PENENTUAN STRUKTUR KIMIA ORGANIK METODE ISOLASI DAN IDENTIFIKASI STRUKTUR SENYAWA ORGANIK Referensi YANA MAOLANA SYAH, ITB Seminar Nasional Kimia Dan Pembelajarannya (SNKP) 2014 Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang 06 September 2014 Sri Atun Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta Email : [email protected] Sudjadi, Drs., (1986), "Metode Pemisahan", UGM Press, Yogyakarta Alauddin: Makassar. 24-26.Stahl, Egon. 1985.Analisis Obat Secara Kromatografi dan MikroskopiITB: Bandung. 3-5 Pendahuluan Struktur molekul suatu zat atau senyawa (kimia) memegang peranan yang sangat penting dan dan sangat menentukan, karena sifat-sifat fisika dan kimia pada akhirnya harus dapat dijelaskan atas dasar struktur molekul-molekul yang membentuk zat tersebut Pengembangan teori struktur atom dan molekul juga merupakan implikasi dari penerimaan teori Dalton di awal abad 18, terutama yang dilakukan oleh para ahli fisika, yang puncaknya adalah teori atom dan struktur molekul berdasarkan teori mekanika kuantum pada kurun waktu pertengahan abad-19. Karena struktur atom dan molekul merupakan objek teoritis, masalah terberat yang dihadapi oleh para ilmuwan kimia adalah mencari pendekatan-pendekatan (metodologi) dalam menentukan struktur molekul. Sesulit apakah menentukan struktur molekul? Untuk memulai mencari jawaban kepada pertanyaan tersebut, marilah kita berpaling kepada objek senyawasenyawa organik alam Asam klorogenat Flavonoid Flavin Alkaloid Serpentin Metode Isolasi Senyawa Organik Ektraksi ( maserasi ,perkolasi, ekstraksi panas, soxhletasi ) Partisi ( Ekstraksi Pelarut ) Kromatografi KLT ( Kromatografi Lapis Tipis ) KVC ( Kromatografi Vakum Cair ) KKG ( Kromatografi kolom grafitasi ) HPLC ( Hight Ferformace Lequide Chromatography ) GLC ( Gas Lequide Chromatography ) Spektrofotometri Spektrofotometer UV , IR , NMR , GCMS Ekstraksi (Pengertian, Prinsip Kerja, jenis-jenis Ekstraksi ) BAGIAN FITOKIMIA Pengertiaan Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Tujuan Ekstraksi Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk kedalam pelarut Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:. 1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasi kan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai 2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu 3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, Biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dilarutkan dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru semirip mungkin jika ekstrak akan diteliti melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional .4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus. Catatan Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel. Prinsip ekstraksi Prinsip Maserasi Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk kedalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan didalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti olehcairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Alat Maserasi sederhana Alat Maserasi dilengkapi pengaduk Peristiwa tersebut berulang sampai terjadikeseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Prinsip Perkolasi Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalamsel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi,kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yangdiperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan. alat perkolasi Prinsip Soxhletasi Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalamklonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telahmencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapilerhingga terjadi sirkulasi. ALAT SOXHLETASI Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampaknoda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dandipekatkan. Prinsip Refluks Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, ALAT REFLUKS akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. Prinsip Destilasi Uap Air Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Airdipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyakmenguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri. Prinsip Rotavapor Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkanoleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akanmenguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung. Prinsip Ekstraksi Cair-Cair Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarutyang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut padafase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalamkedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap. Prinsip Kromatografi Lapis Tipis Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam(adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan Noda a. Pada UV 254 nm Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi b. Pada UV 366 nm Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskanenergi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakantidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm. c. Pereaksi Semprot H2SO4 10% Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO410% adalah berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjanggelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata. Kromatografi Pendahuluan Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.[1] Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam.[1] Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah.[2] Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom.[2] Beberapa alat-alat analitik dapat digabungkan dengan metode pemisahan seperti: 1. GC-MS dan LC-MS, 2. Fourier-transform infrared spectroscopy(GC-FTIR), 3. UV-VIS 4. (HPLC-UV-VIS). Jenis Kromatografi Kromatografi Cair (Liquid Chromatography) Kromatografi cair merupakan teknik yang tepat untuk memisahkan ion atau molekul yang terlarut dalam suatu larutan Kromatografi fase terbalik (Reverse phase chromatography) Reverse phase chromatography merupakan alat analitikal yang kuat dengan memadukan sifat hidrofobik serta rendahnya polaritas fase stasioner yang terikat secara kimia pada padatan inert seperti silika. Metode ini biasa digunakan untuk proses ekstraksi dan pemisahan senyawa yang tidak mudah menguap (non-volatile). Kromatografi cair kinerja tinggi, KCKT (High performance liquid chromatography, HPLC) High performance liquid chromatography (HPLC) mempunyai prinsip yang mirip dengan reverse phase. Hanya saja dalam metode ini, digunakan tekanan dan kecepatan yang tinggi. Kolom yang digunakan dalam HPLC lebih pendek dan berdiameter kecil, namun dapat menghasilkan beberapa tingkatan equilibrium dalam jumlah besar. Kromatografi Pertukaran Ion (IonExchange Chromatography) Kromatografi pertukaran ion (ion-exchange chromatography) biasa digunakan untuk pemurnian materi biologis, seperti asam amino, peptida, protein. Metode ini dapat dilakukan dalam dua tipe, yaitu dalam kolom maupun ruang datar (planar). Terdapat dua tipe pertukaran ion, yaitu pertukaran kation (cation exchange) dan pertukaran anion (anion exchange).[6] Pada pertukaran kation, Kromatografi Kolom Kolom kromatografi adalah metode kromatografi klasik yang sampai saat ini penggunaannya masih banyak digunakan. Kolom kromatografi digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah banyak. Prinsip dari kromatografi kolom adalah adsorbsi dan partisi. Kromatografi Vakum Cair Kromatografi Suction Column atau Kromatografi Cair Vakum adalah bentuk kromatografi kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. Kolom dapat berupa kolom dengan adsorben grade-KLT normal atau fase-terbalik ini relatif bermutu dan fase gerak terhisap dengan adanya penurunan tekanan. Fraksi biasanya dikoleksi dengan alikuot eluen dengan satu kepolaran. Alikuot eluen selanjutnya dapat dirancang untuk menghasilkan elusi gradient bertahap Dalam perkembangan selanjutnya metode KLT tidak hanya digunakan untuk mengidentifikasi noda akan tetapi juga untuk mengisolasi ekstrak, metode ini kemudian dikenal sebagai KLT preparatif. Metode ini merupakan salah satu metode yang paling sederhana dan murah untuk mengisolasi komponen kimia dari suatu bahan alam. Prinsip kerjanya yaitu adsorpsi dan partisi, dengan menggunakan lempeng yang besar (20 X 20). ANALISIS FISIKOKIMIA SPEKTROFOTOMETR UV 2. SPEKTROFOTOMETR IR 3. NMR 4. GC-MS 1. Analisis Struktur secara Spektroskopi Ultra Violet SPEKTROSKOPI Analisis Fisikokimia yang membahas Interaksi Radiasi Elektromagnetik dengan Atom atau Molekul Interaksi REM dengan Atom/Molekul : 1. Hamburan ( scattering ) 2. Absorpsi ( absorption ) 3. Emisi ( Emision ) Spektrofotometer (Instrument = alat) Spektrofotometri (Metode) Spektrometri 20.000 m LONG WAVE MEDIUM WAVE RADIO WAVE SHORT WAVE 5 mm MICRO WAVE FAR INFRARED HEAT RAYS 0,7 = 700 m = 700 nm NEAR INFRARED VISIBLE RAYS 400 nm 200 nm 500 Ao INFRARED RAYS NEAR ULTRAVIOLET FAR ULTRAVIOLET = VACUM UV ULTRAVIOLETS X RAYS 0,05 Ao Y RAYS > ENERGI COSMIC RAYS Hubungan Warna dengan Panjang Gelombang 400 ultra violet 450 violet biru 500 biru kehijauan hijau kebiruan hijau 550 hijau kekuningan 600 kuning Jingga 650 merah 700 Ungu Kemerahan SPEKTRA ULTRA VIOLET (UV) Panjang Gelombang Radiasi Elektro Magnetik (REM) UV dan NAMPAK jauh lebih pendek dari pada INFRA MERAH ULTRA VIOLET 100 – 400 nm (190 – 400 nm) SINAR NAMPAK 400 – 750 nm INFRA MERAH ENERGI RADIASI RENDAH Absorpsi Radiasi Infra Merah Oleh suatu molekul mengakibatkan naiknya Vibrasi Ikatan-ikatan Kovalen . Transisi molekul dari keadaan dasar ke suatu keadaan vibrasi tereksitasi yang memerlukan energi 2 – 15 kkal/mol. Radiasi Ultra Violet dan Sinar Nampak berenergi lebih tinggi dari pada radiasi Infra Merah Absorpsi UV/Nampak akan mengakibatkan terjadinya Transisi Elektronik Promosi elektron-elektron dari orbital dasar , berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi Transisi memerlukan 40 – 300 kkal/mol. Energi yang terserap selanjutnya terbuang sebagai kalor , sebagai cahaya ( nampak ) atau tersalurkan dalam reaksi Kimia ( Isomerisasi , Reaksi Radikal Bebas) TRANSISI ELEKTRONIK EXCITED STATE GROUND STATE Panjang Gelombang Radiasi UV atau SINAR NAMPAK Tergantung pada kemudahan promosi Elektron Molekul yang memerlukan lebih banyak energi pada promosi elektronnya akan menyerap panjang gelombang yang lebih pendek Molekul yang memerlukan lebih sedikit energi pada promosi elektronnya akan menyeram panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya daerah Sinar Nampak ( senyawa berwarna ) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan ( Energi lebih rendah ) dari pada senyawa yang menyerap cahaya pada sinar UV MOLEKUL HANYA AKAN BERINTERAKSI DENGAN RADIASI YANG ENERGINYA SESUAI JENIS ENERGI RADIASI YANG BERINTERAKSI DENGAN MOLEKUL : 1. ENERGI ELEKTRONIK (Ee) 2. ENERGI VIBRASI (Ev) ; 3. ENERGI TRANSLASI (Et) 4. ENERGI ROTASI (Er) Ee > Ev > Et > Er INSTRUMENTASI SPEKTROFOTOMETER ULTRA VIOLET/NAMPAK Absorpsi sampel oleh gelombang elektronik Absorpsi Radiasi oleh suatu sampel ditentukan pada pelbagai Panjang Gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan Spektrum Karena Absorpsi energi oleh suatu molekul terkuantitasi, maka absorpsi untuk transisi elektron seharusnya nampak pada panjang gelombang diskrit sebagai suatu spektrum garis atau peak ( puncak ) yang tajam. Ternyata tidak demikian. Sepektrum UV maupun Spektrum NAMPAK terdiri dari pita absorbsi lebar pada daerah panjang gelombang yang lebar E E A 1/E E E A 1/E Spektrum ultraviolet Mesitil oksida 9,2 x 10-5 M, sel 1,0-cm 1,5 mak = 232 nm O 1,2 ABSORBNS (CH2)2C=CHCCH3 1,0 0,5 0 200 250 300 PANJANG GELOMBANG 350 400 nm Hal ini disebabkan oaleh terbaginya keadaan Dasar dan Keadaan Tereksitasi sebuah molekul dalam subtingkat subtingkat ROTASI dan VIBRASI TRANSISI ELEKTRON dapat terjadi dari SUB TINGKAT apa saja , dari keadaan dasar KE SUB TINGKAT apa saja ke KEADAAN TEREKSITASI. Karena pelbagai transisi ini berbeda energi sedikit sekali , maka PANJANG GELOMBANG ABSORPSINYA juga berbeda sedikit sehingga menimbulkan PITA LEBAR yang nampak dalam spektrum SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBLE digunakan terutama untuk ANALISIS KUANTITATIF, Untuk Analisis KUALITATIF perlu dikonfirmasi dengan ANALISIS INSTRUMENTAL LAINNYA spt IR,NMR dan GC-MS PEMAPARAN SKEMATIK TRANSISI ELEKTRONIK DARI SUATU TINGKAT ENERGI YANG RENDAH KE SUATU TINGKAT ENERGI YANG TINGGI sub tingkat E1 E E2 sub tingkat SPEKTRUM MESITIL OKSIDA MENUNJUKKAN SUATU HASIL SUSURAN (SCANNING) DARI PANJANG GELOMBANG 200 SAMPAI DENGAN 400 nm. DIBAWAH 200 nm ADA ABSORPSI OLEH KARBONDIOKSIDA YANG ADA DI UDARA, 100 – 200 nm TIDAK DI SCAN DISEKITAR 200 nm JUGA AKAN ADA GANGGUAN ABSORPSI OLEH METANOL SEANDAINYA METANOL DIPAKAI SEBAGAI PELARUT PANJANG GELOMBANG PADA TITIK TERTINGGI DARI KURVA/SPEKTRUM DISEBUT PANJANG GELOMBANG TERTINGGI (mak). UNTUK MESITIL OKSIDA PADA 232 nm Spektrum ultraviolet Mesitil oksida 9,2 x 10-5 M, sel 1,0-cm 1,5 mak = 232 nm O 1,2 ABSORBNS (CH2)2C=CHCCH3 1,0 0,5 0 200 250 300 PANJANG GELOMBANG 350 400 nm ABSORPSI ENERGI DIREKAM SEBAGAI ABSORBANS ( bukan transmitan seperti pada spektrum Infra Merah) ABSORBANS PADA PANJANG GELOMBANG TERTENTU DIDEFINISIKAN SEBAGAI : A = log Io/I A = ABSORBANS I0 = INTENSITAS CAHAYA RUJUKAN (STANDARD) I = INTENSITAS CAHAYA SAMPEL ABSORBANS SUATU SENYAWA PADA PANJANG GELOMBANG TERTENTU BERTAMBAH DENGAN MAKIN BANYAKNYA MOLEKUL MENGALAMI TRANSISI ABSORBANS TERGANTUNG PADA 1. Struktur Elektronik Senyawa 2. Konsentrasi Larutan Sampel 3. Panjang SEL Tempat Sampel ( 1 cm) Karenanya Absorpsi Energi disebut pula sebagai Absorptivitas Molar ( ) – kadang-kadang disebut Koefisien Ekstingsi Molar dan bukan sebagai Absorbans Seringkali Spektra UV di scanning ulang untuk menunjukan atau log dan bukan A sebagai ordinat NILAI log TERUTAMA BERMANFAAT BILA HARGA SANGAT BESAR = A/c.l = ABSORPTIVITAS MOLAR A = ABSORBANS c = konsentrasi sampel dalam M l = panjang sel, dalam cm ABSORPTIVITAS MOLAR (BIASANYA DILAPORKAN PADA mak) MERUPAKAN SUATU NILAI YANG REPRODUSIBEL YANG MENCAKUP KONSENTRASI DAN PANJANG SEL Maski Mempunyai Satuan M-1 cm-1, biasanya dipaparkan sebagai Kuantitas Tanpa Satuan. Untuk MESITIL OKSIDA misalnya mak adalah 1,2 : (9,2 X 10-5 X 1,0) atau = 13.000 TIPE TRANSISI ELEKTRON ADA BERBAGAI TIPE TRANSISI ELEKTRON YANG MENIMBULKAN SPEKTRA ULTRA VIOLET DAN NAMPAK PADA KEADAAN DASAR SUATU MOLEKUL ORGANIK MENGANDUNG ELEKTRON VALENSI DALAM TIGA TIPE UTAMA ORBITAL MOLEKUL : 1. ORBITAL SIGMA () 2. ORBITAL PHI () 3. ORBITAL TERISI TETAPI NONBONDING (n) ORBITAL MAUPUN DIBENTUK DARI TUMPANGTINDIH (OVERLAPPING) DUA ORBITAL ATOM ATAU HIBRID. OLEH KARENA ITU MASING-MASING ORBITAL MOLEKUL INI MEMPUNYAI SUATU ORBITAL * ATAU * ANTIBONDING YANG TERKAIT DENGANNYA * (anti bonding) * (anti bonding) n = non bonding (bonding/terikat) E (bonding/terikat) POLA DIAGRAM TRANSISI ELEKTRONIK SUATU ORBITAL YANG MENGANDUNG n ELEKTRON TIDAK MEMPUNYAI SUATU ORBITAL ANTI BONDING (KARENA ORBITAL ITU TIDAK TERBENTUK DARI DUA ORBITAL) TRANSISI ELEKTRON MENCAKUP PROMOSI SUATU ELEKTRON DARI SALAH SATU DARI TIGA KEADAAN DASAR (, DAN n) KE SALAH SATU DARI DUA KEADAAN EKSITASI (* ATAU *). TERDAPAT ENAM TRANSISI YANG MUNGKIN TERJADI DAN HANYA ADA EMPAT TRANSISI YANG PENTING < 150 kkal (> 185 nm) < 170 kkal (> 165 nm) * * >170 kkal (< 165 nm) E < 105 kkal (> 270 nm) n PERSYARATAN ENERGI UNTUK TERJADINYA TRANSISI ELEKTRONIK YANG PENTING DAERAH YANG PALING BERGUNA DARI SPEKTRUM UV ADALAH DAERAH DENGAN PANJANG GELOMBANG DI ATAS 200 nm. TRANSISI BERIKUT MENIMBULKAN ABSORPSI DALAM DAERAH 100 – 200 nm YANG TAK BERGUNA : * UNTUK IKATAN RANGKAP MENYENDIRI * UNTUK IKATAN KARBON-KARBON BIASA TRANSISI YANG BERGUNA PADA DAERAH 200 – 400 nm ADALAH TRANSISI : * UNTUK IKATAN RANGKAP TERKONJUGASI DAN BEBERAPA TRANSISI n * n dan n * ABSORPSI OLEH POLIENA ( - CH =CH – C = CH - ) DIBUTUHKAN ENERGI YANG LEBIH RENDAH UNTUK MEMPROMOSIKAN SEBUAH ELEKTRON DARI 1,3 BUTADIENA DARIPADA UNTUK MEMPROMOSIKAN SEBUAH ELEKTRON DARI ETILENA INI DISEBABKAN LEBIH RENDAHNYA SELISIH ENERGI ANTARA HOMO (ORBITAL MOLEKUL TERHUNI TERTINGGI) DAN LUMO (ORBITAL MOLEKUL KOSONG TERENDAH) BAGI IKATAN TERKONJUGASI DIBANDING SELISIH IKATAN RANGKAP MENYENDIRI STABILISASI RESONANSI KEADAAN EKSITASI SUATU DIENA TERKONJUGASI MERUPAKAN PENYEBAB PENGURANGAN ENERGI TERSEBUT. 2* 2* E LEBIH BESAR CH2=CH2 1 4* CH2=CHCH=CH2 1 4* 3* 3* 2 2 1 E LEBIH KECIL 1 KARENA DIBUTUHKAN ENERGI YANG LEBIH KECIL UNTUK SUATU TRANSISI * DARI 1,3 BUTADIENA, DIENA INI MENYERAP RADIASI UV PADA PANJANG GELOMBANG YANG LEBIH PANJANG DARIPADA ETILENA MAKIN BANYAK IKATAN TERKONJUGASI DITAMBAHKAN PADA SUATU MOLEKUL MAKIN KECIL ENERGI YANG DIPERLUKAN UNTUK MENCAPAI KEADAAN TEREKSITASI PERTAMA KONJUGASI YANG CUKUP AKAN MENGGESER ABSORPSI KE DAERAH PANJANG GELOMBANG DAERAH NAMPAK ; SUATU SENYAWA DENGAN IKATAN RANGKAP TERKONJUGASI YANG CUKUP AKAN TERLIHAT BERWARNA MISALNYA : LYCOPENE (LIKOPENA) PADA TOMAT BERWARNA MERAH LIKOPENA ; mak = 505 nm STRUKTUR maks CH3CH=CHCHO 217 nm CH3(CH=CH)2CHO 270 nm CH3(CH=CH)3CHO 312 nm CH3(CH=CH)4CHO 343 nm CH3(CH=CH)5CHO 370 nm POSISI ABSORPSI BERGESER KE PANJANG GELOMBANG YANG LEBIH PANJANG BILA KONJUGASI BERTAMBAH, DENGAN KENAIKAN 30 nm PER IKATAN RANGKAP DALAM SUATU DERET POLIENA ABSORPSI OLEH SISTEM AROMATIK BENZENA DAN SENYAWA AROMATIK MENUNJUKKAN SPEKTRA YANG LEBIH KOMPLEKS DARIPADA YANG DAPAT DITERANGKAN OLEH TRANSISI * KOMPLEKSITAS DISEBABKAN ADANYA BEBERAPA KEADAAN EKSITASI RENDAH BENZENA MENYERAP DENGAN KUAT PADA 184 nm ( = 47.000) DAN PADA 202 nm ( = 7.000) DAN MEMPUNYAI SEDERET PITA ABSORPSI ANTARA 230 – 270 nm. 260 nm SERING DILAPORKAN SEBAGAI mak BENZENA, KARENA MERUPAKAN POSISI ABSORPSI TERKUAT DI ATAS 200 nm PELARUT DAN SUBSTITUEN PADA CINCIN BENZENA MENGUBAH SPEKTRA UV SENYAWA-SENYAWA BENZENA ABSORPSI RADIASI UV OLEH SENYAWA AROMATIK YANG TERDIRI DARI CINCIN BENZENA TERPADU BERGESER KE PANJANG GELOMBANG YANG LEBIH PANJANG DENGAN BERTAMBAHNYA CINCIN, KARENA BERTAMBAHNYA KONJUGASI DAN MEMBESARNYA STABILITAS RESONANSI DARI KEADAAN TEREKSITASI BENZENA maks = 260 nm NAFTALENA maks = 280 nm FENANTRENA maks = 350 nm NAFTASENA maks = 450 nm KUNING KORONENA maks = 400 nm KUNING PENTASENA maks = 575 nm BIRU ABSORPSI YANG DITIMBULKAN OLEH TRANSISI ELEKTRON n SENYAWA YANG MENGANDUNG ATOM NITROGEN, OKSIGEN, SULFUR ATAU SALAH SATU HALOGEN SEMUANYA MEMPUNYAI ELEKTRON n YANG MENYENDIRI (UNSHARED). JIKA STRUKTUR TIDAK MEMILIKI IKATAN , ELEKTRON n INI HANYA DAPAT MENJALANI TRANSISI n *. KARENA ELEKTRON n MEMILIKI ENERGI YANG LEBIH TINGGI DARI PADA ELEKTRON dan , MAKA DIPERLUKAN ENERGI YANG LEBIH KECIL UNTUK MEMPROMOSIKAN SUATU ELEKTRON n, DAN TRANSISI TERJADI PADA PANJANG GELOMBANG YANG LEBIH PANJANG daripada * ENERGI ORBITAL * LEBIH RENDAH DARIPADA ORBITAL * ; JADI TRANSISI n * MEMERLUKAN ENERGI LEBIH KECIL DARIPADA TRANSISI n * ELEKTRON n BERADA DALAM BAGIAN RUANG YANG BERBEDA DARI ORBITAL * DAN * DAN PROBABILITAS SUATU TRANSISI ELEKTRON n ADALAH RENDAH. ABSORPTIVITAS MOLAR TERGANTUNG PADA BANYAK ELEKTRON YANG MENJALANI TRANSISI MAKA NILAI UNTUK TRANSISI n ADALAH RENDAH YAKNI ANTARA 10 – 100 (BANDINGKAN DENGAN SEKITAR 10.000 UNTUK TRANSISI *) H O: C H C C C C n SUATU SENYAWA SEPERTI ASETON YANG MENGANDUNG IKATAN MAUPUN ELEKTRON n MENUNJUKKAN BAIK TTRANSISI * MAUPUN n *. ASETON MENUNJUKKAN ABSORPSI PADA 187 nm ( *) dan 270 nm (n *) * * n n * n * * KEADAAN EKSITASI (EXCITATION STATE) n KEADAAN DASAR (GROUND STATE) ABSORPSI UV YANG TIMBUL DARI TRANSISI n STRUKTUR maks CH3OH 177 nm 200 (CH3)3N 199 nm 3950 CH3Cl 173 nm 200 CH3CH2CHBr 208 nm 300 CH3I 259 nm 400 * KEBOLEHJADIAN TERJADINYA EKSITASI ELEKTRON = k.P.a = 0,87.1020.P.a k = konstante P = probabilitas (antara 0 – 1) a = area of cross section of molecule = < 103 atau P < 0,01 ; forbidden transition = > 104 atau P > 0,20 – 1 ; allowed transition STRUKTUR ELEKTRONIK DAN TRANSISI CONTOH TRANSISI maks (nm) maks ETANA * 135 --- n AIR METANOL METIL ETER n * 167 183 185 7.000 500 --- ETILENA * 165 10.000 , n ASETON n n * * * 150 187 279 --1.860 15 , 1,3 BUTADIENA * 217 21.000 STRUKTUR aromatik BENZENA * * * 180 200 225 60.000 8.000 215 , aromatik TOLUEN * * 208 262 2.460 174 , n aromatik FENOL * * 210 270 6.200 1.450 Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut: Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar dengan dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis). Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal kuvet) yang sama. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam larutan. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi. Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit: Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan). Pergeseran Kimia Beberapa istilah yang perlu diketahui dalam spektroskopi ultra violet-visibel adalah: 1. Gugus kromofor, yaitu suatu gugus kovalen tidak jenuh yang dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-vis. 2. Gugus auksokrom, yaitu suatu gugus fungsional bersifat jenuh yang jika terikat pada suatu gugus kromofor maka akan menyebab-kan timbulnya pergeseran puncak serapan gugus kromofor tersebut ke panjang gelombang yang lebih besar dan juga mempertinggi intensitasnya. 3. Pergeseran Batokromik adalah pergeseran puncak absorbsi ke arah panjang gelombang yang lebih besar (disebut juga red shift atau batocrhromic shift). Hal ini terjadi karena pengaruh pelarut atau efek subsitusi. 4. Pergeseran Hipsokromik (hipsocromic shift atau blue shift) adalah pergeseran ke arah panjang gelombang yang lebih kecil/pendek. 5. Efek Hiperkromik adalah efek yang disebabkan oleh gugus fungsi sehingga menyebabkan kenaikan nilai intensitas serapan maksimum. 6. Efek Hipokromik adalah efek yang disebabkan suatu gugus sehingga menyebabkan penurunan nilai intensitas serapan maksimum. 7. ε1 ; 1% cm adalah ekstingsi suatu lintasan sinar dengan panjang 1 cm dari larutan dengan konsentrasi 1%. Instrumen yang digunakan untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi dari panjang gelombang disebut“spektrometer atau spektrofotometer”. Contoh pergeseran kimia Spektrum Benzoil Contoh spektrum UV untuk senyawa yang berbeda tetapi memiliki kesamaan kromofor Struktur senyawa flavonol dan asam fenolik Quercetin Asam Kafeat Rutin Asam Klorogenat Spektrum UV senyawa Flavonol dan asam fenolik Spektrum UV Flavonoid Spektrum IR Flavonoid