PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

advertisement
PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA
ES BATU YANG BERBAHAN BAKU AIR PDAM DAN NON PDAM PADA
PENJUAL MINUMAN DISEKITAR STADION MANAHAN SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
Nabila Rasyida Fajriaty
J500120073
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
1
2
3
4
PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA ES BATU YANG
BERBAHAN BAKU AIR PDAM DAN NON PDAM PADA PENJUAL MINUMAN
DISEKITAR STADION MANAHAN SURAKARTA
ABSTRAK
Air merupakan bahan baku utama dari pembuatan es batu yang harus memenuhi persyaratan dan sesuai
standart. Air yang banyak dimanfaatkan masyarakat yaitu air yang berasal dari air PDAM (Perusahaan Daerah
Air Minum), air waduk, air sungai, air sumur, dan air hujan. Nilai sanitasi dan higienitas yang baik suatu
minuman adalah dengan tidak ditemukan bakteri Escherichia coli sebagai parameter. Untuk mengetahui jumlah
bakteri Escherichia coli dan kualitas yang terdapat di dalam es batu yang digunakan penjual warung makan
disekitar Stadion Manahan Kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil
observasi langsung pada 39 warung disekitar Stadion Manahan Kota Surakarta. Air es batu yang berbahan baku
air PDAM dan air non PDAM di sekitar Stadion Manahan Surakarta menunjukkan bahwa terdapat 14,55 % dari
19 sampel yang berbahan baku air PDAM yang tercemar bakteri E. coli tapi masih memenuhi syarat untuk
dikonsumsi. Sedangkan pada air yang berbahan baku non PDAM terdapat 25% dari sampel dan ditemukan
sekitar 267 bakteri E.coli per 100 ml dan dikatakan tidak layak untuk dikonsumsi. terdapat perbedaan
pencemaran bakteri E. coli pada es batu yang menggunakan bahan baku air PDAM dan non PDAM pada es batu
yang digunakan penjual warung makan disekitar Stadion Manahan Kota Surakarta.
Kata kunci: es batu, air, PDAM, E.coli
ABSTRACT
Water is the main ingredient of ice cube thus it has to fulfill the standard. Water sources that is mostly used by
community are PDAM water, pond water, well water and raining water. The indicator of water hygiene is the
absence of Escherichia coli. To know the water quality and the number of Escherichia coli presence in ice cubes
sold around Manahan Sport Center Surakarta. This study usedprimary data from direct observation in 39 stalls
around Manahan Sport Center Surakarta. There were 14,55% from 19 samples of ice cubes made from PDAM
water contaminated by E. coli bacteria but still fulfilled the standard for consumption. Meanwhile, there were
25% from ice cubes made from non PDAM water and there were 267 E. coli bacteria was found per 100 ml thus
it didn’t meet the standard for consumption. There is a difference of E. coli contamination between ice cubes
made from PDAM water and non PDAM water and non PDAM water that is sold in drinking stalls around
Manahan Sport Center
Keywords: ice cubes, water, PDAM, E. coli
5
1. PENDAHULUAN
Es batu merupakan bahan pelengkap yang berasal dari air yang dibekukan di dalam lemari
pendingin. Pembekuan es batu melalui proses pendinginan air dibawah suhu 0 0 C. Air yang
digunakan dalam proses pembuatan es batu haruslah air yang bahan baku higienis dan sudah
memenuhi standar sanitasi (Hadi, 2014).
Standar pembuatan es batu telah di atur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes), yaitu air atau bahan baku pembuatan es batu harus tidak berbau, tidak
berwarna, tidak berasa, dan tidak boleh mengandung bakteri. Untuk menguji kualitas air
dapat ditentukan berdasarkan perhitungan indeks Most Probable Number (MPN) . Jumlah
Escherichia coli (E. coli) digunakansebagai indikator dari pemeriksaan air yang merupakan
bahan baku es batu tersebut, tidak boleh melewati batas yang di tentukan yaitu 0/100 ml.
Penjelasan dari nilai tersebut adalah bahwa tidak boleh ditemukan satupun bakteri E. coli dari
100 ml air (Menkes, 2010). Keberadaan bakteri menyebabkan rendahnya kualitas es batu
yang berasal dari berbagai hal seperti: bahan baku (air) dan alat-alat yang digunakan dalam
proses pembuatan es batu. Bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk membuat
minuman jajanan yaitu air dan es. Dari kedua bahan dasar ini bisa meningkatkan resiko
terjadinya kontaminasi bakteri, misalkan dari pemilihan air untuk digunakan, banyak
pedagang yang menggunakan air galon isi ulang, air PDAM (Perusahaan Daerah Air
Minum), dan air non PDAM dimana kondisi air tersebut terlalu sering dibiarkan kontak
dengan udara luar, hal ini memungkinkan air terkontaminasi bakteri melalui udara. Lalu
dengan pemilihan es, es yang digunakan juga tidak dalam keadaan baik, karena es batu
tersebut dibuat dan dihancurkan dengan bahan dan alat yang tidak terjamin kebersihannya. Es
batu yang telah tercemar oleh bakteri adalah es batu yang tidak memenuhi standar
pembuatan. Bakteri yang yang sering mencemari es batu adalah bakteri golongan
enterobacteriaceae atau bakteri enterik, yaitu bakteri yang selalu mengkontaminasi air,
paling sering E. Coli
1.1 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran kualitas es batu yang sesuai standar di Kota Surakarta dan
mengetahui jumlah bakteri E. coli yang terdapat di dalam es batu yang digunakan penjual
warung makan disekitar Stadion Manahan Surakarta.
6
1.2 Manfaat Penelitan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui jumlah bakteri E. coli pada es batu
yang digunakan penjual warung makan.Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan
dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan penyakit pencernaan.
2. Pengertian Es Batu
Kepulauan Indonesia terletak didaerah tropis membuat masyarakatnya menjadi sering
mengkonsumsi air es, yang merupakan cara untuk menghilangkan rasa haus didalam
tenggorokan dan mendinginkan suhu tubuh setelah lama terpapar sinar matahari. Es batu
merupakan wujud lain dari air yang didinginkan pada suhu 00 C (273.15 K, 320F). Pada
tekanan atmosfer standar, es batu dapat terbentuk pada suhu yang lebih tinggi dengan tekanan
yang lebih tinggi juga, dan air akan tetap sebagai cairan atau gas sampai -300 C. Pada tekanan
yang lebih rendah, air akan mulai membeku jika molekulnya tidak memiliki lagi cukup energi
untuk melepaskan diri dari ikatan atom hidrogen (H). pada suhu 00C air mulai membentuk
ikatan–ikatan yang kuat dan pada suhu tersebut akan terbentuk es batu yang sempurna
(Elfidasari, 2011).
2.1 Bahan Baku Es Batu
Proses pembuatan es batu bisa diambil dari air yang mentah berwarna putih karena masih
banyak gas yang terperangkap didalamnya. Biasanya, es yang dibuat dari air mentah adalah
es balok. Es ini jelas- jelas tidak baik dikonsumsi, terlebih lagi jika airnya diambil dari air
sungai yang tercemar.sedangkan es batu dari air yang matang akan telihat bening karena gas
didalam air terlepaskan ketika proses perebusan. Biasanya, es seperti ini disebut es kristal.
(Michael, 1988).
Infeksi yang berasal dari bahan baku air, sebagaimana halnya penyakit asal makanan
disebabkan oleh mikroorganisme yang memasuki dan meninggalkan inang lewat rute mulutusus. Infeksi semacam itu disebut juga infeksi interik karena ususlah yang terinfeksi.
Penyakit yang berasal dari air terjadi karena meminum air es, atau air yang sudah tercemar.
Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air ini disebut waterbone disease dan sering
ditemukan pada penyakit tifus, diare, kolera, dan disentri. Sebenarnya sumber infeksi itu
bukanlah airnya melainkan tinja yang berasal dari manusia dan hewan yang sudah
mengandung patogen enterik bila berasal dari orang sakit atau carrier, jadi penularan lewat
air itulah wabah infeksi enterik yang dapat menjangkiti banyak orang.
7
2.2Persyaratan Kualitas Air Bersih
Air minum yang sehat dan aman untuk dikonsumsi harus memenuhi persyaratan yang
meliputi syarat fisik, kimia, dan bakteriologi. Menurut Byna (2009) persyaratan fisik
meliputi warna, bau, rasa, temperatur, dan kekeruhan. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh
adanya bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air, seperti lumpur dan
bahan yang berasal dari hasil pembuangan. Kualitas kimia adalah yang berhubungan dengan
ion -ion senyawa, maupun logam yang membahayakan, seperti Hg (hygrargyrum), Pb
(plumbum)/ timbal, Ag (argentum)/ perak, Cu (cuprum)/ tembaga, dan Zn (seng). Residu
dari senyawa lain yang bersifat racun adalah residu pestisida, yang dapat menyebabkan
perubahan bau, rasa, dan warna air (Pratiwi, 2007).
2.3 Sumber Kontaminasi
Beberapa hal yang harus diperhatikan, agar es batu tidak terkontaminasi sesuai yang sudah
di tetapkan (BPOM, 2009), diantaranya:
a. Pengecekan produk pada depot es tidak memiliki periode tetap yang dilakukan setiap
bulannya dalam memeriksa es batu. Para pedagang biasanya tidak terlalu
memperhatikan kualitas produk. Dan biasanya produk yang sudah jadi akan langsung
dijual ke konsumen. Kontrol atau pengecekan secare periode produk es batu yang
seharusnya rutin dilaksanakan.
b. Proses penyimpanan dalam lemari es penyimpanan es batu. Lemari es yang tidak
higienis dan lamanya proses pengolahan akan memberikan dampak yang sama yaitu
terkontamnasinya air baku es batu oleh bakteri patogen. Kontaminasi dapat berasal
dari mikrobia pada sumber air maupun berasal dari lemari es penyimpanan es batu.
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan penjual es batu ternyata sebagian besar
depot tidak begitu memperhatikan berapa lama air baku tersimpan dalam lemari es.
Penjual hanya melihat dari jumlah stok air yang harus selalu terisi pada lemari es.
c. Sistem pendistribusian mulai dari pabrik ke depot dan selanjutnya dari depot- depot
ke pedagang kecil, jika diamati adalah sangat tidak higienis dimana mereka
menggunakan alat transportasi yang tidak dilapisi dengan alas yang bersih akan
tetapi langsung tersusun di bak yang tidak terjamin kebersihannya. Tetapi konsumen
pada saat ini belum sepenuhnya mengerti tentang arti pentingnya kualitas es batu,
mereka hanya mementingkan barang yang dibutuhkan dengan harga yang relatif
murah sementara produsen dapat menggunakan kesempatan ini untuk mencapai
keuntungan yang sebesar- besarnya tanpa memperhitungkan segi keamanan dan
keselamatan dalam perlindungan konsumen. Proses pengangkutan sama halnya
8
dengan proses penyimpanan dalam lemari es. Lemari es yang tidak higienis dan
lamanya
proses
pengolahan
akan memberikan
dampa
yang
sama
yaitu
terkontaminasinya air baku es batu oleh bakteri patogen. Kontaminasi dapat berasal
dari mikrobia pada sumber air maupun berasal dari lemari es penyimpanan es batu,
kontaminasi yang terjadi bisa menyebabkan timbulnya beberapa penyakit (Farida,
2002).
2.4. Patogenesis
Bakteri E. coli memerankan peran utama dalam penelitian ini,karena bakteri E. coli paling
sering menjadi penyebab dari penyakit diare.E. coliatau bacterium coli commune adalah
kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal.
Bakteri aerob ini ditemukan oleh Theodor Escherich, bakteri ini mempunyai sifat yang unik
karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak, seperti juga
kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain diluar usus Toksin merusak
sel endotel pembuluh darah, terjadi perdarahan yang kemudian kuman masuk ke dalam usus
(Hadi, 2014).
2.5. Manifestasi Klinis
Makanan dan minuman tidak boleh terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi, dan
fisik, agar masyarakat terhindar dari gangguan kesehatan akibat makanan (food borne
disease) (Menkes RI, 2003).
Manifestasi klinik infeksi oleh E. coli bergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat
dibedakan dengan infeksi yang disebabkan oleh bakteri lain. Hal yang perlu diperhatikan dari
suatu produk minuman yang kita konsumsi adalah jumlah dan jenis bakteri yang terdapat
dalam bahan pangan. Jika berkembang dalam jumlah yang cukup banyak dapat menyebabkan
penyakit bagi manusia yang mengkonsumsinya (Faridz, 2007).
Pemeriksaan mikrobiologis pada es batu sangat diperlukan, untuk mencegah
timbulnya pencemaran terhadap es batu yang sering dikonsumsi oleh manusia. Pencemaran
adalah suatu penyimpangan dari keadaan normalnya. Jadi pencemaran air sebagai bahan baku
es batu adalah dimana suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan dari
keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung faktor penentu, yaitu kegunaan air
itu sendiri dan asal sumber air (Wardhana, 2004).
9
2.6.Kerangka Teori
Air bahan
baku es batu
Wadah
kemasan
es batu
pembekuan
Es batu
Bakteri
tidak mati
Resiko
kontaminasi
tinggi
coliform dan E.coli
Permenkes RI Nomor
492/PERMENKES/PER/IV/20
10
APM coliform 0/100
ml dan E.coli 0 kolon
per/ml
Es batu tidak layak
konsumsi
10
Distribusi
es batu
Penyajian es
batu
3. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif yang bertujuan untuk memberikan
gambaran mengenai kualitas bakteriologi (Hadi, 2014).
Es batu yang di gunakan penjual warung makan disekitar Stadion Manahan Surakarta.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan sampel di Unit Pelaksana Tekhnis Daerah (UPTD)
Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
3.1. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu, data yang di peroleh dari
hasil observasi langsung ke semua warung makan disekitar Stadion Manahan Kota Surakarta,
dan pemeriksaan bakteriologi dilakukan di
UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota
Surakarta.
3.2. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel
yang dipakai dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik
purposive sampling adalah pengambilan sampel dilakukan secara purposive didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu. Sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo,
2012
3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Kualitas es batu merupakan massa pada hasil pembekuan air minum (SNI 01-38391995).
Skala : Nominal
2. Total bakteri E. coli adalah hasil temuan yang tidak memenuhi persyaratan sebagai
air minum. Salah satu persyaratan bakteriologis air minum menurut permenkes RI
No. 497/Menkes/PER/IV/2010 untuk parameter total E. coli kadar maksimum yang
diperkenankan ialah 0 per 100 ml sampel (Depkes RI, 2010).
Skala : Numerik
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah metode Most Probable Number (MPN). MPN adalah suatu
metode perhitungan mikroorganisme berdasarkan data kualitatif hasil pertumbuhan
11
mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung untuk memperoleh kisaran data
kuantitatif jumlah mikroorganisme tersebut. MPN terdiri dari :
1. Uji pendugaan (presumtive test)
2. Uji penegasan (confirmation test)
3. Uji kelengkapan ( completed test)
Dengan digunakan nya 3 metode ini, penelitian sudah cukup kuat
digunakan
sebagai pengujian ada tidaknya bakteri E. coli pada sampel (Shodikin, 2007).
Pemeriksaan MPN dilakukan dengan metode 5 tabung seri, yaitu dengan sampel 5x 10
ml, 1x1 ml, 1x 0,1 ml karena mengambil spesimen yang sudah diolah atau angka
kumannya diperkirakan rendah (Natalia, 2014).
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Alat
a. Pipet ukur
b. Lampu spiritus
c. Rak tabung reaksi
d. Tabung durham
e. Kapas
f. Tabung reaksi
g. Inkubator
h. Autoklaf
i. Botol steril
2. Bahan
a. Sampel es batu
b. Media LB (Lactose Broth)
c. Media BGLB (Brilliant Green Bile Broth)
d. Media endo agar
e. Gram buffer phosphate PH 7,2
3.6. Cara Kerja
Prosedur penelitian adalah sebagai berkut :
1. Uji perkiraan ( presumtive test)
Sederetan tabung berisi media LB standar 5-1-1 masing- masing diisi sampel
10 ml, 1 ml, 0,1 ml dengan menggunakan spuit disposible yang telah steril. Pengisian
12
dilakukan dengan tekhnik aseptik mungkin. Semua tabung dimasukkan dalam
inkubator pada suhu 370 C dan ditunggu 1 x24 jam, 2 x 24 jam, dan 3 x 24 jam. Hasil
fermentasi positif jika terjadi fermentasi laktosa oleh kuman E. coli sampel, sehingga
terbentuk gas yang dapat dilihat berupa rongga kosong pada bagian atas tabung
Durham terbalik yang ada dalam media LB.
2. Uji penegasan ( confirmation test)
Tabung yang positif pada presumtive test dilanjutkan dengan uji penegas.
Kemudian masing- masing sampel yang positif menunjukkan gas, ditanam pada
media BLGB dengan standar tabung 5-1-1. Inokulasi dari biakan positif pada media
LB ke media BGLB diakukan dengan menggunakan ose dan diinkubasi dalam
inkubator pada suhu 440 C dan ditunggu 1x 24 jam, 2x 24 jam, dan 3x 24 jam. Jika
terbentukgas pada beberapa tabung media BGLB, maka dapat disesuaikan dengan
tabel indeks MPN 5-1-1, sesuai dengan angka jumlah tabung yang positif.
3.7. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji Mann
Whitney, karena tidak memenuhi syarat jika dilakukan uji t tidak berpasangan.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian tentang perbedaan jumlah keberadaan bakteri Escherichia coli pada es
batu yang berbahan baku air PDAM dan air non PDAM pada penjual minuman di sekitar
stadion Manahan yang dilaksanakan pada bulan januari 2016. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan
secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu dan sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya. Sampel yang diambil oleh peneliti dilakukan pemeriksaan di
Laboratorium UPTD Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Hasil penelitian tentang uji bakteri
Escherichia coli pada es batu akan dibandingkan dengan standart The Most Probable Number
(MPN) maupun Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.00.06.1.52.4011 tentang
Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan. Dari hasil
tahapan-tahapan pada pemeriksaan uji bakteriologis es batu, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Es Batu
No
Sampel
Parameter
Hasil
Kadar
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Maksima
13
Satuan
Sumber
Keterangan
Sampel
*
l
1
Sampel 1
E.coli
38
0
100 ml
NON PDAM
TMS
2
Sampel 2
E.coli
38
0
100 ml
NON PDAM
TMS
3
Sampel 3
E.coli
20
0
100 ml
NON PDAM
TMS
4
Sampel 4
E.coli
8,8
0
100 ml
NON PDAM
TMS
5
Sampel 5
E.coli
15
0
100 ml
NON PDAM
TMS
6
Sampel 6
E.coli
15
0
100 ml
PDAM
TMS
7
Sampel 7
E.coli
15
0
100 ml
PDAM
TMS
8
Sampel 8
E.coli
> 240
0
100 ml
NON PDAM
TMS
9
Sampel 9
E.coli
156
0
100 ml
NON PDAM
TMS
10
Sampel 10
E.coli
0
0
100 ml
PDAM
MS
11
Sampel 11
E.coli
0
0
100 ml
PDAM
MS
12
Sampel 12
E.coli
>240
0
100 ml
NON PDAM
TMS
13
Sampel 13
E.coli
>240
0
100 ml
NON PDAM
TMS
14
Sampel 14
E.coli
>240
0
100 ml
NON PDAM
TMS
15
Sampel 15
E.coli
>240
0
100 ml
NON PDAM
TMS
16
Sampel 16
E.coli
>240
0
100 ml
NON PDAM
TMS
17
Sampel 17
E.coli
27
0
100 ml
NON PDAM
TMS
18
Sampel 18
E.coli
27
0
100 ml
NON PDAM
TMS
19
Sampel 19
E.coli
27
0
100 ml
NON PDAM
TMS
20
Sampel 20
E.coli
26,5
0
100 ml
NON PDAM
TMS
21
Sampel 21
E.coli
>240
0
100 ml
NON PDAM
TMS
22
Sampel 22
E.coli
96
0
100 ml
NON PDAM
TMS
23
Sampel 23
E.coli
0
0
100 ml
PDAM
MS
24
Sampel 24
E.coli
0
0
100 ml
PDAM
MS
25
Sampel 25
E.coli
38
0
100 ml
NON PDAM
TMS
26
Sampel 26
E.coli
38
0
100 ml
NON PDAM
TMS
27
Sampel 27
E.coli
0
0
100 ml
PDAM
MS
28
Sampel 28
E.coli
0
0
100 ml
PDAM
MS
29
Sampel 29
E.coli
0
0
100 ml
PDAM
MS
30
Sampel 30
E.coli
0
0
100 ml
PDAM
MS
31
Sampel 31
E.coli
0
0
100 ml
PDAM
MS
14
32
Sampel 32
E.coli
20
0
100 ml
NON PDAM
TMS
33
Sampel 33
E.coli
20
0
100 ml
NON PDAM
TMS
34
Sampel 34
E.coli
20
0
100 ml
NON PDAM
TMS
35
Sampel 35
E.coli
0
0
100 ml
PDAM
MS
36
Sampel 36
E.coli
0
0
100 ml
PDAM
MS
37
Sampel 37
E.coli
0
0
100 ml
PDAM
MS
38
Sampel 38
E.coli
15
0
100 ml
PDAM
TMS
39
Sampel 39
E.coli
15
0
100 ml
PDAM
TMS
* TMS = Tidak Memenuhi Syarat
MS = Memenuhi Syarat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji bakteri air es batu yang berbahan baku air PDAM
dan air non PDAM di sekitar Stadion Manahan Surakarta ditinjau dari jumlah bakteri E.coli
dengan metode MPN menunjukkan hasil sebagai berikut 1) memperoleh indeks 5:1:1 ini
menunjukkan, bahwa terdapat 35 % dari 12 sampel yang berbahan baku air PDAM tidak
tercemar bakteri E. coli. Sedangkan pada air yang berbahan baku non PDAM terdapat 65%
dari 27 sampel tercemar bakteri yang ditemukan sekitar 15- >240 bakteri E.coli per 100 ml
dan dikatakan tidak layak untuk dikonsumsi. Kesimpulan dari hasil uji yang berdasarkan
indeks MPN air yang menggunakan bahan baku air PDAM layak untuk dikonsumsi setelah
melalui perebusan terlebih dahulu, sedangkan pada air yang berbahan baku air non PDAM
tidak layak untuk dikonsumsi.
4.1. Pembahasan
Hasil uji pendugaan dan uji penegasan pada air es batu, diketahui bahwa dari 39 sampel es
batu terdapat 12 sampel air PDAM yang memenuhi standar 0/100 ml dan 4 sampel air PDAM
serta 23 sampel non PDAM tidak layak untuk dikonsumsi, hal itu dikarenakan terdapat
banyak bakteri E.coli yang sudah melewati ambang batas yang telah ditentukan. Perbedaan
jumlah bakteri pada air yang berbahan baku PDAM dan non PDAM dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor dimulai dari proses pengambilan data, pengolahan air bahan baku saat
pembuatan es batu, dan tempat penyimpanan es batu serta tempat pengambilan es batu yang
kurang steril dapat menyebabkan kontaminasi air oleh mikroorganisme (bakteri), begitu juga
pada cara produsen mendistribusikan es batu balok yang tidak dijaga kebersihannya.
15
5.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan pencemaran bakteri E. coli pada es
batu yang menggunakan bahan baku air PDAM dan non PDAM pada es batu yang digunakan
penjual warung makan disekitar Stadion Manahan Kota Surakarta. Jumlah bakteri E.coli pada
air yang berbahan baku non PDAM terdapat 15- >240 bakteri.Berdasarkan standar kualitas
air dari Mentri Kesehatan RI No 907/Menkes/vii/2002. Tidak layak untuk dikonsumsi.
5.2.Saran
Proses analisis bahaya yang dilakukan dalam penelitian ini masih menggunakan asumsi
bahwa mikroba sumber bahaya ada pada jumlah yang signifikan (dapat menyebabkan
infeksi). Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan kesimpulan ada beberapa saran yang
diharapkan dapat bermanfaat, yaitu:
1.
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat pencemaran mikroba
pada produk es batu.
2.
Diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang meneliti tentang kemungkinan adanya
bakteri pathogen dari air yang berbahan baku PDAM setelah dimasak terlebih
dahulu.
3.
Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan analisa bivariat agar dapat
diketahui variabel –variabel yang mempengaruhi kontaminasi bakteri E. coli pada es
batu.
4.
Diharapkan masyarakat lebih selektif dan hati -hati dalam mengkonsumsi es dan air
yang layak dikonsumsi.
5.
Hendaknya penjual dan produsen es batu lebih meningkatkan kualitas yang aman
untuk dikonsumsi dengan proses produksi yang lebih steril.
16
DAFTAR PUSTAKA
AOAC (Asosiation Of Official Analitical Chemistry). 2005. AOAC OM.24. Coliform Group
And Escherichia coli Microbiological (MPN) Method. AOAC Official method Of
Analysis Microbiological MethodsCh.17:5.
AOAC. 2005.AOAC OM. 983.25. Total Coliforms, Faecal ColiformsAndE. coli In Foods,
Hydrophobic Grid Membrane Filter Method. AOAC Official Method Of Analysis
Microbiological Methods Ch.17: 40.
Ariyani, D. 2006. Mutu Mikrobiologis Minuman Jajanan di Sekolah Dasar Wilayah Bogor
Tengah. Jurnal Gizi dan Pangan. 1(1): 44-50.
Arum, A. 2013. Telusur Ragam Budaya Kota Solo. Jakarta: Backpacking.
Artianto, I. 2009. Uji Air Limbah Dan Pembuatan Media Identifikasi Bakteri MPN Coliform.
Surakarta: Fakutltas Ilmu Kesehatan.
Badan Standarisasi Nasional. SNI 01-2332-1991: Cara Penentuan MPN (Most Probable
Number). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM).2005. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat
dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK 00.05.41.1384 Tentang Kriteria Dan
Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar Dan
Fitofarmaka. Jakarta: Kepala BPOM.
Badan Pengawas Obat Makanan.2009. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52..4011 Tentang Penetapan Batas
Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia Dan Makanan. Jakarta: Percetakan Negara
23.
Basri, H. , Bahar, E. , Semiarti, R. 2014. Uji Bakteriologi Es Batu Rumah Tangga Yang
Digunakan Penjual Minuman Dipasar Lubuk Buaya Kota Padang tahun 2014. Jurnal
Kesehatan, 3(2): 119- 122.
Cappucino, J.G. and N. Sherman. 1983. Microbiology A Laboratorium Manual. 6th ed. USA:
perarson education inc.
Departemen Kesehatan. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416
Tahun 1990 tentang syarat- syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan. 2003. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942
Tahun 2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492
Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
17
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi
Makanan dan Minuman. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen kesehatan. 2015. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015 Tentang Rencana Strategis Kementrian Kesehatan.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Dewanti, R., Hariyadi., Hartini, U. S. 2006. Keberadaan dan Perilaku Salmonella Dalam Es
Batu. Yogyakarta: Seminar Nasional PATPI.
Dwidjoseputro. 1978. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
DR. Takdir Rahmadi. 2012.Hukum lingkungan di Indonesia. PT RajaGrafindo. Jakarta. hlm.
194.
Effendi dan Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Elfidasari D. 2011. Perbandingan Kualitas Es Di Lingkungan Universitas Al Azhar Indonesia
Dengan Restoran Fast Food Di Daerah Senayan Dengan Indikator Jumlah Escherichia
coli Terlarut Pada Tahun 2014. Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Sains dan Tekhnologi,
3(1): 18- 23.
Faridz, R., Hafiluddin., Mega, A. Analisis Jumlah Bakteri Dan Keberadaan Escherichia Coli
Pada Pengelolahan Ikan Teri Nasi Di PT. Kelola Mina Laut Unit Sumenep. Embryo.
4(2) 94- 106.
Farida. 2002. Analisa Umum Pada Air. USU Digital Library. Diakses Pada 21 September
2015.
Farida N. 2009. Uji MPN Coliform dan Faecal coli Dalam Sampel Air Limbah, Air Bersih
dan Air Minum. Yogyakarta: SMTI.
FDA ( Food and Drug Administration). 2001. Bacteriological Analylitical Manual Appendix
2: Most Probable Number From Serial Dilution. diakses darihttp:// www. Fda. Gov / Food /
ucm071363.
Firlieyanti ,A.S., 2006., Evaluasi BakteriIndikator Sanitasi di Sepanjang Rantai Distribusi Es
Batu di Bogor. J.II.Pert,indon.vol.11(2).
Harmayani., Konsukartha. 2007. Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah
Domestic Dilingkungan Kumuh. Jurnal Permukiman Tanah. 5(2): 62- 108.
Irawan, Bambang, B.R.M., 2009., Wilinggness To Pay dan Ability To Pay Pelanggan Rumah
Tangga Sebagai Respon Terhadap Pelayanan Air Bersih Dari PDAM Kota Surakarta.
Jejak.Vol.2:1.
Irianto, K. 2007. Mikrobiologi–Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. Jakarta:Yrama
Widya.
18
Jawetz, E. , Melnick, JL, Adelberg EA, 2010.Medical Microbiology, 25th ed. New york: Mc
Graw Hill.
Jay, J.M. 2000. Modern Food Microbiology, Sixth Edition. Aspen Publisher, Inc.
Gathersburg,Maryland.
Melliawati, R. 2009., Escherichia coli Dalam Kehidupan Manusia. BioTrends.vol.4: 10-14 .
Michael, J. P., Jr. Dasar- dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia; 1988.
Natalia, L.A., Bintari, S.H., Mustikaningtyas, D. 2014. Kajian Kualitas Bakteriologis Air
Minum Isi Ulang Di Kabupaten Blora. Unnes Journal Of Life Science. 3(1): 31- 38.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Noviana, H. 2004. Pola Kepekaan Antibiotika Escherichia coli yang Diisolasi dari Berbagai
Spesimen Klinis. J kedokteran trisakti. 23(4): 122- 126.
Pradipta, B. D., Ismail, E., Wijarnaka, A. 2013. Tinjauan Keamanan Pangan Es Batu
Berdasarkan Skor Keamanan Pangan, Cemaran Coliform Dan Escherichia coli Pada
Pabrik Es Batu. jurnal nutrisia. 15(1)
Pratiwi, A.W. 2007. Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Wilayah Kota Bogor.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 2(2):120-131.
Radji, M., Puspaningrum, A., Sumiati, A. 2010. Deteksi Cepat Bakteri Escherichia Coli
Dalam Sampel Air Dengan Metode Polymerase Chain Reaction Menggunakan Primer
16E1 Dan 16E2. Makara, Sains. 14(1): 39- 43.
Shodikin, M. A. 2007. Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air Es yang Digunakan Oleh
Pedagang Kaki Lima disekitar Kampus Universitas Jember. Jurnal biomedis. 1(1):2633.
Standar Nasional Indonesia. 1992. Cara Uji Cemaran Mikroba. Padang:
Mikro Balitbang Industri.
Laboratorium
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01. 3839.1995. ES Batu.Badan Standarisasi Nasional
Indonesia.
Sukanda, H. 2009. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Sinar Grafida. Jakarta. 63-64.
Sunarno. 2002. Higiene & Air (Air untuk Konsumsi Manusia) Ditinjau dari Segi
Bakteriologi. http://www.pdam-sby.go.id. 20 April 2010.
19
Supiadi. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Pemenuhan Hak- Hak PDAM Kota
Samarinda. Jurnal Beraja Niti. Vol 3(7) : 1-23.
Suriawira. U. 1996. Microbiologi Air dan Dasar- dasar Pengolahan Buangan Secara
Biologis. Bandung: Alumni
Tarwantyo,H. 2010. Uji Bakteriologi Air Es Batu Balok Di Daerah Pabelan Sukoharjo
Ditinjau Dari Jumlah Bakteri Coliform. Skripsi. FKIP. Universitas Muhammadiyah.
Surakarta.
Volk., Wheeler. 1989. Mikrobiologi Dasar Edisi kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Vollard, A.M., A. Soegianto, H.A. Van Asten, S. Widjaya, L.G. visser, C. Surjadi, J.T. Van
Dissel. 2004. Risk Faktors for Typhoid and Paratyphoid Fever in Jakarta, Indonesia.
http://jama.ama-assn.orgcgi/content/full/291/21/2607.
Wardhana, W. A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi Revisi. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Wardhana, W. A., Budiharjo, M. A., Scyllla, A. P. Kajian Sistem Penyediaan Air Bersih Sub
System Bribing Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Presipitasi. 10 (1) : 18- 29.
Widianti, N. L. P. M., Ristanti, N. P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo
Air Munim Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan. 3 (1): 64-73.
Yang, K., Jeune, J.L., Alsdorf, D., Lu, B., Shum, C. K., Liang, S. 2012. Global Distribution
Of Outbreaks Of Water- Associated Infectious Diseases. NCBI. 6(2): E1483.
Yuniarno, S. 2005. Hubungan Kualitas Air Sumur Dengan Kejadian Diare Di DAS Solo
(Studi Kasus Di Hulu Dan Hilir Bengawan Solo).Master Thesis, Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro.
20
Download