II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut (Kamaruddin, 2004). Menurut Suad Husnan (2003) investasi dapat dilakukan pada aktiva rill maupun pada sekuritas. Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal, baik dalam bentuk uang maupun benda pada suatu obyek dengan tujuan memperoleh keuntungan selama periode tertentu. Karena pemodal menghadapi kesempatan investasi yang beresiko, pilihan investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan. Apabila pemodal mengharapkan untuk mendapatkan tingkat keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung resiko yang tinggi pula. Salah satu karakteristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk melakukan portofolio investasi. Pemodal dapat dengan mudah menyebar (melakukan diversifikasi) investasinya pada berbagai kesempatan investasi. Karena itulah, perlu dipahami proses investasi, yaitu dimulai dari proses kebijakan investasinya sampai dengan evaluasi kinerja investasi tersebut. 2.1.1. Tujuan Investasi Menurut Kamaruddin Ahmad (2004), ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah : 1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Seorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaktidaknya bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. 2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan kekayaan atau harta miliknya sehingga tidak merosot nilainya karena digerogoti oleh inflasi. 3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa Negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. Dalam Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi (2009), tujuan dari investasi antara lain adalah untuk terciptanya continuity (keberlanjutan) dalam investasi tersebut, terciptanya profit yang maksimum, terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham, serta memberikan andil bagi pembangunan suatu negara. 2.1.2. Proses investasi Menurut Suad Husnan (2003), proses investasi menunjukan bagaimana seharusnya pemodal melakukan investasi dalam sekuritas, yaitu sekuritas apa saja yang dipilih, seberapa banyak dan kapan investasi tersebut dilakukan. Untuk mengambil keputusan ini, langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menentukan kebijakkan investasi Disini, pemodal perlu menentukan apa tujuan dari investasinya, dan berapa besar investasi tersebut dilakukan. Ada hubungan yang positif antara risiko dan pengembalian investasi, sehingga pemodal tidak dapat mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Pemodal hendaknya menyadari ada kemungkinan untuk menderita kerugian, sehingga tujuan investasinya harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko. Jumlah dana yang akan diinvestasikan mempengaruhi keuntungan yang diharapkan dan resiko yang ditanggung. Pemodal yang bersedia menanggung resiko yang lebih besar (dan karenanya mengharapkan keuntungan yang lebih besar), akan mengalokasikan dananya pada sekuritas tertentu. Pemodal yang meminjam dana dan mendiversifikasikannya pada berbagai saham, akan menanggung resiko yang lebih tinggi daripada pemodal yang menggunakan seratus persen modalnya sendiri. 2. Analisis sekuritas Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individu (atau sekelompok sekuritas). Terdapat dua filosofi dalam melakukan analisis sekuritas. Pertama yang berpendapat bahwa ada sekuritas yang mispriced yang mana analisis dapat mendeteksi sekuritassekuritas tersebut. Ada berbagai cara untuk melakukan analisis ini, tetapi pada garis besarnya cara-cara tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan perubahan data di masa yang lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga sekuritas di masa mendatang. Sedangkan mengidentifikasikan analisis prospek fundamental perusahaan berupaya untuk bisa memperkirakan harga saham di masa mendatang. Yang kedua adalah pendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar. Kalaupun ada sekuritas yang mispriced, analisis tidak dapat mendeteksinya. Dengan demikian, pemilihan sekuritas didasarkan atas preferensi resiko para pemodal. 3. Pembentukan portofolio Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipiih dan beberapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas. Pemilihan sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi resiko yang ditanggung. 4. Melakukan revisi portofolio Tahap ini merupakan penanggulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki. Perubahan dilakukan kalau dirasa portofolio yang sekarang dimiliki tidak lagi optimal, atau tidak sesuai dengan preferensi pemodal. 5. Evaluasi kinerja Portofolio Dalam tahap ini, pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar, jika suatu portofolio memberikan keuntungan lebih tinggi pasti lebih baik dari portofolio lainnya. Dalam hal ini faktor risiko perlu dimasukkan. 2.2. Sepuluh Prinsip dalam Manajemen Keuangan Keputusan yang diambil oleh para manajer keuangan berasal dari sepuluh prinsip dasar yang membentuk manajemen keuangan. Sebagian investor ada yang menyerahkan keputusan investasinya di pasar modal pada manajer investasi. Dalam Keown et all (2004), sepuluh prinsip yang membentuk manajemen keuangan adalah sebagai berikut : 1. Adanya keseimbangan antara risiko dan pengembalian Investasi yang dilakukan oleh para investor tidak lain memiliki tujuan untuk mendapatkan tingkat pengembalian tertentu di masa yang akan datang. Para investor menginginkan tingkat pengembalian yang lebih besar dari tingkat inflasi yang diperkirakan. Alternatif-alternatif investasi mempunyai sejumlah risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda. Terkadang para investor lebih menyukai menanamkan modalnya pada investasi yang memiliki risiko yang tinggi dengan penawaran tingkat pengembalian yang tinggi pula. Namun, ada sebagian orang yang enggan menggunakan uang yang mereka miliki saat ini untuk melakukan berbagai investasi, mereka lebih menyukai melakukan penundaan konsusmsi atas uangnya (menabung). Adapun hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian ditunjukan pada Gambar 2. Disebutkan dalam prinsip pertama yang membentuk manajemen keuangan bahwa jangan menambah risiko pada sejumlah modal yang dimiliki, kecuali terdapat kompensasi berupa tambahan pengembalian atas investasi yang dilakuakan. Hal ini berarti, investor sebaiknya mengetahui dengan pasti kinerja setiap saham melalui ukuran risiko dan tingkat pengembaliannya. Expected Return Pengembalian atas penambahan risiko Pengembalian atas penundaan konsumsi Risiko Gambar 2. Hubungan Risiko dan Pengembalian 2. Nilai waktu uang (opportunity cost) Uang yang diterima pada saat ini jauh lebih berharga dari pada uang yang diterima di masa yang akan datang. Konsep nilai waktu uang mengacu pada biaya kesempatan (opportunity cost) untuk menghasilkan pendapatan saat ini. Pada prinsipnya, uang yang akan diterima saat ini adalah ukuran risiko yang telah dijelaskan pada prinsip 1 manajemen keuangan. Sehingga, dalam menghitung nilai sekarang harus dipahami bahwa tingkat suku bunga yang dipakai akan semakin besar untuk proyek-proyek yang lebih berisiko. 3. Kas adalah raja dalam manajemen keuangan Dalam mengukur kekayaan perusahaan digunakan arus kas bukan laba yang diperoleh. Uang kas adalah sesuatu yang secara rill diterima dan dapat diinvestasikan kembali oleh perusahaan. 4. Pertambahan arus kas Tambahan arus kas adalah perbedaan arus kas yang diterima oleh perusahaan antara dua keputusan yaitu keputusan untuk mengambil atau tidak proyek yang bersangkutan. Harus ada selisih nilai yang positif dalam arus kas untuk mengambil keputusan usaha. 5. Kondisi persaingan pasar Kunci untuk mendapatkan investasi yang menguntungkan adalah dengan mengerti situasi dan kondisi persaingan pasar dimana perusahaan itu berada. Industri dengan kondisi persaingan yang sempurna tidak akan bertahan lama. 6. Pasar modal yang efisien Tujuan manajer keuangan adalah menciptakan kekayaan bagi para pemegang saham. Efisien tidaknya suatu pasar modal tergantung pada seberapa cepat dampak informasi yang dicerminkan pada harga saham. Cirri pasar modal yang efisien adalah banyaknya investor yang bereaksi terhadap informasi baru yang diterima dengan jalan menjual ataupun membeli surat berharga yang ada. Implikasi dari pasar yang efisien adalah harga yang sudah tepat. Harga saham mencerminkan semua informasi yang ada di masyarakat sehubungan dengan nilai yang ada di masyarakat. 7. Masalah keagenan Manajer keuangan bekerja untuk para pemilik modal. Sebaiknya, para manajer keuangan menyelaraskan kepentingan mereka dengan kepentingan para pemegang saham. Dengan kata lain, apa yang terbaik bagi para pemegang saham juga harus menjadi yang terbaik bagi para manajer. Jika tidak, maka para manajer akan mengambil keputusan hanya berdasarkan kepentingan mereka semata tanpa mempertimbangkan kekayaan para pemegang saham. 8. Pembiasan keputusan bisnis karena perpajakan Dalam mengevaluasi suatu proyek baru, maka pajak penghasilan memiliki peranan yang cukup berarti. Pada saat perusahaan menganalisis pembelian suatu proyek atau peralatan, besarnya pengembalian atas investasi harus dihitung berdasarkan nilai bersih setelah pajak. Pemerintah menyadari masalah perpajakan dapat membiaskan keputusan bisnis dan memanfaatkan pajak sebagai pendorong untuk memperbesar pengeluaran dengan berbagai cara. Jika pemerintah ingin menciptakan iklim investasi yang dapat mendorong timbulnya proyek penelitian dan pengembangan, pemerintah akan menawarkan kredit pajak investasi untuk proyek-proyek tersebut. Akibatnya, perusahaan akan memilih investasi yang sebenarnya kurang menguntungkan bagi mereka. 9. Tidak semua risiko sama, ada beberapa risiko yang dapat didiversifikasi Diversifikasi memungkinkan dua kejadian yang berlawanan saling menutupi satu sama lain, sehingga dapat mengurangi variabilitas secara keseluruhan. Dari susut pandang para pemegang saham, diversifikasi dapat berarti pengurangan risiko yang akan diperoleh dengan cara melakukan pemilihan saham yang tepat dan portofolio saham. Beberapa risiko dapat dihapuskan melalui diversifikasi, sedangkan risiko yang lainnya tidak dapat dihapuskan. Gambar 3 menunjukkan dengan nyata apa yang dapat kita harapkan terjadi pada variabilitas pengembalian ketika kita menambah saham tambahan pada portofolio tersebut. Pengurangan terjadi karena sebagian dari pengembalian saham merupakan suatu hal yang unik untuk surat berharga itu. Variabilitas pengembalian yang unik dari saham tunggal cenderung dilawan oleh variabilitas unik dari surat-surat berharga yang lain. Bagaimanapun, kita mestinya tidak berharap untuk menghilangkan semua risiko dari portofolio kita. Dalam praktiknya, akan lebih sulit untuk membatalkan semua variasi pengembalian suatu portofolio, sebab harga saham mempunyai beberapa kecenderungan untuk bergerak bersama-sama, artinya suatu peningkatan bursa saham cenderung menaikkan kebanyakan (tidak semua) saham. Agar lebih efektif mengurangi besarnya penyimpangan pengembalian, kita bisa berinvestasi kedalam berbagai perusahaan kecil dan besar di industri yang berbeda, seperti halnya perusahan asing. Tetapi, kita tidak dapat memindahkan semua risiko (variasi pengembalian). Dengan begitu, kita dapat membagi total risiko (variable total) portofolio kita dalam dua jenis risiko, yaitu risiko perusahaan spesifik dan risiko yang terkait dengan pasar. Risiko perusahaan spesifik merupakan risiko yang dapat didiversifikasikan, sedangkan risiko pasar adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasikan, ia tidak dapat dihapuskan tidak peduli berapa banyak kita menganekaragamkan. Total risiko menurun, dan kemudian penurunan menjadi lebih kecil. Risiko sisanya secara khas merupakan risiko pasar portofolio. Pada posisi ini, portofolio kita sangat berhubungan dengan semua surat-surat berharga di pasar. Peristiwa yang mempengaruhi portofolio kita sekarang tidak sebanyak peristiwa khusus, tetapi berubah pada peristiwa ekonomi yang umum atau peristiwa politik. Contohnya perubahan suku bunga yang menurun dan undang-undang pajak yang mempengaruhi perusahaan. Karena kita dapat memindahkan risiko perusahaan unik itu, atau tidak sistematis, maka tidak ada alasan untuk percaya bahwa pasar akan memberikan imbalan kepada kita dengan pengembalian tambahan atas penggunaan risiko yang bisa dihindari begitu saja dengan melakukan diversifikasi. Portofolio pasar adalah suatu hal yang mempunyai risiko Deviasi Standar Tingkat Keuntungan sistematis (tidak dapat didiversifikasikan). Risiko Total Risiko Non-sistematis Risiko Sistematik Jumlah Saham Dalam Portofolio Gambar 3. Pengurangan risiko dengan diversifikasi (Keown et all., 2004) 10. Melakukan sesuatu yang benar adalah perilaku yang etis Perilaku etis berarti melakukan sesuatu yang benar. Namun, kesulitan muncul ketika para manajer keuangan dihadapkan pada pilihan untuk memutuskan sesuatu yang tidak benar namun memberikan pengembalian yang lebih besar. Namun dalam manajemen keuangan terdapat sekumpulan ataupun dasar hukum yang mengatur perilaku para manajer keuangan, seperti peratutan dan kebijakan pemerintah. 2.3. Penilaian Saham 2.3.1. Penilaian Saham Preferen Saham preferen seringkali disebut sebagai surat-surat berharga hybrid, karena memiliki banyak karakteristik obligasi dan saham biasa. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo. Di sisi lain, saham preferen serupa dengan obligasi karena jumlah deviden memiliki batas tertentu. Ukuran deviden saham preferen pada umumnya ditetapkan, sehingga pemilik saham preferen biasanya menerima penghasilan tetap di setiap periode. Pemilik saham preferen tidak mempunyai hak dalam Rapat Umum Pemegang Saham untuk menentukan keputusan-keputusan perusahaan yang memerlukan pemungutan suara. Dalam Keown et all (2004), untuk menentukan nilai sekarang saham preferen (Vps) dinilai melalui deviden tahunan dan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham. Vps = dimana : D Kps ………….(1) Vps = Nilai sekarang dari saham preferen D = Nilai deviden tahunan Kps = Tingkat Pengembalian yang diharapkan 2.3.2. Penilaian Saham Biasa Saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Keuntungan yang dinikmati oleh para pemegang saham berasal dari pembayaran deviden dan kenaikan harga saham. Besar kecilnya deviden yang diterima oleh pemegang saham tidak tetap, tergantung pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (Husnan, 2003). Pemilik saham biasa memiliki hak untuk mengambil keputusan di perusahaan emiten melalui pemungutan suara. Dalam Keown et all (2004), untuk menentukan nilai sekarang saham biasa (Vcs) dinilai melalui deviden tahunan dan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham serta tingkat pertumbuhan. Vcs = dimana : D Kcs - g ………….(2) Vcs = Nilai sekarang dari saham biasa D = Nilai deviden tahunan K cs = Tingkat pengembalian yang diharapkan g = Tingkat pertumbuhan deviden tahunan g = ROE x r …………..(3) dimana : g = Tingkat pertumbuhan deviden tahunan ROE = Pengembalian atas ekuitas (penghasilan bersih/nilai buku per saham) r = Tingkat penahanan laba 2.4. Tipe Investor Dalam Mohamad Samsul (2006), dilihat dari kesediaanya menanggung risiko investasi, seorang investor dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu : 1. Risk taker Investor yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah investor yang berani dalam mengambil risiko. Risk taker akan senang jika ditawari saham yang memiliki fluktuasi harga yang tinggi. Hal ini dikarenakan mereka tertarik dengan tingkat pengembalian yang lebih besar walaupun risiko sahamnya juga besar. 2. Risk averter Investor dengan kelompok risk averter adalah investor yang takut akan risiko. Investor yang takut akan risiko akan lebih memilih saham dengan risiko yang rendah, walaupun tingkat pengembaliannya juga rendah. 3. Risk indifferent Investor yang termasuk dalam kelompok ini adalah investor yang berhatihati terhadap risiko. Tipe investor ini hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya. Semakin besar risiko yang dihadapi, semakin besar return yang diharapkan begitupun sebaliknya. Hal tersebut dikenal dengan sebutan high risk high return, low risk low return. Return Risk averter Risk indefferent Risk taker Risiko Gambar 4. Grafik Tipe Investor dalam Return dan Risiko 2.5. Analisi Kinerja Saham Pemilihan jenis saham untuk investasi berkaitan erat dengan tipe investor. Namun, dalam memutuskan mempertimbangkan kinerja pilihan setiap sahamnya, saham yang investor sebaiknya menjadi alternatif investasinya. Kinerja saham dapat dianalisis melalui berbagai pendekatan, salah satunya adalah dengan memperhatikan tingkat keuntungan (return), tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return), serta nilai risikonya. 2.5.1. Tingkat Keuntungan (Return) Kegiatan investasi penuh dengan ketidakpastian. Seorang investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Oleh karena itu, seorang investor dapat memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya, dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya menyimpang dari hasil yang diharapkan dengan melakukan analisis kinerja terhadap saham-saham yang akan dipilihnya. Untuk menentukan seberapa besar return yang diperoleh dari investasi yang dilakukan, maka perlu untuk menentukan besarnya tingkat pengembalian dari investasi tersebut. Tingkat pengembalian merupakan peningkatan dalam presentase kekayaan dengan memegang investasi untuk suatu jangka waktu (Rodoni dan Othman, 2002). Tingkat keuntungan sama dengan presentase perbandingan antara perubahan investasi pada jangka waktu tersebut dengan nilai awal investasi, yaitu : = ………………(3) dimana : Ri = Tingkat keuntungan D1 = Dividen yang dibagikan untuk satu jangka waktu investasi P0 = Harga saham pada awal jangka waktu P1 = Harga saham pada akhir jangka waktu 2.5.2. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Return) Keuntungan yang diharapkan atau expected of Return, setiap asset adalah rata-rata tertimbang dari return dengan menggunakan probabilitas setiap return sebagai bobotnya. Expected Return dikalkulasikan dengan menjumlahkan hasil kali dari return dengan probabilitasnya. (Kamaruddin, 2004). Dalam Iskandarsyah (2006), menurut Weston dan Copeland (1991) digunakan persamaan mencari tingkat pengembalian yang diharapkan. Tingkat pengembalian yang diharapkan merupakan jumlah dari besarnya probabilitas perolehan atas investasi dikalikan dengan return atas investasi pada beberapa pengamatan. t = ∑ P t . rt t-1 ……………….(4) dimana : E (Ri) = tingkat pengembalian yang diharapkan rt = rate of return dari masing-masing saham pt = besarnya probabilitas perolehan return t = jumlah periode saham yang diamati Menurut Suad Husnan (2003), dalam kejadian yang sebenarnya tidak dapat dilihat adanya probabilitas dalam setiap kejadian. Karenanya diasumsikan distribusi probabilitas return konstan. Tingkat keuntungan yang diharapkan untuk tiap kejadian yang sama (historical return), tidak lain merupakan nilai rataan dari tingkat pengembalian yang diterima. Return ekspektasi dari suatu sekuritas dapat dirumuskan sebagai berikut : …………….(5) dimana : E (Ri) = tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham i Rij = tingkat pengembalian saham i pada periode ke j N = banyaknya peristiwa atau periode 2.5.3. Risiko Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan untuk rusak, luka, menyusut atau hilang. Dalam pengertian investasi, risiko selalu dikaitkan dengan variabilitas return yang dapat diperoleh dari surat berharga. Risiko finansial yang digunakan dalam konteks ini diukur dari distribusi probabilitas tingkat return investasi yang bersangkutan. Distribusi probabilitas ini dapat dilihat secara objektif maupun subjektif. Pengertian objektif disusun dengan mengukur data historis dan menentukan tingkat probabilitasnya atas dasar data tersebut. Sedangkan yang bersifat subjektif disusun dengan mengambil ramalan seseorang dalam menentukan probabilitasnya. Tetapi, jika probabilitas tidak stabil probabilitas historis dari tidak akan banyak membantu dalam melakukan peramalan distribusi probabilitas yang akan datang. Distribusi probabilitas dari return sangat penting untuk memperoleh atau mengukur risiko finansial. (Kamaruddin , 2004). Risiko juga dapat diartikan sebagai kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Karena itu, risiko mempunyai dua dimensi, yaitu menyimpang lebih besar atau menyimpang lebih kecil dari yang diharapkan. Risiko berarti pemodal juga dihadapkan pada tingkat keuntungan yang tidak pasti. Untuk mengetahui ukuran risiko, digunakan ukuran penyebaran distribusi. Ukuran penyebaran ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh nilai kemungkinan yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan (Husnan, 2003). Ukuran risiko ini disebut juga ragam yang dirumuskan sebagai berikut : = ……………..(6) dimana : σi 2 = ragam saham i Rij = return pada saham i pada periode ke j E (Ri) = tingkat pengembalian yang diharapkan atas saham i N = banyaknya peristiwa atau periode 2.6. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian Novi Indah Kusuma Dewi (2006), mengenai kajian kinerja reksa dana saham berdana kelolaan besar (periode Desember 2004Desember 2005) dipilih berdasarkan pertimbangan kelebihan yang dimiliki oleh reksa dana yaitu investasi awal yang relatif kecil dan likuiditas yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan reksa dana saham berdana kelolaan besar yang mampu memberikan return sesuai dengan risiko, menilai kinerja masing-masing reksa dana saham berdana kelolaan besar berdasarkan risk adjusted measures of performance, mengetahui seberapa besar variasi return pasar (IHSG) untuk melihat tingkat diversifikasinya serta untuk mengetahui reksa dana saham kelolaan besar yang memiliki kinerja superior berdasarkan kesesuaian antara return dengan risiko. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode Desember 2004-Desember 2005. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan menggunakan uji coefficient of variation di mana risiko dihitung dari value at risk (VAR), metode risk adjusted measures of performance dan uji koefisien determinasi. Reksa dana yang memiliki kinerja superior berdasarkan kesesuaian antara return dengan risiko (VAR), risk adjusted measures of performance dan uji koefisien determinasi adalah TRIM Kapital, Platinum Saham, Manulife Dana Saham, Citi Reksadana Ekuitas, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Danareksa Mawar, Schroder Dana Prestasi Plus, dan Panin Dana Maksima. Sedangkan karakteristik yang dapat ditentukan berdasarkan penilainan kinerja superior, yaitu reksa dana tersebut harus memiliki return yang lebih tinggi dari pasar (IHSG) dan investasi bebas risiko (SBI). Penelitian lain dilakukan oleh Reni Kusuma Dewi (2005), mengenai kinerja investasi reksa dana saham di Indonesia (periode Januari 2004-Maret 2005). Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan bahwa reksa dana sangat menarik bagi para investor kecil, karena untuk berinvestasi di dalamnya tidak membutuhkan dana yang terlalu besar. Selain itu, portofolio investasi reksa dana juga sudah terdiversifikasi, dimana hal ini akan memberikan rasa aman bagi para investor, baik investor yang memiliki dana dalam jumlah besar maupun investor yang memiliki dana dalam jumlah besar. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kinerja reksa dana saham di Indonesia, mengevaluasi kinerja investasi, serta untuk memperoleh pilihan terhadap reksa dana saham yang memiliki kinerja terbaik. Data penelitian menggunakan data sekunder mencakup laporan publikasi mengenai nilai aktiva bersih pada harian Bisnis Indonesia, indeks harga saham gabungan dari Bursa Efek Jakarta, dan tingkat suku bunga bulanan serifikat Bank Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Jensen yang digunakan untuk menilai Kinerja Invetasi berdasarkan atas seberapa besar Manajer Investasi tersebut mampu memberikan kinerja di atas kinerja pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Hasil penelitian menunjukan dari 19 reksa dana saham yang diteleti, ada 10 reksa dana yang mampu memberikan tingkat imbalan di atas tingkat imbalan pasar, tetapi di sisi lain investor juga harus menghadapi risiko yang besar karena risikonya berada di atas risiko pasar. Kesepuluh reksa dana tersebut juga memberikan tingkat imbalan yang sebanding dengan risiko yang harus ditanggung oleh para investornya. Kesepuluh reksa dana tersebut adalah Bahana Dana Prima, Bima, Citi Reksa Dana Ekuitas, Dana Megah Capital, Manulife Dana Saham, Panin Dana Maksima, Phinisi Dana Saham, Rencana Cerdas, Schrorder Dana Prestasi Plus, dan Si Dana Saham.