II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Investasi
Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk
memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut
(Kamaruddin, 2004).
Menurut Suad Husnan (2003) investasi dapat dilakukan pada aktiva rill
maupun pada sekuritas. Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal,
baik dalam bentuk uang maupun benda pada suatu obyek dengan tujuan
memperoleh
keuntungan
selama
periode
tertentu.
Karena
pemodal
menghadapi kesempatan investasi yang beresiko, pilihan investasi tidak dapat
hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan. Apabila
pemodal mengharapkan untuk mendapatkan tingkat keuntungan yang tinggi,
maka ia harus bersedia menanggung resiko yang tinggi pula. Salah satu
karakteristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk melakukan
portofolio investasi. Pemodal dapat dengan mudah menyebar (melakukan
diversifikasi) investasinya pada berbagai kesempatan investasi. Karena itulah,
perlu dipahami proses investasi, yaitu dimulai dari proses kebijakan
investasinya sampai dengan evaluasi kinerja investasi tersebut.
2.1.1. Tujuan Investasi
Menurut Kamaruddin Ahmad (2004), ada beberapa alasan mengapa
seseorang melakukan investasi, antara lain adalah :
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan
datang. Seorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara
meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaktidaknya bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat
pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa
yang akan datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam
memilih
perusahaan
atau
objek
lain,
seseorang
dapat
menghindarkan kekayaan atau harta miliknya sehingga tidak
merosot nilainya karena digerogoti oleh inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa Negara di dunia
banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya
investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan
kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang
usaha tertentu.
Dalam Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi (2009), tujuan dari
investasi
antara
lain
adalah
untuk
terciptanya
continuity
(keberlanjutan) dalam investasi tersebut, terciptanya profit yang
maksimum, terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham,
serta memberikan andil bagi pembangunan suatu negara.
2.1.2. Proses investasi
Menurut Suad Husnan (2003), proses investasi menunjukan
bagaimana seharusnya pemodal melakukan investasi dalam sekuritas,
yaitu sekuritas apa saja yang dipilih, seberapa banyak dan kapan
investasi tersebut dilakukan. Untuk mengambil keputusan ini, langkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan kebijakkan investasi
Disini, pemodal perlu menentukan apa tujuan dari investasinya,
dan berapa besar investasi tersebut dilakukan. Ada hubungan yang
positif antara risiko dan pengembalian investasi, sehingga pemodal
tidak dapat mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Pemodal hendaknya
menyadari ada kemungkinan untuk menderita kerugian, sehingga
tujuan investasinya harus dinyatakan baik dalam keuntungan
maupun
risiko.
Jumlah
dana
yang
akan
diinvestasikan
mempengaruhi keuntungan yang diharapkan dan resiko yang
ditanggung. Pemodal yang bersedia menanggung resiko yang lebih
besar (dan karenanya mengharapkan keuntungan yang lebih besar),
akan mengalokasikan dananya pada sekuritas tertentu. Pemodal
yang meminjam dana dan mendiversifikasikannya pada berbagai
saham, akan menanggung resiko yang lebih tinggi daripada
pemodal yang menggunakan seratus persen modalnya sendiri.
2. Analisis sekuritas
Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individu (atau
sekelompok sekuritas). Terdapat dua filosofi dalam melakukan
analisis sekuritas. Pertama yang berpendapat bahwa ada sekuritas
yang mispriced yang mana analisis dapat mendeteksi sekuritassekuritas tersebut. Ada berbagai cara untuk melakukan analisis ini,
tetapi pada garis besarnya cara-cara tersebut dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental.
Analisis teknikal menggunakan perubahan data di masa yang lalu
sebagai upaya untuk memperkirakan harga sekuritas di masa
mendatang.
Sedangkan
mengidentifikasikan
analisis
prospek
fundamental
perusahaan
berupaya
untuk
bisa
memperkirakan harga saham di masa mendatang. Yang kedua
adalah pendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar. Kalaupun ada
sekuritas yang mispriced, analisis tidak dapat mendeteksinya.
Dengan demikian, pemilihan sekuritas didasarkan atas preferensi
resiko para pemodal.
3. Pembentukan portofolio
Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana
yang akan dipiih dan beberapa proporsi dana yang akan
ditanamkan pada masing-masing sekuritas. Pemilihan sekuritas
dimaksudkan untuk mengurangi resiko yang ditanggung.
4. Melakukan revisi portofolio
Tahap ini merupakan penanggulangan terhadap tiga tahap
sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan
terhadap portofolio yang telah dimiliki. Perubahan dilakukan kalau
dirasa portofolio yang sekarang dimiliki tidak lagi optimal, atau
tidak sesuai dengan preferensi pemodal.
5. Evaluasi kinerja Portofolio
Dalam tahap ini, pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja
(performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan
yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar, jika
suatu portofolio memberikan keuntungan lebih tinggi pasti lebih
baik dari portofolio lainnya. Dalam hal ini faktor risiko perlu
dimasukkan.
2.2. Sepuluh Prinsip dalam Manajemen Keuangan
Keputusan yang diambil oleh para manajer keuangan berasal dari sepuluh
prinsip dasar yang membentuk manajemen keuangan. Sebagian investor ada
yang menyerahkan keputusan investasinya di pasar modal pada manajer
investasi.
Dalam Keown et all (2004), sepuluh prinsip yang membentuk
manajemen keuangan adalah sebagai berikut :
1. Adanya keseimbangan antara risiko dan pengembalian
Investasi yang dilakukan oleh para investor tidak lain memiliki tujuan
untuk mendapatkan tingkat pengembalian tertentu di masa yang akan
datang. Para investor menginginkan tingkat pengembalian yang lebih besar
dari tingkat inflasi yang diperkirakan. Alternatif-alternatif investasi
mempunyai sejumlah risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda.
Terkadang para investor lebih menyukai menanamkan modalnya pada
investasi yang memiliki risiko yang tinggi dengan penawaran tingkat
pengembalian yang tinggi pula. Namun, ada sebagian orang yang enggan
menggunakan uang yang mereka miliki saat ini untuk melakukan berbagai
investasi, mereka lebih menyukai melakukan penundaan konsusmsi atas
uangnya (menabung).
Adapun hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian ditunjukan
pada Gambar 2. Disebutkan dalam prinsip pertama yang membentuk
manajemen keuangan bahwa jangan menambah risiko pada sejumlah
modal yang dimiliki, kecuali terdapat kompensasi berupa tambahan
pengembalian atas investasi yang dilakuakan. Hal ini berarti, investor
sebaiknya mengetahui dengan pasti kinerja setiap saham melalui ukuran
risiko dan tingkat pengembaliannya.
Expected Return
Pengembalian atas penambahan risiko
Pengembalian atas penundaan konsumsi
Risiko
Gambar 2. Hubungan Risiko dan Pengembalian
2. Nilai waktu uang (opportunity cost)
Uang yang diterima pada saat ini jauh lebih berharga dari pada uang yang
diterima di masa yang akan datang. Konsep nilai waktu uang mengacu
pada biaya kesempatan (opportunity cost) untuk menghasilkan pendapatan
saat ini. Pada prinsipnya, uang yang akan diterima saat ini adalah ukuran
risiko yang telah dijelaskan pada prinsip 1 manajemen keuangan.
Sehingga, dalam menghitung nilai sekarang harus dipahami bahwa tingkat
suku bunga yang dipakai akan semakin besar untuk proyek-proyek yang
lebih berisiko.
3. Kas adalah raja dalam manajemen keuangan
Dalam mengukur kekayaan perusahaan digunakan arus kas bukan laba
yang diperoleh. Uang kas adalah sesuatu yang secara rill diterima dan
dapat diinvestasikan kembali oleh perusahaan.
4. Pertambahan arus kas
Tambahan arus kas adalah perbedaan arus kas yang diterima oleh
perusahaan antara dua keputusan yaitu keputusan untuk mengambil atau
tidak proyek yang bersangkutan. Harus ada selisih nilai yang positif dalam
arus kas untuk mengambil keputusan usaha.
5. Kondisi persaingan pasar
Kunci untuk mendapatkan investasi yang menguntungkan adalah dengan
mengerti situasi dan kondisi persaingan pasar dimana perusahaan itu
berada. Industri dengan kondisi persaingan yang sempurna tidak akan
bertahan lama.
6. Pasar modal yang efisien
Tujuan manajer keuangan adalah menciptakan kekayaan bagi para
pemegang saham. Efisien tidaknya suatu pasar modal tergantung pada
seberapa cepat dampak informasi yang dicerminkan pada harga saham.
Cirri pasar modal yang efisien adalah banyaknya investor yang bereaksi
terhadap informasi baru yang diterima dengan jalan menjual ataupun
membeli surat berharga yang ada. Implikasi dari pasar yang efisien adalah
harga yang sudah tepat. Harga saham mencerminkan semua informasi
yang ada di masyarakat sehubungan dengan nilai yang ada di masyarakat.
7. Masalah keagenan
Manajer keuangan bekerja untuk para pemilik modal. Sebaiknya, para
manajer
keuangan
menyelaraskan
kepentingan
mereka
dengan
kepentingan para pemegang saham. Dengan kata lain, apa yang terbaik
bagi para pemegang saham juga harus menjadi yang terbaik bagi para
manajer. Jika tidak, maka para manajer akan mengambil keputusan hanya
berdasarkan kepentingan mereka semata tanpa mempertimbangkan
kekayaan para pemegang saham.
8. Pembiasan keputusan bisnis karena perpajakan
Dalam mengevaluasi suatu proyek baru, maka pajak penghasilan
memiliki peranan yang cukup berarti. Pada saat perusahaan menganalisis
pembelian suatu proyek atau peralatan, besarnya pengembalian atas
investasi harus dihitung berdasarkan nilai bersih setelah pajak.
Pemerintah menyadari masalah perpajakan dapat membiaskan keputusan
bisnis dan memanfaatkan pajak sebagai pendorong untuk memperbesar
pengeluaran dengan berbagai cara. Jika pemerintah ingin menciptakan
iklim investasi yang dapat mendorong timbulnya proyek penelitian dan
pengembangan, pemerintah akan menawarkan kredit pajak investasi untuk
proyek-proyek tersebut. Akibatnya, perusahaan akan memilih investasi
yang sebenarnya kurang menguntungkan bagi mereka.
9. Tidak semua risiko sama, ada beberapa risiko yang dapat didiversifikasi
Diversifikasi memungkinkan dua kejadian yang berlawanan saling
menutupi satu sama lain, sehingga dapat mengurangi variabilitas secara
keseluruhan. Dari susut pandang para pemegang saham, diversifikasi dapat
berarti pengurangan risiko yang akan diperoleh dengan cara melakukan
pemilihan saham yang tepat dan portofolio saham.
Beberapa risiko dapat dihapuskan melalui diversifikasi, sedangkan risiko
yang lainnya tidak dapat dihapuskan. Gambar 3 menunjukkan dengan
nyata apa yang dapat kita harapkan terjadi pada variabilitas pengembalian
ketika kita menambah saham tambahan pada portofolio tersebut.
Pengurangan terjadi karena sebagian dari pengembalian saham merupakan
suatu hal yang unik untuk surat berharga itu. Variabilitas pengembalian
yang unik dari saham tunggal cenderung dilawan oleh variabilitas unik
dari surat-surat berharga yang lain. Bagaimanapun, kita mestinya tidak
berharap untuk menghilangkan semua risiko dari portofolio kita. Dalam
praktiknya,
akan
lebih
sulit
untuk
membatalkan
semua
variasi
pengembalian suatu portofolio, sebab harga saham mempunyai beberapa
kecenderungan untuk bergerak bersama-sama, artinya suatu peningkatan
bursa saham cenderung menaikkan kebanyakan (tidak semua) saham. Agar
lebih efektif mengurangi besarnya penyimpangan pengembalian, kita bisa
berinvestasi kedalam berbagai perusahaan kecil dan besar di industri yang
berbeda, seperti halnya perusahan asing. Tetapi, kita tidak dapat
memindahkan semua risiko (variasi pengembalian). Dengan begitu, kita
dapat membagi total risiko (variable total) portofolio kita dalam dua jenis
risiko, yaitu risiko perusahaan spesifik dan risiko yang terkait dengan
pasar. Risiko perusahaan spesifik merupakan risiko yang dapat
didiversifikasikan, sedangkan risiko pasar adalah risiko yang tidak dapat
didiversifikasikan, ia tidak dapat dihapuskan tidak peduli berapa banyak
kita menganekaragamkan. Total risiko menurun, dan kemudian penurunan
menjadi lebih kecil. Risiko sisanya secara khas merupakan risiko pasar
portofolio. Pada posisi ini, portofolio kita sangat berhubungan dengan
semua surat-surat berharga di pasar. Peristiwa yang mempengaruhi
portofolio kita sekarang tidak sebanyak peristiwa khusus, tetapi berubah
pada peristiwa ekonomi yang umum atau peristiwa politik. Contohnya
perubahan suku bunga yang menurun dan undang-undang pajak yang
mempengaruhi perusahaan.
Karena kita dapat memindahkan risiko perusahaan unik itu, atau tidak
sistematis, maka tidak ada alasan untuk percaya bahwa pasar akan
memberikan imbalan kepada kita dengan pengembalian tambahan atas
penggunaan risiko yang bisa dihindari begitu saja dengan melakukan
diversifikasi. Portofolio pasar adalah suatu hal yang mempunyai risiko
Deviasi Standar Tingkat Keuntungan
sistematis (tidak dapat didiversifikasikan).
Risiko
Total
Risiko Non-sistematis
Risiko Sistematik
Jumlah Saham Dalam Portofolio
Gambar 3. Pengurangan risiko dengan diversifikasi (Keown et all., 2004)
10. Melakukan sesuatu yang benar adalah perilaku yang etis
Perilaku etis berarti melakukan sesuatu yang benar. Namun, kesulitan
muncul ketika para manajer keuangan dihadapkan pada pilihan untuk
memutuskan sesuatu yang tidak benar namun memberikan pengembalian
yang lebih besar. Namun dalam manajemen keuangan terdapat
sekumpulan ataupun dasar hukum yang mengatur perilaku para manajer
keuangan, seperti peratutan dan kebijakan pemerintah.
2.3. Penilaian Saham
2.3.1. Penilaian Saham Preferen
Saham preferen seringkali disebut sebagai surat-surat berharga
hybrid, karena memiliki banyak karakteristik obligasi dan saham
biasa. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena tidak
memiliki tanggal jatuh tempo. Di sisi lain, saham preferen serupa
dengan obligasi karena jumlah deviden memiliki batas tertentu.
Ukuran deviden saham preferen pada umumnya ditetapkan, sehingga
pemilik saham preferen biasanya menerima penghasilan tetap di setiap
periode. Pemilik saham preferen tidak mempunyai hak dalam Rapat
Umum Pemegang Saham untuk menentukan keputusan-keputusan
perusahaan yang memerlukan pemungutan suara.
Dalam Keown et all (2004), untuk menentukan nilai sekarang
saham preferen (Vps) dinilai melalui deviden tahunan dan tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham.
Vps =
dimana :
D
Kps
………….(1)
Vps = Nilai sekarang dari saham preferen
D
= Nilai deviden tahunan
Kps = Tingkat Pengembalian yang diharapkan
2.3.2. Penilaian Saham Biasa
Saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan.
Keuntungan yang dinikmati oleh para pemegang saham berasal dari
pembayaran deviden dan kenaikan harga saham. Besar kecilnya
deviden yang diterima oleh pemegang saham tidak tetap, tergantung
pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (Husnan, 2003).
Pemilik saham biasa memiliki hak untuk mengambil keputusan di
perusahaan emiten melalui pemungutan suara.
Dalam Keown et all (2004), untuk menentukan nilai sekarang
saham biasa (Vcs) dinilai melalui deviden tahunan dan tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham serta
tingkat pertumbuhan.
Vcs =
dimana :
D
Kcs - g
………….(2)
Vcs = Nilai sekarang dari saham biasa
D
= Nilai deviden tahunan
K cs = Tingkat pengembalian yang diharapkan
g
= Tingkat pertumbuhan deviden tahunan
g = ROE x r
…………..(3)
dimana :
g
= Tingkat pertumbuhan deviden tahunan
ROE = Pengembalian atas ekuitas (penghasilan bersih/nilai buku per
saham)
r
= Tingkat penahanan laba
2.4. Tipe Investor
Dalam Mohamad Samsul (2006), dilihat dari kesediaanya menanggung
risiko investasi, seorang investor dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok,
yaitu :
1. Risk taker
Investor yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah investor yang
berani dalam mengambil risiko. Risk taker akan senang jika ditawari
saham yang memiliki fluktuasi harga yang tinggi. Hal ini dikarenakan
mereka tertarik dengan tingkat pengembalian yang lebih besar walaupun
risiko sahamnya juga besar.
2. Risk averter
Investor dengan kelompok risk averter adalah investor yang takut akan
risiko. Investor yang takut akan risiko akan lebih memilih saham dengan
risiko yang rendah, walaupun tingkat pengembaliannya juga rendah.
3. Risk indifferent
Investor yang termasuk dalam kelompok ini adalah investor yang berhatihati terhadap risiko. Tipe investor ini hanya berani menanggung risiko
yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya. Semakin besar
risiko yang dihadapi, semakin besar return yang diharapkan begitupun
sebaliknya. Hal tersebut dikenal dengan sebutan high risk high return, low
risk low return.
Return
Risk averter
Risk indefferent
Risk taker
Risiko
Gambar 4. Grafik Tipe Investor dalam Return dan Risiko
2.5. Analisi Kinerja Saham
Pemilihan jenis saham untuk investasi berkaitan erat dengan tipe investor.
Namun,
dalam
memutuskan
mempertimbangkan
kinerja
pilihan
setiap
sahamnya,
saham
yang
investor
sebaiknya
menjadi
alternatif
investasinya.
Kinerja saham dapat dianalisis melalui berbagai pendekatan, salah satunya
adalah dengan memperhatikan tingkat keuntungan (return), tingkat
keuntungan yang diharapkan (expected return), serta nilai risikonya.
2.5.1. Tingkat Keuntungan (Return)
Kegiatan investasi penuh dengan ketidakpastian. Seorang investor
tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi
yang
dilakukan.
Oleh
karena
itu,
seorang
investor
dapat
memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya,
dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya menyimpang
dari hasil yang diharapkan dengan melakukan analisis kinerja terhadap
saham-saham yang akan dipilihnya.
Untuk menentukan seberapa besar return yang diperoleh dari
investasi yang dilakukan, maka perlu untuk menentukan besarnya
tingkat pengembalian dari investasi tersebut. Tingkat pengembalian
merupakan
peningkatan
dalam
presentase
kekayaan
dengan
memegang investasi untuk suatu jangka waktu (Rodoni dan Othman,
2002). Tingkat keuntungan sama dengan presentase perbandingan
antara perubahan investasi pada jangka waktu tersebut dengan nilai
awal investasi, yaitu :
=
………………(3)
dimana :
Ri
= Tingkat keuntungan
D1
= Dividen yang dibagikan untuk satu jangka waktu investasi
P0
= Harga saham pada awal jangka waktu
P1
= Harga saham pada akhir jangka waktu
2.5.2. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Return)
Keuntungan yang diharapkan atau expected of Return, setiap asset
adalah rata-rata tertimbang dari return dengan menggunakan
probabilitas setiap return sebagai bobotnya. Expected Return
dikalkulasikan dengan menjumlahkan hasil kali dari return dengan
probabilitasnya. (Kamaruddin, 2004).
Dalam Iskandarsyah (2006), menurut Weston dan Copeland (1991)
digunakan persamaan mencari tingkat pengembalian yang diharapkan.
Tingkat pengembalian yang diharapkan merupakan jumlah dari
besarnya probabilitas perolehan atas investasi dikalikan dengan return
atas investasi pada beberapa pengamatan.
t
= ∑ P t . rt
t-1
……………….(4)
dimana :
E (Ri) = tingkat pengembalian yang diharapkan
rt
= rate of return dari masing-masing saham
pt
= besarnya probabilitas perolehan return
t
= jumlah periode saham yang diamati
Menurut Suad Husnan (2003), dalam kejadian yang sebenarnya
tidak dapat dilihat adanya probabilitas dalam setiap kejadian.
Karenanya diasumsikan distribusi probabilitas return konstan. Tingkat
keuntungan yang diharapkan untuk tiap kejadian yang sama
(historical return), tidak lain merupakan nilai rataan dari tingkat
pengembalian yang diterima. Return ekspektasi dari suatu sekuritas
dapat dirumuskan sebagai berikut :
…………….(5)
dimana :
E (Ri) = tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham i
Rij
= tingkat pengembalian saham i pada periode ke j
N
= banyaknya peristiwa atau periode
2.5.3. Risiko
Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan untuk rusak, luka,
menyusut atau hilang. Dalam pengertian investasi, risiko selalu
dikaitkan dengan variabilitas return yang dapat diperoleh dari surat
berharga. Risiko finansial yang digunakan dalam konteks ini diukur
dari distribusi probabilitas tingkat return investasi yang bersangkutan.
Distribusi probabilitas ini dapat dilihat secara objektif maupun
subjektif. Pengertian objektif disusun dengan mengukur data historis
dan menentukan tingkat probabilitasnya atas dasar data tersebut.
Sedangkan yang bersifat subjektif disusun dengan mengambil ramalan
seseorang dalam menentukan probabilitasnya. Tetapi, jika probabilitas
tidak stabil probabilitas historis dari tidak akan banyak membantu
dalam melakukan peramalan distribusi probabilitas yang akan datang.
Distribusi probabilitas dari return sangat penting untuk memperoleh
atau mengukur risiko finansial. (Kamaruddin , 2004).
Risiko juga dapat diartikan sebagai kemungkinan tingkat
keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang
diharapkan. Karena itu, risiko mempunyai dua dimensi, yaitu
menyimpang lebih besar atau menyimpang lebih kecil dari yang
diharapkan. Risiko berarti pemodal juga dihadapkan pada tingkat
keuntungan yang tidak pasti. Untuk mengetahui ukuran risiko,
digunakan ukuran penyebaran distribusi. Ukuran penyebaran ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh nilai kemungkinan
yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan (Husnan,
2003). Ukuran risiko ini disebut juga ragam yang dirumuskan sebagai
berikut :
=
……………..(6)
dimana :
σi 2
= ragam saham i
Rij
= return pada saham i pada periode ke j
E (Ri) = tingkat pengembalian yang diharapkan atas saham i
N
= banyaknya peristiwa atau periode
2.6. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian Novi Indah Kusuma Dewi (2006), mengenai kajian
kinerja reksa dana saham berdana kelolaan besar (periode Desember 2004Desember 2005) dipilih berdasarkan pertimbangan kelebihan yang dimiliki
oleh reksa dana yaitu investasi awal yang relatif kecil dan likuiditas yang
cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan reksa dana saham
berdana kelolaan besar yang mampu memberikan return sesuai dengan
risiko, menilai kinerja masing-masing reksa dana saham berdana kelolaan
besar berdasarkan risk adjusted measures of performance, mengetahui
seberapa besar variasi return pasar (IHSG) untuk melihat tingkat
diversifikasinya serta untuk mengetahui reksa dana saham kelolaan besar
yang memiliki kinerja superior berdasarkan kesesuaian antara return dengan
risiko. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
periode Desember 2004-Desember 2005. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan Microsoft Excel dan menggunakan uji coefficient of variation
di mana risiko dihitung dari value at risk (VAR), metode risk adjusted
measures of performance dan uji koefisien determinasi. Reksa dana yang
memiliki kinerja superior berdasarkan kesesuaian antara return dengan risiko
(VAR), risk adjusted measures of performance dan uji koefisien determinasi
adalah TRIM Kapital, Platinum Saham, Manulife Dana Saham, Citi
Reksadana Ekuitas, Si Dana Saham, Phinisi Dana Saham, Danareksa Mawar,
Schroder Dana Prestasi Plus, dan Panin Dana Maksima. Sedangkan
karakteristik yang dapat ditentukan berdasarkan penilainan kinerja superior,
yaitu reksa dana tersebut harus memiliki return yang lebih tinggi dari pasar
(IHSG) dan investasi bebas risiko (SBI).
Penelitian lain dilakukan oleh Reni Kusuma Dewi (2005), mengenai
kinerja investasi reksa dana saham di Indonesia (periode Januari 2004-Maret
2005). Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan bahwa reksa dana sangat menarik
bagi para investor kecil, karena untuk berinvestasi di dalamnya tidak
membutuhkan dana yang terlalu besar. Selain itu, portofolio investasi reksa
dana juga sudah terdiversifikasi, dimana hal ini akan memberikan rasa aman
bagi para investor, baik investor yang memiliki dana dalam jumlah besar
maupun investor yang memiliki dana dalam jumlah besar. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kinerja reksa dana saham
di Indonesia, mengevaluasi kinerja investasi, serta untuk memperoleh pilihan
terhadap reksa dana saham yang memiliki kinerja terbaik. Data penelitian
menggunakan data sekunder mencakup laporan publikasi mengenai nilai
aktiva bersih pada harian Bisnis Indonesia, indeks harga saham gabungan
dari Bursa Efek Jakarta, dan tingkat suku bunga bulanan serifikat Bank
Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
Jensen yang digunakan untuk menilai Kinerja Invetasi berdasarkan atas
seberapa besar Manajer Investasi tersebut mampu memberikan kinerja di atas
kinerja pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Hasil penelitian menunjukan
dari 19 reksa dana saham yang diteleti, ada 10 reksa dana yang mampu
memberikan tingkat imbalan di atas tingkat imbalan pasar, tetapi di sisi lain
investor juga harus menghadapi risiko yang besar karena risikonya berada di
atas risiko pasar. Kesepuluh reksa dana tersebut juga memberikan tingkat
imbalan yang sebanding dengan risiko yang harus ditanggung oleh para
investornya. Kesepuluh reksa dana tersebut adalah Bahana Dana Prima,
Bima, Citi Reksa Dana Ekuitas, Dana Megah Capital, Manulife Dana Saham,
Panin Dana Maksima, Phinisi Dana Saham, Rencana Cerdas, Schrorder Dana
Prestasi Plus, dan Si Dana Saham.
Download