ISSN 2805 - 2754 KONTROL TERHADAP KEBISINGAN (Telaah Pustaka) Oleh T. Yuniarti*) *) Dosen Tetap Akademi Keperawatan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta Abstrak Kasus kebisingan dilingkungan sering terjadi. Dampak yang rasakan oleh masyarakat bermacam-macam, mulai dari tidak dapat mendengar radio, TV, percakapan secara wajar, tidak dapat tidur pada waktunya, sulit berkonsentrasi sampai gangguan psikologis lainnya. Sebagian dari meraka berani melakukan protes, sebagian hanya bercerita kesana-kemari dan sebagainya diredam dalam hari, menyerah pada keadaan, yang sebenarnya tidak wajar. Semua itu merupakan gangguan kesehatan. Jajaran petugas kesehatan yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat perlu mempunyai keterampilan dalam mengidentifikasi apakah suatu kasus atau peristiwa kebisingan benar-benar berdampak terhadap kesehatan. Dapat saja terjadi sekelompok orang mengaku kebisingan oleh suatu industri padahal bukan karena benar-benar kebisingan melainkan karena desakan politis atau ekonomis tidak senang orang lain lebih maju dan sebagainya. A. 40 Pengertian Kebisingan (noise) adalah suara yang tidak dikehendaki. Menurut Woll (1979), kebisingan adalah suara yang mengganggu. Sedangkan menurut Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungkungan, termasuk ternak, satwa, dan sistem alam. (Subaris,dkk, 2008 : 14) Menurut Ridley, (2008 : 189), Beberapa hal yang perlu dipahami tentang kebisingan: 1. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diharapkan 2. Beberapa bunyi- bunyian diperlukan untuk: 3. Bunyi merupakan pulsa-pulsa tekanan diudara 4. Ambang pendengaran adalah tingkat kebisingan paling rendah yang dapat dideteksi oleh telinga. Kesehatan pendengaran merupakan salah satu segi kualitas hidup ddan oleh karena itu pendengaran perlu dilindungi. B. Jenis Kebisingan Steady, state, noise, adalah kebisingan dimana fluktuasi dari intensitasnnya tidak lebih dari 6 Db. Sebagai contoh, suara yang ditimbulkan oleh kompresor, kipas angin, dapur pijar (steady state wide band noise) ; suara mesin, gergaji, sirkuler, (circular chain saw), dan suara yang ditimbulkan oleh katup (steady state narrow band noise) (Subaris,dkk, 2008 : 14). Impact/impulse noise, adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh sumber tunggal atau bunyi yang pada saat tertentu terdengar secara tiba-tiba, misalnya kebisingan yang ditimbulkan oleh ledakan bom atau meriam, sedangkan impulsive berualang terjadi pada mesin produksi diindustri (Subaris,dkk, 2008 : 14). Intermitten/interutted noise adalah kebisingan dimana suara mengeras dan kemudian melemah secara perlahan lahan. Sebagai contoh, kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan lalulintas atau pesawat udara. (Subaris,dkk, 2008 : 14) C. Sumber Kebisingan JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:40-51 Menurut Subaris,dkk, (2008 : 15) aktivitas dari berbagai proyek pembangunan menghasilkan dampak yang berbeda-beda dari bermacammacam sumber kebisingan dan dapat dibagi menjadi 4 tipe pembangunan yaitu: 1. Tipe pembangunan pemukiman 2. Tipe pembangunan gedung bukan untuk tempat tinggal tetap, misalnya perkantoran, gedung umum, hotel, rumah sakit, sekolah, dan sebagainya. 3. Tipe pembangunan industri 4. Tipe pekerjaan umum, misalnya jalan, saluran induk air, selokan induk air, selokan, dan lainnya. Menurut (Subaris,dkk, 2008 : 15), Dampak kebisingan dapat pula kita bagi berdasarkan fase pembangunan proyek yaitu fase konstruksi dan fase operasi. Besarnya kebisingan yang ditimbulkan dari fase pembangunan fisik (gedung atau industri) dapat dibagi lagi menjadi kebisingan yang disebabkan oleh: 1. Pembersihan lahan 2. Penggalian 3. Pondasi 4. Menegakkan bangunan 5. Penyelesaian akhir bangunan Menurut (Subaris,dkk, 2008 : 15-16) sumber kebisinga dibedakan menjadi: 1. Bising industri Industri besar termasuk didalamnya pabrik, bengkel, dan sejenisnya. Bising industri dapat dirasakan oleh karyawan maupun masyarakat sekitar industri 2. Bising rumah tangga Umumnya disebabkan oleh alat-alat rumah tangga dan tidak terlalu tinggi tingkat kebisingannya 3. Bising spesifik Bising yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan khusus, misalnya pemasangan tiang pancang tol atau bangunan. Menurut Subaris,dkk, (2008 : 16) Sumber kebisingan berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua yaitu: Kontrol Terhadap Kebisingan 1. D. Sumber kebisingan statis Pabrik, mesin, tape, dan lainnya 2. Sumber kebisingan dinamis Mobil, pesawat terbang, kapal laut, dan lainnya Sedangkan menurut Subaris,dkk, (2008 : 16) sumber bising yang dilihat dari bentuk sumber suara yang dikeluarkannya da dua, yaitu (Men. KLH, 1989): 1. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu titik/ bola/ lingkaran. Contoh: sumber bising dari mesinmesin industri/ mesin yang tak bergerak. 2. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis, misalnya kebisingan yang timbul karena kendaran-kendaran yang bergerak dijalan. Dampak Kebisingan Dampak kebisingan menurut Subaris,dkk, (2008 : 16-17) adalah sebagai berikut: 1. Pada indra pendengaran (Audiotori Effect) Telinga siap untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan terhadap tingkat suara/ bising, tetapi setelah telinga terlalu sering mengalami perubahan yang berulang-ulang lama-kelamaan daya akomodasinya akan menjadi lelah dan gagal dalam memberikan reaksi. Dalam keadaan ini pendengaran timbul akan pekerjaan (occupational deafness), tidak hanya terdapat pada pekerja pabrik saja tetapi juga pada pekerjaan-pekerjaan luar, seperti sopir taksi/ alat transportasi, polisi lalu lintas, dan sebagainya Efek kebisingan pada indra pendengaran, dapat diklasifikasikan menjadi: a. Trauma akustik, Adalah ganguan pendengaran yang disebabkan oleh pemaparan tunggal terhadap intensitas kebisingan yang sangat tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Contoh, ketulian yang disebabkan oleh ledakan bom 41 b. c. 2. 42 Ketulian sementara (temporary thers hold shift/ TTS), Adalah Gangguan pendengaran yang dialami seseorang yang sifatnya sementara. Daya dengarnya sedikit demi sedikit pulih kembali, waktu untuk pemulihan kembali adalah berkisar dari beberapa menit sampai beberapa hari (3-7 hari), namun yang paling lama tidak lebih dari sepuluh hari. Ketulian permanen (permant thers shold/PTS), Adalah bilamana seseorang pekerja mengalami TTS dan kemudian terpajan bising kembali sebelum pemulihan secara lengkap terjadi, maka akan terjadi “akumulasi” sisa ketulian (TTS), dan bila hal ini berlangsung secara bererulang dan menahun, sifatnya akan berubah menjadi permanen. PTS sering juga disebut NIHL terjadi umumnya setelah terpajan 10 tahun atau lebih. Efek kebisingan bukan pada indra pendengaran (non audiotory effect). a. Gangguan komunikasi, kebisingan dapat mengganggu percakapan sehingga dapat menimbulkan salah pengertian dari penerimaan pembicaraan. b. Gangguan tidur, menurut EPA (1974), manusia dapt terganggu tidurnya pada intensitas suara 33-38 dBA dan keluhan ini akan semakin banyak ditemukan bila tingkat intensitas suara di ruang tidur mencapai 48 dBA. c. Gangguan pelaksanaan tugas (task interference), terutama pada tugas-tugas yang membutuhkan ketelitian atau pekerjaan yang rumit dan d. e. E. pekerjaan yang mebutuhkan konsentrasi tinggi. Perasaan tida senang atau mudah marah (annoyance). Stress, pengalaman pada pemeriksaan di perusahaan menunjukkan beberapa tahapan akibat stress kebisingan, yaitu: menurunnya daya akomodasi, cenderung cepat lelah, gangguan komunikasi, gangguan fungsi pendengaran secara bertahap, ketulian / penurunan daya pendengaran. Pengukuran kebisingan Pengukuran kebisingan bertujuan untuk membandingkan hasil pengukuran pada suatu saat dengan standar atau Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditetapkan (Subaris,dkk, 2008 : 20). Pengukuran yang ditujukan hanya sekedar untuk mengendalikan terhadap lingkungan kerja dilaksanakan ditempat dimana pekerja menghabiskan waktu kerjanya serta dilaksanakan pada waktu pagi, siang, dan sore hari (Subaris,dkk, 2008 : 20-21). Pengukuran yang bertujuan untuk mengetahui efek kebisingan terhadap pendengaran perlu dilaksanakan secara intensif selama jam kerja. Bila pekerja selalu berpindah tempat maka disamping dilaksanakan pengukuran tingkat tekanan suara juga dicatat waktu selama pekerja berada di tempat-tempat tersebut agar dapat diketahui apakah pekerja sudah terpajan melampaui NAB (Subaris,dkk, 2008 : 21). Untuk mengetahui luasnya masalah kebisingan, kita perlu mengukur tingkat kebisingan dengan menggunakan sejumlah alat ukur tingkat kebisingan dengan berbagai tingkat ketelitian (Ridley, 2008 : 193). Menurut Ridley, (2008 : 194) alat ukur kebisingan Adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:40-51 kebisingan dan memiliki tiga jenis dasar, tiga jenis dasar tersebut adalah : 1. Alat ukur keperluan umum : a. Relatif murah b. Cukup teliti untuk mengidentifikasi area yang bermasalah dengan kebisingan 2. Instrumen kualitas 1 : a. Memberikan pembacaan teliti yang dapat digunakan dalam tindakan penegndalian kebisingan b. Bisa mengikutsertakan fasilitas untuk menganalisis pita gelombang (wave band analysis) dan memadukan tingkat eksposur c. Cukup mahal namun dibutuhkan jika pengukuran kebisingan secara teratur perlu dilaksanakan 3. Istrumen Presisi (presition instrument) a. Mengukur sejumlah fungsifungsi kebisingan b. Memberikan pembacaan yang sangat teliti c. Kerap disambungkan keinstrumen pencatat yang mengukur tingkat kebisingan dalam satu periode waktu d. Sangat mahal dan memerlukan keahlian khusus untuk menggunakannya Alat ukur kebisingan menurut Ridley, (2008 : 194-195) adalah sebagai berikut: 1. Audiometer Diperlukan untuk mengukur ketajaman pendengaran : a. Digunakan untuk mengukur ambang pendengaran b. Mengindikasikan kehilangan pendengaran c. Pembacaan dapat dilakukan secara manual atau otomatis d. Mencatat kemampuan pendengaran setiap telinga Kontrol Terhadap Kebisingan 2. pada deret frekuensi yang berbeda e. Menghasilkan audiogram (grafik ambang pendengaran untuk masing-masing telinga pada suatu rentang frekuensi) f. Pengujian perlu dilakukan didalam ruang kedap bunyi namun diruang yang heningpun hasilnya memuaskan g. Berbiaya sedang namun dibutuhkan hanya jika kebisingan merupakan masalah atau kejadian yang terus menerus, atau selain itu dapat menggunakan fasilitas dirumah sakt setempat. Dosimeter Dosimeter diperlukan untuk mengukur eksposur terhadap kebisingan harian : a. Berupa instrumen kecil yang dikenakan oleh pekerja b. Terdiri atas alat pencatat kecil dan microfon yang disematkan pada krah baju didekat telinga c. Mengukur dan mencatat tingkat kebisingan setiap menit dalam 1 giliran kerja d. Instrumen sederhana yang memadukan pembacaan untuk memberikan pemajanan bising harian LEP.d e. instrumen yang lebih rumit yang memungkinkan analisis rekaman data yang lebih rinci f. proses analisi membutuhkan perangkat lunak komputer dan pemeta (plotter) data yang cocok 1) sangat mahal 2) alat yang sangat khusus yang sebaiknya dipercayakan kepada ahlinya g. satu-satunya metode yang benar benar teliti untuk mengukur pemajanan bising personal harian. 43 Menurut Subaris,dkk, (2008 : 21) Alat yang digunakan untuk pengukuran intensitas kebisingan adalah Sound Level Master (SLM) yang mempunyai beberapa jenis antara lain: 1. Precision Sound Level Meter 2. General Purpose Sound Level Meter 3. Survey Sound Level Meter 4. Special Purpose Sound Level Meter Menurut Subaris,dkk, (2008 : 22), Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran adalah: 1. Sebelum pengukuran dilaksanakan, battery harus diperiksa untuk mengetahui apakah masih berfungsi atau tidak. 2. Agar peralatan SLM akan digunakan benar-benar tepat, maka terlebih dahulu harus dicek dengan menggunakan kalibrator, yaitu dengan meletakkan/ memasang alat tersebut diatas mikrophone dari SLM, kemudian dengan tombol pada alat tersebut dikeluarkan nada murni (pure tone) dengan intensitas tertentu, maka jarum penunjuk/ display SLM tersebut harus menunjukkan sesuai dengan intensitas suara dari kalibator tersebut. 3. Meletakkan sejauh mungkin SLM sepanjang tangan (paling dekat 0,5 meter dari tubuh pengukur). Bila perlu gunakan tripod untuk meletakkannya. Hal ini dilakukan karena selain operator dapat merintangi suara yang datang dari salah satu arah operator tersebut juga dapat memantulkan suara sehingga menyebabkan kesalahan pengukuran 4. Pengukuran diluar gedung/ lingkungan harus dilakukan pada ketinggian 1,2-1,5 meter diatas tanah dan bila mungkin tidak kurang dari 3,5 meter dari semua permukaan yang dapat memantulkan suara. Sebaliknya digunakan WindsScreen (terbuat dari karet busa berpori) yang 44 5. 6. 7. F. dipasang pada micropone untuk mengurangi turbulensi aliran udara disekitar diafragma microphone. Bila ingin diketahui dengan tepat sumber suara yang sedang diukur dapat digunakan suatu handphone yang dihubungkan dengan output dari SLM Hindari pengukuran terlalu dekat dengan sumber bunyi, karena hasil pengukuran akan menunjukkan perbedaan yang bermakna pada posisi SLM yang berubah-ubah SLM ini dapat digunakan pada suasana kelembaban sampai dengan 90% dan pada suhu antara 10-50°c RencanaRencana Pengukuran Kebisingan Menurut Subaris,dkk, (2008 : 23) Merumuskan rencana-rencaan pengukuran adalah sebagai berikut: 1. Pokok-pokok pengukuran utama Ada dua pokok-pokok penting bila mengukur kebisingan: tingkat tekanan suara berbobot A yang kemudian dibandingkan dengan nilai referensi dan kebisingan itu sendiri karena frekuensi harus dianalisa untuk merumuskan langkah-langkah pengcegahan terhadap kebisingan. 2. Studi-studi pendahuluan a. Sifat dari masalah kebisingan b. Periode waktu dan berapa sering kebisingan dihasilkan c. Situasi propagasi d. Situasi kerusakan e. Situasi kebisingan latar belakang (apakah ada sumbersumber lain atau tidak). 3. Perencanaan pengukuran Dalam merencanakan pengukuran, perlu untuk menginvestigas: a. Titik-titik pengukuran b. Personalia c. Peralatan pengukuran d. Proses-proses pengukuran e. Metode komunikasi, dan sebagainya JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:40-51 Waktu memilih alat-alat pengukuran, perlu untuk mengingat tujuan dari hasilhasil pengukuran. Terutama, bila pengukuran adalah bagian dari investigasi untuk langkah-langkah penanggulangan, maka perlu diadakan pengukuranpengukuran pada titik-titik dimana suarasuara mudah bocor seperti jendelajendela, pintu-pintu, kipas angin, dan sebagainya (Subaris,dkk, 2008 : 24). G. Tindakan Pencegahan dalam Pengukuran Menurut Subaris,dkk, (2008 : 25-26) tindakan pencegahan dalam pengukuran adalah sebagai berikut: 1. Catat sebelum pengukuran Catat tanggal dan waktu pengukuran lokasi, kondisi cuaca, nama-nama personal tinggi mikrofon, lingkup pengukuran, kompensasi frekuensi dari meteran tingkat kebisingan, kecepatan, pencatuan kertas dari perekam tingkat, model peralatan dan pabrik peralatan. 2. Pengaruh angin Waktu mengukur kebisingan diluar rumah, pasanglah layar pencegah angin pada mikrofon dari meteran tingkat kebisingan. 3. Tempat pengukuran Pilihlah lokasi yang tidak dipengaruhi oleh suara yang tidak bergema atau yang terpengaruhi oleh medan magnetik, getaran-getarn, atau suhu ekstrim atau kelembapan. 4. Periode pengukuran Pilihlah waktu yang kebisingan latar belakangnya stabil dan tidak ada sumber-sumber lainnya yang mempengaruhi pengukuranpengukuran. Diman sumber masalah stabil, kebutuhan pengukuran hanya perlu berlangsung 2-3 menit. Tetapi, jika tingkat tekanan suara bobot A sangat berfluktuasi, ukurlah selama 250 detik atau lebih. Apabila ada kebisingan latar belakang dari lalu lintas mobil atau sumber lain, ukurlah untuk waktu yang disebutkan sebelumnya dalam periode dimana Kontrol Terhadap Kebisingan 5. 6. 7. 8. efek-efek tersebut tidak kelihatan dengan jelas. Terutama bila sedang merekam, makin lama perekamannya, makin baik Mengatur lingkup Dapatkan ide tentang tingkat tekanan suara berbobot A sebelum pengukuran, kemudian stel skala penuh dengan kelonggaran tertentu yang bertanggung jawab atas waktu pengukuran penuh. Dengan sinyal-sinyal kejutan, puncak bentuk gelombang dapat keluar dari skala meskipun pembacaan jarum (nilai yang terukur) mungkin tidak. Oleh karena itu, perlu mengawasi lampu pengingat kelebihan beban yang menyala bila suatu bentuk gelombang memuncak. Langkah pencegahan yang sama diperlukan untuk perekam audio dan tidak hanya untuk alat-alat pengukuran. Pelihara catatan-catatan selama pengukuran Dengan penggunakan indra pendengaran seseorang, bedakan antara suara target dan kebisingan lainnya dan buatlah catatan tentang itu pada kertas rekaman selama pengukuran. Bila lingkungan pengukuran berubah selama pengukuran catatlah perubahan itu dalam status dan waktu hal itu terjadi dan informasi terkait lainnya pada kertas rekaman. Misalnya, bila suatu mesin berhenti atau seseorang lewat didepan meteran tingkat kebisingan, buatlah catatan mengenai status dan waktu hal itu terjadi pada kertas rekaman. Instruksi kepada orang-orang lain Peringatkan orang-orang lain untuk tidak membuat suara-suara selama merekam kebisingan. Catatan-catatan titik pengukuran Bedakan titik-titik perekam dengan angka-angka atau cara-cara lainnya dan terlebih dahulu tandailah hal-hal itu pada dokumen-dokumen yang 45 disediakan. Juga masukkan jarak dari sumber dinding-dinding dan sebagainya. Untuk mengecek kembali titik pengukuran, ambillah foto tempat kerja. 9. H. 46 Komunikasi selama pengukuran Bila daerah perbatasan tak dapat dilihat dari sumber, tempatkan seseorang pada sumber untuk memantau operasi dan seorang lain pada titik pengukuran, keduanya berkomunikasi dengan transceiver. Bila ditemukan adanya pemuncakan yang tinggi atau kejadian istimewa lainnya pada titik pengukuran maka orang yang ada dititik pengukuran harus menghubungi orang yang memantau sumber dan mencatat informasi apa saja yang berguna, yang dapat dilaporkan. Metode Pengukuran Kebisingan Menurut Subaris,dkk, (2008 : 27-28) metode pengukuran kebisingan adalah sebagai berikut: 1. Peraturan-peraturan tentang pabrikpabrik dan halaman-halaman kerja Titik pengukuran ditentukan pada garis tanah milik dari pabrik atau halaman kerja. Tetapi, bila lokasi ini dipandang tak mencukupi untuk pengukuran, pengukuran dapat dilakukan dari titik sembarangan di luar garis tanah milik. Karakteristik pengukur frekuensi adalah karakteristik A, sedangkan karakteristik pemukul rataan waktu adalah karakteristik F (cepat). 2. Peraturan-peraturan ditempattempat konstruksi Titik pengukuran ditentukan pada garis batas tanah dari suatu tempat konstruksi. Karakteristik pengukur frekuensi adalah karakteristik A, sedangkan karakteristik pemukul rataan waktu adalah karakteristik F (cepat). I. Program Pengendalian Bising Menurut Azwar, (1979 : 102) untuk menciptakan suatu rumah atau tempat tinggal yang baik sistem bunyinya, artinya intensitas bunyi tidak melebihi 50 desibel, dapat dilakukan beberapa hal yakni: 1. Ditujukan pada sumber bunyi, misalnya dengan memasang peredam bunyi pada sumber bunyi. 2. Menghalangi antaran (transmisi) bunyi. Misalnya membuat rumah atau bangunan dari bahan-bahan yang dapat menahan bunyi. Suatu rumah dari batu bata yang yang mempunyai ketebalan 20 cm serta pintu dan jendela tertutup rapat, dapat mengurangi bunyi yang diantarkan udara sampai 50 desibel. Sedangkan bunyi yang diantarkan benda padat, seperti misalnya bunyi sepatu pada lantai yang kekuatannya sekitar 15 desibel, dapat dihilangkan jika kontruksi rumah dibangun dengan baik, sehingga tidak menimbulkan gema misalnya. 3. Menutup pendengaran, misalnya dengan sumbat telinga. Cara yang seperti ini tentu saja tidak bermanfaat untuk daerah tempat tinggal. 4. Dengan memilih lokasi rumah atau tempat tinggal tersebut pada daerah yang tidak terlalu ramai, seperti misalnya tidak terlalu dekat dengan jalan raya yang ramai, tidak didekat pabrik, lapangan terbang, dan lain sebagainya. Menurut Subaris,dkk, (2008 : 30) program pengendalian bising berdasarkan teknik pelaksanaannya, dibedakan dalam tiga cara: 1. Pengendalian pada sumber Beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam cara ini adalah sebagai berikut: a. Meredam bising/ getaran yang ada b. Mengurangi luas permukaan yang bergetar JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:40-51 c. J. Mengatur kembali tempat sumber d. Mengatur waktu operasi mesin e. Pengecilan dan pengurangan volume f. Pembatasan jenis dan jumlah lalu-lintas dan lainnya. 2. Pengendalian pada media bising Langkah-langkah yang bisa dilakukan dengan cara ini adalah sebagai berikut: a. Memperbesar jarak sumber bising dengan pekerjaan atau pemukiman b. Memasang peredam suara pada dinding dan langit-langit c. Membuat ruang kontrol agar dapat dipergunakan mengontrol pekerjaan dari ruang terpisah d. Bila sumber bising adalah lalulintas, bisa dilakukan pembatasan jalan dengan rumah/ gedung/ remah sakit, dan lain-lain. Dengan penanaman pohon, pembuatan gundukan tanah, pembuatan tembok/ pagar, pembuatan jalur hijau dan daerah penyangga, dan lainnya. 3. Pengendalian pada penerima Pengendalian dengan cara ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: a. Memberi alat pelindung diri seperti ear plug, ear muff dan helmet b. Memberikan latihan dan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja, khususnya tentang kebisingan dan pengaruhnya c. Tindakan pengamanan juga dapat dilakukan dengan cara memindahkan tenaga kerja terkena bising. Tehnik-tehnik pengendalian kebisingan Dalam seluruh aktivitas perlindungan pendengaran, pertimbangan pertama yang harus diperhatikna adalah menghilangkan sumber kebisingan dan Kontrol Terhadap Kebisingan selanjutnya melindungi seluruh angkatan kerja. Akan tetapi, tindakan menghilangkan pancaran kebisingan tidak selalu dapat dilakukan secara sempurna sehingga kita memerlukan tindakantindakan lain untuk sejauh mungkin mengurangi pancarannya (Ridley, 2008 : 196-198). Menurut Ridley, (2008 : 196-198) Hal ini harus dilaksanakan secara logis yang mengikuti strategi perlindungan pendengaran (yang masing-masing diurutkan sesuai dengan prioritasnya) yang dapat dilakukan adalah : 1. Pendekatan arahan-prinsip (principles-led): a. Penghilangan mencari metode alternatif b. Isolasi memindahkan pekerja ke arah dengan kebisingan lebih rendah c. Penyekatan 1) mengurung kebisingan di dalam ruang kedap bunyi (sound-insulated) 2) menempatkan pekerja di kabin kedap suara d. Penyerapan 1) Melapisi dinding dan permukaan-permukaan pantul dengan bahan penyerap bunyi 2) Menggunakan panelpanel penyerap bunyi yang berdiri sendiri 3) Menggantung panel-panel penyerap bunyi dilangitlangit atau atap e. Peredaman getaran 1) Memberi batang kukuh atau melapisi lembar panel logam untuk mencegah efek genderang (drumming) 2) Menggunakan dudukan penahan getaran (vibration mount) untuk permesinan 47 3) 2. Menggukan sambungan yang fleksibel dalam pipapipa dan saluran-saluran 4) Menggunakan komponen plastik dalam pemesinan. f. Pembungkaman (silencing) 1) Menggunakan pembungkam bunyi atau silencer pada keluaran dari silinder saluran udara dan pompa vacum 2) Mengggunakan pengarah angin atau baffle pada keluaran sistem ventilasi dan penyedotan 3) Mengarahkan lubang keluar ventilasi menjauh dari area kerja dan perumahan yang bersebelahan (kebisingan kelingkungan) Pendekatan prakmatis a. Merekayasa 1) Dengan mengganti peralatan 2) Dengan mendisain ulang dan memodifikasi peralatan 3) Dengan mengubah tata letak peralatan di area kerja, sehingga pekerja berada pada komdisi tingkat kebisingan yang dapat diterima b. 48 Mengurangi kebisingan pada sumber 1) Menggunakan komponenkomponen non logam jika memungkinkan 2) Memasang batang kukuh atau pembuatan lekukan pda lembaran logam untuk menghentikan efek genderang 3) Menggunakan pembungkam saluran buang, khususnya pada saluran-saluran silinder udara dan pompa vacum 4) c. d. e. Menghilangkan belokan tajam dalam sistemsistem udara dan hidrolik guna menghentikan kebisingan turbulensi 5) Menghilangan frekuensi listrik yang berdengung dalam transformator-harus dipasang diluar area kerja namun dengung dapat terus terjadi dan menembus ke area kerja 6) Menjaga agar komponenkomponen sumber selalu berada dalam keadaan baik melalui pemeliharaan yang terencana 7) Menggunakan kipas dengan laju putaran yang disarankan oleh pembuat untuk mencegah efek genderang udara Mengurangi sumber bising 1) Di dalam ruang kedap bunyi 2) Tutup yang benar-benar rapat 3) Membutuhkan ventilasi yang cukup agar peralatan tidak kepanasn sehingga mengalami kegagalan. Memishkan para pekerja 1) di dalam kabin kedap bunyi atau ruang pelindung 2) mensyaratkan pemanas dan ventilasi yang mencukupi 3) membutuhkan jendela atau sarana lain untuk melihat dan mengendalikan proses 4) melarang menggunakan walkman dan radio lainnya Menyerap bising Dengan mengguakan material penyerap bising seperti: 1) Pelapis dinding, JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:40-51 2) Panel-panel yang berdiri bebas diarea kerja, 3) Tirai atau panel gantung Ilmu pengetahuan khusus tentang material dan metode aplikasi yang paling efektif diperlukan untuk memastikan bahwa peredaman kebisingan dan teknik pengendaliannya sudah efektif. Sebaiknya kita menggunakan jasa tenaga ahli (Ridley, 2008 : 198). Menurut Ridley, (2008 : 198) Usaha terakhir,setelah seluruh tehnik tidak efektif, adalah dangan menyediakan alat pelindung pendengaran pribadi, seperti: a. Harus diberikan satu untuk setiap pekerja b. Harus menyediakan atenuasi yang cukuc (dapat mengurangi sejumlah kebisingan yang mencapai telinga) untuk menjamin pendengaran terlindungi dengan baik. c. Para pengguna harus terbiasa dengan tingkat bunyi yang berbeda-beda yang dapat didengar melalui alat perlindungan pendengaran. Alat ini terdiri dari dua jenis 1) Sungkup telinga 2) Sumbat telinga K. Satuan Pengukuran Pengukuran kebisingan dapat didasari pada tingkat daya bunyi atau tingkat tekanan bunyi. Tingkat daya bunyi adalah total daya bunyi yang dipancarakan dari suatu benda dan digunakan dalam pengukuran kebisingan komunitas, sedangkan tingkat tekanan bunyi adalah tingkat kebisingan pada titik pengukuran dan merupakan pengukuran tingkat kebisinagan yang lebih umum digunakan ditempat kerja (Ridley, 2008 : 195). Berbeda dengan ukuran lainnya, maka pada ukuran intensitas bunyi yang mempergunakan satuan desibel mempunyai kekhasan tersendiri. Karena Kontrol Terhadap Kebisingan yang dimaksud dengan 1 desibel adalah hasil perkalian nilai 10 dengan logaritma intensitas suatu bunyi yang sebenarnya, setelah sebelumnya dibagi dengan harga ambang intensitas bunyi (Azwar, 1979 : 100) Adapun rumus yang dipakai menurut Azwar, (1979 : 100-101) adalah sebagai berikut: I TI = 10 Log I0 TI = Taraf intensitas bunyi, (desibel) I = Intensitas bunyi (dyne/ cm2) Io= Harga ambang intensitas bunyi Taraf intensitas suatu bunyi 10 desibel berarti intensitas bunyi tersebut sebenarnya adalah 10 dyne/ cm2. Selanjutnya dengan cara yang sama diketahui jika taraf intensitas bunyi tersebut 20 desibel, ini berarti intensitas bunyi yang sebenarnya adalah 100 dyne/ cm2 dan seterusnya (Azwar, 1979 : 101). Dalam kehidupan sehari-hari ternyata bahwa dua bunyi yang sama nilainya intensitasnya (misalnya samasama mempunyai kekuatan 10 desibel), ternyata tidak terdengar sama nyaringnya. Hal ini terjadi karena kedua bunyi tersebut tidak sama nilai frekuensinya (tidak sama jumlah getarannya per detik). Demikianlah untuk membandingkan kenyaringan bunyi, nilai frekuensi ini memegang peranan penting. Hanya jika dua buah bunyi sama nilai frekuensinya, barulah dapat dikatakan bahwa suatu bunyi yang mempunyai intensitas besar terdengar lebih nyaring dari pada bunyi yang mempunyai intensitas kecil. Mudahlah dipahami suatu bunyi mempunyai nilai frekuensi serta nilai intensitas yang lebih besar tentunya akan mempunyai kenyaringan yang lebih tinggi (Azwar, 1979 : 101). Selanjutnya telah diketahui tidak semua bunyi dapat didengar oleh telinga manusia. Bunyi yang dapat didengar ialah jika mempunyai frekuensi antara 16-20.00 Hz. Intensitas terendah dapat didengar atau tidaknya suatu bunyi diberi nilai nol 49 desibel. Nilai 0 desibel disebut nilai ambang intensitas bunyi, yakni intensitas terkecil yang masih dapat menimbulkan rangsangan pendengaran. Jika intensitas bunyi telah melampaui 50 desibel, ini berarti telah timbul bising yang mengganggu. Rumah yang baik sistem bunyinya, tidak boleh melampaui nilai 50 desibel (Azwar, 1979 : 101). Beberapa contoh dari nilai intensitas bunyi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari menurut Azwar, (1979 : 102) adalah sebagai berikut : Macam Bunyi Intensitas (desibel) Ambang 0 pendengaran 10-20 Bisik-bisik 20-30 Percakapan biasa 40-50 Rumah tinggal 50-60 Percakapan kuat 70-80 Lalu lintas yang 90 ramai 100 Boor listrik 130 Palu godam Ambang suara yang menyakitkan telinga Menurut Azwar, (1979 : 102) adalah besarnya intensitas bunyi ini, maka dapat dilakukan penilaian terhadap keadaan suatu tempat, yaitu sebagi berikut: Intensitas Penilaian 0 – 20 dB sangat tenang 20 – 40 dB Tenang 40 – 60 dB Sedang 60 – 80 dB Kuat 80 – 100 dB Menulikan Menurut Ridley, (2008 : 195) satuan pengukuran kebisingan adalah desibel, ditulis dB. 1. Desibel adalah rasio tingkat kebisingan yang terukur dengan tingkat kebisingan minimum yang dapat dideteksi. 2. Diukur dalam skal logaritma 3. Telinga tidak menafsirkan kebisingan secara ilmiah namun bervariasi menurut frekuensinya. 4. Instrumen-instrumen untuk mengukur kebisingan ditempat kerja 50 memiliki skala pengukuran yang telah dimodifikasi (berbobot A) agar cocok dengan karakteristik pendengaran telinga, oleh karenanya, satuan kebisingan diempat kerja adalah dB (A). 5. Penilaian lainnya berlaku untuk aplikasi tertentu. Nada bunyi tergantung pada frekuensinya, yaitu jumlah tekanan pulsa perdetik, dan dicatat sebaai Hertz (Hz) atau siklus perdetik. Pengukuran frekuensi biasanya berdasarkan pita oktaf dan dicatat sebagai frekuensi pusat pita oktaf. Dalam pita oktaf, frekuensi tertingginya adalah dua kali frekuensi terenda. Frekuensi pusat pita oktaf adalah 1,414 x frekensi terendah dan nilai-nilai tipikal adalah (dalam Hz) : 31,5 ; 63 ; 125 ; 250 ; 500 ; 1000 ; 2000 ; 4000 ; 8000 (Ridley, 2008 : 195-196) Keberaaan masalah kebisingan dapat diidentifikasi menggunakan alat pengukur kebisingan yang relatif sederhana. Akan tetapi, penentuan ukuran-ukuran diperlukan untuk perlindunagan kebisingan mungkin membutuhkan alat lebih canggih dan rumit yang memerluakan penegtahuan seorang spesialis untuk mengoprasikan dan menafsirkan hasilnya (Ridley, 2008 : 196). L. Paparan dan Dosis Menurut Soemirat, (2000 : 92) paparan dalam epidemiologi ini seringkali dibedakan dari istilah dosis, yang diartikan sebagai jumlah zat yang masuk atau berada didalam tubuh organisme. Didalam epidemiologi, paparan sering diukur dari luar, jadi belum tentu sama dengan jumlah yang memasuki tubuh. Oleh karena itu pula dalam menghitung dampak digunakan istilah paparan efek bukan dosis/ efek seperti halnya dalam toxikologi. Temp CO UV Bising Pelar Radia at/ ut si Lingk Ionisa unga si n JKèm-U, Vol. V, No. 15, 2013:40-51 Dome stik Rokok Masak Peman asan Pen gob ata n Ber keb un Berj emu r Musik , suara tetan gga palu. L. Kerja Lalin Metalur gi Lab Pert ania n Ind. Peker Lab Konst ja ind. Rotge ruksi Cat, n, Keten Cuci Ind. taraa kimia Peng n/ Peluki guna senjat s. an a tenag a nuklir. Kota Regio nal Beber sih, Hobi Gas buang kendar aan bermot or Mat aha ri Pesa wat terba ng lalin kota Emisi indust ri - Altit ud ting gi Badai - Diag & terapi , Emisi baha n bang unan. Skrini ng TBC. Kebisingan adalah bunyi yang mengganggu dan tidak diharapkan, karena memiliki dampak buruk yang sangat banyak diantaranya ketulian sementara, trauma akustik, bahkan dapat menyebabkan ketulian permanen, sehingga kita harus dapat melakukan pengendalian bising agar tidak mengganggu kesehatan kita, diantaranya dengan cara meredam bising, mengatur mesin, mengurangi luas yang bergetar, mengurai volume, dll. Oleh Karena itu, marilah kita kontrol kebisingan disekitar kita untuk kesehatan pendengaran kita. Karena kita sama-sama tahu bahwa mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Daftar Pustaka Azwar, Azrul. 1979. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya. Ridley, John. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga Soemirat, Juli. 2000. Epidemiologi Lingkungan. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press Enda pan/ Subaris, Heru dan Haryono. 2008. Hygine Lingkungan Kerja. Jogjakarta: Mitra fallCendikia out Simpulan Kontrol Terhadap Kebisingan 51