SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-a dan SUHU

advertisement
SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-a dan
SUHU PERMUKAAN LAUT MENGGUNAKAN CITRA
SATELIT Terra MODIS DI PERAIRAN NATUNA
Oleh :
Muhamad Syafi’i
C64101074
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi saya berjudul :
SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-a dan SUHU PERMUKAAN LAUT
MENGGUNAKAN CITRA SATELIT Terra MODIS DI PERAIRAN NATUNA
adalah benar merupakan karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2006
MUHAMAD SYAFI’I
C64101074
3
RINGKASAN
MUHAMAD SYAFI’I. Sebaran Konsentrasi klorofil-a dan Suhu Permukaan
Laut Menggunakan Citra Satelit Te rra MODIS Di Perairan Natuna.
Dibimbing oleh DJISMAN MANURUNG dan HARPASIS SLAMET
SANUSI.
Penelitian tentang Sebaran Konsentrasi Klorofil-a dan Suhu permukaan Laut
Menggunakan Citra Satelit Terra MODIS Di Perairan Natuna, dilaksanakan dari
bulan Maret 2005 hingga Desember 2005. Yang mana secara umum penelitian ini
terdiri dari tiga tahap, yaitu (1) pengumpulan data; (2) pengolahan data; (3)
analisis dan interpretasi data. Data lapangan didapatkan dari PPPTMGB
LEMIGAS. Data citra satelit Terra MODIS di peroleh dari NASA Goddard Space
Flight Center, sedangkan untuk data citra TOPEX-POSEIDON diperoleh dari
ccar.colorado.edu.
Data citra satelit yang digunakan terdiri dari 14 tanggal perekaman citra.
Proses pengolahan data citra satelit menggunakan perangkat lunak SeaDAS
version 4.7 yang berbasiskan Linux. Untuk menduga sebaran konsentrasi klorofila menggunakan algoritma OC 4 Version 4, sedangkan untuk menduga sebaran
suhu permukaan laut menggunakan algoritma Pathfinder.
Terlihat sebaran konsentrasi klorofil-a dari citra satelit Terra MODIS pada
musim barat berkisar antara 0,11 mg/m3 – 2,59 mg/m3 dan cenderung lebih rendah
dibandingkan musim timur yang berkisar antara 0,10 mg/m3 – 3,68 mg/m3 dengan
nilai yang semakin meningkat menuju perairan pantai hingga pesisir.
Sebaran suhu permukaan laut dari citra satelit Terra MODIS pada musim barat
berkisar antara 24 °C – 29°C dan cenderung lebih rendah dibandingkan musim
timur yang berkisar antara 28 °C – 32 °C. Selain itu terlihat nilai suhu yang
cenderung meningkat menuju perairan pantai hingga pesisir dan perairan yang
semakin mendekati katulistiwa.
Berdasarkan persamaan yang didapat antara data lapangan dengan data dari
citra konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut diperoleh nilai koefisien
determinasi (R2) masing-masing sebesar 0,2974 dan 0,25. Selain itu, didapatkan
hubungan yang negatif antara kelimpahan konsentrasi klorofil-a dan suhu
permukaan laut.
4
SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-a dan
SUHU PERMUKAAN LAUT MENGGUNAKAN CITRA
SATELIT Terra MODIS DI PERAIRAN NATUNA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada Fakultas Perikanan dam Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Muhamad Syafi’i
C64101074
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
5
Judul
Nama
NRP
: SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-a dan
SUHU PERMUKAAN LAUT MENGGUNAKAN CITRA
SATELIT TERRA MODIS DI PERAIRAN NATUNA
: Muhamad Syafi’i
: C64101074
Disetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc
NIP. 130 682 133
Dr. Ir. Harpasis. S. Sanusi, M.Sc
NIP. 130 536 669
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Dr. Ir. Kadarwan Soewardi, M.Sc
NIP. 130 805 031
Tanggal Lulus : 2 Maret 2006
6
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat serta ridhoNya yang tak pernah henti, shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada Sayyidina Muhammad SAW, yang telah menjadi suri teladan
bagi seluruh umatnya.
Pemanfaatan citra satelit Terra MODIS guna menduga klorofil-a dan suhu
permukaan laut masih terbilang jarang, untuk itu penelitian ini dilaksanakan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc dan Dr. Ir. Harpasis Slamet Sanusi, M.Sc
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukkan, arahan, dan
semangat.
2. Dr. Ir. Jonson. L. Gaol, M.Si selaku dosen penguji tamu yang telah
memberikan masukkan dan saran.
3. Ir. Yuli Naulita, M.Si selaku Komisi Pendidikan yang telah memberikan ilum
dan masukkan.
4. Bapak (alm) dan ibu serta kakak-kakak yang telah memberikan bantuan baik
moril maupun materil.
5. Uwa, Om, dan Bibi yang telah memberikan dukungannya serta semangat.
6. Teman-teman ITK 38, khususnya (Vidy, Djoko dan Luki) serta kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan semangat hingga
terselesaikannya skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak sekali
kekurangannya. Untuk itu perlu masukan yang membangun guna menjadikannya
lebih baik. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan
juga bagi semua pihak yang memerlukan.
Bogor, April 2006
Muhamad Syafi’i
7
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
.................................................................................
ix
............................................................................
x
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
........................................................................ xiii
1. PENDAHULUAN .............................................................................
1.1. Latar Belakang .............................................................................
1.2. Tujuan Penelitian .........................................................................
1
1
2
2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
2.1. Kondisi umum perairan lepas pantai Natuna
..............................
2.1.1. Musim barat .........................................................................
2.1.2. Musim timur ........................................................................
2.3. Klorofil-a .....................................................................................
2.4. Suhu .............................................................................................
2.5. Penginderaan jauh .......................................................................
2.6. Karakteristik satelit Terra MODIS ..............................................
4
4
4
5
7
8
9
12
3. BAHAN DAN METODOLOGI
......................................................
3.1. Waktu dan lokasi penelitia n ........................................................
3.2. Bahan dan alat
.............................................................................
3.3. Metoda pengumpulan data ..........................................................
3.3.1. Metoda pengumpulan data citra ..........................................
3.3.2. Metoda pengumpulan data lapangan ...................................
3.4. Metoda pengolahan data ..............................................................
3.4.1. Metoda pengolahan data citra ..............................................
3.4.2. Metoda pengolahan data lapangan ......................................
3.5. Analisis data
................................................................................
3.6. Hubungan antara data citra dengan data lapangan ......................
3.7. Hubungan antara kelimpahan konsentrasi klorofil-a dengan suhu
permukaan laut
............................................................................
16
16
16
17
17
18
19
19
21
21
22
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
........................................................
4.1. Sebaran konsentrasi klorofil-a dari citra satelit Terra MODIS ...
4.1.1. Musim barat tahun 2004 ......................................................
4.1.2. Musim timur tahun 2004 .....................................................
4.1.3. Musim barat tahun 2005 ......................................................
4.1.4. Musim timur tahun 2005
.....................................................
4.2. Sebaran suhu permukaan laut dari citra satelit Terra MODIS ....
4.2.1. Musim barat tahun 2004 ......................................................
4.2.2. Musim timur tahun 2004
.....................................................
4.2.3. Musim barat tahun 2005 ......................................................
4.2.4. Musim timur tahun 2005 .....................................................
26
26
26
30
34
39
45
45
48
51
55
22
8
4.3. Hubungan antara data lapangan denga n data dari citra satelit
....
4.3.1. Klorofil-a .............................................................................
4.3.2. Suhu permukaan laut
...........................................................
4.4. Hubungan antara kelimpahan konsentrasi klorofil -a dengan suhu
permukaan laut
............................................................................
59
59
64
5. KESIMPULAN DAN SARAN
........................................................
5.1. Kesimpulan ..................................................................................
5.2. Saran ............................................................................................
71
71
71
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................
73
..........................................................................................
75
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
..............................................................................
69
84
9
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Spesifikasi teknik satelit Terra MODIS
.............................................
14
2. Kisaran panjang gelombang dari sensor MODIS yang digunakan untuk
pendugaan konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut
..............
14
3. Tanggal perekaman citra Terra MODIS
18
.............................................
4. Posisi stasiun pengambilan data lapangan (dalam desimal)
................
18
5. Rangkuman sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan data citra
Terra MODIS
.....................................................................................
44
6. Rangkuman sebaran suhu permukaan laut menggunakan data citra
Terra MODIS
.....................................................................................
58
7. Perbandingan data lapangan sebaran konsentrasi klorofil-a dengan data
citra satelit Terra MODIS ...................................................................
60
8. Perbandingan data lapangan sebaran suhu permukaan laut dengan data
citra satelit Terra MODIS ...................................................................
65
10
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1a. Arus permukaan di perairan Indonesia pada musim barat
...............
6
1b. Arus permukaan di perairan Indonesia pada musim timur
..............
7
.................................................................
9
2. Spektrum elektromagnetik
3. Kurva karakteristik perairan yang didominasi oleh plankton
4. Kurva karakteristik dari spektrum infra merah jauh
5a. Terra Earth Observation Satelite (EOS AM-1)
............
10
..........................
11
................................
15
5b. Satelit Terra MODIS (EOS AM-1) membawa sensor MODIS
........
15
5c. Konfigurasi sensor MODIS
..............................................................
15
6. Lintasan satelit Terra MODIS
............................................................
15
..........................................................................
16
.......................................................................
24
7. Peta lokasi penelitian
8. Diagram alir penelitian
9. Diagram alir pengolahan data citra
....................................................
25
10. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 13 Januari 2004 ....................................................................
27
11. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 22 Januari 2004 ....................................................................
28
12. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 24 Februari 2004 ..................................................................
29
13. Citra TOPEX-POSEIDON pada musim barat tahun 2004
...............
30
14. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 12 Juni 2004
........................................................................
31
15. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 12 Juli 2004
.........................................................................
32
11
16. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra Ter ra MODIS
tanggal 14 Juli 2004
.........................................................................
33
17. Citra TOPEX-POSEIDON pada musim timur tahun 2004
..............
34
18. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 24 Januari 2005 ....................................................................
35
19. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 25 Januari 2005 ....................................................................
36
20. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 27 Januari 2005 ....................................................................
37
21. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 17 Februari 2005 ..................................................................
38
22. Citra TOPEX-POSEIDON pada musim barat tahun 2005
...............
39
23. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 10 Juni 2005
........................................................................
40
24. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 18 Juni 2005
........................................................................
41
25. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 20 Juni 2005
........................................................................
42
26. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 11 Juli 2005
.........................................................................
43
27. Citra TOPEX-POSEIDON pada musim timur tahun 2005
..............
44
28. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 13 Januari 2004 ....................................................................
46
29. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 22 Januari 2004 ....................................................................
47
30. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 24 Februari 2004 ..................................................................
48
31. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 12 Juni 2004
........................................................................
49
32. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 14 Juli 2004
.........................................................................
50
12
33. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 14 Juli 2004
.........................................................................
51
34. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 24 Januari 2005 ....................................................................
52
35. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 25 Januari 2005 ....................................................................
53
36. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 27 Januari 2005 ....................................................................
54
37. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 17 Februari 2005 ..................................................................
54
38. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 10 Juni 2005
........................................................................
55
39. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 18 Juni 2005
........................................................................
56
40. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 20 Juni 2005
........................................................................
57
41. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra Terra MODIS
tanggal 11 Juli 2005
.........................................................................
58
42. Posisi data lapangan pada citra sebaran konsentrasi klorofil-a
........
59
...........................
61
...................................
61
43. Sebaran konsentrasi klorofil-a dari data lapangan
44. Sebaran konsentrasi klorofil-a dari data citra
45. Grafik hubungan antara konsentrasi klorofil-a dari data lapangan dengan
konsentrasi klorofil-a dari citra satelit Terra MODIS ......................
63
46. Posisi data lapangan pada citra sebaran suhu permukaan laut
.........
64
............................
66
....................................
66
47. Sebaran suhu permukaan laut dari data lapangan
48. Sebaran suhu permukaan laut dari data citra
49. Grafik hubungan antara suhu permukaan laut dari data lapangan dengan
suhu permukaan laut dari citra satelit Terra MODIS
.......................
68
13
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Data klimatologi dari Stasiun Tarempa, Tanjung Pinang, dan Batam
(rata-rata bulanan) tahun 2003 - 2004 ................................................
76
2. Data rerata suhu permukaan laut di sekitar perairan Natuna dan
sekitarnya tahun 1923 – 1992 .............................................................
82
3. Kisaran panjang gelombang dari sensor MODIS
83
...............................
14
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kepulauan Natuna terletak di Laut Cina Selatan antara Semenanjung Malaysia,
Kalimantan, Vietnam dan Kamboja, dengan 271 pulau besar dan kecil. Tiga
pulau besar diantaranya Pulau Bunguran (Natuna Besar), Pulau Jemaja dan Pulau
Serasan. Perairan Natuna merupakan salah satu kawasan perairan Indonesia yang
kaya akan sumber daya alamnya, baik sumber daya alam hayati maupun non
hayati. Pemanfataan sumber daya alam hayati seperti perikanan yang terdiri dari
kelompok ikan pelagis, demersal, karang, dan hias sedangkan untuk pemanfaatan
sumber daya alam non hayati seperti penambangan minyak lepas pantai yang
banyak terdapat pada daerah dekat batas teritorial antara Indonesia dengan
Malaysia.
Seiring dengan pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat,
sehingga perlu diamatinya kondisi kualitas perairan secara berkesinambungan.
Beberapa parameter penting kualitas perairan adalah konsentrasi klorofil-a dan
suhu permukaan laut. Pengukuran kedua parameter tersebut dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu konvensional dan menggunakan pemanfaatan teknologi
penginderaan jauh. Pengukuran secara konvensional menghasilkan informasi
yang akurat, namun memerlukan waktu dan biaya yang tinggi, sedangkan dengan
memanfaatkan teknologi penginderaan jauh berlaku sebaliknya. Selain tidak
membutuhkan waktu dan biaya tinggi juga dapat memberikan informasi secara
berkesinambungan ( time series). Namun karena adanya pengaruh atmosfer dan
awan, sehingga informasi yang didapat menjadi kurang akurat. Untuk itu
diperlukan data lapangan sebagai pembanding.
15
Di Indonesia Penelitian tentang sebaran konsentrasi klorofil-a dan suhu
permukaan laut menggunakan citra satelit Terra MODIS (Moderate Resolution
Imaging Spectroradiometer ) masih terbilang jarang digunakan dibandingkan
dengan penggunaan citra satelit NOAA/AVHRR dan Landsat. Untuk itu akan
dicoba pemanfaatannya berdasarkan sensor multikanal MODIS yang dirancang
cukup sempit untuk masing-masing kanalnya guna memberikan informasi yang
lebih akurat.
Dikarenakan iklim di Kepulauan Natuna dan perairan sekitarnya sangat
dipengaruhi oleh perubahan arah angin dan merupakan perairan yang dilintasi
arus muson sehingga perlu dilihatnya penyebaran konsentrasi klorofil-a dan suhu
permukaan laut dari musim yang berbeda. Pada musim barat angin mosun
cenderung bergerak ke arah utara hingga timur laut dan sekali-sekali berubah
menuju barat laut sedangkan pada musim timur angin cenderung bergerak ke
selatan hingga barat daya dan sekali-sekali berubah menuju tenggara. Diharapkan
dari perbedaan musim tersebut dapat dilakukan analisis terhadap perubahan pola
sebaran yang terjadi guna mencoba menarik kesimpulannya.
1.2. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menduga dan mempelajari sebaran konsentrasi klorofil-a di Perairan
Natuna menggunakan citra satelit Terra MODIS pada musim barat dan
timur tahun 2004 – 2005.
2. Menduga dan mempelajari sebaran konsentrasi suhu permukaan laut di
Perairan Natuna menggunakan citra satelit Terra MODIS pada musim
barat dan timur tahun 2004 – 2005.
16
3. Mempelajari hubungan sebaran konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan
laut di Perairan Natuna dari data citra satelit Terra MODIS dengan data
hasil pengukuran di lapangan.
4. Mempelajari hubungan antara kelimpahan konsentrasi klorofil-a dengan
suhu permukaan laut berdasarkan data citra satelit Terra MODIS.
17
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kondisi umum perairan lepas pantai Natuna
Menurut Suyarso (1997), Laut Cina Selatan merupakan perairan terluas di Asia
Tenggara, memanjang dari Selat Baski (selat antara Taiwan dan Philipina) hingga
Indonesia. Di Indonesia, perairan tersebut memisahkan antara daratan Kalimantan
dan Sumatera. Dari segi geografis Laut Cina Selatan sekitar kepulauan Natuna
termasuk perairan dangkal yang merupakan bagian dari Paparan Sunda. Dasar
lautnya ditutupi lumpur dengan pasir dan melandai dari selatan (sekitar pulau
Belitung) hingga ke Utara (sekitar Kepulauan Natuna) (Wyrtki, 1961).
Angin yang berhembus di perairan Indonesia terutama angin muson
(monsoon), yang dalam setahun terjadi dua kali pembalikan arah yang disebut
angin Musim Barat dan angin Musim Timur (Wyrtki, 1961). Laut Cina Selatan
sekitar Kepulauan Natuna termasuk salah satu perairan penting yang berada di
bawah pengaruh angin muson Australia-Asia (Monsoon Current, Berlage in
Illahude, 1997).
2.1.1. Musim barat
Menurut Nontji (1987), pada musim barat (Desember, Januari, dan Februari) di
belahan bumi bagian utara adalah musim dingin, sedangkan di belahan bumi
bagian selatan adalah musim panas. Pada saat itu terjadilah pusat tekanan tinggi
di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan Australia. Keadaan
ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju Australia, yang dikenal
sebagai angin musim barat. Kondisi yang sangat baik ini menyebabkan terjadinya
arus muson (Monsoon Current). Pada musim barat arus mengalir menuju ke
18
timur dari Laut Cina Selatan menuju Laut Jawa sedangkan di sekitar Kepulauan
Natuna bergerak ke arah selatan atau selatan-barat laut seperti yang terlihat pada
Gambar 1 a.
Illahude (1997) menyatakan bahwa suhu permukaan di Laut Cina Selatan,
sekitar Kepulauan Natuna pada Musim Barat secara umum meningkat dari utara
ke selatan dan berkisar antara 26,5 0C di bagian utara dan berangsur meningkat ke
ara h selatan hingga 28,0 0 C. Hal ini disebabkan massa air yang masuk ke laut ini
berasal dari Laut Cina Selatan yang lintangnya tinggi dan oleh sebab itu suhunya
rendah. Kondisi suhu di perairan pantai relatif lebih tinggi dan mencapai 29,5 0C.
Hal ini did uga karena efek daratan yang lebih panas.
Menurut Arinardi (1997) rata-rata nilai konsentrasi klorofil-a pada musim barat
sebesar 0,31 mg/m3 dengan nilai maksimum > 0,50 mg/m3 yang selalu terdapat di
sepanjang pantai timur Sumatera yaitu mulai dari Riau (Pulau Singkep) sampai ke
Sumatera Selatan (Pulau Bangka).
2.1.2. Musim timur
Pada musim timur (Juni, Juli, dan Agustus) berlaku sebaliknya dengan musim
barat, dimana pusat tekanan tinggi terjadi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia hingga berhembuslah angin musim timur
(Nontji, 1987). Arah arus pada musim timur sepenuhnya telah berbalik arah
menuju ke barat yang akhirnya akan menuju ke Laut Cina Selatan sedangkan di
sekitar Kepulauan Natuna arah arus menuju utara hingga timur laut seperti yang
terlihat pada Gambar 1 b.
Kondisi suhu permukaan di Laut Cina Selatan pada Musim Timur secara
umum relatif lebih tinggi dibandingkan suhu permukaan laut pada Musim Barat
dan berkisar antara 28,5 0 C – 29,5 0 C. Demikian pula pada wilayah perairan
pantai, yang mencapai hingga 29,5 0 C (Illahude, 1997).
Rata-rata konsentrasi klorofil-a pada musim timur sebesar 0,49 mg/m3. Selain
itu terlihat pemusatan konsentrasi klorofil-a di sepanjang pantai timur sumatera
19
dan di sekitar pantai barat Kalimantan. Dari data diatas terlihat sebaran
konsentrasi klorofil-a lebih besar pada pada musim timur dibandingkan dengan
musim barat (Arinardi, 1997).
Sumber : Wyrtki (1961)
1 (a)
20
Sumber : Wyrtki (1961)
1 (b)
Gambar 1. (a) Pola arus permukaan pada bulan Februari (musim barat)
(b) Pola arus permukaan pada bulan Juni (musim timur)
Gambar insert : pola angin
2.3. Klorofil-a
Plankton adalah biota yang hidup terapung atau terhanyut di daerah pelagik.
Organisme ini mempunyai kemampuan gerak yang sangat terbatas hingga
organisme tersebut selalu terbawa arus. Plankton dapat dibedakan menjadi dua
golongan utama yaitu fitoplankton (plankton tumbuhan) dan zooplankton (hewan
laut yang planktonik) (Nyabakken, 1988).
Fitoplankton merupakan tumbuhan sel tunggal berukuran mikroskopik yang
sangat berperan dalam menunjang kehidupan didalam perairan dan berfungsi
21
sebagai sumber makanan organisme perairan. Di laut fitoplankton merupakan
organisme yang mengandung klorofil-a sedangkan di darat tumbuhan hijau yang
mana keduanya dapat melakukan fotosintesis. Pengertian klorofil-a sendiri itu
adalah zat hijau daun yang terkandung dalam tumbuhan.
Menurut Nontji (1984), berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi
besarnya biomassa, produktivitas ataupun suksesi fitoplankton antara lain adalah
cahaya, suhu, salinitas, dan hara (Nontji, 1984). Nybakken (1988) menambahkan
satu faktor baru, yang merupakan paduan berbagai faktor dan dapat dinamakan
faktor hidrografi, yaitu paduan semua faktor yang menggerakkan massa-massa air
laut dan samudera, seperti arus, perpindahan massa air ke atas (upwelling), dan
difusi.
2.4. Suhu
Suhu adalah besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang
terkandung dalam suatu benda. Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting
bagi kehidupan organisme di lautan. Suhu mempengaruhi baik metabolisme
maupun perkembangbiakan organisme laut (Hutabarat dan Evans, 1984). Selain
itu, suhu dapat mempengaruhi fotosintesis di laut, baik secara langsung maupun
tak langsung (Nontji, 1984). Menurut Nontji (1987) suhu air permukaan di
perairan Indonesia umumnya berkisar 28 -31 °C, namun pada lokasi penaikan air
(upwelling) suhu bisa turun sampai sekitar 25 °C.
Menurut Nontji (1987) suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi
meteorologis. Faktor -faktor meteorologis yang berperan adalah penguapan, curah
hujan, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas radiasi
matahari. Oleh sebab itu suhu di permukaan bisanya mengikuti pola musiman.
22
2.6. Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah suatu teknik untuk mengumpulkan informasi
mengenai obyek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik, biasanya
teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan
diintrepetasi guna membuahkan data yang bermanfaat (Lo, 1995). Secara umum
komponen dasar dalam sistem penginderaan jauh adalah : gelombang
elektromagnetik sebagai sumber radia si (sumber energi) yang digunakan,
atmosfer, sensor, dan objek.
Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh untuk pendugaan konsentrasi
klorofil-a dan suhu permukaan laut menggunakan kisaran cahaya tampak (visible)
dan inframerah (infrared), seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Spektrum elektromagnetik
Warna air laut (ocean color) menunjukkan spektrum radiasi di bawah
permukaan laut. Penginderaan warna air laut digunakan untuk menduga
konsentrasi klorofil-a.
Menurut Robinson (1985) perairan dibagi menjadi dua tipe, yaitu perairan tipe
satu dan perairan tipe dua. Perairan tipe satu merupakan perairan dimana
komponen optik didominasi oleh fitoplankton dan produk-produk degradasinya.
23
Sedangkan perairan tipe dua didominasi sedimen tersuspensi (suspended
sediment) non organik dan atau substansi kuning (yellow subtance).
Pendugaan konsentrasi klorofil-a termasuk ke dalam perairan tipe satu, dimana
pantulan minimum terjadi pada panjang gelombang 0,44 µm (biru) dan 0,66 µm
(merah) seperti yang terlihat pada Gambar 3. Hal ini dikarenakan tingginya
absorpsi pada kedua panjang gelombang tersebut. Pada kisaran panjang
gelombang cahaya biru, peningkatan konsentrasi klorofil-a diikuti penurunan
radiansi spektral yang diterima oleh sensor satelit.
Gambar 3. Kurva karakteristik perairan yang didominasi oleh plankton
Menurut Stewart (1985) warna perairan yang terlihat melalui teknologi
penginderaan jauh merupakan hasil pembauran cahaya oleh permukaan perairan.
Perairan yang produktif akan berwarna biru-hijau (turquoise) atau merah,
sedangkan perairan yang berwarna biru gelap merupakan perairan dengan
kesuburan yang rendah.
24
Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) matahari merupakan sumber radiasi
elektromagnetik yang paling penting untuk penginderaan jauh. Akan tetapi semua
benda di atas nol derajat absolut (0 °K) memancarkan radiasi elektromagnetik
secara terus-menerus. Besarnya tenaga yang diradiasikan oleh suatu obyek antara
lain merupakan suatu fungsi suhu permukaan obyek tersebut.
Gesekan antar partikel dalam dalam suatu benda akan meningkatkan suhu
benda tersebut. Panas tersebut disebut dengan suhu kinetik (suhu nyata),
sedangkan panas yang dipancarkan oleh benda disebut suhu pancaran. Untuk
mengukurnya digunakan alat yang peka terhadap spektrum inframerah.
Dikarenakan adanya penyerapan oleh sinar matahari di dalam atmosfer dalam
sistem penginderaan tertentu. Maka pengukuran pancaran tenaga termal dari
bumi dilakukan pada jendela 3 µm – 5 µm dan 8 µm – 14 µm, seperti yang
terlihat pada Gambar 4. Dimana pada jendela atmosfer tersebut tenaga termal
dapat melaluinya.
Gambar 4. Kurva karakteristik dari spektrum infra merah
(Selby et al., 1978 in Brown et al., 1999)
25
Menurut Robinson (1985) pengukuran spektrum infra merah yang dipancarkan
oleh permukaan laut hanya memberikan informasi suhu di lapisan permukaan
hanya sampai dengan kedalaman 0,1 mm ( skin layer).
2.4. Karakteristik Satelit TERRA MODIS
Satelit Terra (The Earth Observing System / EOS AM-1) merupakan satelit
observasi bumi buatan NASA (National Aeronautics and Space Administration)
yang membawa sensor MODIS (Moderate Resolution Imaging
Spectroradiometer) yang diluncurkan pertama kali pada tanggal 18 Desember
1999 dan mulai beroperasi pada bulan Februari 2000. Sensor ini bekerja pada
kisaran cahaya tampak (visible) dan inframerah (infrared) sehingga sangat baik
digunakan untuk pengamatan di daerah teresterial dan fenomena oseanografi.
Gambar dari sensor MODIS disajikan dalam Gambar 5, sedangkan spesifikasi
teknis satelit Terra MODIS dapat dilihat pada Tabel 1.
Sensor multikanal MODIS mempunyai 36 kanal (band) diskrit dengan resolusi
250 m, 500 m, dan 1000 m. Pada resolusi 250 m hanya berisi informasi tentang
nilai-nilai spektral pada kanal- kanal 250 m (kanal 1 dan 2), sedangkan pada
resolusi 500 m berisi informasi nilai-nilai spektral pada kanal-kanal 500 m (kanal
3 – 7) dan juga berisi nilai-nilai spektral pada kanal-kanal 250 m yang telah
diresampel menjadi berresolusi 500 m, dan pada resolusi 1000 m berisi informasi
nilai-nilai spektral pada kanal- kanal 1000 m yang terbagi dalam 2 (dua) kategori,
yakni nilai refleksi (kanal 8 – 12, kanal 13 bawah, 13 atas, 14 bawah, 14 atas, 15 –
19, dan 26) dan nilai emisi (kanal 20 – 25, kanal 27 – 36). Selain itu, juga berisi
nilai-nilai spektral dari kanal resolusi 250 m dan 500 m yang telah diresampel
26
menjadi berresolusi 1000 m. Kisaran panjang gelombang dari sensor MODIS
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Satelit ini mengelilingi bumi dengan arah lintasan dari kutub utara menuju
kutub selatan pada ketinggian orbit 705 km seperti yang terlihat pada Gambar 6,
melintasi equator pada siang hari tepat mendekati pukul 10:30 waktu lokal.
Waktu yang diperlukan untuk sekali mengorbit bumi sekitar 100 menit.
Karakterisitik temporal dari satelit ini baik digunakan untuk mengamati
perubahan yang terjadi di alam, karena suatu daerah pengamatan dapat diamati
setiap harinya secara berkesinambungan (time series ), juga dapat melakukan
pantauan (scene) yang cukup luas.
Data citra satelit Terra MODIS mampu memberikan informasi tentang
konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut. Untuk penentuan konsentrasi
klorofil-a dilakukan berdasarkan rasio radiansi. Regresi antara ratio kanal dan
pengukuran in-situ dari nilai klorofil-a dapat memberikan koefisien persamaan
yang diperoleh. Dalam menentukan konsentrasi klorofil -a dapat menggunakan
rasio 2 kanal (Ocean Color 3) atau 3 kanal (Ocean Color 4). Untuk penelitian
ini menggunakan rasio 3 kanal dengan memanfaatkan 4 kanal seperti yang terlihat
pada Tabel 2, panjang gelombang yang digunakan termasuk kedalam kisaran
spektral reflektansi yang berkisar antara 438 nm – 556 nm.
Untuk penentuan suhu permukaan laut menggunakan spektral inframerah jauh
yang berkisar antara 10,780 µm hingga 12,270 µm dengan kanal 31 dan 32.
Pemilihan kanal tersebut dilakukan dengan alasan emissivitas radiasi bumi
sebagai black body radiation akan maksimum pada suhu 300 °K (suatu
pendekatan unt uk rata-rata suhu permukaan bumi).
27
Tabel 1. Spesifikasi teknik satelit Terra MODIS
Orbit
705 km, 10:30 a.m, descending node, sun-synchronous
near polar, sirkular
Rataan pantauan
20,3 rpm, cross track
Luas liputan
2330 km (cross track) dengan lintang 10 ° lintasan pada
nadir
Berat
228,7 kg
Tenaga (power)
168,5 W ( single orbit average)
Kuantisasi
12 bit
Resolusi spasial
250 m (kanal 1-2); 500 m (kanal 3-7); 1000 m (kanal 8-36)
Desai umur
6 tahun
Sumber : Handbook MODIS
Tabel 2. Kisaran panjang ge lombang dari sensor MODIS yang digunakan untuk
pendugaan konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut
Daerah
Kanal
Reflektansi ( Visible)
9
10
11
12
31
32
Inframerah ( Infrared)
Panjang
Gelombang
438 - 448 nm
483 - 493 nm
526 - 536 nm
546 - 556 nm
10780 - 11280 nm
11770 - 12270 nm
28
(a)
(b)
(c)
Gambar 5. (a) Satelit Terra Earth Observation Satelite (EOS AM-1)
(b) Satelit Terra MODIS (EOS AM-1) membawa se nsor
MODIS
(c) Konfigurasi sensor MODIS
Gambar 6. Lintasan satelit Terra MODIS (Sumber : MODIS, 2005)
29
3. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian tentang sebaran konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut di
Perairan Natuna menggunakan citra Satelit Terra MODIS, berlangsung dari bulan
Maret 2005 – Desember 2005. Wilayah yang menjadi objek penelitian berada
pada posisi 101,5° BT – 110,5° BT dan 0,5° LU – 6,5° LU dengan 15 stasiun
pengambilan data lapangan seperti yang terlihat pada Gambar 7.
102
6
o
104
o
106
o
108
o
110
o
o
14
3
2
12
4
13
1
9
10
15
5
MALAYSIA
BAGIAN BARAT
9
11
6
7
LEGENDA :
8
o
4
Posisi Stasiun
Pengambilan Data
Daratan Indonesia
KEP. NATUNA
Daratan Malaysia
KEP. ANAMBAS
o
2
KEP RIAU
KALIMANTAN
SUMATERA
o
0
0
100
200
kilometers
Sumber :
LEMIGAS 2005
Gambar 7. Peta lokasi penelitian
3.2. Bahan dan alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua bagian
1. Data citra satelit, yang terdiri dari
a. Citra satelit Terra MODIS level 1 A Geolocate.
30
b. Citra satelit Terra MODIS level 1 B.
c. Citra TOPEX-POSEIDON.
2. Data lapangan, yang terdiri dari :
a. Data pengukuran konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut.
b. Data pendukung.
Untuk data pendukung terdapat data rerata suhu permukaan laut di perairan
kepulauan natuna dan sekitarnya yang diperoleh dari JODC (Japan
Oceanographic Data Center) dari tahun 1923 – 1992. Selain itu diperoleh juga
data suhu, kelembaban, curah hujan, arah angin, dan kecepatan angin yang
diperoleh dari BMG pada 3 stasiun yang berada di sekitar Kepulauan Riau dan
Natuna yaitu Stasiun Tarempa, Tanjung Pinang, dan Batam pada tahun 2003 2004.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat komputer yang
dilengkapi dengan perangkat lunak pengolah citra yang berbasis linux yaitu
SeaDAS 4.7, Map Info Pro 6.0, Open Office.Word, Surfer 8, Paint, dan Microsft
Office.
3.3. Metoda pengumpulan data
3.3.1. Metoda pengumpulan data citra
Proses pengumpula n data citra terbagi menjadi dua yaitu :
1. Data citra satelit Terra MODIS level 1 A Geolocate dan citra satelit Terra
MODIS level 1 B yang diperoleh dengan autorisasi dari NASA Goddard Space
Flight Center melalui internet dalam bentuk hdf (hierachical data format).
2. Data citra satelit TOPEX-POSEIDON yang diperoleh dari ccar.colorado.edu
melalui internet dengan resolusi 400 km dan dalam bentuk bmp.
31
Citra yang digunakan terdiri dari 14 tanggal perekaman citra yang diharapkan
dapat mewakili musim barat dan timur tahun tahun 2004 – 2005, seperti yang
terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Tanggal perekaman citra satelit Terra MODIS
Tahun 2004
Musim Barat
Tahun 2004
MusimTimur
Tanggal Perekaman
13 Januari 2004
22 Januari 2004
24 Februari 2004
Tanggal Perekaman
12 Juni 2004
12 Juli 2004
14 Juli 2004
Tahun 2005
Musim Barat
Tahun 2005
Musim Timur
Tanggal Perekaman
24 Januari 2005
25 Januari 2005
27 Januari 2005
17 Februari 2005
Tanggal Perekaman
10 Juni 2005
18 Juni 2005
20 Juni 2005
11 Juli 2005
3.3.2. Metoda pengumpulan data lapangan
Data hasil pengukuran konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut di
Perairan Lepas Pantai Natuna, Laut Cina Selatan yang telah dilakukan pada
tanggal 26 - 28 Januari 2005, diperoleh dari PPPTMGB (Pus at Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi) LEMIGAS Cileduk, Jakarta
Selatan, dengan 15 stasiun pengambilan data, seperti yang terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Posisi stasiun pengambilan data lapangan (dalam desimal)
Stasiun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lintang
5,42717
5,60788
5,65382
5,47284
5,1114
4,74925
4,56865
4,43279
5,22122
Buju r
106,128
106,219
105,813
105,858
105,505
105,812
105,451
105,676
105,605
Stasiun
10
11
12
13
14
15
Lintang
5,22114
5,21939
5,23436
5,23197
5,24181
5,14125
Bujur
105,603
105,603
105,596
105,595
105,577
105,633
32
3.4. Metoda pengolahan data
3.4.1. Metoda pengolahan data citra
Pengolahan data citra satelit Terra MODIS untuk menduga konsentrasi
klorofil-a dan suhu permukaan laut menggunakan perangkat lunak SeaDAS
(SeaWiFS Data Analysis System) version 4.7 yang terdiri dari beberapa tahap
seperti berikut :
1. Pemilihan citra
Citra yang digunakan untuk penelitian ini dipilih yang bebas awan atau
mempunyai persentasi penutupan awan yang rendah, sehingga tidak mengurangi
informasi yang akan didapat.
2. Koreksi atmosferik serta penentuan nilai konsentrasi klorofil-a dan suhu
permukaan laut (Level 1 → Level 2)
Pada bagian ini dilakukan pemrosesan data citra satelit Terra MODIS level 1
menjadi level 2 (citra yang sudah di koreksi atmosferik serta mengandung
keluaran yang diinginkan yaitu citra sebaran konsentrasi klorofil-a dan suhu
permukaan laut). Proses tersebut dilakukan dengan menjalankan program MSL12
(Multi Sensor Level 1 to Level 2 Processing).
Algoritma yang digunakan untuk menduga konsentrasi klorofil-a dan suhu
permukaan laut sudah disediakan dalam perangkat lunak SeaDAS 4.7, yaitu :
a) Algoritma OC 4 v 4 atau Ocean Color 4 version 4 (O’Reilly, et al., 2000)
C = 10 (0 , 366 − 3, 067 R 4 M
Dimana : R4 M = log10 ( R
+ 1 , 930 R 4 M
2
+ 0 , 649 R 4 M
443
490
510
>R
>R
)
555
555
555
b) Algoritma SPL (Pathfinder in Suwargana, et al.,)
3
− 1 , 532 R 4 M
4
)
33
SPL = a 0 + a1T1 + a2 (T1-T2) Tb + a 3(sec(θ) -1) * ( T1 -T2)
Dimana : ai = koefisien (konstanta)
Ti = suhu kecerahan
Tb = suhu air
θ = sudut zenith satelit
Untuk mendapatkan nilai suhu kecerahan menggunakan persamaan inversi
fungsi Planck :
T in =
C2 ∗ δ n
 C ∗ (δ n )3
ln 1 + 1
Ln





Dimana : T in = suhu kecerahan pada kanal n
Ln = radiansi
C1 = 1,1910659E-5
C2 = 1,438833
δ n = bilangan radiansi efektif untuk kanal n
Dari suhu kecerahan (Ti) dikonversi menjadi suhu air (Tb) dengan rumus :
T bn =
C2 ∗ δ n

C ∗ δ 
In1 − ε + ε ∗ exp  1 n  
 T i n 

Dimana :T bn = suhu air ( ° K) pada kanal n
Ln
= Radiansi
C1
= 1,1910659E-5
C2
= 1,438833
δn
= bilangan radiansi efektif untuk kanal n
ε
= emivisitas air (0,98)
34
3. Pengaturan proyeksi
Proyeksi yang digunakan pada data citra satelit Terra MODIS level 2 yaitu
proyeksi Mercator sehingga tampilan citra yang didapat pun berbentuk datar.
4. Layout citra
Tahapan ini meliputi penampilan garis pantai, garis koordinat (grid), penampilan warna pada citra, skala warna,
perubahan skala dan membaca data berdasarkan posisi yang ditentukan sehingga terlihat perpindahan antar posisi yang
ditandai dengan adanya garis yang saling menghubungkan. Selain itu pemotongan citra berdasarkan lokasi studi yang
dibutuhkan juga dilakukan pada tahap an ini.
Diagram alir pengolahan data citra satelit Terra MODIS dapat dilihat pada Gambar 9.
3.4.2. Metoda Pengolahan Data Lapangan
Dari data hasil pengukuran konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut di
Perairan Lepas Pantai Natuna, Laut Cina Selatan pada tanggal 26 - 28 Januari
2005 diplotkan dengan menggunakan perangkat lunak Surfer 8.
3.5. Analisis data
Dari data sebaran konsentrasi klorofil -a dan suhu permukaan laut menggunakan citra satelit Terra MODIS dan pola
arus dari citra TOPEX-POSEIDON dilakukan pengelompokkan berdasarkan musim dan tahun. Kemudian dilakukan
analisis dan interpretasi data secara visual guna mencoba melihat fenomena yang terjadi.
Sedangkan dari hasil perbandingan antara data citra satelit dengan data lapangan akan dilihat hubungan yang terjadi
antara kedua data tersebut. Sehingga terlihat keeratan dari masing-masing data.
3.6. Hubungan antara data citra satelit dengan data lapangan
Hubungan antara data hasil pengukuran konsentrasi klorofil-a dan suhu
permukaan laut di lapangan dengan data dari citra satelit Terra MODIS dapat
dilakukan dengan analisis statistika melalui metode persamaan regresi linier
sederhana :
Y = a + bX
dimana : Y = data dari citra satelit
X = data pengukuran di lapangan
a = intersep
b = gradien
35
Dari persamaan Regresi Linier Sederhana (RLS) akan diperoleh nilai koefisien
determinasi (R2) yang menunjukkan seberapa besar pengaruh X terhadap Y
(Walpole, 1992).
Untuk uji lanjut dilakukan pengujian terhadap koe fisien regresi dengan uji - F.
Adapun hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : b0 = 0
H1 : b1 ≠ 0
Pada selang kepercayaan 95%, jika :
Fhit > Ftabel maka keputusannya tolak H 0, sedangkan bila
Fhit < Ftabel maka keputusannya gagal tolak H0
Yang artinya jika nilai Fhit > Ftabel maka X berpengaruh nyata terhadapY,
sedangkan jika nilai Fhit < Ftabel maka X tidak berpengaruh nyata terhadap Y
(Walpole, 1992).
3.7. Hubungan antara kelimpahan konsentrasi klorofil-a dengan Suhu
Permukaan Laut
Untuk melihat hubungan antara kelimpahan konsentrasi klorofil-a dengan suhu
permukaan laut, menggunakan data digital dari citra satelit Terra MODIS dengan
tanggal perekaman 27 Januari 2005. Dari data tersebut didapatkan sebuah
persamaan regresi linier sederhana, yang dapat bernilai positif atau negatif.
Bersifat positif artinya X yang besar menyebabkan nilai Y menjadi besar atau
sebaliknya sedangkan bersifat negatif artinya, nilai X yang besar menyebabkan
nilai X menjadi kecil atau sebaliknya.
36
Citra Terra MODIS
Level 1 A Geolocate
Citra Terra MODIS
Level 1 B
Citra TOPEX
POSEIDON
Data Lapangan
Konsentrasi
Klorofil-a dan
Suhu Permukaan
Laut
Citra Terra
MODIS Level 2
Pengaturan
Proyeksi
Layout Citra
Analisis dan
Interpretasi Data
Kesimpulan
Gambar 8. Diagram alir penelitian
Data Pendukung :
• Rata-rata suhu
bulanan
• Kelembaban
• Curah hujan
• Kecepatan dan
arah angin
37
Citra Terra MODIS
Level 1 A Geolocate
Citra Terra MODIS
Level 1 B
1. Koreksi Atmosferik
2. Penentuan Konsentrasi
Klorofil-a dan Suhu
Permukaan Laut
Algoritma O’Reilly (OC 4 ) dan
Algoritma Pathfinder
Pengaturan
Proyeksi
Layout Citra :
1.Garis Pantai (Coastline)
2. Lintang Bujur (Grid)
3. Penentuan warna
4. Skala Warna
5. Dll
Proyeksi
Mercator
Sebaran Konsentrasi
Klorofil-a dan Suhu
Permukaan Laut
Gambar 9. Diagram alir pengolahan data citra
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit Terra MODIS
4.2.1. Musim barat tahun 2004
Sebaran nilai konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit Terra MODIS
pada musim barat tahun 2004 di perairan lepas pantai Natuna diwakili dengan 3
tanggal perekaman citra, yaitu tanggal 13 Januari 2004, 22 Januari 2004, dan 24
Februari 2004. Berdasarkan ketiga data citra tersebut terlihat nilai sebaran
konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,11 mg/m3 - 2,59 mg/m3 , dengan nilai yang
semakin meningkat ke arah perairan pantai.
Pada perekaman citra tanggal 13 Januari 2004 (Gambar 10) terlihat sebaran
konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,15 mg/m3 – 2,59 mg/m3 , yang ditandai
dengan tersebarnya warna biru-hijau hingga kuning. Cukup tingginya penutupan
awan di sekitar perairan pantai Malaysia bagian Barat, menyebabkan sebaran
konsentrasi klorofil-a yang terlihat hanya sebagian, dengan kisaran 0,17 mg/m3 –
0,67 mg/m3 sedangkan menuju ke perairan bagian utara sebaran berkisar antara
0,15 mg/m3 – 0,64 mg/m3. Memasuki perairan pantai Malaysia bagian Timur
hingga perairan pantai Kepulauan Natuna terlihat sebaran berkisar antara 0,15
mg/m3 – 1,81 mg/m3. Bergerak ke arah perairan bagian selatan terlihat sebaran
konsentrasi klorofil-a cenderung lebih besar dengan kisaran 0,20 mg/m3 – 2,59
mg/m3. Hal ini diduga terjadi karena suplai nutrien yang berasal dari daratan
Kalimantan bagian Barat lebih banyak di bandingkan dengan daratan Kepulauan
Natuna. Menuju perairan pantai Kepulauan Anambas hingga perairan Kepulauan
Riau, terlihat nilai sebaran konsentrasi klorofil-a yang tinggi dengan kisaran
76
antara 0,17 mg/m3 – 1,55 mg/m3 sedangkan di sebagian kecil perairan pantai
Malaysia bagian Barat sebaran berkisar antara 0,20 mg/m3 – 1,70 mg/m3.
Gambar 10. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 13 Januari 2004
Karena cukupnya tingginya penutupan awan pada citra tanggal 22 Januari 2004
(Gambar 11), sehingga menyebabkan nilai sebaran konsentrasi klorofil-a
cenderung menurun dibandingkan dengan citra pada tanggal 13 Januari 2004
(Gambar 10). Sebaran konsentrasi klorofil-a pada perekaman citra ini terlihat
homogen dengan kisaran antara 0,11 mg/m3 – 0,60 mg/m3. Bergerak ke utara
sebaran konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,11 mg/m3 – 0,44 mg/m3
sedangkan memasuki perairan pantai Kepuluan Natuna hingga laut lepas berkisar
antara 0,14 mg/m3 – 0,59 mg/m3. Sebaran di sekitar perairan pantai Kepulauan
Anambas hingga perairan pantai Kepulauan Natuna pun tidak terlihat jauh
berbeda, yang berkisar antara 0,14 mg/m3 – 0,60 mg/m3. Karena tingginya
penutupan awan di sekitar perairan bagian barat, menyebabkan sebaran
77
konsentrasi klorofil-a di daerah tersebut merupakan yang terrendah dibandingkan
dengan daerah lain, yang berkisar 0,11 mg/m3 – 0,36 mg/m3.
Gambar 11. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 22 Januari 2004
Memasuki bulan Februari yang diwakili dengan citra pada tanggal perekaman
24 Februari 2004 (Gambar 12) terlihat sebaran konsentrasi klorofil-a berkisar
antara 0,11 mg/m3 – 1,81 mg/m3 , dengan nilai yang semakin meningkat menuju
ke arah perairan pantai. Memasuki daerah sekitar perairan pantai Malaysia bagian
Barat terlihat adanya sunglint, sehingga menyebabkan tidak terbacanya data
sebaran konsentrasi klorofil-a, walaupun demikian masih terlihat adanya nilai
sebaran konsentrasi klorofil-a di sekitar perairan pesisir, yang mencapai hingga
2,11 mg/m3. Bergerak menuju perairan pantai bagian utara Pulau Natuna Besar
hingga laut lepas sebaran berkisar antara 0,11 mg/m3 – 1,27 mg/m3 sedangkan di
sekitar perairan pantai Kalimantan bagian Barat hingga perairan pantai Kepulauan
Natuna terlihat nilai sebaran konsentrasi klorofil-a yang tinggi, dengan kisaran
78
antara 0,14 mg/m3 – 1,81 mg/m3. Di sekitar perairan Kepulauan Anambas hingga
perairan Kepulauan Riau terlihat sebaran konsentrasi berkisar antara 0,11 mg/m3 –
0,43 mg/m3.
Gambar 12. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 24 Februari 2004
Berdasarkan pola arus dari citra TOPEX-POSEIDON pada musim barat tahun
2004 (Gambar 13), dengan menggunakan tanggal perekaman citra yang sama
dengan citra sebaran konsentrasi klorofil-a dari Terra MODIS, terlihat secara
umum arus yang yang masuk menuju perairan Natuna dan sekitarnya berasal dari
Laut Cina Selatan dan menuju ke perairan Laut Jawa dan terus ke timur, yang
disertai dengan hembusan angin yang kuat (Arinardi, 1997).
Selain itu dari citra TOPEX-POSEIDON juga terlihat tinggi paras laut di
sekitar perairan pantai cenderung lebih tinggi dibandingkan tinggi paras laut di
sekitar laut lepas.
79
13 Januari 2004
22 Januari 2004
24 Februari 2004
Gambar 13. Citra TOPEX-POSEIDON pada musim barat tahun 2004
4.2.2. Musim timur tahun 2004
Rata -rata sebaran nilai konsentrasi klorofil-a pada musim timur tahun 2004
dengan tiga tanggal perekaman citra satelit Terra MODIS, berkisar antara 0,11
mg/m3 – 4,76 mg/m3 , dengan nilai yang semakin meningkat menuju perairan
pantai.
Pada perekaman citra tanggal 12 Juni 2004 (Gambar 14), terlihat rata-rata
sebaran konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,16 mg/m3 – 4,76 mg/m3, yang
ditandai dengan tersebarnya warna biru-hijau hingga oranye. Di perairan bagian
utara hingga timur terlihat penutupan awan yang cukup tinggi, sehingga nilai
sebaran tidak terlihat begitu jelas. Memasuki perairan lepas pantai Malaysia
80
bagian Barat hingga perairan pantai Kepulauan Natuna, sebaran berkisar antara
0,16 mg/m3 – 0,99 mg/m3. Di sekitar perairan pantai Malaysia bagian barat
sebaran konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,16 mg/m3 – 2,26 mg/m3.
Memasuki perairan bagian selatan sebaran berkisar antara 0,16 mg/m3 – 4,76
mg/m3, dengan nilai yang semakin meningkat menuju ke perairan pantai
Kepulauan Riau. Pemusatan konsentrasi di daerah tersebut diduga karena sungaisungai yang terdapat di bagian timur Sumatera sangat berperan terhadap
kesuburan fitoplankton, selain itu juga sehubungan dengan hebatnya erosi
(Arinardi, 1997).
Gambar 14. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 12 Juni 2004
Sebaran konsentrasi klorofil-a pada perekaman citra tanggal 12 Juli 2004
(Gambar 15) berkisar antara 0,13 mg/m3 – 3,79 mg/m3. Pada citra ini pun masih
terlihat terjadi pemusatan konsentrasi klorofil-a di sepanjang perairan pantai
Malaysia bagian Barat hingga perairan pantai Kepulauan Riau yang mencapai
81
3,79 mg/m3. Menuju ke perairan pantai Kalimantan Barat dan Malaysia bagian
Timur juga terlihat nilai konsentrasi yang tinggi hingga mencapai 1,55 mg/m3.
Memasuki perairan pantai Kepulauan Natuna dan Anambas terlihat sebaran
berkisar antara 0,13 mg/m3 – 1,55 mg/m3 sedangkan menuju perairan bagian utara
hingga laut lepas sebaran berkisar antara 0,13 mg/m3 – 0,26 mg/m3.
Gambar 15. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 12 Juli 2004
Perekaman citra pada tanggal 14 Juli 2004 (Gambar 16), menunjukkan sebaran
konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,12 mg/m3 – 3,52 mg/m3 , dengan nilai yang
semakin meningkat menuju ke arah perairan pantai. Dikarenakan cukup tingginya
penutupan awan di sekitar perairan pantai Muangthai, perairan pantai Malaysia
bagian Barat, perairan pantai Kalimantan Barat, dan perairan pantai Malaysia
bagian Timur, menyebabkan sebaran konsentrasi klorofil-a tidak terlihat begitu
jelas, walaupun demikian masih terlihat adanya sebaran warna hijau hingga
kuning, yang mengindikasikan sebaran konsentrasi klorofil-a berkisar antara 1,96
82
mg/m3 – 3,52 mg/m3 sedangkan di sekitar pesisir Pulau Natuna Besar terlihat nilai
sebaran konsentrasi berkisar antara 0,12 mg/m3 – 2,25 mg/m3. Memasuki
perairan bagian utara hingga laut lepas sebaran berkisar antara 0,15 mg/m3 – 0,62
mg/m3. Pada perekaman citra ini juga masih terlihat adanya pemusatan
konsentrasi klorofil-a di sekitar perairan Kepulauan Riau.
Gambar 16. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 14 Juli 2004
Pola arus dari citra TOPEX-POSEIDON pada musim timur tahun 2004
(Gambar 17), yang diwakili dengan perekaman citra tanggal 12 Juni 2004, 12 Juli
2004, dan 12 Juni 2004, menunjukkan arus mengalir dari Laut Jawa menuju ke
Laut Cina Selatan, walaupun ketika memasuki Selat Karimata hingga perairan
pantai Kalimantan Barat dan Kepulauan Riau, terlihat pola arus yang tidak
menentu. Diduga arus dari Laut Jawa inilah yang memberikan sumbangan
terhadap kesuburan fitoplankton di Selat Karimata dan perairan sekitarnya.
83
12 Juni 2004
12 Juli 2004
14 Juli 2004
Gambar 17. Citra TOPEX-POSEIDON pada musim timur tahun 2004
4.2.3. Musim barat tahun 2005
Sebaran konsentrasi klorofil-a pada musim barat tahun 2005 cenderung lebih
tinggi pada bulan Januari di bandingkan dengan bulan Februari. Hal ini karena
pengaruh penutupan awan yang tinggi pada citra bulan Februari, di sekitar daerah
perairan pantai, sehingga terlihat sebaran konsentrasi klorofil-a yang lebih rendah.
Rata-rata sebaran konsentrasi klorofil-a pada musim ini berkisar antara 0,12
mg/m3 – 2,58 mg/m3 , dengan pemusatan konsentrasi klorofil-a di sekitar perairan
pantai.
Untuk tampilan citra pada tanggal 24 Januari 2005 (Gambar 18) terlihat
sebaran konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,21 mg/m3 – 2,67 mg/m3 yang
84
ditandai dengan tersebarnya warna biru-hijau hingga hijau. Memasuki perairan
pantai Malaysia bagian Timur hingga Kepulauan Natuna sebaran berkisar antara
0,21 mg/m3 – 2,67 mg/m3. Bergerak menuju sekitar perairan pantai Muangthai
dan perairan pantai Malaysia bagian Barat masih terlihat sebaran konsentrasi
klorofil-a berkisar antara 0,67 mg/m3 – 2,58 mg/m3 sedangkan memasuki perairan
bagian utara hingga laut lepas terlihat nilai sebaran cenderung menurun dengan
kisaran 0,23 mg/m3 – 0,32 mg/m3. Pada citra ini masih terlihat terjadinya
pemusatan konsentrasi klorofil-a di perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya yang
diindikasikan dengan tersebarnya warna kuning hingga oranye.
Gambar 18. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 24 Januari 2005
Sebaran konsentrasi klorofil-a pada citra tanggal 25 Januari 2005 (Gambar 19)
terlihat tidak terlalu jauh berbeda dengan perekaman citra satu hari sebelumnya.
Yang mana terlihat perairan didominasi oleh warna kuning hingga hijau-biru,
mulai dari wilayah pesisir hingga laut lepas dengan kisaran sebaran konsentrasi
85
klorofil-a antara 0,19 mg/m3 – 2,40 mg/m3. Di sepanjang perairan pantai
Muangthai hingga perairan pantai Malaysia bagian Barat terlihat sebaran yang
tinggi dengan nilai 1,87 mg/m3 – 2,40 mg/m3 , begitupun di sekitar perairan pantai
Kepulauan Natuna yang berkisar antara 1,27 mg/m3 – 2,14 mg/m3. Memasuki
perairan pantai Kepulauan Riau hingga perairan pantai Kalimantan Barat, terlihat
nilai sebaran berkisar antara 0,60 mg/m3 – 2,14 mg/m3. Bergerak ke arah
perairan bagian utara hingga laut lepas, nilai sebaran konsentrasi klorofil-a terlihat
cenderung semakin menurun menjadi 0,2 mg/m3 – 0,5 mg/m3.
Gambar 19. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 25 Januari 2005
Citra tanggal 27 Januari 2005 (Gambar 20) menunjukkan sebaran konsentrasi
klorofil-a berkisar antara 0,15 mg/m3 – 2,75 mg/m3. Bergerak ke arah utara
hingga laut lepas sebaran berkisar antara 0,15 mg/m3 – 0,39 mg/m3. Memasuki
perairan pantai hingga pesisir Muangthai dan Malaysia bagian Barat terlihat nilai
sebaran antara 0,39 mg/m3 – 2,75 mg/m3. Sebaran konsentrasi klorofil-a di sekitar
86
Kepulauan Anambas hingga Selat Karimata berkisar antara 0,32 mg/m3 – 0,68
mg/m3. Menuju perairan pantai Kepulauan Natuna terlihat nilai sebaran yang
tinggi hingga mencapai hingga 2,50 mg/m3 sedangkan menuju laut lepas terlihat
nilai sebaran yang cenderung menurun dengan nilai 0,15 mg/m3 – 0,18 mg/m3.
Walaupun terjadi penutupan awan yang cukup tinggi di sekitar perairan pantai
Malaysia bagian Timur, masih terlihat adanya nilai sebaran konsentrasi klorofil-a
yang berkisar antara 0,32 mg/m3 – 2,50 mg/m3.
Gambar 20. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 27 Januari 2005
Pada perekaman citra pada tanggal 17 Februari 2005 (Gambar 21) terlihat
penutupan awan yang tinggi, terutama di sekitar perairan pantai, sehingga
menyebabkan hanya terlihatnya gradiasi warna biru hingga hijau yang
mendominasi perairan. Kisaran warna tersebut mengindikasikan sebaran
konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,12 mg/m3 – 0,67 mg/m3. Penutupan awan
tersebut juga menyebabkan sebaran konsentrasi klorofil-a terlihat homogen. Di
sekitar perairan pantai Malaysia bagian Barat terlihat sebaran konsentrasi klorofil-
87
a yang cukup tinggi, dengan kisaran antara 0,14 mg/m3 – 0,67 mg/m3 sedangkan
memasuki perairan bagian utara hingga laut lepas sebaran berkisar antara 0,12
mg/m3 – 0,25 mg/m3.
Gambar 21. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 17 Februari 2005
Secara umum pola arus pada musim barat tahun 2005 yang terlihat dari citra
TOPEX-POSEIDON (Gambar 22) tidak jauh berbeda dengan pola arus pada
musim barat tahun 2004, yang mana arus bergerak dari Laut Cina Selatan menuju
ke Laut Jawa hingga ke timur. Pada citra ini juga terlihat kecilnya variasi tinggi
paras laut, kecuali ketika memasuki bulan Februari yang diwakili dengan
perekaman citra tanggal 17 Februari 2005. Selain itu juga terlihat tinggi paras laut
cenderung rendah di sekitar perairan pantai.
88
24 Januari 2005
25 Januari 2005
27 Januari 2005
17 Februari 2005
Gambar 22. Citra TOPEX-POSEIDON pada musim barat tahun 2005
4.2.4. Musim timur tahun 2005
Sebaran konsentrasi klorofil-a pada musim timur tahun 2005, diwakili dengan
4 tanggal pe rekaman citra, yaitu tanggal 10 Juni 2005, 18 Juni 2005, 20 Juni 2005,
dan 11 Juli 2005. Dari keempat data cita tersebut terlihat rata-rata nilai sebaran
konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,10 mg/m3 – 3,68 mg/m3 , dengan nilai
minimum terlihat di sekitar laut lepas dan nilai maksimum di sekitar pesisir dan
perairan pantai.
Tingginya penutupan awan pada citra tanggal 10 Juni 2005 (Gambar 23),
terutama di sekitar perairan pantai Malaysia bagian Barat, perairan pantai
Kepulauan Riau, dan perairan pantai Malaysia bagian Timur, menye babkan
89
sebaran konsentrasi klorofil-a di dominasi oleh warna hijau-biru hingga hijau,
sebaran warna tersebut mengindikasikan nilai yang kecil. Walaupun demikian,
rata-rata sebaran konsentrasi klorofil-a pada perekaman citra ini berkisar antara
0,33 mg/m3 – 2,73 mg/m3. Nilai sebaran yang tinggi tersebut, terlihat di sebagian
kecil perairan pantai Malaysia bagian Barat, yang di indikasikan dengan
terlihatnya warna hijau hingga kuning. Pemusatan konsentasi klorofil-a juga
telihat di sekitar perairan pantai Kepulauan Natuna, dengan kisaran 0,70 mg/m3 –
1,27 mg/m3 sedangkan memasuki perairan pantai bagian timur Pulau Natuna
Besar hingga laut lepas , terlihat sebaran di dominasi oleh warna hijau-biru yang
menunjukkan nilai sebaran yang kecil, dengan kisaran 0,15 mg/m3 – 0,33 mg/m3.
Gambar 23. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 10 Juni 2005
Perekaman citra pada citra tanggal 18 Juni 2005 (Gambar 24), menunjukkan
sebaran konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,12 mg/m3 – 3,68 mg/m3.
Memasuki perairan pesisir pantai Pulau Natuna Besar terlihat sebaran konse ntrasi
90
yang tinggi dengan kisaran 0,98 mg/m3 – 2,97 mg/m3. Hal ini juga terlihat di
sekitar pesisir pantai Malaysia bagian Barat, dengan kisaran antara 1,44 mg/m3 –
3,68 mg/m3. Bergerak ke perairan bagian utara, terutama di sekitar pesisir pantai
Muangthai hingga laut lepas, terlihat sebaran berkisar antara 0,12 mg/m3 – 2,22
mg/m3.
Gambar 24. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan c itra satelit
Terra MODIS tanggal 18 Juni 2005
Pada citra tanggal 20 Juni 2005 (Gambar 25), terlihat sebaran konsentrasi
klorofil-a berkisar antara 0,10 mg/m3 – 3,52 mg/m3. Bergerak ke arah perairan
bagian utara hingga laut lepas, sebaran berkisar antara 0,10 mg/m3 – 0,74 mg/m3 ,
tetapi ketika memasuki perairan pantai Muangthai hingga perairan pantai
Malayasia bagian Barat, terlihat sebaran konsentrasi klorofil-a lebih tinggi, yang
di tandai dengan tersebarnya warna hijau hingga kuning, sebaran warna tersebut
mengindikasikan kisaran 0,87 mg/m3 – 3,52 mg/m3. Memasuki perairan bagian
utara Kepulauan Anambas hingga Natuna, sebaran berkisar antara 0,10 mg/m3 –
1,22 mg/m3, dengan nilai yang cenderung meningkat menuju daerah perairan
91
pantai. Walaupun terlihat penutupan awan yang tinggi di sekitar perairan pantai
Malaysia bagian barat hingga perairan pantai bagian selatan Kepulauan Natuna,
masih terlihat adanya sebaran warna biru-hijau hingga hijau, yang
mengindikasikan sebaran konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,15 mg/m3 – 0,24
mg/m3.
Gambar 25. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 20 Juni 2005
Memasuki bulan Juli 2005 yang diwakili dengan citra pada perekaman tanggal
11 Juli 2005 (Gambar 26), terlihat nilai sebaran konsentrasi klorofil-a yang
cenderung menurun di bandingkan dengan perekaman citra satu bulan
sebelumnya, hal ini terjadi karena tingginya pentupan awan terutama di sekitar
perairan pantai, sehingga menyebabkan nilai sebaran yang terlihat menjadi
semakin berkurang. Sebaran konsentrasi klorofil-a pada perekaman citra ini
berkisar antara 0,10 mg/m3 – 1,72 mg/m3. Di sepanjang perairan pantai
Muangthai hingga perairan pantai Malaysia bagian Barat masih terlihat nilai
92
sebaran konsentrasi klorofil-a yang berkisar antara 0,83 mg/m3 – 1,72 mg/m3.
Dari sekitar perairan pantai Muangthai hingga laut lepas terlihat sebaran berkisar
antara 0,12 mg/m3 – 0,40 mg/m3 sedangkan di sekitar perairan pantai bagian timur
Pulau Natuna Besar hingga laut lepas, sebaran konsentrasi klorofil-a cenderung
menurun, dengan kisaran antara 0,10 mg/m3 – 0,16 mg/m3.
Gambar 26. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 11 Juli 2005
Citra arus permukaan dari satelit TOP EX-POSEIDON pada musim timur tahun
2005 (Gambar 27) menunjukkan secara umum pergerakan arus yang berasal dari
Laut Jawa menuju ke Laut Cina Selatan, dengan variasi tinggi paras laut yang
cukup tinggi di sekitar Selat Karimata dan perairan sekitarnya, terutama pada
bulan Juli sedangkan memasuki bulan Juni terlihat variasi tinggi paras laut yang
cenderung menurun.
93
10 Juni 2005
18 Juni 2005
20 Juni 2005
11 Juli 2005
Gambar 27. Citra TOPEX-POSEIDON pada musim timur tahun 2005
Untuk melihat perbedaan nilai sebaran konsentrasi klorofil-a antar musim dan
tahun, maka dibuat data rangkuman seperti yang terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rangkuman sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan data citra Terra
MODIS
Tahun
Musim Barat
3
Musim Timur
2004
3
0,11 mg/m - 2,59 mg/m
0,11 mg/m3 – 4,76 mg/m3
2005
0,12 mg/m3 – 2,58 mg/m3
0,10 mg/m3 – 3,68 mg/m3
Berdasarkan data di atas, terlihat sebaran konsentrasi klorofil-a pada musim
timur cenderung lebih tinggi di bandingkan dengan musim barat. Menurut
94
Arinardi (1997), hal ini dise babkan karena pada musim timur arus dari Laut Jawa
memberikan sumbangan terhadap kesuburan fitoplankton.
Selain itu terlihat, nilai sebaran konsentrasi klorofil-a pada musim timur tahun
2004 cenderung lebih tinggi di bandingkan dengan musim timur tahun 2005. Hal
ini diduga karena, cukup tingginya penutupan awan pada citra-citra yang
mewakili musim timur tahun 2005, terutama di sekitar perairan Kepulauan Riau
yang selalu menunjukkan nilai sebaran konsentrasi klorofil-a yang tinggi
sedangkan untuk sebaran konsentrasi klorofil-a pada musim barat tahun 2004
dengan musim barat tahun 2005 tidak begitu terlihat adanya perbedaan.
Dari ke empat belas data citra sebaran konsentrasi klorofil-a yang telah
dijelaskan di atas juga selalu terlihat nilai seba ran yang semakin meningkat
menuju ke arah perairan pantai hingga pesisir. Hal ini sebagai akibat dari
tingginya suplai nutrien yang berasal dari daratan melalui limpasan air sungai
(Hatta, 2002).
4.2. Sebaran Suhu Permukaan Laut menggunakan citra satelit Terra
MODIS
4.2.1. Musim barat tahun 2004
Untuk melihat sebaran suhu permukaan laut pada musim barat tahun 2004,
menggunakan 3 tanggal perekaman citra yang terdiri dari tanggal 13 Januari 2004,
22 Januari 2004, dan 24 Februari 2004. Dari ketiga tanggal perekaman citra
tersebut menunjukkan sebaran suhu rata -rata berkisar antara 24 °C – 29 ° C, yang
disertai peningkatan nilai suhu setiap bulannya. Selain itu juga terlihat nilai suhu
yang cenderung semakin meningkat menuju ke perairan pantai hingga pesisir.
95
Sebaran suhu permukaan laut pada citra tanggal 13 Januari 2004 (Gambar 28)
terlihat homogen, dengan kisaran antara 24 °C – 27 °C. Bergerak ke arah perairan
bagian barat hingga perairan pantai Malaysia bagian Barat, sebaran suhu berkisar
antara 25 °C – 27 °C sedangkan memasuki perairan bagian utara, timur, dan
selatan sebaran suhu cenderung menurun, dengan kisaran 24 °C – 27 °C. Hal ini
disebabkan massa air yang masuk ke laut ini berasal dari Laut Cina Selatan yang
lintangnya tinggi dan oleh sebab itu suhunya rendah (Illahude, 1997).
Gambar 28. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 13 Januari 2004
Pada perekaman citra tanggal 22 Januari 2004 (Gambar 29), terlihat nilai
sebaran suhu permukaan laut yang homogen, dengan kisaran antara 25 °C – 27
°C. Bergerak ke perairan bagian timur hingga laut lepas, nilai suhu berkisar
antara 25 °C – 26 °C sedangkan menuju ke perairan pantai Kepulauan Natuna
hingga perairan pantai Kepulauan Anambas, terlihat nilai suhu yang semakin
meningkat dengan kisaran 25 °C – 27 °C. Pada perekaman citra ini juga mulai
terlihat terjadi peningkatan nilai suhu permukaan laut yang dibandingkan dengan
96
nilai sebaran suhu pada perekaman citra tanggal 13 Januari 2004 (Gambar 28).
Hal ini diduga karena akan memasukinya bulan Februari, yang mana curah hujan
pada bulan ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumya, seperti yang
terlihat pada Lampiran 1.
Gambar 29. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 22 Januari 2004
Pada citra tanggal 24 Februari 2004 (Gambar 30), terlihat terjadi peningkatan
nilai sebaran suhu permukaan laut secara jelas dimana warna perairan didominasi
warna biru-hijau hingga hijau, sebaran warna tersebut mengindikasikan nilai suhu
berkisar antara 26 °C – 29 °C. Hal ini sesuai dengan data suhu rerata permukaan
laut di perairan Kepulauan Natuna dan sekitarnya yang berasal dari JODC (Japan
Oceanographic Data Center) tahun 1923 – 1992, seperti yang terlihat pada
Lampiran 2. Dari data tersebut terlihat terjadi suhu minimum pada bulan Januari
dengan nilai 26,8 0 C sedangkan memasuki bulan Februari terjadi peningkatan nilai
suhu menjadi 27,1 0C. Memasuki perairan bagian utara nilai suhu cenderung
97
menurun dengan kisaran 25 °C – 27 ° C, hal ini diduga karena arus yang masuk ke
perairan tersebut berasal dari Laut Cina Selatan yang suhunya cenderung lebih
rendah. Memasuki perairan Kepulauan Anambas hingga Natuna sebaran suhu
berkisar 26 °C – 28 °C sedangkan di sekitar pesisir Pulau Natuna Besar suhu
mencapai 29 °C. Menuju ke arah perairan bagian selatan hingga Selat Karimata
sebaran suhu berkisar antara 27 ° C – 28 ° C.
Gambar 30. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 24 Februari 2004
4.2.2. Musim timur tahun 2004
Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra satelit Terra MODIS untuk
musim timur tahun 2004 diwakili dengan 3 tanggal perekaman citra yang terdiri
dari tanggal 12 Juni 2004, 12 Juli 2004, dan 14 Juli 2004. Rata -rata nilai sebaran
suhu permukan laut pada musim ini berkisar antara 28 °C – 32 °C yang ditandai
dengan tersebarnya warna hijau hingga merah. Dari ketiga citra tersebut terlihat
perbedaan suhu yang cenderung meningkat diba ndingkan dengan musim barat.
98
Hal ini diduga terjadi karena pada musim timur intensitas curah hujan cenderung
rendah sedangkan intensitas penyinaran matahari cenderung lebih tinggi.
Untuk citra tanggal 12 Juni 2004 (Gambar 31), terlihat sebaran suhu
permukaan laut berkisar antara 29 ° C – 32 ° C dengan suhu dominan berkisar 29
°C – 31 °C. Bergerak ke arah perairan bagian timur sebaran berwarna hijau
mendominasi perairan dengan nilai suhu yang berkisar 29 °C – 30 °C. Memasuki
perairan bagian selatan dominansi suhu berkisar antara 30 °C – 31 °C, bahkan di
sekitar perairan pantai Kepulauan Riau suhu mencapai 32 °C. Hal ini diduga
karena di sekitar perairan tersebut mendapatkan pengaruh dari sungai-sungai besar
di bagian timur Pulau Sumatera dalam menyuplai zat hara maupun limbah berasal
dari daratan ke perairan tersebut (Sungai Batanghari dan Sungai Musi).
Gambar 31. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 12 Juni 2004
Tampilan citra tanggal 12 Juli 2004 (Gambar 32) menunjukkan nilai sebaran
suhu permukaan laut berkisar antara 29 °C – 32 °C, dengan nilai suhu yang
99
cenderung meningkat di sekitar perairan pantai, terutama terlihat di sekitar
perairan pantai Kalimantan Barat hingga perairan pantai Kepulauan Anambas dan
Natuna. Memasuki perairan bagian utara, mulai dari perairan pantai Muangthai
hingga laut laut lepas sebaran suhu berkisar antara 29 °C – 30 °C sedangkan di
sekitar perairan pantai Malaysia bagian Barat hingga perairan pantai Kepulauan
natuna nilai suhu berkisar antara 29 °C – 31 °C. Bergerak menuju perairan pantai
Kepulauan Natuna hingga perairan pantai Kalimantan Barat, terlihat nilai suhu
yang semakin meningkat dengan kisaran 30 °C – 32 °C.
Gambar 32. Sebaran suhu permukaan laut me nggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 12 Juli 2004
Kisaran rata -rata suhu permukaan laut pada citra tanggal 14 Juli 2004 (Gambar
33) mengalami penurunan dibandingkan dengan data citra sebelumnya dengan
kisaran antara 28 °C – 31 °C. Di bagian perairan timur Pulau Natuna Besar masih
terlihat adanya sebaran nilai suhu yang tinggi hingga mencapai 31 0 C. Hal ini
diduga karena meningkatnya curah hujan pada bulan Juli sehingga menyebabkan
100
berkurangnya intensitas penyinaran sinar matahari, seperti yang terlihat pada data
klimatologi dalam Lampiran 1.
Gambar 33. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 14 Juli 2004
4.2.3. Musim barat tahun 2005
Berdasarkan empat tanggal perekaman citra satelit Terra MODIS pada musim
barat tahun 2005 sebaran suhu permukaan laut berkisar antara 24 °C – 29 °C,
dengan nilai suhu yang cenderung meningkat seiring dengan bergantinya bulan.
Semakin mendekati daerah perairan pantai hingga pesisir terlihat juga nilai
sebaran suhu permukaan laut yang cenderung meningkat.
Tampilan citra tanggal 24 Januari 2005 (Gambar 34) menunjukkan nilai
sebaran suhu permukaan laut yang homogen dengan kisaran antara 25 °C - 27 °C.
Terlihat nilai suhu yang semakin rendah menuju ke arah perairan bagian utara,
mulai dari perairan lepas pantai Malaysia bagian Barat hingga laut lepas sebaran
suhu permukaan laut berkisar antara 25 °C – 26 °C, yang diindikasikan dengan
101
tersebarnya warna ungu hingga biru sedangkan menuju perairan pantai Malaysia
bagian Barat hingga perairan Kepulauan Riau, Anambas dan Natuna terlihat nilai
sebaran suhu permukaan laut yang cenderung homogen dengan kisaran antara 26
°C – 27 °C.
Gambar 34. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 24 Januari 2005
Perekaman citra pada tanggal 25 Januari 2005 (Gambar 35) menunjukkan nilai
sebaran suhu permukaan laut yang cenderung meningkat dibandingkan dengan
nilai suhu pada perekaman citra satu hari sebelumnya. Sebaran suhu permukaan
laut pada citra ini berkisar antara 26 °C – 28 °C. Berkurangnya penutupan awan
di sekitar perairan pantai Malaysia bagian Barat hingga perairan pantai Kepulauan
Anambas, membuat sebaran suhu permukaan laut semakin terlihat jelas. Di
perairan bagian utara hingga laut lepas nilai suhu berkisar antara 25 °C – 27 °C
sedangkan memasuki perairan pantai terlihat sebaran suhu yang homogen dengan
kisaran nilai antara 26 ° C – 29 °C.
102
Gambar 35. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra sate lit
Terra MODIS tanggal 25 Januari 2005
Sebaran suhu permukaan laut pada perekaman citra tanggal 27 Januari 2005
(Gambar 36) berkisar antara 24 °C – 28 °C. Nilai yang rendah tersebut berada di
sekitar laut lepas, diduga disebabkan massa air yang masuk ke laut ini berasal dari
Laut Cina Selatan yang lintangnya tinggi dan oleh sebab itu suhunya rendah
(Illahude, 1997). Memasuki perairan pantai hingga pesisir Muangthai, Malaysia
bagian Barat, serta Selat Karimata terlihat sebaran suhu yang homogen dengan
kisaran 26 °C – 28 °C sedangkan di sekitar perairan pantai Kepulauan Anambas
dan perairan pantai Kepulauan Natuna hingga ke arah perairan bagian timur
menuju laut lepas, sebaran berkisar antara 25 °C – 29 °C, dengan suhu yang
cenderung meningkat di perairan pantai hingga pesisir.
103
Gambar 36. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 27 Januari 2005
Tingginya penutupan awan pada citra tanggal 17 Februari 2005 (Gambar 37),
menyebabkan sebaran suhu permukaan laut yang terlihat hanya terbatas dan
cenderung homogen, dengan kisaran 26 °C – 28 °C.
Gambar 37. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 17 Februari 2005
104
4.2.4. Musim Timur Tahun 2005
Nilai rata-rata sebaran suhu permukaan laut pada musim timur tahun 2005
berkisar antara 28 °C - 32 °C dengan nilai suhu permukaan laut yang cenderung
meningkat semakin mendekati perairan pantai, selain itu seiring dengan
bertambahnya bulan nilai suhu cenderung menurun.
Walaupun terlihat penutupan awan yang tinggi pada citra tanggal 10 Juni 2005
(Gambar 38) di sekitar perairan pantai, namun terlihat sebaran suhu permukaan
laut berkisar antara 28 °C - 32 °C dengan suhu dominan antara 29 °C - 31 °C. Di
perairan timur Pulau Natuna Besar terlihat nilaisuhu yang tinggi hingga mencapai
32 °C. Menurut Illahude (1997) hal ini terjadi karena , pada musim timur angin
monsun di Laut Cina Selatan sekitar Kepulauan Natuna cenderung bergerak
menuju ke utara sampai timur laut , yang diduga membawa massa air hangat dari
perairan pantai.
Gambar 38. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 10 Juni 2005
105
Pada citra tanggal 18 Juni 2005 (Gambar 39), terlihat sebaran suhu permukaan
laut yang homogen dengan kisaran nilai suhu antara 28 °C - 32 °C. Memasuki
perairan pantai hingga pesisir Malaysia bagian Barat dan Muangthai terlihat nilai
suhu yang tinggi dengan nilai yang mencapai hingga 32 °C sedangkan menuju
perairan bagian utara hingga laut lepas sebaran berkisar antara 29 °C - 31 °C. Di
sekitar perairan pantai Malaysia hingga perairan pantai Kepulauan Anambas dan
Natuna, sebaran suhu permukaan laut berkisar antara 28 °C - 31 °C.
Gambar 39. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 18 Juni 2005
Rekaman citra tanggal 20 Juni 2005 ( Gambar 40) menunjukkan nilai sebaran
suhu permukaan laut yang tidak berbeda jauh dengan perekaman citra sebelumnya
yaitu, berkisa r antara 28 °C – 32 °C. Besarnya penutupan awan di sekitar perairan
pesisir hingga perairan pantai Malaysia bagian Barat mengakibatkan tidak
terdapatnya nilai suhu permukaan laut di perairan tersebut. Di daerah pesisir
hingga perairan pantai Muangthai dan sekitarnya suhu berkisar antara 28 °C – 32
106
°C sedangkan bergerak ke arah perairan bagian utara sebaran suhu terlihat
meningkat kembali dengan kisaran antara 29 °C – 32 °C. Memasuki perairan
sekitar Kepulauan Natuna hingga perairan pantai Kalimantan Barat terlihat
kisaran suhu yang cenderung semakin menurun dengan kisaran 28 °C – 30 °C,
yang diindikasikan dengan tersebarnya warna hijau hingga kuning. Hal ini diduga
karena besarnya penutupan awan di sekitar perairan pantai Kalimantan bagian
Barat dan Perairan pantai Malaysia bagian Timur sehingga menyebabkan tidak
terlihatnya nilai suhu permukaan laut di perairan tersebut.
Gambar 40. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra satelit
Terra MODIS tanggal 20 Juni 2005
Memasuki bulan Juli 2005 yang diwakili dengan perekaman citra tanggal 11
Juli 2005 (Gambar 41), terlihat nilai sebaran suhu permukaan laut yang semakin
menurun dengan mendominasinya warna kuning hingga hijau, sebaran warna ini
mengindikasikan kisaran suhu bernilai 28 °C – 31 °C. Bergerak ke arah perairan
pantai dan pesisir Muangthai hingga laut lepas terlihat suhu berkisar antara 29 °C
107
– 31 ° C. Memasuki perairan bagian timur Pulau Natuna Besar terlihat sebaran
suhu yang rendah dengan kisaran antara 26 °C – 27 °C dan membentuk garis
vertikal dari lintang 4° LU - 6° LU. Hal ini diduga karena tingginya tingkat
penutupan awan di sekitar perairan tersebut, sehingga data yang didapat menjadi
bias.
Gambar 41. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan cit ra satelit
Terra MODIS tanggal 11 Juli 2005
Berdasarkan ke empat belas data citra sebaran suhu permukaan laut dibuat data
rangkuman seperti yang terlihat pada Tabel 6, untuk melihat perbedaan nilai
sebaran suhu permukaan laut antar musim dan tahun.
Tabel 6. Rangkuman sebaran suhu permukaan laut menggunakan data citra Terra
MODIS
Tahun
Musim Barat
Musim Timur
2004
24 °C – 29 °C
28 °C – 32 °C
2005
24 °C – 29 °C
28 °C – 32 °C
108
Dari tabel di atas, terlihat sebaran suhu permukaan laut pada mus im timur
cenderung lebih tinggi di bandingkan dengan musim barat. Illahude (1997)
mengungkapkan bahwa rendahnya suhu pada musim barat lebih disebabkan
diantaranya oleh pengaruh hujan dan kencangnya tiupan angin yang sering terjadi
pada musim barat.
Selain itu terlihat, nilai sebaran suhu permukaan laut yang semakin meningkat
menuju ke arah perairan pantai hingga pesisir. Menurut Ridho (2004) hal ini
diduga karena pengaruh daratan yang lebih panas. Illahude (1997) menambahkan
pengaruh daratan yang kuat terhadap suhu perairan menyebabkan wilayah
perairan pantai mempunyai suhu yang lebih tinggi dibandingkan perairan jeluk.
4.3. Hubungan antara data lapangan dengan data dari citra satelit
4.3.1. Klorofil -a
Data citra satelit Terra MODIS yang digunakan untuk perbandingan dengan
data lapangan adalah citra pada tanggal perekaman 27 Januari 2005. Dalam citra
tersebut diplotkan titik sebanyak 15 stasiun seperti yang terlihat pada Gambar 42.
Gambar 42. Posisi data lapangan pada citra sebaran konsentrasi klorofil-a
109
Dari citra sebaran konsentrasi klorofil-a yang diplotkan dengan posisi
pengambilan data di lapangan, didapatkan nilai konsentrasi klorofil-a dari data
citra yang akan digunakan untuk melihat hubungan dengan data lapangan seperti
yang terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perbandingan data lapangan sebaran konsentrasi klorofil-a dengan data
citra satelit Terra MODIS
Stasiun
Lintang
Bujur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
106,128
106,219
105,813
105,858
105,505
105,812
105,451
105,676
105,605
105,603
105,603
105,596
105,595
105,577
105,633
5,42717
5,60788
5,65382
5,47284
5,1114
4,74925
4,56865
4,43279
5,22122
5,22114
5,21939
5,23436
5,23197
5,24181
5,14125
Data Lapangan
(mg/m3)
0,12
0,18
0,28
0,56
1,52
0,12
1,28
0,34
1,04
1,18
1,18
1,18
1,21
1,58
0,42
Data Citra
(mg/m3)
0,22
0,21
0,21
0,22
0,22
0,19
0,22
0,21
0,20
0,20
0,20
0,24
0,21
0,24
0,21
Nilai sebaran konsentrasi klorofil-a yang terdapat pada Tabel 7 diplotkan,
sehingga didapatkan kontur sebaran konsentrasi klorofil-a dari data lapangan
(Gambar 43) dan kontur sebaran konsentrasi klorofil-a dari data citra (Gambar
44). Dari kedua kontur tersebut dilakukan analisis secara visual dengan
membandingkan pola sebaran. Diharapkan de ngan terlihatnya perbedaan kontur
antara kedua data tersebut akan semakin membantu menjelaskan hubungan yang
terjadi antara data lapangan dengan data citra. Walaupun perbandingan ini tidak
menunjukkan akurasi hubungan antara data lapangan dan data citra.
110
3
2
1.8
5.6
1.65
4
1
1.5
5.4
1.35
14
12
13
11
10
9
5.2
1.2
15
5
1.05
0.9
5
0.75
4.8
0.6
6
0.45
0.3
4.6 7
0.15
8
105.5
105.7
105.9
0
106.1
Gambar 43. Sebaran konsentrasi klorofil-a dari data lapangan
3
2
5.6
4
1
5.4
14
12
13
10
9
11
5.2
5
15
5
4.8
6
4.6 7
8
105.5
105.7
105.9
106.1
1.8
1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Gambar 44. Sebaran konsentrasi klorofil-a dari data citra
Dari kedua gambar diatas terlihat kontur yang sangat berbeda. Pada kontur
dari data lapangan terliha t garis-garis sebaran nilai konsentrasi klorofil-a yang
111
menyebar dengan kisaran antara 0,05 mg/m3 – 1,85 mg/m3 (Tabel 7). Selain itu
terlihat terjadi pemusatan konsentrasi klorofil-a pada stasiun 5, 7, 9, 10, 11, 12,
13, dan 14 yang dindikasikan dengan tersebarnya warna hijau tua sedangkan pada
kontur dari data citra satelit hanya terlihat adanya satu pola garis dengan nilai 0,2
mg/m3, walaupun demikian sebaran konsentrasi klorofil-a dari citra satelit
berkisar antara 0,19 mg/m3 – 0,24 mg/m3 (Tabel 7).
Perbedaan tersebut diduga karena data digital dari citra satelit merupakan
pendugaan dengan menggunakan algoritma guna mendapatkan nilai konsentrasi
klorofil-a yang mendekati keadaan sebenarnya. Selain itu karena adanya nilai
konsentrasi klorofil-a pada piksel yang sama dalam citra, seperti yang telihat pada
stasiun 9, 10, dan 11, sehingga menyebabkan sebaran konsentrasi klorofil-a pada
citra terlihat homogen dan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kontur
sebaran konsentrasi klorofil-a dari data lapangan. Semua ini tentu mempengaruhi
bantuk kontur sebaran konsentrasi klorofil-a dari data citra.
Dari data yang di peroleh pada Tabel 7 dapat dilakukan perbandingan antara
data lapangan dengan data citra satelit agar terlihat hubungan antara keduanya.
Untuk itu dapat dilakukan dengan analisis statistika melalui metode persamaan
regresi linier sederhana, yang dijela skan melalui persamaan berikut ini :
Y = 0,2039 + 0,0136 X
Dimana : Y = konsentrasi klorofil-a dari data citra
X = konsentrasi klorofil-a dari data lapangan
Melalui persamaan diatas didapatkan nilai R2 = 0,2974 dan R = 0,5454.
112
Grafik hubungan antara sebaran konsentrasi klorofil-a dari data lapangan
dengan sebaran konsentrasi klorofil-a dari data citra satelit Terra MODIS dapat
dilihat pada Gambar 45.
3
Data citra satelit (mg/m )
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
3
Data lapangan (mg/m )
Gambar 45. Grafik hubungan antara sebaran konsentrasi klorofil-a dari data
lapangan dengan data citra satelit Terra MODIS
Dari nilai koefisien determinasi (R2) yang didapat menunjukkan hubungan
antara data lapangan konsentrasi klorofil-a (X) dengan data konsentrasi klorofil-a
dari citra satelit (Y) sebesar 0,2974, yang berarti bahwa konsentrasi klorofil-a dari
citra satelit dapat dijelaskan oleh data lapangan konsentrasi klorofil-a sebesar
29,74%. Hasil dari uji –f pun menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan 95%
data lapangan mempengaruhi data citra secara nyata, yang diketahui dengan lebih
besarnya Fhit dibandingkan Ftabel. Akan tetapi, terlihat nilai kemiringan (b) dalam
persamaan hanya bernilai 0,0136. Hal ini mengindikasikan kekurangmampuan
citra dalam mendekati nilai sebaran konsentrasi klorofil-a yang sebenarnya,
seperti yang terlihat pada Gambar 45, dimana sebaran konsentrasi klorofil-a pada
data citra hanya berkisar 0,20 mg/m3 – 0,30 mg/m3 sedangkan sebaran dari data
113
lapangan berkisar antara 0,10 mg/m3 - 1,60 mg/m3. Selain itu, nilai koefisien
determinasi yang kecil juga disebabkan karena adanya striping (garis-garis) pada
citra sehingga meyebabkan data yang didapat menjadi bias, juga karena jumlah
stasiun pengambilan data di lapangan yang sedikit ( 15 stasiun) sedangkan
algoritma yang digunakan untuk menduga sebaran konsentrasi klorofil-a adalah
algoritma global.
Koefisien determinasi ini lebih kecil dibandingkan dengan penelitian Dien, et
al (1999) di perairan Vietnam sebesar 0,6384, dengan 58 stasiun pengambilan
data di lapangan sedangkan dalam penelitian Suksmono (2004) di dapatkan nilai
koefisien determinasi sebesar 0,397 dengan 20 stasiun pengambilan data di
lapangan.
4.3.2. Suhu Permukaan Laut
Dari nilai sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra satelit Terra
MODIS yang sesuai dengan posisi stasiun pengambilan data lapangan (Gambar
46), dilakukan perbandingan antara data lapangan dengan data citra seperti yang
terlihat pada Tabel 8.
Gambar 46. Posisi data lapangan pada citra sebaran suhu permukaan laut
114
Tabel 8. Perbandingan data lapangan suhu permukaan laut dengan data
citra satelit Terra MODIS
Stasiun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Lintang
106,128
106,219
105,813
105,858
105,505
105,812
105,451
105,676
105,605
105,603
105,603
105,596
105,595
105,577
105,633
Bujur
5,42717
5,60788
5,65382
5,47284
5,1114
4,74925
4,56865
4,43279
5,22122
5,22114
5,21939
5,23436
5,23197
5,24181
5,14125
Data Lapangan (°C)
29,80
29,90
30,00
30,56
29,00
30,10
29,00
29,70
29,50
29,60
29,80
29,60
29,60
29,50
29,70
Data Citra (°C)
26,83
26,80
26,81
26,94
26,32
26,86
26,72
26,74
26,84
26,84
26,84
26,48
26,84
26,55
26,40
Berdasarkan nilai sebaran suhu permukaan laut yang terdapat pada Tabel 8
diplotkan dalam bentuk kontur guna melihat perbedaan antara pola sebaran suhu
permukaan laut dari data lapangan (Gambar 47) dengan sebaran suhu permukaan
laut dari data citra (Gambar 48) secara spasial.
Dari kedua gambar di bawah ini terlihat perbedaan pola kontur yang sangat
jelas dimana pada kontur dari data lapangan terlihat mendominasinya warna biru
tua mulai dari stasiun 1 hingga stasiun 15 yang mengindikasikan nilai sebaran
suhu permukaan laut yang tinggi dengan kisaran antara 29,0 °C – 30,1 °C (Tabel
8) sedangkan pada kontur dari data citra terlihat warna biru muda mendominasi
hampir disemua stasiun, kisaran warna ini menunjukkan sebaran suhu permukaan
laut yang rendah dengan kisaran 26,32 °C – 26,51 °C (Tabel 8) sedangkan di
stasiun 5 terlihat warna yang lebih terang, yang mengindikasikan bahwa pada
stasiun tersebut nilai suhu permukaan laut terendah yaitu 26,32 °C.
115
3
2
5.6
4
1
5.4
14
12
13
11
10
9
5.2
5
15
28.4
28.1
27.8
27.5
27.2
26.9
26.6
26.3
5
4.8
6
4.6 7
8
105.5
105.7
30.2
29.9
29.6
29.3
29
28.7
105.9
26
106.1
Gambar 47. Sebaran suhu permukaan laut dari data lapangan
3
2
5.6
4
1
5.4
14
12
13
10
9
11
5.2
5
15
28.4
28.1
27.8
27.5
27.2
5
4.8
6
4.6 7
8
105.5
105.7
30.2
29.9
29.6
29.3
29
28.7
105.9
106.1
26.9
26.6
26.3
26
Gambar 48. Sebaran suhu permukaan laut dari data citra
116
Perbedaan yang jelas antara pola kontur sebaran suhu permukaan laut dari data
lapangan dengan pola kontur sebaran suhu permukaan laut dari data citra diduga
karena adanya nilai suhu permukaan laut pada piksel yang sama dalam citra,
seperti yang telihat pada stasiun 9, 10, dan 11, sehingga menyebabkan nilai
sebaran suhu permukaan laut pada citra terlihat homogen, selain itu data digital
dari citra satelit merupakan pendugaan dengan menggunakan algoritma guna
mendapatkan nilai suhu permukaan laut yang mendekati keadaan sebenarnya. Hal
ini tentu mempengaruhi bentuk kontur sebaran suhu permukaan laut dari data
citra.
Untuk melihat hubungan antara data lapangan dengan data citra, maka dapat
dilakukan perbandingan berdasarkan data yang di peroleh pada Tabel 8,
menggunakan analisis statistika melalui metode persamaan regresi linier
sederhana dengan persamaan sebagai berikut ini :
Y = 17,554 + 0,3094 X
Dimana : Y = suhu permukaan la ut dari data citra
X = suhu permukaan laut dari data lapangan
Melalui persamaan diatas didapatkan nilai R2 = 0,25 dan R = 0,50. Dari nilai
koefisien determinasi (R2) yang didapat menunjukkan hubungan linier antara data
lapangan suhu permukaan laut (X) dengan data suhu permukaan laut dari citra
satelit (Y) sebesar 0,25, yang berarti bahwa data citra suhu permukaan laut dapat
dijelaskan oleh data lapangan suhu permukaan laut sebesar 25%, selain itu pada
selang kepercayaan 95% didapat nilai Fhit > Ftab, yang artinya X mempengaruhi
Y secara nyata. Namun dari persamaan di atas terlihat nilai kemiringan (b) hanya
sebesar 0,3094. Walaupun nilai kemiringan ini lebih besar dari nilai kemiringan
117
pada perbandingan data sebaran konsentrasi klorofil-a, tetap terlihat
kekurangmampuan citra dalam mendekati nilai sebaran suhu permukaan laut yang
sebenarnya, seperti yang terlihat pada Gambar 49, dimana nilai suhu pada citra
hanya berkisar antara 26 ° C – 27 °C sedangkan pada data lapangan berkisar antara
29 °C – 30 °C. Nilai koefisien determinasi yang kecil juga diduga terjadi karena
jumlah stasiun pengambilan data lapangan yang digunakan hanya sedikit (15
stasiun) dengan posisi stasiun pengambilan data yang terlalu berdekatan, sehingga
data terlihat kurang menyebar sedangkan algoritma yang digunakan untuk
menduga sebaran suhu permukaan laut adalah algoritma global.
Grafik hubungan antara nilai sebaran suhu permukaan laut dari data lapangan
dengan nilai sebaran suhu permukaan laut pada citra satelit Terra MODIS dapat
dilihat pada Gambar 49.
31
Data Citra Satelit (oC)
30,5
30
29,5
29
28,5
28
27,5
27
26,5
26
26
26,5
27
27,5
28
28,5
29
29,5
30
30,5
31
o
Data Lapangan ( C)
Gambar 49. Grafik hubungan antara suhu permukaan laut dari data lapangan
dengan suhu permukaan laut dari citra satelit Terra MODIS
118
Menurut Suksmono (2004) untuk meningkatkan nilai koefisien determinasi
(R2 ) di perlukan penelitian yang lebih banyak dengan menggunakan data yang
lebih banyak dan menggunakan algoritma yang sesuai dengan kondisi perairan
yang di teliti.
4.4. Hubungan antara kelimpahan konsentrasi klorofil-a dengan suhu
permukaan laut
Dalam ekosistem perairan merupakan hal yang lazim terdapatnya korelasi
antara parameter fisika kimia dengan parameter biologi seperti yang terlihat pada
tabel 8, yaitu hubungan antara kelimpahan konsentrasi klorofil-a dengan suhu
permukaan laut. Nilai-nilai tersebut didapatkan dari data digital citra dengan
tanggal perekaman 27 Januari 2005.
Tabel 9. Hubungan antara konsentrasi klorofila-a dengan suhu permukaan laut
berdasarkan data citra
Stasiun
Lintang
Bujur
Klorofil-a (mg/m3)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
106,128
106,219
105,813
105,858
105,505
105,812
105,451
105,676
105,605
105,603
105,603
105,596
105,595
105,577
105,633
5,42717
5,60788
5,65382
5,47284
5,1114
4,74925
4,56865
4,43279
5,22122
5,22114
5,21939
5,23436
5,23197
5,24181
5,14125
0,22
0,21
0,21
0,22
0,22
0,19
0,22
0,21
0,20
0,20
0,20
0,24
0,21
0,24
0,21
Suhu Permukaan Laut
(°C)
26,83
26,80
26,81
26,94
26,32
26,86
26,72
26,74
26,84
26,84
26,84
26,48
26,84
26,55
26,40
Dari data di atas didapatkan persamaan Y = 1,2488 – 0,0388 X dengan R2
sebesar 0,2755 dan R sebesar 0, 5248. Korelasi antara kelimpahan konsentrasi
119
klorofil-a dengan suhu permukaan laut memberikan nilai yang negatif. Nilai
tersebut mengandung arti bahwa suhu permukaan laut ber pengaruh negatif
terhadap kelimpahan konsentrasi klorofil-a. Artinya penurunan suhu permukaan
laut menyebabkan kelimpahan konsentrasi klorofil-a yang tinggi. Menurut Nontji
(1987) peranan suhu yang terpenting ialah karena reaksi-reaksi enzimatis yang
terjadi dalam sel-sel dikendalikan oleh suhu.
120
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Sebaran konsentrasi klorofil-a menggunakan citra satelit Terra MODIS pada
musim timur cenderung lebih tinggi dibandingkan musim barat. Selain itu
terlihat pula pemusatan konsentrasi klorofil-a yang semakin meningkat
menuju perairan pantai hingga pesisir.
2. Sebaran suhu permukaan laut menggunakan citra satelit Terra MODIS pada
musim timur cenderung lebih tinggi dibandingkan musim barat. Selain itu
terlihat nilai suhu yang cenderung meningkat menuju perairan pantai hingga
pesisir.
3. Dari hubungan antara data lapangan dengan data citra sebaran konsentrasi
klorofil-a diperoleh persamaan Y = 0,2039 + 0,0136 X dengan nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,2974, sedangkan untuk sebaran suhu permukaan
laut diperoleh persamaan Y = 17,554 + 0,3094 X dengan nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,25.
4. Hubungan antara kelimpahan konsentrasi klorofil-a dengan suhu permukaan
laut menunjukkan hubungan yang negatif, ya ng artinya penurunan suhu
permukaan laut menyebabkan kelimpahan konsentrasi klorofil-a yang tinggi.
5.2. Saran
Karena besarnya bias yang terjadi antara data lapangan konsentrasi klorofil-a
dan suhu permukaan laut dengan data dari citra satelit, maka perlu dilakukan
penambahan stasiun pengambilan data di lapangan dengan posisi pengambilan
data yang menyebar, agar dapat dilakukan pembuatan algoritma lokal dalam
121
menduga konsentrasi klorofil-a- dan suhu permukaan laut yang mendekati
keadaan sebenarnya. Penggunaan algoritma lokal lebih baik digunakan
dibandingkan dengan algorima global karena karakteristik dari masing-masing
perairan berbeda. Selain itu dibutuhkan pengambilan data lapangan dengan
musim yang berbeda .
122
DAFTAR PUSTAKA
Arinardi, O. H. 1997. Sebaran Klorofil-a dan Volume Plankton Perairan Laut
Cina Selatan. Hal 91-110. In Suyarso (ed.), Atlas Oseanologi Laut Cina
Selatan. P3O-LIPI. Jakarta. vii + 160.
Brown, O. B dan P. J. Minnet. 1999. MODIS Infrared Sea Surface Temperature
Algorithm. ATBD Version 2.0. Hal 5. University of Miami. Miami. vii + 98 h.
Dien, T. V, D. L. Tang, dan H. Kawamura. Validation of SeaWIFS -derived Ocean
Color Data and Using for Study Distribution and Seasonal Variation of
Chlorophyll-a Concentration in the Vietnam Waters.
http://www.aic.ait.sa30_tran.com. [02 Januari 2006].
Hatta, M. 2002. Hubungan Antara Klorofil-a dan Ikan Pelagis Dengan Kondisi
Oseanografi Di Perairan Utara Irian Jaya.
http:// rudyct.250x.com. [21 Juli 2005].
Hutabarat, S dan S.M. Evans. 1985. Pengantar Oseanografi. Cetakan Ke-2. Hal
59-62. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. ix + 159.
Illahude, A. G. 1997. Sebaran Suhu, Salinitas, Sigma-T, dan Zat Hara Perairan
Laut Cina Selatan. Hal 25-90. In Suyarso (ed.), Atlas Oseanologi Laut Cina
Selatan. P3O-LIPI. Jakarta. vii + 160.
Lillesand, T. M. dan R. W. Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi
Citra. Diterjemahkan oleh Dulbahri, Prapto Suharsono, Hartono, Suharyadi :
Sutanto (penyunting). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. vi + 709
Lo, C. P. 1995. Penginderaan Jauh Terapan. Diterjemahkan oleh : Bambang
Purbowaseso. Hal 1. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. v + 467.
MODIS. 2005. Handbook MODIS. http://www.modis.gsfc.nasa.gov.
Nontji, A. 1984. Biomassa dan Produktivitas Fitoplankton Di Perairan Teluk
Jakarta Serta Kaitannya Dengan Faktor-Faktor Lingkungan. Disertasi.
Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. 368 h.
Nyabakken, J. W. 1988. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis.
Diterjemahkan oleh H. Muhammad Eidman, Koeoebiono, D.G. Bengen, M.
Hutomo, dan S. Sukohardjo. Hal 36-72. PT Gramedia. Jakarta. vii + 459.
123
O'Reilly, J. E, S. Maritorena, J. L. Mueller, M. C. O’Brien, D. A. Siegel, D.
Toole, B. G. Mitchell, M. Kahru, F. P. Chaves, P. Strutton, G. F. Cota, S. B.
Hooker, C. R. McClain, K. L. Carder, F. M. Carger, L. Harding, A.
Magnuson, D. Phinney, G. F. Moore, J. Aiken, K. R. Arrigo, R. Letelier, M.
Culver. 2000. SeaWiFS Postlaunch Calibration and Validation Analyses, Part
3. NASA Technical Memorandum. 11(2). 9-23.
Ridho, M. R. 2004. Distribusi, Kepadatan Biomassa dan Struktur Komunitas Ikan
demersal Di Perairan Laut Cina Selatan. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Robinson, I. S. 1985. Satellite Oceanography an Introduction for
Oceanographers and Remote Sensing Specialist. Hal 141-166. John Wiley and
Sons. New York. 11 + 427 h.
Stewart, R. H. 1985. Methods of Satellite Oceanography. Hal 100-127.
University of California Press. Los Angeles. vii + 328 h.
Suksmono, B. D. 2004. Estimasi Konsentrasi Klorofil-a Dari data SeaWIFS Di
Perairan Selatan Jawa Pada Musim Timur Tahun 2004. Skripsi. Departemen
Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Suwargana, N, M. Arief, dan H. Sidik. Penentuan Suhu Permukaan Laut
Konsentrasi Klorofil Untuk Pengembangan Model Prediksi SST/Fishing
Ground Dengan Menggunakan Data MODIS.
http://www.lapanrs.com/TEKNO/PENLT/ind/TEKNO--PENLT--25--ind-laplengkap--FISHING%20GROUND%20MODIS.pdf. [4 Agustus 2005].
Suyarso. 1997. Lingkungan Fisik Kawasan Laut Cina Selatan. Hal 1. In Suyarso
(ed.), Atlas Oseanologi Laut Cina Selatan.P3O-LIPI. Jakarta. vii + 160.
Walpole, R. E. 1992. Pengantar Statistika. Edisi Ketiga. Hal 340 – 379.
Diterjemahkan oleh : Ir. Bambang Sumantri. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. ix + 505.
Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of Southeast Asian Waters. Hal 17-28.
Naga Report. Vol. 2. The University of California La Jolla. California. 1 + 195
h.
124
LAMPIRAN
125
Lampiran 1. Data klimatologi dari Stasiun Tarempa, Tanjung Pinang, dan Batam (rata -rata bulanan) tahun 2003 - 2004
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Tx
28.13
28.58
30.61
31.42
31.79
32.75
31.54
32.86
32.50
33.00
30.53
28.17
Tn
23.00
22.33
23.82
23.88
24.72
23.64
23.58
24.26
24.04
24.00
23.82
24.00
RHx
89.00
90.29
87.89
92.69
89.79
91.29
91.21
88.57
90.32
90.00
93.18
89.67
RHn
76.67
73.75
67.93
68.15
63.17
62.14
64.58
59.18
62.50
61.00
68.71
74.63
RR
231.0
221.0
135.7
178.7
122.5
159.8
289.0
130.0
92.6
158.0
279.0
303.0
DD
U
U
U
S
S
S
S
S
S
S
U
U
FF
13.00
11.92
9.11
7.85
11.21
10.89
9.96
11.68
11.85
11.40
8.29
13.50
FFx
19
27
16
17
24
28
23
26
25
14
14
24
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika
Keterangan : Tx
Tn
RHx
RHn
RR
= Suhu maksimum ( °C)
= Suhu minimum (°C)
= Kelembaban rata-rata maksimum (%)
= Kelembaban rata-rata minimum (%)
= Curah hujan bulanan (mm)
DD
FF
FFx
= Arah angin
= Rata-rata kecepatan angin maksimum
= Kecepatan Angin maksimum dalam satu bulan
126
Lampiran 1 (lanjutan)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Tx
29.32
30.14
31.87
31.27
31.90
31.42
30.90
31.47
30.77
30.50
30.40
29.36
Tn
23.73
23.48
23.61
24.55
24.40
23.63
23.48
23.80
23.14
23.33
23.80
23.84
RHx
96.65
96.71
96.43
97.45
96.95
96.50
96.14
69.20
97.32
96.62
97.13
96.36
RHn
74.17
65.67
64.91
70.41
69.10
66.29
66.27
64.73
68.27
67.58
70.33
73.56
RR
430.4
328.0
331.0
305.2
133.0
218.7
291.0
142.6
235.0
369.0
331.0
312.2
DD
U
U
TL.U
TL.S
S
S
S
TG
S
S
TL
U
FF
10.41
10.62
10.74
8.55
9.95
11.25
10.82
10.67
10.82
9.17
9.15
10.16
FFx
15
14
18
12
14
18
15
15
15
12
12
13
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika
Keterangan : Tx
Tn
RHx
RHn
RR
= Suhu maksimum ( °C)
= Suhu minimum (°C)
= Kelembaban rata-rata maksimum (%)
= Kelembaban rata-rata minimum (%)
= Curah hujan bulanan (mm)
DD
FF
FFx
= Arah angin
= Rata-rata kecepatan angin maksimum
= Kecepatan Angin maksimum dalam satu bulan
127
Lampiran 1 (lanjutan)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Tx
29.83
29.96
31.44
31.27
32.22
32.09
31.16
31.60
30.86
30.63
30.50
29.25
Tn
23.91
24.25
24.56
24.77
25.11
24.77
24.80
24.76
24.09
23.75
24.31
24.04
RHx
95.22
93.96
94.88
96.69
95.22
95.50
95.00
95.48
92.36
97.50
96.38
95.08
RHn
71.13
70.25
66.28
66.62
70.00
63.86
67.00
66.64
69.45
67.00
67.50
73.00
RR
636.0
108.0
146.0
151.3
42.0
60.0
97.0
211.0
221.0
294.0
171.0
416.0
DD
U
U
TL
T/TL
S
TG
TG
TG
S
S/B
U
U
FF
15.26
16.29
12.88
9.19
10.56
12.59
11.58
11.50
10.50
11.31
9.53
12.04
FFx
20
25
19
16
15
20
20
15
15
20
14
21
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika
Keterangan : Tx
Tn
RHx
RHn
RR
= Suhu maksimum ( °C)
= Suhu minimum (°C)
= Kelembaban rata-rata maksimum (%)
= Kelembaban rata-rata minimum (%)
= Curah hujan bulanan (mm)
DD
FF
FFx
= Arah angin
= Rata-rata kecepatan angin maksimum
= Kecepatan Angin maksimum dalam satu bulan
128
Lampiran 1 (lanjutan)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Tx
28.52
29.50
30.04
32.04
32.38
33.07
Tn
24.43
23.50
23.92
24.56
24.67
24.73
RHx
88.86
91.50
91.67
89.84
89.96
89.60
RHn
72.76
66.50
71.67
64.04
62.96
60.47
RR
50.8
3.8
203.5
25.5
76.0
72.4
DD
U
S
U
U
S
S
FF
12.86
10.00
9.42
6.84
8.13
8.13
FFx
24
14
20
10
32
20
32.58
29.00
31.20
29.83
29.33
24.38
23.00
23.70
22.83
24.00
85.08
93.00
90.40
96.83
88.00
59.00
66.00
65.90
75.33
76.00
53.3
10.7
13.8
123.4
25.5
S
S
S
S
S
10.00
4.00
5.20
7.33
10.33
30
4
8
15
12
Sumber : Badan M eteorologi dan Geofisika
Keterangan : Tx
Tn
RHx
RHn
RR
= Suhu maksimum ( °C)
= Suhu minimum (°C)
= Kelembaban rata-rata maksimum (%)
= Kelembaban rata-rata minimum (%)
= Curah hujan bulanan (mm)
DD
FF
FFx
= Arah angin
= Rata-rata kecepatan angin maksimum
= Kecepatan Angin maksimum dalam satu bulan
129
Lampiran 1 (lanjutan)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Tx
29.75
31.00
31.60
32.06
32.25
31.73
Tn
23.60
24.00
23.56
23.71
24.45
23.82
RHx
91.70
98.00
96.32
96.24
96.60
96.32
RHn
70.75
64.00
65.92
65.29
65.00
66.14
RR
292.0
34.4
274.3
120.6
199.7
15.1
DD
U
U
TL
T
S
U
FF
11.75
13.00
10.64
9.71
9.74
10.68
FFx
15
13
15
13
13
14
31.20
26.00
31.50
31.20
29.93
23.25
23.00
23.17
24.00
23.86
95.40
100.00
97.00
97.00
96.57
60.80
90.00
67.17
68.60
69.86
5.6
74.6
7.9
40.2
247.0
S
U
U
U
U
11.65 15
9.50 12
9.20 12
10.93 12
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika
Keterangan : Tx
Tn
RHx
RHn
RR
= Suhu maksimum (°C)
= Suhu minimum (°C)
= Kelembaban rata-rata maksimum (%)
= Kelembaban rata-rata minimum (%)
= Curah hujan bulanan (mm)
DD
FF
FFx
= Arah angin
= Rata-rata kecepatan angin maksimum
= Kecepatan Angin maksimum dalam satu bulan
129
Lampiran 1 (lanjutan)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Tx
29.97
29.50
30.67
32.82
31.95
31.89
Tn
24.40
22.50
24.05
25.59
25.20
25.37
RHx
94.47
96.00
94.52
93.29
95.60
93.95
RHn
72.40
75.00
65.71
58.59
63.20
62.95
RR
444.3
5.6
165.5
39.9
72.0
59.4
31.29 24.79 91.14
63.14 13.4
32.25 24.50 92.60
30.80 24.60 95.80
30.00 25.00 91.50
62.60 0.4
65.60 30.3
67.50 0.0
DD
TL
TL
TL
TL.T
S
S
S
TG
TG
FF
15.13
10.00
13.38
11.41
9.45
11.05
FFx
18
15
20
15
15
15
13.93 18
11.20 12
8.80 12
9.00 10
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika
Keterangan : Tx
Tn
RHx
RHn
RR
= Suhu maksimum ( °C)
= Suhu minimum (°C)
= Kelembaban rata-rata maksimum (%)
= Kelembaban rata-rata minimum (%)
= Curah hujan bulanan (mm)
DD
FF
FFx
129
= Arah angin
= Rata-rata kecepatan angin maksimum
= Kecepatan Angin maksimum dalam satu bulan
130
Lampiran 2. Data rerata suhu permuka an laut di sekitar perairan Natuna dan sekitarnya tahun 1923 – 1992
Suhu (°C)
30
29
28
27
26
25 Jan Feb Mar Apr
Mei Jun Jul
Bulan
130
Agt
Sep
Okt Nov Des
131
Lampiran 3. Kisaran panjang gelombang dari sensor MODIS
Penggunaan
Utama
Daratan / Awan /
Batasan Aerosol
Sifat-sifat
Daratan /Awan /
Aerosol
Warna Laut /
Fitoplankton /
Biogeokimia
Uap Air
Atmosfer
Kanal
Lebar kanal
(nm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
620 - 670
841 - 876
459 - 479
545 - 565
1230 - 1250
1628 - 1652
2105 - 2155
405 - 420
438 - 448
483 - 493
526 - 536
546 - 556
662 - 672
673 - 683
743 - 753
862 - 877
890 - 920
931 - 941
915 - 965
Resolusi
spasial
(m)
250
250
500
500
500
500
500
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
Penggunaan
Utama
Suhu
Permukaan/Awan
Suhu Atmosfer
Awan Cirrus
Uap Air
Sifat-sifat Awan
Ozon
Suhu
Permukaan/Awan
Ketinggian Awan
Sumber : Handbook MODIS
131
Kanal
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Lebar kanal
(nm)
3660 3929 3929 4020 4433 4482 1360 6535 7175 8400 9580 10780 11770 13185 13485 13785 14085 –
3840
3989
3989
4080
4498
4549
1390
6895
7475
8700
9880
11280
12270
13485
13785
14085
14385
Resolus i
spasial
(m)
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
132
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bogor pada tanggal 10
September 1983. Dari Ayah (Alm) Edi Triyono, Amd
dan Ibu Dra. Rt. Endang Chuspiatini. Penulis adalah
anak ketiga dari tiga bersaudara.
Tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan
sekolah me nengah atas di SLTAN 8 Bogor. Kemudian penulis diterima sebagai
mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Teknologi
Kelautan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan melalui jalur UMPTN
(Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Selama kuliah penulis pernah aktif menjadi anggota DKM Al-Bahri FPIK-IPB
dan pernah mengikuti beberapa seminar pelatihan di bidang perikanan dan ilmu
kelautan. Penulis juga pernah berperan sebagai panitia pelaksana Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru FPIK tahun 2002.
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis
melaksanakan penelitian dengan judul “Sebaran Konsentrasi Klorofil-a dan Suhu
Permukaan Laut Menggunakan Citra Satelit Terra MODIS Di Perairan Natuna”.
132
Download