Gambaran Umum dan Pengantar PSAP Daerah

advertisement
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PP 71 TAHUN 2010
Pengantar
1
Agenda
1
Latar Perubahan Standar
2
Laporan Operasional
3
Diskusi
22
HASIL PEMERIKSAAN BPK 2008-2014
PEMERINTAH DAERAH
LKPD
OPINI
%
TW
WTP
%
WDP
2006
3
1%
327
28%
2007
4
1%
283
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
13
15
34
67
113
156
251
3%
3%
7%
13%
27%
30%
50%
323
330
341
349
267
311
230
JML
%
TMP
%
28
6%
105
23%
463
59%
59
13%
123
26%
469
67%
65%
65%
67%
64%
59%
46%
31
48
26
8
4
11
4
6%
10%
5%
1%
1%
2%
1%
118
111
121
100
31
46
19
24%
22%
23%
19%
8%
9%
3%
485
522
524
524
415
524
504
Kriteria Pemberian Opini Laporan Keuangan oleh BPK (UU 15/2004)
Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
Kecukupan Pengungkapan (adequate disclosure)
Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
Efektivitas Sistem Pengendalian Intern
Sumber: IHPS BPK
3
HASIL PEMERIKSAAN BPK 2008-2014
PEMERINTAH PUSAT
OPINI
LKPD
JML
WTP
%
WDP
%
TW
%
TMP
%
2008
34
41%
31
37%
0
0%
18
22%
83
2009
44
58%
26
33%
0
0%
8
10%
78
2010
52
63%
29
35%
0
0%
2
2%
83
2011
66
76%
18
21%
0
0%
3
3%
87
2012
68
74%
22
24%
0
0%
2
2%
92
2013
65
74%
19
22%
0
0%
3
3%
87
2014
62
71%
18
20%
0
0%
7
8%
87
Wapres Budiono dalam Rakernas Akuntansi 2014:
“opini WTP bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya sasaran antara untuk
mencapai good governance dalam pengelolaan keuangan pemerintah”.
Sumber: IHPS BPK
4
DASAR HUKUM
Psl 1
UU17/2003
Psl 36 ayat
(1) UU
17/2003
Psl 70 ayat
(2) UU 1/2004
• Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih
• Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih
• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun
• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
selambat-lambatnya tahun anggaran 2008
5
PENYUSUNAN SAP AKRUAL
• SAP Akrual dikembangkan dari SAP yang ditetapkan dalam
PP 24/2005 dengan mengacu pada International Public
Sector Accounting Standards (IPSAS) dan memperhatikan
peraturan perundangan serta kondisi Indonesia.
• Pertimbangan: SAP yang ditetapkan dengan PP 24/2005
berbasis ”Kas Menuju Akrual” sebagian besar telah
mengacu pada praktik akuntansi berbasis akrual,
Para Pengguna yang sudah terbiasa dengan SAP PP
24/2005 dapat melihat kesinambungannya.
6
PERUBAHAN PSAP
(PASAL 5)
• Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP,
perubahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Badan
Pemeriksa Keuangan
• Rancangan perubahan PSAP tersebut disusun oleh KSAP
sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam
penyusunan SAP
7
PENGATURAN PP 71 / 2010
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
LAMPIRAN I
BASIS AKRUAL
PP 71
2010
Menjadi
PP71/2010
LAMPIRAN II
BASIS CTA
PP24/2005
• SAP Berbasis Akrual  Lampiran I
• Berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat
segera diterapkan
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 12 PSAP
• Berlaku paling lambat TA 2015
• SAP Berbasis Kas Menuju Akrual  Lampiran
II (PP 24/2005)
• Berlaku selama masa transisi bagi entitas
yang belum siap untuk menerapkan SAP
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 11 PSAP
• Tidak berlaku mulai TA 2015
8
STRUKTUR SAP BERBASIS AKRUAL
(LAMPIRAN I & II)
PSAP
BASIS KAS MENUJU AKRUAL (LAMPIRAN II)
BASIS AKRUAL (LAMPIRAN I)
PSAP 01
Penyajian Laporan Keuangan
Penyajian Laporan Keuangan
PSAP 02
Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
PSAP 03
Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas
PSAP 04
Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan
PSAP 05
Akuntansi Persediaan
Akuntansi Persediaan
PSAP 06
Akuntansi Investasi
Akuntansi Investasi
PSAP 07
Akuntansi Aset Tetap
Akuntansi Aset Tetap
PSAP 08
Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
PSAP 09
Akuntansi Kewajiban
Akuntansi Kewajiban
PSAP 10
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa
Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan
Operasi yang Tidak Dilanjutkan
PSAP 11
Laporan Keuangan Konsolidasian
Laporan Keuangan Konsolidasian
PSAP 12
-
Laporan Operasional
9
PUSAP
(PASAL 6)
Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan Sistem
Akuntansi Pemerintah daerah disusun dengan mengacu pada pedoman
umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.
Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan tersebut diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri
Dalam Negeri.
PMK No 238/PMK.05/2011
Tentang
PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN
10
PENERAPAN BASIS AKRUAL
(PASAL 7)
• Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat
•
•
dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan
SAP Berbasis Akrual
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP
Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah
pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP
Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah
daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri
11
KONSEPSI DAN MANFAAT BASIS AKRUAL
• Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi
ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan
dalam laporan keuangan pada saat terjadinya, tanpa memperhatikan
waktu kas diterima atau dibayarkan
• Pendapatan diakui pada saat hak telah diperoleh (earned) dan
beban (belanja) diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber
daya dikonsumsi
• Basis kas adalah Basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar yang digunakan untuk pengakuan
pendapatan, belanja dan pembiayaan.
• Laporan posisi keuangan (neraca) tidak dapat
• disajikan secara lengkap  hanya Kas
12
KONSEPSI ANGGARAN DALAM BASIS AKRUAL
LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual
sehingga penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan Neraca mempunyai
keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan
BASIS KAS
KONSEPSI ANGGARAN
DAN AKUNTANSI
ANGGARAN
LRA
BASIS
AKRUAL
SILPA/SIKPA
Laporan
Perubahan SAL
AKUNTANSI
LO
Surplus/
Defisit-LO
Laporan
Perubahan
Ekuitas
Ekuitas
Neraca
13
MANFAAT AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
Meningkatkan kualitas informasi pelaporan keuangan
Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah
Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban
pemerintah
Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa
layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan
Menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik
Memfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik
Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset
14
KONSEPSI BASIS
PP 24/2005 CTA
Opsional (Laporan
Kinerja Keuangan)
COST
LO menyediakan
informasi mengenai
seluruh kegiatan
operasional
keuangan entitas
pelaporan yang
penyajiannya
disandingkan dengan
periode sebelumnya
Performace
Estimation
Equity
PP 71/2010 AKRUAL
Laporan pendapatan
dan beban akrual
Besarnya beban yang harus ditanggung oleh
pemerintah dalam menjalankan pelayanan
Operasi keuangan secara menyeluruh yang
berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam hal efisiensi, efektivitas dan kehematan
perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi
Memprediksi pendapatan LO yang akan diterima
untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam
periode mendatang dengan menyajikan laporan
secara komparatif
Peningkatan ekuitas (bila surplus operasional) dan
penurunan ekuitas (bila defisit operasional)
15
LAPORAN OPERASIONAL
•
Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual yang dapat
digunakan untuk menghitung cost per program/kegiatan pelayanan
Laporan Operasional
Beban pegawai
Perhitungan Cost
Labor cost
Beban belanja barang
Beban bunga
Beban subsidi
COST untuk
setiap
program/
kegiatan
Material cost
Beban hibah
Beban bantuan sosial
Beban penyusutan
Overhead cost
Beban transfer
Beban lain-lain
16
LAPORAN OPERASIONAL
Evaluasi kinerja
berdasarkan konsep
Value for Money
(ekonomi, efisien &
efektif)
Konsep VFM digunakan untuk
menilai apakah suatu organisasi
telah mencapai benefit
maksimal, dengan mengunakan
sumber daya yang ada.
Outcome
(Hasil)
efektivitas
Output
keluaran
Laporan
Operasional
Input
efisien
(cost dari
program/
kegiatan)
ekonomi
Laporan Kinerja
17
LAPORAN OPERASIONAL
UU 1/2004 & PP 8/2006
Mengatur tentang laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
Kinerja berupa keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah
dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran (beban/cost), dengan
kuantitas dan kualitas terukur
Manajemen Keuangan
Aset &
Kewajiban
Pendapatan
Manajemen Kinerja
Beban
Cost
Kinerja
Mengaitkan cost dengan kinerja
LAPORAN
KEUANGAN
EVALUASI KINERJA
LAPORAN
KINERJA
18
KOMPONEN LK – PP 71/2010
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
(SAL)
3.
4.
5.
6.
7.
Neraca
Laporan Arus Kas
Laporan Operasional
Laporan Perubahan Ekuitas
Catatan atas Laporan Keuangan
19
LAPORAN PERUBAHAN SAL
•
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan komponen
laporan keuangan yang menyajikan secara komparatif dengan
periode sebelumnya pos-pos berikut :
–
Saldo Anggaran Lebih awal,
–
Penggunaan Saldo Anggaran Lebih,
–
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan,
–
Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya,
–
Saldo Anggaran Lebih Akhir.
PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGAN LEBIH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
NO
URAIAN
1 Saldo Anggaran Lebih Awal
20X1
20X0
XXX
XXX
(XXX)
(XXX)
XXX
XXX
4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
XXX
XXX
5
XXX
XXX
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
XXX
XXX
7 Lain-lain
XXX
XXX
8
XXX
XXX
2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan
Tahun Berjalan
3
Subtotal (1 - 2)
Subtotal (3 + 4)
Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7)
21
LAPORAN OPERASIONAL
• LO menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan
yang tercerminkan dalam
–
–
–
–
–
Pendapatan-LO dari kegiatan operasional
Beban dari kegiatan operasional
Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada
Pos luar biasa, bila ada
Surplus/defisit-LO
STRUKTUR DAN ISI LO
–
Menyajikan berbagai unsur
• pendapatan-LO,
• beban,
• surplus/defisit dari operasi,
• surplus/defisit dari kegiatan non operasional,
• surplus/defisit sebelum pos luar biasa,
• pos luar biasa,
• surplus/defisit-LO,
–
Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub jumlah
lainnya apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan, atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk
menyajikan Laporan Operasional secara wajar
PENDAPATAN LO
• Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.
• Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak
mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).
• Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto
(biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan
tidak dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses
belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
• Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.
KOREKSI KESALAHAN
KOREKSI KESALAHAN - PENDAPATAN
• Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring)
atas pendapatan-LO pada periode penerimaan maupun pada
periode
sebelumnya
dibukukan
sebagai
pengurang
pendapatan.
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode
penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang
pendapatan pada periode yang sama.
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada
periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.
AKUNTANSI BEBAN
AKUNTANSI BEBAN
• Beban diakui pada saat:
– timbulnya kewajiban;
– terjadinya konsumsi aset;
– terjadinya penurunan manfaat
potensi jasa.
ekonomi
atau
• Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.
• Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.
AKUNTANSI BEBAN
• Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran
uang atau kewajiban untuk mengeluarkan uang dari
entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain
yang
diwajibkan
oleh
peraturan
perundangundangan.
• Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali
beban, yang terjadi pada periode beban dibukukan
sebagai pengurang beban pada periode yang sama.
Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi
atas beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain.
Dalam hal mengakibatkan penambahan beban
dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas.
SURPLUS DEFISIT KEGIATAN
OPERASIONAL
• Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih
lebih antara pendapatan dan beban selama satu
periode pelaporan.
• Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih
kurang antara pendapatan dan beban selama satu
periode pelaporan.
• Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.
KOMPONEN LAPORAN
OPERASIONAL
SURPLUS DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL
• Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu
dikelompokkan tersendiri dalam kegiatan non operasional.
• Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan operasional
dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan
surplus/defisit sebelum pos luar biasa.
POS LUAR BIASA
• Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan
Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar
Biasa.
• Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
SURPLUS / DEFISIT LO
• Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara
surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan
kejadian luar biasa.
TRANSAKSI DALAM BENTUK BARANG DAN JASA
• Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam
bentuk barang/jasa
harus dilaporkan dalam
Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai
wajar barang/jasa tersebut pada tanggal
transaksi.
• Transaksi ini harus diungkapkan pada Catatan
atas Laporan
Keuangan sehingga
dapat
memberikan semua informasi yang relevan
mengenai bentuk dari pendapatan dan beban.
LAPORAN OPERASIONAL
•
Keterkaitan laporan keuangan mengingat dual basis penganggaran dan
pelaporan.
•
Keterkaitan laporan keuangan, terutama Laporan Operasional, dengan
laporan kinerja
•
Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus
akuntansi berbasis akrual sehingga :
– Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan
– Laporan pertanggungjawaban anggaran dapat dibedakan dengan
laporan kinerja keuangan
– Dapat diketahui kinerja operasional pemerintah untuk periode pelaporan
tertentu
– Laporan Operasional mempunyai nilai prediktif karena informasinya
dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima
untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang
INFORMASI DALAM CATATAN ATAS LAPORAN
KEUANGAN
• Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang
diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.
• Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada
Catatan atas Laporan Keuangan.
• Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan
menurut klasifikasi jenis beban.
• Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi
lain yang dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan
yang berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
PEMERINTAH PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
33
PEMERINTAH PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
34
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
• LPE merupakan komponen laporan keuangan yang
menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:
–
–
–
–
ekuitas awal,
surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,
ekuitas akhir.
• Ekuitas hanya satu komponen tidak terbagi atas Ekuitas
dana Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, dll.
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)
NO
URAIAN
20X1
20X0
1
EKUITAS AWAL
XXX
XXX
2
SURPLUS/DEFISIT-LO
XXX
XXX
3
DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN
KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR:
4
KOREKSI NILAI PERSEDIAAN
XXX
XXX
5
SELISIH REVALUASI ASET TETAP
XXX
XXX
6
LAIN-LAIN
XXX
XXX
7
EKUITAS AKHIR
XXX
XXX
36
HUBUNGAN ANTAR LAPORAN

Laporan Finansial:
LO Laporan Perubahan Ekuitas Neraca

Laporan Pelaksanaan Anggaran:
LRA Laporan Perubahan SAL
37
KETERKAITAN LAPORAN
Laporan Operasional
Pendapatan
500
Beban
(200)
Surplus/Defisit Opr
300
Kegiatan non
operasional
60
Surplus/Defisit LO
360
Laporan Perubahan Ekuitas
Ekuitas Awal
Surplus/Defisit LO
Ekuitas Akhir
1.000
360
1.360
LRA
Pendapatan
Belanja
Surplus/(defisit)
Pembiayaan
SILPA
450
(0)
450
1.000
1.450
Laporan Perubahan SAL
SAL Awal
100
Penggunaan SAL
(30)
SILPA
1.450
SAL Akhir
1.520
Neraca
Aset
Kewajiban
Ekuitas
2.000
640
1.360
38
KOMPARASI LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2015
No
Laporan Keuangan
Komparasi
Keterangan
1
Laporan Realisasi Anggaran
Ya,, 2015 dan 2014
Basis CTA ada
2
Laporan Perubahan SAL
Tidak
Basis CTA tidak ada
3
Laporan Operasional
Tidak
Basis CTA tidak ada
4
Laporan Perubahan Ekuitas
Tidak
Basis CTA tidak ada
5
Neraca
Ya, 2015 dan 2014
1 Jan 2015 ekuitas
disatukan.
Basis CTA ada
6
Laporan Arus Kas
Ya, 2015 dan 2014
Basis CTA ada
7
Catatan Atas Laporan
Keuangan
Menyesuaikan
Basis CTA ada
39
39
TRANSAKSI DALAM SAP AKRUAL
• TRANSAKSI KAS  PELAKSANAAN ANGGARAN
TRANSAKSI AKRUAL
• Pendapatan masih harus diterima
• Pendapatan diterima dimuka
• Beban yang masih harus dibayar
• Beban dibayar dimuka
• Beban Penyusutan
PENYESUAIAN KAS - AKRUAL
Pendapatan LRA dan Pendapatan LO
LO
LRA
Belanja dan Beban
Belanja
Sekaligus
Beban
Pendapatan-LO
Sekaligus
Pendapatan-LRA
Pend.
Diterima
Dimuka
Pendapatan
LO sudah
diterima Kasnya
LO
LRA
Piutang
Pendapatan
Belanja
Dibayar
Dimuka
Beban sudah
dikeluarkan
Kas-nya/
Dibayar
Utang atas
Belanja
(YMHD)
TRANSAKSI KAS
• Transaksi Kas dicatat sebagai pendapatan LRA dan Belanja  LRA
• Beberapa transaksi kas sebenarnya juga mencerminkan akrual 
sehingga sama dengan Pendapatan atau Beban dalam LO
• Pembayaran gaji pada periode anggaran atas seorang yang telah
bekerja
• Pembayaran beban sewa selama satu periode anggaran
• Penerimaan pendapatan untuk periode tersebut  retribusi
• Beberapa transaksi kas tidak mencerminkan akrual
•
•
•
•
Pembiayaan
Belanja modal
Pembayaran belanja untuk dimanfaatkan jangka panjang
Penerimaan pendapatan untuk jasa di masa datang
TERIMA KASIH
Profesi untuk
Mengabdi pada
Negeri
Dwi Martani
081318227080
[email protected] atau [email protected]
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/
PERATURAN PELAKSANA
APLIKASI AKRUAL DI DAERAH
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 64 TAHUN 2013 PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH
•
•
•
Tujuan  pedoman bagi pemerintah daerah
dalam rangka penerapan SAP berbasis akrual.
Ruang lingkup  kebijakan akuntansi
pemerintah daerah; . SAPD; dan BAS.
Permendagri dilengkapi dengan :
• Lampiran I : Panduan penyusunan
kebijakan
akuntansi pemerintah daerah
• Lampiran II : Panduan penyusunan SAPD
• Lampiran III : Bagan Akun Standar
• Lampiran IV : Format konversi penyajian
LRA
Ketentuan Umum
Tujuan
Ruang Lingkup
Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah
Bagan Akun Standar
Ketentuan Lain-lain
SUBSTANSI PERATURAN
Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah
SUBSTANSI
PERMENDAGRI
64 TAHUN 2013
Bagan Akun Standar
(BAS)
Konversi Penyajian LRA
Penyajian kembali
(Restatement)
LAPORAN KEUANGAN
PEMDA
Pendapatan-LRA
Belanja
Transfer
1
4
LRA
7
SAL
Pembiayaan
PP
71/2010
Pendapatan-LO
2
5
LO
Beban
LPE
Kas & Setara Kas
Permen
dagri
64/2013
Kebijakan
Akt &
SAPD
Piutang
Persediaan
Investasi Jangka
Panjang
Aset Tetap &
Penyusutan
Dana Cadangan
3
Neraca
**)
6
LAK
Aset Lainnya
*)
Kewajiban
Koreksi Kesalahan
Transaksi
Transitoris
**)
Konsolidasi
***)
C
A
L
K
ReStatement
Laporan Keuangan
LAPORAN KEUANGAN SKPD
1
Pendapatan-LRA
5
LRA
Belanja
Pendapatan-LO
2
LO
Beban
PP
71/2010
Permendagri
64/2013
4
LPE
C
A
L
K
Kas & Setara Kas
Piutang
Persediaan
Aset Tetap &
Penyusutan
3
Neraca
Aset Lainnya
Kewajiban
Koreksi Kesalahan
Konsolidasi
Laporan Pemda
LANGKAH PELAKSANAAN
Rumuskan Kebijakan Akuntansi
Susun Sistem Akuntansi
Aplikasikan Sistem Akuntansi
• Ketentuan pencatatan transaksi akrual
• Setu up BAS
Penyajian kembali Neraca 31 Des 2014
dengan basis Akrual
Penerapan basis Akrual
POTENSI KENDALA PENYIAPAN AKRUAL
Penyiapan sistem aplikasi akuntansi terlambat
Kapasitas SDM pengembang dan pelaksana terbatas
Ketersediaan Infrastruktur TI belum memadai
Parlemen masih lebih concern pada kas daripada akrual
Komitmen pimpinan entitas masih focus pada opini BPK
Sistem penganggaran masih menggunakan basis kas
Kewenangan setiap daerah membangun sistem aplikasi sendiri
POTENSI KENDALA PENYIAPAN AKRUAL DAERAH
◊ Perbedaan akun anggaran dengan akun pertanggungjawaban
◊ Belum adanya pengaturan tentang penyusutan aset baik penyusutan pertama
kali maupun penyusutan berkala
◊ Penyajian neraca pada saat penerapan akuntansi akrual
◊ Capaian opini WTP atas LKPD masih rendah (data sementara Kemendagri:
Opini LKPD 2013 WTP 15 Provinsi dan 125 Kabupaten/Kota) ;
◊ Lemahnya sistem pengendalian intern
◊ Masih belum optimalnya penatausahaan aset Barang Milik Daerah (BMD)
◊ Keterbatasan SDM Akuntansi pada SKPD/PPKD;
◊ Belum sepenuhnya SKPD/PPKD memanfaatkan aplikasi akuntansi berbasis
teknologi informasi;
Peraturan – Pemerintah Pusat
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH:
• PP 71 Tahun 2010: Standar Akuntansi Pemerintah (lampiran I)
• Bultek PSAP:
– Bultek 15: Aset Tetap Akrual
– Bultek 16: Piutang Akrual
– Bultek 17: Aset tak Berwujud Akrual
– Bultek 18: Penyusutan Akrual
Akan terbit:
– PSAP Badan Layanan Umum
– Bultek Pendapatan Non Perpajakan
– Bultek Pendapatan Perpajakan
KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT:
• PMK No.219/PMK.05/2013: Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Pusat
52
Peraturan Menteri Keuangan
PMK 213 Tahun 2013
• Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)
PMK 214 Tahun 2013
• Bagan Akun Standar
PMK 215 Tahun 2013
• Jurnal Akuntansi Pemerintah
PMK 219 Tahun 2013
• Jurnal Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat
PMK 270 Tahun 2014
• Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Pusat
Perdirjen 42 Tahun 2014
• Pedoman Penyusunan LKKLt
ALUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
(LKPP)
MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA SEBAGAI PENGGUNA ANGGARAN/BARANG
Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Satker
DPR
LKKL
Wilayah/
Provinsi
Satker BLU
Eselon 1
K/L
LO
LPE
Neraca
LRA
CaLK
Presiden
BS/BL
LKPP:
KONSOLIDASI
KPPN/PKN
Kanwil DJPB
APK-DJPB
Utang &
Utang & Hibah
Hibah
Penerusan
Penerusan
Pinjaman
Pinjaman
Transaksi
Transaksi
Khusus
Khusus
BUN
LKBUN
Investasi
Investasi
Pemerintah
Pemerintah
Transfer
ke
Transfer ke
Daerah
Daerah
Badan
Lainnya
Sistem Akuntansi BUN
MENTERI KEUANGAN SEBAGAI BENDAHARA UMUM NEGARA
Lap. Arus Kas
LRA
LPE
LPSAL
Neraca
CaLK
1. LRA
2. LO
3. LPE
4. Neraca
5. LAK
6. LP SAL
7. CaLK
BPK
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Ditjen Perbendaharaan
Gambaran Umum Pelaporan Keuangan
Berbasis Akrual
UNSUR LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
BERBASIS AKRUAL
Laporan Pelaksanaan
Anggaran
Laporan Finansial
• Laporan Realisasi Anggaran
• Laporan Perubahan SAL
• Neraca
• Laporan Operasional
• Laporan Perubahan Ekuitas
• Laporan Arus Kas
Catatan Atas Laporan
Keuangan
• Meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas
nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih,
Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan
Laporan Perubahan Ekuitas
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) sebagai Subsistem
dari Sistem Akuntansi dan Pelaporan keuangan
Pemerintah Pusat (SAPP)
SAI
Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan
KELUARAN
Akuntansi dan Pelaporan
Barang Milik Negara
Laporan Keuangan dan laporan
barang kementerian negara/lembaga
• Diselenggarakan oleh Kementerian Negara/Lembaga
dengan menggunakan Sistem Aplikasi Terintegrasi (SAKTI)
• Untuk masa transisi di 2015 digunakan Sistem Akuntansi
Instansi Berbasis Akrual (SAIBA)
Gambaran Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Pusat
√
mengatur prinsip2
akuntansi dan
pertanggungjawaban
pemerintah melalui
SAPP
√
untuk digunakan sbg
pedoman
penyelenggara
akuntansi, serta
pengguna laporan
keuangan.
√
Basis akuntansi yang
digunakan adalah
basis akrual.
Namun, basis kas
masih digunakan
untuk LRA
sepanjang anggaran
disusun berdasarkan
basis kas.
1. Kebijakan Akuntansi digunakan sebagai penetapan pilihan atau penjelasan rinci atas prinsip atau
metode akuntansi yang diatur dalam SAP.
2. Pengaturan mengenai pilihan metode akuntansi atau petunjuk teknis pencatatan yang belum diatur
atau PMK KABA diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan lainnya
3. Kementerian Negara/Lembaga dapat menetapkan petunjuk teknis akuntansi di Lingkungan
Kementerian Negara/Lembaga dengan melalui pertimbangan dari Menteri Keuangan cq. Ditjen
Perbendaharaan
PROSES BISNIS SAIBA
1. GAMBARAN PROSES BISNIS SAIBA
2. BUKU BESAR KAS DAN BUKU BESAR AKRUAL
3. MIGRASI SALDO AWAL;
4. TRANSAKSI ANGGARAN:
a)
b)
c)
d)
e)
DIPA;
SETORAN PENDAPATAN;
BELANJA (SPM/SP2D);
UANG PERSEDIAAN;
PENGEMBALIAN
5. MAPPING AKUN DAN TAMPILAN LO
6. PENYESUAIAN
7. REKLASIFIKASI
8. KOMPLEKSITAS TRANSAKSI
9. LAPORAN KEUANGAN
Proses Bisnis SAIBA
Standar, Kebijakan, dan Sistem Akuntansi
Input
Dokumen
Sumber
Transaksi
Process
Proses Akuntansi
- Analisa Transaksi
- Jurnal / Entries
- Posting
Saldo Awal
Transaksi
Anggaran
Transaksi
Akrual
Transaksi
Lainnya
Transaksi
Berjalan
Output
-LRA
-LO
- Neraca
- LAK
- CaLK
-Relevan
-Andal
-Dpt dibandingkan
-Dpt dipahami
Buku Besar Kas dan Buku Besar Akrual
No
Buku Besar kas
Buku Besar Akrual
1.
Mencatat transaksi realisasi
anggaran seperti:
• Est. Pendapatan yg dialokasikan
• Alotmen Belanja
• Realisasi Pendapatan LRA
• Realisasi Belanja
• Pengembalian Pendapatan LRA
• Pengembalian Belanja
Mencatat transaksi akrual seperti:
• Realisasi Pendapatan-LO
• Realisasi Beban
• Kas di Bendahara Pengeluaran
• Kas di Bendahara Penerimaan
• Penyusutan dan Amortisasi
• Penyesuaian Lainnya
2.
Menghasilkan Laporan Realisasi
Anggaran (LRA)
Menghasilkan Laporan Operasional
(LO),Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE), dan Neraca
Migrasi Saldo Awal
1.
Saldo Akhir Neraca basis CTA menjadi Saldo Awal Neraca
Basis Kas
2.
Neraca pada basis akrual menganut konsep ekuitas
tunggal,Akun ekuitas yang akan tersaji pada neraca hanya
satu.
Neraca pada basis kas menuju akrual yang
menggunakan konsep berpasangan, yang artinya setiap
akun aset akan memiliki akun pasangan pada kewajiban
atau ekuitas.
3.
Diperlukan migrasi pada awal pertama kali SAP berbasis
akrual diterapkan dengan penyatuan struktur ekuitas pada
basis CTA menjadi ekuitas tunggal.
Migrasi Saldo Awal
No
Akun CTA
Mapping
Akun Akrual
1.
Aset
Aset
2.
Kewajiban
(kecuali akun Pendapatan Ditangguhkan)
Kewajiban
3.
Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas Dana Lainnya
Ekuitas
Sistem Jurnal Anggaran pada Buku Besar KAS
Transaksi
Pencatatan
Anggaran
Pendapatan
KAS
Uraian
Dr
Estimasi Pendapatan
XXX yang Dialokasikan
X
Utang Kepada KUN
Piutang dari KUN
Pencatatan
Anggaran
Belanja/
Beban
ACCRUAL
Allotment Belanja
Pegawai
Allotment Belanja
Barang
Allotment Belanja Modal
Cr
X
X
X
X
X
Uraian
Dr
Cr
Sistem Jurnal Korolari dari Buku Besar Kas ke
Buku Besar Akrual untuk Transaksi Berjalan
Transaksi
Pendapatan
Buku Besar Kas
Uraian
Dr
Utang kepada KUN
X
Pendapatan Pajak
Pendapatan PNBP
Pendapatan Hibah
Buku Besar Akrual
Cr
X
X
X
Uraian
Dr
Diterima DEL
X
Pendapatan Pajak
Pendapatan PNBP
Pendapatan Hibah
Cr
X
X
X
Sistem Jurnal Korolari dari Buku Besar Kas ke
Buku Besar Akrual untuk Transaksi Berjalan
Transaksi
Belanja/
Beban
Buku Besar Kas
Belanja Pegawai
Belanja Barang
X
X
Belanja Bunga Utang
Belanja Subsidi
Bantuan Sosial
Belanja Hibah
Belanja lain-Lain
X
X
X
X
X
Piutang dari KUN
Buku Besar Akrual
Beban Pegawai
Beban Persediaan
Beban Jasa
Beban Pemeliharaan
Beban Perjalanan
Beban Brg. Diserahkan
Kepada Masyarakat
Beban Bunga Utang
Beban Subsidi
Bantuan Sosial
Beban Hibah
Beban lain-Lain
X
Ditagihkan KEL
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Sistem Jurnal Korolari dari Buku Besar Kas ke
Buku Besar Akrual untuk Transaksi Berjalan
Transaksi
Belanja Modal
Buku Besar Kas
Belanja Modal XXX
Piutang dari KUN
Buku Besar Akrual
X
Aset Tetap Sbl Diregister
Aset Lainnya Sbl
Diregister
X
X
X
Ditagihkan KEL
Penyediaan
Uang
Persediaan
(UP/TUP)
Kas di Bendahara
Pengeluaran
Pengembalian
Uang
Persediaan
(UP/TUP)
Uang Muka dari KPPN
X
X
Uang Muka dari KPPN
X
X
Kas di Bendahara
Pengeluaran
Pengembalian
Pendapatan
Pendapatan PNBP
Pendapatan PNBP
Utang Kepada KUN
Diterima DEL
Pengembalian
Belanja
Piutang dari KUN
Ditagihkan KEL
Belanja
Beban
X
X
X
X
X
FORMULA DAN TAMPILAN LO





Surplus/Defisit LO pada LO diperoleh dari perhitungan realisasi
pendapatan dan beban, sementara itu pos Surplus/Defisit LO pada
LPE diperoleh dari perhitungan jurnal tutupan akun-akun pendapatan
dan beban, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu mekanisme
check and balance pada masing-masing laporan;
Beban Barang dikonversi ke dalam Beban Persediaan, Beban Jasa,
Beban Pemeliharaan, Beban Perjalanan dan Beban Lainnya sesuai
peruntukannya.
Penyajian persediaan menggunakan pendekatan beban, sehingga
belanja-belanja yang berpotensi menghasilkan persediaan langsung
dimapping ke beban persediaan, dan pada akhir periode dilakukan
penyesuaian atas nilai persediaan pelaporan. Selain itu, persediaan
yang berasal dari transfer, pengakuan bebannya terdapat pada
entitas yang menerima persediaan.
Ditambahkan pos Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi pada LPE
untuk menampung transaksi koreksi nilai aset tetap yang tidak
berasal dari kegiatan revaluasi;
Terdapat penambahan beberapa akun baru guna mengakomodasi
penyajian pada LO dan LPE.
Perubahan Tabel Referensi Realisasi
8. Dilakukan perubahan pada tabel referensi posting rules realisasi dan tabel
referensi posting rules neraca.
Kolom perksai merupakan kolom existing dan tidak mengalami perubahan. Kolom
perksai berfungsi sebagai cash ledger dan nantinya akan digenerate menjadi LRA
Kolom perkkor sebelumnya adalah kolom korolari. Pada SAIBA kolom perkkor diisi
dengan posting rules akrual, sehingga berfungsi sebagai accrual ledger yang
nantinya digenerate menjadi LO, LPE, dan Neraca.
Perubahan Tabel Referensi Realisasi
• Secara umum, jurnal realisasi
pendapatan sebagai berikut:
PENDAPATAN
Cash Ledger
D Utang kepada KUN
K Pendapatan XXX
Accrual Ledger
D Due From
K Pendapatan XXX
PENDAPATAN BLU
Cash Ledger
D Utang kepada Kas BLU
K Pendapatan XXX
Accrual Ledger
D Kas BLU
K Pendapatan XXX
Perubahan Tabel Referensi Realisasi
• Secara umum, jurnal realisasi beban
sebagai berikut:
BELANJA
Cash Ledger
D Belanja XXX
K Piutang dari KUN
Accrual Ledger
D Beban XXX
K Due To
BELANJA BLU
Cash Ledger
D Belanja XXX BLU
K Piutang dari Kas BLU
Accrual Ledger
D Beban XXX BLU
K Kas BLU
BELANJA MODAL
Cash Ledger
D Belanja Modal
K Piutang dari KUN
Accrual Ledger
D Aset Tetap Belum Diregister
K Due To
BELANJA MODAL BLU
Cash Ledger
D Belanja Modal BLU
K Piutang dari Kas BLU
Accrual Ledger
D Aset Tetap Belum Diregister
K Kas BLU
Kelompok Transaksi Akrual/Deferal
Dengan Jurnal Penyesuaian
Kas di Bendahara Penerimaan
Pendapatan yang masih harus diterima/Piutang
Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran
Pendapatan diterima di muka
Belanja dibayar di muka
Uang muka belanja
Belanja yang masih harus dibayar
Persediaan
Penyisihan Piutang
Penyusutan dan Amortisasi
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual – Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Penerimaan Satker yang masih ada pada akhir periode
pelaporan mengindikasikan masih adanya penerimaan negara yang belum
disetor ke Kas Negara. Penerimaan tersebut belum dapat diakui sebagai
pendapatan LRA, tetapi sudah harus diakui sebagai pendapatan dalam
Laporan Operasional.
Transaksi
JURNAL PADA BUKU BESAR AKRUAL
Uraian
Kas di
Bendahara
Penerimaan
Kas di Bendahara Penerimaan
Pendapatan PNBP-LO
Dr
Cr
X
X
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual – Pendapatan Yang Masih Harus Diterima
Pendapatan yang masih harus diterima adalah pendapatan pajak/atau
bukan pajak yang seharusnya sudah dibayarkan oleh wajib bayar namun
belum diterima pembayarannya atau belum disetor ke kas negara
Transaksi
JURNAL PADA BUKU BESAR AKRUAL
Uraian
Pendapatan
Piutang PNBP
Yang Masih
Harus Diterima
Pendapatan PNBP
Dr
Cr
X
X
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual – Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran
Kas lainnya di bendahara pengeluaran merupakan kas selain yang berasal
dari Uang persediaan, dapat berupa Bunga jasa giro yang belum disetor
kas negara, uang pihak ketiga yang belum diserahkan seperti honorarium
pegawai, atau pajak yang belum disetor
Transaksi
Kas Lainnya di
Bendahara
Pengeluaran
JURNAL PADA BUKU BESAR AKRUAL
Uraian
Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran
Dr
Cr
X
Pendapatan PNBP
X
Utang Kepada Pihak III
X
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual – Pendapatan Diterima Di Muka
Pendapatan yang diterima di muka adalah pendapatan pajak/atau bukan
pajak yang sudah diterima di rekening kas Negara tetapi belum menjadi
hak pemerintah sepenuhnya karena masih melekat kewajiban pemerintah
untuk memberikan barang/jasa di kemudian hari kepada pihak ketiga atau
adanya kelebihan pembayaran oleh pihak ketiga tetapi belum dikembalikan
Transaksi
ACCRUAL
Uraian
Pendapatan
DiterimaDi
Muka
Pendapatan Pajak/PNBP
Pendapatan Pajak/PNBP Diterima Di Muka
Dr
Cr
X
X
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual – Belanja Dibayar Di Muka
Belanja dibayar dimuka adalah pengeluaran belanja pada tahun berjalan
tetapi manfaatnya melampaui tahun anggaran berjalan, sehingga pada
tahun berikutnya masih ada manfaat yang akan diterima akibat
pembayaran tersebut. Untuk mengidentifikasi belanja dibayar dimuka
perlumelihat dokumen pengadaan barang dan jasa menyangkut masa
kontrak atau waktu pelayanan jasa yang akan diberikan khususnya jasa
Transaksi
ACCRUAL
Uraian
Belanja Dibayar
Dimuka
Belanja Dibayar Dimuka (prepaid)
Beban XXXX
Dr
Cr
X
X
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual – Uang Muka Belanja
Uang Muka Belanja adalah pembayaran dimuka atas belanja yang
diberikan terlebih dahulu sebelum pegawai/rekanan menyerahkan hasil
pekerjaan/jasa. Apabila ada pembayaran Uang Muka Belanja sedangkan
prestasi pekerjaan belum diselesaikan seluruhnya atau sebagian, atau
pembayaran tersebut belum dikembalikan, maka terhadap pengeluaran
belanja tersebut pada tanggal pelaporan dicatat sebagai Uang Muka
belanja dan mengkredit akun beban yang sesuai
Transaksi
ACCRUAL
Uraian
Uang Muka Belanja Uang Muka Belanja
Beban XXXX
Dr
Cr
X
X
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual – Belanja Yang Masih harus Dibayar
Belanja yang masih harus dibayar adalah tagihan pihak ketiga atau
kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga yang pada tanggal pelaporan
keuangan belum dapat dibayarkan
Transaksi
ACCRUAL
Uraian
Belanja Yang Masih
harus Dibayar
Beban xxxxxxx
Belanja xxxxxxx Yang Masih harus Dibayar
Dr
Cr
X
X
Sistem Jurnal Penyesuaian untuk Pelaporan
Akrual – Penyisihan Piutang, Penyusutan, dan
Amortisasi
Transaksi
ACCRUAL
Uraian
Penyisihan Piutang
tak Tertagih
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Dr
X
X
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Penyusutan
Beban Penyusutan
X
X
Akumulasi Penyusutan
Amortisasi
Beban Amortisasi
Akumulasi Amortisasi
Cr
X
X
Reklasifikasi – Bagian Lancar Piutang Jangka Panjang
Pada pos aset apabila terdapat aset non lancar yang kemungkinan dapat
dicairkan dalam masa satu periode pelaporan dilakukan reklasifikasi ke
dalam bagian lancar aset nonlancar.Termasuk dalam akun yang
memerlukan reklasifikasi ini misalnya Tagihan Penjualan Angsuran,
Tuntutan Ganti rugi dan Tuntutan Perbendaharaan
Transaksi
ACCRUAL
Uraian
Reklasifikasi
Bagian
:Lancar
Bagian lancar TP/TGR
Piutang Jangka Panjang TP/TGR
Dr
Cr
X
X
Jurnal Neraca : Reklasifikasi dan Jurnal Aset
Pada pos aset apabila terdapat aset non lancar yang kemungkinan
dapat dicairkan dalam masa satu periode pelaporan dilakukan
reklasifikasi ke dalam bagian lancar aset nonlancar
Tanggal
Des 31
Jurnal Akrual
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA)
Debet
Kredit
XXX
Tagihan Penjualan Angsuran
XXX
Untuk mencatat reklafifikasi aset Tagihan Penjualan
Angsuran
Bagian Lancar TP/TGR
Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi
Untuk mencatat reklafifikasi aset TP/TGR
XXX
XXX
Jurnal Aset
• Saldo awal
• Transfer Masuk
• Pembelian, atau
• Penghentian Aset
pengadaan langsung • Penggunaan kembali
• Perolehan/Pegemban
Aset
gan Konstruksi Dalam • Hibah Masuk
Pengerjaan
• Hibah Keluar
• Penyelesaian KDP
• Rampasan/Sitaan
• Transfer Keluar
Saldo Awal Aset
Transaksi saldo awal dalam basis akrual diakui sebagai bagian dari
koreksi. Pencatatan aset tersebut akan menambah ekuitas pada
periode berjalan. Dengan demikian pencatatannya adalah sebagai
berikut:
Tanggal
Jurnal Akrual
Debet
Kredi
t
1-31
XX 20X1
Aset Tetap
Koreksi Saldo Awal
Untuk mencatat Saldo Awal Aset
XXX
XXX
Pembelian dan pengadaan aset tetap:
Pembelian aset tetap yang sudah dicatat dalam SIMAK
BMN (diregistrasi) dan merupakan aset intrakomtabel
maka dalam SAIBA akan dicatat sebagai berikut:
Tanggal
Jurnal Akrual
Aset Tetap
Aset Tetap yang belum
diregister
Debet
Kredit
XXX
XXX
Jurnal Aset Lainnya
Silakan dilihat
Modul
KOMPLEKSITAS TRANSAKSI
a) Pendapatan Penjualan Aset Tetap (Kegiatan Non
Operasional pada LO)
b) Persediaan dan Beban Persediaan
c) Pendapatan atas recovery Piutang Tak Tertagih
d) Jurnal Penyesuaian atas Kiriman ADK SIMAK-BMN
dan Persediaan. Contoh:
Transaksi
SIMAK-BMN
Uraian
Transfer
Masuk
Peralatan dan Mesin
Diinvestasikan Dalam AT
SAK-BA (Buku Besar Akrual)
Dr
Cr
X
Uraian
Peralatan dan Mesin
X
Transfer Masuk
Dr
Cr
X
X
LAPORAN KEUANGAN
1. LRA, sama dengan CTA, namun tidak ada lagi Realisasi
Pendapatan dan Belanja Non Kas
2. LO. LPE, dan Neraca = file Excel
KERANGKA KONSEPTUAL
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
BERBASIS AKRUAL
89
RUANG LINGKUP KERANGKA KONSPETUAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tujuan Kerangka Konseptual
Lingkungan Akuntansi Pemerintahan
Pengguna dan Kebutuhan Informasi Para
Pengguna
Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan
Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan serta
Komponen Laporan Keuangan
Asumsi Dasar, Karakteristik Kualitatif, Prinsipprinsip serta Kendala Informasi Akuntansi
Unsur Laporan Keuangan, Pengakuan dan
pengukurannya
90
TUJUAN KERANGKA KONSEPTUAL
Sebagai acuan bagi:
 Penyusun standar;
 Penyusun laporan keuangan;
 Pemeriksa;
 Para pengguna laporan.
91
POSISI KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka Konseptual bukan standar akuntansi

Kerangka konseptual berfungsi sebagai acuan jika
terdapat masalah akuntansi yg belum dinyatakan dalam
SAP

Jika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual
dan standar akuntansi, maka ketentuan standar
akuntansi diunggulkan relatif terhadap kerangka
konseptual
92
LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
a. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan
 Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaaan
 Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar
pemerintahan
 adanya pengaruh proses poltik
 Hub. Antara pembayar pajak dgn pelayanan pemerintahan.
b. Ciri keuangan pemerintah
 Anggaran sbg pernyatan publik, target fiskal dan sebagai alat
pengendalian
 Investasi aset tidak langsung menghasilkan pendapatan
 Kemungkinan Penggunaan akuntansi dana
93
PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN
Masyarakat;
 Wakil rakyat, lembaga pengawas, dan
lembaga pemeriksa;
 Pihak yang memberi atau berperan dalam
proses donasi, investasi, dan pinjaman
 Pemerintah

94
ENTITAS AKUNTANSI VS ENTITAS PELAPORAN
NO
INDIKATOR
ENTITAS AKUNTANSI
ENTITAS PELAPORAN
1
Definisi
Unit pemerintahan
pengguna
anggaran/pengguna barang
dan oleh karenanya wajib
menyelenggarakan
akuntansi dan menyusun
laporan keuangan untuk
digabungkan pada entitas
pelaporan
Unit pemerintahan yang
terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi
atau entitas pelaporan
yang menurut ketentuan
peraturan perundangundangan wajib
menyampaikan laporan
pertanggungjawaban
berupa laporan
keuangan
95
ENTITAS AKUNTANSI VS ENTITAS PELAPORAN
NO
INDIKATOR
ENTITAS AKUNTANSI
ENTITAS PELAPORAN
2
Komponen
1. KPA-K/L yang mempunyai
dokumen anggaran
tersendiri
1. Pemerintah Pusat
2. Bendahara Umum Daerah
(BUD)
2. Pemerintah Daerah
3. Kuasa Pengguna Anggaran di
lingkungan Pemda bila
mempunyai dokumen
pelaksanaan anggaran yang
terpisah
3. Kementerian Negara/lembaga
di lingkungan Pemerintah
Pusat
4. Satuan organisasi di
lingkungan pusat/daerah atau
organisasi lainnya, jika
menurut peraturan
perundang-undangan satuan
organisasi dimaksud wajib
menyajikan laporan keuangan
96
PERANAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
Akuntabilitas
• mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pelaksanaan kebijakan sumber daya dalam mencapai
tujuan
Manajemen
• memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian atas aset, kewajiban dan ekuitas dana
pemerintah
Transparansi
• memberikan informasi keuangan yang terbuka, jujur,
menyeluruh kepada stakeholders
Evaluasi Kinerja
• mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama
dalam menggunakan sumber daya ekonomi untuk
mencapai kinerja Transparansi
Keseimbangan Antargenerasi
• memberikan informasi mengenai kecukupan
penerimaan pemerintah untuk membiayai seluruh
pengeluaran, dan apakah generasi y.a.d ikut
menanggung beban pengeluaran tersebut
97
TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
Menyajikan informasi yang bermanfaat
bagi para pengguna dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan
ekonomi, sosial maupun politik.
98
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN POKOK
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan
Perubahan SAL)
3. Neraca
4. Laporan Operasional (LO)
5. Laporan Arus Kas (LAK)
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
ASUMSI DASAR
 Asumsi
kemandirian entitas
 Asumsi kesinambungan entitas
 Asumsi keterukuran dalam satuan uang
(monetary measurement)
100
KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN
Relevan;
 Andal;
 Dapat dibandingkan; dan
 Dapat dipahami

101
PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN








Basis akuntansi;
Prinsip nilai historis;
Prinsip realisasi;
Prinsip substansi mengungguli bentuk
formal;
Prinsip periodisitas;
Prinsip konsistensi;
Prinsip pengungkapan lengkap; dan
Prinsip penyajian wajar.
102
BASIS AKUNTANSI
 Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan
keuangan pemerintah entitas adalah Basis Akrual
 Basis akrual digunakan untuk pengakuan pendapatanLO, beban, aset, kewajiban dan ekuitas
 Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan
berdasarkan basis kas maka LRA disusun berdasarkan
basis kas
PRINSIP NILAI HISTORIS
 Aset
dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas
yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan
(consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada
saat perolehan.
 Kewajiban
dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas
yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban di masa yang akan datang.
 Nilai
historis lebih dapat diandalkan daripada
penilaian yang lain karena lebih obyektif dan dapat
diverifikasi.
104
PRINSIP REALISASI

Pendapatan basis kas yang tersedia yang telah
diotorisasikan melalui anggaran pemerintah
selama suatu periode akuntansi akan digunakan
untuk membiayai utang dan belanja yang terjadi
dalam periode tersebut.

Prinsip penandingan pendapatan-belanja tidak
mendapat penekanan seperti dalam akuntansi
komersial.
105
SUBSTANSI MENGUNGGULI BENTUK FORMAL
Peristiwa harus dicatat dan disajikan
sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi, bukan hanya mengikuti
aspek formalitas.
KONSISTENSI

Perlakuan akuntansi yang sama harus ditetapkan pada
kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu
entitas (prinsip konsistensi internal).

Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat
metode yang baru diterapkan menunjukkan hasil yang lebih
baik dari metode yang lama.

Pengaruh atas perubahan penerapan metode harus
diungkapkan dalam laporan keuangan.
107
PERIODISITAS
Kegiatan akuntansi dan pelaporan
keuangan entitas pemerintah perlu
dibagi menjadi periode-periode
pelaporan sehingga kinerja entitas
dapat diukur dan posisi sumber daya
yang dimilikinya dapat ditentukan
108
PENGUNGKAPAN LENGKAP
 Laporan
keuangan harus menyajikan secara
lengkap informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna.
 Informasi
tersebut dapat ditempatkan pada
lembar muka laporan keuangan atau catatan
atas laporan keuangan.
109
PENYAJIAN WAJAR
Dalam penyajian dengan wajar posisi keuangan,
kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu entitas,
diperlukan pertimbangan sehat yang mengandung
unsur-unsur kehati-hatian pada saat melakukan
prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset
atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan
kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah
110
KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN



MATERIALITAS
PERTIMBANGAN BIAYA DAN MANFAAT
KESEIMBANGAN ANTAR KARAKTIRISTIK
KUALITATIF
111
PENGAKUAN ASET
Aset diakui pada saat potensi ekonomi
masa depan diperoleh dan mempunyai
nilai yang dapat diukur dengan andal;
 Aset dalam bentuk piutang diakui ketika
hak klaim untuk mendapatkan arus kas
masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari
entitas lainnya telah atau tetap masih
terpenuhi,dan nilai klaim tersebut dapat
diukur atau diestimasi
 Aset dalam bentuk kas yang diperoleh
pemerintah titik pengakuannya
memerlukan pengaturan yang lebih rinci

112
PENGAKUAN KEWAJIBAN

Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman
diterima atau pada saat kewajiban timbul
113
PENGAKUAN PENDAPATAN
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya
hak atas pendapatan tersebut atau ada
aliran masuk sumber daya ekonomi
 Pendapatan-LRA diakui pada saat kas
diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah

114
PENGAKUAN BEBAN DAN BELANJA
Beban diakui pada saat timbulnya
kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau
terjadinya penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa
 Belanja diakui berdasarkan terjadinya
pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.

115
PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN



Pengukuran adalah proses penetapan nilai
mata uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam laporan
keuangan menggunakan nilai perolehan
historis
Aset dicatat sebesar pengeluaran/
penggunaan sumber daya ekonomi atau
sebesar nilai wajar dari imbalan yang
diberikan untuk memperoleh aset tersebut
Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber
daya ekonomi yang digunakan pemerintah
untuk memenuhi kewajiban yang
bersangkutan
116
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PSAP NO. 01
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
POKOK BAHASAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tujuan
Ruang Lingkup
Definisi Unsur Laporan Keuangan
Basis Akuntansi
Tanggung Jawab Pelaporan Keuangan
Informasi Laporan Keuangan
Komponen-Komponen Laporan Keuangan
Struktur dan Isi Laporan Keuangan
TUJUAN PSAP 01

Tujuan PSAP 01 adalah untuk mengatur
penyajian laporan keuangan untuk tujuan
umum.

Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah
laporan keuangan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pengguna laporan termasuk lembaga legislatif
sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan
(Par 1)
119
RUANG LINGKUP

Laporan keuangan untuk tujuan umum disusun
dan disajikan dengan basis akrual

Pernyataan standar ini berlaku untuk entitas
pelaporan dalam menyusun laporan keuangan
suatu entitas pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan laporan keuangan konsolidasian,
tidak termasuk perusahaan negara/daerah
(Par 2)
120
DEFINISI
Pendatapan-LRA: semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara /Daerah yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali
oleh pemerintah.
Pendapatan-LO: hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu
dibayar kembali.
Belanja: semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Beban: penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset
atau timbulnya kewajiban.
(Par 8)
121
DEFINISI
Surplus/Defisit-LRA:selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan belanja selama
satu periode pelaporan.
Surplus/Defisit-LO: selisih antara pendapatan-LO dan beban selama satu periode
pelaporan, setelah diperhitungkan surplus/ defisit dari kegiatan non operasional dan
pos luar biasa.
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat
disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.
Pos luar biasa: pendapatan luar biasa/ beban luar biasa yg terjadi karena kejadian atau
transaksi yg bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi,
dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.
Saldo Anggaran Lebih adalah gunggungan saldo yang berasal dari akumulasi
SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran sebelumnya dan tahun berjalan serta penyesuaian
lain yang diperkenankan
(Par 8)
122
TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN
Tanggung jawab penyusunan dan
penyajian laporan keuangan berada
pada pimpinan entitas
(Par 13)
INFORMASI LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai
entitas pelaporan dalam hal:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Aset;
Kewajiban;
Ekuitas;
Pendapatan-LRA;
Belanja;
Transfer;
Pembiayaan;
Saldo anggaran lebih
Pendapatan-LO;
Beban; dan
Arus kas.
(Par 11)
124
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
Komponen laporan keuangan pokok:
 Laporan Realisasi Anggaran
 Laporan Perubahan SAL
 Neraca
 Laporan Operasional (LO)
 LAK
 Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
 CaLK
(Par 14)
Setiap entitas menyajikan komponen-komponen laporan keuangan tersebut
kecuali :
• LAK yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum;
• Laporan Perubahan SAL yang hanya disajikan oleh Bendahara Umum
Negara/Daerah dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
konsolidasiannya.
(Par 15)
LAPORAN KEUANGAN
•
•
•
Tetap diperlukan untuk memenuhi kewajiban pemerintah yang
diatur dalam peraturan perundangan (statutory)
Laporan Perubahan SAL menyajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya pos-pos berikut:
a. Saldo Anggaran Lebih awal;
b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; dan
e. Lain-lain;
f. Saldo Anggaran Lebih Akhir.
(Par 41)
Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
LAPORAN ARUS KAS
 Menyajikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas
pada tanggal pelaporan.
 Disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum (Par 15)
 Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris (Par 90)
LAPORAN OPERASIONAL
 Merupakan Laporan yang menyajikan pos-pos
sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
Beban dari kegiatan operasional ;
Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada;
Pos luar biasa, bila ada;
Surplus/defisit-LO.
• Kegiatan dapat dianalisis menurut klasifikasi
ekonomi atau fungsi.
(Par 92-93)
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
• Merupakan Laporan yang menyajikan pos-pos:
a) Ekuitas awal;
b) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
c) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/ mengurangi
ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif
yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya: koreksi
kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya dan perubahan nilai aset
tetap karena revaluasi aset tetap.
d) Ekuitas akhir.
• Rincian dari unsur dalam LPE disajikan dalam CALK
(Par 101)
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
• Disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam LRA, Laporan
Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE harus mempunyai
referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
• Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar
terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA,
Laporan Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE.
• Catatan atas laporan keuangan terdiri dari:
– Informasi umum entitas pelaporan dan entitas akuntansi
– Informasi tentang kebijakan fisal / keuangan
– Ikhtisar pencapaian target keuangan
– Dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
– Informasi yang diharuskan PSAP yang belum disajikan
– Informasi lainnya untuk penyajian yang wajar
(Par 104 sd 113)
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PSAP NO. 02
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
RUANG LINGKUP DAN MANFAAT PSAP No. 02

PSAP No. 02 diterapkan dalam penyajian Laporan
Realisasi Anggaran yang disusun dan disajikan
dengan menggunakan anggaran berbasis kas;

LRA menyediakan informasi mengenai realisasi
pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisitLRA, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan
yang masing-masing diperbandingkan dengan
anggarannya.
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
132
DEFINISI LRA
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan
salah satu komponen laporan keuangan
pemerintah yang menyajikan
informasi
tentang realisasi dan anggaran entitas
pelaporan secara tersanding untuk suatu
periode tertentu.
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
133
BASIS AKUNTANSI
PENCATATAN LRA MENGGUNAKAN “BASIS KAS”:
 Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada
rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah
 Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari
rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah
 Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima
pada rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah
 Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan
dari rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
134
ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup
pos-pos sebagai berikut:
ISI LRA
Pendapatan-LRA
DEFINISI
Belanja
Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Transfer
Penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil
Semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah,
dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
135
ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN
ISI LRA
Surplus/defisit-LRA
DEFINISI
Penerimaan Pembiayaan
Semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah
antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan
obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan
negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang
diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi
permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan
Pengeluaran Pembiayaan
Semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah
antara lain pemberian pinjaman kepada fihak ketiga,
penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali
pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu,
dan pembentukan dana cadangan
Selisih lebih/kurang antara pendapatan – LRA dan belanja
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit LRA
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
136
ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN
ISI LRA
Pembiayaan Neto
DEFINISI
Selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi
pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran
tertentu
Sisa Lebih/kurang pembiayaan Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan
anggaran (SILPA/SIKPA)
pengeluaran selama satu periode pelaporan
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
137
INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM LRA
 Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi
pendapatan menurut jenis pendapatan LRA.
Rincian lebih lanjut jenis pendapatan
disajikan pada Catatan atas Laporan
Keuangan;
 Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi
belanja menurut jenis belanja dalam LRA.
Klasifikasi belanja menurut fungsi disajikan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
138
AKUNTANSI ANGGARAN





Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan
pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu
pengelolaan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.
Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan yang
dijabarkan menjadi alokasi estimasi pendapatan.
Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang dijabarkan menjadi
otorisasi kredit anggaran (allotment).
Anggaran pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan
Akuntansi anggaran diselenggarakan pada saat anggaran
disahkan dan anggaran dialokasikan
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
139
AKUNTANSI PENDAPATAN LRA
Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada
RKUN/D
 Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut jenis
pendapatan
 Transfer masuk adalah penerimaan uang dari
entitas pelaporan lain, misal DAU dan DBH
 Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan
azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan
bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran)

Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
140
AKUNTANSI PENDAPATAN LRA
Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatanLRA bruto (biaya) bersifat variabel terhadap
pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan
terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai,
maka asas bruto dapat dikecualikan;
 Dalam hal BLU, pendapatan diakui dengan mengacu
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan
berulang (recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA
pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatanLRA

Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
141
AKUNTANSI PENDAPATAN LRA
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang
(non-recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang
terjadi pada periode penerimaan pendapatan-LRA
dibukukan sebagai pengurang Pendapatan-LRA pada
periode yang sama;
 Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang
(non-recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang
terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai
pengurang
Saldo Anggaran Lebih pada periode
ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.

Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
142
AKUNTANSI BELANJA
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari
Rekening Kas umum Negara/Daerah
 Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,
pengakuan belanjanya terjadi pada saat
pertanggungjawab an atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan.
 Belanja BLU diakui dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang mengatur BLU
 Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi
(jenis belanja), organisasi, dan fungsi

Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
143
AKUNTANSI SURPLUS/DEFISIT LRA
 Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja
selama satu periode pelaporan dicatat dalam
pos Surplus/Defisit-LRA
 Surplus-LRA adalah selisih lebih antara
pendapatan-LRA dan belanja selama satu
periode pelaporan
 Defisit-LRA adalah selisih kurang antara
pendapatan-LRA dan belanja selama satu
periode pelaporan
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
144
AKUNTANSI PEMBIAYAAN



Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan
diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening
Kas Umum Negara/Daerah
Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan
azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran)
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
145
AKUNTANSI PEMBIAYAAN
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan
dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah;
 Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana Cadangan
yang bersangkutan;
 Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana
Cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh
dari pengelolaan Dana Cadangan di pemerintah daerah
merupakan penambah Dana Cadangan. Hasil tersebut
dicatat sebagai Pendapatan-LRA dalam pos pendapatan
asli daerah lainnya.

Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
146
TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING
• Transaksi dalam mata uang asing harus
dibukukan dalam mata uang rupiah
• Dalam hal tersedia dana dalam mata uang
asing yang sama dengan yang digunakan
dalam transaksi, maka transaksi dalam mata
uang asing tersebut dicatat dengan
menjabarkannya ke dalam mata uang rupiah
berdasarkan kurs tengah bank sental pada
tanggal transaksi
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
147
TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING
Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang
asing yang digunakan dalam transaksi dan mata
uang asing tersebut dibeli dengan rupiah, maka
transaksi dalam mata uang asing tersebut dicatat
dalam rupiah berdasarkan kurs transaksi, yaitu
sebesar
rupah
yang
digunakan
untuk
memperoleh valuta asing tersebut
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
148
TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING
 Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang
asing yang digunakan untuk bertransaksi dan mata
uang asing tersebut dibeli dengan mata uang asing
lainnya, maka:
a) Transaksi mata uang asing ke mata uang asing
lainnya dijabarkan dengan menggunakan kurs
transaksi;
b) Transaksi dalam mata uang asing lainnya
tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs
tengah bank sentral pada tanggal transaksi
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
149
SALDO NORMAL ANGGARAN
Perkiraan
Tambah
Kurang
Saldo Normal
Pendapatan
K
D
K
Belanja
D
K
D
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
150
LRA DALAM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
 LRA dihasilkan dari siklus anggaran yang sebaiknya
tidak disatukan dengan siklus akuntansi.
 Untuk siklus anggaran, yang dicatat hanyalah
transaksi anggaran dan harus sesuai dengan pos
anggarannya
 LRA hanya berfokus pada transaksi dengan basis
kas, sehingga untuk penerimaan dan pengeluaran
yang tidak terkait dengan kas tidak dicatat dalam
LRA. Jika ditambahkan boleh dimasukkan dalam
informasi tambahan LRA.
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
151
TRANSAKSI ANGGARAN
 Transaksi belanja
Belanja
Akun
Perantara
xxxx
Perubahan SAL
xxxx
 Transaksi pendapatan
Perubahan SAL
xxxx
Pendapatan
xxxx
 Jurnal penutup
Pendapatan
Belanja
xxxx
xxxx
Perubahan SAL
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
SAL
xxxx
xxxx
152
TRANSAKSI BELANJA ASET TETAP & PERSEDIAAN
Pemda pada 5 Desember membayar 500.000.000 untuk
membeli peralatan melalui pengeluaran LS
Tanggal
5 Des
Finansial
Aset tetap – peralatan
R/K PPKD
Anggaran
500.000.000
500.000.000
Belanja Modal
500.000.000
Perubahan SAL
500.000.000
Pemda pada 15 Desember membayar 40.000.000 untuk
membeli persediaan dengan pengeluaran LS
Tanggal
15 Des
Finansial
Persediaan
R/K PPKD
Anggaran
40.000.000
40.000.000
Belanja Barang
Perubahan SAL
40.000.000
40.000.000
TRANSAKSI PENERIMAAN
Pada tanggal 7 Januari, SKPD A mengeluarkan SKP atas restoran Lazata sebesar
10.000.000 dan hotel Melati 300.000.000. Pada tanggal 16 Februari restoran Lazata
membayar ke bendahara penerimaan SKPD A dan pada hari yang sama bendahara
penerimaan menyetorkan ke rekening kas daerah. Pada 25 Februari Hotel Melati
membayar pajak hotel ke kas umum daerah.
Tanggal
Finansial
Anggaran
7 jan
Piutang Pendapatan
Pendapatan Pajak – LO
310.000.000
Tidak dicatat
310.000.000
16 Feb
Kas di Bendahara Penerimaan
Piutang Pendapatan
10.000.000
Perubahan SAL
10.000.000
Pendapatan Pajak – LRA
16 Feb
R/K PPKD
Kas Dibendahara Pe
nerimaan
10.000.000
Tidak dicatat
10.000.000
25 Feb
R/K PPKD
Piutang Pendapatan
300.000.000
Perubahan SAL
300.000.000
Pendapatan Pajak – LRA
10.000.000
10.000.000
300.000.000
300.000.000
TRANSAKSI BELANJA
Pada tanggal 30 Januari, SKPD A membayar gaji pegawai dengan LS
sebesar 80.000.000
Tanggal
30 Jan
Finansial
Beban Gaji
R/K PPKD
Anggaran
80.000.000
Belanja Gaji
80.000.000
Perubahan SAL
80.000.000
80.000.000
Pada tanggal 3 Maret, SKPD A membayar biaya pemeliharaan dengan
kas sebesar 10.000.000
Tanggal
30 Jan
Finansial
Beban pemeliharaan
Kas Bendahara pengeluaran
Anggaran
10.000.000
Belanja Gaji
10.000.000
Perubahan SAL
10.000.000
10.000.000
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PSAP NO. 03
LAPORAN ARUS KAS
15
6
TUJUAN PELAPORAN ARUS KAS
Memberikan informasi :
 sumber, penggunaan, perubahan kas dan
setara selama suatu periode akuntansi, serta
 saldo kas dan setara kas pada tanggal
pelaporan.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
157
RUANG LINGKUP
Pemerintah pusat dan daerah yang
menyusun dan menyajikan laporan
keuangan dengan basis akuntansi akrual
wajib menyusun laporan arus kas sesuai
dengan standar ini untuk setiap periode
penyajian laporan keuangan sebagai salah
satu komponen laporan keuangan pokok
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
158
KAS DAN SETARA KAS
 Kas dan setara kas harus disajikan dalam laporan
arus kas
 Suatu investasi disebut setara kas kalau investasi
dimaksud mempunyai masa jatuh tempo 3 (tiga)
bulan atau kurang dari tanggal perolehannya
 Mutasi antar pos-pos kas dan setara kas tidak
diinformasikan dalam laporan keuangan
 Entitas pelaporan mengungkapkan komponen kas
dan setara kas dalam LAK yang jumlahnya sama
dengan pos terkait di neraca
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
159
ENTITAS PELAPORAN ARUS KAS
Entitas pelaporan yang wajib
menyusun dan menyajikan laporan
arus kas adalah unit organisasi yang
mempunyai fungsi perbendaharaan
umum
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
160
PENYAJIAN LAK
UNSUR PENYAJIAN
PENJELASAN
LAPORAN ARUS KAS
 Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan
1. Aktivitas operasi
dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk
kegiatan operasional pemerintah selama satu
periode akuntansi
 Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan
indikator
yang menunjukkan kemampuan
operasi pemerintah dalam menghasilkan kas
yang cukup untuk membiayai aktivitas
operasionalnya di masa yad tanpa mengandalkan
sumber pendanaan dari luar
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
161
PENYAJIAN LAK
UNSUR PENYAJIAN
LAPORAN ARUS KAS
2. Aktivitas Investasi
PENJELASAN
 Aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset
tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk
dalam setara kas
 Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan
penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam
rangka perolehan dan pelepasan sumber daya
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan
dan mendukung pelayanan pemerintah kepada
masyarakat di masa yad.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
162
PENYAJIAN LAK
UNSUR PENYAJIAN
LAPORAN ARUS KAS
PENJELASAN
3. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan adalah penerimaan dan
pengeluaran kas yang berhubungan dengan
pemberian piutang jangka panjang dan/atau
pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan
perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang
jangka panjang dan utang jangja panjang
4. Aktivitas transitoris
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam aktivitas
operasi, investasi dan pendanaan.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
163
PELAPORAN ARUS KAS
Entitas pelaporan dapat menyajikan arus kas dari
aktivitas operasi dengan cara:
 Metode langsung
 Metode tidak langsung
 Entitas
pelaporan pemerintah pusat/daerah
sebaiknya menggunakan metode langsung dalam
melaporkan arus kas dari aktivitas operasi

lampiran I PP No.71 Tahun 2010
164
ARUS KAS MATA UANG ASING
Arus kas yang timbul dari transaksi mata uang asing
harus dibukukan dengan menggunakan mata uang
rupiah dengan menjabarkan mata uang asing
tersebut ke dalam mata uang rupiah berdasarkan
kurs pada tanggal transaksi
 Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasikan
akibat perubahan kurs mata uang asing tidak akan
mempengaruhi arus kas

lampiran I PP No.71 Tahun 2010
165
TRANSAKSI BUKAN KAS
Transaksi operasi, investasi, dan pendanaan yang
tidak mengakibatkan penerimaan atau pengeluaran
kas dan setara kas tidak dilaporkan dalam LAK.
 Transaksi tersebut harus diungkapkan dalan CaLK
 Contoh
transaksi bukan kas yang tidak
mempengaruhi LAK adalah perolehan aset dengan
pertukaran atau hibah.

lampiran I PP No.71 Tahun 2010
166
PENGUNGKAPAN
Entitas pelaporan mengungkapkan jumlah saldi kas
dan setara kas yang signifikan yang tidak boleh
digunakan oleh entitas.
 Hal ini dijelaskan dalam CaLK
 Contoh kas dan setara kas yang tidak boleh digunakan
oleh entitas adalah kas yang ditempatkan sebagai
jaminan dan kas yang dikhususkan penggunaannya
untuk kegiatan tertentu

lampiran I PP No.71 Tahun 2010
167
Ilustrasi
Laporan Arus
Kas
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
168
Ilustrasi
Laporan Arus
Kas
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
169
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PSAP NO. 04
CATATAN ATAS LAPORAN
KEUANGAN
TUJUAN
Tujuan Pernyataan Standar Catatan atas
Laporan Keuangan adalah mengatur penyajian
dan pengungkapan yang diperlukan pada
Catatan Atas Laporan Keuangan
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
171
TUJUAN PENYAJIAN CALK
Untuk meningkatkan transparansi
laporan keuangan dan penyediaan
pemahaman yang lebih baik atas
informasi keuangan pemerintah
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
172
RUANG LINGKUP
1.
2.
Laporan Keuangan untuk tujuan umum
untuk entitas pelaporan
Laporan Keuangan yang diharapkan
menjadi Laporan Keuangan untuk tujuan
umum oleh entitas yang bukan
merupakan entitas pelaporan
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
173
KETENTUAN UMUM
• Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan atas Laporan
Keuangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan untuk
tujuan umum.
• Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat
dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca
tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan.
• Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai
potensi kesalahpahaman di antara pembacanya.
• Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca laporan
keuangan.
• Perlunya pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan akuntansi yang
diterapkan akan membantu pembaca menghindari kesalahpahaman dalam
memahami laporan keuangan
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
174
STRUKTUR DAN ISI
•
Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap
pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional dan
dan Laporan Arus Kas harus dapat mempunyai referensi silang dengan
informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
• Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci
atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam seluruh komponen
laporan keuangan
• CaLK menyajikan informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapanpengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas
laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen
lainnya.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
175
STRUKTUR DAN ISI
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan
keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, mengenai:
a)
Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi
b)
Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro
c)
Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan, berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
d)
Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadiankejadian penting lainnya;
e)
Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan
keuangan
f)
Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang
belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
g)
informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
176
RINCIAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan
dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
Bab V Kebijakan Akuntansi
5.1. Entitas pelaporan
5.2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan
Laporan Keuangan
5.3 Basis pengukuran yang Mendasari Penyusunan
Laporan Keuangan
5.4. Kebijakan Akuntansi yang Berkaitan dengan
Rekening-rekening Akuntansi
Bab VI Penjelasan Rekening-rekening Laporan Keuangan
6.1 Rincian dan Penjelasan Masing-masing Rekening
Laporan Keuangan
6.1.1 Pendapatan
6.1.2 Belanja
6.1.3 Pembiayaan
6.1.4 Aset
6.1.5 Kewajiban
6.1.6 Ekuitas Dana
6.1.7 Komponen-komponen Arus kas
6.2. Pengungkapan atas Pos-pos Aset dan Kewajiban
yang Timbul Sehubungan dengan Penerapan Basis
Akrual atas Pendapatan dan Belanja dan
Rekonsiliasinya dengan Penerapan Basis Kas, untuk
Entitas Pelaporan yang Menggunakan Akuntansi
Berbasis Akrual Penuh.
Bab VII Penjelasan atas Informasi non Keuangan
Bab VIII Penutup
lampiran I PP No.71
Tahun 2010
177
Lampiran
Bab I Pendahuluan
Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
Sistematika penyajian Catatan atas Laporan
Keuangan
Bab II Ekonomi Makro
2.1. Ekonomi Makro
2.2. Kebijakan Keuangan
2.3. Indikator Pencapaian Kinerja Fiskal dan Moneter
2.4. Indikator Pencapaian Kinerja Program Entitas
Pelapor
Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Fiskal dan Moneter
3.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Sasaran Kinerja
Fiskal dan Moneter
3.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian
Kinerja
Bab IV Ikhtisar pencapaian kinerja program entitas
pelapor
4.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja
program entitas pelapor
4.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian
Kinerja
INFORMASI UMUM
• Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan
informasi yang merupakan gambaran entitas secara umum.
• Untuk membantu pemahaman para pembaca laporan keuangan,
perlu ada penjelasan awal mengenai baik entitas pelaporan
maupun entitas akuntansi yang meliputi:
– domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas
tersebut berada;
– penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya; dan
– ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan
operasionalnya.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
178
INFORMASI KEBIJAKAN FISKAL & KEUANGAN
DAN EKONOMI MAKRO
• Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat membantu
pembaca memahami realisasi dan posisi keuangan entitas
pelaporan secara keseluruhan, termasuk kebijakan
fiskal/keuangan dan kondisi ekonomi makro.
– Bagaimana perkembangan realisasi dan posisi keuangan/fiskal entitas
– perbedaan yang penting mengenai realisasi dan posisi keuangan/fiskal
periode berjalan bila dibandingkan dengan periode sebelumnya,
dibandingkan dengan anggaran, dan dengan rencana lainnya.
– Penjelasan perbedaan adalah perbedaan asumsi ekonomi makro
– Kebijakan pemerintah dalam peningkatan pendapatan, efisiensi belanja dan
penentuan sumber atau penggunaan pembiayaan. Misalnya penjabaran
rencana strategis dalam kebijakan penyusunan APBN/APBD, sasaran,
program dan prioritas anggaran, kebijakan intensifikasi/ekstensifikasi
perpajakan, pengembangan pasar surat utang negara.
– Ekonomi makro  asumsi-asumsi indikator ekonomi makro yang digunakan
dalam penyusunan APBN/APBD
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
179
IKHTISAR PENCAPAIAN TARGET KEUANGAN SELAMA TAHUN
PELAPORAN BERIKUT KENDALA DAN HAMBATAN
• Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat menjelaskan
perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan
dibandingkan dengan anggaran yang pertama kali disetujui
oleh DPR/DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam
pencapaian target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya
yang dianggap perlu oleh manajemen entitas pelaporan untuk
diketahui pembaca laporan keuangan.
– Ikhtisar pencapaian target keuangan perbandingan target sebagaimana
yang tertuang dalam APBN/APBD dengan realisasinya.
– informasi keuangan lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui pembaca,
misalnya kewajiban yang memerlukan ketersediaan dana dalam anggaran
periode mendatang
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
180
DASAR PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN
PENGUNGKAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI KEUANGAN
• Entitas pelaporan mengungkapkan dasar penyajian laporan
keuangan dan kebijakan akuntansi dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
• Asumsi dasar atau konsep dasar akuntansi tertentu yang
mendasari penyusunan laporan keuangan, biasanya tidak perlu
diungkapkan secara spesifik. Pengungkapan diperlukan jika
entitas pelaporan tidak mengikuti asumsi atau konsep tersebut
dan disertai alasan dan penjelasan.
• Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu
disesuaikan dengan kondisi entitas pelaporan. Sasaran pilihan
kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas
ekonomi entitas pelaporan secara tepat dalam bentuk keadaan
keuangan dan kegiatan.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
181
DASAR PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN
PENGUNGKAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI KEUANGAN
• Pengungkapan kebijakan akuntansi harus mengidentifikasikan dan
menjelaskan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan
dan metode-metode penerapannya yang secara material mempengaruhi
penyajian Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan
Perubahan Ekuitas. Pengungkapan juga harus meliputi pertimbanganpertimbangan penting yang diambil dalam memilih prinsip-prinsip yang
sesuai.
• kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan Keuangan menjelaskan:
–
–
–
–
Entitas pelaporan;
Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
Dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;
sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini diterapkan oleh suatu entitas
pelaporan pada masa transisi. Sebaliknya penerapan lebih dini disarankan
berdasarkan kesiapan entitas.
– setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan
keuangan.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
182
DASAR PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN
PENGUNGKAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI KEUANGAN
• Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk disajikan :
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
Pengakuan pendapatan-LRA;
Pengakuan pendapatan-LO;
Pengakuan belanja;
Pengakuan beban;
Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
Investasi;
Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud;
Kontrak-kontrak konstruksi;
Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
Kemitraan dengan pihak ketiga;
Biaya penelitian dan pengembangan;
Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
Pembentukan dana cadangan;
Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;
Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
Kemitraan dengan pihak ketiga;
Biaya penelitian dan pengembangan;
Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
Pembentukan dana cadangan;
Pembentukan dana kesejahteraan pegawai;
Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
183
DASAR PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN
PENGUNGKAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI KEUANGAN
• Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai pospos yang disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak
material. Selain itu, perlu pula diungkapkan kebijakan akuntansi
yang dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam Standar ini.
•
• Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai pengaruh
material dalam tahun perubahan juga harus diungkapkan jika
berpengaruh secara material terhadap tahun-tahun yang akan
datang.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
184
PENYAJIAN RINCIAN DAN PENJELASAN MASING-MASING POS
• Catatan atas Laporan Keuangan harus menyajikan rincian dan penjelasan
atas masing-masing pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus
Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas.
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
Anggaran;
Realisasi;
Prosentase pencapaian;
Penjelasan atas perbedaan antara anggaran dan realisasi;
Perbandingan dengan periode yang lalu;
Penjelasan atas perbedaan antara periode berjalan dan periode yang lalu;
Rincian lebih lanjut pendapatan-LRA menurut sumber pendapatan;
Rincian lebih lanjut belanja menurut klasifikasi ekonomi, organisasi, dan fungsi;
Rincian lebih lanjut pembiayaan; dan
Penjelasan hal-hal penting yang diperlukan.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
185
KEJADIAN PENTING SELAMA PELAPORAN
Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian-kejadian penting
selama tahun pelaporan, seperti:
(a) Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
(b) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru;
(c) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca; dan
(d) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.
(e) Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang harus
ditanggulangi pemerintah.
Komitmen atau kejadian kontinjensi yang perlu disajikan adalah berbagai kejadian,
yang umumnya berkaitan dengan litigasi atau penuntutan atau penggugatan yang
menjadikan pemerintah sebagai pihak tergugat. Keberatan atas ketetapan pajak,
tuntutan restitusi pajak, atau aksi masal untuk menuntut ganti rugi, adalah contohcontoh populer untuk kejadian kontinjensi. Sepanjang tuntutan ini belum mampu
menghasilkan kemungkinan nilai restitusi atau ganti rugi yang harus dibayar oleh
negara secara meyakinkan maka kejadian ini cukup diungkapkan secara naratif
dengan atau tanpa menyebut potensi kerugian yang ditimbulkan.
Kejadian kontinjensi yang berkemungkinan mendatangkan keuntungan bagi
pemerintah, atas dasar kehati-hatian tidak perlu dicatatkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
186
PENGUNGKAPAN PERSEDIAAN
LAPORAN KEUANGAN MENGUNGKAPKAN:



Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran
persediaan
Penjelasan lebih lanjut tentang persediaan, seperti barang
atau perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan
masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan
dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual
atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang
masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk
dijual atau diserahkan kepada masyarakat
Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak
atau usang
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
187
PENGUNGKAPAN INVESTASI
Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan pemerintah
berkaitan dengan investasi pemerintah, antara lain:
a. Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
b. Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;
c. Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi
jangka panjang;
d. Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan
tersebut;
e. Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;
f. Perubahan pos investasi.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
188
PENGUNGKAPAN ASET TETAP
Laporan Keuangan harus mengungkapkan untuk masingmasing jenis aset tetap sbb:
(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying
amount);
(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
(1)
(2)
(3)
(4)
Penambahan;
Pelepasan;
Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
Mutasi aset tetap lainnya.
(c) Informasi penyusutan, meliputi:
(1)
(2)
(3)
(4)
Nilai penyusutan;
Metode penyusutan yang digunakan;
Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
189
PENGUNGKAPAN ASET TETAP
Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:
(a) Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
(b) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang
berkaitan dengan aset tetap;
(c) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam
konstruksi; dan
(d) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
190
PENGUNGKAPAN KDP
Entitas harus mengungkapkan informasi mengenai KDP
pada akhir periode akuntansi:
 Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut
tingkat penyelesaian dan jangka waktu penyelesaian
 Nilai kontrak konstruksi dan sumber pendanaannya
 Jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan yang masih
harus dibayar
 Uang muka kerja yang diberikan
 Retensi
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
191
PENGUNGKAPAN KEWAJIBAN
• Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk
daftar skedul utang
• Informasi yang harus disajikan dalam CaLK :
(a) Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang berdasarkan
pemberi pinjaman
(b) Jumlah saldo kewajiban utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas dan
jatuh temponya
(c) Bunga pinjaman yang berlaku
(d) Konsekuensi penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo
(e) Perjanjian restrukturisasi utang (pengurangan pinjaman, modifikasi
persyaratan utang, pengurangan tingkat bunga pinjaman, pengunduran jatuh
tempo pinjaman, pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman, pengurangan
jumlah bunga terutang)
(f) Jumlah tunggakan pinjaman daftar umur utang berdasarkan kreditur
(g) Biaya pinjaman (perlakuan,jumlah yang dikapitalisasi,tingkat kapitalisasi)
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
192
PSAP NO. 05
AKUNTANSI PERSEDIAAN
19
3
PERSEDIAAN
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk
barang atau perlengkapan yang dimaksudkan
untuk mendukung kegiatan operasional
pemerintah,
dan
barang-barang
yang
dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan
dalam
rangka
pelayanan
kepada
masyarakat.(PSAP 05 Par. 4)
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
194
CAKUPAN PERSEDIAAN
Persediaan merupakan aset yang berupa:
A. Barang atau perlengkapan (supplies) yang
digunakan dalam rangka kegiatan operasional
pemerintah;
B. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan
digunakan dalam proses produksi;
C. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan
untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
D. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat dalam rangka kegiatan
pemerintahan.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
195
CONTOH PERSEDIAAN
Persediaan dapat terdiri dari :
 Barang konsumsi
 Amunisi
 Bahan untuk pemeliharaan
 Suku cadang
 Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga
 Pita Cukai dan leges
 Bahan baku
 Barang dalam proses/setengah jadi
 Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat
 Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
196
PENGAKUAN PERSEDIAAN
Persediaan diakui :
pada saat potensi manfaat ekonomi masa
depan diperoleh pemerintah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal
pada
saat
diterima
atau
kepemilikannya
dan/
kepenguasaannya berpindah
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
hak
atau
197
PENGUKURAN PERSEDIAAN
Biaya perolehan
Persediaan
diperoleh dengan
pembelian
Harga pokok
produksi
Persediaan
diperoleh dengan
memproduksi
sendiri
Nilai wajar
Persediaan
diperoleh dengan
cara lain, misalnya
donasi/rampasan
=
=
Harga pembelian + biaya
pengangkutan + biaya penanganan –
potongan harga – rabat
Biaya Langsung + biaya tidak
langsung
=
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
Nilai tukar aset secara wajar
198
PENGUKURAN PERSEDIAAN
Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:
 Metode sistematis seperti FIFO atau rata-rata
tertimbang
 Harga pembelian terakhir apabila setiap unit
persediaan nilainya tidak material dan
bermacam-macam jenis
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
199
PENGUKURAN PERSEDIAAN




Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of
goods)
Penghitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka
penyajian Laporan Operasional
Dalam hal persediaan dicatat secara perpetual, maka
pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan catatan
jumlah unit yang dipakai dikalikan nilai per unit sesuai metode
penilaian yang digunakan
Dalam hal persediaan dicatat secara periodik, maka pengukuran
persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu dengan
cara saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan
persediaan dikurangi dengan saldo akhir persediaan dikalikan
nilai per unit sesuai dengan metode penilaian persediaan.
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
200
PENGUNGKAPAN PERSEDIAAN
LAPORAN KEUANGAN MENGUNGKAPKAN:



Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran
persediaan
Penjelasan lebih lanjut tentang persediaan, seperti barang
atau perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan
masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan
dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual
atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang
masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk
dijual atau diserahkan kepada masyarakat
Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak
atau usang
lampiran I PP No.71 Tahun 2010
201
PENCATATAN
• Metode Perpetual
Mencatat setiap persediaan yang masuk dan keluar, sehingga
nilai/jumlah persediaan selalu terupdate dalam pembukuan
Memiliki internal kontrol yang lebih baik namun mengharuskan
disiplin dalam mencatat  harus dilengkapi sistem
terkomputerisasi
• Metode Periodik
Persediaan tidak di-update apabila ada persediaan yang masuk atau
keluar. Persediaan akhir diketahui dengan melakukan stock opname
pada akhir periode.
Persediaan yang tidak ada pada saat perhitungan stock opname =
persediaan yang digunakan (persediaan yang hilang dianggap
digunakan, karena tidak ada kontrol pencatatan)
METODE PERPETUAL
Pembelian persediaan :
Dr. Persediaan
Cr.Kas di Bendahara Pengeluaran
5.000
Pemakaian persediaan:
Dr.Beban persediaan
Cr.Persediaan
3.000
Di akhir periode/saat penyesuaian:
Tidak dilakukan penjurnalan
Saldo Persediaan 5.000 – 3.000 = 2.000
5.000
3.000
METODE PERPETUAL - kehilangan
Di akhir diketahui persediaan tersisa 1500 padahal
berdasarkan pencatatan sebesar 2.000 sehingga ada 500
yang hilang.
Penyesuaian:
Dr. Kerugian kehilangan barang
Cr.Persediaan
500
500
*jika kegiatan ini rutin terjadi dapat diklasifikasikan sebagai beban
persediaan, namun jika jumlahnya material dan jarang terjadi masuk
beban non operasional.
Jurnal ini juga digunakan untuk mencatat nilai persediaan yang
rusak / mengalami penurunan nilai, karena daluwarsa (perlu
berita acara yang menyatakan barang persediaan rusak.
METODE PERIODIK
Pembelian persediaan (pendekatan aset) :
Dr. Persediaan
Cr.Kas di Bendahara Pengeluaran
5.000
5.000
Pemakaian persediaan:
Tidak dilakukan penjurnalan
Di akhir periode/saat penyesuaian:
Diketahui persediaan yang tersisa 2.000
Dr.Beban persediaan
Cr.Persediaan
3.000
3.000
METODE PERIODIK
Pembelian persediaan (pendekatan beban) :
Dr. Beban Persediaan
5.000
Cr.Kas di Bendahara Pengeluaran
5.000
Pemakaian persediaan:
Tidak dilakukan penjurnalan
Di akhir periode/saat penyesuaian:
Diketahui persediaan yang tersisa 2.000
Dr.Persediaan
2.000
Cr. Beban Persediaan
2.000
Di awal periode dibuat jurnal balik untuk konsistensi
Dr. Beban Persediaan
2.000
Cr. Persediaan
2.000
MENYUSUN LO DARI CTA
Informasi tersedia
Persediaan 31/12/20X1
Belanja Persediaan selama 20X2
Persediaan 31/12/20X2
7.000
30.000
10.000
Persediaan yang terpakai 30.000 + 7.000 – 10.000 = 27.000
Nilai beban persediaan dalam LO sebesar 27.000
Belanja persediaan dalam LRA 30.000
TRANSAKSI PERSEDIAAN
Saldo persediaan 31 Des 20X1 sebesar 30.000.000. Entitas pada
1 Feb 20X2 melakukan belanja persediaan sebesar 200.000.000.
Pada 31 Des 20X2 saldo persediaan 50.000.000
Tanggal
1 Feb
Finansial
Persediaan
Kas
31 Des
Beban Persediaan
Persediaan
Anggaran
200.000.000
200.000.000
180.000.000
Belanja Barang
Perubahan SAL
200.000.000
200.000.000
Tidak ada jurnal
180.000.000
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
208
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PSAP NO. 06
AKUNTANSI INVESTASI
20
9
DRAFT REVISI 2014
• Koreksi redaksional
• Pengakuan pendapatan pada LO dan
pengakuan pendapatan pada LRA diperjelas
• Akuntansi investasi dengan menggunakan
metode ekuitas
• Investasi atas perusahaan merugi sehingga
saldo ekuitas investee negatif
210
DEFINISI INVESTASI
Aset yang dimaksudkan untuk memperoleh
manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan
royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.
Ruang Lingkup: Untuk investasi yang dilakukan pemerintah
pusat, pemerintah daerah dan BLU. Tidak termasuk investasi di
BUMD dan BUMN. Tidak mengatur investasi dalam KSO
211
INVESTASI JANGKA PENDEK
Diharapkan dapat segera dicairkan dan dimaksudkan
untuk dimiliki selama setahun atau kurang.
 ditujukan dalam rangka manajemen kas.
 Berisiko rendah atau bebas dari perubahan atau
pengurangan harga yang signifikan
 Terdiri:

– Deposito berjangka waktu 3 - 12 bulan,
– Pembelian obligasi pemerintah jangka pendek oleh
pemerintah daerah,
– Pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
212
INVESTASI JANGKA PANJANG

Dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 bulan

Sifat penanaman:
–
Investasi permanen
Investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan,
contoh:
 Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah,
 Penyertaan Pemerintah pada badan internasional dan badan hukum lainnya;
 Investasi permanen lainnya
–
Investasi non permanen
Investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak
berkelanjutan, contoh:
 Investasi dalam Surat Utang Negara
 Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada
pihak ketiga
 Investasi non permanen lainnya.
213
PENGAKUAN INVESTASI
Pengeluaran kas dan/atau aset , penerimaan hibah dalam
bentuk investasi dan perubahan piutang menjadi investasi
dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi kriteria:
 Kemungkinan manfaat ekonomi atau manfaat sosial atau
jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu
investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah
 Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur
secara memadai (reliable)
214
PENGUKURAN INVESTASI

Jika mempunyai pasar aktif yang dapat membentuk nilai pasar,
nilai pasar dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar

Investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat
dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat atau nilai wajar
lainnya

Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga,
misalnya saham dan obligasi jangka pendek, dicatat sebesar
biaya perolehan

Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa
biaya perolehan, maka investasi dinilai berdasarkan nilai wajar
investasi pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga
pasar. Apabila tidak ada nilai wajar, investasi dinilai
berdasarkan nilai wajar aset lain yang diserahkan untuk
memperoleh investasi tersebut
215
PENGUKURAN INVESTASI
 Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam
bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai nominal
deposito tersebut.
 Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya penyertaan
modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi
harga transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain yang timbul
dalam rangka perolehan investasi tersebut.
 Investasi nonpermanen dalam bentuk pembelian obligasi jangka
panjang dan investasi yang dimaksudkan tidak untuk dimiliki
berkelanjutan, dinilai sebesar nilai perolehannya.
 Investasi nonpermanen yang dimaksudkan untuk penyehatan/
penyelamatan perekonomian, dinilai sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan, misalnya dana talangan dalam rangka penyehatan
perbankan
216
METODE PENILAIAN INVESTASI
a.
Metode biaya;
Investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut
diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya
investasi pada badan usaha/badan hukum yang terkait.
b. Metode ekuitas;
Pemerintah mencatat investasi awal sebesar biaya perolehan dan ditambah
atau dikurangi sebesar bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal
perolehan. Bagian laba kecuali dividen dalam bentuk saham yang diterima
pemerintah akan mengurangi nilai investasi pemerintah. Penyesuaian
terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan
investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat
pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.
c. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan;
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama untuk
kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat.
217
METODE EKUITAS REVISI
b. Metode ekuitas;
Investasi awal dicatat sebesar biaya perolehan.
Dividen yang diterima pemerintah akan dicatat
sebagai pendapatan deviden pada laporan realisasi
anggaran dan laporan operasional. Kenaikan nilai
investasi pada akhir periode akan diakui sebagai
pendapatan pada laporan operasional. Penyesuaian
terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk
mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah,
misalnya adanya perubahan yang timbul akibat
pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.
218
METODE EKUITAS REVISI
• Pada metode ekuitas, nilai investasi dapat berkurang sehingga menjadi negatif
karena kerugian yang diperoleh. Jika akibat kerugian yang dialami, nilai
investasi menjadi negatif, maka investasi tersebut akan disajikan di neraca
sebesar nol, namun nilai negatif tersebut akan diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan. Jika pemerintah memiliki tanggung jawab hukum untuk
menanggung kerugian atas investasi tersebut maka akan diakui kewajiban.
• Pada saat investasi tersebut memperoleh penambahan nilai investasi, maka
penambahan tersebut akan terlebih dahulu mengurangi nilai negatif yang ada
sampai nilai negatif tersebut tidak tersisa, kemudian setelah itu, penambahan
nilai investasi tersebut dapat menambah nilai investasi pada neraca. Hal ini
perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
219
HASIL INVESTASI - REVISI
• Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek,
antara lain berupa bunga deposito, bunga obligasi, dan dividen
tunai (cash dividend), diakui pada saat diperoleh dan dicatat
sebagai pendapatan LRA dan pendapatan LO, sedangkan
pendapatan deviden diakui sebagai pendapatan setelah
diumumkan.
220
HASIL INVESTASI - REVISI
• Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari penyertaan modal
pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya, dicatat
sebagai pendapatan hasil investasi. Sedangkan apabila menggunakan
metode ekuitas, bagian laba berupa dividen tunai yang diperoleh oleh
pemerintah dicatat sebagai pendapatan hasil investasi dan mengurangi nilai
investasi pemerintah. Dividen dalam bentuk saham yang diterima tidak akan
menambah nilai investasi pemerintah.
• Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari penyertaan modal
pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode biaya, dicatat
sebagai pendapatan hasil investasi pada laporan realisasi anggaran dan
laporan operasional. Sedangkan apabila menggunakan metode ekuitas,
bagian laba berupa dividen tunai yang diperoleh oleh pemerintah dicatat
sebagai pendapatan hasil investasi dan mengurangi nilai investasi
pemerintah. Dividen dalam bentuk saham yang diterima tidak akan
menambah nilai investasi pemerintah, sehingga tidak diakui sebagai
pendapatan.
221
INVESTASI BLU REVISI
• Dalam hal investasi dilakukan oleh Badan Layanan Umum,
investasi jangka panjang dicatat menggunakan metode ekuitas.
Jika Badan Layanan Umum memiliki investasi, maka pencatatan
oleh Badan Layanan Umum akan dikonsolidasi. Namun, untuk
tujuan pelaporan instansi pemerintah, Badan Layanan Umum
harus menyediakan laporan keuangan tersendiri.
• Jika investasi pemerintah yang dicatat dengan nilai nominal atau
harga perolehan mengalami penurunan nilai, maa nilai
penuruannya harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
Penurunan nilai terjadi jika nilai tercatat investasi lebih kecil
dibandingkan dengan nilai wajar investasi tersebut.
222
KRITERIA METODE PENILAIAN INVESTASI
a. Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode
biaya;
b. Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan
kurang dari 20% tetapi memiliki pengaruh yang
signifikan menggunakan metode ekuitas;
c. Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode
ekuitas;
d. Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan
metode nilai bersih yang direalisasikan.
223
PENGAKUAN HASIL INVESTASI
Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek, antara
lain berupa bunga deposito, bunga obligasi, dan dividen tunai
(cash dividend), diakui pada saat diperoleh dan dicatat sebagai
pendapatan.
Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari
penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan
metode biaya, dicatat sebagai pendapatan hasil investasi.
Sedangkan apabila menggunakan metode ekuitas, bagian laba
berupa dividen tunai yang diperoleh oleh pemerintah dicatat
sebagai pendapatan hasil investasi dan mengurangi nilai investasi
pemerintah.
Dividen dalam bentuk saham yang diterima tidak akan menambah
nilai investasi pemerintah.
224
PENGUNGKAPAN
Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan
pemerintah berkaitan dengan investasi pemerintah, antara lain:
a. Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
b. Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;
c. Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun
investasi jangka panjang;
d. Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab
penurunan tersebut;
e. Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan
penerapannya;
f. Rekonsiliasi nilai investasi awal dan akhir atas investasi
dengan metode ekuitas;
g. Perubahan pos investasi.
225
JURNAL INVESTASI JANGKA PENDEK
Pada 30 Maret 20X2, Pemerintah Kota Bengawan menempatkan dananya
sebesar 200.000.000 pada deposito berjangka 6 bulan dapat diperpanjang
(ARO) di Bank Amarta, bunga 5%. Pada 30 September 20X2 diterima bunga
deposito 5.000.000. Deposito ini sampai akhir tahun belum dicairkan.
Tanggal
30 Mar
20X2
30 Sep
20X2
31 Des
20X2
30 Mar
20X3
Finansial
Invesasi jangka pendek
Kas
Kas
Pendapatan bunga – LO
Piutang Bunga
Pendapatan bunga – LO
Ksd
Anggaran
200.000.000
Tidak ada jurnal
200.000.000
5.000.000
5.000.000
Perubahan SAL
Pendapatan bunga – LRA
5.000.000
5.000.000
2.500.000
2.500.000
5.000.000
Pendapatan bunga – LO
2.500.000
Piutang bunga
2.500.000
Perubahan SAL
Pendapatan bunga – LRA
5.000.000
5.000.000
JURNAL INVESTASI JANGKA PANJANG-Alternatif
Pada 1 Jan 20X2, Pemerintah Kota Bengawan mengambilalih investasi sebuah
perusahaan swasta (PT. Lawu) menjadi BUMD dengan nilai investasi
8.000.000.000 dengan kepemilikan Pemda sebesar 60%. Selama tahun 20X2
PT. Lawu menghasilkan laba sebesar 800.000.000, hak Pemda 480.000.000
dan membagikan dividen pada 25 Des sebesar 500.000.000 juta, yagn
menjadi hak Pemda 300.000.000
Tanggal
1 Jan
Finansial
Invesasi jangka panjang
Kas
31 Des
Investasi jangka panjang
Pendapatan investasi – LO
15 Maret
Kas
Investasi jangka panjang
Anggaran
8.000.000.000
8.000.000.000
480.000.000
Pengeluaran Pembiayaan
Perubahan SAL
8.000.000.000
8.000.000.000
Tidak ada jurnal
480.000.000
300.000.000
300.000.000
Perubahan SAL
Pendapatan dividen -LRA
Saldo akhir investasi mencerminkan 8.000 + 480 – 300 = 8.180 terjadi
kenaikan investasi 180 karena laba 480 yang menjadi hak Pemda baru 300 yang
dibagikan dalam bentuk dividen
300.000.000
300.000.000
JURNAL INVESTASI JANGKA PANJANG-pelepasan
Pada 1 Juli 20X5 nilai investasi di BUMD di neraca sebesar 5.000.000.000. Pemda
menjual 20%nya dengan harga 1.750.000.000. (asumsi telah dilakukan
pencatatan atas pengakuan laba sampai dengan semester tersebut.
Tanggal
1 Juli
Finansial
Kas
Investasi jangka panjang
Surplus penjualan
investasi
Anggaran
1.750.000.000
1.000.000.000
750.000.000
Perubahan SAL
Penerimaan pembiayaan
dari penjualan investasi
1.750.000.000
1.750.000.000
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PSAP NO. 07
ASET TETAP
RUANG LINGKUP PSAP 07
• PSAP 07 diterapkan untuk seluruh unit pemerintahan yang
menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum dan
mengatur tentang perlakuan akuntansiny, termasuk
pengakuan, penilaian, penyajian dan pengungkapan yang
diperlukan
• PSAP 07 tidak diterapkan untuk:
 Hutan dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui
(regenerative natural resources)
 Kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral,
minyak, gas alam dan sumber daya alam serupa yang tidak
dapat diperbaharuhi (non-regenerative natural resources)
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
230
KLASIFIKASI ASET TETAP
Tanah
 Peralatan dan Mesin
 Gedung dan Bangunan
 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
 Aset Tetap Lainnya
 Konstruksi dalam Pengerjaan

Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
231
PENGAKUAN ASET TETAP


Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan
dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal;
Kriteria suatu aset diakui sebagai aset tetap :






Berwujud;
Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
dan
Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Pengakuan aset tetap akan andal bila aset tetap telah diterima
atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat
penguasaannya berpindah.
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
232
PENGUKURAN ASET TETAP
aset tetap dinilai dengan biaya
perolehan
 Aset tetap yang tidak diketahui harga
perolehannya disajikan dengan nilai
wajar pada saat perolehan

Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
233
PENILAIAN AWAL ASET TETAP
Penilaian awal aset tetap harus diukur
berdasarkan biaya perolehan
 Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa
nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar
nilai wajar pada saat aset tersebut
diperoleh
 Untuk penyusunan neraca awal suatu
entitas, biaya perolehan aset tetap adalah
nilai wajar pada saat neraca awal tersebut
disusun.

Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
234
KOMPONEN BIAYA
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari
harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea
impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung dalam membawa aset tersebut
ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat
bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
235
CONTOH BIAYA YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN SECARA
LANGSUNG
Biaya persiapan tempat
Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan
biaya simpan dan bongkar muat (handling
cost)
Biaya pemasangan (instalation cost)
Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur
Biaya konstruksi
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
236
KOMPONEN BIAYA PEROLEHAN TANAH
 Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan
 Biaya perolehan mencakup:
Harga pembelian atau biaya pembebasan tanah
Biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak
Biaya pematangan, penimbunan, dan
biaya lainnya yang dikeluarkan ,aupun yang masih harus
dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai
Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak
pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut
dimaksudkan untuk dimusnahkan
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
237
KOMPONEN BIAYA PEROLEHAN PERALATAN DAN MESIN
 Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah
pengeluaran yang telah dan yang masih harus dilakukan
untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap
pakai
 Biaya perolehan peralatan dan mesin antara lain meliputi:
Harga pembelian
Biaya pengangkutan
Biaya instalasi
Serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan
mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap
untuk digunakan
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
238
KOMPONEN BIAYA PEROLEHAN GEDUNG DAN
BANGUNAN
Biaya perolehan gedung dan bangunan
menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan dan yang mas masih harus
dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan
bangunan sampai siap pakai
Biaya perolehan gedung dan bangunan antara
lain meliputi:
Harga pembelian atau biaya konstruksi,
Biaya pengurusan IMB, notaris dan pajak
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
239
KOMPONEN BIAYA PEROLEHAN JALAN, IRIGASI
DAN JARINGAN
Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan
menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan dan
masih harus dikeluarkan untuk memperoleh gedung
dan bangunan sampai siap pakai.
Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan antara lain
meliputi:
Biaya perolehan atau biaya konstruksi, dan
Biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan,
irigasi dan jaringan tersebut siap pakai
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
240
KOMPONEN BIAYA PEROLEHAN ASET TETAP LAINNYA
Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan
seluruh biaya yang dikeluarkan dan yang masih
harus dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut
sampai siap pakai
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
241
PENGECUALIAN KOMPONEN BIAYA PEROLEHAN
ASET TETAP
Biaya Administrasi dan biaya umum lainnya
bukan merupakan suatu komponen biaya aset
tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat
diatribusikan secara langsung pada biaya
perolehan aset atau membawa aset ke kondisi
kerjanya.
Biaya permulaan (start-up cost) dan praproduksi serupa tidak merupakan bagian biaya
suatu aset kecuali biaya tersebut perlu untuk
membawa aset ke kondisi kerjanya.
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
242
PEROLEHAN SECARA GABUNGAN
Biaya perolehan dari masing-masing aset
tetap yang diperoleh secara gabungan
ditentukan dengan mengalokasikan harga
gabungan tersebut berdasarkan perbandingan
nilai wajar masing-masing aset yang
bersangkutan.
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
243
PERTUKARAN ASET
 Biaya suatu aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran yang
tidak serupa atau aset lainnya diukur berdasarkan nilai wajar
aset yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat aset
yang dilepas setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas
atau setara kas dan kewajiban lain yang ditransfer/diserahkan.
 Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atas
suatu aset yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa
dan memiliki nilai wajar yang serupa. Suatu aset tetap juga
dapat dilepas dalam pertukaran dengan kepemilikan aset yang
serupa. Dalam keadaan tersebut tidak ada keuntungan dan
kerugian yang diakui dalam transaksi ini. Biaya aset yang baru
diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount) atas
aset yang dilepas.
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
244
ASET DONASI
 Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi)
harus dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.
 Perolehan suatu aset tetap yang memenuhi kriteria
perolehan aset donasi, maka perolehan tersebut diakui
sebagai pendapatan operasional
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
245
PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN
 Pengeluaran setelah perolehan awal suatu
aset tetap yang memperpanjang masa
manfaat atau yang kemungkinan besar
memberi manfaat ekonomi di masa yang
akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu
produksi, atau peningkatan standar kinerja,
harus ditambahkan pada nilai tercatat aset
yang bersangkutan
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
246
PENYUSUTAN



Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu
aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama
masa manfaat aset yang bersangkutan.
Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai
pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban
penyusutan dalam laporan operasional.
Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset
tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik
aset tersebut
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
247
PRASYARAT PENYUSUTAN
(Bultek SAP No. 05)
 Diketahui nilai buku yang dapat disusutkan
 Identifikasi aset yang nilainya menurun.
 Harus diketahui masa manfaatnya
 Diketahui Kondisi yang menyebabkan
penurunan aset tetap (misalnya yang mudah
obsolet)
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
248
METODE PENYUSUTAN



Metode garis lurus (straight line method); atau
Metode saldo menurun ganda (double declining
method); atau
Metode unit produksi (unit of production method)
Metode penyusutan yang digunakan harus dapat
menggambarkan
manfaat
ekonomi
atau
kemungkinan jasa (service potential) yang akan
mengalir ke pemerintah
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
249
Penetapan Masa Manfaat Aset Tetap
• PSAP 07 Par 57 :
Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau
secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari
estimasi sebelumnya, penyusutan periode sekarang dan yang
akan datang harus dilakukan penyesuaian
• Bultek SAP No. 05:
Untuk obyektifitas dalam penetapan masa manfaat aset tetap
(sebagai dasar menentukan metode penyusutan) disarankan
agar penetapannya diusulkan oleh instansi teknis terkait dan
selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
250
PENILAIAN KEMBALI (REVALUATION)

Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada
umumnya tidak diperkenankan karena Standar
Akuntansi Pemerintahan menganut penilaian aset
berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran.
Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan
berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku
secara nasional.

Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat
dibukukan dalam akun ekuitas
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
251
ASET BERSEJARAH



Aset bersejarah merupakan aset tetap yang dimiliki
atau dikuasai oleh pemerintah yang karena umur
dan kondisinya aset tetap tersebut harus dilindungi
oleh peraturan yang berlaku dari segala macam
tindakan yang dapat merusak aset tetap tersebut
Diungkapkan dalam CaLK saja tanpa nilai
Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi
manfaat lainnya kepada pemerintah selain nilai
sejarahnya, misalnya untuk ruang perkantoran.
Untuk kasus tersebut, aset ini akan diterapkan
prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya.
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
252
ASET INFRASTRUKTUR
 Karakteristik aset infrastruktur:
Merupakan bagian dari satu sistem atau jaringan
Sifatnya khusus dan tidak ada alternatof lain
penggunaannya
Tidak dapat dipindah-pindahkan, dan
Terdapat batasan-batasan untuk pelepasannya
 Aset infrastruktur memenuhi definisi aset tetap dan harus
diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada
PSAP No. 07
 Contoh dari aset infrastruktur adalah jaringan, jalan dan
jembatan, sistem pembuangan, dan jaringan komunikasi
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
253
ASET MILITER
 Peralatan militer baik Karakteristik aset infrastruktur:
Merupakan bagian dari satu sistem atau jaringan
Sifatnya khusus dan tidak ada alternatof lain
penggunaannya
Tidak dapat dipindah-pindahkan, dan
Terdapat batasan-batasan untuk pelepasannya
 Aset infrastruktur memenuhi definisi aset tetap dan harus
diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada
PSAP No. 07
 Contoh dari aset infrastruktur adalah jaringan, jalan dan
jembatan, sistem pembuangan, dan jaringan komunikasi
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
254
PENGHENTIAN/PELEPASAN
• Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika
dilepaskan atau bila aset secara permanen
dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat
ekonomi masa yang akan datang.
• Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau
dilepas harus dieliminasi dari Neraca dan
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
• Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif
pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan
harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan
nilai tercatatnya.
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
255
PENGUNGKAPAN
Laporan Keuangan harus mengungkapkan untuk masingmasing jenis aset tetap sbb:
(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying
amount);
(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
(1)
(2)
(3)
(4)
Penambahan;
Pelepasan;
Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
Mutasi aset tetap lainnya.
(c) Informasi penyusutan, meliputi:
(1)
(2)
(3)
(4)
Nilai penyusutan;
Metode penyusutan yang digunakan;
Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
256
PENGUNGKAPAN
Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:
(a) Eksistensi dan batasan hak milik atas aset
tetap;
(b) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang
berkaitan dengan aset tetap;
(c) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap
dalam konstruksi; dan
(d) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
257
JURNAL PEROLEHAN ASET
Pada 1 Juli 20X2 SKPD ABC membeli tanah dengan harga 850juta ditambah
biaya untuk pengurusan surat-surat kepemilikan sebesar 50juta, LS.
Pada 1 Juli 20X2 SKPD ABC membeli tanah dan bangunan dengan harga
1.000juta. Nilai tanah dan bangunan jika dijual terpisah nilai tanah 480juta
dan bangunan 720 juta, LS.
Tanggal
1 Juli
Finansial
Tanah
850.000.000
R/K PPKD
1 Juli
Anggaran
850.000.000
Tanah
400.000.000
Bangunan
600.000.000
Pendapatan bunga – LO
Belanja modal
Perubahan SAL
Belanja modal
Perubahan SAL
850.000.000
850.000.000
1.000.000.000
1.050.000.000
10.000.000
Nilai tanah 480 / (480+720) x 1.000 = 400juta
Nilai bangunan 720 / (480+720) x 1.000 = 600 juta
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
258
JURNAL DEPRESIASI ASET
Pada 1 Juli 20X2 SKPD ABC mengakui dan menghitung depresiasi.
Bangunan nilai perolehan 6.000 juta disusutkan 20 tahun.
Kendaraan 800 juta disusutkan 8 tahun, peralatan A 400juta
disusutkan 8 tahun dan peralatan B 200 juta disusutkan 4 tahun.
Penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus
Tanggal
1 Juli
Finansial
Beban depresiasi
Akumulasi Depresiasi
Anggaran
140.000.000
Tidak ada jurnal
140.000.000
Bangunan 6.000 / 20 x 6/12 = 30juta
Kendaraan 800 / 8 x 6/12 = 50
Peralatan A 480 / 8 x 6/12 = 30
Peralatan B 240 / 4 x 6/12 = 30
TOTAL 140juta
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
259
JURNAL PENJUALAN ASET
Pada 30 Desember 20X2 SKPD ABC menjual kendaraan
dengan harga 40 juta. Kendaraan tersebut dibeli 10 tahun
yang lalu dengan harga 200juta, telah disusutkan semua
sehingga nilai buku 0.
Tanggal
30 Des
Finansial
Anggaran
Kas
40.000.000
Akumulasi Depresiasi
200.000.000
Kendaraan
Surplus penjualan
kendaraan
Perubahan SAL
40.000.000
Pendapatan lain-lain
40.000.000
200.000.000
40.000.000
Kendaraan nilai buku 0, 40 juta adalah surplus penjualan kendaraan.
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
260
JURNAL PENJUALAN ASET
Pada 30 Desember 20X2 SKPD ABC menjual peralatan
dengan harga 30 juta. Peralatan harga perolehan 80juta,
telah didepresiasikan 4 tahun (dari 8 tahun masa mafaat),
nilai buku tersisa 40 juta.
Tanggal
30 Des
Finansial
Anggaran
Kas
30.000.000
Akumulasi Depresiasi
40.000.000
Defisit penjualan
peralatan
10.000.000
Peralatan
Perubahan SAL
Pendapatan lain-lain
10.000.000
10.000.000
80.000.000
Peralatan nilai buku 20 juta. Defisit penjualan peralatan 30 – 40 = (10)
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
261
JURNAL PENGHAPUSAN ASET
Pada 30 Desember 20X2 SKPD ABC melakukan
penghapusan peralatan yang hilang karena banjir besar
yang terjadi pada tahun tersebut. Nilai aset yang
dihapuskan sebesar 400juta dengan akumulasi depreasiasi
300juta. Penghapusan aset dilakukan dengan mengikuti
prosedur penghapusan sesuai dengan regulasi yang
berlaku.
Tanggal
30 Des
Finansial
Anggaran
Akumulasi Depresiasi
300.000.000
Defisit penghapusan
peralatan
100.0000.000
Peralatan
Tidak ada jurnal
400.000.000
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
262
JURNAL PENERIMAAN HIBAH ASET
Pada 30 Juni 20X2 SKPD ABC menerima kendaraan senilai
200juta hibah dari sebuah perusahaan. Kendaraan tersebut
didepresiasikan selama 8 tahun.
Tanggal
30 Juni
Finansial
Kendaraan
Pendapatan hibah LO
31 Des
Beban Depresiasi
Akumulasi Depresiasi
Anggaran
200.000.000
Tidak ada jurnal
200.000.000
12.500.000
Tidak ada jurnal
12.500.000
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
263
JURNAL PENYELESAIAN KDP
Pada 30 Juni 20X2 SKPD ABC menyelesaikan KDP berbentuk
gedung yang telah dibangun mulai tahun 20X0. Saldo KDP pada 1
Januari 20X2 sebesar 800juta. Penyelesaian KDP di tahun 20X2
sebesar 200juta. Gedung didepresiasikan 20 tahun.
Tanggal
30 Juni
Finansial
KDP
Kas
30 Juni
Bangunan
KDP
31 Des
Beban Depresiasi
Akumulasi Depresiasi
Anggaran
200.000.000
200.000.000
1.000.000.000
Belanja Modal
Perubahan SAL
200.000.000
200.000.000
Tidak ada jurnal
1.000.000.000
25.000.000
Tidak ada jurnal
25.000.000
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
264
JURNAL REVALUASI ASET
Pada 30 Desember 20X2 SKPD ABC melakukan revaluasi bangunan
karena berdasarkan hasil pemeriksaan, bangunan tersebut nilainya
tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Nilai bangunan
tersebut saat ini 400juta dan akumulasi depresiasi 400juta. Hasil
penilaian menyatan nilai bangunan tersebut 200juta. Bangunan hasil
revaluasi diyakini masih memiliki masa manfaat 10 tahun ke depan
Tanggal
30 Des
Finansial
Akumulasi depresiasi
Ekuitas
Anggaran
200.000.000
Tidak ada jurnal
200.000.000
METODE Eliminasi
30 Des
Akumulasi depresiasi
Bangunan
Bangunan
Ekuitas
400.000.000
Tidak ada jurnal
400.000.000
200.000.000
200.000.000
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
265
KLASIFIKASI ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi Dalam Pengerjaan
266
KASUS-KASUS KEPEMILIKAN TANAH
Bultek
1
Dikuasai dan/atau digunakan
oleh pemerintah namun belum
ada bukti kepemilikan yang sah
 Tanah tersebut tetap harus dicatat dan
disajikan sebagai aset tetap tanah pada
neraca pemerintah.
 Diungkapkan secara memadai dalam CaLK
2
Tanah dimiliki oleh pemerintah,
namun dikuasai dan/atau
digunakan oleh pihak lain
 Tanah tersebut tetap harus dicatat dan
disajikan sebagai aset tetap tanah pada
neraca pemerintah
 Diungkapkan secara memadai dalam CaLK
bahwa tanah tersebut dikuasai pihak lain
3
Tanah dimiliki oleh suatu entitas
pemerintah, namun dikuasai
dan/atau digunakan oleh entitas
pemerintah yang lain


Dicatat dan disajikan pada neraca entitas
pemerintah yang mempunyai bukti
kepemilikan, serta diungkapkan di CaLK.
Entitas pemerintah yang menguasai dan/atau
menggunakan tanah cukup mengungkapkan
tanah tersebut secara memadai dalam CaLK
4
Perlakuan tanah yang masih dalam
sengketa atau proses pengadilan
=
1
dan
2
TANAH WAKAF
Bultek
• Tanah yang digunakan/dipakai oleh
instansi pemerintah yang berstatus tanah
wakaf tidak disajikan dan dilaporkan
sebagai aset tetap tanah pada neraca
pemerintah, melainkan cukup diungkapkan
secara memadai pada CaLK.
Bultek
Renovasi
aset tetap
milik sendiri
• Merupakan perbaikan aset tetap dilingkungan satuan kerja pada K/L yang
memenuhi syarat kapitalisasi.
• Dicatat sebagai penambah nilai perolehan aset tetap terkait.
• Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut belum selesai
dikerjakan, atau sudah selesai pengerjaannya namun belum
diserahterimakan, maka akan dicatat sebagai KDP
Renovasi aset
tetap bukan
milik-dalam
lingkup
entitas
pelaporan
• Apabila renovasi telah selesai sebelum tanggal pelaporan akan dibukukan
sebagai aset tetap lainnya-aset renovasi dan disajikan di neraca sebagai
kelompok aset tetap.
• Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut belum selesai
dikerjakan, atau sudah selesai pengerjaannya namun belum
diserahterimakan, maka akan dicatat sebagai KDP.
• Pada akhir tahun anggaran, aset renovasi ini seyogyanya diserahkan pada
pemilik
Renovasi aset
tetap bukan
milik-di luar
lingkup
entitas
pelaporan
• Apabila renovasi telah selesai dilakukan sebelum tanggal pelaporan akan
dibukukan sebagai aset tetap lainnya-aset renovasi dan disajikan di neraca
sebagai kelompok aset tetap.
• Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut belum selesai
dikerjakan, atau sudah selesai pengerjaannya namun belum
diserahterimakan, maka akan dicatat sebagai KDP.
• Pada akhir masa perjanjian pinjam pakai atau sewa, aset renovasi ini
seyogyanya diserahkan pada pemilik
REKLASIFIKASI ASET TETAP
Bultek
 Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif
pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan
harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan
nilai tercatatnya.
 Contoh: Aset Tetap yang rusak berat dan akan
dihapuskan
 Reklasifikasi aset tetap ke aset lainnya dapat
dilakukan sepanjang waktu, tidak tergantung periode
laporan.
ASET TETAP KERJASAMA
Bultek
• Aset tetap dapat dikerjasamakan dengan pihak lain.
• Dipengaruhi bentuk kontrak, aset diakui jika sudah
diserahterimakan, diberikan penjelasan jika aset
tersebut dalam kerjasama.
• Kerjasama dapat berbentuk pemakaian aset,
pengelolaan operasi bersama atau pengelolaan
entitas.
• Terkait aset  aset tetap,
pengelolaan entitas  investasi
ASET TETAP KERJASAMA
• Bentuk kerjasama:
– BTO  Built Transfer Operate, Bangun Serah Operasi
• Dibangun mitra, setelah selesai aset diserahkan,
• Mitra atau pemerintah mengoperasikan
• Aset diakui saat penyerahan, diberikan klasifikasi khusus aset kerjasama dan
dicatat utang sebesar nilai kini pembayaran di masa depan .
• Setelah kontrak selesai, dikembalikan menjadi aset tetap
– BOT  Built Operate Transfer, Bangun Operasi Serah
• Dibangun mitra, setelah selesai digunakan sampai akhir kontrak, baru
diserahkan
• Mitra mengoperasikan, pemerintah memperoleh pendapatan
• Aset diakui setelah penyerahan,, selama kontrak bangunan tidak diakui, tanah
diklasifikasikan aset kerjasama,.
• Setelah kontrak selesai tanah dan bangunan yang diserahkan akan
direklasifikasikan menjadi aset tetap.
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PSAP NO. 08
AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM
PENGERJAAN
27
3
DEFINISI


KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN adalah aset-aset
yang sedang dalam proses pembangunan.
KONTRAK KONSTRUKSI adalah perikatan yang
dilakukan secara khusus untuk konstruksi suatu
aset atau suatu kombinasi yang berhubungan erat
satu sama lain atau saling tergantung dalam hal
rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan atau
penggunaan utama.
274
CAKUPAN KONSTRUKSI DALAM
PENGERJAAN (KDP)





Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, irigasi dan Jaringan
Aset tetap lainnya
yang proses perolehannya dan/atau
pembangunannya membutuhkan suatu
periode tertentu dan belum selesai
275
CAKUPAN KONTRAK KONSTRUKSI
kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan
langsung dengan perencanaan konstruksi aset,
seperti jasa arsitektur;
b. kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset;
c. kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan
langsung dengan pengawasan konstruksi aset yang
meliputi manajemen konstruksi dan value
engineering;
d. kontrak untuk membongkar atau merestorasi aset
dan restorasi lingkungan.
a.
276
PENYATUAN DAN SEGMENTASI KONTRAK
KONSTRUKSI
Jika kontrak konstruksi mencakup sejumlah aset,
konstruksi dari setiap aset diperlakukan sebagai suatu
kontrak konstruksi yang terpisah jika:
 Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;
 Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dan
kontraktor serta pemberi kerja dapat menerima atau
menolak bagian kontrak yang berhubungan dengan
masing-masing aset tersebut;
 Biaya masing-masing aset dapat diidentifikasikan.
277
PENYATUAN DAN SEGMENTASI KONTRAK
KONSTRUKSI
Suatu kontrak dapat berisi klausul yang memungkinkan
konstruksi aset tambahan atas permintaan pemberi kerja atau
dapat diubah sehingga konstruksi aset tambahan dapat
dimasukkan ke dalam kontrak tersebut. Konstruksi tambahan
diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi jika:
a) Aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam
rancangan, teknologi, atau fungsi dengan aset yang tercakup
dalam kontrak semula; atau
b) Harga aset tambahan tersebut ditetapkan tanpa
memperhatikan harga kontrak semula
278
PENGAKUAN KDP
Suatu benda berwujud diakui sebagai KDP jika:
 besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa
yang akan datang berkaitan dengan aset tersebut
akan diperoleh;
 biaya perolehan tersebut dapat diukur secara
andal; dan
 aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
279
PENGUKURAN BIAYA KONSTRUKSI
 Secara Swakelola, al:
 biaya yang berhubungan langsung dengan konstruksi;
 biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada
umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut;
 biaya lain yang secara khusus dibebankan sehubungan
konstruksi ybs.
 Secara Kontrak:
 Termin yang telah dibayarkan;
 Kewajiban yang msh harus dibayar;
 Pembayaran klaim kepada kontraktor/pihak ketiga,
misalnya klaim karena keterlambatan yang disebabkan
oleh pemberi kerja
280
KAPITALISASI BIAYA PINJAMAN
• Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman
yang timbul selama masa konstruksi dikapitalisasi dan
menambah biaya konstruksi, sepanjang biaya tersebut dapat
diidentifikasikan dan ditetapkan secara andal.
• Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi tidak boleh
melebihi jumlah biaya bunga yang dibayar dan yang masih
harus dibayar pada periode yang bersangkutan.
• Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai beberapa jenis
aset yang diperoleh dalam suatu periode tertentu, biaya
pinjaman periode yang bersangkutan dialokasikan ke masingmasing konstruksi dengan metode rata-rata tertimbang atas
total pengeluaran biaya konstruksi.
281
KAPITALISASI BIAYA PINJAMAN
• Apabila kegiatan pembangunan konstruksi dihentikan
sementara tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat force
majeur maka biaya pinjaman yang dibayarkan selama masa
pemberhentian
sementara
pembangunan
konstruksi
dikapitalisasi.
• Kontrak konstruksi yang mencakup beberapa jenis pekerjaan
yang penyelesaiannya jatuh pada waktu yang berbeda-beda,
maka jenis pekerjaan yang sudah selesai tidak diperhitungkan
biaya pinjaman. Biaya pinjaman hanya dikapitalisasi untuk
jenis pekerjaan yang masih dalam proses pengerjaan.
282
PENYAJIAN KDP
Konstruksi dalam Pengerjaan disajikan dalam
Neraca masuk dalam kelompok Aset Tetap
(Konstruksi Dalam Pengerjaan biasanya merupakan
aset yang dimaksudkan digunakan untuk operasional
pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam
jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan
dalam aset tetap.
283
PENGUNGKAPAN KDP
Entitas harus mengungkapkan informasi mengenai KDP
pada akhir periode akuntansi:
 Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut
tingkat penyelesaian dan jangka waktu penyelesaian
 Nilai kontrak konstruksi dan sumber pendanaannya
 Jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan yang masih
harus dibayar
 Uang muka kerja yang diberikan
 Retensi
284
PENYELESAIAN KDP
 KDP akan dipindahkan ke pos aset tetap yang
bersangkutan jika konstruksi secara substansi telah
selesai dikerjakan dan konstruksi tersebut telah dapat
memberikan manfaat/jasa sesuai tujuan perolehan
 Dokumen sumber untuk pengakuan penyelesaian suatu
KDP adalah Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan
(BAPP).
PENGHENTIAN KDP
No.
Pembangunan Aset
Berita Acara
Penyelesaian
Pekerjaan (BAPP)
Pemanfaatan
Aset
Penyajian
1.
Selesai
Sudah diperoleh
Sudah
dimanfaatkan
Aset Tetap
2.
Selesai
Sudah diperoleh
Belum
dimanfaatkan
Aset Tetap
3.
Selesai
Belum diperoleh
Sudah
dimanfaatkan
KDP
4.
Selesai sebagian
Belum diperoleh
Sebagian sudah
dimanfaatkan
KDP
5.
Selesai sebagian, karena sebab tertentu (misalnya terkena
bencana alam/force majeur) aset tersebut hilang, maka
penanggung jawab aset tersebut membuat pernyataan hilang
KDP dapat
dihapuskan
6.
Belum selesai
KDP
BAST sudah ada
-
PENGHENTIAN KDP
 Apabila dihentikan pembangunannya untuk sementara
waktu, maka KDP tersebut tetap dicantumkan ke dalam
neraca dan kejadian ini diungkapkan secara memadai
dalam CaLK.
 KDP diniatkan untuk dihentikan pembangunannya secara
permanen maka KDP tersebut harus dieliminasi dari
neraca dan kejadian ini diungkapkan secara memadai
dalam CaLK.
ILUSTRASI JURNAL KDP
Pada 30 Desember 20X0 SKPD ABC melakukan pengeluaran untuk KDP berbentuk
gedung sebesar 700juta. Pada 30 Desember 20X1 pengeluaran untuk pembangunan
sebesar 500juta. Pada 30 Juni pengeluaran 300 juta dan gedung diserahterimakan
dan mulai digunakan. Depresiasi 20 tahun.
Tanggal
30/12/20X0
KDP
Anggaran
JURNALFinansial
PENGELUARAN & PENYELESAIAN
KDP
Kas
30/12/20X1
KDP
Kas
30/6/20X2
KDP
Kas
30/6/20X2
Aset Tetap
KDP
31/12/20X2
Beban dep.
Ak. Dep
700.000.000
700.000.000
500.000.000
500.000.000
300.000.000
300.000.000
1.400.000.000
Belanja Modal
Perubahan SAL
Belanja Modal
Perubahan SAL
Belanja Modal
Perubahan SAL
Tidak ada jurnal
1.400.000.000
75.000.000
75.000.000
Tidak ada jurnal
700.000.000
700.000.000
500.000.000
500.000.000
300.000.000
300.000.000
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PSAP NO. 09
AKUNTANSI KEWAJIBAN
28
9
KEWAJIBAN
Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan
aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah
290
KLASIFIKASI KEWAJIBAN


Kewajiban Jangka Pendek : Diharapkan dibayar dalam
waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan
Kewajiban Jangka Panjang : diselesaikan dalam waktu
lebih dari 12 bulan.
291
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 12 bulan
berikutnya tetap diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang jika :
– jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12
bulan
– entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance)
kewajiban tersebut atas dasar jangka panjang
– maksud tersebut didukung dengan adanya suatu
perjanjian pendanaan kembali (refinancing), atau adanya
penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang
diselesaikan sebelum Laporan Keuangan disetujui
292
PENGAKUAN KEWAJIBAN
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan
bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi
akan dilakukan untuk menyelesaikan
kewajiban yang ada sampai saat pelaporan,
dan perubahan atas kewajiban tersebut
mempunyai nilai penyelesaian yang dapat
diukur dengan andal
293
PENGAKUAN KEWAJIBAN
Kewajiban diakui pada saat dana
pinjaman diterima oleh pemerintah atau
dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan
kesepakatan, dan/atau pada saat
kewajiban timbul.
294
PENGUKURAN KEWAJIBAN
 Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal
 Kewajiban dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata
uang rupiah
 Penjabaran mata uang asing menggunakan
kurs tengah bank sentral pada tanggal
neraca
295
UTANG KEPADA PIHAK KETIGA
• Pada saat pemerintah menerima hak atas barang,
termasuk barang dalam perjalanan yang telah menjadi
haknya, pemerintah harus mengakui kewajiban atas
jumlah yang belum dibayarkan untuk barang tersebut
• Jumlah kewajiban yang disebabkan transaksi antar unit
pemerintahan harus dipisahkan dengan kewajiban
kepada unit nonpemerintahan
296
UTANG TRANSFER
• Merupakan kewajiban suatu entitas pelaporan
untuk melakukan pembayaran kepada entitas
lain sebagai akibat ketentuan perundangundangan
• Diakui dan dinilai sesuai dengan peraturan yang
berlaku
297
UTANG BUNGA
• Utang bunga atas utang pemerintah harus
dicatat sebesar biaya bunga yang telah terjadi
dan belum dibayar
• Bunga dimaksud dapat berasal dari utang
pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri
• Utang bunga atas utang pemerintah yang belum
dibayar harus diakui pada setiap akhir periode
pelaporan sebagai bagian dari kewajiban yang
berkaitan
298
UTANG PFK
Pada akhir periode pelaporan, saldo
pungutan/potongan berupa PFK yang
belum disetorkan kepada pihak lain
harus dicatat pada laporan keuangan
sebesar jumlah yang masih harus
disetorkan
299
BAGIAN LANCAR UTANG JANGKA PANJANG
Nilai yang dicantumkan dalam
laporan keuangan untuk bagian
lancar utang jangka panjang adalah
jumlah yang akan jatuh tempo dalam
waktu 12 bulan setelah tanggal
pelaporan
300
PERUBAHAN VALUTA ASING
• Utang pemerintah dalam mata uang asing dicatat
dengan menggunakan kurs tengah bank sentral saat
terjadinya transaksi
• Pada setiap tanggal neraca pos utang pemerintah
dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata
uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank
sentral pada tanggal neraca
• Selisih penjabaran pos utang pemerintah dalam mata
uang asing antara tanggal transaksi dan tanggal
neraca dicatat sebagai kenaikan atau penurunan
ekuitas periode berjalan
301
PENYELESAIAN KEWAJIBAN SEBELUM JATUH TEMPO
Untuk sekuritas utang pemerintah yang
diselesaikan sebelum jatuh tempo :
– karena adanya fitur untuk ditarik oleh penerbit
(call feature) dari sekuritas tersebut ; atau
– karena memenuhi persyaratan untuk
penyelesaian oleh permintaan pemegangnya
– selisih antara harga perolehan kembali dan nilai
tercatat netonya disajikan pada laporan
operasional, harus diungkapkan pada CaLK
sebagai bagian dari pos kewajiban yang berkaitan
302
TUNGGAKAN
• Adalah jumlah tagihan yang telah jatuh tempo
namun pemerintah tidak mampu untuk membayar
jumlah pokok dan/atau bunganya sesuai jadwal
• Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus
disajikan dalam bentuk Daftar Umur (aging schedule)
Kreditur pada CaLK sebagai bagian pengungkapan
kewajiban
303
RESTRUKTURISASI UTANG
• Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi
persyaratan utang, debitur harus mencatat dampak
restrukturisasi
secara
prospektif
sejak
saat
restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah
nilai tercatat utang pada saat restrukturisasi kecuali jika
nilai tercatat tersebut melebihi jumlah pembayaran kas
masa depan yang ditetapkan dengan persyaratan baru.
• Informasi restrukturisasi harus diungkap pada CaLK
304
PENGHAPUSAN UTANG
• Pembatalan secara sukarela tagihan oleh kreditur kepada
debitur
• Diselesaikan melalui penyerahan aset kas maupun nonkas
dengan nilai utang di bawah nilai tercatat
 Jika dengan aset kasdebitur harus mengurangi nilai tercatat
utang ke jumlah yang sama dengan jumlah pembayaran kas
masa depan sesuai persyaratan baru
 Jika dengan aset nonkasdebitur harus melakukan penilaian
kembali aset nonkas ke nilai wajarnya kemudian mengurangi
nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan jumlah
pembayaran kas masa depan sesuai persyaratan baru
• Penilaian kembali aset akan menghasilkan perbedaan
antara nilai wajar dan nilai aset yang dialihkan kepada
kreditur
• Diungkapkan dalam CaLK
305
BIAYA-BIAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN UTANG PEMERINTAH
• Biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul dalam kaitan dengan peminjaman
dana :
bunga dan provisi
 commitment fee
amortisasi diskonto atau premium
amortisasi kapitalisasi biaya terkait pinjaman (biaya konsultan, ahli hukum,
dll)
perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing
• Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan
atau produksi suatu aset tertentu (qualifying asset) harus dikapitalisasi sebagai
bagian dari biaya perolehan aset tertentu tersebut
• Apabila suatu dana pinjaman tidak secara khusus digunakan untuk perolehan
aset maka biaya pinjaman yang dikapitalisasi ke aset tertentu dihitung
berdasarkan rata-rata tertimbang atas akumulasi biaya seluruh aset tertentu yg
berkaitan selama periode pelaporan
306
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
• Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk
daftar skedul utang
• Informasi yang harus disajikan dalam CaLK :
(a) Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang berdasarkan
pemberi pinjaman
(b) Jumlah saldo kewajiban utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas dan
jatuh temponya
(c) Bunga pinjaman yang berlaku
(d) Konsekuensi penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo
(e) Perjanjian restrukturisasi utang (pengurangan pinjaman, modifikasi
persyaratan utang, pengurangan tingkat bunga pinjaman, pengunduran jatuh
tempo pinjaman, pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman, pengurangan
jumlah bunga terutang)
(f) Jumlah tunggakan pinjaman daftar umur utang berdasarkan kreditur
(g) Biaya pinjaman (perlakuan,jumlah yang dikapitalisasi,tingkat kapitalisasi)
307
ILUSTRASI
• Kota Bengawan mengadakan suatu kontrak konstruksi bangunan
dengan PT AK pada tahun 20X2 dengan nilai kontrak
Rp1.000.000.000 dan diperkirakan akan diselesaikan
pembangunannya pada 31 Nopember 20X2 dengan 2 termijn
pembayaran. Tanggal 30 Nopember 20X2 pembangunan termin
pertama telah selesai dan telah diserahterimakan senilai Rp
300.000.000, tetapi dikarenakan sesuatu hal, Pemerintah Kota
Bengawan belum membayar tagihan PT AK. Pada 31 Desember
20X2 dicapai kesepakatan antara Pemerintah Kota Bengawan
dengan PT AK, pembayaran termin pertama dilakukan pada 1
Maret 20X2 dan termin kedua akan dibayar 1 Maret 20X3. Misal
tgl 1 Maret 20X3 dan 20X4 pembayaran dilakukan tepat waktu
dan penyelesaian termin kedua terjadi 30 Desember 20X3.
Bangunan disusutkan 20 tahun.
308
ILUSTRASI
Tanggal
30 Nop 20X2
Finansial
KDP
Utang
1 Mar 20X3
Utang
Kas
30 Des 20X3
KDP
Utang
30 Des 20X3
Bangunan
KDP
1 Mar 20X4
Utang
Kas
31 Des 20X4
Beban Depresiasi
Akumulasi Depresiasi
Anggaran
300.000.000
Tidak ada jurnal
300.000.000
300.000.000
300.000.000
700.000.000
Belanja Modal
Perubahan SAL
300.000.000
300.000.000
Tidak ada jurnal
700.000.000
1.000.000.000
Tidak ada jurnal
1.000.000.000
700.000.000
700.000.000
50.000.000
Belanja Modal
Perubahan SAL
700.000.000
700.000.000
Tidak ada jurnal
50.000.000
309
ILUSTRASI UTANG
Pada 30 Desember 20X2 SKPD ABC menerima penagihan atas
kegiatan pemeliharaan rutin AC 10.000.000. Kegiatan telah
diselesaikan Namun tagihan diterima setelah tutup anggaran
sehingga tidak dapat dikeluarkan kas untuk membayar kegiatan
tersebut. Kas baru dibayarkan pada 13 Januari 20X3
Tanggal
30 Des
Finansial
Beban pemeliharaan
Utang
13 Jan
Utang
Kas
Anggaran
200.000.000
Tidak ada jurnal
200.000.000
10.000.000
10.000.000
Belanja pemeliharaan
Perubahan SAL
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
10.000.000
10.000.000
310
ILUSTRASI UTANG
Pada 1 April 20X2 Kota Bengawan menerima utang dari Luar Negeri
5.000.000.000 untuk pengembangan jaringan transportasi yang dapat
menunjang industri di kota tersebut. Utang tersebut berbunga rendah 4% per
tahun. Bunga dibayar setiap tanggal 1 April dan pembayaran akan dilakukan
setelah 5 tahun selama 5 kali angsuran.
Tanggal
1 April 20X2
Finansial
Kas
Utang
31 Des 20X3
Beban bunga
Utang bunga
1 Des 20X3
Anggaran
5.000.000.000
5.000.000.000
150.000.000
Penerimaan pembiayaan
- utang jangka panjang
5.000.000.000
5.000.000.000
Tidak ada jurnal
150.000.000
Utang bunga
150.000.000
Beban bunga
50.000.000
Kas
Perubahan SAL
Belanja bunga
Perubahan SAL
200.000.000
200.000.000
200.000.000
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
311
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PSAP NO. 10
KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN
KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN
ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI
YANG TIDAK DILANJUTKAN
31
2
TUJUAN
Mengatur perlakuan akuntansi atas:
 Koreksi Kesalahan Akuntansi dan Pelaporan
Laporan Keuangan
 Perubahan Kebijakan Akuntansi
 Perubahan
Estimasi Akuntansi
.
 Operasi yang Tidak Dilanjutkan
313
RUANG LINGKUP
Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu
entitas harus menerapkan Pernyataan Standar ini untuk
melaporkan pengaruh kesalahan, perubahan kebijakan
akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan operasi yang
tidak dilanjutkan dalam Laporan Realisasi Anggaran, laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas,
dan Catatan atas laporan Keuangan.
314
RUANG LINGKUP
 Pernyataan standar ini berlaku untuk entitas
pelaporan dalam menyusun laporan keuangan yang
mencakup laporan keuangan semua entitas
akuntansi, termasuk Badan Layanan Umum, yang
berada di bawah pemerintah pusat/daerah
315
KOREKSI KESALAHAN


Jumlah koreksi yang berhubungan dengan
periode sebelumnya harus dilaporkan dengan
menyesuaikan baik Saldo Anggaran Lebih
maupun saldo ekuitas
Koreksi yang berpengaruh material pada
periode berikutnya harus diungkapkan pada
catatan atas laporan keuangan
316
KOREKSI KESALAHAN

Kesalahan yang tidak berulang
 Terjadi pada periode berjalan
 Terjadi pada periode sebelumnya

Kesalahan yang berulang dan sistemik
 Kesalahan yang disebabkan sifat alamiah
(normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu
yang diperkirakan akan terjadi secara
berulang
317
KOREKSI KESALAHAN (par 12)



Tidak berulang
Terjadi pada periode berjalan
Mempengaruhi maupun tidak
mempengaruhi posisi kas
Pembetulan pada akun yang
bersangkutan dalam periode
berjalan
baik akun pendapatan-LRA atau
akun belanja maupun akun
pendapatan-LO atau akun beban
318
KOREKSI KESALAHAN (par 13)
–
–
–
–
Tidak berulang
Terjadi pada periode-periode sebelumnya
Mempengaruhi posisi kas
Laporan keuangan periode tersebut belum terbit
Pembetulan pada akun
pendapatan-LRA atau akun
belanja maupun akun
pendapatan-LO atau akun beban
periode yang bersangkutan
319
KOREKSI KESALAHAN ATAS BELANJA (par 14)




Tidak berulang
Terjadi pada periode sebelumnya
Mempengaruhi posisi kas (menambah/mengurang saldo kas)
Laporan keuangan sudah terbit
Menambah
kas
Mengurangi
Kas
Pembetulan pada akun
pendapatan lain-lain-LRA
pembetulan pada akun
Saldo Anggaran Lebih
320
KOREKSI KESALAHAN ATAS
PEROLEHAN ASET SELAIN KAS (par 16)




Tidak berulang
Terjadi pada periode sebelumnya
Mempengaruhi posisi kas(menambah/mengurang posisi kas)
Laporan keuangan periode tersebut sudah terbit.
Pembetulan pada akun kas dan
akun aset yang bersangkutan
321
KOREKSI KESALAHAN ATAS BEBAN (par 18)
 Tidak berulang
 Terjadi pada periode sebelumnya
 Mempengaruhi posisi kas dan tidak mempengaruhi
posisi aset selain kas
 Laporan keuangan periode tersebut sudah terbit
Pengurangan
Beban
Penambahan
Beban
Pembetulan pada akun
pendapatan lain-lain-LO
pembetulan pada akun
Ekuitas
322
KOREKSI KESALAHAN ATAS PENDAPATAN-LRA (par 20)
 Tidak berulang
 Terjadi pada periode sebelumnya
 Mempengaruhi posisi kas(menambah/mengurang
saldo kas)
 Laporan keuangan sudah terbit.
Pembetulan pada akun kas dan
akun Saldo Anggaran Lebih
323
KOREKSI KESALAHAN ATAS PENERIMAAN
PENDAPATAN-LO (par 22)
 Tidak berulang
 Terjadi pada periode sebelumnya
 Mempengaruhi posisi kas(menambah/mengurang
saldo kas)
 Laporan keuangan sudah terbit.
Pembetulan pada akun
Kas dan akun Ekuitas
324
KOREKSI KESALAHAN ATAS PENERIMAAN & PENGELUARAN
PEMBIAYAAN (par 24)
 Tidak berulang
 Terjadi pada periode sebelumnya
 Mempengaruhi posisi
kas(menambah/mengurang saldo kas)
 Laporan keuangan sudah terbit.
Pembetulan pada akun kas dan
akun Saldo Anggaran Lebih
325
KOREKSI KESALAHAN ATAS PENCATATAN KEWAJIBAN (par 27)
 Tidak berulang
 Terjadi pada periode sebelumnya
 Mempengaruhi posisi kas(menambah/mengurang
saldo kas)
 Laporan keuangan sudah terbit.
Pembetulan pada akun kas dan
kewajiban yang bersangkutan
326
KOREKSI KESALAHAN (par 32)




Tidak berulang
Terjadi pada periode-periode sebelumnya
Tidak mempengaruhi posisi kas
Sebelum maupun setelah laporan keuangan terbit
Pembetulan pada akun-akun neraca terkait
pada periode kesalahan ditemukan
327
KOREKSI KESALAHAN (par 34)
 Kesalahan berulang dan sistemik tidak perlu koreksi
hanya dicatat pada saat terjadi pengeluaran kas untuk
mengembalikan kelebihan pendapatan dengan
mengurangi pendapatan-LRA maupun pendapatan-LO
yang bersangkutan
 Koreksi kesalahan periode-periode yang lalu yang
mempengaruhi posisi kas dilaporkan dalam Laporan
Arus Kas tahun berjalan pada aktivitas yang
bersangkutan
 Koreksi kesalahan diungkapkan pada CALK
328
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
 Kebijakan
akuntansi adalah prinsip-prinsip,
dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan,
dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh
suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan (par 4)
 Perubahan kebijakan akuntansi harus disajikan
pada Laporan Perubahan Ekuitas dan
diungkapkan dalam CALK (par 42)
329
PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI
 Perubahan Estimasi adalah revisi estimasi karena perubahan
kondisi yang mendasari estimasi tersebut, atau karena terdapat
informasi baru, pertambahan pengalaman dalam mengestimasi,
atau perkembangan lain (par 4)
 Pengaruh atau dampak perubahan estimasi akuntansi disajikan
pada Laporan Operasional pada periode perubahan dan periode
selanjutnya sesuai sifat perubahan. Sebagai contoh, perubahan
estimasi masa manfaat aset tetap berpengaruh pada LO tahun
perubahan dan tahun-tahun selanjutnya selama masa manfaat
aset tetap tersebut. (par 44)
 Pengaruh perubahan terhadap LO periode berjalan dan yang
akan datang diungkapkan dalam CALK. Apabila tidak
memungkinkan,
harus
diungkapkan
alasan
tidak
mengungkapkan pengaruh perubahan itu. (par 45)
330
OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN
 Adalah penghentian suatu misi atau tupoksi tertentu yang
berakibat pelepasan atau penghentian suatu fungsi,
program, atau kegiatan, sehingga aset, kewajiban, dan
operasi dapat dihentikan tanpa mengganggu fungsi,
program, atau kegiatan yang lain (par 4)
 Informasi penting dalam operasi yang tidak dilanjutkan
misalnya hakikat operasi, kegiatan, program, proyek yang
dihentikan, tanggal efektif penghentian, cara penghentian,
pendapatan dan beban tahun berjalan sampai tanggal
penghentian apabila dimungkinkan, dampak sosial atau
dampak pelayanan, pengeluaran aset atau kewajiban
terkait pada penghentian apabila ada harus diungkapkan
pada CALK (par 47)
331
OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN
 Agar laporan Keuangan disajikan secara komperatif ,
suatu segmen yang dihentikan itu harus dilaporkan
dalam Laporan Keuangan walaupun berjumlah nol
untuk tahun berjalan. Dengan demikian, operasi yang
dihentikan tampak pada Laporan Keuangan. (par 48)
 Pendapatan dan beban operasi yang dihentikan pada
suatu tahun berjalan, diakuntansikan dan dilaporkan
seperti biasa, seolah-olah operasi itu berjalan sampai
akhir tahun Laporan Keuangan. Pada umumnya entitas
membuat rencana penghentian, meliputi jadwal
penghentian bertahap atau sekaligus, resolusi masalah
legal, lelang, penjualan, hibah dan lain-lain. (par 49)
332
OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN
 Bukan Penghentian Operasi bila : (par 50)
Penghentian suatu program, kegiatan, proyek, segmen
secara evolusioner/alamiah. Hal ini dapat diakibatkan oleh
demand (permintaan publik yang dilayani) yang terus
merosot, pergantian kebutuhan lain.
b. Fungsi tersebut tetap ada
c. Beberapa jenis subkegiatan dalam suatu fungsi pokok
dihapus, selebihnya berjalan seperti biasa. Relokasi suatu
program, proyek, kegiatan ke wilayah lain
d. Menutup suatu fasilitas yang ber-utilisasi amat rendah,
menghemat biaya, menjual sarana operasi tanpa
mengganggu operasi tersebut.
a.
333
ILUSTRASI UTANG
Pada 30 September 20X2 Kota Bengawan menerima kas sebesar 40.000.000
akibat kelebihan pembayaran gaji untuk tahun anggaran 20X1.
Pada 30 Septermber 20X2 Kota Bengawan harus membayar kas sebesar
10.000.000 untuk membayar kekurangan pembayaran biaya pemeliharaan
tahun 20X1 kepada salah seorang rekanan.
Tanggal
30 Sep
Finansial
Kas
40.000.000
Pendapatan lain-lain -LO
30 Sep
Ekuitas
Kas
Anggaran
40.000.000
10.000.000
10.000.000
Perubahan SAL
Pendapatan lain - LRA
Koreksi SAL
Perubahan SAL
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
40.000.000
40.000.000
10.000.000
10.000.000
334
ILUSTRASI UTANG
Pada 30 September 20X2 Kota Bengawan menerima kas sebesar 100.000.000
akibat kelebihan pembayaran belanja modal (gedung) untuk tahun anggaran
20X1.
Pada 30 Septermber 20X2 Kota Bengawan harus membayar kas sebesar
20.000.000 untuk membayar kekurangan pembayaran belanja modal tahun
20X1 kepada salah seorang rekanan.
Tanggal
30 Sep
Finansial
Kas
Gedung
30 Sep
Peralatan
Kas
Anggaran
40.000.000
40.000.000
20.000.000
20.000.000
Perubahan SAL
Pendapatan lain - LRA
Koreksi SAL
Perubahan SAL
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010
40.000.000
40.000.000
20.000.000
20.000.000
335
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PSAP 11
LAPORAN KEUANGAN
KONSOLIDASIAN
33
6
RUANG LINGKUP


Laporan keuangan untuk tujuan umum dari unit
pemerintahan yang ditetapkan sebagai entitas
pelaporan disajikan secara terkonsolidasi menurut
Pernyataan Standar ini agar mencerminkan satu
kesatuan entitas. (PAR 2)
Laporan keuangan konsolidasian pada pemerintah
pusat sebagai entitas pelaporan mencakup laporan
keuangan semua entitas pelaporan, termasuk
laporan keuangan badan layanan umum. (PAR 3)
337
RUANG LINGKUP


Laporan
keuangan
konsolidasian
pada
Kementerian/Lembaga/ pemerintah daerah sebagai
entitas pelaporan mencakup laporan keuangan semua
entitas akuntansi, termasuk laporan keuangan badan
layanan umum. (par 4)
Laporan keuangan konsolidasian pada pemerintah
pusat sebagai entitas pelaporan mencakup laporan
keuangan semua entitas pelaporan, termasuk laporan
keuangan badan layanan umum.
338
STANDAR TIDAK MENGATUR




Laporan keuangan konsolidasian perusahaan
negara/perusahaan daerah;
Akuntansi untuk investasi dalam perusahaan
asosiasi;
Akuntansi untuk investasi dalam usaha patungan
(joint venture); dan
Laporan statistik gabungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah
339
PENYAJIAN LAPORAN KONSOLIDASIAN

Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Neraca,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
(par 7)

Laporan keuangan konsolidasian disajikan untuk periode
pelaporan yang sama dengan periode pelaporan
keuangan entitas pelaporan dan berisi jumlah komparatif
dengan periode sebelumnya (par 9)

Proses konsolidasi diikuti dengan eliminasi akun-akun
timbal balik (reciprocal accounts). Namun demikian,
apabila eliminasi dimaksud belum dimungkinkan, maka
hal tersebut diungkapkan dalam CaLK. (par 12)
340
ENTITAS PELAPORAN
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan
yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan. (par 6)
341
CIRI-CIRI ENTITAS PELAPORAN (par 14)
Dibiayai oleh APBN/APBD atau mendapat
pemisahan kekayaan dari anggaran;
 Dibentuk dengan peraturan perundang-undangan;
 Pimpinan
entitas tersebut adalah pejabat
pemerintah yang diangkat atau pejabat negara yang
ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat; dan
 Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban
baik langsung maupun tidak langsung kepada wakil
rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran.

342
ENTITAS PELAPORAN (PP 8/2006)
Terdiri dari:
1) Pemerintah Pusat.
2) Pemerintah Daerah.
3) Kementerian negara/lembaga (KL).
4) Bendahara Umum Negara (BUN).
343
ENTITAS AKUNTANSI (par 6)
Pengguna anggaran/pengguna barang sebagai
entitas akuntansi menyelenggarakan akuntansi
dan menyampaikan laporan keuangan
sehubungan dengan anggaran/barang yang
dikelolanya yang ditujukan kepada entitas
pelaporan.
344
ENTITAS AKUNTANSI (PP 8/2006)
Terdiri dari:
1) Setiap kuasa pengguna anggaran di lingkungan suatu
K/L yang mempunyai dokumen pelaksanaan anggaran
tersendiri.
2) Bendahara Umum Daerah (BUD).
3) Kuasa pengguna anggaran di lingkungan Pemda bila
mempunyai dokumen pelaksanaan anggaran yang
terpisah, jumlah anggarannya relatif besar, dan
pengelolaan kegiatannya dilakukan secara mandiri.
345
PENGERTIAN KONSOLISASI
Konsolidasi adalah proses penggabungan
antara akun-akun yang diselenggarakan oleh
suatu entitas pelaporan dengan entitas
pelaporan lainnya, entitas akuntansi dengan
entitas
akuntansi
lainnya,
dengan
mengeliminasi akun-akun timbal balik agar
dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan
konsolidasian. (par 6)
346
BLU/BLUD
• Selaku penerima anggaran belanja pemerintah
(APBN/APBD) BLU/BLUD adalah entitas akuntansi,
yang laporan keuangannya dikonsolidasikan pada
entitas pelaporan yang secara organisatoris
membawahinya. (par 19)
• Selaku satuan kerja pelayanan berupa Badan,
walaupun bukan berbentuk badan hukum yang
mengelola kekayaan Negara yang dipisahkan,
BLU/BLUD adalah entitas pelaporan. (par 20)
347
PROSEDUR KONSOLIDASI (par 22)
Menggabungkan dan menjumlahkan akun yang
diselenggarakan oleh entitas pelaporan dengan entitas
pelaporan lainnya atau entitas akuntansi dengan
entitas akuntansi lainnya dengan atau tanpa
mengeliminasi akun timbal balik. (par 22)
 Entitas pelaporan menyusun laporan keuangan
dengan menggabungkan laporan keuangan seluruh
entitas akuntansi yang secara organisatoris berada di
bawahnya. (par 22)
 Dalam hal konsolidasi dilakukan tanpa mengeliminasi
akun-akun yang timbal-balik, maka nama-nama akun
yang timbal balik dan estimasi besaran jumlah dalam
akun yang timbal balik dicantumkan dalam CaLK. (par
25)

348
KONSOLIDASI DAN PENGGABUNGAN
LKK
EP
LK
KONSOLIDASI
EA
EP
EP
EP
PENGGABUNGAN
PENGGABUNGAN
PENGGABUNGAN
EA
EA
EA
EA
LK= LAPORAN KEUANGAN, LKK=LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI,
EP=ENTITAS PELAPORAN, EA=ENTITAS AKUNTANSI
EA
349
KONSOLIDASI DITINGKAT PEMERINTAH DAERAH
• Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang
mengelola anggaran adalah entitas akuntansi yang harus
menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset,
utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan
belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya guna
menghasilkan laporan keuangan yang akan disampaikan
kepada entitas pelaporan.
• Penyelenggaran akuntansi mengacu kepada Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah yang sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
350
KONSOLIDASI DITINGKAT PEMERINTAH DAERAH
• Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun laporan keuangan
gabungan dari satuan kerja yang berada dilingkup SKPD dan
menyampaikannya kepada gubernur/bupati/walikota melalui Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah selaku entitas pelaporan untuk dilakukan proses
konsolidasian.
• Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku BUD menyusun laporan keuangan
sebagai pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah yang
selanjutnya akan digabungkan dengan laporan keuangan yang berasal dari
SKPD.
• Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku entitas pelaporan melakukan
proses konsolidasian dan menyusun laporan keuangan PEMDA berdasarkan
laporan keuangan SKPD serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan
perbendaharaan daerah dan disampaikan kepada gubernur/bupati/walikota
untuk selanjutnya disampaikan ke BPK dan DPRD.
351
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PSAP 12
LAPORAN OPERASIONAL
35
2
LINGKUP DAN MANFAAT
RUANG LINGKUP
Berlaku untuk setiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dalam
menyusun laporan operasional yang menggambarkan
pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dalam
suatu periode pelaporan tertentu, tidak termasuk perusahaan
negara/daerah.
•
•
MANFAAT LAPORAN OPERASIONAL
Menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan
operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan
dalam
pendapatan-LO,
beban,
dan
surplus/defisit
operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya
disandingkan dengan periode sebelumnya.
KONSEPSI BASIS
Surplus/defisit
akrual yang
menambah/
mengurangi ekuitas
Pendapatan
dan belanja
akrual
Pemisahan laporan
pertanggung
jawaban anggaran
dan laporan
finansial
Ada
pemisahan
kegiatan non
operasional
dan pos luar
biasa
PP 71/2010
LRA
LRA & LO
354
KONSEPSI BASIS
• Pendapatan LO dan beban dalam bentuk
barang/jasa harus dilaporkan berdasarkan nilai
wajarnya pada tanggal transaksi dan diungkap
dalam CaLK
• Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk
barang/jasa antara lain hibah dalam wujud
barang, barang rampasan, dan jasa konsultasi
• Pembiayaan tidak diperhitungkan dalam
perhitungan surplus/defisit LO karena transaksi
pembiayaan tidak terkait dengan operasi pada
periode pelaporan.
KONSEPSI BASIS
PP 24/2005 CTA
Opsional (Laporan
Kinerja Keuangan)
PP 71/2010 AKRUAL
Laporan pendapatan
dan beban akrual
COST
Besarnya beban yang harus ditanggung oleh
pemerintah dalam menjalankan pelayanan
KONSEPSI BASIS
LO menyediakan
informasi mengenai
seluruh kegiatan
operasional
keuangan entitas
pelaporan yang
penyajiannya
disandingkan dengan
periode sebelumnya
Performace
Estimation
Equity
Operasi keuangan secara menyeluruh yang
berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam hal efisiensi, efektivitas dan kehematan
perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi
Memprediksi pendapatan LO yang akan diterima
untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam
periode mendatang dengan menyajikan laporan
secara komparatif
Peningkatan ekuitas (bila surplus operasional) dan
penurunan ekuitas (bila defisit operasional)
356
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
• Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual
yang dapat digunakan untuk menghitung cost per
program/kegiatan pelayanan
Laporan Operasional
Beban pegawai
Perhitungan Cost
Labor cost
Beban belanja barang
Beban bunga
Beban subsidi
Material cost
Beban hibah
Beban bantuan sosial
Beban penyusutan
Beban transfer
Beban lain-lain
Overhead cost
COST untuk
setiap
program/
kegiatan
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
Konsep VFM digunakan untuk
menilai apakah suatu organisasi
telah mencapai benefit maksimal,
dengan mengunakan sumber daya
yang ada.
Evaluasi kinerja
berdasarkan
konsep Value for
Money (ekonomi,
efisien & efektif)
Outcome
(Hasil)
efektivitas
Output
(keluaran)
efisien
Laporan
Operasional
Input
(cost dari
program/
kegiatan)
ekonomi
Laporan Kinerja
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
UU 1/2004 & PP 8/2006
Mengatur tentang laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
Kinerja berupa keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah
dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran (beban/cost), dengan
kuantitas dan kualitas terukur
Manajemen Kinerja
Manajemen Keuangan
Aset &
Pendapatan
Kewajiban
Beban
Cost
Kinerja
Mengaitkan cost dengan kine
LAPORAN
KEUANGAN
EVALUASI KINERJA
LAPORAN
KINERJA
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL - EKUITAS
PP 24/2005 CTA
Opsional
PP 71/2010 AKRUAL
Melaporkan perubahan ekuitas dan
surplus/defisit
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Surplus/defisit LO
pada periode
bersangkutan
Ekuitas awal
Ekuitas
akhir
Dampak kumulatif
perubahan
kebijakan/kesalahan
mendasar
360
PERIODE PELAPORAN
Disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
Jika disatjikan lebih pendek entitas harus mengungkapkan :

alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu
tahun;

fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam
Laporan Operasional dan catatan-catatan terkait
tidak dapat diperbandingkan.
STRUKTUR LAPORAN OPERASIONAL
• Hak pemerintah
• Diakui sebagai
penambah ekuitas
• Dalam tahun
anggaran yg
bersangkutan
• Tidak perlu
dibayar kembali
• Sifatnya tidak rutin,
termasuk surplus/defisit
dari penjualan aset non
lancar dan penyelesaian
kewajiban jangka panjang
Pendapatan-LO
(dari kegiatan
operasional)
Kegiatan Non
Operasional
Beban (dari
kegiatan
operasional)
Pos Luar
Biasa
• Penurunan manfaat
ekonomi/potensi jasa
dalam periode
pelaporan
• menurunkan ekuitas
• berupa pengeluaran/
konsumsi
aset atau timbulnya
kewajiban
• Pendapatan/Beban yg
bukan n operasi biasa
• Tidak diharapkan
sering/rutin terjadi
• Di luar kendali/
pengaruh entitas ybs
• Sifat & jumlah diungkap
dalam CalK
362
STRUKTUR DAN ISI
–
Menyajikan berbagai unsur
• pendapatan-LO,
• beban,
• surplus/defisit dari operasi,
• surplus/defisit dari kegiatan non operasional,
• surplus/defisit sebelum pos luar biasa,
• pos luar biasa,
• surplus/defisit-LO,
–
Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub
jumlah lainnya apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan, atau apabila penyajian tersebut
diperlukan untuk menyajikan Laporan Operasional secara
wajar
IDENTIFIKASI
Dalam Laporan Operasional harus diidentifikasikan secara
jelas, dan, jika dianggap perlu, diulang pada setiap
halaman laporan, informasi berikut:
a)
nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi
lainnya;
b)
cakupan entitas pelaporan;
c)
periode yang dicakup;
d)
mata uang pelaporan; dan
e)
satuan angka yang digunakan.
INFORMASI DALAM CATATAN ATAS LAPORAN
KEUANGAN
• Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang
diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.
• Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada
Catatan atas Laporan Keuangan.
• Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan
menurut klasifikasi jenis beban.
• Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi lain
yang dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan yang
berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
PENDAPATAN LO
• Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.
• Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas
bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak
mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran).
• Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto
(biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan
tidak dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses
belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
• Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.
KOREKSI KESALAHAN
KOREKSI KESALAHAN - PENDAPATAN
• Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas
pendapatan-LO pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan.
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode
penerimaan
pendapatan
dibukukan
sebagai
pengurang
pendapatan pada periode yang sama.
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada periode
ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.
AKUNTANSI BEBAN
AKUNTANSI BEBAN
• Beban diakui pada saat:
– timbulnya kewajiban;
– terjadinya konsumsi aset;
– terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa.
• Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan
mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur
mengenai badan layanan umum.
• Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.
AKUNTANSI BEBAN
• Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang
atau kewajiban untuk mengeluarkan uang dari entitas
pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
• Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali
beban, yang terjadi pada periode beban dibukukan
sebagai pengurang beban pada periode yang sama.
Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas
beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal
mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan
pembetulan pada akun ekuitas.
SURPLUS DEFISIT KEGIATAN OPERASIONAL
• Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih
antara pendapatan dan beban selama satu periode
pelaporan.
• Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang
antara pendapatan dan beban selama satu periode
pelaporan.
• Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.
KOMPONEN LAPORAN OPERASIONAL
SURPLUS DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL
• Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan
tersendiri dalam kegiatan non operasional.
• Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan operasional dan
surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan surplus/defisit
sebelum pos luar biasa.
POS LUAR BIASA
• Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan
Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar
Biasa.
• Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
SURPLUS / DEFISIT LO
• Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara
surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan
kejadian luar biasa.
TRANSAKSI MATA UANG ASING
•
Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang
rupiah.
•
Jika tersedia dana dalam mata uang asing, maka transaksi dijabarkan
dalam mata uang rupiah dengan kurs tengah bank sentral pada tanggal
transaksi.
•
Jika tidak tersedia dana dalam mata uang asing, maka transaksi dalam
mata uang asing tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs transaksi,
yaitu sebesar rupiah yang digunakan untuk memperoleh valuta asing
tersebut.
•
Jika mata uang asing tersebut dibeli dengan menggunakan mata uang
asing\, maka:
a) Transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan
dengan menggunakan kurs transaksi
b) Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam
rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral tanggal transaksi.
TRANSAKSI DALAM BENTUK BARANG DAN JASA
• Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam bentuk
barang/jasa
harus dilaporkan dalam Laporan
Operasional dengan cara menaksir nilai wajar
barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi.
• Transaksi ini harus diungkapkan pada Catatan atas
Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan
semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari
pendapatan dan beban.
LAPORAN OPERASIONAL
•
Keterkaitan laporan keuangan mengingat dual basis penganggaran dan
pelaporan.
•
Keterkaitan laporan keuangan, terutama Laporan Operasional, dengan
laporan kinerja
•
Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus
akuntansi berbasis akrual sehingga :
– Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan
– Laporan pertanggungjawaban anggaran dapat dibedakan dengan
laporan kinerja keuangan
– Dapat diketahui kinerja operasional pemerintah untuk periode pelaporan
tertentu
– Laporan Operasional mempunyai nilai prediktif karena informasinya
dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima
untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang
Ilustrasi
Laporan
Operasional
Ilustrasi
Laporan
Operasional
PSAP 13
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN
LAYANAN UMUM (BLU)
377
PENDAHULUAN
 Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat, satuan kerja
dapat ditetapkan menjadi satuan kerja yang menerapkan pola pengelolaan
keuangan Badan Layanan Umum (BLU).
 Sesuai dengan ketentuan, Satker yang menerapkan pola pengelolaan keuangan
BLU diberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan, antara lain pengelolaan
pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, pengelolaan utang-piutang, pengelolaan
investasi dan pengadaan barang/jasa, kesempatan untuk mempekerjakan tenaga
profesional non Pegawai Negeri Sipil (PNS), serta kesempatan pemberian imbalan
jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya.
378
TUJUAN
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian
laporan keuangan Badan Layanan Umum dalam rangka
meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap
anggaran, antar periode, maupun antar BLU.
Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan
seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan
keuangan, pedoman struktur laporan keuangan dan
persyaratan minimun isi laporan keuangan.
Laporan keuangan disusun dengan menerapkan akuntansi
berbasis akrual.
379
RUANG LINGKUP
 Secara umum, Standar Akuntansi Badan Layanan Umum mengacu pada seluruh
PSAP, kecuali diatur tersendiri dalam PSAP ini.
 BLU merupakan instansi di lingkungan pemerintah pusat/daerah yang mengelola
kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan. Sebagai instansi pemerintah, BLU
menerapkan pernyataan standar ini dalam menyusun laporan keuangan.
380
ENTITAS AKUNTANSI/PELAPORAN
Entitas Pelaporan
•BLU adalah entitas pelaporan karena
merupakan satuan kerja pelayanan yang
walaupun bukan berbentuk badan hukum
yang mengelola kekayaan Negara/Daerah
yang dipisahkan
Entitas Akuntansi
•Selaku
penerima anggaran
belanja
pemerintah
(APBN/APBD)
yang
menyelenggarakan akuntansi, BLU adalah
entitas
akuntansi,
yang
laporan
keuangannya
dikonsolidasikan
pada
entitas akuntansi/entitas pelaporan yang
secara organisatoris membawahinya.
381
DEFINISI
Badan Layanan
Umum
Laporan
Keuangan BLU
• Instansi di lingkungan Pemerintah
Pusat/pemerintah daerah dan yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip
efisiensi dan produktivitas.
• Bentuk pertanggungjawaban BLU yang disajikan
dalam bentuk Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan
Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
382
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN BLU
Tujuan Umum
• menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran,
saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas
BLU yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Tujuan Spesifik
• untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
383
TANGGUNG JAWAB PELAPORAN BLU
Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan BLU berada
pada pimpinan BLU atau pejabat yang ditunjuk.
384
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN BLU
385
STRUKTUR DAN ISI
PENDAHULUAN
•Pernyataan Standar ini mensyaratkan adanya pengungkapan tertentu pada lembar
muka (on the face) laporan keuangan, mensyaratkan pengungkapan pos-pos
lainnya dalam lembar muka laporan keuangan atau dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
PERIODE PELAPORAN
•Laporan keuangan BLU disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun
TEPAT WAKTU
•Kegunaan laporan keuangan berkurang bilamana laporan tidak tersedia bagi
pengguna dalam suatu periode tertentu setelah tanggal pelaporan. Faktor-faktor
yang dihadapi seperti kompleksitas operasi suatu BLU bukan merupakan alasan
yang cukup atas kegagalan pelaporan yang tepat waktu.
386
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
 Laporan Realisasi Anggaran BLU menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja,
surplus/defisit-LRA, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
 Laporan Realisasi Anggaran (LRA) BLU sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai
berikut:
 Pendapatan-LRA;
 Belanja;
 Surplus/defisit-LRA;
 Penerimaan pembiayaan;
 Pengeluaran pembiayaan;
 Pembiayaan neto; dan
 Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA).
387
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
 Pendapatan BLU yang dikelola sendiri dan tidak disetor ke Kas Negara/Daerah
merupakan pendapatan negara/daerah.
 Pendapatan-LRA pada BLU diakui pada saat pendapatan kas yang diterima BLU diakui
sebagai pendapatan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
 Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
 Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto (biaya) bersifat variabel
terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan
proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
 Khusus untuk pendapatan dari Kerja Sama Operasi (KSO), diakui berdasarkan azas neto
dengan terlebih dahulu mengeluarkan bagian pendapatan yang merupakan hak mitra
KSO.
388
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
 Penyetoran kas yang berasal dari pendapatan LRA BLU tahun berjalan dibukukan sebagai
pengurang SiLPA pada BLU penambah SiLPA pada Pemerintah Pusat/Daerah.
 Penyetoran kas yang berasal dari pendapatan LRA BLU tahun sebelumnya dibukukan
sebagai pengurang Saldo Anggaran Lebih pada BLU dan penambah SAL pada Pemerintah
Pusat/pemerintah daerah.
 Pendapatan-LRA pada BLU diklasifikasikan menurut jenis pendapatan.
 Pendapatan-LRA pada BLU merupakan pendapatan bukan pajak.
 Termasuk pendapatan bukan pajak pada BLU adalah
 Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat;
 Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas pelaporan;
 Pendapatan hasil kerja sama;
 Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas; dan
 Pendapatan BLU lainnya
389
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
 Belanja pada BLU diakui pada saat pengeluaran kas yang dilakukan oleh BLU disahkan
oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
 Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja pada BLU selama satu periode pelaporan
dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA.
 Penerimaan pembiayaan pada BLU diakui pada saat kas yang diterima BLU disahkan oleh
unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
 Pengeluaran pembiayaan pada BLU diakui pada saat pengeluaran pembiayaan disahkan
oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
 Penambahan pokok investasi yang berasal dari pendapatan BLU diakui sebagai
pengeluaran pembiayaan.
 Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu
periode pelaporan dicatat dalam Pembiayaan Neto.
 Selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan Belanja, serta penerimaan dan
pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.
 Apabila BLU menerima alokasi anggaran selain dari entitas akuntansi/entitas pelaporan
yang membawahinya, maka BLU menyusun LRA sesuai dengan entitas akuntansi/entitas
pelaporan yang mengalokasikan anggaran tersebut.
390
LAPORAN PERUBAHAN
SALDO ANGGARAN LEBIH
 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih BLU menyajikan secara komparatif dengan
periode sebelumnya pos-pos berikut:
 Saldo Anggaran Lebih awal;
 Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
 Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya;
 Lain-lain; dan
 Saldo Anggaran Lebih Akhir.
 Di samping itu, BLU menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
391
NERACA

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas pada tanggal tertentu.

Neraca BLU menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:
 Kas dan setara kas;
 Investasi jangka pendek;
 piutang dari kegiatan BLU;
 persediaan;
 Investasi jangka panjang;
 aset tetap;
 aset lainnya;
 kewajiban jangka pendek;
 kewajiban jangka panjang; dan
 ekuitas.
 Kas pada BLU yang sudah dipertanggungjawabkan kepada unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum merupakan bagian dari Saldo Anggaran Lebih.
 Dana kas BLU yang bukan milik BLU diakui sebagai kas dan setara kas.

Kas yang berasal dari sisa dana investasi APBN/APBD diakui sebagai aset lainnya.

Penyetoran kas yang berasal dari pendapatan BLU pada tahun berjalan maupun tahun sebelumnya
dibukukan sebagai pengurang ekuitas pada BLU penambah ekuitas pada Pemerintah Pusat/Daerah
392
NERACA
 Sesuai dengan peraturan perundangan-undangan, BLU tidak dapat melakukan investasi
jangka panjang kecuali atas persetujuan Menteri Keuangan atau
Gubernur/Bupati/Walikota. Investasi jangka panjang dimaksud terdiri dari investasi
permanen dan investasi nonpermanen.
 Walaupun kepemilikan investasi pada BLU ada pada BUN/BUD, tetapi investasi tersebut
tetap dilaporkan pada laporan keuangan BLU. Perlakuan pelaporan investasi ini selaras
dengan status BLU sebagai entitas pelaporan, dimana seluruh sumber daya ekonomi yang
digunakan BLU dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam melayani
masyarakat harus dilaporkan dalam laporan keuangan BLU.
393
LAPORAN OPERASIONAL
 Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah
ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.
 Struktur Laporan Operasional BLU mencakup pos-pos sebagai berikut:
• Pendapatan-LO;
• Beban;
• Surplus/Defisit dari operasi;
• Kegiatan non operasional;
• Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa;
• Pos Luar Biasa; dan
• Surplus/Defisit-LO.
 BLU menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut sumber pendapatan,
yang terdiri dari:
• Pendapatan dari alokasi APBN/APBD;
• Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat;
• Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas pelaporan;
• Pendapatan hasil kerja sama;
• Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas/barang/jasa; dan
• Pendapatan BLU lainnya.
• Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan
Keuangan.
394
LAPORAN OPERASIONAL
 Pendapatan-LO pada BLU diakui pada saat:
• Timbulnya hak atas pendapatan;
• Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
 Pendapatan-LO pada BLU merupakan pendapatan bukan pajak.
 Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
 Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat variabel
terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
 Khusus untuk pendapatan dari Kerja Sama Operasi (KSO), diakui berdasarkan azas neto
dengan terlebih dahulu mengeluarkan bagian pendapatan yang merupakan hak mitra
KSO.
 Beban pada BLU diakui pada saat:
• timbulnya kewajiban;
• terjadinya konsumsi aset;
• terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi
 Beban pada BLU diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi.
395
LAPORAN ARUS KAS
Laporan Arus Kas pada BLU menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setarakas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas
pada tanggal pelaporan pada BLU.
Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris.
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan
untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya, tidak termasuk
investasi jangka pendek dan setara kas.
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang yang
berhubungan dengan pemberian pinjaman jangka panjang dan/atau pelunasan utang
jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi
pinjaman jangka panjang dan utang jangka panjang.
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak termasuk
dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
396
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
 Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
 Laporan Perubahan Ekuitas pada BLU menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:
 Ekuitas awal
 Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
 Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain
berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya:
 koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya;
 perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
 Ekuitas akhir.
397
PENGGABUNGAN LAP KEU BLU KE DALAM
LAP KEU ENTITAS AKUNTANSI/ENTITAS PELAPORAN
 Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan
Ekuitas BLU digabungkan pada laporan keuangan entitas akuntansi/entitas
pelaporan yang membawahinya.
 Seluruh pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada LRA BLU dikonsolidasikan ke
dalam LRA entitas akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya.
 Laporan Arus Kas BLU dikonsolidasikan pada Laporan Arus Kas unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
 Laporan Perubahan SAL BLU digabungkan dalam Laporan Perubahan SAL
Bendahara Umum Negara/Daerah dan entitas pelaporan yang menyusun laporan
keuangan konsolidasiannya.
 Dalam rangka konsolidasian laporan keuangan BLU ke dalam laporan keuangan
entitas yang membawahinya, perlu dilakukan eliminasi terhadap akun-akun timbal
balik (reciprocal accounts) seperti pendapatan, beban, aset, dan kewajiban yang
berasal dari entitas akuntansi/pelaporan dalam satu entitas pemerintahan kecuali
akun-akun pendapatan dan belanja pada LRA yang berasal dari entitas
akuntansi/pelaporan sebagaimana dinyatakan pada Paragraf 28 huruf b.
398
PENGHENTIAN SATKER BADAN LAYANAN UMUM
MENJADI SATKER BIASA
 Dalam hal Satuan Kerja tidak lagi menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU,
maka Satuan Kerja tersebut menyusun laporan keuangan selayaknya entitas
akuntansi pemerintah lainnya, dan Satuan Kerja tersebut harus menyusun laporan
keuangan penutup per tanggal pencabutan statusnya sebagai BLU.
399
TANGGAL EFEKTIF
 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini berlaku efektif untuk
laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran Tahun
Anggaran 2016.
400
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP)
Gedung Prijadi Praptosuhardjo III, Lt. 2, Kementerian Keuangan
Jl. Budi Utomo No. 6, Jakarta
Telepon/Fax (021) 352 4551
website : www.ksap.org
Email: [email protected]
40
1
Download