut harus diketahui:harga perolehan, nilai residu,
umur ekonomis, dan metode yang digunakan.
•
Beberapa metode depresiasi:
–
Garis Lurus:
1/n x dasar depresiasi, atau (100% : n) x dasar
depresiasi
–
Jumlah Angka Tahun:
Menentukan penyebutnya dengan rumus
{(n + 1) : 2} x n atau {n x (n + 1)} : 2
–
Saldo Menurun:
1/n x nilai buku awal tahun, atau (100% : n) x nilai
buku awal tahun
–
Jam Kerja: (DD / EJK) x JKS
–
Hasil Produksi: (DD / EHP) x HPS
Kas dan Bank
Piutang
Dagang dan
Wesel
Persediaan
 Aktiva Tetap
mh # 27
Bab IV – Hutang dan Modal
•
 Hutang
Jangka
Pendek
•
Hutang
Jangka
Panjang
•
•
Modal
Hutang (kewajiban) mempunyai pengertian tentang
adanya keharusan untuk membayar uang atau
menyerahkan sebagian aktiva perusahaan di masa yang
akan datang.
Hutang dapat dikategorikan menjadi
–
hutang lancar dan
–
hutang jangka panjang.
Hutang lancar adalah hutang yang diharapkan (atau
harus) dilunasi paling lama dalam masa satu tahun.
Hutang juga bisa dikategorikan menjadi
–
Hutang yang pasti
–
Hutang yang julahnya belum pasti, tapi pasti terjadi
–
Hutang yang julahnya dan terjadinya belum pasti
mh # 28
Bab IV – Hutang dan Modal (2)
Hutang
Jangka
Pendek
 Hutang
Jangka
Panjang
Modal
•
Dalam suatu obligasi tercantum, antara lain, nilai
nominal dan tingkat suku bunganya (nilai riil obligasi
tidak selalu sama dengan nilai nominalnya).
•
Bila P = nilai nominal; i = tingkat suku bunga efektif; r =
tingkat suku bunga nominal; PVF dan PVAF masing-masing
dari tabel A1 dan A2), maka formula untuk menentukan
nilai riil obligasi adalah
(P x PVFi,n) + {(P x r) x PVAFi,n}
•
Nilai pasar obligasi akan lebih tinggi daripada nilai
nominalnya apabila tingkat suku bunga nominalnya lebih
besar daripada tingkat suku bunga effektifnya, dan
sebaliknya.
•
Terdapat tiga kemungkinan jurnal untuk melakukan
pencatatan atas penerbitan obligasi
mh # 29
Bab IV – Hutang dan Modal (3)
•
Hutang
Jangka
Pendek
 Hutang
Jangka
Panjang
Modal
•
•
(1) Nilai pasar = nilai nominalnya
Kas
Rp 1.000.000
Hutang obligasi
Rp 1.000.000
(2) Nilai pasar > nilai nominalnya
Kas
Rp 1.108.150
Hutang obligasi
Premium obligasi
Rp 1.000.000
108.150
(3) Nilai pasar < nilai nominalnya
Kas
Rp 967.255
Diskon obligasi
Rp 32.745
Hutang Obligasi
Rp 1.000.000
Contoh jurnal pembayaran bunga obligasi:
Biaya bunga
Rp 128.370
Premium obligasi Rp 21.630
Kas
Rp 150.000
mh # 30
Bab IV – Hutang dan Modal (4)
Hutang
Jangka
Pendek
Hutang
Jangka
Panjang
 Modal
•
Dalam laporan keuangan, modal saham disajikan
berdasarkan nilai nominalnya.
•
Penerbitan saham dapat dilakukan melalui
(1) penjualan tunai, atau
(2) dengan pemesanan.
•
(1) Misalnya, 1.000 lembar saham dengan nilai nominal
Rp 10.000 per lembar, terjual senilai Rp 15 juta.
Kas
Rp 15 juta
Modal Saham
Rp 10 juta
Agio Saham
5 juta
•
(2) Misalnya, diterima pesanan pembelian 300 saham
senilai Rp 4,5 juta. Nilai nominal saham Rp 10.000 per
lembar.
Piutang Pemesanan Saham Rp 4,5 juta
Saham yang Dipesan
Rp 3,0 juta
Agio Saham
Rp 1,5 juta
mh # 31
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi
•
“Penggabungan usaha adalah penyatuan dua atau lebih
perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi
karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain
atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi
perusahaan lain” (PSAK 22)
•
Terdapat dua jenis penggabungan usaha, yaitu
(1) akuisisi, dan
(2) penyatuan kepemilikan.
Metode
Pembelian
•
Struktur
Afiliasi IndukAnak
Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah
satu perusahaan acquirer memperoleh kendali atas aktiva
neto dan operasi perusahaan acquiree, dengan
memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban,
atau mengeluarkan saham
•
Penyatuan kepentingan adalah suatu penggabungan usaha
dimana para pemegang saham perusahaan yang
bergabung menyatukan kendali atas seluruh aktiva neto
dan operasi perusahaan yang bergabung tersebut (tidak
ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan
acquirer).
 Pendahuluan
Metode
Penyatuan
Kepemilikan
mh # 32
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi (2)
 Pendahuluan
Metode
Penyatuan
Kepemilikan
Metode
Pembelian
Struktur
Afiliasi IndukAnak
•
Bentuk penggabungan usaha, yaitu
(1) horisontal,
(2) vertikal, dan
(3) konglomerasi.
•
Penggabungan horizontal, yaitu penggabungan
perusahaan yang sejenis menjadi satu perusahaan yang
lebih besar.
•
Penggabungan Vertikal, yaitu penggabungan perusahaan
yang sebelumnya mempunyai hubungan yang saling
menguntungkan.
•
Penggabungan Konglomerasi merupakan kombinasi dari
penggabungan horizontal dan vertikal.
•
Bila ditinjau dari aspek hukumnya,
(1) merger,
(2) konsolidasi, dan
(3) afiliasi.
mh # 33
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi (3)
•
Merger = penggabungan usaha dengan cara satu
perusahaan membeli perusahaan lain yang kemudian
perusahaan yang dibelinya tersebut menjadi anak
perusahaannya atau dibubarkan. Perusahaan yang dibeli
sudah tidak mempunyai status hukum lagi.
•
Konsolidasi = penggabungan usaha dengan cara satu
perusahaan bergabung dengan perusahaan lain
membentuk satu perusahaan baru. Perusahaan baru
inilah yang kemudian berstatus hukum.
•
Afiliasi = penggabungan usaha dengan cara membeli
sebagian besar saham atau seluruh saham perusahaan
lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling
interest).
 Pendahuluan
Metode
Penyatuan
Kepemilikan
Metode
Pembelian
Struktur
Afiliasi IndukAnak
–
–
Perusahaan yang dikuasai kehilangan status hukumnya,
tetapi masih beroperasi.
Terdapat induk perusahaan (parent company) dan anak
perusahaan (subsidiary company).
mh # 34
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi (4)
Pendahuluan
 Metode
Penyatuan
Kepemilikan
Metode
Pembelian
Struktur
Afiliasi IndukAnak
•
Metode akuntansi penggabungan usaha
1. Metode penyatuan kepemilikan (Pooling Of Interest)
2. Metode pembelian (Purchase)
•
Dalam metode penyatuan kepemilikan, pemilik
perusahaan yang bergabung tidak mengalami perubahan,
hanya saja harta dan hutang perusahaannya digabung
menjadi satu.
•
Prosedur akuntansi penggabungan usaha dengan metode
penyatuan kepemilikan sebagai berikut:
–
Semua aktiva dan hutang milik perusahaan yang
bergabung dinilai sebesar nilai buku saat diadakan
penggabungan
mh # 35
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi (5)
Pendahuluan
•
Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang digabung
adalah
–
sebesar jumlah modal perusahaan yang digabung
(modal saham, agio saham, dan laba yang ditahan),
atau
–
sebesar aktiva bersih (total aktiva dikurangi total
hutang) milik perusahaan yang digabung
•
Bila terjadi selisih
–
antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham
yang diterbitkan ditambah kompensasi pembelian
lainnya dalam bentuk kas ataupun aktiva lainnya
–
dengan jumlah aktiva bersih yang diperoleh,
–
maka harus diadakan penyesuaian terhadap modal
perusahaan yang akan digabung.
 Metode
Penyatuan
Kepemilikan
Metode
Pembelian
Struktur
Afiliasi IndukAnak
mh # 36
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi (6)
Pendahuluan
Metode
Penyatuan
Kepemilikan
 Metode
Pembelian
Struktur
Afiliasi IndukAnak
•
Metode Pembelian memandang penggabungan usaha
sebagai pembelian perusahaan sama seperti pembelian
aktiva atau sekelompok aktiva. Karena sebagai suatu
pembelian, maka seluruh aktiva dan hutang dari
perusahaan yang dibeli harus dicatat berdasarkan nilai
wajarnya.
•
Nilai wajar (fair value) menurut PSAK nomor 22 par.08
adalah “suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar
pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban“.
•
Metode pembelian menggunakan biaya perolehan sebagai
dasar untuk mencatat akuisisinya (PSAK 22 par.18).
•
Prosedur akuntansinya sebagai berikut:
–
Menyesuaikan nilai aktiva dan hutang milik perusahaan yang
akan digabung dengan nilai wajarnya
–
Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya
(biaya perolehannya).
mh # 37
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi (7)
Pendahuluan
Metode
Penyatuan
Kepemilikan
–
Membuat jurnal pemilikan aktiva dan hutang dari
perusahaan yang digabung.
–
Apabila terjadi selisih antara nilai investasi (biaya
perolehan ) dengan aktiva bersih yang diterima atau
yang menjadi bagian (interest) perusahaan
pengakuisisi, maka selisih tersebut dicatat ke dalam
rekening goodwill pada kelompok aktiva.
–
Membuat neraca setelah penggabungan pada
pembukuan perusahaan penggabung.
 Metode
Pembelian
Struktur
Afiliasi IndukAnak
mh # 38
Bab V – Laporan Keuangan Konsolidasi (8)
Pendahuluan
Metode
Penyatuan
Kepemilikan
Metode
Pembelian
 Struktur
Afiliasi IndukAnak
•
Diagram Pemilikan langsung
•
Diagram Pemilikan Tidak Langsung
•
Diagram Saling Memilki Saham
(Lihat Modul)
mh # 39
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan
•
Analisis laporan keuangan dilakukan sesuai dengan
kepentingan pihak yang melakukan analisis.
•
Manajemen berkepentingan untuk menilai kinerja dan
pemanfaatan sumber daya perusahaan.
•
Investor berkepentingan terhadap elemen-elemen seperti
profitabilitas (kemampuan meraih laba), dividen
(pembagian laba), dan perkembangan harga saham.
 Tujuan
Metode
Pembandingan
Data
•
Keterbatasan
•
Kreditur berkepentingan atas elemen-elemen
profitabilitas, likuiditas jangka pendek, dan solvabilitas
jangka panjang perusahaan
Analisis laporan keuangan memberikan manfaat karena:
–
kinerja masa-masa yang lalu sering merupakan
indikator yang tepat untuk memprediksi kinerja di
masa datang, dan
–
kondisi pada tahun ini dapat menjadi landasan bagi
peningkatan kinerja di masa datang.
mh # 40
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (2)
•
Tujuan
 Metode
Pembandingan
Data
Keterbatasan
Tiga metode analisis laporan keuangan:
–
analisis tren,
–
persentase komponen, dan
–
rasio keuangan
•
Analisis Tren adalah analisis terhadap kenaikan dan
penurunan dari tahun ke tahun dilihat dari nilai uang
maupun persentasenya
•
Dalam metode Persentase Komponen, jumlah setiap pos
atau item dinyatakan dalam persentase terhadap jumlah
tertentu.
•
Yang paling sering digunakan adalah Metode Rasio
Keuangan, yaitu menggunakan formula perhitungan dan
interpretasi atas hasil perhitungan tersebut.
–
Rasio merupakan bilangan pecahan atau persentase
yang menunjukkan hubungan antara angka pembilang
(numerator) dan angka penyebut (denominator)
–
Hasil perhitungan rasio dibandingkan dengan rasio
perusahaan tahun-tahun sebelumnya atau dengan
rasio perusahaan sejenis atau rata-rata industri
mh # 41
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (3)
•
Lima kelompok rasio keuangan dalam melakukan analisis
laporan keuangan:
–
Rasio Likuiditas,
–
Rasio Efisiensi,
–
Rasio Solvabilitas,
–
Rasio Profitabilitas, dan
–
Rasio Pasar.
Pembandingan •
Data
Rasio Likuiditas adalah rasio yang memberikan gambaran
mengenai kemampuan jangka pendek perusahaan.
Pengertian Likuiditas mengacu kepada seberapa besar
kemampuan aktiva perusahaan diubah menjadi uang
tunai atau kas.
Tujuan
 Metode
Keterbatasan
•
Rasio Likuiditas:
–
Current ratio = perbandingan jumlah aktiva lancar
terhadap jumlah utang lancar
–
Acid-test ratio = perbandingan tiga aktiva lancar
(kas, piutang, dan surat berharga jangka pendek)
dengan jumlah utang lancar.
mh # 42
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (4)
•
Rasio Efisiensi menggambarkan seberapa efisien
manajemen perusahaan mendayagunakan aktiva yang
dimilikinya. Maksudnya adalah seberapa besar kontribusi
aktiva pada perolehan pendapatan.
•
Rasio Efisiensi:
–
Total Asset Turnover = mengukur jumlah penjualan
yang dihasilkan dari setiap rupiah yang ditanamkan
pada aktiva.
–
Fixed Asset Turnover – membandingkan penjualan
dengan rata-rata aktiva tetap,
–
Accounts Receivable Turnover Rasio ini menunjukkan
berapa kali dalam setahun perusahaan menerima
pembayaran piutangnya, atau berapa kali piutang
berputar selama setahun
–
Inventory Turnover menunjukkan berapa kali dalam
setahun persediaan barang dijual oleh perusahaan,
atau berapa kali persediaan berputar dalam setahun.
Tujuan
 Metode
Pembandingan
Data
Keterbatasan
mh # 43
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (5)
•
Tujuan
 Metode
•
Rasio Solvabilitas:
–
Debt Ratio = menunjukkan persentase (%) aktiva yang
dibiayai dengan utang.
–
Times Interest Earned = menghitung berapa besar
Laba Sebelum Bunga dan Pajak dibandingkan dengan
bunga yang dibayarkan
•
Rasio Profitabilitas mengukur efektifitas keseluruhan dari
manajemen dalam menjalankan perusahaan, sehingga
rasio ini umumnya menjadi perhatian utama bagi
pengguna laporan keuangan.
Pembandingan
Data
Keterbatasan
Rasio Solvabilitas mengukur tingkat penggunaan utang
oleh perusahaan dan pengaruhnya pada kemampuan
perusahaan membayar kewajiban-kewajiban yang
ditimbulkannya (misalnya bunga).
mh # 44
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (6)
•
Tujuan
 Metode
Pembandingan
Data
Keterbatasan
•
Rasio Profitabilitas mengaitkan pendapatan (earnings)
dengan jumlah aktiva, penjualan, atau modal sendiri.
Rasio Profitabilitas:
–
Return on Sales = mengukur berapa rupiah laba
bersih (net earnings) yang dihasilkan dari setiap
rupiah penjualan
–
Gross Profit Margin = menunjukkan berapa rupiah
laba kotor (gross profit margin) yang dihasilkan dari
setiap rupiah penjualan
–
Return on Investment = mengukur seberapa baik
perusahaan mengelola aktivanya untuk menghasilkan
laba
–
Return on Equity = mengukur berapa rupiah laba
bersih yang tersedia bagi pemilik modal atas setiap
rupiah yang ditanamkan pada perusahaan.
mh # 45
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (7)
•
Rasio Pasar memberikan gambaran apakah suatu investasi
saham atraktif atau tidak.
Tujuan
•
 Metode
Pembandingan
Data
Keterbatasan
Rasio Pasar:
–
Book Value per Share = menunjukkan suatu
aproksimasi nilai likuidasi per lembar saham, yaitu
berapa rupiah nilai realisasi per lembar saham biasa
(common stocks) bila perusahaan
dilikuidasi/dibubarkan (tentunya setelah semua
utang perusahaan dilunasi).
–
Earnings Yield = menunjukkan berapa persen return
yang dapat diharapkan pemegang saham apabila
semua laba perusahaan dibagi dalam bentuk dividen
–
Price Earnings Ratio = mengukur perspektif investor
atas kualitas perusahaan dan sahamnya
–
Dividend Yield = menunjukkan berapa % dividen
dapat diharapkan dari nilai pasar saham
–
Dividend Payout = membandingkan dividen yang
dibayarkan dengan laba bersih
mh # 46
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (8)
Tujuan
•
Metode
Analisis laporan keuangan dapat dibagi dua:
–
intracompany analysis dan
–
intercompany analysis.
Untuk kedua analisis tersebut, perlu diperhatikan bahwa:
•
Pembandingan
dilakukan
berdasarkan
kebijakan
akuntansi yang sama / konsisten pada tahun-tahun yang
dibandingkan.
•
Apabila terdapat perubahan prinsip akuntansi, harus ada
penjelasan mengenai perubahan tersebut serta dampak
rupiah yang ditimbulkannya.
•
Perusahaan harus memberikan penjelasan yang lengkap
(full disclosure) dalam laporan keuangannya.
 Pembandingan Data
Keterbatasan
mh # 47
Bab VI – Analisa Laporan Keuangan (9)
•
Laporan Keuangan didasarkan pada nilai historis dan
kebijakan akuntansi. Apabila inflasi tinggi dan
mempengaruhi angka pada laporan keuangan serta ada
kebijakan akuntansi yang berubah, analisis laporan
keuangan yang tidak mempertimbangkan hal tersebut
bisa menyesatkan.
•
Kinerja perusahaan juga dipengaruhi faktor ekstern.
Karena keterbatasan informasi mengenai faktor-faktor
ekstern tersebut, analis harus mempelajari pengaruh
faktor ekstern pada kinerja perusahaan.
Tujuan
Metode
Pembandingan
Data
 Keterbatasan
•
Analisis terhadap perusahaan sejenis atau rata-rata
industri memerlukan kepastian bahwa:
–
Rumus rasio yang digunakan sama;
–
Perusahaan sejenis atau rata-rata industri yang
digunakan tepat sebagai benchmark; dan
–
Tidak ada kejadian penting yang mungkin
mempengaruhi data yang dianalisis.
mh # 48
Download