Analisa Data Survei Kuantitatif KAMPANYE PRIDE DPL PULAU WANGI-WANGI Kampanye pride DPL Pulau Wangi-Wangi di 4 site yaitu Desa Sombu, Waha, Waelumu dan Waetuno di lakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif menggunakan metode Survey KAP dengan cara sensus yang dilaksanakan oleh para enumerator sebanyak 8 orang yangmereka akan lakukan yaitu untuk setiap desa masuk ke rumah nelayan dan mencari nelayan di setiap pesisir pantai pada 4 desa target yaitu Sombu, Waha, Waelumu dan Waetuno dengan jumlah nelayan sebanyak 313 orang di 4 desa target. Setiap enumerator akan mengajuhkan pertanyan dengan tidak mengarahkan jawab sesuai Quesener untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap dan Komunikasi interpersonal nelayan lokal DPl pulau WangiWangi terkait lokasi DPL, tanda batas dan Pengeefektifan POKMASWAS. Dari hasil survey KAP pra kampanye data di oleh hasil analisis penelitian kuantitatif jejak pendapat pada survey KAP di DPL Pulau Wangi-Wangi di peroleh : Tingkat pendidikan. Grafik 1. Gambaran demografi Desa Sombu untuk tingkat pendidikan Grafik 1 menunjukkan data demografi dan social ekonomi responden di Desa sombu. Mayoritas responden yang diwawancara dari tingkat pendidikan sangat rendah sebesar (21.4%) karena sebagian besar responden hanya pernah di bangku SD atau tidak bersekolah sama sekali. Dari keempat desa target, desa sombu yang tidak memiliki fasilitas sekolah yang lengkap dan guru memadai. Pekerjaan utama sebagian besar masyarakat di desa target adalah nelayan atau berkebun serta ada juga menjadi buru bangunan dan merantau. Meskipun sebagian masyarakat bekerja di kebun, mereka tetap pergi ke laut untuk mencari ikan sebagai lauk. Hal inilah yang menyebabkan tingkat pendidikan di desa sombu sangat rendah. Grafik 2. Gambaran demografi Desa Waha untuk tingkat pendidikan Grafik 2 menunjukkan data demografi dan social ekonomi responden di Desa Waha. Mayoritas responden yang diwawancara dari tingkat pendidikan sangat rendah sebesar (32,3%) karena sebagian besar responden hanya pernah di bangku SMP dan tidak lulus SMU . Dari keempat desa target, Desa Waha yang memiliki fasilitas sekolah yang lengkap dan guru memadai. Sehingga dari keempat desa target tingkat % yag berpendidikan cukup besar di banding desa lain. Pekerjaan utama sebagian besar masyarakat di desa target adalah Buru Bagunan,berkebun serta ada juga menjadi pegawai negri. Meskipun sebagian masyarakat bekerja di campuran , tetapi sebagian yang pekerjaan nelayan masih mengantungkan hidup dilaut untuk mencari makan. Grafik 3. Gambaran demografi Desa Waelumu untuk tingkat pendidikan Grafik 3 menunjukkan data demografi dan social ekonomi responden di Desa Waelumu. Mayoritas responden yang diwawancara dari tingkat pendidikan sangat rendah sebesar (23,3%) karena sebagian besar responden yang tinggi hanya pernah di bangku SD dan tidak lulus SD . Dari keempat desa target, Desa Waelumu yang tidak memiliki fasilitas sekolah yang lengkap dan guru memadai. Sehingga dari keempat desa target tingkat % yag tidak tamat berpendidikan cukup besar. Pekerjaan utama sebagian besar masyarakat di desa target adalah Nelayan,berkebun serta ada juga menjadi buru bangunan. Meskipun sebagian masyarakat bekerja campuran , tetapi sebagian yang pekerjaan nelayan masih mengantungkan hidup dilaut untuk mencari makan. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pendidikan bukan menjadi faktor utama masyarakat target untuk kelangsungan hidup mereka. Grafik 4. Gambaran demografi Desa Waetuno untuk tingkat pendidikan Grafik 4 menunjukkan data demografi dan social ekonomi responden di Desa Waetuno. Mayoritas responden yang diwawancara dari tingkat pendidikan sangat rendah sebesar (23,0%) karena sebagian besar responden yang tinggi hanya pernah di bangku SD dan tidak lulus SMU . Dari keempat desa target, Desa Waetuno yang memiliki fasilitas sekolah yang lengkap dan guru memadai. Sehingga dari keempat desa target tingkat % yag tidak tamat berpendidikan cukup besar. Pekerjaan utama sebagian besar masyarakat di desa target adalah Nelayan,berkebun serta ada juga menjadi buru bangunan. Meskipun sebagian masyarakat bekerja campuran , tetapi sebagian yang pekerjaan nelayan masih mengantungkan hidup dilaut untuk mencari makan. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pendidikan bukan menjadi faktor utama masyarakat target untuk kelangsungan hidup mereka. Tingkat Usia. Grafik 5. Gambaran demografi Desa Sombu untuk Tingkat Usia Grafik 5. Menunjukkan data demografi dan sisoal ekomomi di Desa sombu. Pada tingkat usia mayoritas responden yang di wawancara berusia dari 15 tahun s/d 55 tahun ke atas dan dalam rentang usia tersebut masyarakat masih aktif menggunakan sumber daya laut, usia paling tinggi untuk masyarakat nelayan Desa Sombu adalah berumur 36 tahun s/d 45 tahun kenaikan persentasinya adalah 30,5 % di banding pada umur tertentu. Grafik 6 Gambaran demogragfi Desa Waha untuk tingkat usia Grafik 6. Menunjukkan data demografi dan social ekonomi di Desa Waha. Pada tingkat usia mayoritas responden yang di wawancara berusia 15 tahun s/d 55 tahun ke atas dan dalam rentang usia tersebut masyarakat masih aktif menggunakan sumber daya laut, usia paling tinggi untuk masyarakat nelayan Desa waha ada 3 kategori umur yaitu katogori pertama adalah berumur 26 tahun s/d 35 tahun kenaikan persentasinya adalah 30,3 %, kategori kedua pada umur 36 tahun s/d 45 tahun kenaikan persentasinya adalah 30,1 % dan kategori ke tiga pada usia 46 tahun s/d 55 tahun kenaikan persentasinya adalah 20, 5 % di banding pada umur tertentu. Grafik 7. Gambaran demografi Desa Waelumu untuk tingkat usia Grafik 7. Menunjukkan data demografi dan social ekonomi di Desa Waelumu. Pada tingkat usia mayoritas responden yang di wawancara berusia 15 tahun s/d 55 tahun ke atas dan dalam rentang usia tersebut masyarakat masih aktif menggunakan sumber daya laut, usia paling tinggi untuk masyarakat nelayan Desa Waelumu yaitu pada umur 36 tahun s/d 45 tahun kenaikan persentasinya tertinggi adalah 30,3 % dan pada umur 15 tahun s/d 25 tahun masyarakat di desa waelumu tidak ada yang menjadi nelayan di bandingkan pada kategori umur lainnya. Grafik 8. Gambaran demografi Desa Waetuno untuk tingkat Usia Grafik 8. Menunjukkan data demografi dan sosial ekonomi di Desa Waetuno. Pada tingkat usia mayoritas responden yang di wawancara berusia 15 tahun s/d 55 tahun ke atas dan dalam rentang usia tersebut masyarakat masih aktif menggunakan sumber daya laut, usia paling tinggi untuk masyarakat nelayan Desa Waetuno di antara 4 desa target lainnya yaitu pada umur 26 tahun s/d 35 tahun kenaikan persentasinya tertinggi adalah 30,8% dan pada umur 55 tahun ke atas masyarakat di desa waetuno masih ada menggunaakan sumber daya laut/nelayan sebesar 20,5% di bandingkan pada kategori umur lainnya TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL (K, A, IC) Pengetahuan nelayan Lokal di DPL Pulau Wangi-Wangi Tabel. 1. Hasil survey tentang pengetahuan Lokasi Pembentukkan POKMASWAS di DPL DPL , keberadaan tanda batas dan Respons Persentasi (%) Benar 37.1% Q 15. Manfaat DPL Pulau Wangi-Wangi Benar 38.3% Q 16. Fungsi tanda batas di DPL Pulau Wangi-wangi Benar 38.7% Q 17. Manfaat POKMASWAS di DPL Pulau Wangi-Wangi Benar 37.7% Pertanyaan Survey Q 14. Pada Peta menunjukkan Lokasi DPL Hasil jejak pendapat dalam sensus Survey KAP pada pra kampanye pride untuk DPL Pulau Wangi-Wangi , data responden pengetahuan tentang lokasi DPL, manfaat DPL, fungsi tanda batas, manfaat POKMASWAS dalam DPL Pulau Wangi-Wangi yang dikumpulkan dan diolah menunjukkan sangat rendah tingkat pengetahuan nelayan lokal di DPL Pulau WangiWangi. Objektif yang diharapkan dalam kampanye ini adalah peningkatan pengetahuan masyarakat target mengenai lokasi DPL, manfaat DPL, fungsi tanda batas dan manfaat POKMASWAS. Sebagai data dasar hasil pra kampanye dapat dilihat pada tabel 1. Bahwa pengetahuan nelayan lokal lokasi DPL Pulau Wangi-Wangi di 4 Site sebesar (37.1%), Pengetahuan manfaat DPL Pulau Wangi-Wangi di 4 site sebesar (38.3%) dan Pengetahuan fungsi tanda batas di DPl Pulau Wangi-Wangi di 4 site sebesar (38.7%). Hal ini di sebabkan karena di beberapa desa target tingkat pengetahuan mereka sangat rendah berdasarkan data demografi menyebutkan salah satu penyebab pengetahuan mereka rendah karena tingkat pendidikan terbatas, ini terlihat pada Desa Sombu karena belum di tunjanganya fasiltas bagunan sekolah belum ada dan mayoritas masyarakatnya mengantungkan hidup dengan melaut dan tidak berkebun di bandingkan dengan tiga desa lain yaitu Waha, Waelumu dan Waetuno mayoritas masyarakatnya sudah memiliki fasilitas untuk bersekolah dan umumnya masyarakat 3 desa tersebut bukan cuma mengantungkan hidup dilaut tapi memiliki mata pencarian yang berbeda ada berkebun, tukang kayu, dan lain-lain sehingga di harapkan pengetahuan bertambah namun perubahan perilaku tidak hanya di capai dengan meningkatnya pengetahuan tetapi harus di tunjang sikap dan komunikasi interpersonal sehingga tercapailah perubahan perilaku yang kita harapkan. Sikap Nelayan Lokal di DPL Pulau Wangi-Wangi Tabel. 2. Hasil survey tentang sikap Masyarakat mendukung DPL , keberadaan tanda batas dan Pembentukkan POKMASWAS di DPL Pertanyaan Survey Respons Persentasi (%) Q 18. Apakah Bapak/Ibu percaya DPL memberikan manfaat Percaya 70.9% Q 20.Bagaimana sikap Bapak/Ibu terhadap keberadaan tanda batas Setuju 60.2% Q 22. Bagaimanan sikap Bapak/Ibu terhadap pembentukan POKMASWAS Setuju 62.3% Hasil jejak pendapat sensus survey KAP pada pra kampanye pride untuk DPL Pulau Wangi-Wangi, data responden sikap tentang DPl memberikan manfaat, keberadaan tanda batas dan pembentukan POKMASWAS dalam DPL Pulau Wangi-Wangi di kumpulkan dan diolah menunjukkan tinggi sikap nelayan lokal DPl Pulau Wangi-Wangi. Objektif yang diharapkan dalam kampanye ini adalah peningkatan sikap atau sikapnya tetap nelayan lokal mengenai DPL memberikan manfaat, keberadaan tanda batas dan pembentukan POKMASWAS. Sebagai data dasar hasil pra kampanye dapat dilihat pada tabel 2. Bahwa sikap mendukung nelayan lokal DPL memberikan manfaat di DPL Pulau WangiWangi di 4 Site sebesar (70.9%), sikap keberadaan tanda batas di DPL Pulau Wangi-Wangi di 4 site sebesar (60.2%) dan sikap terhadap pembentukan POKMASWAS di DPL Pulau WangiWangi di 4 site sebesar (62.3%). Walaupun sikap mereka cukup tinggi tapi pengetahuan mereka masih rendah karena perubahan perilaku tidak hanya di capai dengan meningkatnya sikap tapi harus juga di tunjang meningkatnya pengetahuan dan komunikasi personal agar perubahan perilaku tercapai Komunikasi Interpersonal Nelayan Lokal di DPL Pulau Wangi-Wangi Tabel. 3. Hasil survey tentang komunikasi Interpersonal tentang manfaat DPL , fungsi tanda batas dan fungsi POKMASWAS di DPL Pertanyaan Survey Respons Persentasi (%) Q24. Dalam 3 bulan, pernahkah Bapak/Ibu berdiskusi manfaat DPL Pernah 19.5% Q25. Dalam 3 bulan, Pernahkan Bapak/Ibu berdiskusi fungsi tanda batas Pernah 14.7% Q26. Dalam 3 bulan, pernahkan Bapak/ibu berdiskusi fungsi POKMASWAS Pernah 17.6% Hasil jejak pendapat sensus survey KAP pada pra kampanye pride untuk DPL Pulau Wangi-Wangi, data responden komunikasi interpersonal tentang diskusi manfaat DPL, diskusi fungsi tanda batas dan diskusi fungsi POKMASWAS dalam DPL Pulau Wangi-Wangi di kumpulkan dan diolah menunjukkan sangat rendah komunikasi interpersonal nelayan lokal DPl Pulau Wangi-Wangi. Objektif yang diharapkan dalam kampanye ini adalah peningkatan komunikasi interpersonal nelayan lokal mengenai manfaat DPL, fungsi tanda batas dan fungsi POKMASWAS. Sebagai data dasar hasil pra kampanye dapat dilihat pada tabel 3. Bahwa komunikasi interpersonal nelayan lokal manfaat DPL Pulau Wangi-Wangi di 4 Site sebesar (19.5%), komunikasi interpersonal fungsi tanda batas di DPL Pulau Wangi-Wangi di 4 site sebesar (14.7%) dan komunikasi interpersonal fungsi POKMASWAS di DPL Pulau WangiWangi di 4 site sebesar (17.6%). Hal ini disebabkan karena nelayan lokal belum perna mendengar mengenai DPL, tanda batas dan POKMASWAS sehingga komunikasi antarpersonal tidak perna terjadi dan bagi sebagian yang menjawab perna mendengar itu pun karena mereka perna mendengar dari keluarga dan teman mereka. Namun perubahan perilaku tidak hanya di capai dengan meningkatnya komunikasi interpersonal tetapi harus di tunjang pengetahuan dan sikap sehingga tercapailah perubahan perilaku yang kita harapkan. Tingkat Perubahan Prilaku (BC) nelayan lokal di DPL Pulau Wangi-Wangi Tabel. 4. Hasil survey perubahan prilaku nelayan lokal di DPL Pulau Wangi-Wangi Pertanyaan Survey Q27. Dalam 3 bulan, dimanakah Bapak/Ibu menangkap ikan Respons Persentasi (%) Di luar DPL 51.1% Di Dalam DPL 48.9% Hasil jejak pendapat sensus survey KAP pada pra kampanye pride untuk DPL Pulau Wangi-Wangi, data responden perubahan prilaku nelayan lokal sangat rendah Objektif yang diharapkan dalam kampanye ini adalah perubahan perilaku nelayan lokal di DPL Pulau Wangi-Wangi tidak beraktifitas dan menangkap ikan di DPL Pulau Wangi-Wangi. Sebagai data dasar hasil pra kampanye dapat dilihat pada tabel 4. Bahwa nelayan lokal yang masih menangkap ikan DPL Pulau Wangi-Wangi di 4 Site sebesar (48.9%), sedangkan yang beraktivitas di luar DPL sebesar (48.9%). Hal ini disebabkan berdasarkan data demografi bahwa yang umumnya usia nelayan lokal yang masuk ke DPL Pulau Wangi-Wangi antara 36 tahun sampai dengan 45 tahun, pengguna yg masuk di DPL ada nelayan dari Desa Waha dibandingkan 3 desa lainnya karena letak DPL Desa Waha biasanya di pakai sebagai jalur pelayaran Nelayan lokal dan tempat berlabunya jangkar dan perahu mereka. Namun perubahan perilaku tidak hanya di capai dengan meningkatnya komunikasi interpersonal tetapi harus di tunjang pengetahuan dan sikap sehingga tercapailah perubahan perilaku yang kita harapkan.